Definisin

15
1. Definisi Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru (Smletzer & Bare, 2002). Soft tissue tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota gerak, badan, atau retroperitoneum (Toy et al. 2011). Sedangkan wirst adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa soft tissue tumor wrist merupakan benjolan abnormal yang terdapat di sendi bagian distal ektremitas superior/tangan.

description

SQ

Transcript of Definisin

Page 1: Definisin

1. Definisi

Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang

serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah

otot, tendon, jaringan ikat, dan jaringan lemak.

Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan

atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru (Smletzer &

Bare, 2002).

Soft tissue tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu kelompok tumor

yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota

gerak, badan, atau retroperitoneum (Toy et al. 2011).

Sedangkan wirst adalah sendi bagian distal dari extremitas superior.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa soft tissue tumor

wrist merupakan benjolan abnormal yang terdapat di sendi bagian distal ektremitas

superior/tangan.

2. Etiologi

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan keganasan tulang yaitu genetik,

radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, dan infeksi.

a. Faktor genetik dapat menyebabkan soft tissue tumor berdasarkan dari data

penelitian, diduga mutasi genetik pada sel induk mesenkim dapat menimbulkan

sarkoma.

b. Radiasi, risiko terjadinya sarkoma pada klien Hodgkin yang diradiasi adalah

0,9%. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarkoma diperkirakan sekitar

11 tahun. Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat

menimbulkan sarkoma. Trauma dapat menjadi penyebab dilihat dari sekitar

30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.

c. Limfedema Kronis, limfedema kronis akibat operasi atau radiasi dapat

menimbulkan limfangiosarkoma.

Page 2: Definisin

d. Infeksi. Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan

oleh infeksi parasit, yaitu filariasis (Muttaqin, 2008).

3. Manifetasi klinis

Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi

dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah

kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang

biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena

adanya penekanan pada saraf-saraf tepi

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,

bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari

jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Sedangkan

pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang menjadi

benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke tempat

jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar,

dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.

Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan

lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,

sebelum sipenderita merasakan adanya tumor yang dideritanya.

4. Patofisiologi

Terlampir

5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien dengan soft tissue tumor yaitu

adanya keluhan nyeri yang menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan

penekanan ke jaringan sekitarnya. Pemeriksaan lokasi tumor, besar, bentuk, batas

dan sifat tumor. Adanya gangguan pergerakan sendi akibat adanya tumor, spasme

otot dan kekakuan tulang belakang jika tumor terdapat pada tulang belakang.

Pemeriksaan neurologis untuk menentukan adanya penekanan tumor padsaraf-saraf

tertentu (Muttaqin. 2008).

Adapun pemeriksaan penunjang tumor jaringan lunak diantaranya dengan

foto rontgen, ultrasonografi, CT-Scan, dan MRI (Sjamsuhidajat. 2010).

6. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan pada tumor meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi.

a. Operasi /bedah

Page 3: Definisin

Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan tumor jaringan lunak. Operasi

dilakukan untuk menghancurkan atau mengangkat tumor.

b. Radioterapi

Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari

radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi,

terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi

pembedahan.Radioterapi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor ganas

yang radiosensitive dan juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum

tindakan operasi dilakukan.

c. Kemoterapi

Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia

untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk

menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar

penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan

cara kemoterapi ini.Kemoterapi merupakan penatalaksanaan tambahan pada

tumor ganas tulang dan jaringan lunak, obat-obatan yang dipergunakan

adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, sisplatinum.

Pemberian kemoterapi biasanya dilakukan pada pra/pasca operasi (Muttaqin.

2008).

7. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

- Anamnesa, mengkaji riwayat kesehatan klien. Mengkaji dengan

menggunakan PQRST (benjolan yang timbul)

- Mengumpulkan data objektif dari klien ( hasil pemeriksaaan penunjjnag:

laboratorium jika memiliki)

- Melakukan pemeriksaan fisik

- Melakukan pemeriksanaan penunjuang

b. Diagosa keperawatan

- Pre-operatif

Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan

Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi

- Intra-operattif

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

volume cairan secara aktif.

- Post-operatif

Page 4: Definisin

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi

neuromuscular

Resiko injury berhubungan dengan pengaruh anestesi

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif/pembedahan.

c. Rencana tindakan yang akan dilakukan

1. Pre-operatif

Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan

a. Tujuan: klien mampu mengontrol cemas dan mempunyai

mekanisme koping yang positif setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x30 menit dengan kriteria hasil, klien

mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik

untuk mengontrol cemas, klien mengatakan lebih tenang,

ekspresi klien tenang dan rileks, vital sign dalam batas normal

TD: 110-120/70-80mmHg, N: 60-100 x/menit, RR: 16-22x/menit,

S:36-37,5

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah:

1. Kaji penyebab dan tingkat kecemasan klien

2. berikan support system dan motivasi klien

3. Berikan lingkungan yang nyaman,

4. ukur TTV

5. Jelaskan prosedur dan tindakan dengan singkat dan jelas,

dan ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi

a. Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x30

menit, nyeri berkurang dengan kriteria hasil:klien lebih tenang,

ekspresi klien lebih rileks, tandatanda vital dalam rentang

normal: TD: 110-120/70-80 mmHg, RR: 16-22 x/menit, N: 60-

100 x/menit, S: 36-37,5

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan:

1. Kaji lokasi, intensitas, frekuensi dan tipe nyeri

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Immobilisasi bagian yang sakit

4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

5. dan kolaboratif pemberian analgetik.

2. Intra-operatif

Resiko kekurangan volume cairanberhubungan dengan kehilangan

volume cairan secara aktif

Page 5: Definisin

a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15

menit, perdarahan dapat diminimalkan dengan kriteria hasil:

tanda-tanda vital dalam rentang normal: TD: 110-120/70-

80mmHg, RR: 16-22 x/menit, N: 60-100 x/menit, dan S : 36-

37,5 turgor kulit baik, perfusi perifer baik, akral hangat, kering

dan merah.

b. Rencana tindakan keperawatan:

1. pantau tanda-tanda vital

2. monitor pengeluaran perdarahan pada mesin suction

3. kaji konjungtiva klien

4. kolaborasi dalam pemberian cairan infus maupun tranfusi

5. kolaborasi dalam pemasangan torniquet

3. Post-operatif

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi

Neuromuscular

a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama1x50

menit, jalan nafas klien paten, klien dapat mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih.

b. Rencana tindakan keperawatan:

1. posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi,

2. keluarkan secret dengan suction

3. monitor respirasi dan saturasi O2

Resiko injury berhubungan dengan pengaruh anestesi

a. Tujuan:diharapkan dari diagnosa 2 adalah selama 1x15 menit,

klien tidak mengalami injury dengan kriteria hasil klien bebas

dari injury.

b. Rencana tindakan keperawatan:

1. sediakan lingkungan yang aman, pasang side rail tempat

tidur

2. identifikasi kebutuhan sesuai dengan kondisi klien

3. dan pindahkan barang yang dapat membahayakan klien

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif/pembedahan.

a. Tujuan:diharapkan dari diagnosa 3 adalah selama 2x60 menit,

klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil klien bebas

dari tanda dan gejala infeksi

b. Rencana tindakan keperawatan:

Page 6: Definisin

1. pertahankan tindakan aseptic, cuci tangan sebelum dan

sesudah tindakan,

2. monitor tanda dan gejala infeksi,

3. berikan antibiotic sesuai advis dokter

4. inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap adanya

kemerahan, panas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Definisin

Toy, Eugene C; Liu,Terrence H dan Campbell, Andre R. 2011.Case Files : Ilmu

Bedah Edisi Ketiga. Tangerang. Karisma Publishing Group.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta. EGC.

Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.

Page 8: Definisin

Patofisologi

Kondisi genetik, radiasi, trauma, infeksi

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Adanya benjolan, kurang pengetahuan, pertama kali

operasi

Pre-operatif

MK: CEMAS

Intra-operatif

Pembedahan

MK: RESIKO KEKURANGAN VOL CAIRAN

Post-operatif

Adanya luka bekas operasi

Terputusnya kontinuitas jaringan

MK: RESIKO INFEKSI, KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT,

Page 9: Definisin

LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN SURGICAL“SOFT TISSUE TUMOR”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Departemen Surgicaldi Ruang OK RSUD Lawang

Di susun Oleh :Sri Indah Novianti 115070201111020

Kelompok 8 Reguler

JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2015

Page 10: Definisin