Definisi Stres

7
Definisi stres Stres adalah sebagai suatu hubungan yang khas antar individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang mengancam atau melampaui kemampuannya untuk mengatasinya sehingga membahayakan kesejahteraannya (Lazarus dan Folkman, 1984). Stres menurut Maramis (1999) adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, oleh karena itu stres dapat mengganggu keseimbangan kita. Sementara itu menurut Kelliat (1998), stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari,disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian. Stres tidak terlepas darimana datangnya dan apa saja sumbernya. Sumber stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan, situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Stres yang berasal dari dalam diri disebut internal sources dan yang berasal dari luar disebut eksternal sources (Potter dan Perry, 1999). Menurut Spielberger (2001), bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Gejala stress Cooper dan Straw (1995) mengemukakan gejala stres fisik, perilaku, dan dalam bentuk watak. Bentuk gejala fisik oleh Cooper

description

pas bgt buat stres

Transcript of Definisi Stres

Page 1: Definisi Stres

Definisi stres

Stres adalah sebagai suatu hubungan yang khas antar individu dan lingkungan yang

dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang mengancam atau melampaui

kemampuannya untuk mengatasinya sehingga membahayakan kesejahteraannya (Lazarus dan

Folkman, 1984). Stres menurut Maramis (1999) adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian

diri, oleh karena itu stres dapat mengganggu keseimbangan kita. Sementara itu menurut Kelliat

(1998), stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari,disebabkan oleh

perubahan yang memerlukan penyesuaian. Stres tidak terlepas darimana datangnya dan apa saja

sumbernya. Sumber stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan, situasi objek atau

individu yang dapat menimbulkan stres. Stres yang berasal dari dalam diri disebut internal

sources dan yang berasal dari luar disebut eksternal sources (Potter dan Perry, 1999). Menurut

Spielberger (2001), bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,

misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah

berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak

menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Gejala stress

Cooper dan Straw (1995) mengemukakan gejala stres fisik, perilaku, dan dalam bentuk

watak. Bentuk gejala fisik oleh Cooper dan Straw (1995) ditandai dengan adanya kerongkongan

kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih

yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. Sementara dalam bentuk perilaku

umumnya ditandai dengan perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak

berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, kehilangan semangat, sulit konsentrasi,

sulit berfikir jemih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam

penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. Dalam bentuk gejala watak dan

kepribadian biasanya tanda yang dapat dilihat adalah sikap hati-hati menjadi cermat yang

berlebihan, cemas menjadi lekas panik, dan kurang percaya diri menjadi rawan (Cooper dan

Straw, 1995).

Tidak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Cooper dan Straw (1995) adalah

pendapat Braham dalam Handoyo (2001:68), dimana gejala stres dapat dibedakan atas gejala

Page 2: Definisi Stres

fisik, emosional, intelektual, dan gejala interpersonal. Gejala fisik ditandai dengan adanya sulit

tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan,

radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang,

keringat berlebihan, selera makan berubah, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, dan

kehilangan energi. Sementara gejala stres yang bersifat emosional ditandai dengan marah-marah,

mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah,

sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan

serta mudah menyerang, dan kelesuan mental. Braham sebagaimana dikutip oleh Handoyo

(2001) menambahkan bahwa gejala stres yang bersifat intelektual umumnya ditandai dengan

mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun

berlebihan, dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. Sedangkan tanda stres yang bersifat

interpersonal adalah acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun,

mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang

dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain (Braham

dalam Handoyo, 2001).

Faktor-faktor Penyebab Stres

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor

lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001). Faktor lingkungan kerja dapat berupa

kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang

faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi

sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri, maka faktor pribadi

ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum faktor yang

menyebabkan terjadinya stres oleh Dwiyanti (2001) adalah akibat tidak adanya dukungan sosial,

tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, kondisi lingkungan kerja,

manajemen yang tidak sehat, tipe kepribadian, dan pengalaman pribadi.

Penyebab stres yang pertama menurut Dwiyanti (2001) yaitu tidak adanya dukungan

sosial diartikan bahwa stres akan cenderung muncul pada para individu yang tidak mendapat

dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial bisa berupa dukungan dari

lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa,

Page 3: Definisi Stres

individu yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya

moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga

ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sejawatnya akan cenderung lebih

mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan

ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi

dalam pembuatan keputusan sebagai penyebab stres yang kedua menurut Dwiyanti (2001)

berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.

Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang

menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres juga bisa terjadi ketika seorang tidak

dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. Kondisi lingkungan kerja

juga dapat memicu terjadinya stres. Kondisi fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu

dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas

menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga

ruangan yang terlalu dingin (Margiati, 1999).

Manajemen yang tidak sehat diidentifikasi juga dapat mengakibatkan seseorang

mengalami stres. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para

manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya

orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa

sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu

mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan

semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan

menimbulkan stres (http://lensakomunika.com).

Tipe kepribadian seseorang dapat juga memicu terjadinya stres. Seseorang dengan

kepribadian tipe A cenderung mengalami stres dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri

kepribadian tipe A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak

sabaran, konsentrasi pada lebih dari satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas

terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam

situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu

mengalami dilema ketika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi

akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan

mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung (http://lensakomunika.com).

Page 4: Definisi Stres

Peristiwa/pengalaman pribadi dianggap dapat juga memicu terjadinya stres. Stres kerja sering

disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah,

anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi

masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi

terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah

disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi

kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman juga termasuk kategori ini. (Baron &

Greenberg dalam Margiati, 1999).

Tahapan Stres

Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres. Menurut Amberg (1979),

sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres adalah sebagai

berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar

dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki,

dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih,

cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung

dan perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung

tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur, otot

semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan susah tertidur lagi, bangun terlalu pagi

dan sulit tidur lagi, koordinasi tubuh terganggu, akan jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dngan keluhan, seperti tidak mampu bekerja

sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidakadekuat, kegiatan

rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat

menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental,

ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan

berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

Page 5: Definisi Stres

f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda- tanda, seperti jantung

berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, lemah, serta

pingsan.