Definisi & patofis Obesitas

download Definisi & patofis Obesitas

of 3

Transcript of Definisi & patofis Obesitas

  • 7/29/2019 Definisi & patofis Obesitas

    1/3

    Definisi Obesitas

    Obesitas sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal karena kelebihan lemak yang serius

    dalam jaringan adiposa sehingga mengganggu kesehatan. Obesitas merupakan akibat dari adanya

    ketidak-seimbangan antara asupan energi (energy intake) yang melebihi energi yang digunakan

    (energy expenditure). Distribusi lemak dalam tubuh disebabkan oleh berat badan yangmengakibatkan resiko yang berkaitan dengan obesitas dan berbagai penyakit yang terkait (WHO,

    2004).

    Patofisiologi

    Beberapa mekanisme fisiologis berperan penting dalam diri individu untuk menyeimbangkankeseluruhan asupan energi dengan keseluruhan energi yang digunakan dan untuk menjaga

    berat badan stabil dalam jangka waktu yang cukup panjang. Obesitas hanya akan muncul

    apabila terjadi keseimbangan energi positif untuk periode waktu yang cukup panjang (WHO,

    2004).

    Keadaan patologis obesitas dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripadayang diperlukan untuk fungsi tubuh. Masalah gizi karena kelebihan kalori biasanya disertai

    kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam, tetapi terjadi kelebihan serat

    dan mikro-nutrien, yang kelak dapat merupakan faktor risiko untuk terjadinya berbagai jenis

    penyakit degenerative seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner,

    reumatik, dan berbagai jenis penyakit keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain yang

    (Mansjoer dkk., 2000).

    Keseimbangan energi. Simpanan energi akan meningkat jika terdapat ketidakseimbanganantara intake dan pemakaian. Kecepatan metabolisme seseorang adalah factor tunggal

    terbesar yang menentukan persediaan energy. Penting untuk menentukan kecepatan

    metabolisme dibawah kondisi standar. REE (Resting Energy Expenditure) didefinisikan

    sebagai energy yang dipakai oleh seseorang pada saat istirahat dibawah kondisi suhu yang

    normal. BMR (Basal Metabolic Rate) lebih tepatnya didefinisikan sebagai REE yang diukur

    segera setelah bangun tidur pada pagi hari, kurang lebih 12 jam setelah makan terakhir.

    Kecepatan metabolisme meningkat setelah makan, berdasarkan jumlah dan komposisi

    makanan. Kira-kira akan mencapai maksimal setelah mengkonsumsi makanan dan kembali

    ke kondisi semula 4 jam setelah makan. Peningkatan kecepatan metabolisme ini diketahui

    sebagai efek termogenik akibat makanan. REE mungkin mengandung sisa efek panas darimakanan sebelumnya dan mungkin akan lebih rendah daripada BMR saat tidur lelap. Pada

    prakteknya, BMR dan REE berbeda kurang lebih 10 % (Fifit, 2009).

    Penyimpanan perifer dan termogenesis. Pada umumnya jaringan adipose dibagi menjadi 2tipe yaitu putih dan coklat. Fungsi utama dari jaringan adipose putih adalah produksi lipid,

    penyimpanan dan pelepasan. Fungsi utama jaringan adipose coklat adalah dapat

    menghancurkan energi melalui proses respirasi mitokondria. Jaringan adipose diinervasikan

  • 7/29/2019 Definisi & patofis Obesitas

    2/3

    dengan tinggi oleh system syaraf simpatis, dan stimulasi adrenergic diketahui untuk

    mengaktivasi lipolisis pada sel lemak sebaik peningkatan pemakaian energi pada jaringan

    adipose dan otot skeletal. Sifat ini memberi jalan farmakologi yang potensial untuk merubah

    keseimbangan energi dan mengubah status berat. Pada farmakoterapi obesitas diutamakan

    pada aktivitas reseptor adrenergic dan efeknya pada jaringan adipose dengan respect pada

    penyimpanan energi dan pemakaian atau termogenesis (Fifit, 2009).

    Faktor-faktor diet dan pola aktivitas fisik mempunyai hubungan yang kuat terhadapkeseimbangan energi dan dapat dikatakan sebagai faktor-faktor utama yang dapat diubah

    (modifiable factors) dan memicu pertambahan berat badan itu bekerja. Lebih jelasnya, diet

    tinggi lemak dan tinggi kalori dan pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyles) adalah dua

    karakteristik yang sangat berkaitan dengan peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia

    (WHO, 2005).

    Faktor sosial, budaya, dan perilaku merupakan determinan penting dalam kaitannyaterhadap pemasukan maupun pengeluaran energi yang menyebabkan terjadinya kelebihanberat badan. (WHO,1995)

    1. Determinan Biologi

    a. Umur dan Jenis Kelamin

    Di beberapa Negara, berdasarkan hasil studi cross-sectional tingkat prevalensi

    kelebihan berat badan pada laki-laki meningkat seiring pertambahan usia hingga pada usia 55

    tahun, elanjutnya berat badan menurun pada usia lanjut. Pada wanita, prevalensi kelebihan

    berat badan berlanjut dan terus meningkat hingga usia lanjut. Prevalensi kelebihan berat

    badan umumnya lebih tinggi pada wanita (WHO, 1995).

    b. KehamilanPada studi cross-sectional di beberapa Negara, Indeks Massa Tubuh umumnya meningkat

    seiring dengan bulan kehamilan, pertambahan berat badan meningkat mulai 0,5 sampai 24 kg

    dibandingkan sebelum kehamilan (WHO, 1995).

    2. Determinan Sosial Budaya

    a. Status sosialekonomi dan tingkat pendidikan

    Di Negara maju, ada hubungan yang terbalik antara tingkat pendidikan (yang merupakan

    salah satu indikator socialekonomi) dengan prevalensi kelebihan berat badan. Pada Negara

    miskin dan sedang berkembang, kelebihan berat badan merupakan visible indicator untuk

    kemakmuran dan status sosial, pada Negara ini terdapat hubungan yang positif antara statussocial ekonomi dengan rata-rata indeks massa tubuh. (WHO, 1995)

    b. Status perkawinan

    Data longitudinal di USA menunjukkan bahwa wanita yang sudah menikah memiliki

    kemungkinan mengalami pertambahan berat badan, namun wanita yang mengalami perceraian

    mengalami penurunan berat bada. Berdasarkan studi selama 5 tahun yang dilakukan di Finlandia,

  • 7/29/2019 Definisi & patofis Obesitas

    3/3

    pria dan wanita yang baru menikah memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar mengalami

    peningkatan berat badan sebanyak 5 kg atau lebih (WHO, 1995).

    3. Determinan Perilaku

    a. Kebiasaan merokok

    Di sebagian besar populasi, berat badan perokok umumnya lebih kecil dibandingkanmantan perokok. Studi di Finlandia menunjukkan hubungan yang terbalik antara merokok

    dengan berat badan. Beberapa perilaku lain yang menyertai perokok seperti konsumsi alkohol

    dan makanan berlemak menunjukkan bahwa perokok berat juga berhubungan dengan

    peningkatan indeks massa tubuh pada beberapa pemuda di Belanda dan USA (WHO, 1995).

    b. Aktifitas fisik

    Seseorang yang relatif tidak aktif memiliki kemungkinan mengalami peningkatan berat

    badan hingga 5 kg atau lebih dibandingkan seseorang yang memiliki aktifitas fisik. (WHO,

    1995)

    c. Konsumsi AlkoholBeberapa studi eksperimental menunjukkan bahwa alkohol dapat mengurangi oksidasi

    lemak sehingga dapat menyebabkan berlebihnya penyimpanan lemak dalam tubuh. (WHO,

    1995)

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta.

    Fifit. 2009. Obesitas. Diakses melaluihttp://druginformer-fifit.blogspot.com/2009/12/obesitas.html

    Pada tanggal 11 September 2013.

    World Health Organization (WHO). 1995. Physical Status The Use and Interpretation of

    Anthropometri, Report of a WHO Expert Committee, Switzerland.

    World Health Organization (WHO). 2004. Obesity: Preventing and Managing Global

    Epidemic,report WHO consultation on obesity 1999. Singapore.

    World Health Organization (WHO). 2005. WHO Chronic Diseases report, diakses melalui

    http://www.who.int/chp/chronic_disease_report/ pada tanggal 11 September 2013.

    http://druginformer-fifit.blogspot.com/2009/12/obesitas.htmlhttp://druginformer-fifit.blogspot.com/2009/12/obesitas.htmlhttp://druginformer-fifit.blogspot.com/2009/12/obesitas.htmlhttp://druginformer-fifit.blogspot.com/2009/12/obesitas.html