DEFINISI EPILEPSI.docx

8
DEFINISI EPILEPSI Epilepsi menurut JH Jackson (1951) didefinisikan sebagai suatu gejala akibat cetusan pada jaringan saraf yang berlebihan dan tidak beraturan. Cetusan tersebut dapat melibatkan sebagian kecil otak (serangan parsial atau fokal) atau yang lebih luas pada kedua hemisfer otak (serangan umum). Epilepsi merupakan gejala klinis yang kompleks yang disebabkan berbagai proses patologis di otak. Epilepsi ditandai dengan cetusan neuron yang berlebihan dan dapat dideteksi dari gejala klinis, rekaman elektroensefalografi (EEG), atau keduanya. Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan epileptik yang berulang (lebih dari satu episode). International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) atau epilepsi adalah Suatu serangan berulang secara periodik dengan dan tanpa kejang. Serangan tersebut disebabkan kelebihan neuron kortikal dan ditandai dengan perubahan aktivitas listrik seperti yang diukur dengan elektro enselofogram (EEG). Kejang menyatakan keparahan kontraksi otot polos yang tidak terkendali (ISO FARMAKOTERAPI) Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epilepstik sebelumnya. Sedangkan bangkitan epileptik didefinisikan sebagai tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak. Terdapat beberapa elemen penting dari definisi epilepsi yang baru dirumuskan oleh ILAE dan IBE yaitu: Riwayat sedikitnya satu bangkitan epileptik sebelumnya Perubahan di otak yang meningkatkan kecenderungan terjadinya bangkitan selanjutnya Berhubungan dengan gangguan pada faktor neurobiologis, kognitif, psikologi dan konsekuensi sosial yang ditimbulkan (Octaviana, 2008). Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (Baiquni, 2010). B. ETIOLOGI Ditinjau dari penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

Transcript of DEFINISI EPILEPSI.docx

Page 1: DEFINISI EPILEPSI.docx

DEFINISI EPILEPSIEpilepsi menurut JH Jackson (1951) didefinisikan sebagai suatu gejala akibat cetusan pada jaringan saraf yang berlebihan dan tidak beraturan. Cetusan tersebut dapat melibatkan sebagian kecil otak (serangan parsial atau fokal) atau yang lebih luas pada kedua hemisfer otak (serangan umum). Epilepsi merupakan gejala klinis yang kompleks yang disebabkan berbagai proses patologis di otak. Epilepsi ditandai dengan cetusan neuron yang berlebihan dan dapat dideteksi dari gejala klinis, rekaman elektroensefalografi (EEG), atau keduanya. Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan epileptik yang berulang (lebih dari satu episode). International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) atau epilepsi adalah Suatu serangan berulang secara periodik dengan dan tanpa kejang. Serangan tersebut disebabkan kelebihan neuron kortikal dan ditandai dengan perubahan aktivitas listrik seperti yang diukur dengan elektro enselofogram (EEG). Kejang menyatakan keparahan kontraksi otot polos yang tidak terkendali (ISO FARMAKOTERAPI)

Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epilepstik sebelumnya. Sedangkan bangkitan epileptik didefinisikan sebagai tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak.

Terdapat beberapa elemen penting dari definisi epilepsi yang baru dirumuskan oleh ILAE dan IBE yaitu:

      Riwayat sedikitnya satu bangkitan epileptik sebelumnya      Perubahan di otak yang meningkatkan kecenderungan terjadinya bangkitan selanjutnya      Berhubungan dengan gangguan pada faktor neurobiologis, kognitif, psikologi dan

konsekuensi sosial yang ditimbulkan(Octaviana, 2008).

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (Baiquni, 2010).

B.     ETIOLOGIDitinjau dari penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1.         Epilepsi primer atau epilepsi idiopatik yang hingga kini tidak ditemukan penyebabnya2.         Epilepsi sekunder atau simtomatik yaitu yang penyebabnya diketahui.

Pada epilepsi primer tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak. Diduga terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dalam sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.Epilepsi sekunder berarti bahwa gejala yang timbul ialah sekunder, atau akibat dari adanya kelainan pada jaringan otak.Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak.Penyebab spesifik dari epilepsi sebagai berikut :

1.         Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, menglami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.

2.         Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.

Page 2: DEFINISI EPILEPSI.docx

3.         Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak4.         Tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada anak-anak.5.         Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak6.         Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak7.         Penyakit seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat

menyebabkan kejang-kejang yang berulang. (Anonim, 2009).

C.     KLASIFIKASI EPILEPSIEpilepsi dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi bangkitan epilepsi dan klasifikasi sindroma epilepsi. Klasifikasi sindroma epilepsi berdasarkan faktor-faktor tipe bangkitan (umum atau terlokalisasi), etiologi (simtomatik atau idiopatik), usia dan situasi yang berhubungan dengan bangkitan. Sedangkan klasifikasi epilepsi menurut bangkitan epilepsi berdasarkan gambaran klinis dan elektroensefalogram.

Data 1. Klasifikasi internasional bangkitan epilepsi (1981) adalahBangkitan parsial

1.    Bangkitan parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)a.    Dengan gejala motorikb.    Dengan gejala sensorikc.    Dengan gejala otonomikd.   Dengan gejala psikik2.    Bangkitan parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)a.    Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran      Bangkitan parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran      Dengan automatismeb.    Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan      Dengan gangguan kesadaran saja      Dengan automatisme3.    Bangkitan umum sekunder (tonik-klonik, tonik atau klonik)a.    Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi bangkitan umumb.    Bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan umumc.    Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan berkembang

menjadi bangkitan umumBangkitan Umum (Konvulsi atau Non-Konvulsi)

1.    Bangkitan lenaLena ( absence ), sering di sebut petitmal. Serangan terjadi secara tiba-tiba, tanpa di dahului aura. Kesadaran hilangselama beberapa detik, di tandai dengan terhentinya percakapan untuk sesaat, pandangan kosong, atau mata berkedip dengan cepat. Hampir selalu pada anak-anak, mungkin menghilang waktu remaja atau diganti dengan serangan tonik-klonik.

2.    Bangkitan mioklonikMioklonik, serangan-serangan ini terdiri atas kontraksi otot yang singkat dan tiba-tiba, bisa simetris dan asimetris, sinkronis taua asinkronis. Biasanay tidak ada kehilangan kesadaran selama serangan.

Page 3: DEFINISI EPILEPSI.docx

3.    Bangkitan tonikTonik, seranagan ini terdiri atas tonus otot dengan tiba-tiba meningkat dari otot ekstremitas, sehingga terbentuk sejumlah sikap yang khas. Biasanya kesadaran hilang hanya beberapa menit terjadi pada anak 1-7 tahun.

4.    Bangkitan atonikAtonik, serangan atonik terdiri atas kehilangan tonus tubuh. Keadaan ini bisa di menifestasikan oleh kepala yang terangguk-angguk, lutut lemas, atau kehilangan total dari tonus otot dan Px bisa jatuh serta mendapatkan luka-luka.

5.    Bangkitan klonikKlonik, serangan di mulai dengan kehilangan kesadaran yang di sebebkan aoleh hipotonia yang tiba-tiba atau spasme tonik yng singkat. Keadaan ini di ikuti sentakan bilateralyang lamanya 1 menit samapai beberapa menit yang sering asimetris dan bisa predominasi pada satu anggota tubh. Seranagan ini bisa berfariasi lamanya, seringnya dan bagian dari sentakan ini satu saat ke satu saat lain.

6.    Bangkitan tonik-klonikTonik-Klonik, biasa di sebut grandmal. Merupakan jenis seranag klasik epilepsi seranagn ini di tandai oleh suatu sensasi penglihatan taua pendengaran selama beberapa saat yang di ikuti oleh kehilangan kesadaran secara cepat.

Data 2. Klasifikasi epilepsi berdasarkan sindroma1.      Symptomatica.    Subklasifikasi dalam kelompok ini ditentukan berdasarkan lokasi anatomi yang diperkirakan

berdasarkan riwayat klinis, tipe kejang predominan, EEG interiktal dan iktal, gambaran neuroimejing.

b.    Kejang parsial sederhana, kompleks atau kejang umum sekunder berasal dari lobus frontal, parietal, temporal, oksipital, fokus multipel atau fokus tidak diketahui.

c.    Localization related  tetapi tidak pasti simtomatik atau idiopatik

 (Octaviana, 2008).

D.    PATOFISIOLOGIDasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada

sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron, yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dari ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalam sel terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaan sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang menimbulkan potensial membran.

Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrite-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan

Page 4: DEFINISI EPILEPSI.docx

hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membrane neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membrane neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.

Oleh berbagai factor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membaran neuron sehingga membrane mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membrane dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsy. Suatu sifat khas serangan epilepsy ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga system-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepasmuatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsy terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak (Anonim, 2009).

Hal-hal yang dapat mencetuskan kejang

         Kurang tidur

         Lupa makan obat

         Stres fisik maupun mental

         Demam akibat infeksi

         Alkohol

         Menstruasi

         Terlambat makan

Tindakan saat seseorang kejang

         Bersikaplah tenang

         Jaga agar penderita tidak sampai terluka

         Longgarkan bajunya

         Miringklan penderita pada sisi kirinya agar jalan nafas baik

         Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulutnya

         Catat lamanya kejang

         Jangan tahan penderita

         Apabila bangkitan kejang lebih dari 5 menit atau tampak sangat berat, bawalah ke tempat pengobatan terdekat

secepat mungkin

E.     PENGOBATAN

Beberapa Obat Golongan Antikonvulsi/ Antiepilepsi

a. Golongan HidantoinPada golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin, mefentoin dan etotoin, dari

ketiga jenis itu yang tersering digunakan adalan Fenitoin dan digunakan untuk semua jenis bangkitan, kecuali bangkitan Lena.

Page 5: DEFINISI EPILEPSI.docx

Fenitoin merupakan antikonvulsi tanpa efek depresi umum SSP, sifat antikonvulsinya penghambatan penjalaran rangsang dari focus ke bagian lain di otak.

b. Golongan BarbituratGolongan obat ini sebagai hipnotik- sedative dan efektif sebagai antikonvulsi, yang

sering digunakan adalah barbiturate kerja lama ( Long Acting Barbiturates ).Jenis obat golongan ini antara lain fenobarbital dan primidon, kedua obat ini dapat menekan letupan di focus epilepsy

c. Golongan OksazolidindionSalah satu jenis obatnya adalah trimetadion yang mempunyai efek memperkuat

depresi pascatransmisi, sehingga transmisi impuls berurutan dihambat , trimetadion juga dalam sediaan oral mudah diabsorpsi dari saluran cerna dan didistribusikan ke berbagai cairan tubuh.

d. Golongan SuksinimidYang sering digunakan di klinik adalah jenis etosuksimid dan fensuksimid yang

mempunyai efek sama dengan trimetadion. Etosuksimid diabsorpsi lengkap melalui saluran cerna, distribusi lengkap keseluruh jaringan dan kadar cairan liquor sama dengan kadar plasma. Etosuksimid merupakan obat pilihan untuk bangkitan lena.

e. Golongan KarbamazepinObat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik klonik dan

merupakan obat pilihan pertama di Amerika Serikat untuk mengatasi semua bangkitan kecuali lena.

Karbamazepin merupakan efek analgesic selektif terutama pada kasus neuropati dan tabes dorsalis, namun mempunyai efek samping bila digunakan dalam jangka lama, yaitu pusing, vertigo, ataksia, dan diplopia.

f. Golongan BenzodiazepinSalah satu jenisnya adalah diazepam, disamping senagai anti konvulsi juga

mempunyai efek antiensietas dan merupakan obat pilihan untuk status epileptikus.

Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu. Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan pengobatan. Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan. Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang kambuhan. Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-kejang diberikan dalam dosis tinggi secara intravena.

Obat anti-kejang sangat efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping. Salah satu diantaranya adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak menyebabkan hiperaktivitas. Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah. Obat anti-kejang diminum berdasarkan resep dari dokter.

Page 6: DEFINISI EPILEPSI.docx

Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat anti-kejang harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena bisa merubah jumlah obat anti-kejang di dalam darah.

Keluarga penderita hendaknya dilatih untuk membantu penderita jika terjadi serangan epilepsi. Langkah yang penting adalah menjaga agar penderita tidak terjatuh, melonggarkan pakaiannya (terutama di daerah leher) dan memasang bantal di bawah kepala penderita. Jika penderita tidak sadarkan diri, sebaiknya posisinya dimiringkan agar lebih mudah bernafas dan tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai benar-benar sadar dan bisa bergerak secara normal. Jika ditemukan kelainan otak yang terbatas, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat serat-serat saraf yang menghubungkan kedua sisi otak (korpus kalosum). Pembedahan dilakukan jika obat tidak berhasil mengatasi epilepsi atau efek sampingnya tidak dapat ditoleransi (Anonim, 2009).

Prinsip penanggulangan bangkitan epilepsi dengan terapi farmaka mendasar pada beberapa faktor antara lain blok kanal natrium, kalsium, penggunaan potensi efek inhibisi seperti GABA dan menginhibisi transmisi eksitatorik glutamat. Sekarang ini dikenal dengan pemberian kelompok inhibitorik GABAergik. Fenitoin bekerja menginhibisi hipereksitabilitas kanal natrium berperan dalam memblok loncatan listrik. Beberapa studi membuktikan bahwa obat antiepilepsi selain mempunyai efek samping, juga bisa berinteraksi dengan obat-obat lain yang berefek terhadap gangguan kognitif ringan dan sedang. Melihat banyaknya efek samping dari obat antiepilepsi maka memilih obat secara tepat yang efektif sangat perlu mengingat bahwa epilepsi itu sendiri berefek pada kerusakan atau cedera terhadap jaringan otak.

Glutamat salah satunya yang berpotensi terhadap kerusakan neuron sebagai aktivator terhadapreseptor NMDA dan reseptor alpha-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazolepropionic acid (AMPA). Ikatan glutamate dengan reseptor NMDA dan AMPA akan memperboleh-kan ion kalsium masuk kedalam sel yang bisa menstimulasi kematian dari sel