DEFINISI ANTIBIOTIKA

7
SOAL 1 A. DEFINISI RESISTENSI Resistensi adalah mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat rintangan untuk berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun yang dihasilkannya. Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakteri dengan kata lain bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan. B. KLASIFIKASI RESISTENSI Resistensi antibiotika dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok,yaitu resistensi alami dan resistensi yang didapat. 1. Resistensi alami. Resistensi alami merupakan sifat dari antibiotika tersebut yang memang kurang atau tidak aktif terhadap kuman, contohnya Pseudomonas aeruginosa yang tidak pernah sensitive terhadap chloramphenicol. 2. Resistensi yang di dapat. Resistensi yang didapat yaitu apabila kuman tersebut sebelumnya sensitive terhadap suatu suatu antibiotika kemudian berubah menjadi resisten, contohnya ialah Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap ceftazidime. C. AKIBAT YANG TIMBUL KARENA RESISTENSI ANTIBIOTIKA Infeksi bakteri resisten antibiotika lebih sulit disembuhkan. Sakit lebih lama. Butuh antibiotika lebih kuat (lebih toksik) Butuh biaya pengobatan lebih mahal Kematian pada penderita. D. MEKANISME TERJADINYA RESISTENSI Untuk mendapatkan efek terapi,antibiotika pertama kali harus mencapai target kedalam sel kuman. Kuman gram negatif mempunyai outer membrane yang sedikit menghambat antibiotika masuk kedalam sitoplasma. Selanjutnya apabila terjadi mutasi dari lubang pori outer membrane berakibat antibiotika menjadi lebih sulit masuk kedalam sitoplasma atau menurunnya permeabilitas membrane terhadap antibiotika,oleh karena lubang pori dari outer membrane tersebut tidak bersifat

description

antibiotika adalah

Transcript of DEFINISI ANTIBIOTIKA

Page 1: DEFINISI ANTIBIOTIKA

SOAL 1A. DEFINISI RESISTENSI

Resistensi adalah mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat rintangan untuk berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun yang dihasilkannya.

Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakteri dengan kata lain bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan.

B. KLASIFIKASI RESISTENSIResistensi antibiotika dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok,yaitu resistensi

alami dan resistensi yang didapat.1. Resistensi alami.

Resistensi alami merupakan sifat dari antibiotika tersebut yang memang kurang atau tidak aktif terhadap kuman, contohnya Pseudomonas aeruginosa yang tidak pernah sensitive terhadap chloramphenicol.

2. Resistensi yang di dapat.Resistensi yang didapat yaitu apabila kuman tersebut sebelumnya sensitive terhadap suatu suatu antibiotika kemudian berubah menjadi resisten, contohnya ialah Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap ceftazidime.

C. AKIBAT YANG TIMBUL KARENA RESISTENSI ANTIBIOTIKA Infeksi bakteri resisten antibiotika lebih sulit disembuhkan. Sakit lebih lama. Butuh antibiotika lebih kuat (lebih toksik) Butuh biaya pengobatan lebih mahal Kematian pada penderita.

D. MEKANISME TERJADINYA RESISTENSIUntuk mendapatkan efek terapi,antibiotika pertama kali harus mencapai target

kedalam sel kuman. Kuman gram negatif mempunyai outer membrane yang sedikit menghambat antibiotika masuk kedalam sitoplasma. Selanjutnya apabila terjadi mutasi dari lubang pori outer membrane berakibat antibiotika menjadi lebih sulit masuk kedalam sitoplasma atau menurunnya permeabilitas membrane terhadap antibiotika,oleh karena lubang pori dari outer membrane tersebut tidak bersifat selektif maka satu mutasi dari pori tersebut dapat menghambat masuknya lebih dari satu jenis antibiotika.

Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman mejadi resisten terhadap antibiotika, mekanisme itu antara lain :1. Mikroorganisme memproduksi enzym yang merusak daya kerja obat, contohnya

adalah stafilokokus yang resisten terhadap penisilin disebabkan karena stafilokokus memproduksi enzym beta laktam yang memecah cincin beta laktam dari penisilin sehingga penisilin tidak aktif lagi bekerja.

2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat tertentu, contohnya adalah streptokokus yang mempunyai barier alami terhadap obat golongan aminoglikosida.

3. Terjadinya perubahan pada tempat tertentu dalam sel sekelompok mikroorganisme yang menjadi target obat, misalnya obat golongan aminoglikosida yang memecah atau membunuh kuman karena obat ini merusak sistem ribosom sub unit 30S. Bila oleh suatu hal,tempat/lokus kerja obat pada ribosom sub unit 30S berubah, maka kuman tidak lagi sensitif terhadap golongan obat ini.

4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat,misalnya kuman yang resisten terhadap obat golongan sulfonamida, tidak memerlukan PABA

Page 2: DEFINISI ANTIBIOTIKA

dari luar sel, tapi dapat menggunakan asam folat, sehingga sulfonamida yang berkompetisi dengan PABA tidak berpengaruh pada metabolisme sel.

5. Terjadi perubahan enzymatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup dengan baik, tapi kurang sensitif terhadap antibiotik, contohnya adalah kuman yang sensitif terhadap sulfonamida yang mempunyai affinitas yang lebih besar terhadap sulfonamida dibandingkan dengan PABA sehingga kuman akan mati.

E. ASAL MULA TERJADINYA RESISTENSI KUMAN TERHADAP OBATAsal mula yang menyebabkan Resistensi kuman terhadap obat dibagi menjadi sebab

non genetik dan genetik.1. Sebab-sebab non genetik

Hampir semua obat antibiotika bekerja baik pada masa aktif pembelahan kuman, dengan demikian, populasi kuman yang tidak berada pada fase pembelahan aktif pada umumnya relatif resisten terhadap obat. Misalnya kuman TBC yang tinggal didalam jaringan dan tidak membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, maka pada kondisi ini obat anti TBC tidak dapat membunuh kuman TBC tersebut.

2. Sebab-sebab genetikTerjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra kromosomal dan perubahan genetik tersebut dapat ditransfer dari satu spesies kuman kepada spesies kuman lain melalui berbagai mekanisme,yaitu :

3. Resistensi kromosomalResistensi kuman terhadap antibiotika yang mempunyai sebab genetik kromosomal misalnya terjadi karena mutasi spontan pada lokus ADN yang mengontrol susceptibility terhadap obat tertentu, sebagai contoh adalah protein P12 pada ribosom kuman sub unit 30S adalah reseptor dari antibiotika streptomisin. Mutasi pada gen yang mengontrol struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan kuman menjadi resisten terhadap streptomisin.

4. Resistensi ekstra kromosomalBakteri mengandung pula materi genetik yang ekstrakromosomal yang disebut plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat/sir kuler : Mempunyai berat 1-3% dari kromo som bakteri Berada bebas dalam sitoplasma bakteri Adakalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom Dapat pula berpindah atau dipindahkan dari satu spesies ke spesies lain.Beberapa contoh dari plasmid adalah: Faktor R

Faktor R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen untuk resistensi terhadap satu atau lebih antibiotika dan logam berat. Gen dalarn plasmid yang menyebabkan resisten obat seringkali memproduksi enzim-enzim yang dapat merusak daya kerja obat. Contoh: Plasmid yang menentukan resistensi untuk penisilin dan sefalosporin memproduksi ensim beta laktamase.

ToksinBeberapa toksin dari kuman juga merupakan produk dari plasmid, misalnyaEnterotoksige nik Escherichia coli memproduksi toksin yang menyebabkan diare pada anak.

Faktor FFaktor F =fertility factor memegang peranan dalam proses konjugasi Bakteri, yaitu transfer unilateral dari materi genetik antara bakteri sejenis maupun dengan jenis lain dapat terjadi melalui proses konjugasi (kawin).

Page 3: DEFINISI ANTIBIOTIKA

Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor F yang menentukan adanya sex pili. Kuman yang mempunyai sex pili disebut kuman F+, dan melalui pilinya tersebut materi genetik dari sel donor (F+) termasuk plasmid DNA-nya dapat berpindah ke dalam sel resipien. Jadi gen-gen tertentu yang membawa sifat resistensi pada obat dapat berpindah dari populasi kuman yang resisten ke dalam kuman yang sensitif. Dengan cara inilah sebagian besar dari sifat resisten obat tersebar dalam populasi kuman dan menimbulkan apa yang disebut multi drug resistanc e.Resistensi silangSatu populasi kuman yang resisten terhadap satu obat tertentu dapat pula resisten terhadap obat yang lain yang mempunyai mekanisme kerja obat yang mirip satu sama lain. Hal ini misalnya terjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya ham pir sama, misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan oleandomisin, dan neomisin dengan kanamisin.

F. PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA1. Antibiotika yang diketahui menimbulkan masalah resistensi harus dibatasi

penggunaanya .2. Pemberian resep yang tepat sehingga masyarakat tidak boleh Menggunakan

Antibiotik sembarangan tanpa rujukan dokter. Sebab, jenis dan dosis antibiotik pun ada banyak ragamnya.

3. Penggunaan dosis yang tepat dimana pemberian antibiotika pada anak tentu dosisnya lebih kecil dari orang dewasa.

4. Lama pemberian obat yang tepat dimana antibiotika diberikan lebih dari 3 hari sehingga kuman betul-betul telah mati.

5. Interval pemberian obat yang tepat yaitu ada jenis antibiotik yang dikonsumsi satu kali dalam sehari, dua kali, atau tiga kali sehari. Bahkan, ada juga yang harus mengonsumsinya dua tablet dua kali sehari.

G. BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SERTA RESISTENNYADibawah ini akan dibahas beberapa kelompok antibiotika serta resistensi yang terjadi

:1. PENISILIN2. SEFALOSPORIN3. AMINOGLIKOSIDA4. TETRASIKLIN5. MAKROLIDA DAN LINKOMISIN6. POLIPEPTIDA7. KLORAMFENIKOL KEMICETINE.

SOAL 2A. Kombinasi Antimikroba/Antibiotik

Antibiotika Kombinasi diberikan apabila pasien :1. Pengobatan infeksi campuran2. Pengobatan pada infeksi berat yang belum jelas penyebabnya 3. Efek sinergis 4. Memperlambat resistensi

SOAL 3A. Kombinasi Antimikroba

Penggunaan antimikroba yang bersamaan masih merupakan hal yang rasional dan dianjurkan pada keadaan tertentu. Permasalahannya adalah memilih kombinasi dan

Page 4: DEFINISI ANTIBIOTIKA

indikasi yang tepat. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai adanya interaksi obat-obat tersebut.

Dua acam antimikroba yang dikombinasikan pemakaiannya terhadap mikroorganisme dapat menimbulkan efek : Sinergistik, apabila kombinasi antimikroba menghasilkan efek antibakteri yang lebih

besar, dibandingkan jumlah efek masing-masing antimikroba.Contoh: Penisilin/ Sefalosporin dengan aminoglikosida             Amfoterisin dengan Rifampisin             Bakterisid dengan bakterisid, bakteriostatik dengan bakteriostatik

Antagonistik, apabila kombinasi antimikroba menimbulkan efek antibakteri yang kurang, dibandingkan dengan jumlah efek masing-masing antimikroba.Contoh: Bakterisid dengan bakteriostatik

Indiferen, ababila kombinasi antimikroba tersebut menunjukkan efek antibakteri yang kurang lebih sama dengan jumlah efek masing-masing antimikroba.

SOAL 4A. Konsentrasi Hambat Minimum

Konsentrasi minimun penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau disebut dengan KHM adalah konsentrasi terendah dari antibiotika atau antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Nilai KHM adalah spesifik untuk tiap-tiap kombinasi dari antibiotika dan mikroba. KHM dari sebuah antibiotika terhadap mikroba digunakan untuk mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap antibiotika. Nilai KHM berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai KHM dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar. KHM dari sebuah antibiotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata KHM terhadap seluruh strain dari spesies tersebut. Strain dari beberapa spesies mikroba adalah sangat berbeda dalam hal sensitivitasnya. Metode uji antimikrobial yang sering digunakan adalah metode Difusi Lempeng Agar. Uji ini dilakukan pada permukaan medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas saring yang berbentuk cakram yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi diameter zona penghambatan diukur. Diameter zona pengambatan merupakan pengukuran KHM secara tidak langsung dari antibiotika terhadap mikroba. Sensitivitas klinik dari mikroba kemudian ditentukan dari tabel klasifikasi (Jawetz et al.,1996).

Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisik dan kimia. Pengendalian dapat berupa pembasmian dan penghambatan populasi mikroorganisme. Zat antimikrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikrobial terdiri dari antijamur dan antibakterial. Zat antibakterial adalah zat yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih zat antimikrobial kimiawi adalah :1. Jenis zat dan mikroorganisme

Zat antimikrobial yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis mikroorganismenya karena memiliki kerentanan yang berbeda-beda.

2. Konsentrasi dan intensitas zat antimikrobialSemakin tinggi konsentrasi zat antimikrobial yang digunakan, maka semakin tinggi pula daya kemampuannya dalam mengendalikan mikroorganisme.

3. Jumlah organismeSemakin banyak mikroorganisme yang dihambat atau dibunuh, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengendalikannya.

Page 5: DEFINISI ANTIBIOTIKA

4. SuhuSuhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat antimikrobial

5. Bahan organikBahan organik asing dapat menurunkan efektivitas zat antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme. Hal tersebut karena penggabungan zat dan bahan organik asing membentuk zat antimikrobial yang berupa endapan sehingga zat antimikrobial tidak lagi mengikat mikroorganisme.