Definisi Abses retroaureikular
-
Upload
sagase-apthayasa -
Category
Documents
-
view
55 -
download
6
description
Transcript of Definisi Abses retroaureikular
I. Definisi
Abses retroaurikular merupakan komplikasi dari infeksi yang berasal dari dalam
telinga (otitis media). Abses ini merupakan abses yang paling sering terbentuk di
mastoid. Abses retroaurikuler sering kali menyertai mastoiditis koalesens pada anak-
anak. Infeksi meluas dari mastoid hingga ruang subperiosteal. Abses ini terjadi akibat
perluasan langsung infeksi yang menyebabkan destruksi tulang atau flebitis dan
periflebitis vena-vena mastoid.
II. Epidemiologi
Komplikasi ekstrakranial dan intrakranial dari otitis media dapat terjadi pada seluruh
kelompokusia, namun lebih umum dijumpai pada anak dalam dua tahun pertama
kehidupan. Data penelitian di daerah pedalaman provinsi Natal, Afrika Selatan
menunjukkan 80% komplikasi ekstrakranial dan 70% komplikasi intrakranial terjadi
pada anak-anak yang berusia antara 1-2 tahun. Komplikasi otitis media akut dan kronik
dapat menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Salah satu
komplikasi ekstrakranial dari otitis media adalah abses retroaurikuler/abses
postaurikuler.7
Dari penelitian di daerah pedalaman provinsi Natal, Afrika Selatan, abses
retroaurikuler merupakan komplikasi ekstrakranial yang paling sering terjadi pada anak-
anak di bawah 6 tahun yang mengidap otitis media.7
III. Etiologi
Abses retroaurikuker ini berasal dari infeksi pada telinga tengah.Infeksi pada telinga
tengah disebabkan oleh otitis media akut, otitis media supuratif kronik, maupun infeksi
pada tulang mastoid yaitu mastoiditis.
IV. Patofisiologi
Pertahanan telinga tengah yang pertama merupakan mukosa cavum timpani.Bila
pertahanan pertama ini dapat ditembus oleh infeksi, masih ada pertahanan kedua yaitu
dinding tulang cavum timpani dan sel mastoid.Namun bila pertahanan kedua ini rusak
akibatnya struktur lunak sekitar juga terkena dan bila periosteum rusak mengakibatkan
abses subperiosteal yang relatif tidak berbahaya. Akhirnya terbentuk jaringan granulasi
yang terjadi akibat erosi tulang.8
Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama host
masih bertahan hidup, jaringan hidup di sekitarnya membuat suatu respons mencolok
yang disebut peradangan. Peradangan adalah reaksi vascular yang menimbulkan
pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-
jaringan intertisial di daerah cedera atau nekrosis.9
Peradangan sebenarnya merupakan fenomena yang menguntungkan dan defensif,
yang menghasilkan eliminasi agen penyerang, penghancuran jaringan nekrotik dan
terbentuknya keadaan yang diperlukan untuk perbaikan dan pemulihan.9
Fenomena vaskular, cairan, dan selular yang dramatik pada peradangan jelas dibawah
pengawasan yang ketat. Meskipn beberapa cedera secara langsung merusak endotel
pembuluh dan dengan demikian menimbulkan kebocoran protein dan cairan di daerah
cedera, pada sebagaian besar kasus cedera mencetuskan pembentukan dan/atau pelepasan
zat-zat kimia di dalam tubuh, dan mediator ini menimbulkan peradangan.9
Zat-zat yang dilepas secara endogen ini dikenal sebagai mediator respons peradangan.
Pengetahuan semacam ini, pada satu sisi memberikan pengertian yang lebih baik
mengenai defisiensi dan gangguan respons peradangan dan, pada sisi lain, menunjukkan
cara menekan peradangan yang tidak dikehendaki saat terjadi secara klinis. Mediator
mediator ini dapat digolongkan menjadi kelompok amin amin vasoaktif, zat-zat yang
dihasilkan oleh system system enzim plasma, metabolit asam arakhidonat, produk sel
lain.9
Histamine adalah amin vasoaktif yang paling penting, mampu menghasilkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular.Sejumlah besar histamine disimpan
dalam granula sel-sel jaringan yang dikenal sebagai sel mast.Cedera fisik menyebabkan
degranulasi sel mast dan pelepasan histamine yang penting pada awal peradangan dan
merupakan mediator utama dalam beberapa reaksi alergi yang sering.
Infeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi PMN yang sangat tinggi yang
tertimbun di dalam jaringan, dan banyak sel-sel ini mati serta membebaskan enzim
enzim hidrolitiknya yang kuat ke sektarnya.Dalam keadaan ini, enzim-enzim PMN
secara harafiah mencerna jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi
neutrofil an pencairan jaringan-jaringan dibawahnya ini disebut supurasi, dan dengan
demikian eksudat yang terbesar disebut eksudat supuratif, atau lebih sering disebut pus.
Pus terdiri atas PMN yang hidup, mati, dan yang hancur; jaringan yang mencair dan
tercerna.Jika terjadi supurasi local di dalam jaringan padat, lesi yang diakibatkan disebut
abses.9
Abses retroaurikuler sering kali menyertai mastoiditis koalesens pada anak-
anak.Infeksi meluas dari mastoid hingga ruang subperiosteum.Abses ini terjadi akibat
perluasan langsung infeksi yang menyebabkan destruksi tulang atau flebitis dan
periflebitis vena-vena mastoid.Lubang kecil pada tulang temporal dewasa yang
membentuk area kribriformis mastoid di sekitar lengkung Henle awalnya merupakan
serangkaian terowongan vaskuler terbuka di antara bagian inferior mastoid dan
korteks.Infeksi dapat langsung terjadi dari mastoid ke ruang subperiosteum hingga
terowongan ini tertutup.Pada bayi dan anak-anak, abses terbentuk di sekitar segitiga
MacEwen; pus pada kasus ini menyebar sepanjang terowongan vaskuler lamina
kribrosa.Infeksi jaringan lunak menyebabkan nekrosis jaringan dan pembentukan abses.
Jaringan lunak sekitar akan mengalami penebalan, inflamasi, eritema. Pada perabaan,
dijumpai adanya nyeri tekan dan fluktuasi.7,9,10
Seiring dengan luasnya penggunaan antibiotik, abses mastoid, termasuk abses
retroaurikuler lebih sering terjadi pada otitis media supuratif kronik dengan
kolesteatoma. Menurut Souza, abses retroaurikuler merupakan salah satu komplikasi
ekstrakranial. Bila erosi tulang berlangsung terus, akan terjadi abses subperiosteum. Bila
abses ini menembus periosteum, akan terbentuk abses dan fistula subkutis. Bila proses
tersebut mengarah ke posterior dan inferior, masing-masing akan terjadi abses
retroaurikular dan abses Bezold. Abses Bezold adalah abses yang ruptur ke depan
dinding prosesus mastoid menyebabkan perjalanan abses di sepanjang m.
sternokleidomastoideus.8,10
V. Klasifikasi
Abses retroaurikuler termasuk kedalam abses subperiosteal.Abses subperiosteal
menyertai 50% pasien dengan mastoiditis. Abses subperiosteal karena mastoiditis ini
berupa :
1. Abses retroaurikuler (postauricular abscess) yang sering terbentuk yaitu diatas
Macewen’s triangle dari mastoid. Ini dikarenakan pus yang ada melintasi pembuluh
darah di lamina cribosa. Abses retroaurikuler sering terjadi pada anak-anak. Akibat
dari abses ini, posisi aurikula menjadi terdorong ke anterior, lateral, dan inferior.
2. Abses zigomaticus berasal dari infeksi yang terjadi pada sel zigomatik yaitu pada
arcus zigomatikum posterior. Pus dapat terletak superfisial atau profunda dari m.
temporalis. Pembengkakan terjadi di bagian anteroinferior aurikula. Dapat terjadi
edema pada kelopak mata atas.
3. Abses Bezold’s terjadi pada mastoiditis akut koalesens dimana pus dapat menembus
ujung dari tulang mastoid bagian medial yang tipis. Pus yang menembus ini terlihat
sebagai pembengkakan pada bagian atas leher.11
Gambar . Tipe Abses Mastoid.11
VI. Diagnosis
Diagnosis abses retroaurikuler umumnya jelas.Edema jaringan dan abses
menyebabkan daun telinga terdorong ke bawah dan samping karena hanya bagian atas
mastoid yang masih memiliki pneumatisasi. Pada stadium awal, dokter harus melakukan
pemeriksaan radiologis atau ultrasonografi untuk mengkonfirmasi keberadaan udara di
dalam jaringan lunak atau kavitas di dalam kapsul abses jika fluktuasi masih belum
jelas.Pemeriksaan radiologi akan menunjukkan gambaran perselubungan pada
pneumatisasi mastoid atau gambaran radiolusen akibat erosi tulang bila terdapat
kolesteatoma.7,10
VII. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menegakkan diagnosis serta mencari adanya
komplikasi lain selain abses retroaurikuler.
1. CT scan tulang mastoid.
2. Kultur cairan abses.11
VIII. Diagnosis Banding
Limfadenitis adalah peradangan pada salah satu atau beberapa kelenjar getah
bening.Kelenjar getah bening ada yang di sekitar leher, ketiak dan pangkal paha. Jika
terjadi infeksi, maka biasanya kelenjar getah bening lokal akan ikut membesar. Di daerah
leher, terdapat banyak kelenjar getah bening yang menurut Sloan Kattering Memorial
Cancer Center Classification dibagi menjadi lima daerah penyebaran kelompok kelenjar,
yaitu daerah:
I. Kelenjar yang terletak di segitiga sub-mental dan submandibular
II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfa jugular superior,
kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior superior
III. Kelenjar limfa jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid
dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior m.sternokleidomastoid
IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikula
V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal
Jika terjadi pada peradangan kelenjar getah bening di daerah V, bisa tampak gejala
klinis sebagai pembesaran pada daerah belakang telinga (limfadenitis postaurikuler) yang
lunak dan sakit, kulit terlihat kemerahan dan terasa hangat, demam, kadang terbentuk
abses.Infeksi yang terjadi pada kelenjar getah bening leher posterior biasanya disebabkan
oleh mononukleosis atau rubella.
X. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abses retroaurikuler terdiri dari penanganan setempat abses tersebut
serta fokus infeksi diluar abses seperti penanganan OMSK, mastoiditis, dan beserta
komplikasi lainnya.
1. Insisi dan drainase abses retroaurikuler.
2. Pemberian antibiotik IV. Bila tidak ada perbaikan dilanjutkan dengan mastoidektomi.
Mastoidektomi terdiri dari mastoidektomi sederhana dan mastoidektomi radikal. Pada
OMSK tipe aman yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif dilakukan
mastoidektomi sederhana. Dengan tindakan operasi ini, dilakukan pembersihan ruang
mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya adalah agar infeksi tenang dan telinga
tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Sedangkan
pada OMSK tipe bahaya dilakukan mastoidektomi radikal. Pada operasi ini, rongga
mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini
adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke
intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
3. Penanganan komplikasi lainnya bila ada.8,11
Gambar . Penanganan Komplikasi Otitis Media.13
Gambar . Manajemen OMSK.13
XI.Prognosis
Abses yang ditangani dengan cepat dan benar, seperti drainase akan membuat
prognosis yang lebih baik. Bila abses tidak ditangani dengan baik, dapat menyebar ke otak
sehingga prognosisnya akan menjadi buruk.