Dea Intan Soraya (Kelainan Kromosom).docx
-
Upload
jesse-estrada -
Category
Documents
-
view
131 -
download
2
Transcript of Dea Intan Soraya (Kelainan Kromosom).docx
Nama : Dea Intan Soraya
NIM : FAA 111 0033
Fakultas : Kedokteran Universitas Palangka Raya
OOSIT YANG MATUR AKIBAT MENINGKATNYA USIA IBU
MENYEBABKAN MUTASI KROMOSOM PADA GEN
Selama masa hidup janin, sel berkembangbiak dengan cepat oleh mitosis
untuk menghasilkan sekitar 6-7 juta oogonium pada kehamilan 16-20 minggu. Sejak
saat itu, populasi sel germinal mulai menurun melalui proses apoptosis yang diatur
gen. Sel germinal berubah menjadi oosit setelah memasuki pembelahan meiosis
pertama, jumlah sel germinal turun menjadi 1 sampai 2 juta saat lahir dan menjadi
sekitar 300.000 sampai 500.000 pada awal pubertas. Selama 35-40 tahun masa
reproduksi, hanya sekitar 400 sampai 500 oosit akan berovulasi, sisanya hilang
mengalami atresia.
Jumlah sisa folikel ovarium terus menurun dengan bertambahnya umur,
semakin cepat setelah usia 38 tahun, pengamatan pada siklus yang terstimulasi
menunjukkan bahwa folikel juga menjadi semakin kurang peka terhadap stimulasi
gonadotropin. Oosit matur pada usia dewasa identik dengan oogonia yang memasuki
fase meiosis pada saat fetal. Oogonia yang memasuki tahap meiosis lebih lama
memungkinkan untuk mengalami kecacatan pada saat pembentukan kiasma. Hal ini
menyebabkan kemungkinan terjadinya nondisjunction.
Kondisi patologis pada kromosom dapat muncul pada proses disjunction, yaitu
pada kondisi nondisjunction dan malsegregasi. Disjunction merupakan segregasi
normal pada kromosom homolog atau kromatid kearah kutub pada saat pembelahan
meiosis dan mitosis. Nondisjunction merupakan kegagalan proses tersebut, dan dua
kromosom atau kromatid akan kearah hanya salah satu kutub. Nondisjunction lebih
sering terjadi pada fase meiosis I. Nondisjunction pada meiosis menghasilkan gamet
dengan 22 atau 24 kromosom, dimana seteleah fertilisasi dengan gamet normal akan
menghasilkan zigot trisomi atau monosomi. Nondisjunction merupakan penyebab
aneuploidi yang paling sering. Non disjuntion (gagal memisah) kromosom-kromosom
atau kromatid-kromatid selama mitosis atau miosis. Karena hilangnya kromosom atau
kromatid maka distribusi kromosom atau kromated itu ke kutub-kutub sel yang
berlawanan tidak sama, sehingga menghasilkan jumlah kromosom hipoploid (2n-1,
4n – 1) atau hiperploid (2n + 1, 4n + 1).
Non-disjunction ialah tak terpisahnya kromatid atau kromosom homolog
waktu anafase meiosis. Dibagi atas 2 jenis, menurut waktu kejadian non-disjunction
itu ada ;
a. Primer
b. Sekunder
Yang primer jika non-disjunction itu terjadi pada waktu meiosis, gametositnya
sendiri normal (2N). yang sekunder, jika non-disjunction terjadi pada periode
perbanyakan gametogonium (pembentukan gametosit I), sehingga ada gametosit
2N+1 dan ada pula gametosit 2N-1. Jika meiosis sendiri normal, maka akan terbentuk
gamet N-1, N+1 atau juga yang normal : gamet N.
Non-disjunction primer bisa terjadi pada :
a. Anafase meiosis I
b. Anafase meiosis II
c. Anafase meiosis I-II
Jika non-disjunction itu terjadi berturut-turut sejak meiosis I dan II bisa timbul gamet-
gamet : N, N-1, N+2 dan N+3.
Dapat terjadi pada sel-sel germinal maternal atau paternal lebih banyak terjadi
pada maternal. Frekuensi non-disjunction makin meningkat dengan makin
meningkatnya usia ibu hamil.
Penyebab lain adalah anaphase lag. Anaphase lag merupakan kegagalan
kromosom atau kromatid untuk bergabung menjadi satu dalam nukleus sel anakan
mengikuti pembelahan sel, sebagai hasil dari keterlambatan perpindahan (lagging)
selama anafase. Kromosom yang tidak masuk dalam nukleus sel anakan akan hilang.
Anefase lag, ialah tak melekatnya salah satu kromatid (kromosom anak) ke
sarat gelendong waktu anafase meiosis I. ketika sel sedang membelah kromosom yang
tak menggantung pada serat gelendong itu akan hancur. Karena itu sel anak (gamet)
ada yang kekurangan 1 kromosom (1 macam tidak ada), sebaliknya ada yang
berlebihan 1 kromosom (1 macam ada 2) : gamet N-1 dan gamet N+1.
Perubahan sifat keturunan itu secara umum disebut mutasi. Mutasi adalah
Perubahan yang terjadi pada organisme yang bersifat menurun ( hereditas), hasil
mutasi disebut mutan. Lawannya adalah modifikasi yaitu perubahan yang tidak
menurun.
Ada dua mutasi yaitu, mutasi kecil dan mutasi besar. Mutasi kecil hanya
menimbulkan perubahan kecil yang kadang tak jelas membuat perubahan fenotip,
atau sedikit saja berbeda dari leluhur; jadi hanya semacam variasi. Mutasi besar
menimbulkan perubahan besar pada fenotip, yang biasanya dianggap abnormal atau
cacat.
Penyebab mutasi itu disebut mutagen (agen mutasi). Kebanyakan jenis
mutagen yaitu; bahan fisika, kimia atau biologi yang memiliki daya tembus yang kuat
hingga dapat mencapai bahan genetis dalam inti sel; yakni zat radioaktif, zat kimia
yang keras, dan virus.
Berdasarkan pada perubahan pada material genetik dalam sel, mutasi
dibedakan: mutasi gen, mutasi kromosom dan mutasi genoom.
1. Mutasi Gen :
AA→Aa→aa
2. Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom adalah perubahan terjadi pada struktur kromosom diberi nama
umum Aberasi. Kromosom di bedakan atas:
Defisiensi adalah hilangnya sebuah/ sebagian dari gen karena putusnya
kromosom.
Duplikasi adalah keadaan dimana kromoson memiliki gen-gen terulang atau
mengalami penggandaan.
Inversi adalah segmen dari kromosom mempunyai urutan terbalik
Delesi adalah kekurangan satu kromosom homolog
Translokasi adalah perpindahan bagian kromosom kebagian kromosom yang
bukan homolognya.
3. Mutasi Genom
Perubahan yg terjadi pd jumlah kromosom makhluk hidup. Genom adalah satu
set kromosom haploid dari makhluk hidup.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada jumlah kromosom, maka makhluk
hidup
dibedakan menjadi:
A. Aneuploid
B. Euploid
Kelainan kromosom dapat terjadi pada tahap post zigotik, berupa kelainan
nondisjunction pada pembelahan mitosis sel pada embrio yang dapat menghasilkan
kondisi mosaikisme. Mosaikisme dapat diartikan sebagai adanya dua atau lebih garis
keturunan pada satu individu atau dalam jaringan yang berbeda dalam konstitusi
kromosom namun berasal dari satu zigot yaitu berasal dari asal genetik yang sama.
Mutasi poszigotik menghasilkan mosaic dengan dua (atau lebih) cell line yang
berbeda secara genetik. Mosaiksme berasal dari nondisjunction yang terjadi pada awal
pembelahan mitosis embrional dengan keberadaan lebih dari satu garis keturunan.
Mosaikisme dapat terjadi pada jaringan sel somatic maupun sel benih.
Kelainan yang berkaitan dengan struktur kromosom bisa disebabkan oleh
kerusakan DNA (oleh karena radiasi, bahan kimia) atau akibat dari mekanisme
rekombinasi. Pada fase G2 pada siklus sel, kromosom terdiri dari dua kromatid.
Kerusakan pada tahap ini bermanifestasi sebagai kerusakan kromatid, mengenai salah
satu dari dua kromatid. Kerusakan pada fase G1 bila tidak diperbaiki sebelum fase S,
muncul sebagai kerusakan kromosom, mengenai kedua kromatid. Namun sel
memiliki mekanisme enzim yang berfungsi mengenali dan memperbaiki kerusakan
kromosom. Perbaikan dapat berupa penggabungan pada ujung kedua bagian
kromosom atau menutupi ujung yang rusak dengan telomere. Mekanisme checkpoint
siklus sel normalnya mencegah sel dengan kerusakan kromosom yang tidak dapat
diperbaiki memasuki tahap mitosis, bila kerusakan tidak dapat diperbaiki terdapat
mekanisme apoptosis.
Perubahan genetis bisa pula terjadi karena kromosom sendiri yang rusak.
Sebagian batang tubuhnya lepas, berpilin, melekat kembali dengan letak terbalik, atau
pindah ke kromosom lain. Kalau ada kromosom yang mengalami pelepasan bagian
tubuhnya, ketika terjadi pembelahan sel yang bersentromerlah yang akan
menggantung kepala serat gelendong, sedangkan yang tidak ada sentromernya akan
hancur. Kalau suatu sel somatic memiliki kromosom yang mengalami kerusakan
(fregmentasi), kalau sel itu tidak sedang membelah, fragmen itu akan tetap hadir
dalam sel dan masih bisa berfungsi melakukan transkripsi. Baru kalau sel itu
membelah fragment yang tidak bersentromer tadi akan hancur, dan pada sel anaknya
akan kentaralah akibat fragmentasi itu jika fragment mengandung gen-gen yang
penting.
Melihat pada tempat terjadinya, perubahan bahan genetis dapat dibagi 2 jenis ;
1. Mutasi kecil
Mutasi kecil (point mutation), ialah perubahan yang terjadi pada susunan molekul
(ADN) gen. Lokus gen itu sendiri tetap. Mutasi jenis inilah yang menimbulkan alel.
2. Mutasi besar
Mutasi besar (gross mutation), ialah perubahan yang terjadi pada struktur dan
susunan kromosom.
Kromosom yang dihasilkan tanpa memiliki sentromer (asentris) atau dua
sentromer (disentris) tidak akan mengalami segregasi yang stabil dalam mitosis, dan
akan hilang. Kromosom dengan sentromer tunggal dapat stabil melalui putaran
mitosis, bahkan bila strukturnya abnormal. Kelainan struktur terjadi ketika kerusakan
tidak dapat diperbaiki secara benar atau rekombinasi antara kromosom yang
nonhomolog. Rekombinasi meiosis antara kromosom yang salah berpasangan
merupakan penyebab utama translokasi, delesi, duplikasi, dan translokasi dapat terjadi
pada tahap crossing over.
Delesi
Delesi adalah mutasi kromosom dimana sebagian dari kromosom menghilang. Delesi
bisa terjadi akibat kegagalan ketika bertranslokasi ataupun tidak kembali
menyambungnya bagian kromosom setelah kromosom putus.
Duplikasi
Duplikasi adalah mutasi kromosom dimana sebagian dari kromosom mengalami
penggandaan (duplikasi). Duplikasi menyebabkan adanya materi genetik tambahan.
Translokasi
Translokasi adalah tersusun kembalinya kromosom dari susunan sebelumnya. Ada
dua macam translokasi yaitu translokasi resiprok dan translokasi Robert sonian. Pada
translokasi resiprok, ada dua kromosom yang bertukar materi genetik. Sementara pada
translokasi Robert sonian, kedua lengan pendek kromosom hilang dan lengan
panjangnya membentuk kromosom baru. Translokasi Robert sonian biasanya terjadi
pada kromosom dengan bentuk akrosentrik (kromosom yang letak sentromernya
berada mendekati ujung, salah satu lengan pendeknya sangat pendek sehingga seperti
tidak terlihat). Translokasi Robert sonian pada manusia terjadi pada kromosom 13, 14,
15, 21, dan 22.
Inversi
Inversi adalah penyusunan kembali materi genetic kromosom tetapi terbalik dari
susunan sebelumnya.