Data Pasien

11
DATA PASIEN SKILL LAB OM (Oral Medicine) Nama : Nungky Tyas Susanti Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Peremuan Alamat : Jalan Mastrip No. 48 Jember Pekerjaan : Mahasiswa Status perkawinan : Belum menikah Kebangsaan / suku bangsa : Indonesia / Jawa Riwayat Kasus Pasien datang dengan keluhan utamanya yaitu terdapat benjolan pada palatum durum, benjolan tersebut membesar dan sakit saat pasien mengalami stress. Dari riwayat penyakit, benjolan tersebut ada sejak pasien SMA, dapat membesar dan sakit saat stress sejak pasien SMA. Pasien juga pernah memeriksakannya ke dokter umum pada saat kelas 3 SMA dan oleh dokter diberi vitamin, lalu beberapa hari kemudian benjolan pecah dan terasa asin. Pasien pernah melakukan restorasi pada gigi molar I bawah kanan pada saat SMP dan gigi insisiv II kiri atas satu tahun yang lalu. Pasien juga melakukan perawatan orto satu tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat sakit maag sejak SMA, serta memiliki

description

data pasien

Transcript of Data Pasien

DATA PASIEN SKILL LAB OM (Oral Medicine)Nama : Nungky Tyas SusantiUmur : 19 tahunJenis kelamin : PeremuanAlamat : Jalan Mastrip No. 48 JemberPekerjaan : MahasiswaStatus perkawinan : Belum menikahKebangsaan / suku bangsa : Indonesia / JawaRiwayat KasusPasien datang dengan keluhan utamanya yaitu terdapat benjolan pada palatum durum, benjolan tersebut membesar dan sakit saat pasien mengalami stress. Dari riwayat penyakit, benjolan tersebut ada sejak pasien SMA, dapat membesar dan sakit saat stress sejak pasien SMA. Pasien juga pernah memeriksakannya ke dokter umum pada saat kelas 3 SMA dan oleh dokter diberi vitamin, lalu beberapa hari kemudian benjolan pecah dan terasa asin. Pasien pernah melakukan restorasi pada gigi molar I bawah kanan pada saat SMP dan gigi insisiv II kiri atas satu tahun yang lalu. Pasien juga melakukan perawatan orto satu tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat sakit maag sejak SMA, serta memiliki riwayatsakit typhus sejak SD dan typus ini kambuh 5 minggu yang lalu. Pasien tidak suka mengkonsumsi sayur. Dari keadaan umum, penyakit yang pernah atau sedang diderita yaitu typus dan maag. Dari tanda tanda vital terlihat normal semua. Pasien memiliki tinggi badan yaitu 158 cm dan berat badan 42 cm, serta suhu normal yaitu 36. Pasien mengonsumsi obat maag, metronidazole, dan obat typhus pada 6 bulan terakhir. Keadaan sosial pasien baik dan tidak memiliki kebiasaan buruk. Dari riwayat keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit pada keluarga.Pemeriksaan Klinis1. Ekstra OralPada pemeriksaan ekstra oral diperiksa penampilan umum dari pasien, asimetri wajah, pembengkakan, kemerahan dan adanya pembengkakan kelenjar limfe. Pada pemeriksaan ekstra oral di klinik OM dilakukan pemeriksaan pada muka, kelenjar saliva, dan kelenjar limfe. Pada pemeriksaan kelejar limfe kita harus memeriksa kelenjar leher, kelenjar submandibularis, kelenjar pre dan post auricularis, serta kelenjar submentalis.

1. MukaPemeriksaan muka terdiri dari pemeriksaan pipi kanan dan kiri, bibir bawah dan atas dan sudut mulut kanan dan kiri.a. Pipi kanan / kiriPemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya pembengkakan atau peradangan patologis. Dari pemeriksaan yang dilakukan kelompok kami di dapatkan bahwa pipi penderita kanan dan kiri dalam keadaan normal.

b. Bibir atas / bawahPemeriksaan bibir atas dan bawah dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, ukuran, dan tekstur permukaan. Dalam pemeriksaan bibir bawah dan atas pasien didapatkan hasil bahwa bibir pasien normal.

c. Sudut mulut kanan / kiriPemeriksaan sudut mulut kanan dan kiri dilakukan untuk mengetahui apakah disudut mulut pasien terdapat kelainan. Pemeriksaan pada pasien menunjukkan bahwa sudut mulut pasien normal.

2. Kelenjar Saliva a. Kelenjar parotis Pemeriksaan kelenjar parotis dilakukan dengan cara palpasi. Pemeriksaan kelenjar parotis dilakukan untuk mengetahui adanya pembengkakan atau perabaan yang lunak. Pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kelenjar parotis pasien normal.b. Kelenjar SubmandibulaPemeriksaan submandibula juga dilakukan dengan cara palpasi. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kelenjar submandibula pasien dalam keadaan normal.

3. Pemeriksaan Kelenjar Limfe Pemeriksaan leher meliputi inspeksi pada bentuk leher, simetris, kaku kuduk, atau scrofuloderm. Pada hasil pemeriksaan pada leher tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan kelenjar limfe sumandibularis dan submentalis dilihat apakah ada pembesaran, bagaimana bentukannya soliter atau multipel, apakah ada fluktuasi, konsistensi, dan adakah rasa nyeri. Pada hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pembengkakan kelenjar submandibularis dan submentalis. Kelenjar pre-auricular terletak pada glandula parotis sepanjang vena temporalis superficialis dan vena facialis transversa. Sedangkan kelenjar post auricularis terletak di cabang eksterna karotis. Hasil pemeriksaan menunjukkan kelenjar pre auricularis dan post auricularis normal.

Pemeriksaan Intra Oral Pada pemeriksaan intraoral, dilakukan untuk mengetahui keadaan dalam rongga mulut pasien, meliputi keadaan gigi-geligi, mukosa rongga mulut yang meliputi,a. Mukosa labial atas dan bawahb. Mukosa pipi kiri dan kananc. Buccal fold atas dan bawahKemudian juga pada gingiva, lidah, dasar mulut dan kelenjar sub lingualis, palatum, tonsil dan pharynx.Hasil pemeriksaan pada pasien sebagai berikut :a. Gigi-geligi

V IV III II II II III IV V8 7 6 5 4 3 2 11 2 3 4 5 6 7 81 2 3 4 5 6 7 88 7 6 5 4 3 2 1I II III IV VV IV III II IXXXImp

Keterangan : Gigi sulung sudah tidak ada Gigi yang hilang: 14 (karena perawatan ortho), 36 (karena karies), 44 (karena perawatan ortho) Gigi yang ditumpat : 22 (restorasi GI), 46 (restorasi amalgam)

Riwayat perawatan gigi-geligi : Restorasi amalgam gigi 46 Restorasi GI gigi 22 Pencabitan gigi 14, 36, 44

b. MukosaSeperti yang telah dijelaskan diatas, pemeriksaan mukosa meliputi pemeriksaan mukosa labial atas-bawah dan mukosa bukal kanan-kiri. Pemeriksaan mukosa ini dilakukan pertama-tama dengan inspeksi untuk melihat apakah terdapat kelainan. Jika ditemukan kelainan kemudian dilanjukan dengan palpasi untuk mengetahui konsistensi dan rasa sakit. Hasil pemeriksaan mukosa menunjukkan tidak ada kelainan, baik pada mukosa bukal maupun mukosa labial. Pada mukosa bukal kanan pasien ditemukan bentukan linea alba memanjang dari regio gigi anteror sampai posterior, yang merupakan hiperkeratinisasi non patologis mukosa bukal.c. Buccal foldPemeriksaan buccal fold dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pemeriksaan mukosa. Jika ditemukan kesulitan pemeriksaan dapat dilakukan dengan bantuan kaca mulut dan pencahayaan yang cukup. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada kelainan pada buccal fold pasien.d. GingivaKeadaan Gingiva pasien dapat diketahui dengan Inspeksi (melihat secara visual) dan melakukan palpasi (perabaan). Kedua hal ini berfungsi untuk mengetahui warna, konsistensi, kontur dari gingiva pasien dimana gingiva pasien berwarna Coral Pink, konsistensi normal, dan terdapat stippling. Berdasarkan data yang diperoleh akhirnya disimpulkan bahwa keadaan dari gingiva pasien adalah Normal.

e. Dasar mulut dan kelenjar saliva sub lingualisKeadaan Dasar Mulut pasien dapat diketahui dengan Inspeksi (melihat secara visual). Pada pemeriksaan dasar mulut, pasien diinstruksikan membuka mulut dan meletakkan ujung lidah di palatum, kemudian dilihat secara visual. Dilihat pada dasar mulut apakah ditemukan lesi serta kelainan jaringan atau tidak. Pada pemeriksaan tidak tampak ada kemerahan dan pembengkakan sehingga bisa disimpulkan bahwa dasar mulut pasien normal.

f. PalatumPemeriksaan palatum dilakukan pada palatum durum dan palatum molle. Palatum diperiksa dengan secara visual dan palpasi. Dari hasil pemeriksaan ditemukan suatu benjolan berupa vesikel dengan diameter 3mm di kanan sutura media palatine tepat di rugae palatine. Benjolan ini berwarna kemerahan dan apabila dipalpasi terasi lunak. Untuk diagnosis lebih lanjut akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.

DIAGNOSA SEMENTARAPada penentuan diagnosa dalam penyakit mulut tidak serta merta mapu ditentukan dalam hasil evaluasi pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif saja,namun membutuhkan pemeriksaan penunjang.Karena pada dasarnya penyakit di rongga muliut dibedakan menjadi 3 kelas besar (1) infeksi atau penyakit keradangan (2) kelainan pertumbuhan dan perkembangan (3) neoplasia.Sehingga memang sangatlah dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti radiologi,pemeriksaan laboraturium HPA dan patologi klinik.Untuk sementara ini diagnosa yang didapatkan dalam pasien skill lab adalah vesikula hormonal dari jaringan pada palatum durum dengan membentuk vesikel yang menimbulkan symptom apabila terdapat faktor resiko berupa kondisi psikologi(stress). Menurut kelompok kami diagnosa sementara dari pasien tergolong vesikula hormonal karena gambaran klinis tampak berupa lepuh kecil yang dibentuk dari akumulasi cairan epidermis. Kelainan ini dapat disebabkan oleh gangguan genetik (congenital),trauma, alerginitas atau infeksi dengan daya intensitas paparan rendah dan berlangsung lama (kronis) atau sering dikenal dengan kondisi dermatitis. Adanya paparan kronis membuat vesikula ini bertahan dalam jangka waktu yang lama, bahkan hingga menahun. Pada \ kasus iritasi lokal yang menimbulkan reaksi alergi, terbentuknya vesikel pada lokasi yang yang sama, dan mampu membesar hingga pecah serta meninggalkan kondisi erosi yang simptomatik ketika stress, kekurangan nutrisi, daya tahan tubuh rendah, dan trauma mastikasi, Pada beberapa kasus, kondisi vesikula yang menahun diduga gejala dari tumor ataupun kanker. Oleh sebab itu, diagnosa pasti dapat ditetapkan setelah dilakukan tahap biopsi untuk menentukan bagaimana pola epitelium apakah terdapat mutasi dari sel epithelium sehingga terjadi proliferasi lapisan epithelium yang salah, atau pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan intrasel. Apabila terjadi perubahan bentuk sel dan penyimpangan diferensiasi sel diduga diagnosa adalah tumor non neoplastik, apabila hanya berupa timbunan cairan intrasel, kemungkinan hanya kerusakan sel epidermis yang memicu penimbunan cairan intrasel membentuk vesikula.Dengan demikian dapat disimpulkan.Diagnosa kasus diatas adalah vesikula hormonal yang terjadi akibat faktor resiko kondisi psikologi pasien yang bermanifestasi terhadap penurunan kekebalan tubuh pasien, dengan diferensial diagnose(DD) berupa adenoma pleomorfik, dan adenoma monomorfikRencana Perawatan Fungsi vitamin dalam terapi suportif ini adalah untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien. Karena membesarnya vesikel dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh pasien. Selain itu vitamin berfungsi juga untuk menggantikan asupan nutrisi yang kurang akibat pasien tidak suka makan sayur.