Dasar Teori Tes Lapang Pandang

3
Tes konfrontasi Pemeriksaan konfrontasi tidak memerlukan alat khusus dan memberikan gambaran estimasi kasar lapangan pandang pasien yang dibandingkan dengan lapangan pandang pemeriksa. Pada pemeriksaan ini, lapangan padang pemeriksa diasumsikan normal. Pada pemeriksaan ini pasien dan pemeriksa saling berhadapan dengan jarak 1 meter.Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa juga menutup mata pada sisi yang sama. Denganmenggunakan mata yang tidak ditutup tersebut, pasien diminta untuk melihat ke matapemeriksa pada sisi yang sama yang juga tidak tertutup. Satu objek, biasanya kepala jarumberukuran besar atau jari pemeriksa diletakkan di tengah tengah antara pasien dan pemeriksa. Objek tersebut kemudian digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer menuju ke pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia pertama kali melihat objek tersebut.Tiap kuadran diperiksa dan lokasi bintik buta ditentukan. Lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa. Lalu, pemeriksaan tersebut juga dilakukan pada mata sebelahnya. Dengan pemerriksaan teliti, bintik buta dan skotoma fokal dapat ditemukan. Kampimeter Uji perimeter atau kampimeter, ini merupakan uji lapang pandang dengan memakai bidang parabola yang terletak 30 cm di depan pasien. Pasien diminta untuk terus menatap titik pusat alat dan kemudian benda digerakkan dari perifer ke sentral. Bila ia melihat benda atau sumber cahaya tersebut, maka dapat

description

ghg

Transcript of Dasar Teori Tes Lapang Pandang

Page 1: Dasar Teori Tes Lapang Pandang

Tes konfrontasi

Pemeriksaan konfrontasi tidak memerlukan alat khusus dan memberikan gambaran

estimasi kasar lapangan pandang pasien yang dibandingkan dengan lapangan pandang pemeriksa. Pada

pemeriksaan ini, lapangan padang pemeriksa diasumsikan normal.

Pada pemeriksaan ini pasien dan pemeriksa saling berhadapan dengan jarak 1

meter.Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa juga menutup mata pada sisi yang sama.

Denganmenggunakan mata yang tidak ditutup tersebut, pasien diminta untuk melihat ke

matapemeriksa pada sisi yang sama yang juga tidak tertutup. Satu objek, biasanya kepala

jarumberukuran besar atau jari pemeriksa diletakkan di tengah – tengah antara pasien dan

pemeriksa. Objek tersebut kemudian digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer

menuju ke pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia pertama kali melihat objek

tersebut.Tiap kuadran diperiksa dan lokasi bintik buta ditentukan. Lapang pandang pasien

dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa. Lalu, pemeriksaan tersebut juga dilakukan

pada mata sebelahnya. Dengan pemerriksaan teliti, bintik buta dan skotoma fokal dapat

ditemukan.

Kampimeter

Uji perimeter atau kampimeter, ini merupakan uji lapang pandang dengan memakai bidang

parabola yang terletak 30 cm di depan pasien. Pasien diminta untuk terus menatap titik pusat

alat dan kemudian benda digerakkan dari perifer ke sentral. Bila ia melihat benda atau

sumber cahaya tersebut, maka dapat ditentukan setiap batas luar lapang pandangnya. Dengan

alat ini juga dapat ditentukan letak bintik buta pada lapang pandang.

Amsler grid (kisi-kisi amsler)

Kisi –  kisi Amsler merupakan gambar kotak – kotak kecil atau kisi pada selembar kertas

yang dipakai untuk menguji lapangan pandang sentral 20°. Amsler grid diamati oleh masing–

masing mata secara terpisah pada jarak baca 30 cm dan dengan memakai kacamata baca jika

pasien memang memakainya. Pasien melihat ke bagian tengah gambar tersebut dan

melaporkan bila melihat garis  –  garis yang mengalami distorsi bergelombang atau daerah

yang tidak terlihat. Mata yang satu dibandingkan dengan mata sebelahnya.Alat ini paling

sering dipakai untuk menguji fungsi makula. Sebuah skotoma atau daerah yang tak terlihat  –

sentral maupun parasentral – dapat menunjukkan penyakit makulaatau nervus optikus. Garis

Page 2: Dasar Teori Tes Lapang Pandang

–  garis yang mengalami distorsi bergelombang ( metamorfopsia )dapat menunjukkan edema

makula atau cairan submakula.

Page 3: Dasar Teori Tes Lapang Pandang

Dapus

Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury. 2010. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC