DASAR-DASAR LOGIKA · Web viewAljabar Boolean adalah sistem aljabar yang berisi set S dengan...
Transcript of DASAR-DASAR LOGIKA · Web viewAljabar Boolean adalah sistem aljabar yang berisi set S dengan...
Logika Informatika
DAFTAR ISI
Bab I : Teori Himpunan 1
1.1 Konsep Himpunan 1
1.2 Notasi dan Definisi 1
1.3 Operasi-operasi Himpunan 3
1.4 Sifat-sifat Himpunan 4
1.5 Relasi & Fungsi 5
Bab II : Dasar Logika 6
2.1 Kalimat Deklaratif 6
2.2 Penghubung Kalimat 6
2.3 Tautologi dan Kontradiksi 12
2.4 Konvers, Invers, dan Kontraposisi 12
2.5 Inferensi Logika 13
2.5.1 Metoda-metoda Inferensi 15
Bab III : Aljabar Boole 21
3.1 Konsep Dasar Aljabar Boole 21
3.2 Fungsi Boolean 23
3.3 Komplemen Fungsi 26
3.4 Konversi Bentuk Fungsi 27
Bab VI : Penyederhanaan Fungsi Boolean 29
4.1 Metoda Aljabar 29
4.2 Metoda Peta Karnough 30
4.3 Metoda Tabulasi Quine-Mc Cluskey 34
STMIK ‘Sinus’ Ska i Wawan Laksito YS
Logika Informatika -1
Bab I
Teori Himpunan
1.1 Konsep Himpunan
Konsep himpunan merupakan konsep dasar dalam matematika.
Definisi :
Himpunan adalah koleksi obyek yang didefinisikan secara jelas dalam
sembarang urutan.
Cara mengoleksi obyek-obyek dapat didasarkan pada sifat mereka yang sama atau
berdasarkan suatu aturan tertentu. Obyek-obyek yang menjadi anggota dari himpunan
ini disebut dengan elemen dari himpunan tersebut. Jika p anggota himpunan A, ditulis
pA, dibaca ‘p adalah elemen (anggota) dari himpunan A’. Jika obyek q bukan
anggota dari himpunan A, ditulis qA.
1.2 Notasi dan Definisi
Himpunan dinyatakan dengan huruf besar : A, B, C,..., sedangkan elemen-elemennya
dinyatakan dengan huruf kecil : a, b, c, .....
Contoh :
1. Himpunan A terdiri atas bilangan 1,3,5,7, maka dapat dituliskan sebagai A =
{1,3,5,7}
2. Himpunan B adalah himpunan bilangan genap positif, maka dapat dituliskan
dalam bentuk : B = {xx genap >0}
Terdapat tiga cara penulisan himpunan yaitu :
a. Dengan mendaftar anggota-anggotanya .
Contoh :
X = {2, 3, 5, 7, 11}
Y = {a, b, c, d}
b. Dengan menyatakan sifat-sifat yang dipenuhi oleh anggota-anggotanya
X = Himpunan 5 bilangan prima yang pertama}
Y = Himpunan 4 abjad huruf kecil yang pertama}
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -2
c. Dengan menggunakan notasi pembentuk himpunan.
X = {x0< x < 13, x bilangan prima}
Y = {xx 4 abjad huruf kecil yang pertama}
Definsi-Definisi pada teori himpunan :
a. Himpunan Semeseta
Himpunan semesta adalah himpunan yang anggotanya semua obyek yang sedang
dibicarakan, dinotasikan dengan S atau U.
Contoh :
Semesta pembicaraan dari himpunan A = {a,b,c,d} dan
B={c,d,e,f} adalah S = himpunan huruf-huruf kecil.
Semesta pembicaraan dari himpunan A = {2,5,7} adalah S = {1,3,5,7,9}
b. Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota yang
dinotasikan dengan { } atau .
Contoh :
A = {xx2=-1, xbilangan asli}, maka P = {}
c. Himpunan kuasa (Power Set)
Himpunan kuasa adalah himpunan seluruh himpunan bagian dari suatu himpunan.
Contoh :
Himpunan bagian dari himpunan A = {1,2,3} adalah { },{1},{2},{3},{1,2},{1,3},
{2,3},{1,2,3}.
Banyaknya himpunan bagian dari dari suatu himpunan yang beranggotakan n
anggota adalah 2n himpunan bagian.
d. Himpunan Berhingga (finite) dan Himpunan Tak Berhingga (infinite)
Himpunan berhingga adalah suatu himpunan yang elemennya berbeda yang
banyaknya tertentu.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -3
Himpunan tak berhingga adalah suatu himpunan yang elemennya berbeda yang
banyaknya tidak tertentu.
Contoh :
P = himpunan bilangan prima, maka infinite
Q = himpunan bilangan prima kurang dari 10, maka Q finite.
1.3 Operasi-operasi Himpunan
a. Union (Gabungan) Himpunan
Union himpunan A dan himpunan B adalah himpunan dari semua elemen yang
termasuk dalam A atau B atau keduanya yang dinyatakan dengan simbol .
Pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
A B ={xxA atau xB}.
Contoh :
A = {a,b,c,d} dan B={c,d,e,f}, maka A B = {a,b,c,d,e,f}
b. Interseksi (Irisan) Himpunan
Interseksi himpunan A dan himpunan B adalah himpunan dari elemen-elemen
yang termasuk dalam himpunan A maupun B, yang dinyatakan dengan simbol .
Pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
A B ={xxA dan xB}.
Contoh :
A = {a,b,c,d} dan B={c,d,e,f}, maka A B = {c,d}
c. Selisih Himpunan
Selisih himpunan A dan himpunan B adalah himpunan dari elemen-elemen yang
termasuk A tetapi tidak termasuk B, dinyatakan dengan :
A – B = { xxA dan xB}.
Contoh :
A = {a,b,c,d} dan B={c,d,e,f}, maka A – B = {a,b}
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -4
d. Jumlah Himpunan
Jumlah himpunan A dan himpunan B adalah himpunan dari elemen-elemen yang
termasuk A atau B tetapi tidak termasuk keduanya, dinyatakan dengan :
A + B = { xxA, xB dan x (A B) }.
Contoh :
A = {a,b,c,d} dan B={c,d,e,f}, maka A + B = {a,b,e,f}
e. Komplemen Himpunan
Komplemen dari himpunan A adalah himpunan dari elemen-elemen yang tidak
termasuk A tetapi masih dalam semesta pembicaraan S. Secara matematis ditulis
Pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
A’ = { xxS dan xA}
Contoh :
A = {b,c,d} dan B={a,b,c,d,e,f}, maka A’ = {a,e,f}
f. Himpunan Bagian
Himpunan A disebut himpunan bagian dari himpunan B jika setiap anggota A
juga merupakan anggota B, ditulis A B.
Contoh :
A = {b,c,d} dan B={a,b,c,d,e,f}, maka A B
g. Himpunan Sama
Himpunan A disebut sama dengan himpunan B jika A B dan B A.
Contoh :
A = {b,c,d} dan B={b,c,d}, maka A = B
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -5
1.4 Sifat-sifat pada Operasi Himpunan
1 A S = S 8 A + S = A’ 15 A S = A
2 A A = A 9 A + A = 16 A A = A
3 A A’ = S 10 A + A’ = 17 A A’ =
4 A = A 11 A + = A 18 A =
5 (AB)’=A’B
’
12 A + B = (AB) (AB) 19 AB = (A + B) (A B)
6 (AB)’=A’B
’
13 A(BC)= (AB)(AC) AB = (A + B) + (A B)
7 (A’)’ = A 14 A (BC)= (AB)(AC)
1.5 Relasi dan Fungsi
Definisi :
Jika A dan B adalah sebarang himpunan, himpunan semua pasangan terurut (x,y)
untuk setiap xA, yB disebut Product Cartesius (Cross Product) A dengan B,
dinotasikan A B, yaitu :
A B = {(x,y)xA, xB}
Contoh :
A = {x,y,z} dan B={a,b}, maka A B = {(x,a),(x,b),(y,a),(y,b),(z,a),(z,b)}
Soal Penerapan Himpunan
1. Dari diagram Venn yang ada arsirlah :a. A’ Bb. ( A B )’ Cc. A’ ( B C )d. A’ ( B C’ )
2. Pada suatu perusahaan yang mempunyai 35 orang karyawan terdapat informasi sebagai berikut :15 orang mempunyai telivisi22 orang mempunyai radio14 orang mempunyai almari es11 orang mempunyai telivisi dan radio8 orang mempunyai radio dan almari es5 orang mempunyai telivisi dan almari es3 orang mempunyai ketiganya.Berapa orang karyawan yang tidak mempunyai telivisi, tidak mempunyai radio maupun tidak mempunyai almari es ?Berapa orang karyawan yang hanya mempunyai radio?
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
AB
C
S
Logika Informatika -6
3. Sebuah warung mendapat pesanan 21 kotak nasi dos :9 kotak dengan kare, 16 kotak dengan gule dan 12 kotak dengan sate.Pesanan itu menyebutkan juga 1 kotak dengan sate saja dan 6 kotak dengan gule saja. Disamping itu, 5 kotak dengan gule dan sate, sedangkan 2 kotak dengan gule, sate, kare.Berapa kotak dengan sate dan kare?Berapa kotak dengan kare dan gule?
4. Pada suatu kelompok mahasiswa yang terdiri atas 150 orang diperoleh data tentang pengambilan program studi sebagai berikut :83 orang memprogram matakuliah accounting67 orang memprogram matakuliah statistika45 orang memprogram matakuliah acounting dan statistikaAda berapa orang mahasiswa yang tidak memprogram accounting atau statistika?Ada berapa orang mahasiswa yang hanya memprogram 1 matakuliah?
5. Hasil survei terhadap 60 orang tamu suatu hotel diperoleh keterangan sebagai berikut :37 orang menginap paling sedikit seminggu43 orang mengeluarkan uang paling sedikit Rp. 100.000,- sehari32 orang merasa puas terhadap akomodasi yang disediakan30 orang menginap paling sedikit seminggu dan merasa puas terhadap akomodasi yang disediakan,27 orang mengeluarkan uang paling sedikit Rp. 100.000,- sehari dan merasa puas tehadap akomodasi yang disediakan24 orang menginap paling sedikit seminggu, mengeluarkan uang paling sedikit Rp.100.000 sehari dan merasa puas terhadap akomodasi yang disediakan.Berapa orang tamu yang menginap paling sedikit seminggu dan mengeluarkan uang paling sedikit Rp. 100.000,- sehari, tetapi tidak merasa puas terhadap akomodasi yang disediakan?Ada berapa orang tamu yang merasa puas terhadap akomodasi yang disediakan, tetapi menginap kurang dari seminggu, mengeluarkan uang kurang dari Rp. 100.000,- sehari?
Ada berapa orang tamu menginap kurang dari seminggu, mengeluarkan uang kurang dari
Rp. 100.000,- sehari dan tidak merasa puas terhadap akomodasi yang disediakan ?
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -7
BAB II
DASAR LOGIKA
2.1 Kalimat Deklaratif
Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-argumen) dan hubungan
yang ada di antara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memeberikan aturan-
aturan sehingga orang dapat menentukan apakah suatu kalimat bernialai benar.
Kalimat yang dipelajari dalam logika bersifat umum, baik bahasa sehari-hari maupun
bukti matematika yang didasarkan atas hipotesa-hipotesa. Oleh karena itu, aturan-
aturan yang berlaku di dalamnya haruslah bersifat umum dan tidak tergantung pada
kalimat atau disiplin ilmu tertentu.Ilmu logika lebih mengarah pada bentuk kalimat
(sintaks) daripada arti kalimat itu sendiri (semantik)
Suatu Kalimat Deklaratif (Proposisi) adalah kalimat yang bernilai benar atau salah,
tetapi tidak keduanya.
Contoh Proposisi:
a. 2 + 2 = 4 (bernilai benar)
b. 4 adalah bilangan prima (bernilai salah)
c. Jakarta adalah ibukota negara Indonesia. (bernilai benar)
d. Penduduk Indonesia berjumlah 50 juta. (bernilai salah)
Contoh Bukan Proposisi :
a. Dimana letak pulau Bali ? (kalimat tanya)
b. Simon lebih tinggi dari Lina (ada banyak orang bernama Simon
atau Lina di dunia)
c. x + y = 2 (nilaikebenaran tergantung niali x
dan y)
d. 2 mencintai 3 (relasi mencintai tidak berlaku di
bilangan)
.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -8
2.2 Penghubung Kalimat
Seringkali beberapa kalimat perlu digabungkan menjadi satu kalimat yang lebih
panjang, sehingga diperlukan penghubung kalimat. Dalam Logika dikenal 5
penghubung :
Simbol Arti Bentuk
~ Tidak / Not / Negasi Tidak ….. Dan / And / konjungsi …… dan ……. Atau / Or / Disjungsi …… atau …… Imlikasi Jika …. Maka ….. Bi-Implikasi ….. bila dan hanya bila ….
Dalam matematika digunakan huruf-huruf kecil seperti p, q, r,…. Untuk menyatakan
sub kalimat dan simbol-simbol penghubung untuk menyatakan penghubung kalimat.
Contoh :
a. Misal p menyatakan kalimat “ 4 adalah bilangan genap”
q menyatakan kalimat “3 adalah bilangan ganjil”
maka kalimat “ 4 adalah bilangan genap dan 3 adalah bilangan ganjil” dapat
dinyatakan dengan simbol p q
b. Misal p : 2 + 2 = 4
q : bunga melati berwarna putih.
maka kalimat “Jika 2 + 2 = 4, maka bunga melati berwarna putih” dapat
dinyatakan dengan simbol p q
Pada contoh b diatas, kalau kalimat tersebut diartikan dalam kehidupan sehari
maka kalimat tersebut tidak berarti (tidak ada hubungan antara kedua kalimat
penyusunnya). Tetapi secara logika matematis hal tersebut dapat diterima, karena
di dalam matematika tidak disyaratkan adanya adanya hubungan antara kedua
kalimat penyusunnya. Dalam Logika matematika, penekanan lebih ditujukan
kepada bentuk/susunan kalimat saja (sintak), dan bukan pada arti kalimat
penyusunnya dalam kehidupan sehari-hari (semantik). Kebenaran suatu kalimat
berimplikasi semata-mata hanya tergantung pada nilai kebenaran kalimat
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -9
penyusunnya, dan tidak tergantung pada ada/tidaknya relasi antara kalimat-
kalimat penyusunnya.
Jika p dan q merupakan kalimat-kalimat, maka tabel kebenaran penghubung
tampak pada tabel berikut :
p q ~p p q p q p q p q
T T F T T T T
T F F F T F F
F T T F T T F
F F T F F T T
( T = True/benar, F = False/salah )
Secara umum, jika ada n variabel (p,q,…), maka tabel kebenaran memuat 2n baris.
Dari tabel :
p q bernilai benar jika p maupun q benar, selain itu bernilai salah
p q bernilai benar jika ada sedikitnya satu variabel bernilai benar
Dalam kalimat p q , p disebut hipotesis (anteseden) dan q disebut konklusi
(konsekuen). Kalimat p q disebut kalimat berkondisi karena kebenaran kalimat
q tergantung pada kebenaran kalimat p. kalimat p q akan berniali salah kalau p
benar dan q salah. Sebagai contoh perhatikan apa yang diucapkan seorang pria
terhadap kekasihnya berikut ini :
“Jika besok cerah, maka aku datang” >> p : “besok cerah” , q : “aku akan
datang”
- Jika baik p maupun q keduanya benar (baris ke-1 tabel kebenaran), pria tersebut
tidak berbohong.
- jika p salah (ternyata keesokan harinya hujan, tidak cerah), maka pria tersebut
terbebas dari janjinya karena janji tersebut bersyarat, yaitu kalau besok cerah.
Jadi, baik pria tersebut datang (berarti q benar, sehingga menyatakan baris ke-3
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -10
tabel) maupun tidak datang (q salah ,sehingga menyatakan baris ke-4 tabel), pria
tersebut tidak akan disalahkan.
- Akan tetapi, pria tersebut akan disalahkan (berarti implikasi berniali salah)
apabila keesokkan harinya cuaca cerah ( p benar) tetapi ia tidak datang (q salah).
Ini sesuai baris ke-2 tabel.
Kalimat kondisi ganda (biconditional) p q ,berarti (p q) (q p). Supaya p
q berniali benar maka p q maupun q p, keduanya harus bernilai benar (ingat
bahwa kedua implikasi tersebut dihubungkan dengan kata hubung “dan”). Perhatikan tabel
berikut :
p q p q q p p q atau (p q) ( q p)
T T T T T
T F F T F
F T T F F
F T T T T
Jadi p q bernilai benar jika p dan q keduanya bernilai benar atau keduanya
bernilai salah
Soal Latihan :
1. Misal k : Monde orang kaya, s : Monde bersuka cita
Tulislah bentuk simbolis kalimat-kalimat berikut :
a. Monde orang yang miskin tetapi bersuka cita
b. Monde orang kaya atau ia sedih
c. Monde tidak kaya ataupun bersuka cita
d. Monde seorang yang miskin atau ia kaya tetapi sedih.
Anggaplah ingkaran kaya adalah miskin, ingkaran dari bersuka cita adalah
sedih.
2. Buatlah tabel kebenaran untuk kalimat dalam bentuk simbol-simbol logika dibawah
ini !
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -11
a. ~(~p ~q) c. (p q) ~(p q)
b. ~(~p q) d. (~p (~q r)) (q r) (p r)
3. Pada kondisi bagaimanakah agar kalimat di bawah ini bernilai benar ?
“Tidaklah benar kalau rumah kuno selalu bersalju atau angker, dan tidak juga
benar kalau sebuah hotel selalu hangat atau rumah kuno selalu rusak.”
4. Jika p dan q bernilai benar (T) ; r dan s bernilai salah (F)
Tentukan nilai kebenaran kalimat berikut ini :
a. p (q r)
b. (p q r) ~((p q) ( r s))
c. (~(p q) ~r) (((~p q) ~r) s)
Dua kalimat disebut Ekuivalen (secara logika) bila dan hanya bila keduannya
mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua substitusi nilai kebenaran
masing-masing kalimat penyusunnya. Jika p dan q adalah kalimat-kalimat yang
ekuivalen, maka dituliskan p q .
Soal Latihan
5. Tentukan apakah pasangan kalimat-kalimat di bawah ini ekuivalen
a. ~(~p) dengan p
b. ~(p q) dengan ~p ~q
c. p q dengan ~p q
Beberapa hukum ekuivalensi logika disajikan dalam daftar dibawah ini :
1. Hukum Komutatif : p q q p ; p q q p
2. hukum Asosiatif : (p q) r p (q r)
(p q) r p (q r)
3. Hukum Distributif : p (q r) (p q) (p r)
p (q r ) (p q) (p r)
4. Hukum Identitas : p T p ; p F p
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -12
5. Hukum Ikatan : p T T ; p F F
6. Hukum Negasi : p ~p T ; p ~p F
7. Hukum Negasi Ganda : ~(~p) p
8. Hukum Idempoten : p p p ; p p p
9. Hukum De Morgan : ~(p q) ~p ~q
~(p q) ~p ~q
10. Hukum Absorbsi : p (p q) p ; p (p q) p
11. Negasi T dan F : ~T F ; ~F T
Dengan hukum-hukum tersebut, kalimat-kalimat yang kompleks dapat
disederhanakan.
Contoh :
Sederhanakan bentuk ~(~p q) (p q)
Penyelesaian :
~(~p q) (p q) (~(~p) ~q) (p q)
(p ~q) (p q)
p (~q q)
p F
p
Jadi ~(~p q) (p q) p
Dalam membuktikan ekuivalensi P Q, ada 3 macam cara yang bisa dilakukan :
1. P diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum yang ada),
sehingga akhirnya didapat Q
2. Q diturunkan terus menerus (dengan menggunakan hukum-hukum yang ada)
sehingga akhirnya didapat P.
3. P dan Q masing-masing diturunkan secara terpisah ( dengan menggunakan
hukum-hukum yang ada ) sehingga akhirnya sama-sama didapat R
Sebagai aturan kasar, biasanya bentuk yang lebih kompleks diturunkan ke bentuk
yang lebih sederhana.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -13
Soal Latihan
6. Buktikan ekuivalensi kalimat-kalimat dibawah ini tanpa menggunakan tabel
kebenaran
a. ~(p ~q) V (~p ~q) ~p
b. ~((~p q) (~p ~q) ) (p q) p
c. (p (~(~p q))) (p q) p
Untuk menunjukkan ekuivalensi 2 kalimat yang melibatkan penghubung
(implikasi) dan (bi-implikasi), Kita harus terlebih ahulu mengubah penghubung
dan menjadi penghubung , dan ~. (kenyataan bahwa (p q) (~p q)
mempermudah kita untuk melakukannya)
7. Buktikan ekuivalensi kalimat-kalimat dibawah ini tanpa menggunakan tabel
kebenaran
a. (q p) (~p ~q)
b. (p (q r)) ((p q) r)
8. Ubahlah bentuk ~(p q) sehingga hanya memuat penghubung , atau ~
2.3 Tautologi dan Kontradiksi
Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (T), Tidak peduli
bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya. Sebaliknya,
Kontradiksi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai salah (F), tidak peduli
nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya.
Dalam tabel kebenaran, suatu Tautologi selalu bernilai T pada semua barisnya, dan
kontradiksi selalu bernilai F pada semua barisnya. Kalau kalimat tautologi
diturunkan lewat hukum-hukum yang ada maka pada akhirnya selalu menghasilkan
T. Sebaliknya , Kontradisi akan selalu menghasilkan F.
9. Tunjukkan bahwa kalimat-kalimat di bawah ini adalah Tautologi dengan
menggunakan tabel kebenaran.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -14
a. (p q) q
b. q (p q)
Kesatuan dari 2 buah kalimat ekuivalen p dan q yang dihubungkan dengan
penghubung selalu merupakan Tautologi karena jika p q maka p dan q selalu
mempunyai nilai kebenaran yang sama. Jika p dan q mempunyai nilai kebenaran
yang sama, maka p q selalu akan berniali benar.
10. Tunjukkan bahwa (p q) (~q ~p) berupakan Tautologi, tanpa
menggunakan tabel kebenaran
2.4 Konvers, Invers, dan Kontraposisi
Misal diketahui implikasi p q
Konvers-nya adalah q p
Invers-nya adalah ~p ~q
Kontraposisinya adalah ~q ~p
Suatu yang penting dalam logika adalah kenyataan bahwa suatu implikasi selalu ekuivalen
dengan konraposisinya. Akan tetapi, tidak demikian dengan Invers dan konvers. Suatu
implikasi tidak selalu ekuivalen dengan Invers ataupun Konvers-nya. Hal ini dapat dilihat
pada tabel kebenaran yang tampak pada pada tabel berikut :
p q ~p ~q p q q p ~p ~q ~q ~p
T T F F T T T T
T F F T F T T F
F T T F T F F T
F F T T T T T T
Dalam tabel terlihat bahwa nilai kebenaran kolom p q selalu sama dengan nilai
kebenaran kolom ~q ~p (Kontraposisi), tetapi tidak selalu sama dengan kolom q
p (konvers) maupun kolom ~p ~q (invers).
Disimpulkan bahwa (p q) (~q ~p) merupakan suatu Tautologi.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -15
11. Apakah Konvers, invers, dan Kontraposisi kalimat dibawah ini :
a. Jika A merpakan suatu bujursangkar, maka A merupakan suatu persegi
panjang.
b. Jika n adalah bilangan prima > 2, maka n adalah bilangan ganjil
2.5 Inferensi Logika
Logika selalu berhubungan dengan pernyataan-pernyataan yang ditentukan nilai
kebenarannya. Sering kali diinginkan untuk menentukan benar tidaknya kesimpulan
berdasarkan sejumlah kalimat yang diketahui nilai kebenarannya.Argumen Valid
dan Invalid
Argumen adalah rangkaian kalimat-kalimat. Semua kalimat-kalimat tersebut kecuali
yang terakhir disebut Hipotesa (atau assumsi/premise). Kalimat terakhir disebut
kesimpulan.
Secara umum, hipotesa dan kesimpulan dapat digambarkan sebagai berikut :
p1
p2
…….
pn
q } kesimpulan (tanda q dibaca “ jadi q”)
Suatu Argumen dikatakan Valid apabila untuk sembarang pernyataan yang disu yang
disubstitusikan ke dalam hipotesa, jika semua hipotesa tersebut benar, maka
kesimpulan juga benar. Sebaliknya, meskipun semua hipotesa benar tetapi ada
kesimpulan yang salah, maka argumen tersebut dikatakan Invalid.
Kalau suatu argumen dan semua hipotesanya bernilai benar, maka kebenaran nilai
konklusi dikatakan sebagai “diinfernsikan” (diturunkan) dari kebenaran hipotesa”
Untuk mengecek apakah suatu argumen merupakan kalimat yang valid, dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan hipotesa dan kesimpulan kalimat
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
}hipotesa
Logika Informatika -16
2. Buat tabel yang menunjukkan nilai kebenaran untuk semua hipotesa dan
kesimpulan.
3. Carilah baris kritis, yaitu baris dimana semua hipotesa bernilai benar.
4. Dalam Baris kritis tersebut, jika semua nilai kesimpulan benar, maka argumen itu
valid. Jika diantara baris kritis tersebut ada baris dengan nilai kesimpulan yang
salah, maka argumen tersebut invalid.
Contoh :
Tentukan apakah Argumen di bawah ini Valid/Invalid.
a. p (q r) b. p (q ~r)
~r q (p r)
-------------- ----------------
p q p r
Penyelesaian :
a. Ada 2 Hipotesa, masing-masing p (q r) dan ~ r. Kesimpulannya adalah p q.
Tabel kebenaran hipotesa-hipotesa dan kesimpulan adalah sbb :
Baris ke p q r q r p (q r) ~r p q
1. T T T T T F T
2. * T T F T T T T
3. T F T T T F T
4. * T F F F T T T
5. F T T T T F T
6. * F T F T T T T
7. F F T T T F F
8. F F F F F T F
Baris Kritis adalah baris 2, 4, dan 6 (baris yang semua hipotesanya bernilai T ). Pada
baris-baris tersebut kesimpulannya juga bernilai T. Maka argumen tersebut bernilai
valid.
b. silahkan anda coba sendiri.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -17
2.5.1 Metode-Metode Inferensi
Pada bagian ini dipelajari beberapa metode infernsi, yaitu teknik untuk
menurunkan kesimpulan berdasarkan hipotesayang ada, tanpa harus menggunakan
tabel kebenaran.
1. Modus Ponens
Perhatikan implikasi “ bila p maka q “ yang diasumsikan bernilai benar.
Apabila selanjutnya diketahui bahwa anteseden (p) benar, supaya implikasi p
q benar, maka q juga harus bernilai benar. Infersi seperti itu disebut Modus
Ponens.
Secara simbolik, Modus Ponens dapat dinyatakan sbb :
p q
p
---------
qHal ini dapat dilihat dari tabel kebenaran yang tampak pada tabel berikut.
Baris ke p q p q p q1. * T T T T T2. T F F T F3. F T T F T4. F F T F F
Baris Kritis adalah baris pertama. Pada baris tersebut, konklusi (q) bernilai T
sehingga argumennya valid.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -18
2. Modsus Tollens
Bentuk Modus Tollens mirip dengan Modus Pones, hanya saja hipotesa
kedua dan kesimpulan merupakan kontraposisi hipotesa pertama modus
ponens. Hal ini mengingat kenyataan bahwa suatu implikasi selalu
ekuivalen dengan kontraposisinya.
Secara simbolik, bentuk inferensi Modus Tollens adalah sebagai berikut :
p q~q--------- ~p
Contoh:
Jika Zeus seorang manusia, maka ia dapat mati
Zeus tidak dapat mati
---------------------------------------------------------
Zeus bukan seorang manusia.
3. Penambahan Disjungtif
Inferensi Penambahan Disjungtif didasarkan atas fakta bahwa suatu
kalimat dapat digeneralisasikan dengan penghubung “ ”. Alasannya
adalah karena penghubung “ “ bernilai benar jika salah satu
komponennya bernilai benar.
Sebagai contoh : “Ani suka jeruk” (bernilai benar). Kalimat tersebut tetap
bernilai benar jika ditambahkan kalimat lain dengan penghubung “ ”. Jadi
kalimat “Ani suka jeruk atau apel” juga tetap bernilai benar dan tidak
tergantung pa suka/tidaknya Ani akan apel.
Bentuk Simbolis metode Infernsi Penambahan Disjungtif adalah sebagai
berikut :
p q
a. ---------- b. ----------
p q p q
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -19
4. Penyderhanaan Konjungtif
Inferensi penyederhanaan Konjungtif merupakan kebalikan dari inferensi
Penambahan Disjungtif. Jika beberapa kalimat dihubungkan dengan
penghubung ” “, kalimat tersebut dapat diambil salah satunya secara
Khusus. Penyempitan kalimat ini merupakan kebalikan dari penambahan
Disjungtif yang merupakan perluasan kalimat.
Bentuk simbolis metode Inferensi penyederhanaan Konjungtif adalah sbb :
p q p qa. ---------- b. ---------- p qContoh :
Lina menguasai bahasa Basic dan Pascal------------------------------------------------- Lina mengusai bahasa Basic
5. Silogisme Disjungtif
Prinsip dasar Silogisme Disjungtif adalah kenyataan bahwa apabila kita
diperhadapkan pada satu diantara 2 pilihan yang ditawarkan (A atau B),
sedangkan kita tidak memilih A, Maka satu-satunya pilihan yang mungkin
adalah memilih B. Hal ini sering dijumpai dalam kehidupan sehar-hari.
Jika seseorang ditanyai oleh penjual warung : “ Kamu minum es jeruk atau
es the?”. Dan orang yang ditanya tersebut harus memilih salah satu,
sedangkan ia tidak suka es jeruk, pastilah ia memilih es teh.
Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Disjungtif adalah
sebagai berikut :
p q p qa. ~p b. ~q
---------- -----------q p
Contoh :
Kunci kamarku ada di sakuku atau tertinggal di rumah
Kunci kamarku tidak ada di sakuku
-----------------------------------------------------------------
Kunci kamarku tertinggal di rumah
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -20
6. Silogisme Hipotesis
Prinsip Silogisme Hipotesis adalah sifat transitif pada implikasi. Jika
implikasi p q dan q r keduanya bernilai benar, maka implikasi p r
bernilai benar pula.
Secara simbolis, bentuk metode inferensi Silogisme Hipotesis adalah sbb :
p qq r---------- p r
Contoh :
Jika 18486 habis dibagi 18, maka 18486 habis dibagi 9
Jika 18486 habis dibagi 9, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 3
-----------------------------------------------------------------------------------
18486 habis dibagi 18, maka jumlah digit-digitnya habis dibagi 9.
7. Dilema (Pembagian Dalam Beberapa Kasus)
Kadeng-kadang, dalam kalimat yang dihubungkan dengan penghubung “
“, Masing-masing kalimat dapat mengimplikasikan sesuatu yang sama.
Berdasrkan hal itu maka suatu kesimpulan dapat diambil.
Secara simbolis, bentuk metode infernsi Dilema adalah sebahgai berikut :
p qp rq r--------- r
Contoh :
Nanti malam Adi mengajak saya nonton atau mengajak saya makan di
restoran
Jika Adi mengajak saya nonton, maka saya akan senang
Jika Adi mengajak saya makan di restoran, maka saya akan senang
---------------------------------------------------------------------------------
Nanti malam saya akan senang
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -21
8. Konjungsi
Inferensi Konjungsi sebenarnya sudah dibahas pada sub-bab awal. Jika ada
dua kalimat yang masing-masing benar, maka gabungan kedua kalimat
tersebut dengan menggunakan ““ (konjungsi) juga bernilai benar.
Bentuk Inferensi dengan Konjungsi adalah sbb :
pq
------------ p q
Kedelapan bentuk infernsi dapat dirngkas pada tabel berikut :Aturan Bentuk Argumen
Modus Ponen
p qp
--------- q
Modus Tollen p q~q--------- ~p
Penambahan Disjungtif p-------- p q
q-------- p q
Penyederhanaan Konjungtif p q------p
p q------q
Silogisme Disjungtif p q~p
------- q
p q~q
------- p
Silogisme Hipotesis p qq r
--------r
Dilema P qp rq r
--------r
Konjungsi pq
-------- p q
Soal latihan :
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -22
12. Pada suatu hari, Anda hendak pergi ke kampus dan baru sadar bahwa Anda tidak
memakai kacamata. Setelah mengingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda pastikan
kebenaranya :
a. Jika kacamataku ada di meja dapur, maka aku pasti sudah melihatnya ketika
sarapan pagi.
b. Aku membaca koran di ruang tamu atau akau membacanya di dapur.
c. Jika aku membaca koran di ruang tamu, maka pastilah kacamataku kuletakkan di
meja tamu.
d. Aku tidak melihat kacamataku pada waktu sarapan pagi
e. Jika aku membaca buku di ranjang, maka kacamata kuletakkan di meja samping
ranjang.
f. Jika aku membaca koran di dapur, maka kacamataku ada di meja dapur.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, tentukan dimana letak kacamata tersebut!
13. Buktikan Kevaidan Argumen di bawah ini dengan menggunakan prinsip=prinsip
infernsi Logika.
p q
(p q) r
-----------------
r
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -23
Bab III
ALJABAR BOOLE
3.1. Konsep Dasar Aljabar Boolean
A. Definisi dan Aksioma
Definisi 6.1
Aljabar Boolean adalah sistem aljabar yang berisi set S dengan operasi
penjumlahan (+) dan perkalian () yang didefinsikan pada set itu sehingga setiap elemen-
elemen x, y dan z dari S mempunyai sifat-sifat atau aksioma-aksioma berikut :
NO AKSIOMA AKSIOMA SIFAT1 (x + y) S (x y) S Closure2 x + (y + z) = (x + y) + z x (y z) = (x y) z Asosiatif3 x + 0 = 0 + x = x x 1 = 1 x = x Identitas4 x + y = y + x x y = y x Komutatif5 x + x’ = 1 x x’ = 0 Komplemen6 (x + y) z = x z + y z x (y + z) = x y + x z Distributuf7 x + (y z) = (x + y) (x +
z)(x y) + z = (x + y) (y+z) Distributif
8 (x + y)’ = x’ y’ (x y)’ = x’ + y’ DeMorgan’s9 (x’)’ = x
B. Prinsip Dualitas
Teorema 6.1
Untuk setiap elemen x, berlaku :
a). x + x = x dan b). x x = x
Bukti :
a). x + x = (x + x) (1) b). x x = x x + 0
= (x + x) (x + x’) = x x + x x’
= x + (x x’) = x (x + x’)
= x + 0 = x 1
= x = x
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -24
Teorema 6.2
Untuk setiap elemen x, berlaku :
a). x + 1 = 1 dan b). x 0 = 0
Bukti :
a). x + 1 = x + (x + x’) b). x 0 = x (x x’)
= (x + x) + x’ = (x x) x’
= x + x’ = x x’
= 1 = 0
Teorema 6.3
Untuk setiap elemen x dan y, berlaku :
a). x + x y = x dan b). x (x + y) = x
(Hukum Penyerapan)
Bukti :
a). x + x y = x 1 + x y b). x (x + y) = x x + x y
= x (1 + y) = x + x y
= x .1 = x 1 + x y
= = x (1 + y)
= x 1
= x
Teorema 6.4
Untuk setiap elemen x dan y, berlaku :
a). (x + y)’ = x’ y’ dan b). (x y)’ = x’ + y’
(Hukum DeMorgan)
Bukti :
a). Diketahui : (x + y) (x + y)’ = 0
Sehingga : (x + y) (x’ y’) = 0
Bukti :
(x + y) (x’ y’) = (x (x’ y’)) + (y (x’ y’))
= (x x’) y’ + x’ (y y’)
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -25
= 0 y’ + x’ 0
= 0
b). Diketahui : (x . y) + (x . y)’ = 1
Sehingga : (x y) + (x’ + y’) = 1
Bukti :
(x y) + (x’ + y’) = (x + (x’ + y’)) (y + (x’ + y’))
= ((x + x’) + y’) (x’ + (y + y’))
= (1 + y’) (x’ + 1)
= 1 1 = 1
3.2. Fungsi Boolean
Definisi 6.2
Misalkan merupakan variabel-variabel aljabar Boolean. Fungsi
Boolean dengan n variabel adalah fungsi yang dapat dibentuk dari aturan-aturan
berikut :
1. Fungsi Konstan :
2. Fungsi Proyeksi : , i = 1,2,.......,n.
3. Fungsi Komplemen :
4. Fungsi Gabungan :
Definisi 6.3
Fungsi identitas adalah fungsi satu variabel, di mana f(x) = x.
Contoh :
Berikut ini adalah fungsi-fungsi Boolean dengan variabel x, y dan Z serta a yang
merupakan seuatu elemen dalam aljabar :
f(x) = x + x’a
g(x,y) = x’y + xy’ + y’
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -26
h(x,y,z) = axy’z + yz’ + a + xy
Teorema 6.5
Jika f adalah suatu fungsi Boolean dengan satu variabel, maka untuk semua nilai x,
adalah f(x) = f(1)x + f(0)x’.
Kemungkinan-kemungkian bentuk f :
Kemungkinan 1.
f adalah fungsi konstan, f(x) = a
f(1)x + f(0)x’ = ax + ax’ = a(x+x’) = a1 = a = f(x)
Kemungkinan 2.
f adalah fungsi identitas,
f(1)x + f(0)x’ = 1x + 0x’ = x+0 = x = f(x)
Kemungkinan 3.
g(x)=(f(x))’
g(x)=(f(x))’ = (f(1)x + f(0)x’)’
= (f(1)x)’ (f(0)x’)’------(menggunakan Hukum Demorgan)
= (f ’(1) + x’) (f ’(0)+x))
= f ’(1)f ’(0) + f ’(1) x + x’ f ’(0) + x’ x
= f ’(1)f ’(0)(1) + f ’(1) x + x’ f ’(0) + 0
= f ’(1)f ’(0)(x+x’) + f ’(1) x + x’ f ’(0)
= f ’(1)f ’(0)x+ f ’(1)f ’(0)x’) + f ’(1) x + x’ f ’(0)
= f ’(1)xf ’(0) + f ’(1)x + f ’(1)f ’(0)x’) + f ’(0)x’
= f ’(1)x + f ’(0)x’
= g(1)x + g(0)x’
Kemungkinan 4.
h(x) = f(x) + g(x)
h(x) = f(x) + g(x) = f(1)x + f(0)x’ + g(1)x + g(0)x’
= f(1)x + g(1)x + f(0)x’ + g(0)x’
= (f(1) + g(1))x + (f(0) + g(0))x’
= h(1)x +h(0)x’
Kemungkinan 5.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -27
k(x) = f(x)g(x)
k(x) = f(x)g(x) = (f(1)x + f(0)x’)(g(1)x + g(0)x’)
= f(1)g(1)xx + f(1)g(1)xx’ + f(0)g(1)xx’ +
f(0)g(0)x’x’
= f(1)g(1)x + f(0)g(0)x’
= k(1)x +k(0)x’
Bentuk di atas adalah bentuk kanonik fungsi Boolean satu variabel. Dengan cara
yang sama, jika f adalah fungsi Boolean dengan dua variabel, maka untuk nilai x
dan y bentuk kanoniknya adalah sebagai berikut :
f(x,y) = f(1,1)xy + f(1,0)xy’ + f(0,1)x’y + f(0,0)x’y’
Bentuk kanonik digunakan untuk menentukan apakah dua ekspresi merupakan
fungsi yang sama. Seringkali fungsi Boolean dinyatakan dengan operasi yang
berlebihan. Kita dapat mengkonversi bentuk fungsi Boolean menjadi bentuk
minimum dengan fungsi yang masih menghasilkan nilai yang sama tetapi dengan
jumlah operasi yang minimum.
Contoh :
Terdapat fungsi Boolean yang dituliskan dalam tabel kebenaran sebagai berikut :
x y z F0 0 0 00 0 1 10 1 0 00 1 1 01 0 0 11 0 1 01 1 0 01 1 1 1
Fungsi pada tabel kebenaran tersebut dapat ditulis dalam bentuk aljabar :
(1). atau
atau
(2).
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -28
Bentuk (1) dan (2) merupakan fungsi standar, yaitu fungsi yang literalnya ditulis
lengkap pada tiap suku. Bentuk (1) disebut SOP (Sum Of Product) / Minterm,
sedangkan bentuk (2) disebut POS (Product Of Sum) / Maxterm.
Fungsi Boolean yang diekspresikan dalam bentuk SOP atau POS disebut bentuk
Kanonik.
Tabel bentuk standar dan kanonik fungsi Boolean dengan 3 variabel. V
x y z Sum Of Product (SOP Product Of Sum (POS)Term Nilai Term Nilai
0 0 0 x’y’z’ m0 x + y + z M0
0 0 1 x’y’z m1 x + y + z’ M1
0 1 0 x’yz’ m2 x + y’ + z M2
0 1 1 x’yx m3 x + y ‘+ x’ M3
1 0 0 xy’z’ m4 x’ + y + z M4
1 0 1 x y’z m5 x’ + y + z’ M5
1 1 0 xyz’ m6 x’ + y’ + z M6
1 1 1 xyz m7 x’ + y’ + z’ M7
3.3. Komplemen Fungsi
Komplemen dari fungsi Boolean F adalah F’, yaitu dengan menukarkan nilai 0
menjadi 1, atau nilai 1 menjadi 0.
Terdapat dua cara untuk memperoleh fungsi komplemen, yaitu :
1. Penerapan hukum De Morgan yang diperluas.
Hukum De Morgan yang diperluas :
(x + y + z)’ = (x+A)’ di mana A = y + z A’ = (y + z)’ = y’ z’
= x’A’
= x’ y’ z’
Rumus hukum De Morgan yang diperluas.
a.
b.
Contoh :
Diketahui fungsi-fungsi Boolean : F1 = x’yz’ + x’y’z dan F2 = x(y’z’ + yz).
Tentukan dan dengan De Morgan.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -29
Penyelesaian :
= (x’yz’ + x’y’z)’ = (x(y’z’ + yz))’
= (x’yz’)’(x’y’z)’ = (x’ + (y’z’ + yz)’)
= (x + y’ + z) (x + y + z’) = x’ + (y + z) (y’ + z’)
2. Penerapan prinsip Dualitas.
Pencarian fungsi komplemen dengan prinsip dualitas dilakukan sebagai berikut :
a. Cari bentuk dualnya dengan prinsip dualitas.
b. Lakukan komplemen terhadap tiap literal.
Contoh :
Tentukan F’ dari fungsi Boolean F = x(y’z’ + yz)
Penyelesaian :
Dual dari F adalah : x + (y’ + z’)(y + z)
Komplemen literal dari dual F adalah F’ = x’+(y + z) (y’ + z’)
3.4. Konversi Bentuk fungsi
Contoh :
a. Cari bentuk kanonik dari f(x,y) = x’
Jawab :
Bentuk kanonik SOP (Minterm): Bentuk kanonik POS (Maxterm):
f(x,y) = x’ f(x,y) = x’
= x’(y + y’) f (x,y) = x’+(y.y’)
= x’y + x’y’ f(x,y) = (x’ + y) (x’ + y’)
= m0 + m1 = M2 M3
= m(0,1) = M(2,3)
b. Cari bentuk kanonik dari f(x,y,z) = y’ + xy + x’yz’
Jawab :
f(x,y,z) = y’ + xy + x’yz’
= y’(x+x’)(z+z’)+xy(z+z’)+x’yz’
= (xy’+x’y’)(z+z’) + xyz + xyz’ +x’yz’
= xy’z + xy’z’ + x’y’z + x’y’z’ + xyz + xyz’ + x’yz’
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -30
= m5 + m4 + m1 + m0 + m7 + m6 + m2
= m0 + m1 + m2 + m4 + m5 + m6 + m7
= m(0,1,2,4,5,6,7)
atau
f(x,y,z) = y’ + xy + x’yz’
= (y’ + xy) + x’yz’
= ((y’ + xy) + y)((y’+xy)+x’z’)
= (y’ + y(x+1))(((y’+x)(y’+y))+x’z’)
= (y’ + y)((y’+x)+x’z’)
= y’+x+x’z’
= y’+(x+x’)(x+z’)
= y’ + x + z’
= x + y’ + z’
= M3 =M(3)
c. Cari bentuk kanonik dari f(x,y,z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
Jawab :
Cara 1:
f(x,y) = x’y’z + xy’z’ + xyzTabel fungsi f(x,y) di atas :
x y z Minterm Maxterm F0 0 0 x’y’z’ x + y + z 00 0 1 x’y’z x + y + z’ 10 1 0 x’yz’ x + y’ + z 00 1 1 x’yx x + y’ + x’ 01 0 0 xy’z’ x’ + y + z 11 0 1 x y’z x’ + y + z’ 01 1 0 xyz’ x’ + y’ + z 01 1 1 xyz x’ + y’ + z’ 1
Jadi f(x,y,z) = m1 +m4 + m7 = m(1,4,7)
= M0M2M3M5M6=M(0,2,3,5,6)
Cara 2:
Dari tabel diperoleh :
f ’(x,y,z) = x’y’z’ + x’yz’ + x’yz + xy’z + xyz’
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -31
Dual f ’(x,y,z) = (x’+y’+z’)(x’+y+z’)(x’+y+z)(x+y’+z)(x+y+z’)
Sehingga :
f (x,y,z) = (f ’(x,y,z))’ =
(x+y+z)(x+y’+z)(x+y’+z’)(x’+y+z’)(x’+y’+z)
= M0M2M3M5M6=M(0,2,3,5,6)
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -32
BAB IV
PENYEDERHANAAN FUNGSI BOOLEAN
Pada fungsi yang kompleks, kadangkala terdapat jenis operasi yang dapat
disederhanakan. Penyederhanaan dilakukan untuk memperoleh fungsi yang masih
menghasilkan nilai yang sama, tetapi dengan jumlah operasi yang minimum. Bentuk
fungsi minimum ini dimaksudkan untuk memperoleh biaya minimum dalam pembuatan
sirkuit elektronis dengan kinerja yang lebih cepat dalam pengoperasian.
Dalam penyederhanaan ini, kita asumsikan bahwa :
a. Bentuk yang paling sederhana adalah bentuk SOP
b. Operasi-operasi yang digunakan adalah : + (penjumlahan); (perkalian) dan ‘
(komplemen).
Terdapat tiga cara dalam penyederhanaan bentuk fungsi, yaitu :
4.1 Metode Aljabar
Penyederhanaan secara aljabar mempunyai karakteristik :
Tidak ada pegangan, bersifat trial and error
Menggunakan aksioma teorema aljabar Boolean
Contoh :
Sederhanakan fungsi Boolean berikut :
a. F(x,y,z) = x’y’z + x’yz + xy’
b. F(x,y,z) = xy + x’z + yz
Jawab :
a. F(x,y,z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’ + y) + xy’
= x’z1 + xy’
= x’z + xy’
c. F(x,y,z) = xy + x’z + yz
= xy + x’z + yz(x + x’)
= xy + x’z + xyz + x’yz
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -33
= xy + xyz + x’z + x’yz
= xy(1+z)+x’z(1+y)
= xy + x’z
4.2 Metode Peta Karnaugh
Rangkaian logika digital yang kompleks merupakan implementasi dari fungsi
Boolean yang memberikan ekspresi yang kompleks pula. Sangat sulit untuk
melakukan penyederhanaan fungsi yang kompleks dengan metode aljabar. Metode
pemetaan yang dikenalkan oleh Karnaugh dapat digunakan untuk meminimasi
fungsi yang kompleks. Metode pemetaan ini dikenal dengan nama Peta Karnaugh
(Karnaugh Map).
Peta Karnaugh digambarkan dengan kotak bujur sangkar, di mana setiap kotak
merepresentasikan minterm. Jumlah kotak dan minterm tergatung pada berapa
jumlah 33ystem33e dari fungsi Boolean. Jika terdapat N 33ystem33e dalam
fungsi Boolean, maka diimplementasikan dengan kotak.
a. Peta Karnaugh Dua dan Tiga Variabel
Untuk 2 variabel terdapat 4 bentuk minterm dengan 4 kotak bujur sangkar,
sedangkan untuk 3 variabel terdapat 8 bentuk minterm dengan 8 kotak bujur
sangkar, seperti yang ditunjukkan gambar berikut :
y x
0 1 y x
0 1
0 m0 m1 0 x’y’ x’y
1 m2 m3 1 xy’ xy2. (b)
Gambar 7.1. Peta Karnaugh dengan 2 variabel
yz x
00 01 11 10 yz x
00 01 11 10
0 m0 m1 m3 m2 0 x’y’z’ x’y’z x’yz x’yz’
1 m4 m5 m7 m6 1 xy’z’ xy’z xyz xyz’
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
x
y
x
y
Logika Informatika -34
2. (b)Gambar 7.2. Peta Karnaugh dengan 3 variabel
Cara Penggunaan Peta Karnaugh
Contoh :
Sederhanakan fungsi-fungsi berikut dengan Peta Karnaugh
1. F(x,y) = x’y + xy’
2. F(x,y,z) = x’y’z’ + x’y’z + x’yz + x’yz’ + xy’z’ + xyz’
Penyelesaian :
1. F(x,y) = x’y + xy’+xy
= m1 +m2 + m3 = m(1,2,3)
Sesuai dengan bentuk minterm, maka 3 bujur sangkar dalam Peta Karnaugh 2
dimensi diisi dengan 1 pada bujur sangkar kecil seperti berikut :
y
x0 1 y
x0 1
0 1 0 1
1 1 1 1 1 1
Gambar 7.3 (a) (b)
Selanjutnya dilakukan pengelompokan semua 1 yang ada dengan membuat
kumpulan kotak bujur sangkar atau persegi panjang seperti terlihat pada
gambar 7.3 (b).
Cara menentukan bentuk sederhana dari hasil pengelompokan adalah :
Carilah 34variabel mana saja yang memiliki nilai yang sama dalam
kelompok tersebut, sebagai contoh kelompok A. Pada kelompok A,
34variabel yang memiliki nilai yang sama adalah 34variabel y dengan
harga 1. pada kelompok B, 34variabel yang memiliki nilai yang sama
adalah 34variabel x dengan harga 1.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
B
A
z
Logika Informatika -35
Selanjutnya menentukan bentuk hasil pengelompokan di atas. Pada contoh
di atas, hasil kelompok A adalah y dan hasil kelompok B adalah x. Hasil
bentuk sederhana dari contoh di atas adalah F(x,y) = A + B = y + x
2. F(x,y,z) = x’y’z’ + x’y’z + x’yz + x’yz’ + xy’z’ + xyz’
yz
x00 01 11 10 yz
x00 01 11 10
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
F(x,y,z) = x ‘+ z’
b. Peta Karnaugh Empat Variabel
Bentuk Peta Karnaugh untuk fungsi Boolean 4 variabel F(w,x,y,z) adalah :
yz wx
00 01 11 10 yz wx
00 01 11 10
00 m0 m1 m3 m2 00 w’x’y’z’ w’x’y’z w’x’yz w’x’yz’
01 m4 m5 m7 m6 01 w’xy’z’ w’xy’z w’xyz w’xyz’
11 m12 m13 m15 m14 11 wxy’z’ wxy’z xyz wxyz’
10 m8 m9 m11 m10 10 wx’y’z’ wx’y’z wx’yz wx’yz’
Contoh :
Sederhanakan fungsi Boolean F (w,x,y,z) = m(0,1,2,3,4,6,8,9,10,11,12,13,14)
adalah …
Jawab :
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
AB
x
y
z
w
Logika Informatika -36
yz wx 00 01 11 10
00 1 1 1 1
01 1 1
11 1 1 1
10 1 1 1 1
F(x,y,z) = x’ + z’ + wy’
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
A
C
B
Logika Informatika -37
c. Peta Karnaugh Lima dan Enam Variabel
Bentuk Peta Karnaugh untuk fungsi Boolean 5 variabel F(v,w,x,y,z) adalah :
xyz vw
000 001 011 010 110 111 101 100
00 m0 m1 m3 m2 m6 m7 m5 m4
01 m8 m9 m11 m10 m14 m15 m13 m12
11 m24 m25 m27 m26 m30 m31 m29 m28
10 m16 m17 m19 m18 m22 m23 m21 m20
Contoh :
Sederhanakan fungsi Boolean F(v,w,x,y,z) =
m(0,3,7,8,11,15,16,17,20,21,24,25) adalah ..
Jawab :xyz vw
000 001 011 010 110 111 101 100
00 1 1 1
01 1 1 1
11 1 1
10 1 1 1 1
F(v,w,x,y,z) = x’y’z’ + v’yz + vx’ + x’w’y’
Penentuan kelompok dapat dilakukan dengan memperlakukan 37ystem cermin
terhadap garis pembatas seperti pada kolom B di atas.
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
v
w
x
yzz
A
B
C
D
Logika Informatika -38
Bentuk Peta Karnaugh untuk fungsi Boolean 5 variabel adalah :
xyz uvw
000 001 011 010 110 111 101 100
000001
011
010
110
111
101100
Contoh :
Sederhanakan fungsi Boolean berikut :
F = m(8,9,10,11,12,13,14,15,24,25,26,27,28,29,30,31,40,41,46,47,56,57,62,63)
4.3 Metode Tabulasi Quine-Mc.Cluskey
Dengan Peta Karnaugh, penyelesaian persamaan lebih dari empat variabel adalah
kompleks. Metode tabulasi dari Quine-Mc.Cluskey dapat membantuk
menyelesaiakan persamaan yang kompleks tersebut.
Metode tabulasi Quine-Mc.Cluskey terdiri dari dua bagian, yaitu :
a. Menentukan term-term sebagai kandidat (prime implicant)
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
x
y zz
u
v
w
w
Logika Informatika -39
b. Memilih prime implicant untuk menentukan ekspresi dengan jumlah lireal
sedikit.
Contoh :
Sederhanakan dengan metode tabulasi
F(w,x,y,z)=m(0,1,2,8,10,11,14,15)
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -40
Jawab:
1. Menentukan Prime Implicant
Langkah-langkah penyelesaian :
a. Kelompokkan representasi biner untuk tiap minterm menurut digit ‘1’ :
Desimal 0 s/d 15 berarti nilai maksimum 15 sehingga banyaknya digit biner
yang memenuhi 24 = 16Tabel konversi :
Desimal Binerw x y z
0 0 0 0 01 0 0 0 12 0 0 1 08 1 0 0 010 1 0 1 011 1 0 1 114 1 1 1 015 1 1 1 1
Dari tabel konversi tersebut dapat dilihat bahwa jumlah digit 1 adalah :
Jumlah Digit 1 Desimal0 01 1,2,82 103 11,14 4 15
Jadi Tabel Kelompoknya adalah :
Desimal w x y z Pilih0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 8 1 0 0 0 10 1 0 1 0 11 1 0 1 1 14 1 1 1 0 15 1 1 1 1
b. Dari dua minterm yang berbeda digit ‘1’, dapat dikombinasikan dengan saling
menghilangkan. Minterm dari satu bagian dengan bagian lainnya jika
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -41
mempunyai nilai bit yang sama dalam semua posisi kecuali satu posisi. Satu
posisi yang berbeda tersebut diganti dengan tanda ‘-‘.
Misalkan,
Bagian I : 0 0 0 0
Bagian II : 0 0 0 1
Menjadi : 0 0 0 –Sehingga didapatkan tabel kelompok baru ;
Desimal w x y z Pilih0,1 0 0 0 - *0,2 0 0 - 0 0,8 - 0 0 0 2,10 - 0 1 0 8,10 1 0 - 0 10,11 1 0 1 - 10,14 1 - 1 0 11,15 1 - 1 1 14,15 1 1 1 -
Tanda berarti minterm tersebut dipilih untuk langkah berikutnya.
c. Kelompokkan hasil minterm langkah (b) seperti pada langkah (a)d. Ulangi langkah (b) dan (c) sampai minterm dari setiap bagian tidak saling menghilangkan.
Desimal w x y z Pilih
(0,2),(8,10) - 0 - 0 *(0,8),(2,10) - 0 0 0
(10,11),(14,15) - 0 1 0 *(10,14),(11,15) 1 0 - 0
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS
Logika Informatika -42
2. Memilih Prime Implicant
Prime Implicant ditentukan dengan memilih setiap suku tanpa tanda atau dengan
tanda *. yaitu :
w x y z
0 0 0 - w’x’y’
- 0 - 0 x’z’
1 - 1 - wy
Jadi bentuk sederhana dari fungsi boolean F(w,x,y,z)=m(0,1,2,8,10,11,14,15) adalah
:
F(w,x,y,z) = w’x’y’ + w’z’ + wy
STMIK ‘Sinus’ Ska Wawan Laksito YS