DAMPAK PROGRAM KEGIATAN DESA WISATA TERHADAP …repository.ub.ac.id/6521/1/Puspasari, Indriyanti...
Transcript of DAMPAK PROGRAM KEGIATAN DESA WISATA TERHADAP …repository.ub.ac.id/6521/1/Puspasari, Indriyanti...
DAMPAK PROGRAM KEGIATAN DESA WISATA TERHADAP
PENDAPATAN USAHATANI APEL
(di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang)
Oleh
Indriyanti Bebara Puspasari
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
DAMPAK PROGRAM KEGIATAN DESA WISATA TERHADAP
PENDAPATAN USAHATANI APEL
(di Gubugklakah, KecamatanPoncokusumo
Kabupaten Malang)
Oleh:
INDRIYANTI BEBARA PUSPASARI
135040101111099
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini
merupakan hasil penelitian saya sendiri berdasarkan arahan serta bimbingan
komisi pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar
diperguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
dengan jelas ditunjukan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Malang, Agustus 2017
Indriyanti Bebara Puspasari
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
JudulPenelitian : Dampak Program Kegiatan Desa Wisata Terhadap
Pendapatan Usahatani Apel (di DesaGubugklakah,
KecamatanPoncokusumo, Kabupaten Malang)
NamaMahasiswa : Indriyanti Bebara Puspasari
NIM : 135040101111099
Jurusan : SosialEkonomiPertanian
Program Studi : Agribisnis
Disetujui
Pembimbing
Ir.NidamulyawatyMaarthen, M.Si
NIP. 19640119 199203 2 002
Mengetahui,
KetuaJurusanSosialEkonomiPertanian
MangkuPurnomo. SP.,M.Si.,Ph.D
NIP. 19770420 200501 1 001
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Penguji I
SugengRiyanto, SP., M.Si
NIK. 201609870601 1 001
Penguji II
AnisaAprilia, SP., MP., MBA
NIK. 201609870425 2001
Penguji III
Ir.NidamulyawatyMaarthen, M.Si
NIP. 19640119 199203 2 002
Tanggal Lulus :
Malang, Agustus 2017
The first time that I want to give Thanks to Allah SWT for the opportunity so
I can continue my college education and for all these miracles are given to me.
And specially to my parents for everything they did, their struggle life for
making me in this phase right now. I love you, this all goes nothing without
your intervene, and for my family also there’s no exception.
For my dearest one, thanks that you always be there for me when the ups and
downs of my life, always giving all the supports, become a place where I can
complain and always gave your positive energy, always and I love you.
The last, to All my friends, big thanks for having me as your friend because I’m nothing without you.
Once Again,
THANK YOU
Best Regards,
Indri Bebara
RINGKASAN
Indriyanti Bebara Puspasari 135040101111099 Dampak Program Kegiatan
Desa Wisata Terhadap Pendapatan Usahatani Apel (di Desa Gubugklakah,
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang) Di bawah bimbingan
Ir.Nidamulyawaty Maarthen, M.Si
Telah berkembang salah satu pariwisata yang berbasis pertanian yaitu
agrowisata. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan,
peternakan dan perikanan (Sudiasa, 2005). Pengembangan agrowisata akan
membangun komunikasi yang intensif antara petani dengan wisatawan. Dengan
agrowisata diharapkan menjadi penopang bagi para petani untuk meningkatkan
kualitas hidupnya, sebagaimana sesuai dengan apa yang dikatakan menurut Rilla,
(1999) dimana pembangunan pariwisata mestinya dapat menjadi peluang bagi
petani lokal dalam meningkatkan pendapatannya untuk mempertahankan hidup
keluarganya. Desa Gubugklakah yang berada di Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur tengah dijadikan sebagai sebuah desa
wisata. Desa wisata yang memiliki banyak tawaran paket wisata bagi para
wisatawan dan sudah cukup terkenal dengan Agro Apelnya. Penelitian ini
membahas tentang dampak program kegiatan desa wisata terhadap pendapatan
usahatani apel, dimana hipotesisnya ialah terduga bahwa terdapat perbedaan
pendapatan terhadap petani apel yang tergabung dalam agrowisata dengan petani
apel yang tidak tergabung dalam agrowisata. Penelitian ini mengkaji 2 dampak
yaitu dampak on farm yang berupa total biaya, hasil penerimaan dan total
pendapatan menggunakan analisis kuantitatif, sedangkan dampak off farm
menggunakan analisis deskriptif. dampak pendapatan terhadap 2 kelompok akan
diuji menggunakan uji beda rata-rata. Pengambilan data ini menggunakan metode
sensus untuk kedua kelompok yaitu berjumlah 10 orang petani apel agrowisata
dan 33 orang petani apel non agrowisata. Data primer yang diambil dari
responden ialah biaya operasional usahatani yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Selain itu, hasil penerimaan usahatani apel dimana harga jual dikalikan
hasil produksi apel. Kemudian, dapat dikethaui jumlah total pendapatan rata-rata
per hektar untuk sekali panen pada setiap kelompok responden dan diuji
menggunakan alat analisis yaitu uji Mann Whitney. Selain data primer, terdapat
juga data sekunder yang diperoleh yaitu seperti gambaran umum desa dan atau
prasarana yang terdapat di desa.
Hasil penelitian ini ialah telah diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
nyata dari kedua kelompok tersebut, dimana kelompok petani agrowisata
memiliki pendapatan atau keuntungan yang lebih besar dari pada petani ape lapel
yang tidak tergabung dalam agrowisata. Sedangkan untuk hasil off farm, diketahui
bahwa dengan adanya lembaga desa wisata di Desa Gubugkalkah membuat
kesempatan kerja dan peluang usaha tercipta untuk dijadikan peluang masyarakat
desa. Kesimpulan yang dapat ditarik terdapat terdapat dampak positif dan dampak
negatif dengan adanya desa wisata, yaitu dampak positifnya ialah petani
mendapatkan keuntungan lebih dikarenakan dapat memotong rantai penjualan
sehingga langsung menuju konsumen tingkat akhir, tidak melalui tengkulak.
Kemudian banyaknya kesempatan kerja dan peluang usaha baru. Namun, dampak
negatif yang ditimbulkan ialah seperti kemungkinan terjadi perselisihan dalam
kedua kelompok tersebut.
SUMMARY
Indriyanti Bebara Puspasari 135040101111099 The Impact Of Tourism Village
Activities Program on Revenue of Apples Farming (in Gubugklakah Village,
Poncokusumo Sub-district, Malang Regency) Supervised by
Ir.Nidamulyawaty Maarthen, M.Si
Has developed one of agriculture-based tourism is agro-tourism.
Agriculture in the broad sense includes smallholder agriculture, plantations,
livestock and fisheries (Sudiasa, 2005). The development of agro-tourism will
build an intensive communication between farmers and tourists. With
agrotourism is expected to be a support for farmers to improve the quality of life,
in accordance with what according to Rilla, (1999) where the development of
tourism should be an opportunity for local farmers in increasing their income to
maintain family life. Gubugklakah village located in District Poncokusumo
Malang Regency East Java Province is being used as a tourist village. Tourist
village that has many tourist packages for tourists and is quite famous for its
Agro Apples. This study discusses the impact of the program of village tourism
activities on the income of apple farming, where the hypothesis is an unexpected
difference of income to apple farmers who are incorporated in agro-tourism with
apple farmers who are not incorporated in agro-tourism. This study examines two
impacts, namely the impact on agriculture which is the total cost, revenue and
total income using quantitative analysis, ie. impact on the 2 groups will use the
average difference test. This data collection uses census method for both groups,
the amount of which is already known and not exceeding 100, that is the strength
of 10 peasants of agro-apple farmers and 33 non-agro-apple farmers. Primary
data taken from respondents. In addition, the results of the acceptance of apple
farming where the selling price is multiplied by the production of apples. Then, it
can be calculated the total amount of average income per hectare to see the yields
in each group of respondents and researchers using the analytical tool that is
Mann Whitney test. In addition to primary data, there are also increasing
secondary data such as the general picture of the village and / or infrastructure in
the village.
The result of this research is known that there is a real difference between
the two groups, where the group of farmers of agro-tourism has a higher income
or profit than the farmers who do not join in agro-tourism. As for off-farm
results, it is known with the existence of village tourism institution in
Gubugkalkah Village. Employment opportunities are created to target villagers.
Conclusions can be drawn there are positive impacts and negative impacts with
the existence of tourist villages, namely the positive impact of getting farmers
more profits can generate direct profits, not through middlemen. Then many new
job opportunities and business opportunities. However, negative impacts arise
such as the possibility of disputes in both groups.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“DAMPAK PROGRAM KEGIATAN DESA WISATA TERHADAP
PENDAPATAN USAHATANI APEL” di Desa Wisata Gubugklakah,
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program Strata-
1 di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Karena menyadari ketidaksempurnaan proposal skripsi ini tanpa bantuan
beberapa pihak, maka penulis ingin berterimakasih kepada:.
1. Allah SWT
2. Ibu Ir. Nidamulyawaty Maarthen, M.Si. Selaku Dosen Pembibing.
3. Segenap Dosen Jurusan Agribisnis FP-UB Malang yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
4. Kedua Orangtua, kakak, adik dan keluarga yang selalu memberikan
semangat serta kasih sayang yang tercurah selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikan sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Malang, 28 Agustus 2017
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada 21 Juni 1995, penulis adalah seorang
anak putrid ketiga dari empat bersaudara. Keturunan sunda dari ibu dan
keturunan jawa dari ayah.
Penulis mulai menempuh pendidikan di TK. Islam Al-Hidayah Jakarta
Utara pada tahun 1997 sampai 2000, kemudian pada tahun 2001 penulis
melanjutkan pendidikan dasar di SDS Hang Tuah V Jakarta hingga 2005,
kemudian penulis pindah dan melanjtukannya kembali di SDN Setia Asih 06
Bekasi sampai 2007, lalu menumpuh sekolah menegah pertama di SMPN 19
Bekasi hingga 2010 setelah tamat SMP penulis menempuh pendidikan menengah
atas di SMAS Islam PB Soedirman 2 Bekasi hingga lulus pada tahun 2013,
kemudian penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan terdaftar
sebagai mahasiswa Strata-1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang melalui jalur SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam kepanitiaan PLA I
dibawah binaan PERMASETA (Perhimpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi
Pertanian) pada tahun 2014.
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................ i
SUMMARY ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Be lakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ......................................................... 6
2.2 Tinjauan Tentang Desa Wisata ..................................................... 8
2.2.1 Konsep dan Definisi Desa Wisata ....................................... 8
2.2.2 Faktor-Faktor Untuk Menjadi Desa Wisata......................... 9
2.3 Tinjauan Tentang Agrowisata ...................................................... 9
2.3.1 Pengertian Agrowisata ........................................................ 9
2.3.2 Konsep Agrowisata ............................................................. 10
2.3.3 Manfaat Agrowisata ............................................................ 11
2.3.4 Basis Pengembangan Agrowisata ....................................... 13
2.4 Tinjauan Tentang Apel ................................................................. 15
2.4.1 Sejarah Tanaman Apel di Indonesia .................................... 15
2.4.3 Morfologi Tanaman Apel .................................................... 15
2.5 Tinjauan Tentang Dampak ........................................................... 16
2.5.1 Dampak Positif dan Negatif Sektor Pariwisata ................... 17
2.6 Tinjauan Tentang Usahatani dan Pendapatan .............................. 18
2.6.1 Definisi Usahatani ............................................................... 18
2.6.2 Konsep Biaya Usahatani ..................................................... 19
2.6.3 Konsep Penerimaan Usahatani ............................................ 20
2.6.4 Konsep Pendapatan Usahatani ............................................ 21
III.KERANGKA TEORITIS ............................................................... 22
3.1 Kerangka Teoritis ......................................................................... 22
3.2 Hipotesis ....................................................................................... 25
3.3 Batasan Masalah ........................................................................... 25
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................... 25
IV. METODELOGI PENELITIAN .................................................... 28
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 28
4.2 Teknik Penentuan Sampel ............................................................ 28
4.3 Teknik Pengambilan Data ............................................................ 29
4.4 Metode Analisis Data ................................................................... 30
4.4.1 Analisis Deskriptif ............................................................... 30
4.4.2 Analisis Kuantitatif .............................................................. 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 36
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ........................................... 36
5.1.1 Karakteristik Desa Gubugklakah ........................................ 37
5.2 Karakteristik Responden .............................................................. 39
5.3 Desa Wisata Gubugklakah ........................................................... 42
5.3.1 Sejarah ................................................................................. 42
5.3.2 Struktur Organisasi LADESTA ........................................... 44
5.3.3 Visi dan Misi LADESTA .................................................... 45
5.4 Kegiatan dan Obyek Desa Wisata Gubugklakah .......................... 46
5.4.1 Kegiatan Promosi Desa Wisata Gubugklakah ..................... 47
5.5 Dampak Ekonomi On Farm ......................................................... 47
5.5.1 Biaya Operasional Usahatani Apel ...................................... 47
5.5.2 Penerimaan Usahatani Apel ................................................ 51
5.5.3 Pendapatan Usahatani Apel ................................................. 53
5.5.4Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani Apel ........................ 54
5.6 Dampak Ekonomi Off Farm ......................................................... 55
VI. PENUTUP ....................................................................................... 57
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 57
6.2 Saran ............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 60
LAMPIRAN ........................................................................................... 62
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Jumlah Responden .................................................................. 29
2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................... 37
3. Prasarana Bidang Pendidikan di Desa Gubugklakah .............. 38
4. Prasarana Ibadah di Desa Gubugklakah .................................. 38
5. Karateristik Responden Berdasarkan Usia .............................. 39
6. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin................... 40
7. Karakteristik Responden B^erdasarkan Tingkat Pendidikan .. 41
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan ................ 42
9. Rata-rata Biaya Tetap Usahatabi Apel .................................... 48
10. Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Apel ............................... 49
11. Rata-rata Total Biaya Usahatani Apel..................................... 50
12. Rata-rata Penerimaan Penjualan Usahatani Apel .................... 51
13. Rata-rata Pendapatan Usahatani Apel .................................... 53
14. Pekerjaan Sebelum dan Sesudah Bergabung Desa Wisata ..... 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran .................................................... 23
2. Peta Kecamatan Poncousumo ................................................. 36
3. Struktur Organisasi LADESTA .............................................. 44
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Total Biaya Usahatani Apel Kelompok Non Agrowisata ....... 63
2. Total Biaya Usahatani Apel Kelompok Agrowisata ............... 65
3. Penerimaan Penjualan Produksi Apel Kel.Agrowisata ........... 66
4. Penerimaan Penjualan Produksi Apel Non Kel.Agrowisata ... 67
5. Rata-rata Total Biaya, Penerimaan dan Pendapatan ............... 69
6. Perbandingan Pendapatan Usahatani Apel.............................. 72
7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ........................................... 73
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dampak merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat dari suatu
aktivitas yang bersifat alamiah, baik bersifat kimia, fisik maupun biologi. Dampak
juga dapat diartikan sebagai perubahan yang tidak direncanakan yang diakibatkan
oleh aktivitas pembangunan yang dapat bersifat biofisik, social, ekonomi maupun
budaya. Menurut Soemarwoto (1991), suatu dampak dapat dilihat apabila mempunyai
bahan pembanding sebagai acuan. Salah satu acuan adalah keadaan sebelum terjadi
perubahan. Dampak dapat bersifat negatif dan bersifat positif. Dampak positif
merupakan suatu aktivitas yang dapat memberikan keuntungan, dampak negatif
merupakan suatu perubahan buruk yang terjadi sebagai akibat dari suatu aktivitas
yang dapat memberikan kerugian. Dampak menjadi penting untuk dikaji pada suatu
program untuk membandingkan baik atau buruknya program pada sebelum
dilaksanakan dengan setelah dilaksanakannya suatu program, agar dapat mengetahui
kualitas suatu program yang dilaksanakan.
Pariwisata salah satu yang dapat memberikan dampak pada pembangunan,
disisi lain pariwisata merupakan sektor yang mempunyai potensi untuk memberikan
pengaruh besar pada perekonomian bangsa Indonesia. Pengertian pariwisata yang
lebih menekankan pada aspek ekonomi dapat dilihat dalam definisi yang dibuat oleh
Wahab (1976), yaitu pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu
menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan kesempatan kerja,
pendapatan, taraf hidup serta menstimulasi sektor-sektor lain di daerah yang
menerima wisatawan. Ia memandang pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks
karena meliputi industri-industri dalam arti yang klasik seperti industri kerajinan dan
cindera mata, penginapan, transportasi dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari indikasi
besarnya potensi sektor pariwisata terhadap Negara Indonesia terlihat dari besarnya
pertumbuhan wisatawan nasional dari tahun 2011 yang berjumlah 6.750.416 menjadi
7.908.534 di tahun 2015(Kementerian Parawisata,2016).
2
Telah berkembang salah satu pariwisata yang berbasis pertanian yaitu
agrowisata. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan,
peternakan dan perikanan (Sudiasa, 2005). Pengembangan agrowisata akan
membangun komunikasi yang intensif antara petani dengan wisatawan. Dengan
agrowisata diharapkan menjadi penopang bagi para petani untuk meningkatkan
kualitas hidupnya, sebagaimana sesuai dengan apa yang dikatakan menurut Rilla,
(1999) dimana pembangunan pariwisata mestinya dapat menjadi peluang bagi petani
lokal dalam meningkatkan pendapatannya untuk mempertahankan hidup keluarganya.
Agrowisata identik dengan pertanian hortikultura, Hortikultura berasal dari kata
hortus (kebun) dan colere (budidaya). Secara harfiah istilah hortikultura diartikan
sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias,
sehingga hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari
budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Ditinjau dari fungsinya, tanaman
hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan
protein (dari buah dan sayur) serta memenuhi kebutuhan rohani, karena dapat
memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga)
(Notodimedjo, 1997).
Desa Gubugklakah yang berada di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang Provinsi Jawa Timur tengah dijadikan sebagai sebuah desa wisata. Desa
wisata yang memiliki banyak tawaran paket wisata bagi para wisatawan. Apel yang
merupakan komoditas pertanian holtikultura yang menjadi salah satu potensi Desa
Gubugklakah. memiliki banyak manfaat yang berguna menjaga daya tahan tubuh,
buah ini termasuk dalam keluarga Rosaceae yang berasal dari suku Rosales, sebagian
besar apel memiliki rasa yang manis dan menyegarkan, itu karena kandungan glukosa
dalam apel tersebut, meskipun kita tidak jarang menemukan buah apel yang rasanya
asam. Apel merupakan salah satu buah yang paling digemari di Indonesia. Hal ini
ditandai dengan semakin meningkatnya konsumsi apel di Indonesia dari tahun ke
tahun. Menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2014 rata-rata konsumsi buah apel di
Indonesia rata-rata 1,1 kg perkapita pertahun. sedangkan produksi apel dalam negeri
hanya 242.915 ribu ton (Badan Pusat Statistik, 2014). Rendahnya produksi apel di
3
Indonesia yang menempati tempat ke 12 antara lain disebabkan tingkat
produktivitasnya masih rendah. Produktivitas kebun apel di Indonesia masih jauh dari
kebun-kebun di negara lain yaitu hanya 12,22 ton per hektar sedangkan Australia dan
Amerika Serikat masing-masing mencapai 19,38 dan 37,81 ton per hektar (FAO,
2007).
Dalam destinasi yang ditawarkan oleh pengelola desa wisata terdapat
berbagai macam seperti wisata Air Terjun Coban Pelangi, Rafting, Tubing, Air Terjun
Trisula dan Agrowisata Apel. Agrowisata Apel yang termasuk dalam kegiatan
destinasi yang dimiliki oleh Desa Wisata Gubugklakah merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan pertanian apel di desa tersebut. Dengan adanya kegiatan desa
wisata juga diharapkan dapat menambah pendapatan para petani apel. Dalam kegiatan
agrowisata tersebut, wisatawan dapat langsung menikmati apel hasil petikan sendiri
dengan kondisi daerah yang masih alami jauh dari polusi perkotaan dan dapat
memberikan pengalaman baru. Misalnya, mengetahui bagaimana cara budidaya apel
yang baik dan benar.
Adanya Agrowisata apel ini dalam Desa Wisata Gubugklakah diharapkan
dapat membantu meratakan perekonomian dan meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan para petani apel. Yakni dengan memiliki adanya dampak pada
pendapatan usahatani apel di Desa Gubugklakah, dan diharapkan juga dengan adanya
kegiatan-kegiatan dalam Desa Wisata dapat berjalan sinergis dengan lingkungan
sekitar yang bersifat berkelanjutan. Berdasarkan latar belakang yang sudah
digambarkan maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dampak desa wisata
kepada pendapatan para petani. Dengan penelitian yang berjudul “Dampak Program
Kegiatan Desa Wisata Terhadap Pendapatan Usahatani Apel” dengan pengambilan
lokasi di Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur.
4
1.2. Rumusan Masalah
Desa Wisata Gubugklakah menjadi salah satu desa yang berada di Kabupaten
Malang yang menyajikan wisata alam untuk para wisatawan. Banyak pilihan destinasi
yang ditawarkan oleh Desa Wisata Gubugklakah. Salah satunya ialah agrowisata
Apel. Agrowisata ialah merupakah suatu bisnis yang memanfaatkan lahan pertanian
demi meningkatkan kesejahteraan para petani maupun menyajikan edukasi pertanian
bagi para pengunjung. Agrowisata apel menjadi salah satu atraksi dalam Desa Wisata
Gubugklakah. Hal ini diharapkan dapat menambah taraf perekonomian masyarakat
terutama petani apel.
Harga paket yang ditawarkan oleh Desa Wisata ini berkisar Rp. 450.000
sampai dengan Rp. 800.000 dengan berbagai pilihan dengan jumlah paket sebanyak 8
paket. Agrowisata dapat memberikan dampak positif yaitu meningkatkan pendapatan
usahatani karena petani dapat memotong jalur distribusi pemasaran sehingga
langsung kepada konsumen dan menghemat biaya panen, biaya pasca panen, biaya
transportasi dan biaya-biaya lainnya. Namun selain memiliki dampak positif,
agrowisata memiliki dampak negatif yang dapat memicu beberapa permasalahan
sosial dalam masyarakat. Diantaranya seperti keterlibatan petani setempat ke dalam
agrowisata dan petani yang tidak tergabung dalam agrowisata, sehingga dengan
penelitian ini untuk menganalisis dampak on farm dan off farm dari kegiatan desa
wisata terhadap pendapatan usahatani. Oleh karena itu, beberapa aspek masalah yang
disusun menjadi sebuah rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana kegiatan wisata di Desa Wisata Gubugklakah?
2. Bagaimana dampak ekonomi on farm dengan adanya kegiatan agrowisata di
Desa Gubugklakah?
3. Bagaimana dampak off farm dengan adanya kegiatan agrowisata di Desa
Wisata Gubugklakah?
5
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan kegiatan wisata di Desa Wisata Gubugklakah.
2. Menganalisis dampak ekonomi on farm dengan adanya kegiatan agrowisata
apel di Desa Wisata Gubugklakah.
3. Menganalisis dampak ekonomi off farm dengan adanya kegiatan agrowisata
apel di Desa Gubugklakah
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi instansi, pemerintah dan masyarakat, sebagai kajian bahan informasi
terhadap pengembangan kegiatan agrowisata petik apel di Desa Gubugklakah.
2. Bagi petani, sebagai bahan informasi bagi para petani khususnya di Desa
Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Provinsi Jawa
Timur.
3. Bagi pembaca dan pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan dampak agrowisata apel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kegiatan Desa
Wisata terhadap usahatani apel di Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Demi mengetahui dampak
positif maupun negatif, dan juga dampak dari segi ekonomi yang mempengaruhi
usahatani apel dikarenakan adanya agrowisata sebagai salah satu kegiatan dalam
Desa Wisata Gubugklakah. Maka dari itu dalam sub bab ini terdapat beberapa
penelitian terdahulu yang mengangkat permasalahan mengenai dampak yang
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ayu Ida Fitriana pada
tahun 2014 yang bertujuan menganalisis dampak dari program kegiatan desa wisata
terhadap pendapatan usahatani apel yang berlokasi di Desa Tulungrejo Kecamatan
Bumiaji Kabupaten Malang. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif
dan analisis kuantitatif. Dimana analisi deskriptif digunakan sebagaimana
mengdeskripsikan prodil desa, kehidupan sosial petani dan dampak sosial maupun
ekonomi off farm didaerah penelitian. Sedangkan, analisis kuantitatif digunakan
sebagai alat untuk menganalisis dampak eknomi on farm seperti biaya penerimaan,
pendapatan dan biaya usahatani apel.. Hasil yang diperoleh dari kedua alat analisis
tersebut ialah dampak dari kegiatan agrowisata dalam desa wisata Tulungrejo, apa
ada perbedaan pendapatan antara petani yang bergabung dengan agrowisata dengan
petani yang tidak bergabung dengan agrowisata. Dari hasil kesimpulan yang diambil
dari penelitian ini ialah bahwa kegiatan agrowisata yang dikembangkan oleh
kelompok pengembang TFE di Desa Wisata Tulungrejo ini berdampak terhadap
pendapatan petani. Dari segi ekonomi off farm, adanya agrowisata dalam desa wisata
memberikan peluang usaha seperti berdagang musiman yang menjual berbagai
souvenir berupa kaos, serta berjualan oleh-oleh berupa buah apel, keripik apel dalam
kios. Terkadanag jika diperlukan juda dapat menyediakan kendaraan wisata untuk
menuju kebun yang letaknya jauh dari jalan raya utama. Sedangkan dari segi dampak
7
sosial, yaitu berdampak pada kesempatan kerja dan tida menimbulkan perubahan
pada pola mata pencaharian, serta perubahan pada pola kepemilikan lahan.
Penelitian selanjutkan dilakukan oleh Ameliawati (2015) yang mengambil topik
dampak dari program agrowisata petik belimbing terhadap pendapatan usahatani yang
mengambil kasus di agrowisata Desa Ngeringinrejo,Kecamatan Kalitidu, Kabupaten
Bojonegoro. Penelitain ini menggunakan analisis deskriptif, analisis kuantitatif dan
analisis regresi logistic. Dimana analisis regresi logistic ini untuk mengukur factor-
faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam bergabung
dengan agrowisata. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pendapatan antara
petani yang bergabung dengan agrowisata dengan petani yang tidak bergabung
dengan agrowisata. Dengan hasil akhir yang dapat disimpulkan dari penelitian ini
ialah terdapat perbedaan nyata terhadap pendapatan yang diterima oleh petani yang
mengkontribusikan diri dan lahan nya kepada agrowisata dengan petani yang tidak
bergabung. Sedangkan, keputusan petani bergabung dalam agrowisata dikarenakan
dipengaruhi oleh pendidikan erakhir, frekuensi penyuluhan dan jumlah pohon
belimbing.
Penelitian selanjutnya yang terakhir dilakukan oleh Cahyo Dwi Atmaja
(2016) yang meneliti mengenai analisis dampak sosial ekonomi agrowisata petik
jeruk terhadap petani jeruk yang mengambil kasus di Desa Selorejo Kecamatan Dau
Kabupaten Malang. Penelitian ini menjadikan petani jeruk di desa Selorejo seagai
responden. Petani yang bergabung dengan agrowisata maupun petani yang tidak
bergabung dalam agrowisata. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis dampak
sosial ekonomi, dimana memiliki beberapa indicator yaitu yang terdiri dari: kesehatan
dengan contoh pertanyaan terhadap akses air bersish untuk minum, kecukupan
pangan dan akses pelayanan kesehatan. Selanjtnya indikator pendidikan terakhir yang
diajukan beberapan pertanyaan yaitu tingkat pendidikan tertinggi anggota rumah,
presentase jumlah amggota keluarga yang mengenyam pendidikan dan anggota
keluarga yang memiliki keterampilan atau pengetahuan diluar bidang pertanian.
Setelah itu ada indikator sosial yang terdiri dari 3 pertanyaan yang terdiri dari tingkat
tolong menolong antar masyarakat, rasa saling percaya antara orang dalam
8
masyarakat, dan sering tidaknya terjadi permasalahan antara orang atau keluarga.
Indikator yang terakhir yaitu indicator ekonomi yang terdiri dari 5 pertanyaan yaitu
pendapatan, jumlah jenis pendapatan, sifar pendapatan tetap atau tidak tetap,
persediaan beras kebutuhan pokok, kemampuan membeli kebutuhan pokok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan wisata petik jeruk dari segi
perubahan sosial ekonomi petani jeruk di Desa Selorejo dan mengetahui sikap petani
terhadap penerapan agrowisata petik jeruk.
Dari beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang sudah disajikan diatas dapat
disimpulkan bahwa menganalisis dampak ekonomi pada suatu daerah yang terdapat
agrowisata, dimana dapat berdampak positif maupun negatif. Maka dari itu
dilakukan penelitian ini dan tidak banyak perbedaan dari penggunaan metode
analisis yang dilakukan dari beberapa penelitian diatas dengan penelitian ini,
penelitian dengan judul „Dampak Program Kegiatan Desa Wisata Terhadap
Usahatani Apel” di Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian penelitian ini diharapkan sesuai
rencana dengan lancar sehingga dapat menjawab maksud dan tujuan dari penelitian.
2.2. Tinjauan tentang Desa Wisata
2.2.1. Konsep dan Definisi Desa Wisata
Desa wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata pada kawasan
tertentu yang melibatkan masyarakat. Menurut Priasukmana & Mulyadi (2001), desa
wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan sosial
ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan
struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan
menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen
lainnya, yaitu seperti atraksi, akomodasi, makanan dan minuman, cindera mata, dan
kebutuhan wisata lainnya. Penjelasan yang memiliki arti sama dengan definisi yang
dikemukakan menurut Wiendu (1993), desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi
antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
9
Sedangkan menurut ahli lainnya ialah, desa wisata dapat dilihat sebagai bentuk
industri pariwisata yang berupa kegiatan mengaktualisasikan perjalanan wisata
identik meliputi sejumlah kegiatan yang bersifat menghimbau, merayu, mendorong
wisatawan sebagai konsumen agar menggunakan produk dari desa wisata tersebut
atau mengadakan perjalanan wisata ke desa wisata tersebut atau disebut pemasaran
desa wisata. Komponen produk pariwisata itu sendiri terdiri atas angkutan wisata,
atraksi wisata, dan akomodasi pariwisata (Soekadijo, 2000)
2.2.2. Faktor-Faktor Untuk Menjadi Desa Wisata
Menurut Syamsu dalam Prakoso (2008), mengemukakan bahwa suatu
kawasan dikatakan dapat menjadi desa wisata harus memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Faktor kelangkaan adalah sifat dari atraksi wisata yang tidak bisa dijumpai
atau langka ditempat lain.
2. Faktor kealamiahan adalah sifat atraksi wisata yang belum pernah mengalami
perubahan akibar campur tangan manusia.
3. Keunikan, yakni sifat atraksi wisata yang memiliki keunggulan komparatif
dibanding objek wisata lain.
4. Faktor permberdayaan masyarakat yang mampu menghimbau agar
masyarakat ikut serta dan diberdayakan dalam pengelolaan objek wisata di
daerahnya.
2.3. Tinjauan Tetang Agrowisata
2.3.1. Pengertian Agrowisata
Pengertian sederhana dari Agrowisata yaitu usaha berbasis wisata dalam
memanfaatkan potensi pertanian sebagai nilai jual ataupun objeknya. Umumnya para
wisatawan yang berkunjung ke agrowisata ingin menikmati wisata bernuansa asri
dengan pertanian dan juga menambah wawasan pengetahuan akan tanaman pertanian
yang dijadikan objek.
Di Indonesia terdapat banyak usaha dalam bidang agrowisata karena sangat
menjanjikan dalam meningkatkan status perekonomian dan juga secara tidak
10
langsung ikut serta dalam melestarikan lingkungan. Sebagaimana menurut Maruti
(2009), sebuah agrowiata adalah bisnis berbasis usahatani yang terbuka untuk umum.
Dan menurut Brscic (dalam Budiasa, 2011), mengemukakan bahwa agrowisata
sebagai sebuah bentuk khusus pariwisata di lokasi usahatani rumahtangga yang dapat
berdampak ganda terhadap aspek sosial-ekonomi dan permukaan areal (landscape)
pedesaan.
2.3.2. Konsep Agrowisata
Sederhananya, konsep agrowisata dapat diketahui dari asal kata “agro” yang
berarti berbasis pertanian. Di Indonesia umumnya dapat ditemukan para pendiri atau
pengelola agrowisata milik Negara maupun swasta memperluas konsep agrowisata
menjadi tempat tujuan wisata yang menyenangkan untuk dikunjungi bersama
keluarga dan kerabat. Selain dengan memanfaatkan usaha tanaman pertaniannya
dapat dinimakti juga seperti area bermain, area pemancingan, ataupun tersedianya
tempat penginapan. Hal ini dikuatkan seperti menurut Wolfe dan Bullen, (2011),
Berbagai aktivitas agrowisata yang sering dijumpai adalah berburu dan memancing
berbasis fee (fee hunting and fishing), festival dan pameran pertanian (agriculture
related festival and fairs), tur usahatani (farm tours), wisata petik sayuran dan buah-
buahan (U-pick vegetables and fruit), menunggang kuda (horseback riding), pasar
ritel petani/usahatani (farmers/on-farm retail markets), berlibur di usahatani (farm/on
farm vacations), menginap dan menikmati makan pagi di rumah petani (on-farm bed
and breakfasts), menikmati anggur (wineries), menikmati keunikan binatang/burung
di peternakan (on-farm petting zoos/bird watching), piknik di areal usahatani (on-
farm picnic areas), bersepeda/berjalan di jalan usahatani (biking/hiking trails), dan
program pendidikan usahatani (on-farm educational programs).
Dalam hal yang sama Sznajder. dkk. (2009), menambahkan konsep
agrowisata yang membedakan antara agrowisata tradisional dan agrowisata modern.
Agrowisata tradisional hanya menawarkan paket liburan dengan tinggal sementara
kepada pengunjung untuk menikmati sumberdaya alami usahatani dan petani hanya
mendapatkan sejumlah kecil tambahan pendapatan. Selanjutnya, dalam agrowisata
modern, petani tampak 11 lebih berinisiatif melakukan investasi untuk dapat
11
menawarkan lebih banyak produk agroturistik dengan harapan dapat memberikan
sumbangan nyata terhadap pendapatan usahataninya.
2.3.3. Manfaat Agrowisata
Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan waktu istirahat dengan berlibur
dari rutinitas kegiatan ataupun pekerjaan yang melelahkan dan berujung pada rasa
kejenuhan. Oleh karena itu perlunya penyegaran pada rohani dan jasmani. Melalui
kegiatan berwisata pada tempat seperti alam alami ataupun buatan manusia yang
dapat mendorong manusia agar dapat lebih banyak berinteraksi dengan
lingkungannya. Agrowisatadiharapkan dapat menjadi solusi yang mempunyai daya
tarik wisata yang memiliki keterpaduan antara alam alami dan buatan manusia. Oleh
karena itu, jika agrowisata dikelola dan dimanfaatkan dengan benar maka dapat
memberikan manfaat cukup luas seperti menurut Sastrayuda ( 2010), yaitu:
A. Meningkatkan Konservasi Lingkungan, pengembangan dan pengelolaan
agrowisata yang obyeknya benar-benar menyatu dengan lingkungan alamnya
harus memperhatikan kelestarian lingkungan, jangan sampai pembuatan atau
pengembangannya merugikan lingkungan. Nilai-nilai konservasi yang
ditekankan pada keseimbangan ekosistem dan peletakan kemampuan daya
dukung lingkungan dapat memberikan dorongan bagi setiap orang untuk
senantiasa memperhitungkan masa depan dan pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development). Daerah agrowisata diharapkan dapat
berguna bagi lingkungan. Berdasarkan kawasan agro wisata yang memiliki
areal yang sangat luas dan ditanami dengan berbagai jenis pohon, tanaman
holtikultura akan mempengaruhi cuaca bahkan iklim di sekitarnya. Dengan
banyaknya pohon, selain dapat menyerap kebisingan, juga dapat memberikan
kesegaran dan kenyamanan, pengembangan agro wisata di satu daerah, atau
negara akan mendorong popularitas negara tersebut, yang dihasilkan dari
berbagai komoditi pertanian seperti Thailand, banyak hasil pertanian
holtikultura, di negara tersebut telah membawa harum negara tersebut, seperti
durian montong, jambu, paprika, ketimun, jeruk dan lain-lain, demikian pula
dengan Negara New Zealand banyak hasil pertaniannya telah membawa
12
harum, seperti apple, buah kiwi, pear, anggur, dan lain-lain. Apa yang
dihasilkan oleh negara-negara tersebut, membuktikan bahwa produk wisata,
tidak harus selalu berbentuk obyek alam, akan tetapi inovasi terhadap
berbagai hasil pertanian dapat menjadi pendukung bagi peningkatan
kunjungan wisatawan.
B. Meningkatkan Nilai Estetika dan Keindahan Alam
Lingkungan alam yang indah, panorama yang memberikan kenyamanan, dan
tertata rapi, akan memberikan nuansa alami yang membuat terpesona orang
yang melihatnya. Alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dipadukan dengan
kemampuan manusia untuk mengelolanya, menimbulkan nilai estetika yang
secara visual dapat diperoleh dari flora, fauna, warna dan arsitektur bangunan
yang tersusun dalam satu tata ruang yang serasi dengan alam. Setiap
pengembangan agro wisata tentu memiliki nilai- keserasian sendiri dan
manfaat, pertimbangan secara mendalam terhadap komponen pendukung
seperti bangunan yang dibuat dari beton, hendaknya dapat dijadikan
pertimbangan untuk dapat dihindari keberadaannya. Bangunan yang didesain
sedemikian rupa, yang dapat menyatu dengan alam, itulah yang diharapkan
keberadaannya, oleh karena itu dalam pengembangan agro wisata dibutuhkan
perencanaan tata letak, arsitektur bangunan, lanskap yang tepat.
C. Memberikan Nilai Rekreasi
Wisata tidak dapat dipisahkan keberadaannya sebagai sarana rekreasi.
Kegiatan rekreasi di tengah-tengah pertanian yang luas akan memberikan
kenikmatan tersendiri. Sebagai tempat rekreasi, pengelola agro wisata dapat
mengembangkan fasilitas lainnya yang dapat menunjang kebutuhan para
wisatawan seperti, restaurant, bila memungkinkan akomodasi, panggung
hiburan, dan yang paling penting adalah tempat penjualan hasil pertanian
seperti buah-buahan, bunga, makanan dan lain-lain. Dengan menyediakan
fasilitas penunjang, maka keberadaan agrowisata akan senantiasa berorientasi
kepada pelayanan terbaik bagi pengunjung, di samping itu sebagai perpaduan
kegiatan rekreasi dengan pemanfaatan hasil pertanian, maka dapat
13
dikembangkan nilai ekonomis agro wisata dengan cara menjual hasil
pertanian hortikultura kepada pengunjung dengan berbagai cara. Salah
satunya adalah mempersilahkan pengunjung untuk memetik buah atau jenis
lainnya sendiri, yang kemudian hasil petikannya ditimbang dan pengunjung
dapat membelinya, cara memetik buah atau jenis lainnya memiliki nilai
rekreatif yang tinggi dan sekaligus memiliki nilai pendidikan bagi para
pengunjung.
D. Meningkatkan Kegiatan Ilmiah dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Pengembangan agro wisata, tidak saja bertujuan untuk mengembangkan nilai
rekreatif, akan tetapi lebih jauh mendorong seseorang atau kelompok
menambah ilmu pengetahuan yang bernilai ilmiah kekayaan flora dan fauna
dengan berbagai jenisnya, mengundang rasa ingin tahu para pelajar. Keilmuan
dalam menambah ilmu pengetahuan agro wisata dengan berbagai bentuknya
dapat dijadikan sumber informasi kekayaan alam dan ekosistem di dalamnya.
Peningkatan sarana agro wisata tidak hanya yang bersifat memenuhi
kebutuhan pengunjung akan tetapi sebagai sarana pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Pengelola agro wisata, perlu menyediakan
fasilitas penelitian baik yang berbentuk kebun-kebun percobaan, yang bersifat
laboratorium alam, maupun laboratorium yang bersifat tempat penelitian
khusus dari berbagai jenis hortikultura dan jenis lainnya seperti hasil hutan,
peternakan, perikanan dan lain-lain.
E. Mengembangkan Ekonomi Masyarakat
Agro wisata yang dibina secara baik dengan memperhatikan dan mendasarkan
kepada kemampuan masyarakat, akan memberikan dampak bagi peningkatan
ekonomi masyarakat, dalam bentuk pendapatan masyarakat, kesempatan
kerja, kesempatan berusaha.
2.3.4. Basis Pengembangan Agrowisata
Agrowisata yang juga merupakan usaha berbasis pariwisata, hanya saja
berbeda dengan yang lain karena agrowisata memanfaatkan lahan pertanian dan
kegiatan usaha tani juga nuansa hidup di alam perdesaan. Indonesia sebagai Negara
14
agraris yang disamping itu pertanian adalah sector terbesar penghasil tenaga kerja dan
sebagai penyumbang untuk devisa negara.
Menurut Afandhi (2005), kebijakan umum Departemen Pertanian dalam
membangun pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan tarap hidup
petani, peternak, dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha,
menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor. Untuk itu, usaha
diversifikasi perlu dilanjutkan disertai dengan rehabilitasi yang harus dilaksanakan
secara terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim,
dengan tetap memelihara kelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan
hidup serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat.
Melalui agrowisata yang bukan hanya semata untung peluang bisnis tetapi
juga untuk melestarikan alam dan memberikan wawasan pengetahuan kepada
wisatawan tentang alam juga tanaman pertanian. Maka dari itu dengan melihat
potensi agrowisata yang besar sangat diharapkan dilakukan langkah-langkah
pengembangan.
Budiasa (2011), mengemukakan dua model pengembangan agrowisata, yaitu
agrowisata berbasis modal (capital-based agritourism) dan agrowisata berbasis
masyarakat (community-based agritourism). Pengembangan agrowisata berbasis
modal lebih menekankan pada kemampuan modal investor yang dapat melihat
peluang keuntungan dari aktivitas agrowisata tersebut, dengan harapan bahwa
keuntungan maksimal dari usaha agrowisata tersebut dapat dinikmati oleh investor
tersebut. Untuk membangun pusat agrowisata investor memualinya dengan akuisisi
lahan minimal 1,5 atau 2,0 ha dan dengan kemampuan modalnya investor tersebut
membangun infrastruktur dan fasilitas dasar agrowisata. Investor akan mengangkat
manager atau melaksanakan sendiri proses manajemen dalam industri agrowisata
yang dikembangkan. Selanjutnya, dalam pengembangan agrowisata berbasis
masyarakat tampak anggota masyarakat mengorganisasi diri dan mengoperasikan
bisnis agrowisata tersebut berdasarkan aturan-aturan serta pembagian tugas dan
kewenangan yang telah mereka sepakati bersama. Sumberdaya, terutama lahan
usahatani tetap menjadi milik petani secara individual tetapi masing-masing dari
15
mereka dapat saja menyerahkan pengelolaan asetnya kepada kelompok atau pihak
manajemen yang mereka tentukan dengan imbalan keuntungan yang proportional.
Aset kapital bersama mereka gunakan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas
dasar yang menjadi persyaratan minimal pengembangan pusat agrowisata tersebut.
2.4. Tinjauan Tentang Apel
2.4.1. Sejarah Tanaman Apel di Indonesia
Apel adalah tanaman buah tumbuh di daerah subtropis dan pertama kali
ditanama di Asia Tengah. Tanaman in imasuk ke Indonesia sekitar tahun 1930-an
dibawa oleh orang Belanda bernama kreben yang kemudian menanamnya di
daerahNongkojajar, Pasuruan. Sejarah apel di Indonesia dimulai sejak didatangkan
dari Australia pada tahun 1934 dan pertama ditanam di Desa Tebo Pujon Malang
sebanyak 20 varietas. Menurut situs resmi Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika pada tahun 2014 yang menuliskan bahwa tanaman apel mulai berkembang
hingga sekarang berawal dari daratan tinggi Kota Batu, Poncokusumo (Malang), dan
Nongkojajar (Pasuruan) yang mengalami masa kejayaan pada tahun sekitar 1970.
2.4.2. Klasifikasi Tanaman Apel
Menurut Soelarso (1997), mengatakan klasifikasi dari buah apel yaitu:
Kingdom : Plantae
Divis : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Pyrus
Spesies : Pyrus malus
2.4.3. Morfologi Tanaman Apel
a. Batang
Pohon apel berkayu keras dan kuat, caban-cabang jika dibiarkan atau tidak
dipangkas pertumbuhannya lurus dan tidak beranting. Kulit kayunya
16
cukup tebal, warna kulit batang muda, cokelat muda sampai cokelat
kekuning-kuningan dan setelah tua berwarna hijau kekuning-kuningan.
b. Akar
Pohon apel berasal dari biji dan anakan yang membentuk akar tunggang,
yaitu akar yang tumbuhnya lurus atau vertical kedalam tanah. Berfungsi
sebagai penegak tanaman penghisap air dan unsur hara dalam tanah, untuk
menembus lapisan tanah yang keras.
c. Daun
Bentuk daun apel dipilih menjadi enam kategori, yaitu oval, broadly oval,
narrow oval, acute, broadly acute, dan narrow acute. Permukaan daun
bisa datar atau bergelombang. Sisi daun ada yang melipat ke bawah, ada
juga yang melipat ke atas. Bagian bawah daun umumnya diselimuti bulu-
bulu halus.
d. Buah
Buah apel mempunyai bentuk bulat sampai lonjong. Bagian pucuk buah
berlekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan
renggang, tetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat. Warna buah
hijau kekuning-kuningan, hijau berbintik-bintik, merah tua, dan sebaginya
sesuai dengan varietasnya (Soelarso, 1997).
2.5. Tinjauan Tentang Dampak
Definisi dampak adalah akibat, imbas atau pengaruh yang terbaik (baik itu
negative atau postif) dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh satu atau sekolompok
orang yang melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Online Tahun 2010, dampak ialah benturan, pengaruh yang mendatangkan
akibat baik positif maupun negative. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari
sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang. Menurut Soemarwoto (1991), suatu dampak dapat dilihat apabila
mempunyai bahan pembanding sebagai acuan. Salah satu acuan adalah keadaan
sebelum terjadi perubahan dan dampak dapat bersifat negative maupun juga positif.
17
Menurut penjabaran diatas penggunaan kata dampak biasanya dibarengi
dengan imbas akhir yang disampaikannya didalam kalimat dan masyarakat secara
luas pada umumnya menggunakannya dengan pengelompokan seperti dibawah ini:
1. Dampak Positif
Dalam hal ini adalah akibat baik atau pengaruh menguntungkan yang
didapatkan dari berbagai hal atau peristiwa yang terjadi.
2. Dampak Negatif
Dalam hal ini pengaruh atau akibat yang dihasilkan dari kata dampak
adalah merugikan dan cenderung memperburuk keadaan.
2.5.1. Dampak Positif dan Negatif Sektor Pariwisata
Sisi positif pengembangan agrowisata adalah sebuah keuntungan, agrowisata
berpeluang terhadap perluasan kesempatan berusaha bagi masyarakat lokal
(diversification of local community), kesempatan investasi kesadaran akan konservasi
lingkungan. Lebih lanjut sisi positif dari pengembangan agrowisata dapat dijabarkan
sebagai berikut (Deptan, 2005):
Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan
kedatangan konsumen secara langsung ditempat wisata yang diselenggarakan. Aset
yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan,
kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi
modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang
dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari pentingnya nilai kualitas
lingkungan tersebut, masyarakat atau petani setempat harus diajak untuk selalu
menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian lingkungannya. Karena agrowisata
termasuk ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata
dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan
menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta
sebagai sarana pendidikan. Oleh karena itu harus dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut ini:
18
a) Pengaturan dasar alaminya, yang meliputi kultur atau sejarah yang menarik,
keunikan sumber daya biofisik alaminya, konservasi sumber daya alam
ataupun kultur budaya masyarakat.
b) Nilai pendidikan, yaitu interpretasi yang baik untuk program pendidikan dari
areal, termasuk lingkungan alaminya dan upaya konservasinya.
c) Partisipasi masyarakat dan pemanfaatannya. Masyarakat hendaknya
melindungi dan menjaga fasilitas atraksi yang digemari wisatawan, serta dapat
berpartisipasi sebagai pemandu serta penyedia akomodasi dan makanan.
d) Dorongan meningkatkan upaya konservasi. Wisata ekologi biasanya tanggap
dan berperan aktif dalam upaya melindungi area, seperti mengidentifikasi
burung dan satwa liar, memperbaiki lingkungan, serta memberikan
penghargaan atau fasilitas kepada pihak yang membantu melingdungi
lingkungan.
Sedangkan dampak pada sisi negatif pariwisata yang dijabarkan oleh
Ismayanti (2010), ialah:
1. Bahaya ketergantungan terhadap industry pariwisata
2. Peningkatan inflasi dan nilai lahan.
3. Produksi musiman.
Sama seperti yang dikatakan oleh Abdurrachman dan Maryani (1998), yaitu
pada dampak negative yang timbul dari pariwisata secara ekonomi, 1) semakin
ketatnya persaingan harga antara sektor, 2) harga lahan yang semakin tinggi, 3)
mendorong timbulnya inflasi, 4) Bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi.
Namun disamping itu, agrowisata juga memiliki dampak yang berkaitan erat dengan
lingkungan alam, baik dari segi sekonomi, sosial, budaya dan fisik (alam dan
lbangunan fisik).
2.6. Tinjauan Tentang Usahatani dan Pendapatan
2.6.1. Definisi Usahatani
Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola asset dan cara
dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
19
mengorganisasikan sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang
menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001).
Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang
atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsure-unsur produksi seperti alam,
tenaga kerja, modal, dan keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk
menghasilkan sesuatu dilapangan pertanian.
Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang tersedia secara
efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa ahli yang berpendapat mengenai
usahatani ialah usaha yang dilakukan petani dalam memperoleh pendapatan atau
keuntungan dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan adanya modal dan
tenaga kerja dan memutarnya kembali dengan digunakan sebagai biaya pengeluaran
yang berhubungan dengan usahatani.
2.6.2 Konsep Biaya Usahatani
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melakukan
proses produksi. Menurut Noegroho. dkk (1991), yang menjabarkan tentang biaya
produksi ini diperlukan untuk membiayai semua jenis kerja, alat, dan bahan yang
diperlukan dalam setiap cabang produksi, meliputi penggarapan tanah, perawatan,
panen sampai dengan produk sampai dirumah petani. Dalam bidang ekonomi, biaya
yang yang dikeluarkan oleh petani diklasifikasikan dalam beberapa golongan sesuai
dengan tujuan spesifik yang dikerjaan, yaitu sebagai berikut:
1) Biaya Tetap (Fixed Cost), merupakan biaya yang harus dikeluarkan terlepas
dengan jumlah produksi, yang dikeluarkan untuk masukan tetap (Noegroho.
dkk, 1991).
2) Biaya tidak tetap atau (Variable Cost), merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995).
20
Pengklafisian pembiayaan tersebut, dikenal juga apa yang disebut biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah semua biaya-biaya
langsung adalah dipergunakan dalam proses produksi atau lebih dikenal dengan
actualcost. Biaya langsung juga sering disebut farm expenses yaitu biaya produksi
yang betul-betul dikeluarkan oleh petani. Istilah ini biasanya dipergunakan untuk
mencari pendapatan petani (farm income). Sedangkan biaya tidak langsung adalah
biaya-biaya tidak langsung dipergunakan dalam proses produksi, seperti penyusutan
alat dan sebagainya (Soekartawi, 2006).
TC = TVC + TFC
Keterangan:
TC = Biaya produksi
TVC = Biaya variabel
TFC = Biaya tetap
2.6.3. Konsep Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual, total penerimaan dari kegiatan usahatani yang diterima pada akhir
proses produksi. Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan
material yang diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun
keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal
yang dimilikinya. Menurut Noegroho. dkk(1991), menjelaskan bahwa penerimaan
usahatani ialah seluruh nilai uang yang diterima dari semua cabang produksi selama
jangka waktu tertentu.
TR = Py.Y
Keterangan :
TR = Total penerimaan
Py = Harga produksi perunit
y = Jumlah produksi yang dihasilkan
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan merupakan keseluruhan penerimaan
yang diterima petani dari penjualan hasil pertanian kepada konsumen menurut harga
21
jual. Dan penerimaan juga dapat dikatakan sebagai perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual yang berlaku pada saat tertentu.
2.6.4. Konsep Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (1987), Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua
masukan yang habis terpakai dalam proses produksi,tidak termasuk tenaga kerja
dalam keluarga petani. Sedangkan pendapatan kotor usahatani adalah nilai total
produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yangdijual maupun tidak dijual.
Sama halnya yang dijabarkan oleh Hernanto (1996), yang mengemukakan bahwa
kegiatan usahtani pada akhirnya akan dimulai dengan uang yang diperhitungkan dari
nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan.
Secara sistematis pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
ᴫ = TR – TC
Keterangan:
ᴫ = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan usahatani (Rp)
TC = Total biaya dalam usahatani (Rp)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis
Agrowisata apel merupakan salah satu atraksi agrowisata yang berada dalam
Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Provinsi
Jawa Timur. Desa Gubugklakah berada dalam Kecamatan Poncokusumo yang
terkenal sebagai penghasil buah apel dan Desa Wisata Gubugklakah memiliki potensi
besar menjadi pusat wisata di Kabupaten Malang. Agrowisata merupakan
pemanfaatan lahan pertanian sebagai sumber objek wisata yang memiliki tujuan
untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, dan hubungan usaha dibidang pertanian
antara petani dan pengunjung agrowisata (Utama, 2012).
Agrowisata memiliki dampak positif dalam meningkatkan kesejahteraan
petani seperti yang dikemukaan pada penelitian Fitriana (2014), yang menunjukkan
bahwa kegiatan agrowisata mampu memberikan dampak positif terhadap pendapatan
usahatani. Namun tidak hanya dampak positif, adanya agrowisata juga dapat
berdampak negatif. Maka ketika memutuskan untuk agrowisata sebagai salah satu
atraksi yang ditawarkan oleh Desa Wisata, diharapkan terjadi sinergitas antara
kegiatan pariwisata dengan lingkungan sekitar, sehingga dapat tercipta suatu
pembangunan perekonomian yang dapat bersifat berkelanjutan. Seperti yang
dikatakan oleh Sastrayuda (2010), kegiatan agrowisata secara langsung menyentuh
sumber daya lahan pertanian dapat berdampak pada berbagai sisi, diantaranya adalah
berdampak pada kegiatan usahatani dan masyarakat sekitar. Padahal pihak utama
yang terkena dampaknya ialah para petani apel. Sebagai masyarakat yang
diidentifikasi sebagai masyarakat pedesaan serta produsen utama dalam kegiatan
agrowisata apel di Desa Wisata Gubugklakah. Bagi para petani apel, kegiatan
agrowisata ini dapat dimanfaatkan untuk menambah keuntungan/pendapatan. Selain
itu sebagai sarana memberikan edukasi kepada para wisatawan bagaimana teknik
menanam apel yang baik dan benar, dan juga dapat mempromosikan Desa
Gubugklakah sebagai penghasil apel ternama.
23
Terduga bahwa terdapat perbedaan pendapatan diantara kedua kelompok
tersebut setelah adanya program kegiatan desa wisata di Desa Gubugklakah yang
mana pendapatan petani apel yang bergabung dalam agrowisata lebih besar
dibandingkan dengan petani apel yang tidak tergabung. Maka dari itu, dampak yang
akan diteliti pada penelitian ini ialah dampak dari segi ekonomi. Pada segi ekonomi,
terdapat ekonomi on farm dan ekonomi off farm. Pada segi on farm dapat
memberikan manfaat yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan petani apel.
Karena kegiatan agrowisata apel ini memanfaatkan lahan para petani apel sehingga
dapat mengahsilkan pendapatan lebih dari sekedar memasarkan apel. Pada penelitian
kali ini juga dari kegiatan agrowisata dapat diketahui dengan cara membandingan
pendapatan usahatani petani yang mengkontribusikan diri dan lahannya mengikuti
kegiatan agrowisata dalam Desa Wisata Gubugklakah dengan petani yang
belum/tidak mengkontribusikan lahannya menjadi agrowisata apel menggunakan
analisis kuantitatif dimana menghitung biaya total operasional, hasil penerimaan dan
total biaya pendapatan dalam usahatani, yang kemudian menganalisis perbandingan
dua variabel independen menggunakan uji t dan analisis deskriptif untuk
menggambarkan gambaran umum desa maupun karateristik respoden. Sedangkan
pada segi ekonomi off farm, agrowisata ini juga dapat berdampak pada struktur
ekonomi diluar kegiatan pertanian yang diakibatkan dengan adanya agrowisata apel
dalam Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur. Dampak ekonomi off farm akan dijelaskan secara deskriptif
dengan membandingan keadaan sebelum dan sesudah adanya kegiatan agrowisata
dalam Desa Wisata Gubugklakah.
Untuk lebih jelasnya skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
24
c
Gambar 1.Skema Kerangka Pemikiran “Dampak Program Kegiatan Desa Wisata Terhadap
Pendapatan Usahatani Apel”
Potensi:
1. Malang sebagai
Kota pariwisata
2. Desa
Gubugklakah
sebagai produsen
apel
3. Kondisi alam
yang mendukung
1.
Agrowisata apel
Masalah:
Adanya petani
yang bergabung
dalam agrowisata
dan petani yang
tidak tergabung
dalam agrowisata
Ekonomi
Dampak
Alur penelitian:
Alat Analisis:
Ekonomi on farm Ekonomi off farm Analisis deskriptif
Analisis Deskriptif
Analasis Kuantitatif
-Total Biaya
-Penerimaan
-Pendapatan
-Uji Beda Rata-rata
Petani Non Agrowisata Petani Agrowisata
Peningkatan Pendapatan
Petani
Saran
Desa Wisata
Gubugklakah
25
3.2. Hipotesis
Diduga bahwa dampak ekonomi on farm dan ekonomi off farm memberikan
dampak positif terhadap usahatani apel yaitu menambahkan hasil pendapatan yang
diterima petani apel yang tergabung dalam kegiatan desa wisata di Desa
Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
3.3. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Dengan responden
petani apel di Desa Gubugklakah yang tergabung dalam agrowisata dan petani
yang tidak tergabung.
2. Penelitian hanya terbatas pada pendapatan usahatani komoditas buah apel
yaitu analisis dampak ekonomi on farm dalam penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan with without.
3. Analisis dampak ekonomi off farm dengan adanya kegiatan desa wisata di
Desa Gubugklakah terhadap petani yang bergabung dilakukan secara
deskriptif dengan pendekatan before after.
4. Data mengenai usahatani untuk penelitian ini dibatasi pada masa satu kali
panen dengan satuan per hektar, dikarenakan keterbatasan responden dalam
mengakumulasi pendapatan.
3.4. Definisi Operasinoal dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Dampak merupakan perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya
aktivitas manusia, yaitu kegiatan agrowisata dalam Desa Wisata
Gubugklakah.
2. Ekonomi on farm adalah pendapatan usahatani apel terkait dengan adanya
pemanfaatan sumber daya lahan yang dikontribusikan dalam agrowisata di
Desa Wisata Gubugklakah.
26
3. Ekonomi off farm adalah pendapatan pada struktur ekonomi yang tidak
berhubungan dengan kegiatan usahatani apel tapi tetap terkait dengan adanya
agrowisata di Desa Wisata Gubugklakah.
4. Biaya tetap usahatanni apel adalah jenis biaya operasional yang dikeluarkan
petani yang besa kecilnya tidak dipengaruhi oleh produksi apel, diukur dalam
satuan rupiah (Rp), seperti biaya pajak lahan dan penyusutan peralatan.
a. Biaya pajak lahan adalah termasuk biaya tetap yang dikeluarkan oleh
petani sebagai biaya opersional usahatani.
b. Biaya penyusutan peralatan adalah harga beli atau harga perolehan (cost)
peralatan yang dikeluarkan petani hingga peralatan tersebut dapat
memberikan manfaat.
5. Biaya variabel usahatani apel adalah seluruh biaya operasional yang
dikeluarkan menurut besar kecilnya produksi apel yang dihasilkan dan
dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp), seperti biaya peptisida, pupuk dan
tenaga kerja.
a. Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan petani apel untuk kebutuhan
pupuk dalam satu kali masa panen, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
b. Biaya peptisida adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan petani untuk
memenuhi kebutuhan peptisida dalam kegiatan usahatani apel yang
diberikan ke tanaman selama satu kali masa panen, diukur dalam satuah
rupiah (Rp).
c. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar
sewa tenaga kerja sebagai tenaga pengangkutan dan pemetikan setiap kali
masa panen, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
6. Total biaya adalah total biaya yang dikeluarkan petani yang digunakan untuk
usahatani apel, meliputi jumlah biaya tetap dan biaya variabel dalam satu kali
masa panen, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
7. Penerimaan usahatani apel ialah hasil sejumlah rupiah yang diterima petani
apel atas hasil penjualan produksi apel, dihitung dengan cara mengalikan
27
jumlah hasil produksi dengan harga jual yang berlaku pada saat tersebut,
diukur dalam satuan rupiah (Rp).
8. Harga apel wisata adalah harga apel yang diterima oleh petani apel yang
tergabung dalam agrowisata saat kegiatan wisata berlangsung, dihitung
sengan satu rupiah per kilogram (Rp/Kg).
9. Harga apel non agrowisata adalah harga apel yang dijual kepada tengkulak,
dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
10. Pendapatan usahatani apel ialah hasil dari selisih hasil penerimaan dengan
total biaya operasional.
IV. METODELOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi
dilakukan secara purposive dengan pertimbangan Desa Gubugklakah termasuk
dalam kecamatan Pocokusumo sebagai sentra produksi apel. Selain itu desa ini
telah dikembangkan menjadi desa wisata dengan berbagai macam tujuan
kegiatan, yang salah satunya ialah kegiatan agrowisata apel. Penelitian
dilaksanakan pada Bulan Juni 2017.
4.2. Teknik Penentuan Sampel
Menurut survey pendahuluan dan didapatkannya daftar nama-nama
petani apel yang memiliki lahan maka ditentukan jumlah responden sebanyak
43 orang, dimana diantaranya ialah 10 orang petani apel yang bergabung dalam
agrowisata dengan kata lain mengkontribusikan lahanya untuk digunakan dan
33 orang petani apel tidak bergabung dalam agrowisata atau tidak
mengkontribusikan lahannya dalam kegiatan agrowisata. Oleh karena itu,
penentuan responden petani yang bergabung maupun yang tidak bergabung
dalam agrowisata menggunakan metode sensus karena jumlah populasinya
yang sedikit (terbatas).
Pada kelompok petani yang tidak bergabung agrowisata berjumlah 33
orang, maka diambil keseluruhan dengan responden yakni 33 orang. Penentuan
ini dilakukan karena setiap petani dalam desa tersebut berpotensi sebagai
responden untuk menjadi sampel penelitian. Hal ini didasarkan pada sistem
siapa saja dapat berhak memanfaatkan atau mengkontribusikan lahannya
kepada kegiatan agrowisata asalkan petani tersebut bersedia. Berikut adalah
tabel jumlah responden pada penelitian ini.
29
Tabel 1. Jumlah Responden
No. Jenis Populasi Jumlah Populasi Jumlah
Responden
1. Petani Apel Agrowisata 10 10
2. Petani Apel Non Agrowisata 33 33
4.3. Teknik Pengumpulan Data
Data dibutuhkan dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini teknik yang
akan digunakan yaitu teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik
dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer
dan sekunder. Berikut ini ialah penjabaran yang lebih rinci. Data yang
dikumpulkan meliputi, yaitu:
1. Data Primer
Data yang diperoleh merupakan hasil dari teknik wawancara dan teknik
observasi dengan responden petani agrowisata dan responden petani non
agrowisata. Wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap
responden berdasarkan pertanyaan mengenai usahatani apel yang
dilakukan seperti, biaya operasional usahatani, harga jual produk dan
jumlah produk yang terjual. Selain itu diadakan pengamatan langsung
dilapang mengenai objek penelitian yang diteliti. Pengamatan ini
dilakukan guna memperoleh informasi tambahan yang mendukung data
yang diperoleh dan dilakukan teknik dokumnetasi untuk memfoto
dokumen maupun kegiatan yang berlangsung.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang pengumpulannya bukan
diusahakan oleh penulis melainkan oleh pihak kedua atau pihak-pihak
lain sebagai narasumber. Data sekunder ini digunakan untuk
mendukung data primer yang meliputi hasil penelitian literatur dari
berbagai sumber. Data sekunder yang dibutuhkan seperti karakteristik
desa mengenai profil desa yang didapat dari kantor kepala desa.
30
4.4. Metode Analisis Data
Metode analiss data yang menggunakan 2 pendekatan yaitu analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif.
4.4.1 Analisis deskriptif
Menurut Sugiyono, (2004) Analisis deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Pada penelitian kali ini analisis deskriptif berfungsi untuk
mempresentasikan hasil deskripsi dari profil Desa Gubugklakah, desa wisata
yang menjadi objek penelitian. Lalu, kegiatan yang ditawarkan, karakteristik
petani apel sebagai responden berdasarkan usia, pendidikan, status kepemilikan
lahan, dan luas lahan. Analisis ini juga digunakan untuk mendeskripsikan
dampak ekonomi yang terdiri dari ekonomi on farm dan ekonomi off farm.
4.4.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisa biaya usahatani
meliputi biaya total, biaya penerimaan apel, pendapatan usahatani pada petani
yang menggunakan lahannya sebagai agrowisata dan non agrowisata. Luas
lahan yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah dalam satuan
hektar (ha).
Alat analisis kuantitatif yang digunakan untuk menghitung ialah:
1. Analisis biaya usahatani apel
a. Biaya Tetap
Biaya ini merupakan baiaya yang dikeluarkan oleh petani apel dan
dipengaruhi oleh besarnya produksi apel yang dihasilkan. Misalnya
biaya sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan. Besarnya biaya tetap
petani apel dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
31
Keterangan:
TFC = Total biaya tetap rata-rata dalam usahatani apel (pajak
lahan dan penyusutan peralatan) (Rp/ha)
FC = Biaya tetap meliputi biaya pajak lahan dan biaya
penyusutan
peralatan dihitung per sekali panen (Rp/ha)
n = Banyaknya input biaya
b. Biaya Tidak Tetap (Variabel)
Biaya tidak tetap dalam usahtani apel adalah biaya yang dikeluarkan
sesuai dengan keperluan kebutuhan akan produksi apel. Misalnya biaya
pupuk, biaya tenaga kerja, dan biaya obat-obatan. Besarnya biaya tidak
tetap petani apel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
VC = Biaya tidak tetap rata-rata dalam usahatani apel dalam
sekali panen (Rp/Ha)
n = Banyaknya input biaya dalam usahatani apel
TVC =Total biaya tidak tetap rata-rata dalam usahatani apel
Sekali panen (Pestisida, pupuk, tenaga kerja) (Rp/Ha)
c. Biaya Total
Merupakan total keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani apel. Meliputi jumlah dari biaya tetap dan biata variable yang
dikeluarkan. Besarnya total biaya produksi usahatani dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
32
TC= TFC+TVC
Keterangan:
TC = Biaya Total rata-rata usahatani apel sekali panen
(Rp/Ha)
TFC = Total Biaya tetap rata-rata dalam usahatani apel dalam
sekali panen (Rp/Ha)
TVC = Total biaya tidak tetap rata-rata dalam usahatani apel
dalam sekali panen (Rp/Ha)
2. Analisis Penerimaan Total Usahatani
Penerimaan merupakan ukuran hasil perolehan total sumberdaya
yang digunakan dalam usahatani yang diperoleh dari hasil kali jumlah
produksi dengan harga satuan. Besarnya penerimaan yang diperoleh
petani dapat dihitung dengan menggunaka rumus:
TR = Py.Q
Keterangan:
TR = Total rata-rata penerimaan dan penjualan apel sekali
panen (Rp/Ha)
Q = Kuantitas produksi apel yang diperoleh (Kg/Ha)
Py = Harga apel (Rp/Ha)
Dalam kasus penelitian ini, total penerimaan didapatkan dari dua
jalur yang berbeda, yakni pemasaran kepada konsumen secara langsung
dan pemasaran kepada tengkulak. Sehingga rumus yang digunakan:
TR = (Pa x Qa) + (Pna x Qna)
Keterangan:
TR = Total rata-rata penerimaan dari penjualan apel sekali
panen (Rp/Ha)
Pa = Harga jual apel di agrowisata (Rp/Kg)
Qa = Kuantitas produksi belimbing yang dibeli konsumen di
agrowisata (Kg/Ha)
33
Pna = Harga jual apel di non agrowisata diluar agrowisata
(Rp/Kg)
Qna = Kuantitas produksi apel yang dibeli konsumen di non
agrowisata (Kg/Ha)
3. Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahtani apel merupakan selisih antara total
penerimaan usahtani apel dengan total biaya yang dikeluarkan.
Dirumuskan sebagai berikut:
ᴫ = TR+TC
Keterangan:
ᴫ = Total pendapatan petani (Rp/Ha)
TR = Total Penerimaan Usahatani apel sekali panen (Rp/Ha)
TC = Total Biaya dalam Usahatani apel sekali panen
(Rp/Ha)
Karena dalam kegiatan agrowisata tidak hanya berasal dari
kegiatan usahatani saja, melainkan didapatkan juga pendapatan dari luar
usahatani berupa tiketting. Maka berpengaruh pada struktur pendapatan
total petani. Pendapatan total yang diterima petani dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
Y = Yp+Yn
Keterangan:
Y = Total Pendapatan petani (Rp/Ha)
Yp = Pendapatan Usahatani sekali panen (Rp/Ha)
Yt = pendapatan luar Usahatani (Rp/Ha)
4. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan antara
pendapatan usahatani pada petani apel yang bergabung dalam
agrowisata dan non agrowisata. Sebelum menguji terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas.
34
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau berada dalam sebaran normal.
Asumsi normalitas merupakan salah satu syarat prosedur statistik
parametik. Setelah data hasil wawancara dengan petani responden
ditabulasi kemudian dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data
dilakukan dengan menggunakan statistik uji Kolmogorov Smirnov.
Adapun hipotesis pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
: Data berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal
: Data berasal dari populasi yang terdistribusi secara tidak normal
5. Uji Beda Rata-rata
Uji Mann Whitney merupakan uji non parametrik yang sangat kuat
(powefull) dan sebagai alternatif uji parametrik t test untuk sampel
independen. Hal ini dikarenakan tidak memenuhi uji normalitas,
sehingga tidak dapat menggunakan uji t. Seperti menurut Suliyanto
(2014), jika dalam penelitian terjadi hal seperti ini, dimana uji
normalitas tidak terpenuhi maka dapat menggunakan uji non parametrik
Mann Whitney sebagai alternatif.
HIPOTESIS:
1. :Tidak ada perbedaan antara rata-rata pendapatan
usahtan petani agrowisata dengan pendapatan usahatani
petani non agrowisata ( : μ1 = μ2).
2. :Terdapat perbedaan antara rata-rata pendapatan
usahatani pada petani agrowisata dengan pendapatan
usatanai pada petani non agrowisata ( : μ1 ≠ μ2).
Kriteria pengujian:
a. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf kepercayaan (α)
sebesar 0,05 maka dalam pengujian hipotesis tersebut menerima
dan menolak dimana terdapat perbedaan yang nyata pada
35
rata-rata pendapatan usahatani pada petani Agrowisata Apel
dengan rata-rata pendapatan pada petani Non Agrowisata Apel.
b. Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf kepercayaan (α)
sebesar 0,05 maka dalam pengujian hipotesis tersebut menolah
dan menerima dimana tidak terdapat perbedaan yang nyata
pada pendapatan petani yang bergabung dalam agrowisata apel
dan petani yang tidak tergabung dalam agrowisata apel.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Gubugklakah berada dalam Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang. Luas Lahan desa ini adalah 3,84 , dengan ketinggian mencapai 900-
1100 meter diatas permukaan laut. Desa ini merupakan daratan tinggi dengan
suhu udara rata-rata 20-22 derajat celcius. Curah hujan yang dimiliki oleh Desa
Gubugklakah yaitu berkisar 1500-2000 mm.
Jika ditinjau dari segi geografisnya Desa Gubugklakah berbatasan wilayah
dengan:
Sebelah Utara : Desa Duwet Kecamatan Tumpang
Sebelah Barat : Desa Wringinanom Kecamatan
Poncokusumo
Sebelah Selatan : Desa Poncokusumo Kecamatan
Poncokusumo
Sebelah Timur : Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo
Gambar 2. Peta Kecamatan Poncokusumo
Sumber: Dokumentasi Desa Gubugklakah,2017
Desa Gubugklakah berjarak 10 km dengan pusat pemerintahan Kecamatan
Poncokusumo, 35 km dengan pusat pemerintahan Kabupaten Malang dan 125 km
dengan pusat pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Desa Gubugklakah merupakan
daerah yang memiliki potensi alam yang melimpah diantaranya kesesuaian lahan
untuk ditanami oleh tanaman hortikultura berupa buah apel atau sayur-mayur.
Selain itu, Kecamatan Poncokusumo juga terkenal sebagai daerah penghasil buah
Apel di Kabupaten Malang.
5.1.1. Karakteristik Desa Gubugklakah
1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Distribusi penduduk menurut mata pencaharian dikaji untuk menjelaskan
gambaran tentang aktifitas ekonomi penduduk desa dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup. Data distribusi penduduk menurut mata pencaharian dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Gubugklakah
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Tahun 2017
___No_ Jenis Pekerjaan Jumlah
(orang)
1. Petani 1.352
2. Buruh Tani 900
3. Wirawasta 285
4. PNS 8
5. TNI 3
6. Penjahit 5
7. Supir 10
8. Tukang Kayu 25
9. Tukang Batu 30
10. Guru Swasta 17
11. Pensiunan 3
12. Lain-lain 1.001
Total 3639
Sumbe: Data Kantor Desa Gubugklakah, 2017
Berdasarkan tabel 2, diketetahui penduduk desa dengan total 3645 jiwa
yang terdata dan memiliki pekerjaan ialah 3639 jiwa yang tersebar dalam berbagai
macam mata pencaharian. Mata pencaharian masyarakat yang paling dominan
yaitu petani dengan jumlah total 1352 orang. Hal ini juga berdasarkan luas
tegal/lading paling dominan yaitu sebanyak 332 Ha dari total keseluruhan luas
desa yaitu 384 Ha. Selain itu ketersediaan lahan yang luas, kesesuaian iklim dan
kondisi daerah setempat yang menjadikan penduduk Desa Gubugklakah sebagai
seorang petani.
2. Bidang Pendidikan
Bidang pendidikan sangat mendapat perhatian dari warga Desa
Gubugklakah. Hal ini dikuatkan dengan anak-anak usia sekolah telah menempuh
pendidikan, kecuali bagi anak yang mengalami kelainan atau masyarakat yang
tidak mampu tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit. Kesadaran masyarakat
terhadap pendidikan juga menjadi perhatian Pemerintah Desa agar selalu
memberikan dorongan kepada anak-ananya untuk menempuh pendidikan setinggi-
tingginya. Fasilitas sekolah yang berada di Desa Gubugklakah sudah semakin
marak seiring perkembangan jaman. Berikut ini ialah sarana pendidikan yang
terdapat di Desa Gubugklakah:
Tabel 3. Prasarana dalam Bidang Pendidikan di Desa Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang Tahun 2017
No. Jenis Prasarana Jumlah
a. RA 3 sekolah
b. SDN 2 sekolah
c. Madrasah Ibtidaiyah 1 sekolah
d. Madrasah Tsanawiyah 1 sekolah
e. SMPI 1 sekolah
f. Madrasah Aliyah 1 sekolah
g. SMK 1 sekolah
h. Pondo-k Pesantren 1 pondok pesantren
Sumber: Monografi Desa Gubugklakah, 2017
3. Bidang Keagamaan
Prasarana ibadah yang ada di Desa Gubugklakah pada tahun 2017, berikut
ini ialah :
Tabel 4. Prasarana Ibadah di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo,
Kabupaten Malang Tahun 2017
No. Jenis Prasarana Jumlah
a. Masjid 2 masjid
b. Musholah 13 musholah
c. Kegiatan yang ada 15 kelompok Jamaah Tahlil
Sumber: Kantor Desa Gubugklakah,2017
4. Bidang Keamanan dan Ketertiban
Keamanan dan ketertiban merupakan kebutuhan yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat, karena dengan terciptanya keamanan maka
kehidupan masyarakat akan tentram baik lahir maupun batin. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan hal tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah
Desa saja, akan tetapi merupakan tanggung jawab kita bersama. Salah satu contoh
yang dilakukan rutin di desa ini ialah dengan melakukan keamanan secara
swakarsa atau siskamling.
5.2. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Menurut Usia
Indikator usia petani merupakan salah satu faktor yang penting untuk
melakukan usahatani. Hal ini perlu dikaji dikarenakan untuk dapat memahami
kemampuan fisik, keterampilan, pengalaman serta keputusan yang perlu diambil
petani dalam menjalankan usaha tani. Hasil data merupakan dari responden petani
apel yang tergabung dalam agrowisata dan petani non agrowisata. Berikut ini
adalah Data karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Desa Gubugklakah Tahun
2017
Umur Petani Agrowisata Petani Non Agrowisata
Jumlah (orang) Presentase (%) Jumlah (orang) Presentase (%)
<14 0 0 0 0
15-64 10 100 33 100
Total 10 100 33 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 5, Menurut data 43 petani yang menjadi responden
adalah dalam usia produktif untuk bekerja, yaitu berusia 15-64 tahun sebagai
100% dari petani agrowisata maupun non agrowisata, sedangkan usia >14 tahun
sebagian besar masih bersekolah dan usia <65 sudah tidak produktif dikarenakan
usahatani apel membutuhkan tenaga yang mumpuni.
2. Karateristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Karakteristik Responden menurut jenis kelamin dibagi menjadi dua
kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Berikut ini data karateristik menurut jenis
kelamin yang diambil dari responden petani apel yang tergabung dalam
agrowisata maupun yang tidak tergabung dalam agrowisata.
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Gubugklakah
Tahun 2017
Jenis
Kelamin
Petani Agrowisata Petani Non Agrowisata
Jumlah
(orang)
Presentase
(%)
Jumlah
(orang) Presntase(%)
Laki-Laki 10 100 32 96,9
Perempuan 0 0 1 3,1
Total 10 100 33 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan data pada tabel 6, jumlah responden laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Pada petani yang tergabung dalam agrowisata, petani
apel yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 10 orang dari total keseluruhan 10,
yang artinya tidak ada petani apel perempuan di kelompok ini. Sedangkan, pada
kelompok petani non agrowisata terdapat 32 petani apel laki-laki yaitu 96,9 % dan
petani apel perempuan berjumlah 1 orang yaitu 3,1 %, hal ini dikarenakan
menurut keterangan responden yang harus meneruskan usaha suaminya yang telah
meninggal dunia. Kemudian karakteristik responden menurut jenis kelamin dapat
memepengaruhi kerja bertani karena dibutuhkan tenaga yang mumpuni.
3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kesiapan dan
pengetahuan petani untuk mengadopsi dan menginovasi teknologi baru yang
muncul. Selain itu, tingkat pendidikan juga dapat melatarbelakangi pemikiran
seseorang dalam mengembangkan usaha serta kemampuan diri atau berinovasi.
Responden penelitian memiliki tingkat pendidikan dari tamatan SD, SMP, SMA
dan Sarjana Muda. Berikut ini karakteristik responden bedasarkan tingkat
pendidikan
Tabel 7. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa
Gubugklakah
Pendidikan
Akhir
Petani Agrowisata Petani Non Agrowisata
Jumlah
(orang)
Presentase
(%)
Jumlah
(orang) Presentase(%)
SD 3 30 19 57,6
SMP 3 30 9 27,3
SMA 2 20 5 15,1
Total 10 100 33 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan data yang telah diolah pada tabel 7, petani agrowisata yang
memiliki tingkat pendidikan setingkat SD, SMP, SMA dan Sarjana muda. Pada
tingkat SD dan SMP terdapat 3 orang masing-masing petani apel dengan
presentase 30%, untuk tingkat SMA dan sarjana muda terdapat masing-masing 2
orang petani apel dengan presentase 20%. Sedangkan petani yang tidak tergabung
dalam agrowisata, terdapat 19 orang dengan presentase 57,6% yang tamat SD,
kemudian 9 orang dengan presentase 27,3% yang tamat SMP dan 5 orang yang
tamat SMA dengan presentase 15,1%. Pada kelompok petani non agrowisata tidak
ditemukan responden yang tingkat pendidikannya adalah sarjana muda sehingga
presentasenya adalah 0%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa petani non
agrowisata cenderung relatif rendah akan pendidilkan dibandingkan dengan petani
yang tergabung dalam agrowisata.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Untuk Berusahatani
Apel
Kepemilikan luas lahan pada petani apel mempengaruhi besar biayanya
maupun pendapatannya. Berikut ini adalah karakteristik responden berdasarkan
luas lahan yang dimiliki untuk berushatani apel di Desa Gubugklakah:
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan yang Digunakan
Sebagai
Usahatani Apel di desa Gubugklakah
Luas Lahan
(ha)
Petani Agrowisata Petani Non Agrowisata
Jumlah
(orang)
Presentase
(%)
Jumlah
(orang)
Presentase
(%)
< 1 ha 2 20 13 39,4
1 – 3 ha 5 50 20 60,6
4 – 5 ha 3 30 0 0
Total 10 100 33 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan pada tabel 8, dari 10 orang responden petani apel yang
tergabung dalam agrowisata tidak ada yang melebihi 5 hektar, namun untuk
kepemilikan luas lahan ini, petani-petani dalam agrowisata termasuk memiliki
lahan yang cukup luas. Pada kategori pertama yaitu kurang dari 1 hektar terdapat
2 petani apel dengan presentase 20%, pada kategori ke 2 yaitu dengan besarab
luas lahan 1 – 3 hektar terdapat 5 orang petani dengan presentase 50%, kemudian
kategori 4 – 5 hektar terdapat 3 orang dengan presentase 30%. Kemudian pada
kelompok petani apel yang tidak tidak tergabung dalam agrowisata dapat
disumpulkan memiliki rata-rata luas lahan yang lebih kecil dibanding yang
bergabung dengan agrowisata. Hal ini dibuktikan dengan jumlah petani sebanyak
13 orang pada kategori kurang dari satu hektar dengan presentase 60,6%, pada
kategori kedua yaitu 1-3 hektar terdapat 20 orang dengan presentase 60,6%.
5.3. Desa Wisata Gubugklakah
5.3.1. Sejarah
Desa Wisata Gubugklakah memiliki suatu lembaga yang membawahi
setiap kegiatan-kegiatan wisata disini. Lembaga tersebut bernama LADESTA atau
dengan kempanjangan yaitu Lembaga Desa Wisata. LADESTA berdiri pada
tanggal 20 Agustus 2010, yang diprakasari oleh pemuda-pemudi Desa
Gubugklakah dan dibantu oleh tim KKN dari Universitas Gajahmada Yogyakarta.
LADESTA dibentuk untuk mengenbangkan potensi wisata desa dan membangun
perekonomian masyarakat desa. Selain itu, hal yang mendasari dibentuknya
LADESTA yaitu kesadaran masyarakat desa yang ingin bangkit dari keterpurukan
ekonomi.
Sebagian besar masyarakat Desa Gubugklakah adalah berprofesi sebagai
petani apel dan sayuran (holtikultura), keadaan alam dan iklim yang mendukung
membuat kegiatan usahatani di desa tersebut terbilang baik dan
menghasilkan/menguntungkan. Namun, pada awal tahun 1998-2000, Desa
Gubugklakah mengalami imbas dari krisis moneter yang dialami oleh Indonesia.
Kemudian, pada awal tahun 2000 sampai 2004 tanaman apel di Desa
Gubugklakah mengalami kehancuran akibat serangan dari virus dan pada tahun
2005 banyak pemuda desa yang memilih meninggalkan desa dan bekerja diluar
desa. Setelah mengalami bertahun-tahun terpuruk dalam ekonomi, pada tahun
2008 pemuda yang masih memilih untuk tinggal di desa mencoba menyatukan
pikiran untuk merubah keadaan. Dimana mereka mengetahui banyaknya
wisatawan yang melewati Desa Gubugklakah jika ingin menuju ke Gunung
Bromo atau Gunung Semeru. Pada awalnya, lembaga ini dibentuk dengan nama
“Gubug Pelangi” yang beranggotakan 16 orang. Kegiatan awal yang dilakukan
hanya berjualan hasil panen apel di rest area atau tempat persinggahan para
wisata yang melewati jalur Desa Gubugklakah untuk tujuan ke Bromo atau
Semeru. Tetapi kegiatan ini tidak berjalan lama dikarenakan hasilnya tidak terlalu
menguntungkan. Pada akhirnya, dengan sisa anggota 9 orang yang masih bertahan
untuk menjadi anggota dalam organisasi. Setelah pada tahun 2010, Desa
Gubugklakah kedatangan mahasiswa KKN dari Universitas Gajahmada
Yogyakarta yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata selama 45 hari. Kedatangan
mahasiswa KKN tersebut membawa sedikit perubahan dalam organisasi Gubug
Pelangi. Selanjutnya, pada bulan Agustus 2011 anggota Gubug Pelangi dan
mahasiswa KKN membentuk lembaga yang dinamakan LADESTA atau yang
kepanjangannya adalah Lembaga Desa Wisata Gubugklakah. Pada kesempatan ini
masyarakat memdapatkan ilmu yang diajarkan oleh para mahasiswa, yaitu seperti
ilmu keorganisasian dan mengajak para anggota tersebut untuk terjun langsung
dalam segala hal mulai dari pembuatan proposal, brosur, web, facebook, bahkan
ke dinas-dinas untuk mengajukan proposal untuk mengajukan proposal dan
pembuatan logo untuk LADESTA.
5.3.2. Struktur Organisasi LADESTA (Lembaga Desa Wisata) Desa
Gubugklakah
LADESTA merupakan suatu organisasi mandiri dalam yang dibentuk
masyarakat setempat untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan ekonomi desa.
Diketuai oleh seorang tokoh masyarakat atau bisa dibilang juga anggota tertua
pada LADESTA, yiatu Pak H.M Purnomo Anshori, SE. Kemudian terdapat wakil
ketua yaitu Pak Muhammad Muhsin, SH yang juga merupakan petani apel yang
kontribusikan lahannya untuk agrowisata. Selanjutnya, posisi dalam struktur
terdapat sekretaris, bendahara, divisi wisata, devisi kewirausahan, devisi
development, devisi humas dan devisi promosi. Untuk lebih jelasnya posisi dalam
struktur orginasasi LADESTA atau Lembaga Desa Wisata Gubugkalakh, dapat
dilihat pada gambar.
Gambar 3. Struktur Organisasi Lembaga Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang
5.3.3 Visi dan Misi Lembaga Desa Wisata (LADESTA)
1. Visi Lembaga Desa Wisata Desa Gubugklakah
a) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Gubugklakah,
b) Terwujudnya kedaulatan rakyat pada umumnya dan kedaulatan anggota
pada khususnya, untuk menciptakan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pariwisata, Membina persatuan dan kesatuan
masyarakat Desa Gubugklakah,
c) Mengayomi, melindungi, dan mensejahterakan anggota,
d) Menyalurkan perjuangan dan aspirasi anggota,
e) Melaksanakan pemberdayaan dan pendayagunaan potensi pariwisata dan
sumberdaya manusia secara optimal,
f) Meningkatkan mutu sumber daya manusia dari anggota dalam mengemban
misi luhur dalam meningkatkan potensi pariwisata yang berkelanjutan,
g) Mewujudkan keselarasan, keseimbangan dan keserasian hubungan kerja
antara masyarakat peduli wisata Desa Gubugklakah dan pihak lain yang
berkepentingan.
2. Misi Lembaga Desa Wisata Desa Gubugklakah
a) Wadah Pembinaan kepribadian dan pengembangan SDM masyarakat
pelaku pariwisata.
b) Wadah Pengabdian kepada masyarakat pariwisata.
KETUA
H.M Purnomo Anshori,
SE
Wakil Ketua
Muchamad Muksin, SH
Sekertaris
Heri Siswoyo
Bendahara
Anang Fauzi
Devisi Wisata
Hari Anto
Devisi Fasilitas
Bambang
Wahyudi
Devisi
Humas
Puji Laksana
Devisi
Promosi
Vivin
c) Wadah Pengkoordinasian, penyaluran aspirasi, pemberdayaan dan
pemersatu masyarakat pariwisata dan pihak-pihak yang berkepentingan.
d) Wahana Peningkatan integritas dan penegakan kedaulatan masyarakat
pariwisata.
e) Wahana Peningkatan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap Desa
Wisata Gubugklakah.
5.4. Kegiatan dan Obyek Desa Wisata Gubugkalakah
Banyak obyek yang ditawarkan oleh Desa Wisata Gubugklakah bagi para
wisatawan. Para wisatawan dapat memilih paket yang telah disediakan oleh
pengembang, dimana paket-paket tersebut meliputi beberapa kegiatan wisata.
Berikut ini kegiatan wisata dalam beberapa obyek Desa Wisata Gubugklakah:
a. Agrowisata Apel
Agrowisata petik apel merupakan salah satu sarana yang ditawarkan
oleh Desa Wisata Gubugklakah. Agrowisata apel ini memanfaatkan
kebun apel milik petani apel. Ada 14 petani yang tergabung dalam
agrowisata ini, yang artinya mekontribusikan lahan kebun apel dan
buah apel untuk kegiatan wisata. Apel yang dijual pada saat kegiatan
wisata oleh wisatawan dibandrol Rp.20.000 untuk 1 kg. kegiatan
agrowisata apel ini dilakukan secara berpindah-pindah dimana kebun
yang sudah siap panen yang dijadikan tempat kegiatan saat agrowisata
berlangsung saat itu. Apel yang dihaislkan dari kebun-kebun petani
merupakan apel malang (apel hijau) atau apel rome beauty. Selain itu,
pada saat memetik apel, para wisatawan mendapatkan edukasi
mengenai apel dan budidaya apel dari petani apelnya langsung. Hal ini
dapat menambah pengalaman, dan wawasan bagi wisatawan.
b. Tur Gunung Bromo
Desa Wisata Gubugklakah menawarkan sarana touring menggunakan
mobil jeep menuju Gunung Bromo. Sehingga para wisatawan dapat
melihat pemandangan selama perjalanan selain itu juga mobil jeep
adalah mobil yang sesuai dengan medan yang ditempuh, mengingat
kondisi tanah yang berpasir diwilayah Gunung Bromo.
c. Arum jeram atau Rafting
Arum jeram adalah sarana yang ditawarkan berikutnya di Desa Wisata
Gubugklakah. Wisatawan dapat menikmati arus air sungai dan
pemandangan sekitar sungai. Hal ini tentunya dengan tingkat
keamanan yang memadai.
d. Coban Pelangi
Coban Pelangi atau yang bias disebut juga air terjun pelangi, menjadi
salah satu saranan yang ditawarkan pada wisata di Desa Wisata
Gubugklakah. Wisatawan dapat menikmati keindahan air terjun yang
masih alami dan bersih, yang tentunya tidak ditemukan didaerah
perkotaan.
5.4.1. Kegiatan Promosi Desa Wisata Gubugklakah
Demi meningkatkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Desa
Wisata Gubugklakah, para pengelola melakukan berbagai kegiatan promosi
melalui media online yang sedang digandrungi oleh masyarakat kini. Promosi
dilakukan melalui website yang dibuat khusus mengenai Desa Wisata
Gubugklakah, facebook dan juga promosi secara langsung maupun dari mulut ke
mulut. Website resmi yang dimiliki oleh Desa Wisata Gubugklakah ialah
beralamat di Gubugklakah.net. Pengelola LADESTA tidak memaksimalkan
kegiatan promosi, sehingga jika kegiatan promosi sudah dilakukan baik media
online, media cetak maupun televise. Maka wisatawan yang akan datang pun
semakin banyak.
5.5. Dampak Ekonomi On Farm
Ekonomi on farm merupakan pendapatan usahatani apel yang terkait
dengan pengkontribusian lahan apel yang dimiliki petani apel dalam kegiatan desa
wisata yaitu agrowisata apel. Pengambilan data mengenai ekonomi on farm
diambil dari 2 kelompok petani yang mana ialah petani apel agrowisata dan petani
apel non agrowisata, meliputi total biaya operasional yaitu biaya tetap dan biaya
variabel, hasil penerimaan, dan total pendapatan dimana ialah hasil selisih antara
penerimaan dengan biaya total operasional. Total pendapatan kedua kelompok
dibandingkan dengan menggunakan alat analisis mann whitney untuk mengetahui
hasil dari uji beda rata-rata. Berikut ini adalah penjelasan mengenai ekonomi on
farm:
5.5.1. Biaya Operasional Usahatani Apel
Pada usahatani apel, biaya yang dikeluarkan adalah biaya operasional
meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh petani apel dan jumlahnya bersifat tetap atau tidak berubah
walaupun ada perubahan pada jumlah produksi. Sedangkan biaya variabel pada
usahatani apel merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani apel yang bersifat
berubah-ubah tergantung dengan besar dan kecilnya produksi apel. Berikut ini
merupakan rincian biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani
apel yang bergabung dalam agrowisata apel dan yang tidak bergabung dalam
agrowisata apel dalam satu kali panen apel. Adapun perincian dapat dilihat pada
Lampiran 1 dan 2.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap yang dihitung adalah biaya pajak lahan dan penyusutan alat,
dikarenakan seluruh lahan apel ialah miliki responden sendiri. Menurut data yang
telah diolah, rata-rata dalam 1 hektar, biaya yang dikeluarkan untuk pajak lahan
ialah Rp. 100.000, sedangkan puntuk penyusutan peralatan per satu kali panen
yang digunakan dalam bercocok tanam apel meliputi gunting tanaman, cangkul,
sabit, mesin semprot dan steples. Berikut ini ialah rata-rata biaya tetap yang
dikeluarkan oleh responden petani apel di Desa Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang.
Tabel 9. Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Apel Per Hektar Sekali Panen di Desa
Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Uraian Petani Agrowisata Petani Non Agrowisata
Jumlah(Rp) Presentase(%) Jumlah(Rp) Presentase(%)
Pajak Lahan 100.000 27,1 100.000 31,4
Penyusutan
Peralatan
268.191
72.9 218.560
68,6
Total 368.191 100 318.560 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017
Dari Tabel 9, dapat diketahui total biaya tetap yang dikeluarkan sekali
panen per 1 hektar pada petani apel yang tergabung dalam agrowisata ialah
sebesar Rp.368.191 dan pada petani yang tidak tergabung dalam agrowisata yaitu
sebesar Rp. 318.560 memiliki perbedaan pada kedua kelompok tersebut sebesar
Rp.49.631. perbedaan terlihat dari penyusutan alat pertanian, sedangkan pada
pajak lahan karna sudah memiliki ketentuan bahwa 1 hektar lahan dikenai pajak
sebesar Rp. 100.000.
Pada petani apel yang tergabung dalam agrowisata biaya tetap yang
digunakan pajak lahan sebesar Rp.100.000 yang memiliki presentase 27,1% dan
penyusutan alat sebanyak Rp.268.191 memiliki presentase 72,9%. Sedangkan,
pada petani apel yang tidak tergabung pada agrowisata yaitu mengeluarkan biaya
yang sama untuk pajak lahan sebesar Rp.100.000 dengan presentase 31,4% dan
penyusutan alat sebanyak Rp.218.560 dengan presentase sebesar 68,6%.
b. Biaya Variabel
Pada biaya variabel, responden mengeluarkan untuk biaya obat-obatan,
pupuk, dan tenaga kerja selama satu kali masa panen dalam 1 hektar lahan.
Berikut ini ialah uraian rata-rata biaya variabel usahatani apel di Desa
Gubugklakah.
Tabel 10. Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Apel per Hektar Untuk Sekali
Panen di
Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Uraian Biaya Petani Agrowisata Petani Non Agrowisata
Jumlah (Rp) Presentase(%) Jumlah(Rp) Presentase(%)
Obat-Obatan 12.545.000 60,1 10.610.606 58.9
Pupuk 7.357.500 35,3 5.633.333 31,3
Tenaga Kerja 936.600 4,6 1.778.409 9,8
Total 20.839.100 100 18.022.348 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017
Dari Tabel 10, dapat diketahui bahwa terdapat biaya variabel terhadap 2
kelompok tersebut, dimana kelompok petani apel yang tergabung dalam
agrowisata mengeluarkan biaya variabel sebesar Rp. 20.839.100 per 1 hektar
dalam satu kali panen, sedangkan petani apel yang tidak tergabung dalam
agrowisata ialah Rp. 18.022.348 per 1 hektar dalam satu kali panen. Terdapat
perbedaan sebanyak Rp.2.816.752.
Pada petani apel agrowisata, biaya variabel yang dikeluarkan berupa obat-
obatan sebanyak Rp. 12.545.000 dengan presentase 60.1%, pupuk Rp.7.357.500
dengan presentase 35,3%, dan biaya tenaga kerja sebanyak Rp. 936.600 dengan
presentase 4,6%. Sedangkan pada petani apel yang tidak tergabung dalam
agrowisata menghabiskan biaya obat-obatan sebesar Rp.10.610.606 dengan
presentase 58,9%, pupuk sebesar Rp.5.633.333 dengan presentase 31,3%, dan
biaya tenaga kerja Rp.1.778.409 dengan presentase 9,8%.
Data-data diatas menjelaskan bahwasanya terdapat perbedan pada setiap
kelompok mengeluarkan biaya per hektar untuk sekali panen. Biaya pengeluaran
petani apel yang tergabung dalam agrowisata lebih besar dibandingkan dengan
petani apel yang tidak tergabung dalam agrowisata. Hal ini terlihat pada
penggunaan biaya obat-obatan dan pupuk, dikarenakan petani apel yang
tergabung pada agrowisata sudah banyak yang memakai pupuk organik untuk
lebih mengahsilkan kualitas apel. Sedangkan, pada biaya tenaga kerja terlihat
lebih besar yang harus dikeluarkan oleh pada petani apel non agrowisata,
dikarenakan petani non agrwisata harus menggunakan tenaga kerja lebih banyak,
sedangkan petani apel agrowisata dapat meminimalisir biaya tenaga kerja
pemetikan ataupun pengangkutan dengan wisatawan yang berkunjung ke kebun
mereka dan memetik apel langsung dengan tangan sendiri.
c. Total Biaya
Total biaya adalah merupakan total biaya operasional yang dikeluarkan
oleh petani yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Berikut ini rincian biaya
total dari kedua kelompok responden.
Tabel 11. Rata-rata Total Biaya Usahatani Apel Per Hektar Untuk Sekali Panen di
Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Uraian Petani Agrowisata Petani Non Agrowisata
Jumlah (Rp) Presentase(%) Jumlah(Rp) Presentase(%)
Biaya Tetap 368.191 1,7 318.560 1,8
Biaya Variabel 20.839.100 98,3 18.022.348 98,2
Total 21.207.291 100 18.340.908 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017
Dari tabel 11, diketahui bahwa total biaya operasional yang harus
dikeluarkan per 1 hektar untuk sekali panen untuk petani apel agrowisata ialah
sebesar Rp. 21.207.291 dan pada petani apel yang tidak tergabung pada
agrowisata sebesar Rp. 18.340.908.
Pada petani apel agrowisata biaya total operasional usahatani apel yang
terdiri dari biaya tetap sebanyak Rp 368.191 dengan presentase 1,7% dan biaya
variabel Rp. 20.839.100 dengan presentase 98,3%. Sedangkan pada petani apel
non agrowisata biaya tetap sebanyak Rp.318.560 dengan presentase 18,% dan
biaya variabel Rp.18.022.348 dengan presentase 98,2%.
5.5.2. Penerimaan Usahatani Apel
a. Penerimaan Penjualan Hasil Usahatani
Penerimaan penjualan hasil produksi usahtani apel merupakan rupiah yang
diterima dari penjualan unit keada konsumen. Pada usahtani apel, penerimaan dari
penjualan hasil usahatani didapat dari seluruh hasil produksi dapel dikalikan harga
yang berlaku pada saat tersebut. Untuk rincian hasil penerimaan yang lebih detail
bisa dilihat di lampiran dan berikut ini adalah rata-rata hasil penerimaan dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 12. Rata-rata Penerimaan Penjualan Hasil Produk Usahatani Apel di Desa
Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Uraian Petani Agrowisata Petani Non Agrowisata
Jumlah Presentase(%) Jumlah Prsentase(%)
Penjualan Apel
Wisata (kg/ha) 523
-
Penjualan Apel Luar
Wisata (kg/ha) 5775,75
5637,8
Total Penerimaan
Keseluruhan 68.231.500 100 52.465.152 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah,2017
1. Produksi Apel
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata sebesar 523 kg per hektar
untuk sekali musim panen hasil produksi usahatani apel terjual dalam kegiatan
wisata dengan presentase sebesar 4,3% dari seluruh produksi apel dan sisanya
11.413,55 kg dengan presentase 95.7% dari total penjualan hasil produksi
usahtani apel diluar kegiatan wisata.
Pada petani apel agrowisata menghasilkan rata-rata 523 kg terjual dalam
kegiatan wisata dan 5775,75 kg di luar kegiatan wisata. Sedangkan petani non
agrowisata menjual 5637,8kg diluar kegiatan wisata atau pada umumnya kepada
tengkulak. Untuk lebih rinci mengenai kuantitas penjualan produk apel yang
dijual dalam kegiatan wisata maupun diluar wisata dari kedua kelompok tersebut
dalam dilihat pada lampiran 3 dan 4.
2. Harga Apel
Harga apel dapat berubah-ubah, hal ini disebabkan karena apel merupakan
salah satu komoditas pertanian yang sangat tergantung dengan alam dan dengan
perawatan yang memadai, sehingga kualitas dari apel sangat mempengaruhi harga
apel saat dijual. Kebanyakan petani menjual apelnya kepada tengkulak, sehingga
harga beli terkadang tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukan oleh petani,
dan hal ini juga mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh petani.
Adanya kegiatan desa wisata yaitu agrowisata petik apel dapat
memberikan peluang dan manfaat kepada petani apel yang berpartisipasi dan
mengkontribusikan lahannya. Hal ini dikarenakan petani yang tergabung dalam
agrowisata dapat kesempatan menjual hasil produk apelnya melalui dua mata
rantai, selain ke tengkulak petani dapat menjualnya langsung kepada wisatawan
atau konsumen tingkat akhir yang memetiknya langsung dilahan. Hal ini dapat
membuat harga semakin tiggi dikarenakan terdapat suau yang unik bagi para
wisatawan yaitu memtiknya langsung ke kebun apel yang bersifat wisata atau
liburan bagi mereka.
Harga yang diterima oleh petani apel yang tergabung dalam agrowisata
sebesar Rp.20.000 per kilogram, dimana Rp.15.000 untuk apelnya dan Rp.5.000
untuk tiket masuk dan berlaku kelipatan. Sedangkan, sisa produk apel dijual
kepada tengkulak dengan rata-rata sebesar Rp.10.000. Maka dari itu dengan
adanya kegiatan wisata dapat menambah nilai jual apel. Hal tersebut dapat
menjadi upaya para petani unuk meningkatan penerimaan mereka untuk
medapatkan keuntungan yang maksimal.
Pada petani apel yang tidak tergabung pada agrowisata hanya dapat
menjual hasil produksi kepada tengkulak dengan harga normal,dan rata-rata harga
apel sebesar Rp. 9.288. Penentuan harga pun masih tetap berada pada tangan
tengkulak.
Dari data tersebut dapat diketahui kuantitas yang dihasilkan oleh kedua
kelompok petani, maka petani apel agrowisata mendapatkan total sebesar
Rp.10.460.000 dengan presentase 15,3% dari penjualan dikegiatan wisata,
sedangkan sisanya yaitu diperoleh sebesar Rp. 57.771.500 dengan presentase
84,7%, total penerimaan rata-rata yang diterima oleh petani apel agrowisata ialah
sebesar Rp.68.231.500. Kemudian pada petani apel yang tidak tergabung dalam
agrowisata mendapatkan rata-rata penerimaan sebesar Rp. 52.465.152 dengan
presentase 100% dari luar kegiatan wisata. Hal ini dapat dilihat kalau kedua
kelompok terseut berbeda dan memiliki selisih sebesar Rp.17.766.348.
5.5.3. Pendapatan Usahatani Apel
Pendapatan petani merupakan hasil bersih dari penerimaan yang dikurangi
oleh biaya operasional. Pada usahtani apel, pendapatan akan tergantung pada
harga jual, jumlah produksi dan biaya-biaya operasional yang dikelurkan pada
kegiatan usahatani. Berikut ini ialah rincian pendapatan usahatani apel per 1
hektar di Desa Gubugklakah.
Tabel 13. Rata-rata Pendapatan Usahatani Apel di Desa Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang
Uraian
Petani
Agrowisata
Petani Non
Agrowisata
Jumlah(Rp) Jumlah(Rp)
Penerimaan Penjualan Usahatani
Produk 68.231.500 52.465.152
Total Biaya Usahatani 21.207.291 18.340.908
Total Pendapatan 47.024.209 34.124.244
Sumber: Data Primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel 13, didapatkan hasil bahwa rata-rata pendapatan
usahatani pata petani apel agrowisata sebesar Rp.47.024.209 per hektar dalam satu
kali panen. Sedangkan, pada petani apel yang tidak tergabung dalam agrowisata
didapatkan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 34.124.244 per 1 hektar sekali panen.
Perbedaan pendapatan usahatani apel pada kedua kelompok petani adalah
sebanyak Rp.12.899.965. Untuk mengetahui rincian biaya, penerimaan dan
pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Petani apel yang mengikuti agrowisata mendapatkan pendapatan lebih
besar dibanding petani yang tidak tergabung dalam agrowisata, hal ini
dikarenakan pengingkatan harga dari hasil produksi yang memanfaatkan kegiatan
pariwisata untuk memaksimalkan keuntungan usahatani.
5.5.4 Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Petani Apel
Pendapatan pada usahatani apel ialah merupakan salah satu dampak yang
ditimbulkan dengan adanya kegiatan di desa wisata, harapannya untuk
memaksimalkan keuntungan yang didapat oleh petani. Analisis uji beda rata-rata
dilakukan untuk menganalisis pengujian perbandingan pendapatan yang didapat
dari petani apel yang tergabung dengan agrowisata dengan petani apel yang tidak
tergabung dalam agrowisata.
Pada awalnya analisis menggunakan analisis uji t (beda rata) antara dua
kelompok yang berbeda (t independen), sebelum dilakukan nya uji t, syarat
utamanya yaitu data harus terdistribusi normal, maka dilakukan uji Normalitas
dimana untuk menegtahui apakah data tersebut terdistribusi secara normal atau
tidak. Dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 5% (0,05). Namun, data
tersebut kurang atau tidak melebihi α sebesar 5% (0,05). Untuk lebih rinci melihat
hasil uji Normalitas dapat dilihat pada Lampiran 6. Kemudian alat analisis yang
digunakan menjadi analisis uji mann whitney yang merupakan uji non parametris
untuk mengtahui perbedaan median 2 kelompok bebas, uji mann whitney juga
merupakan pilihan apabila uji independe T test tidak dapat dilakukan oleh karena
normalitas tidak terpenuhi.
Dari uji mann whitney yang dilakukan maka didapatkan nilai uji dua sisi
adalah 0,036 atau probabilitas lebih kecil dari taraf kepercayaan α 0,05 yang
menurut hipotesis bahwa menerima dan menolak dimana terdapat
perbedaan yang nyata pada rata-rata pendapatan usahatani pada petani apel yang
tergabung dalam agrowisata dengan rata-rata petani apel yang tidak tergabung
dalam agrowisata. Untuk lenih rinci melihat hasil uji mann whitney maka dapat
dilihat pada Lampiran 6.
5.6. Dampak Ekonomi Off Farm
Kegiatan ekonomi off farm ialah kegiatan yang menghasilkan nilai
ekonomi diluar berusahatani. Dampak adanya desa wisata di Desa Gubugklakah
memberikan salah satunya ialah kesempatan bekerja. Terdapat 4 pekerjaan baru
yang menjadi ladang peningkatan ekonomi masyarakat dengan adanya kegiatan
desa wisata. Menurut salah satu pengurus LADESTA, masyarakat masih belum
banyak yang tertarik dalam bidang pariwisata karena fokus utama di desa tersebut
ialah bertani.
Responden petani yang bergabung dalam agrowisata tidak hanya
mengkontribusikan lahannya untuk dijadikan sarana wisata tetapi juga
keterlibatan diri mereka sendiri kedalam kegiatan desa wisata lainnya. Berikut ini
adalah rincian pekerjaan petani apel yang bergabunf dalam agrowisata sebelum
dan sesudah adanya desa wisata di Desa Gubugklakah
Tabel 14. Pekerjaan Sebelum dan Sesudah Responden yang Bergabung dalam
Desa
Wisata Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Tahun
2017
No Jenis Pekerjaan Sebelum Sesudah
1. Petani 10 orang 10 orang
2. Jasa(Homestay,Rental Mobil) - 3 orang
3. Wiraswasta(Pedagang Oleh-Oleh) - 3 orang
4. Pemandu Wisata/Guide - 6 orang
Sumber: Data Responden, 2017
Dari tabel 14, dapat diketahui bahwa 10 petani yang tergabung menjadi
anggota agrowisata, sebelum adanya desa wisata memiliki profesi sebagai petani
apel. Kemudian, 3 dari 10 orang memiliki pekerjaan tambahan yaitu sebagai jasa
penyedia homestay dan rental mobil dikarenakan mereka mempunyai kamar lebih
didalam rumah, selain itu homestay yang ditawarkan juga memiliki fasilitas yaitu
chatering selama wisatawan meningap, begitu juga dengan penyedia jasa rental
mobil dikarenakan mereka yang memiliki mobil jeep ataupun mobil pribadi untuk
disewakan kepada LADESTA. Selanjutnya, kesempatan pekerjaan lainnya yaitu
wiraswasta, seperti pedagang oleh-oleh, dimana mereka yang memilih pekerjaan
ini dikarenakan telah ahli dalam mengolah hasil pertanian mereka menjadi produk
olahan, dan juga menjual baju-baju yang dijadikan sebagai oleh-oleh khas Desa
Gubugklakah. Untuk yang terakhir kesempatan kerja yang dipilih oleh petani yang
tergabung sebagai anggota LADESTA yaitu pemandu wisata/tour guide sebanyak
6 orang, dimana para petani apel ini menjadi pemandu wisata pada setiap
lahannya sendiri. Petani yang aktif sebagai pemandu wisata dilahan sendiri
maupun dikegiatan wisata lembaga desa yang lain dikarenakan petani tersebut
ialah pengurus inti LADESTA. Oleh karena itu dapat diketahui dengan adanya
kegiatan desa wisata di Desa Gubugklakah, dapat memberikan dampak kepada
pendapatan yang diperoleh tidak hanya melalui usahataninya. Namun juga
memberikan dampak ekonomi off farm yang diantaranya ialah muncul
kesempatan kerja atau peluang usaha baru.
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak
kegiatan desa wisata terhadap pendapatan usahatani apel di Desa Gubugklakah
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Agrowisata petik apel merupakan salah satu fasilitas yang ditawarkan
dalam berwisata di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo,
Kabupaten Malang. Agrowisata petik apel memiliki 10 anggota petani
yang bergabung dimana mereka mengkontribusikan lahannya sebagai
prasarana agrowisata. Kegiatan pada agrowissata petik apel diantara lain
ialah petani apel memberikan penjelasan atau edukasi singkat mengenai
budidaya apel kepada para wisatawan sehingga selain wisatawan dapat
menikmati buah apel yang da[at dipetik sendiri dan nuansa alam
pedesaan, para wisatawan juga memndapatkan ilmu yang bermanfaat.
2. Rata-rata biaya dikeluarkan per hektar untuk sekali panen pda petani apel
yang tergabung dalam agrowisata ialah Rp. 21.207.291 dengan
mendapatkan hasil penerimaan dari penjualan produk sebanyak
Rp.68.231.500 per hektar untuk sekali panen. Sedangkan, untuk petani
apel yang tidak tergabung dengan agrowisata mengeluarkan rata-rata total
biaya per hektar untuk sekali panen sebanyak Rp. 18.340.908 dan
mendapatan rata-rata penerimaan dari hasil penjualan produk sebanyak
Rp. 52.465.152. Dari hasil tersebut diketahui pendapatan petani apel
agrowisata mendapatan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 47.024.209
sedangkan petani apel yang tidak tergabung dalam agrowsiata mendapatan
pendapatan rata-rata perh hektar untuk sekali panen sebayak
Rp.34.124.244, dengan melihat hasil pendapatan yang berbeda pada kedua
kelompok, ini dikarenakan pada petani apel yag tergabung dalam
agrowisata memiliki kesempatan menjual hasil produksi kepada 2 mata
ratai, yaitu kepada tengkulak dan kepada wisatawan melalui kegiatan pada
desa wisata. Hal ini kemudian menggunakan uji t, namun syarat utama
menggunakan uji t ialah uji normalitas. Sedangkan, data tersebut kurang
58
atau tidak melebihi α sebesar 5% (0,05) yang berarti data tidak
terdistribusi normal. Maka dilakukan uji mann whitney yang merupakan
pilihan uji independen T test tidak dapat dilakukan oleh karena normalitas
tidak terpenuhi. Pada uji mann whitney didapatkan hasil 0,036 atau
probilitas lebih kecil dari taraf kepercayaan α 0,05 dimana menurut
hipotesis bahwa menerima dan menolak yaitu terdapat perbedaan
yang nyata pada rata-rata pendapatan usahatani pada petani apel yang
tergabung dalam agrowisata dengan petani apel yang tidak tergabung
dalam agrowisata.
3. Selain terdapat dampak pendapatan pada usahatani apel yaitu dampak on
farm terdapat juga dampak off farm, dampak diluar kegiatan usahatani
tetapi juga dikarenakan adanya kegiatan desa wisata. Dampak off farm
yang terlihat yaitu, dengan adanya peluang usaha atau kesempatan
pekerjaan baru dalam bidang wisata, seperti menjadi pemandu wisata,
penyedia jasa homestay atau penginapan, jasa penyewaan rental mobil dan
juga usaha menjual jual oleh-oleh khas desa. Kemudian dengan adanya
kegiatan desa wisata di Desa gubugklakah dapat dilihat memiliki dampak
positif yaitu antara lain, dapat memaksimalkan keuntungan pada
pendapatan usahatani apel dengan memotong mata rantai langsung kepada
konsumen tingkat akhir yaitu wisatawan tanpa harus melalui tengkulak
lagi, dan memiliki nilai keunikan tersendiri dengan memberikan
wisatawan fasilitas memetik buah apel langsung pada pohonnya,
banyaknya tercipta lapangan kerja maupun kesempatan untuk membuka
usaha. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pasti terdapat juga dampak
negatifnya, seperi rawan menimbulkan konflik antara masyarakat yang
bergabung dalam agrowisata dengan masyarakat yang tidak tergabung
dalam agrowisata, dan jugakepolosan tingkat remaja atau anak-anak yang
belum bisa membedakan baik ataupun buruk gaya hidup yang dibawa oleh
wisatawan.
59
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kegiatan desa
wisata di Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang,
terdapat saran atau rekomendasi pada kelompok pengembang dan pemerintah
daerah setempat, berikut ialah saran terkait tempat kegiatan desa wisata di Desa
Gubugklakah, yaitu:
1. Kepada pengembang diharapkan meningkatkan kegiatan promosi yang
dilakukan, agar dapat menarik wisatawan lebih banyak setiap
tahunnya. Seperti diketahui, bahwa pengembang tidak menggunakan
media cetak seperti Koran, majalah ataupun iklan ditelevisi, hanya
menggunakan media online. Kemudian, menjaga lingkungan tetap asri
dan asli tidka terpengaruh dengan adanya wisatawan yang datang dan
pergi.
2. Kepada anggota agrowisata diharapkan untuk lebih banyak
bersosialisasi kepada sesama petani apel agar lebih banyak petani-
petani apel yang bergabung dalam agrowisata, sehingga mereka juga
dapat merasakan keuntungannya.
3. Kepada pemerintah setempat, yaitu potensi yang dimiliki oleh Desa
Gubugklakah sangat tinggi untuk dijadikan desa wisata, dikarenakan
Desa Gubugklakah sebagai desa yang dilewati wisatawan yang ingin
menuju ke gunung bromo jika melalui jalur Malang, selain itu juga
Desa Gubugklakah yang memiliki potensi alam yang mendukung
untuk dijadikan tempat berlibur dari kepenatan kota. Maka disarankan
agar pemerintah setempat dapat lebih memfasilitaskan dan mendorong
pengembang kegiatan, agar manfaatnya dapat dirasakan keseluruh
masyarakat desa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmat, I. E. Maryanai. 1998. Geografi Ekonomi (Diktar Kuliah). Bandung:
Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.
Afandhi, Aminudin. 2005. Etika Pembangunan dan Pengembangan Agrowisata
di Indonesia. Jakarta. Universitas Trisakti.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka
Cipta Jakarta.
Budiasa, I W. 2011. Konsep dan Potensi Pengembangan agrowisata di Bali.
2011. Universitqqqas Dwijendra. Denpasar.
Burkart, A.J dan Medlik, S. 1987. Tourism, Past and Present and Future. London.
Deptan. 2005. Agropolitan Meningkatkan Pendapatan Petani. Pada
http://database.deptan.go.id
Gamal Suwantoro. 2002. Dasar-dasar Pariwisat. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Heriawan. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata Pada Perekonomian
Indonesia: Suatu Model Pendekatan Model I-0 dan SAM. Disertasi
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hernanto, F,. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. PT. Gramedia Widisarana Indonesia.
Jakarta.
Kadarsan. 1993. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta.
Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya
Buah-Buahan Dalam Menyongsong Era Pasar Bebas. Pidato
Pengukuhan Guru Besar Dalam Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya.
Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian
dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwiwsata
Budaya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Noegroho, Umi Ningsih, Fanani. 1991. Diktat Ilmu Usahatani. Fakultas
Perternakan Universitas Brawijaya Malang.
Oka A Yoeti. 1985. Pariwisata BUdaya Masalah dan Solusinya. PT. Pradnya
Paramitha. Jakarta.
Oka A Yoeti. 1985. Pemasaran Pariwisata. Angkasa. Bandung.
61
Priasukmana, Soetarso & R. Mohamad Mulyadin. (2001). Pembangunan Desa
Wisata : Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Info Sosial
Ekonomi Vol.2 No.1.
Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and
Leasure. Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort dan Leasure.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung..
Snajder, M.,L, Peborsla. 2009. Agritourism. AMA Duta Set Ltd.UK.
Soekartawi. 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta. Penerbit Rajawali.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
_________. 2006. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Soelarso, Bambang. 1997. Budidaya Apel. Penerbit Kansius. Yogyakarta.
Spillane, James J. 1989. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan. Kansisus. Yogyakarta.
______________. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan. Kansisus. Yogyakarta.
Suliyanto. 2014. Statistika dan Non Parametrik dalam Aplikasi Penelitian. CV.
Andi Offset. Yogyakarta.
Wahab, Salah. 1976. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT. Pradana
Paramitha.