Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di...

79
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan website dianggap efektif karena pengguna informasi dapat mencari data dan informasi tanpa dipungut biaya yang relatif tinggi. Pelaporan keuangan yang dipublikasikan melalui internet tidak hanya dibatasi dengan menggunakan statistic dan grafik saja, tetapi meliputi hyperlink, search engine, multimedia atau pun berkomunikasi dengan para narasumber. Internet dapat digunakan untuk mengembangkan penyediaan informasi keuangan pada perusahaan sendiri dalam hal ketepatan waktu penyediaan informasi bagi pengguna informasi keuangan. Melalui media internet juga dapat menghilangkan keterbatasan karena perbedaan wilayah dan juga dapat meningkatkan frekuensi pelaporan informasi keuangan kepada public, mengingat kebutuhan akan menyediakan informasi dengan cepat.

Transcript of Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di...

Page 1: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan website dianggap efektif karena pengguna informasi dapat

mencari data dan informasi tanpa dipungut biaya yang relatif tinggi. Pelaporan

keuangan yang dipublikasikan melalui internet tidak hanya dibatasi dengan

menggunakan statistic dan grafik saja, tetapi meliputi hyperlink, search engine,

multimedia atau pun berkomunikasi dengan para narasumber. Internet dapat

digunakan untuk mengembangkan penyediaan informasi keuangan pada perusahaan

sendiri dalam hal ketepatan waktu penyediaan informasi bagi pengguna informasi

keuangan. Melalui media internet juga dapat menghilangkan keterbatasan karena

perbedaan wilayah dan juga dapat meningkatkan frekuensi pelaporan informasi

keuangan kepada public, mengingat kebutuhan akan menyediakan informasi dengan

cepat.

Didalam melakukan pengembangan publikasi laporan keuangan dengan

menggunakan media internet (internet financial reporting) walaupun dilakukan

dengan sukarela akan tetapi aktifitas tersebut tentu membutuhkan biaya yang tidak

sedikit. Untuk membangun website tentu diperlukan seorang tenaga ahli yang dapat

mengelola sistem jaringan. Untuk menyewa seorang ahli IT tentu dibutuhkan biaya

yang besar. Oleh sebab itu keberadaan internet financial resporting juga dipengaruhi

Page 2: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

oleh pencapaian kinerja keuangan yang meliputi likuiditas, leverage dan

profitabilitas (Almilia 2008).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan kepada latar belakang masalah, diajukan beberapa pertanyaan

yang akan dibuktikan di dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap praktik penerapan internet

financial reporting ?

2. Apakah leverage perusahaan berpengaruh terhadap praktik penerapan internet

financial reporting ?

3. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap praktik penerapan

internet financial reporting ?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik penerapan internet

financial reporting ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan kepada perumusan masalah, secara umum penelitian ini

memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu:

1. Membuktikan secara empiris pengaruh likuiditas perusahaan terhadap internet

financial reporting.

Page 3: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

2. Membuktikan secara empiris pengaruh leverage perusahaan terhadap internet

financial reporting.

3. Membuktikan secara empiris pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap

internet financial reporting.

4. Membuktikan secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap internet

financial reporting

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi pihak manajemen perusahaan

Sebagai pertimbangan manajemen didalam membuat kebijakan untuk

memberikan informasi keuangan perusahaan, dengan memahami faktor –

faktor yang mempengaruhi internet financial reporting.

2. Bagi akademis

Sebagai sarana informasi tentang Internet Financial Reporting serta dapat

menambah wawasan pada bidang akuntansi yang terus berkembang dan

diharapkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi peneliti

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta memahami faktor yang

mempengaruhi internet financial reporting untuk memperluas wawasan

tentang perusahaan.

Page 4: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

1.5 Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan disusun dalam lima bab dengan tahapan sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan secara garis besar mengenai latar

belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta

sistematika pembahasan penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini diawali dengan landasan teori yang mendukung

perumusan hipotesis, dilanjutkan dengan penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian yang mencakup variable penelitian dan definisi

operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data serta metode analisis.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diawali dengan penjelasan atau deskripsi dari obyek

penelitian, dilanjutkan dengan analisis data dan pembahasan atas

analisis data.

Page 5: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab penutup yang menyajikan secara singkat

mengenai apa yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah

dilaksanakan dalam bagian simpulan. Dalam bab ini ditutup

dengan saran yang dapat dipertimbangkan terhadap hasil

penelitian.

Perkembangan teknologi telah membawa perubahan bukan hanya dalam pola

pikir masyarakat, tetapi juga cara perusahaan berbisnis dan bagaimana informasi

dipertukarkan. Sejalan dengan cepatnya perkembangan bidang teknologi tersebut,

perusahaan juga semakin terpacu untuk menggunakan teknologi terkini sebagai salah

satu strategi untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan yang makin lama makin

ketat dan berat. Salah satu teknologi informasi yang makin banyak digunakan saat ini

adalah internet. Internet mempunyai beberapa karakteristik dan keunggulan diantaranya

mudah menyebar (pervasiveness), tidak mengenal batas (borderless-ness), tepat waktu

(real-time), berbiaya rendah (low cost), dan mempunyai interaksi yang tinggi (high

interaction) (Ashbaugh et al., 1999). Internet mengintegrasikan teks, gambar, gambar

bergerak, dan suara-suara (Debreceny et al., 2002). Karakteristik yang lengkap tersebut

Page 6: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

membuat internet dapat dengan mudah diterima dan menjadi sangat populer di

masyarakat.

Internet menawarkan suatu bentuk unik pengungkapan yang menjadi media bagi

perusahaan dalam menyediakan informasi kepada masyarakat luas sesegera mungkin

(Abdelsalam et al., 2007). Atas dasar itulah muncul suatu media tambahan dalam

penyajian laporan keuangan melalui internet atau website yang lazim disebut Internet

Financial Reporting ( IFR). Ashbaugh et al. (1999) menyatakan bahwa IFR dipandang

sebagai alat komunikasi yang efektif kepada pelanggan, investor dan pemegang saham.

IFR merupakan respon dari perusahaan untuk menjalin komunikasi dengan berbagai

pemangku kepentingan, khususnya investor, dengan lebih baik dan lebih cepat. Jones

(2002) berpendapat bahwa responsiveness merupakan salah satu hal yang penting untuk

meningkatkan kualitas komunikasi dan mempengaruhi kepercayaan investor pada pasar

modal.

Pengungkapan informasi pada website merupakan suatu upaya bagi perusahaan

untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar.

Pengungkapan informasi pada website merupakan suatu sinyal dari perusahaan pada

pihak luar, terutama berupa informasi yang dapat dipercaya dan akan mengurangi

ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000).

Pengungkapan oleh perusahaan memungkinkan investor untuk membedakan mana

perusahaan yang baik dan yang buruk. Elemen penting IFR adalah derajat atau kuantitas

pengungkapan (Ashbaugh et al., 1999). Semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi

Page 7: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

dalam kuantitas atau transparansi, maka semakin besar dampak dari pengungkapan pada

keputusan investor.

Penelitian yang menguji hubungan antara pengungkapan sukarela terhadap cost

of equity capital (COE) perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya

Botosan (1997), Khomsiyah dan Susanti (2003), Juniarti dan Yunita (2003), Maysar

(2008) serta Francis et al. (2008) yang menemukan adanya hubungan negatif antara

tingkat pengungkapan dan COE. Penelitian mengenai pengungkapan sukarela dalam

bentuk IFR di berbagai negara telah banyak dilakukan, khususnya penelitian untuk

mengidentifikasi determinan IFR (Xiao et al., 2005). Beberapa variabel yang telah

teridentifikasi sebagai determinan IFR meliputi ukuran perusahaan, leverage, likuiditas,

umur perusahaan, profitabilitas, tipe auditor, dan aset berwujud. Ada juga beberapa

penelitian yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pengungkapan

dalam website perusahaan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Pirchegger dan

Wagenhofer (1999) dan Sasongko dan Luciana (2008). Di Indonesia sendiri penelitian

IFR masih sedikit dan juga masih berfokus pada faktor- faktor yang mempengaruhi

praktek IFR, seperti Suripto (2006), Chandra (2008), Fitriana (2009), Chariri dan Lestari

(2005), serta Machmudin et al. (2010). Hasilnya, ukuran perusahaan muncul sebagai

faktor yang sering muncul mempengaruhi penerapan IFR, yang sejalan dengan hasil

penelitian di luar negeri. Kemudian leverage, profitabilitas, sektor industri muncul

sebagai faktor lain yang turut mempengaruhi penerapan IFR.

Page 8: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Dari beberapa penelitian IFR tersebut, belum ada penelitian yang menganalisis

dampak pengungkapan sukarela melalui website. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba

meneliti bagaimana dampak praktek IFR di Indonesia untuk mengisi kesenjangan

tersebut sebagai kontribusi secara akademis. Penelitian ini berfokus pada dampak IFR

pada COE mengingat bahwa praktek IFR yang merupakan suatu bentuk pengungkapan

sukarela akan mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pemegang saham.

Dengan demikian, pengungkapan melalui internet ini diharapkan akan mengurangi COE

dan akan berujung pada peningkatkan nilai perusahaan di mata pihak eksterna.

Selain itu, penelitian ini dirasa perlu dilakukan mengingat bahwa Bapepam-LK

(kini OJK) mengeluarkan kewajiban pelaporan keuangan di website perusahaan melalui

Keputusan KEP-431/BL/2012 di akhir tahun 2012. Perlu untuk diteliti apakah

perusahaan akan mendapatkan manfaat dari peraturan ini, khususnya apakah dengan

mengungkapkan laporan keuangan dalam website perusahaan dapat mengurangi COE.

Hal ini diharapkan menjadi kontribusi praktis penelitian ini.

Page 9: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktek

bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori

ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini

menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal)

yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam

bentuk kontrak kerja sama. Literatur akuntansi tentang pengungkapan sendiri seringkali

Page 10: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

mengacu pada konsep keagenan dengan menyediakan dorongan untuk melakukan

pengungkapan wajib maupun sukarela terhadap laporan keuangan. Dorongan ini

ditunjukkan pada literatur sebagai alat penggerak yang digunakan untuk mengurangi

asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Shareholder sebagai prinsipal

menggunakan informasi akuntansi untuk mengawasi kinerja manajemen yang bertindak

sebagai agen. Pada gilirannya, agen ini akan menggunakan pengungkapan akuntansi

sebagai kesempatan untuk mengisyaratkan kinerjanya kepada prinsipal (Watts dan

Zimmerman, 1986; Healy dan Pelepu, dalam Wolk,et.al. 2000). Sekarang ini internet

dapat menyediakan sarana yang ekonomis dan efisien untuk mengkomunikasikan kinerja

manajemen kepada stakeholder maupun shareholder. Teori keagenan muncul karena

adanya perbedaan kepentingan sehingga masing-masing pihak berusaha memperbesar

keuntungan bagi diri sendiri. Jika pihak-pihak tersebut bertindak untuk kepentingannya

sendiri, maka hal tersebut akan menimbulkan konflik antara prinsipal dan agen. Menurut

Morris (1987), Wolk et.al, 2000), teori keagenan menggambarkan bahwa konflik yang

terjadi akan menimbulkan biaya agensi yang pada akhirnya akan ada insentif untuk

menguranginya.

Teori keagenan mengasumsikan bahwa prinsipal menginginkan pengembalian

yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan, salah

satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi dividen dari tiap saham yang mereka miliki.

Sedangkan agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian

kompensasi/bonus/insentif yang memadai dan sebesar-besarnya atas kinerja yang telah

mereka lakukan. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya

Page 11: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian dividen. Semakin tinggi laba,

semakin tinggi harga saham dan semakin besar dividen, maka agen dianggap berhasil

dan memiliki kinerja yang baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.

Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan,

yaitu: 1) hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (Bonus Plan Hypothesis),

2) hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur (Debt/Equity Hypothesis) dan 3)

hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah (Political Cost Hypothesis). Hal

ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu dengan cara-cara

tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal ini hubungannya

dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah. Praktek

IFR merupakan media untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki

dalam kontrak keagenan. Alasan yang mendasari perlunya praktek pengungkapan

laporan keuangan oleh manajemen perusahaan kepada shareholder dijamin dalam

hubungan antara prinsipal dan agen. Laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas

manajemen kepada pemilik. Sehingga sebagai wujud pertanggungjawaban, agen akan

berusaha memenuhi seluruh keinginan prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan

sukarela yang lebih luas.

2.3. Teori Sinyal (Signal Theory)

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaiamana seharusnya sebuah perusahaan

memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi

mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan

Page 12: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa

perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk

memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer

perusahaan dan pihak luar, hal ini disebabkan karena manajer perusahaan mengetahui

lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada

pihak luar (Wolk et al., 2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan

mengurangi asimetri informasi tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri

informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, berupa informasi keuangan

yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai

prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan

kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000).

2.4. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan dan

kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu. Unsur-unsur yang berkaitan langsung

dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan

unsur yang berkaitan dengan kinerja adalah penghasilan dan beban yang termuat dalam

laporan laba-rugi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan

produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang

menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses

pengambilan keputusan. Selain sebagai informasi, laporan keuangan juga dapat

Page 13: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban perusahaan terhadap pihak-pihak yang

berhubungan langsung dengan perusahaan. Laporan keuangan juga dapat digunakan

sebagai salah satu indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya

(Hanafi, 2005). Laporan keuangan tersebut harus disusun sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

dan peraturan Bapepam. Selanjutnya laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh

Akuntan yang terdaftar di Bapepam. Laporan tahunan tersebut terdiri atas:

1. Laporan Laba Rugi

2. Laporan Perubahan Modal

3. Neraca

4. Laporan Arus Kas

5. Catatan atas Laporan Keuangan

2.4.1. Luas Pengungkapan Laporan Keuangan

Pengungkapan saat ini sudah banyak dilakukan untuk tujuan melindungi

(proactive), memberikan informasi (informative), atau untuk melayani kebutuhan khusus

(differential). Tujuan proactive dilakukan untuk melindungi para pemakai laporan

keuangan, baik publik maupun masyarakat umum yang masih awam. Tujuan

informative adalah menyediakan informasi yang dapat membantu keefisienan dalam

pengambilan keputusan bagi pemakai laporan keuangan. Sedangkan tujuan differential

merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif, artinya

pengungkapan informasi harus dibatasi pada apa yang dipandang

Page 14: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

bermanfaat bagi pemakainya. Namun secara umum tujuan suatu pengungkapan adalah

memberikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan

dan melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda

(Suwardjono, 2005).

Kualitas pengungkapan ditunjukkan dengan tingkat keluasan pengungkapan

sebagai salah satu indikator. Semakin luas tingkat pengungkapan maka semakin valid

informasi yang diberikan. Tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan

dengan tingkat kelengkapan pengungkapan. Yularto dan Chariri (2003) mengidentifikasi

konsep mengenai pengungkapan sehubungan dengan kualitas laporan keuangan menjadi

tiga, yaitu:

1. Adequate disclosure (cukup)

Tingkat pengungkapan yang memadai adalah pengungkapan yang harus dipenuhi agar

laporan keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan bagi pemakai dalam

mengambil keputusan .

2. Fair disclosure (wajar)

Tingkat pengungkapan yang wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak

mendapat perlakuan atau pelayanan informasi yang sama.

3. Full disclosure (lengkap)

Tingkat pengungkapan yang penuh menuntut penyajian secara penuh terhadap semua

informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

Dari ketiga konsep tersebut hanya konsep adequate disclosure dan fair

disclosure yang sering digunakan. Sedangkan konsep full disclosure jarang

Page 15: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

digunakan karena adanya pertimbangan-pertimbangan khusus dari manajemen antara

lain:

1) Menimbulkan informasi yang berlebihan.

2) Memicu sering munculnya interpretasi yang salah dari pembaca.

3) Tersebarnya informasi penting sehingga bisa melemahkan strategi bersaing

perusahaan.

2.4.2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan

mengenai informasi-informasi penting yang menyangkut aktivitas dan kondisi

perusahaan secara riil yang bersifat wajib dan diatur dalam peraturan hukum

(Suwardjono, 2005). Peraturan yang mengatur hal tersebut dikeluarkan oleh pemerintah

melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, yang

menyatakan bahwa perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan

publik berkewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan. Seiring dengan

perkembangan dalam dunia bisnis, peraturan tersebut disempurnakan dalam Keputusan

Ketua Bapepem-LK No. Kep-134/BL/2006.

2.4.3. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan

diluar apa yang telah diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas

(Suwardjono, 2005) . Sehingga tidak semua perusahaan melakukan praktek

Page 16: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

pengungkapan yang sama, namun sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Meek

et. al. (1995) dalam Fitriani (2001) menegaskan bahwa pengungkapan sukarela

merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan dalam memberikan informasi

akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untukpembuatan keputusan

oleh pemakai laporan tahunannya. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan

informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan

pemegang saham,khususnya apabila informasi tersebut merupakan berita gembira (good

news).

Manajemen juga akan menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan

kredibilitas dan kemajuan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan

(Suwardjono, 2005).

Terdapat lima manfaat pengungkapan sukarela yaitu:

1) memperbaiki reputasi perusahaan,

2) menyajikan informasi yang dapat menghasilkan keputusan investasi yang lebih baik

bagi investor,

3) memperbaiki akuntabilitas,

4) memperbaiki prediksi risiko yang dilakukan oleh investor, dan

5) menyajikan kewajaran harga saham yang lebih baik.

Sedangkan biaya dari pengungkapan sukarela meliputi:

1) biaya competitive disadvantage, dan

2) biaya untuk mengumpulkan dan memproses.

Page 17: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

2.5. Internet Financial Reporting (IFR)

Praktek IFR tidak dapat dipisahkan dari teori keagenan (agency theory) dan

teori sinyal (signal theory). Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam

hubungan keagenan, yaitu:

1) hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (Bonus Plan Hypothesis),

2) hubungan keagenan antara manajer dengan kreditur (Debt/Equity Hypothesis) dan

3) hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah (Political Cost Hypothesis).

Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu dengan cara-

cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal hubungannya

dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah. Praktek IFR merupakan media untuk

menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan.

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk

memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer

perusahaan dan pihak luar karena manajer perusahaan mengetahui lebih banyak

mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al.,

2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi

asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan

memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang

positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai

prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya dan

kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000). Ettredge et al. (2001) menyatakan bahwa

IFR membantu perusahaan dalam menyebarluaskan informasi mengenai keunggulan-

Page 18: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

keunggulan perusahaan yang merupakan sinyal positif perusahaan untuk menarik

investor. Hal ini berarti, IFR merupakan sarana untuk mengkomunikasikan sinyal positif

perusahaan kepada publik, terutama investor. Praktik IFR berkembang pesat dari waktu

ke waktu. Deller et al. (1999, dalam Jones et al., 2003) menyatakan bahwa perusahaan-

perusahaan besar di Eropa, Amerika dan Australia menggunakan internet sebagai media

alternatif untuk pelaporan keuangan perusahaan. Praktek IFR juga berkembang di

Austria dan Jerman (Pirchegger dan Wagenhofer,1999 dalam

Oyelere et al., 2003).

Internet Financial Reporting adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk

mencantumkan laporan keuangannya melalui internet, yaitu melalui website yang

dimiliki perusahaan. Literatur akuntansi yang ada menyatakan bahwa IFR dikenal

sebagai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), bukan karena isi

pengungkapannya tetapi karena alat yang digunakan. Venter (2002) dalam Luciana

(2008) terdapat tiga cara penyajian laporan keuangan melalui website, yaitu :

1. Membuat duplikat laporan keuangan yang sudah dicetak ke dalam format electronic

paper.

2. Mengkonversi laporan keuangan ke dalam format HTML (Hypertext Markup

Language).

3. Meningkatkan pencantuman laporan keuangan melalui website sehingga lebih mudah

diakses oleh pihak yang berkepentingan daripada laporan keuangan dalam format cetak.

Menurut Luciana (2008), Internet Financial Reporting memiliki beberapa

keuntungan antara lain :

Page 19: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

1. Menawarkan solusi biaya rendah (bagi kedua belah pihak). Bagi investor,

memberikan kemudahan dalam mengakses informasi perusahaan. Sedangkan bagi

perusahaan, dapat mengurangi biaya untuk mencetak serta mengirim informasi

perusahaan kepada investor Menawarkan ketepatan waktu dalam penyebaran serta akses

informasi sehingga informasi lebih relevan karena tepat waktu.

2. Sebagai media komunikasi massa untuk laporan perusahaan. Informasi dapat diakses

oleh pengguna yang lebih luas daripada media komunikasi yang lama. Tidak ada batasan

wilayah sehingga dapat mengembangkan jumlah investor potensial.

3. Menawarkan informasi keuangan dalam berbagai format yang memudahkan dan bisa

didownload (Hanifa dan Rashid; 2005 dalam Luciana, 2008). Adobe Acrobat format

dalam portable document format (PDF) biasanya merupakan format yang paling umum

digunakan. Selain itu format yang digunakan adalah HTML, Excel, XBRL.

4. Memungkinkan pemakai berinteraksi dengan perusahaan untuk bertanya atau

memesan informasi tertentu dengan cara yang jauh lebih mudah dan murah dibanding

mengirim surat atau telepon ke perusahaan.

Selain memberikan beberapa keuntungan, pengungkapan informasi keuangan

melalui website perusahaan juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

1. Belum adanya standar khusus yang mengatur pengungkapan informasi keuangan

dalam website perusahaan (Seetharman, 2005;Silva dan Christensen, 2004 dalam

Hanny, Anis, 2006).

2. Biaya untuk membangun serta merawat website terkadang melebihi manfaat yang

didapat (Asbaugh et al., 1999).

Page 20: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

3. Sehubungan dengan market competition, dengan diungkapkannya informasi secara

luas, perusahaan akan berpotensi kehilangan keunggulan kompetitifnya (Asbaugh et al.,.

1999).

Williams dan Ho (1999, dalam Oyelere et al., 2003) membandingkan pelaporan

keuangan dalam website perusahaan di Australia, Singapura, Malaysia dan Hongkong.

Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Australia dan

Singapura lebih banyak menyampaikan informasi keuangan perusahaan melalui internet

daripada melalui annual reports, sedangkan di Malaysia dan Hongkong, pelaporan

keuangan disajikan dalam bentuk IFR dan paper based reporting secara seimbang. Hasil

penelitian tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Xiao et al. (2004) yang

melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di Cina. Hussey et al. (1999,

dalam Marston dan Polei, 2004) yang melakukan studi time series menyatakan dari 100

perusahaan, terdapat peningkatan jumlah dari 54 menjadi 63 perusahaan yang

melakukan IFR antara Agustus 1997 dan Maret 1998. Peneliti lain Gray dan Debreceny

(1997, dalam Marston dan Polei, 2004) menemukan bahwa 68% dari 50 perusahaan

yang dijadikan sampel telah melakukan praktek IFR. Meskipun fenomena IFR

berkembang pesat akhir-akhir ini, akan tetapi masih banyak juga perusahaan-perusahaan

yang memilih untuk tidak melakukan praktek IFR. Hal ini dapat dikatakan bahwa

terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaaan untuk menerapkan

IFR atau tidak. Pengaruh faktor tersebut terhadap praktek IFR dapat dilihat pada bagian

berikut.

Page 21: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

2.6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah faktor penentu penting dalam pengungkapan

perusahaan. Hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan positif antara

ukuran perusahaan dan tingkat pengungkapan (Meek, Roberts dan Gray, 1995). Terdapat

beberapa argumentasi yang mendasar hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat

pengungkapan. Pertama, perusahaan besar yang memiliki sistem informasi pelaporan

yang lebih baik cenderung memiliki sumberdaya untuk menghasilkan lebih banyak

informasi dan biaya untuk menghasilkan informasi tersebut lebih rendah dibandingkan

dengan perusahaan yang memiliki keterbatasan dalam sistem informasi pelaporan.

Kedua, perusahaan besar memiliki insentif untuk menyajikan pengungkapan sukarela,

karena perusahaan besar dihadapkan pada biaya dan tekanan politik yang lebih tinggi

dibandingkan perusahaan kecil. Ketiga, perusahaan kecil cenderung untuk

menyembunyikan informasi penting dikarenakan competitive disadvantage. Wallace,

Naser dan Mora (1994, Yunianti,Lina, 2005) memberikan bukti bahwa tingkat

pengungkapan berhubungan positif dengan ukuran perusahaan.

Perusahaan yang besar memiliki shareholder dalam jumlah banyak dan tersebar

luas sehingga dapat meningkatkan agency cost (Hossain et al., 1995 dalam Oyelere et

al., 2003). Watts dan Zimmermann (1978, dalam Marston dan Polei, 2004) menyatakan

bahwa terkait dengan teori agensi, perusahaan besar memiliki agency cost yang besar

karena perusahaan besar harus menyampaikan pelaporan keuangan yang lengkap kepada

shareholders sebagai wujud pertanggungjawaban manajemen. Agency cost tersebut

berupa biaya penyebarluasan laporan keuangan, termasuk biaya cetak dan biaya

Page 22: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

pengiriman laporan keuangan kepada pihak-pihak yang dituju oleh perusahaan (Oyelere

et al., 2003). Praktek IFR dalam penyebarluasan laporan keuangan merupakan usaha

untuk mengurangi besarnya agency cost. Marston dan Polei (2004) menyatakan bahwa

perusahaan yang lebih besar memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi sehingga

investor akan membutuhkan informasi keuangan perusahaan yang lebih banyak untuk

membuat keputusan investasi yang lebih efektif. Lebih lanjut, terkait dengan political

cost, Marston Polei (2004) menjelaskan bahwa perusahaan besar lebih mudah diawasi

kegiatannya di pasar modal dan di lingkungan sosial pada umumnya, sehingga memberi

tekanan pada perusahaan untuk melakukan pelaporan keuangan yang lebih lengkap dan

luas melalui IFR. Hasil penelitian Creven Marston (1999), sebagaimana dikutip

Marston, Polei (2004) menunjukkan hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan

dengan IFR.

2.7. Umur Listing

Menurut UU Pasar Modal No 8 tahun 1995 (Sunariyah, 2004) menjelaskan

bahwa perusahaan yang akan listing dan yang telah listing memiliki kewajiban untuk

melakukan pelaporan keuangan. Susanto (1992, dalam Prayogi, 2003) menyatakan

bahwa perusahaan yang terdaftar di BEJ akan memberikan pelaporan keuangan yang

lebih lengkap dibanding dengan perusahaan-perusahaan lain. Alasannya, perusahaan-

perusahaan tersebut mempunyai pengalaman lebih dalam pelaporan keuangan tahunan.

Pernyataan tersebut dipertegas oleh Marwoto (2000, dalam Prayogi, 2003) yang

berpendapat bahwa umur listing perusahaan berhubungan positif dengan kualitas

Page 23: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

pelaporan keuangan perusahaan karena perusahaan yang sudah lama terdaftar dalam

bursa memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan

keuangan.

Perusahaan yang lebih lama listing menyediakan publisitas informasi yang lebih

banyak dibanding perusahaan yang baru saja listing sebagai bagian dari praktik

akuntabilitas yang ditetapkan oleh BAPEPAM. Perusahaan yang lebih berpengalaman

mempunyai kecenderungan untuk mengubah metode pelaporan informasi keuangannya

sesuai dengan perkembangan teknologi untuk menarik investor melalui penggunaan

IFR. Sedangkan perusahaan yang baru melakukan go publik mungkin saja memiliki

website, tetapi belum tentu melakukan praktek IFR. Perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) cenderung akan melakukan pelaporan keuangannya secara lebih

transparan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum terdaftar

di BEI. Hal tesebut disebabkan perusahaan yang sudah lama listing di BEI memiliki

lebih banyak pengalaman dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Perusahaan

yang lebih berpengalaman tersebut akan melakukan pelaporan keuangan sesuai dengan

perkembangan jaman. Tidak hanya secara paper-based reporting system tetapi sudah

secara paper-less reporting system.

2.8. Leverage

Agency Theory menjelaskan dan memprediksi bahwa semakin besar leverage

perusahaan, semakin potensial transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang

saham (Jansen dan Meckling, 1976 dalam Oyelere et al., 2003). Akan tetapi leverage

Page 24: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

yang tinggi menjadikan pihak manajemen perusahaan menjadi lebih sulit dalam

membuat prediksi jalannya perusahaan ke depan (Firth dan Smith, 1992 dalam Ghozali

dan Mansur, 2002). Hal ini tentu saja mengancam posisi manajer perusahaan karena

mereka dianggap tidak dapat mengelola perusahaan dengan baik. Jansen dan Meckling

(1976, dalam Rizal, 2001) menyatakan bahwa terkadang manajer cenderung

menyampaikan informasi-informasi positif untuk menutupi kekurangan perusahaan. Hal

ini berarti manajer dapat menyampaikan informasi-informasi positif perusahaan yang

lebih lengkap untuk “mengaburkan” perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak

terlalu fokus hanya pada leverage perusahaan yang tinggi. Sebagai contoh, Jansen dan

Meckling (1976, dalam Zuhrotun, 2006) menyatakan adanya penerbitan surat utang

mendorong manajer untuk meyakinkan pihak kreditur bahwa perusahaan akan

membayar utang obligasinya melalui penyampaian informasi mengenai rencana

perusahaan untuk melakukan investasi yang memberikan ekspansi imbal balik yang

tinggi pula sehingga dapat menutup utang perusahaan.

Seiring dengan meningkatnya leverage, manajer dapat menggunakan IFR untuk

membantu menyebarluaskan informasi-informasi positif perusahaan dalam rangka

“mengaburkan” perhatian kreditur dan pemegang saham untuk tidak terlalu fokus hanya

pada leverage perusahaan yang tinggi. Hal ini disebabkan pelaporan keuangan melalui

internet dapat memuat informasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan melalui

paperbased reporting. Teori keagenan dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan

antara tingkat leverage perusahaan dengan pengungkapan sukarela. Berdasarkan teori

ini, semakin tinggi tingkat leverage, perusahaan memiliki insentif untuk meningkatkan

Page 25: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

pengungkapan sukarela kepada stakeholder baik berupa media pengungkapan tradisional

maupun media lain yaitu pengungkapan informasi perusahaan melalui website

perusahaan (Jensen and Meckling, 1976, dalam Zuhrotun, 2006). Terdapat hasil

penelitian yang beragam yang menjelaskan hubungan antara tingkat leverage perusahaan

dengan tingkat pengungkapan sukarela. Ismail (2002, dalam Zuhrotun, 2006)

memberikan bukti adanya hubungan positif antara internet financial reporting dan

tingkat leverage perusahaan dalam struktur modal perusahaan, sementara penelitian

yang dilakukan oleh Oyelere (2003) tidak mendukung adanya asosiasi antara tingkat

leverage dan pengungkapan sukarela. Meek et al (1995) memberikan bukti adanya

asosiasi negatif antara leverage dan pengungkapan sukarela pada perusahaan di Amerika

Serikat, Inggris dan Eropa.

Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka

panjangnya. Dalam Teori Keagenan dijelaskan bahwa semakin tinggi leverage

perusahaan, semakin baik transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham

perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi utang lebih besar dalam struktur

permodalannya akan mempunyai biaya agensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu,

perusahaan yang memiliki leverage tinggi mempunyai kewajiban yang lebih tinggi

untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Chow, 1987).

Perusahaan dengan jumlah hutang yang tinggi akan menanggung biaya agensi yang

lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya transfer kekayaan dari debtholder kepada

stockholder. Di sisi lain dengan proporsi leverage yang lebih tinggi, maka kebutuhan

informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya oleh

Page 26: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

kreditur akan lebih tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi biaya agensi serta konflik

kepentingan yang muncul yaitu dengan melakukan pengungkapan informasi yang lebih

banyak, yaitu dengan menyajikan pengungkapan informasi keuangan melalui website

perusahaan.

2.9. Reputasi Auditor

Auditing membantu mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dan

investor (Malone et al., 1993 dalam Oyelere et al., 2003). Untuk mempertahankan

reputasinya dalam rangka mengurangi konflik kepentingan tersebut, Kantor Akuntan

Publik (KAP) ternama mempunyai dorongan yang kuat untuk menjaga independensi

mereka dan berusaha melaporkan informasi selengkap mungkin kepada pemegang

saham dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (Rezaee, 2003). Ahmed (1996,

dalam Oyelere et al., 2003) menemukan hubungan yang signifikan antara reputasi

auditor dengan pengungkapan. Rezaee (2003) menyatakan bahwa KAP bereputasi tinggi

(Big Four) memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mendeteksi kecurangan

pelaporan keuangan karena Big Four memiliki: kemampuan yang lebih besar untuk

bertahan dari tekanan klien, lebih peduli pada reputasi mereka, memiliki sumber daya

yang lebih besar berkaitan dengan kompetensi personelnya dan teknologi maju yang

dimiliki serta memiliki strategi dan proses audit yang lebih baik.

Ali dan Hartono (2003) menyatakan bahwa kualitas aktual audit tidak dapat

diobservasi, sehingga auditor berusaha untuk mengkomunikasikan kualitas mereka

melalui signal seperti reputasi atau brand names. Untuk itu terkait dengan teori sinyal,

Page 27: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Healy dan Palepu (2001, dalam Xiao et al., 2004) menyatakan bahwa penggunaan KAP

yang bereputasi merupakan sinyal positif perusahaan karena perusahaan akan

diinterpretasikan oleh publik bahwa perusahaan memiliki informasi yang tidak

menyesatkan dan telah melaporkan informasi setransparan mungkin. Tentu saja hal

tersebut akan menaikkan citra perusahaan dan mendorong perusahaan untuk

menyebarluaskan laporan keuangan melalui IFR dalam rangka menggalang kepercayaan

investor karena laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya. Perusahaan akan

cenderung menggunakan KAP yang memiliki reputasi yang baik yaitu KAP yang masuk

dalam Big Four yaitu Ernst&Young, Deloite Touche Tohmatsu, KPMG, serta Price

Waterhouse Copper. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four tersebut dianggap

memiliki kemampuan yang lebih baik untuk bertahan dari tekanan klien, lebih peduli

pada reputasi mereka, memiliki sumberdaya yang lebih besar berkaitan dengan

kompensasi individu dan teknologi maju yang dimiliki serta memiliki strategi dan proses

audit yang lebih baik (Hanny, Anis, 2006). Berdasarkan Fact Book tahun 2005 diketahui

KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big Four adalah :

1. Purwanto, Sarwoko dan Sanjaya (berafiliasi dengan Ernst & Young)

2. Osman, Ramli dan Satrio (berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu)

3. Sidharta, Sidharta dan Wijaya (berafiliasi dengan KPMG)

4. Haryanto, Sahari dan Rekan (berafiliasi dengan Price Waterhouse Copper)

2.10. Struktur Kepemilikan Pihak Asing

Page 28: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Teori keagenan menyatakan bahwa semakin menyebar kepemilikan saham

perusahaan, perusahaan diekspektasikan akan mengungkapkan informasi lebih banyak

yang bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan. Konflik keagenan semakin besar bagi

perusahaan yang memiliki penyebaran kepemilikan saham perusahaan. Beberapa

penelitian oleh Chau dan Gray, 2002; Eng dan Mak, 2003; dan Ghazali dan Weetman,

2006, (Luciana,2008) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan mempengaruhi

pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Chau dan Gray (2002 Luciana, 2008),

menguji perusahaan-perusahaan di Hongkong dan Singapura, menunjukkan hubungan

yang signifikan antara proporsi kepemilikan pihak luar (outside ownership) dengan

tingkat pengungkapan sukarela.

Foreign Ownership atau proporsi kepemilikan saham oleh pihak asing adalah

jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Perusahaan dengan

kepemilikan asing akan cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas

dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan domestik dengan alasan :

1. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung memiliki teknologi yang cukup,

sehingga mendukung terciptanya sistem informasi manajemen yang lebih efisien,

sehingga lebih mudah memberi akses dalam sistem pengendalian intern dan kebutuhan

informasi bagi perusahaan induknya,

2. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung memberikan pelatihan yang cukup

bagi tenaganya mengenai pekerjaan yang diberikan, kemungkinan juga terdapat

permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan dengan kepemilikan asing

dari pelanggan, pemasok dan analisa masyarakat (Luciana, 2008).

Page 29: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

2.11. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendeknya. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang

tinggi akan berhubungan dengan pelaporan keuangan perusahaan selengkap dan seluas

mungkin. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan cenderung

termotivasi untuk menginformasikan laporan keuangannya selengkap dan seluas

mungkin dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah.

Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban

jangka pendek. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka

pendeknya maka semakin likuid perusahaan tersebut. Dimana tingkat likuiditas

perusahaan akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor

tidak akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang kurang likuid karena mereka

akan beranggapan bahwa perusahaan yang kurang likuid memiliki kecenderungan akan

mengalami suatu kebangkrutan.

Belkoui (1979, dalam Prayogi, 2003) berkeyakinan bahwa kekuatan perusahaan

yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan

pelaporan keuangan selengkap mungkin. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa

perusahaan dengan finansial yang kuat akan cenderung melaporkan keuangan selengkap

dan seluas mungkin daripada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah.

Selain itu, perhatian para regulator dan investor terhadap status going concern

perusahaan akan memotivasi perusahaan dengan likuiditas tinggi untuk melakukan IFR

Page 30: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

agar informasi mengenai tingginya likuiditas perusahaan diketahui banyak pihak

(Owusu Ansah, 1997 dalam Oyelere et al., 2003). Hasil penelitian Oyelere et al. (2003)

menunjukkan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap IFR. Lebih lanjut Oyelere et al.

(2003) menjelaskan, penggunaan internet untuk menyediakan informasi keuangan

merupakan ekspresi management’s confidence terhadap prospek masa depan. Dengan

demikian tingkat likuiditas perusahaan memiliki pengaruh terhadap keputusan

perusahaan dalam menerapkan praktik IFR.

2.12. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pelaporan keuangan melalui internet di Indonesia masih jarang

dilakukan. Tetapi penelitian ini sudah banyak dilakukan diluar negeri. Luciana (2008)

meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela “Internet

Financial and Sustainability Reporting”. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan, profitabilitas, dan kepemilikan mayoritas mempengaruhi tingkat

pengungkapan sukarela perusahaan. sedangkan leverage perusahaan tidak

mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela tersebut.

Disamping itu penelitian yang dilakukan Arum (2008) yang meneliti tentang

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet (Internet

Financial Reporting) dalam website perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa profitabilitas dan public ownership mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap pelaporan keuangan melalui perusahaan. sedangkan ukuran perusahaan,

Page 31: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing, serta foreign ownership

tidak berpengaruh terhadap pelaporan keuangan internet.

Penelitian lainnya yang meneliti tentang pelaporan keuangan melalui internet

diteliti juga oleh Hanny dan Anis (2006). Judul penelitiannya adalah Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan melalui Internet (Internet Financial

Reporting) dalam Website Perusahaan . Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ukuran

perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor, dan umur listing berpengaruh terhadap

pelaporan keuangan melalui internet, sedangkan profitabilitas dan jenis industri tidak

berpengaruh terhadap pelaporan keuangan.

Penelitian ukuran perusahaan dan jenis industri yang diteliti oleh Craven and

Marston (1999) juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap pelaporan keuangan melalui internet. Sedangkan jenis industri tidak

berpengaruh. Berikut daftar peneliti sebelumnya yang dideskripsikan sebagai berikut:

Teori Sinyal, Teori Pasar Efisien dan Teori Keagenan

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk

memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Motivasi perusahaan

untuk memberikan informasi adalah untuk mengurangi asimetri informasi antara

perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai

perusahaan dan prospek yang akan datang dibandingkan pihak luar seperti investor dan

kreditor. Kurangnnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka

Page 32: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan.

Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri.

Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal

pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan

akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk

et al., 2000).

Masalah keagenan bisa menggambarkan mengapa manajemen perusahaan

melakukan pengungkapan informasi secara sukarela. Dengan pengungkapan sukarela

tersebut manajemen memberikan keyakinan kepada pemegang saham atas aktivitas kerja

mereka yang selalu berusaha untuk mengoptimalkan kesejahteraan pemegang saham,

karena manajemen mengetahui bahwa kinerja mereka dan aktivitas perusahaan pasti

akan selalu dipantau oleh para pemegang saham. Para pemegang saham akan melakukan

pengawasan apakah manajer telah bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan

pemegang saham (Watson et al., 2002).

Sebagai konsekuensi dari ketersediaan dan kemudahan untuk mengakses

informasi, maka seluruh investor akan memiliki informasi yang relatif sama sehingga

tidak ada yang dapat memiliki informasi lebih dari yang lainnya. Oleh karenanya, dalam

hubungannya dengan informasi, suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak terdapat

kemungkinan untuk memiliki abnormal return dengan menggunakan informasi tersebut (

Ross 2002).

2.2 Kerangka Pemikiran

Page 33: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang mengangkat topik pengaruh tingkat

pengungkapan informasi terhadap indikator-indikator kinerja keuangan perusahaan

seperti cost of capital, cost of equity, cost of debt , earnings, return dan likuiditas saham

telah banyak dilakukan di luar maupun di Indonesia. Inti dari penelitian tersebut pada

dasarnya adalah memberikan gambaran sejauh mana pengungkapan informasi tentang

kinerja keuangan maupun non-keuangan perusahaan yang dilakukan manajemen

berpengaruh kepada indikator-indikator keuangan.

Penelitian Welker (1995) menguji tingkat pengungkapan terhadap likuiditas yang

diukur dengan relative bid-ask spread. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan positif antara pengungkapan dan likuiditas. Penelitian lain yang menguji

hubungan tingkat pengungkapan dengan likuiditas saham dilakukan oleh Espinosa,

Tapia dan Trombetta ( 2008). Dengan menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar

di Spanish Stock Exchange, penelitian tersebut menguji apakah transparansi yang diukur

dengan tingkat pengungkapan sukarela berhubungan dengan likuiditas saham. Dengan

menggunakan bid-ask spread sebagai salah satu proksi likuiditas saham, hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan sukarela yang semakin luas

mengakibatkan bid-ask spread yang semakin kecil. Artinya semakin luas tingkat

pengungkapan sukarela maka saham perusahaan tersbut semakin tinggi likuiditasnya

(berhubungan positif). Tingkat pengungkapan sukarela yang berpengaruh positif

terhadap likuiditas juga dipaparkan oleh Schuster dan O’Connell (2006) sebagai manfaat

atas pengungkapan informasi yang semakin luas.

Page 34: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Juniarti dan Yunita (2003) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

tingkat pengungkapan terhadap biaya ekuitas dan signifikansi pengaruh tersebut pada

perusahaan yang sahamnya tergolong sebagai saham bluechip dan non bluechip.

Penelitian tersebut menggunakan teori sinyal dalam penelitiannya, yaitu bahwa laporan

keuangan merupakan suatu sinyal untuk mengkomunikasikan informasi penting yang

dimiliki manajemen perusahaan. Laporan keuangan yang tidak memberikan

pengungkapan yang memadai akan dipandang oleh sebagian investor sebagai laporan

keuangan yang berisiko. Apabila investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi

berdasarkan laporan keuangan yang dihasilkannya, maka return yang diharapkan

investor juga tinggi yang pada akhirnya menyebabkan tingginya biaya ekuitas yang

harus dikeluarkan perusahaan. Penelitian serupa pun dilakukan oleh Botosan (1997),

Khomsiyah dan Susanti (2003), Maysar (2008) serta Francis et al. (2008) yang

menemukan adanya hubungan negatif antara tingkat pengungkapan terhadap COE.

Pengaruh lain tingkat pengungkapan bagi manajemen perusahaan adalah meningkatnya

jumlah investor (Lang dan Lundholm,1996).

Perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan penggunaan internet

sebagi media pengungkapan oleh perusahaan telah membuka sebuah domain penelitian

baru pada bidang akuntansi dan keuangan. Penelitian awal IFR umumnya bertujuan

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengarui penerapan dan tingkat pengungkapan

IFR. Ukuran perusahaan (firm size) merupakan variabel yang paling sering muncul

sebagai determinan IFR, di mana semakin besar ukuran perusahaan, makin tinggi

pengungkapan melalui internet. Kesimpulan ini sejalan dengan hasil penelitian tentang

Page 35: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

pengungkapan pada umumnya, yang menggunakan media pengungkapan secara

konvensional.

Asbaugh et al. (1999) test the influence of firm size, profitability, level of

traditional reporting practice, and the individual ownership percentage. They find that

only firm size variable that has significant influence over the probability of CIR. The

larger the firm, the higher is the probability of CIR.

Salah satu penelitian pertama tentang determinan IFR dilakukan oleh Asbaugh

(1999) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel yang

mempengaruhi probabilitas IFR. Serupa dengan penelitian tersebut, Pichegger dan

Wagenhofer (1999) meneliti kualitas IFR perusahaan publik di Austria dan

menyimpulkan bahwa kualitas IFR berhubungan positif dengan ukuran perusahaan yang

dinyatakan dalam bentuk kepemilikan saham atau nilai kapitalisasi perusahaan.

Debrecency et al. (2002) juga mempelajari 660 perusahaan di 22 negara yang berbeda

dan menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, teknologi informasi dan perusahaan yang

terdaftar pada NY Stock Exchange merupakan faktor utama dari adopsi IFR. Ezat dan

El-Masry (2008) menguji pengaruh corporate governance terhadap timeliness IFR.

Hasilnya, terdapat hubungan yang positif antara ketepatan waktu IFR dengan ukuran

perusahaan, sektor industri, likuiditas, struktur kepemilikan, komposisi dewan direksi

dan ukuran dewan direksi. Hasil yang kurang lebih sama juga didapat dari penelitian

yang dilakukan oleh Ismail (2002); Hanifa dan Rashid (2005) dalam Fitriana (2009);

Andrikopoulos (2007); dan Aly (2009) dimana ukuran perusahaan adalah faktor yang

paling berpengaruh terhadap praktik penerapan IFR. Kemudian leverage, profitabilitas,

Page 36: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

kepemilikan saham oleh investor institusional, sektor industri muncul sebagai variabel

penjelas lain mengenai adopsi IFR.

Selain itu Lodhia et al. (2004) melakukan penelitian mengenai pelaporan

perusahaan melalui internet pada perusahaan di Australia. Penelitian ini menghasilkan

kesimpulan bahwa walaupun di Australia pelaporan perusahaan melalui internet sedang

berkembang tapi perusahaan- perusahaan tersebut tidak secara maksimal menggunakan

internet untuk mengungkapkan informasi keuangan pada pemegang saham. Spanos

(2006) mengevaluasi praktek IFR di Yunani dan berkesimpulan bahwa website belum

dimanfaatkan secara maksimal untuk mendistribusikan informasi bagi investor.

Kemudian, Fisher et. al. (2004) mencoba meneliti konsekuensi penerapan IFR

terhadap profesi audit. Melalui kuesioner yang ditujukan pada auditor menunjukkan

bahwa para auditor menaruh perhatian pada isi, konteks dan penyajian dalam penyajian

laporan berbasis Web.

Di Indonesia sendiri penelitian IFR masih relative sedikit. Penelitian di Indonesia

masih berfokus pada faktor- faktor yang mempengaruhi praktek IFR seperti penelitian

yang dilakukan Suripto (2006); Chandra (2008); Fitriana (2009); Chariri dan Lestari

(2005), dan Machmudin et al. (2010). Machmudin et al. (2010), yang merupakan

penilitian yang terbaru dan paling komprehensif mengenai IFR di Indonesia,

menyimpulkan bahwa IFR pada perusahaan yang terdaftar di BEI secara rata-rata masih

rendah. Selain itu, penelitian tersebut juga mengidentifikasi ukuran perusahaan, multi-

listing, laju pertumbuhan, leverage dan total blockholder sebagai variabel-variabel yang

berpengaruh signifikan terhadap IFR.

Page 37: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Guna melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya yang berfokus pada

determinan IFR tersebut, penelitian ini bermaksud menguji dampak IFR, khususnya

COE. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juniarti dan Yunita (2003), terdapat

pengaruh yang signifikan antara tingkat pengungkapan dengan cost of equity capital

(COE). Botosan (1997), Khomsiyah dan Susanti (2003), Maysar (2008) serta Francis ,

Nanda dan Olsson (2008) juga menemukan adanya hubungan negatif antara tingkat

pengungkapan terhadap (COE). Maka dengan adanya berbagai penelitian tersebut,

diharapkan praktek pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan melalui

website juga akan mempengaruhi COE perusahaan seiring dengan semakin transparan

dan mudahnya akses yang dimilki oleh para pelaku pasar. Berdasarkan uraian di atas,

hipotesa pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

2.3 Hipotesis

Hipotesis 1 : Tingkat pengungkapan sukarela melalui internet (IFR)

berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital (COE)

Terdapat 3 komponen yang menentukan kualitas IFR, yaitu (1) isi pengungkapan

atau content, (2) ketepatan waktu atau timeliness, dan (3) penyajian atau presentation.

Selain menguji dampak IFR secara keseluruhan, penelitian ini juga bermaksud menguji

dampak ketiga komponen IFR tersebut secara terpisah. Hal ini perlu dilakukan untuk

mendapatkan gambaran komponen IFR mana yang paling berpengaruh terhadap COE.

Page 38: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Semakin banyak informasi yang diungkapkan dalam website perusahaan akan

mengurangi asimetri infomasi yang ada antara manajemen dan pihak di luar perusahaan.

Peningkatan transparansi informasi melalui website perusahaan akan membuat estimasi

risiko yang dihadapi investor menjadi rendah dan akhirnya mengakibatkan COE

perusahaan pun menjadi turun. Oleh sebab itu diduga akan ada hubungan negatif antara

tingkat pengungkapan melalui website dari aspek konten dengan COE.

Hipotesis 2 : Tingkat pengungkapan sukarela melalui internet (IFR) dari aspek

konten berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital (COE)

Semakin cepat informasi diberikan kepada para stakeholder, semakin cepat

investor akan bereaksi terhadap informasi baru yang masuk sehingga menyebabkan

saham segera melakukan penyesuaian. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Beaver (1968), Ball dan Brawn (1968), serta Fama et al. (1969) bahwa saham akan

bergerak ketika informasi yang berguna memasuki pasar. Dengan adanya penyesuaian

yang cepat tersebut, maka dapat meningkatkan kepercayaan investor karena transaksi

yang dilakukan terjadi pada harga yang wajar. Kepercayaan investor yang meningkat ini

mengakibatkan estimasi risiko yang dihadapi investor semakin berkurang yang pada

akhirnya akan menyebabkan COE perusahaan juga akan turun. Oleh sebab itu diduga

akan ada hubungan negatif antara tingkat pengungkapan melalui website dari aspek

ketepatan waktu dengan COE.

Page 39: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Hipotesis 3 : Tingkat pengungkapan sukarela melalui internet dari aspek

ketepatan waktu berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital (COE)

Cara perusahaan menyajikan informasi dalam website mempengaruhi investor

dalam memperoleh informasi tersebut. Semakin baik format atau cara penyajian

informasi, semakin mudah investor memperoleh dan selanjutnya menganalisis informasi

yang ada, sehingga keputusan yang diambilpun menjadi lebih baik. Kemudahan

mengakses informasi akan memudahkan investor dalam mengestimasi risiko yang ada

dan pada akhirnya akan menyebabkan turunnya COE perusahaan. Oleh sebab itu diduga

adanya hubungan yang negatif antara tingkat pengungkapan informasi dalam website

dari aspek presentasi dengan COE.

Hipotesis 4 : Tingkat pengungkapan sukarela melalui internet dari aspek

presentasi berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital (COE)

Page 40: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Model penelitian

Penelitian ini menggunakan dua model penelitian yang berbeda, yaitu Model 1

dan Model 2 yang akan dijelaskan kemudian. Perbedaan kedua model tersebut terletak

pada pengukuran variabel IFR sebagai variabel dependen. Pada Model 1, digunakan

ukuran total IFR, sementara pada Model 2 variabel IFR dipecah berdasarkan

komponennya. Persamaan ini mengikuti model yang digunakan oleh Botosan (1997),

yang juga digunakan oleh Hail (2002) dan Francis et al. (2005).

Model 1 :

Model 2 :

Page 41: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Dimana :

COE = Cost of equity capital

IFR = indeks IFR, menggunakan indeks dalam penelitian Machmudin et al. (2010)

berdasarkan

checklist yang dikembangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Untuk setiap item dalam checklist yang tersedia dalam website, diberi kode 1,

dan 0 bila tidak. IFR ini merupakan nilai rata-rata dari ukuran praktek IFR yang

diperoleh dari total nilai dibagi dengan jumlah item dalam checklist.

Indeks Content = Indeks ini dihitung dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh dari

setiap item dari aspek konten/isi kemudian dibagi dengan total item dari seluruh aspek

konten/isi dalam checklist yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya.

Indeks Timeliness = Indeks ini dihitung dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh dari

setiap item dari aspek ketepatan waktu kemudian dibagi dengan total item dari seluruh

aspek ketepatan waktu dalam checklist yang telah digunakan pada penelitian

sebelumnya.

Indeks Presentation = Indeks ini dihitung dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh

dari setiap item dari aspek presentasi kemudian dibagi dengan total item dari seluruh

aspek presentasi dalam checklist yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya.

Page 42: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

SIZE = adalah ukuran perusahaan di hitung dengan menggunakan natural logaritma

total asset 2009 ROA = diukur dengan mengunakan return on asset ratio 2009

DE = debt to equity ratio yang merupakan ukuran hutang perusahaan dan diukur dengan

melihat total debt perusahaan 2009 dengan total ekuitas 2009.

MB = adalah market to book ratio,yang diukur dengan melihat harga saham per lembar

dengan book value per sharepada tanggal 31 Desember 2009

Growth = adalah tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan melihat

pertumbuhan penjualan per perusahaan. 2008 2008 2009 sales sales sales

ADR = adalah dummy variable dimana apabila perusahaan listing pada selain bursa di

Indonesia akan diberikan nilai 1 dan perusahaan yang hanya listing di Indonesia akan

diberi nilai 0 (nol)

Finance = adalah rasio hutang luar negeri perusahaan 2009 dengan total kewajiban

jangka panjang 2009 Pengukuran COE yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi

dari Hail and Leus (2005) berdasarkan Ohlson and Juetnner-Nauroth (2005) dan

digunakan juga oleh Easton (2004) dan Francis et al (2005). Dengan pendekatan

ini,COE diukur dengan persamaan :

3.2 Variabel dan Pengukuran

Page 43: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Metode Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah checklist IFR yang digunakan

oleh Machmudin et al. (2010) dan beberapa data sekunder yang diperoleh dari laporan

tahunan, laporan keuangan tahun 2009 dan website perusahaan. Kriteria pemilihan

sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009

2. Indeks IFR tersedia dalam penelitian Machmudian et al. (2010)

3. Perusahaan menggunakan website untuk mencantumkan laporan keuangan dan

berbagai informasi non keuangan lainnya dan tetap aktif selama periode penelitian.

4. Perusahaan bukan berasal dari sektor finansial. Pengecualian ini dilakukan karena

adanya perbedaan karakteristik perusahaan keuangan dengan perusahaan sektor lainnya.

5. Perusahaan memiliki data yang lengkap untuk semua pengukuran variabelnya.

6. Tidak memiliki ekuitas negative

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.4 Sample

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Page 44: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

3.6 Metode Analisis Data

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

4.2 Analisis Data

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Page 45: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

Statistik deskriptif sampel penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Rata-rata

variabel dependen COE sebesar 0.1916 dengan COE terbesar 0,747yang dimiliki oleh

Sinar Mas Agro Resources dan Teknologi. Indeks rata-rata (average index) IFR untuk

model pertama memiliki rata-rata 28.80%, sementara indeks tertinggi dimiliki oleh PT

Asahimas Flat Glass Tbk sebesar 0,6957. Sedangkan masing-masing aspek yaitu aspek

konten, ketepatan waktu dan presentasi rata-ratanya adalah 33.26%,15.72%,25.15%.

Dari ketiga aspek pengungkapan yang dilakukan yang terlihat bahwa perusahaan dalam

sampel ini lebih memperhatikan aspek konten dari websitenya dibandingkan dengan

aspek ketepatan waktu dan presentasinya. Dari 179 perusahaan dalam sampel ini,

terdapat 5 perusahaan yang listing di lebih dari satu bursa atau sekitar 2,.79% yaitu

Indosat Tbk, Telekomunikasi Indonesia, Aneka Tambang, Timah dan PT Tri Polyta

Indonesia Tbk. Perusahaan dengan ukuran terbesar adalah Unitex, sementara perusahaan

yang memiliki ROA tertinggi adalah Unilever Indonesia. Perusahaan dengan struktur

hutang terbesar adalah PT.First Media Tbk, perusahaan dengan market to book rasio

terbesar adalah Unitex Tbk, perusahaan dengan growth terbesar adalah Jakarta

International Hotel and Development, serta PT Sekawan Intipratama Tbk sebagai

perusahaan dengan struktur hutang luar negeri terbesar.

Hasil pengujian Pearson Correlation sebagaimana disajikan dalam Tabel 2

menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan yang di simbolkan dengan average index

tidak berpengaruh terhadap COE. Namun jika dilihat dari ketiga aspek yaitu konten,

ketepatan waktu dan presentasi, hanya aspek ketepatan waktu yang berpengaruh

signifikan negatif terhadap variabel dependen yaitu COE dan hanya variabel kontrol

Page 46: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

debt to equity ratio (DE) berpengaruh signifikan positif terhadap COE. Pada kedua

model terdapat masalah heteroskedastisitas namun permasalahan ini diselesaikan dengan

metode regresi dengan merubah standar error (Robust).

Hasil uji regresi Model 1 sebagimana disajikan dalam Tabel 3 menunjukkan

bahwa praktek IFRyang diukur secara total (dengan menggunakan average index) tidak

berpengaruh signifikan terhadap COE. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis 1, dimana

diharapkan adanya hubungan signifikan negatif antara IFR dengan COE. Hasil ini juga

tidak sejalan dengan penelitian mengenai pengungkapan sukarela yang dikaitkan dengan

COE. Sementara itu, terlihat adanya beberapa variabel kontrol yang berpengaruh

signifikan terhadap COE, yaitu ROA dan market to book ratio.

Hasil uji regresi Model 2 disajikan dalam Tabel 4. Dari hasil uji tersebut terlihat

bahwa praktek IFR yang dinilai dari masing-masing komponen IFR memiliki pengaruh

yang berbeda-beda terhadap COE. Content dan timeliness berpengaruh negatif

signifikan terhadap COE pada level kepercayaan 95%, mendukung hipotesis 2 dan 3.

Sementara itu, presentation juga berpengaruh signifikan terhadap COE, namun dengan

arah yang berlawanan dengan hipotesa 4. Walaupun belum ada penelitian sebelumnya

yang membuktikan secara langsung dampak IFR terhadap COE perusahaan, namun

penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian mengenai pengungkapan yang

dikaitkan dengan COE, salah satunya adalah penelitian Coles et al., (1995).

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dari pengujian Model 1, penelitian ini

tidak menemukan pengaruh IFR yang diukur secara total terhadap COE perusahaan.

Namun demikian, pengujian dengan Model 2 menunjukkan bahwa content dan

Page 47: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

timeliness berpengaruh signifikan negatif terhadap COE. Hal ini mengindikasikan

bahwa semakin banyak informasi yang disajikan oleh perusahaan, baik informasi

keuangan maupun non keuangan melalui website, semakin rendah CO. Hal tersebut

disebabkan karena semakin berkurangnya asimetri informasi yang terjadi antara pihak

dalam dan pihak luar perusahaan sehingga estimasi risiko investor terhadap perusahaan

menjadi semakin rendah. Rendahnya risiko tersebut berujung pada rendahnya return

yang diharapkan oleh investor sehingga pada akhirnya akan menyebabkan COE menjadi

turun. Hal ini sejalan dengan kesimpulan beberapa penelitian lainnya, diantaranya

Botosan (1997), Khomsiyah dan Susanti (2003), Juniarti dan Yunita (2003), Maysar

(2008), serta Francis et al. (2008) yang menemukan adanya hubungan negatif antara

tingkat pengungkapan dan COE.

Begitupun dengan ketepatan waktu yang dilakukan oleh perusahaan, di mana

semakin tepat waktu informasi tersebut diberikan kepada pihak luar perusahaan melalui

website maka COE akan semakin turun. Adanya hubungan signifikansi positif yang

terjadi pada salah satu aspek praktek IFR yaitu aspek presentasi terhadap COE sulit

untuk dijelaskan dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 48: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini melakukan pengujian atas dampak praktek internet financial

reporting (IFR) terhadap cost of equity capital (COE) perusahaan. Dalam penelitian ini

diperoleh hasil bahwa ketika praktek IFR dinilai secara keseluruhan meliputi komponen

konten, ketepatan waktu dan presentasi, tidak terlihat pengaruh IFR yang signifikan

terhadap COE. Namun ketika masing-masing komponen diuji secara terpisah, terlihat

bahwa konten dan ketepatan waktu berpengaruh signifikan negatif terhadap COE. Hal

ini sesuai dengan hasil berbagai penelitian sebelumnya yang menguji dampak

pengungkapan sukarela terhadap COE dengan menggunakan teori keagenan. Dapat

disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan website sebagai media pengungkapan,

perusahaan dapat memperoleh manfaat dalam bentuk menurunnya COE. Kesimpulan

penelitian ini diharapkan dapat memotivasi perusahaan untuk memanfaatkan teknologi

internet untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak di luar perusahaan,

khususnya investor. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mendorong perusahaan

untuk memenuhi ketentuan Bapepam-LK (kini OJK) KEP-431/BL/2012 yang

mewajibkan penyajian Laporan Tahunan dalam website perusahaan.

Di sisi lain, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa presentasi berpengaruh

signifikan positif terhadap COE. Hasil ini berbeda dengan hipotesa yang diajukan dan

tidak sesuai dengan teori yang ada. Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya hubungan

antara aspek presentasi dan COE tidak dapat dijelaskan.

Page 49: Dampak Praktek Internet Financial Reporting Terhadap Cost of Equity Capital Perusahaan Terbuka Di Indonesia Yang Bener

5.2 Saran

Mengingat kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini, rekomendasi yang

dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Menambah data yang digunakan dengan menambah periode tahun (data time series)

untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih lengkap.

2. Melakukan penelitian lanjutan dengan melihat bagaimana dampak praktek internet

financial reporting terhadap cost of equity capital perusahaan di Indonesia setelah

peraturan Bapepam-LK (kini OJK) KEP-431/BL/2012 berlaku efektif.

5.3 Implikasi Hasil