DAMPAK INDUSTRI BATA MERAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI...
Transcript of DAMPAK INDUSTRI BATA MERAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI...
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1
DAMPAK INDUSTRI BATA MERAH TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI KECAMATAN NAGREG
M. Deismasuci, D. Rohmat*), Y. Malik*)
[email protected] , [email protected] , [email protected]
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Tingkat penggunaan bata merah di Indonesia masih tinggi sehingga permintaan akan bata
merah semakin meningkat. Apabila permintaan meningkat maka bahan baku yang digunakan
akan lebih banyak dari biasanya untuk memenuhi produksi bata merah. Tanah liat yang
merupakan bahan baku pembuatan bata merah adalah bahan baku yang tidak dapat
diperbaharui sehingga ketersediaannya perlu diananlisis apakah apakah masih mampu
mendukung keberlanjuatan industri bata merah dimasa yang akan datang. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan
non fisik dan keberlanjutan bata merah kedepannya. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif. Sampel yang di ambil oleh peneliti berada di enam desa yang
berada di Kecamatan Nagreg yaitu Desa Mandalawangi, Bojong, Nagreg, Citaman, Nagreg
Kendan, dan Ganjar Sabar dengan jumlah sampel sebanyak 69 responden. Analisis data yang
digunakan merupakan analisis deskripsi dan analisis tabel silang. Hasil penelitian menunjukan
bahwa Kecamatan Nagreg memiliki potensi bahan baku untuk keberlanjutan bata merah yang
masih baik dilihat dari jenis tanahnya yang mendukung yaitu banyak terdapat tanah andosol
dan regosol dengan tekstur lempung liat dan bahan baku yang masih melimpah terutama Desa
Citaman dan Desa Nagreg Kendan. Keberadaan industri bata merah juga memberikan dampak
pada lingkungan sosial seperti memberikan peluang pekerjaan bagi penduduk, pendapatan, dan
tingkat pendidikan serta dampak kepada lingkungan fisik seperti lubang bekas galian dan
kerusakan jalan. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh industri bata
perlu diadakannya upaya pengurangan kerusakan dengan cara menanam tanaman padi atau
umbi-umbian pada lahan bekas galian atau menjadikan genangan bekas galian menjadi kolam
ikan. Rekomendasi dari penelitian ini untuk pengusaha industri bata merah sebaiknya
melakukan pencampuran bahan baku untuk pembuatan bata merah sehingga penggunaan bahan
baku tanah bisa dikurangi.
Kata Kunci: Industri, Lingkungan, Faktor Industri
2 | M. Deismasuci, dkk.
Dampak Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg
ABSTRACT
The use of red bricks in indonesia are still high that demand for red bricks increase. When
demand up and the raw material used more will than usual to meet production red bricks. Clay
that is raw materials making red bricks is raw materials that cannot be renewed so that supply
need to diananlisis do is it still incapable of supporting the sustainability of industry red bricks
in the future. This study attempts to the impact produced on the environment physical or non
physical environment and the sustainability of redbrick the future. Methods used in research
is descriptive method.Sample in extract by researchers located in six villages are located in in
nagreg which is a village Mandalawangi, Bojong, Nagreg, Citaman, Nagreg Kendan, and
Ganjar impatient with the number of samples from 69 respondents. Data analysis is using the
analysis and analysis cross table. The results showed that in nagreg has the potential raw
materials for sustainability redbrick is still in good seen from the types its support since many
is dust andosol and regosol with texture loam clay and raw materials still abundant citaman
mainly villages and villages Nagreg Kendan. The existence of industry red bricks also giving
effect to social environment as provide opportunities work for the people of, income, and the
level of education and an impact on physical environment like a hole former excavation and
damaged road. To reduce the environmental damage caused by industry brick need to safety
the reduction of the damage from growing rice plants or umbi-umbian on ex entrenchment or
its former puddle should be fishponds. Recommendations from the study to business industry
redbrick better do mixing raw materials to making redbrick so the use of the land raw materials
could be reduced.
Keyword: Industry, Environment, Industrial Factor
*) Penulis Penanggung Jawab
PENDAHULUAN
Industri merupakan salah satu kegiatan
ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat dengan
memanfaatkan sumber daya alam, sumber
daya manusia, dana, dan lain-lain. Dengan
adanya industri diharapkan mampu
membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga
kerja yang menganggur dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi Negara.
Pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan akan
tempat untuk tinggal. Semakin meningkat
kebutuhan akan tempat tinggal, semakin
besar juga kebutuhan akan bahan baku
untuk pembuatan bangunan. Bata merah
merupakan bahan baku bangunan yang
sering digunakan oleh masyarakat karena
harganya yang murah dan mudah di
peroleh.
Bahan baku untuk membuat batu bata merah
tergolong sangat mudah, yaitu tanah
lempung dan air. Proses pembuatannyapun
cukup sederhana dimulai dari mengaduk
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 3
tanah, mencetak, menjemur hingga
membakar batu bata. Modal yang perlu
dikeluarkanpun tergolong murah sehingga
banyak masyarakat yang memilih untuk
berprofesi sebagai pengrajin batu bata
merah.
Kecamatan Nagreg merupakan
salah satu Kecamatan yang terletak di
perbatasan Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut, posisi Kecamatan yang
terletak di kaki pegunungan dan kepadatan
penduduk yang masih tergolong rendah
menyebabkan banyak sekali lahan kosong
di Kecamatan Nagreg. Lahan kosong
tersebut selain dimanfaatkan untuk lahan
pertanian juga dimanfaatkan untuk
membangun industri bata merah. Selain itu,
jenis tanah yang ada di Kecamatan Nagreg
banyak terdapat endapan lempung, industri
bata merah ini memanfaatkan sumber daya
alam berupa tanah lempung yang di gali
atau ditambang setiap harinya.
Dengan luas wilayah 3.875.046 ha
terdapat 665 industri bata merah di
Kecamatan Nagreg. Dalam satu industri
memproduksi ratusan hingga ribuan bata
merah setiap harinya, artinya dalam sehari
biasanya setiap orang pekerja mampu
mencetak sekitar 600-1000 batu bata
merah, dalam satu lio biasanya terdapat 4-7
pekerja. Terdapat 665 lio yang ada di Desa
Citaman, apabila dikalikan dengan rata-rata
pekerja 4 orang yang dapat menghasilkan
500 batu bata, berarti hampir 1.330.000
batu bata merah di produksi setiap harinya
di Kecamatan Nagreg. Industri tersebut
tersebar di 6 Desa yaitu Desa
Mandalawangi, Desa Bojong, Desa
Nagreg, Desa Citaman, Desa Nagreg
Kendan, dan Desa Ganjar Sabar. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 1
Berikut :
No
Desa/
Kelurahan
Jumlah Industri
Bata Merah
Jumlah
Rukun
Warga
(RW)
1 Mandalawangi 250 10
2 Bojong 20 10
3 Ciherang - 12
4 Ciaro - 12
5 Nagreg 50 14
6 Citaman 95 15
7 Nagreg Kendan 100 12
8 Ganjar Sabar 150 17
Jumlah 665 102
Tabel 1 Jumlah Industri di Desa
Citaman
Sumber :Monografi Desa Citaman, 2014
Aktivitas industri bata merah ini
selain membantu perekonomian masyarakat
di Desa Citaman Kecamatan Nagreg, namun
juga menyebabkan beberapa persoalan
seperti kerusakan tatanan alam yang
diakibatkan oleh lubang-lubang bekas galian
yang dibiarkan terbengkalai. Dengan
banyaknya produksi bata merah semakin
banyak juga tanah yang harus dikeruk dan
banyak juga diantaranya lahan seperti kebun,
sawah yang beralih fungsi menjadi lahan
untuk bahan baku batu bata. Selain itu
4 | M. Deismasuci, dkk.
Dampak Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg
kerusakan lain dari adanya industri bata
merah ini adalah lubang-lubang bekas galian
yang dalamnya sekitar 2-4 meter, yang
apabila musim penghujan akan menjadi
genangan air.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif menurut Tika (2005)
“penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang menggunakan suatu masalah ataupun
keadaan sebagaimana adanya dan
menggunakan fakta-fakta yang ada,
walaupun terkadang diberikan analisis atau
interpetasi juga”.
Melalui metode pendekatan deskriptif akan
mengungkapkan prospek dari industri batu
bata merah dan dampaknya terhadap
kondisi lingkungan di Desa Citaman
Kecamatan Nagreg. Selain itu juga melalui
metode deskriptif, dapat menggambarkan
dan melukiskan keadaan di lapangan.
Sampel dalam penelitian ini terdapat
sebanyak 69 sampel yang tersebar di6 Desa
yaitu Desa Citaman, Desa Mandalawangi,
Desa Bojong, Desa Nagreg, Desa Nagreg
Kendan, dan Desa Nagreg.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik persentase.
Dengan melalui prosedur seperti :
1. Pemeriksaan Data
Proses pemeriksaan data dilakukan
dengan cara memeriksa semua data yang
telah dikumpulkan, baik itu data primer
maupun data skunder. Dimana dalam data
tersebut sudah terdapat catatan deskriptif atau
yang sifatnya menjelaskan, dan menguraikan.
2. Analisis Laboratorium
Menganalisis kesesuaian bahan baku pada
penelitian ini dilakukan dengan cara
melihat kondisi tanah yang baik untuk
bahan baku seperti tekstur tanah, kondisi
kadar air bahan baku, dan kondisi salinitas
bahan baku. Karena ketiga unsur tersebut
sangat berpengaruh terhadap kualitas bata
merah yang akan dihasilkan nantinya.
Dalam menanalisis tekstur, kadar air dan
salinitas tanah diperlukan kerjasama atau
menggunakan analisis laboratorium supaya
hasilnya lebih akurat dan terpercaya.
Dalam penelitian ini terdapat tiga proses
analisis tanah yaitu tekstur tanah, kadar air
yang terdapat di tanah dan salinitas tanah:
a. Tekstur tanah
Untuk mengetahui apakah bahab baku
tersebut sesuai atau bagus untuk
pembuatan bata merah, maka
diperlukan analis tekstur tanah. Karena
dengan melihat tekstur tanah kita dapat
mengetahui apakah tanah tersebut
sesuai atau tidak, apabila tekstur tanah
lebih banyak pasir maka tidak bagus
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 5
untuk produski bata merah karena
dalam proses pencetakan nantinya akan
sulit karena tanah mudah patah dan
tidak elastis. Dalam penelitian tekstur
tabag akan dilihat 3 tekstur utama yaitu
Lempung, Debu, dan Pasir.
b. Kadar Air tanah
Kadar air tanah untuk bahan baku
diperiksa karena dalam pembuatan bata
merah, kadar tanahnya tidak boleh
melebihi 20%, karena apabila kadar
airnya terlalu banyaka tau melibihi 20%
makan proses pengeringannya akan
memerlukan waktu yang lebih lama.
Dalam pengujian kadar air tanah
dilakukan dengan cara oven.
c. Salinitas Tanah
Salinitas tanah menjadi perbandingan
juga untuk kelayakan atau kualitas bata
merah yang dihasilkan. Karena apabila
kadar garam yang terkandung di tanah
tersebut tinggi maka nanti hasil bata
merah tersebut akan jelek. Karena bata
merah tersebut akan mudah mengkristal
dan mudah rapuh.s
3. Klasifikasi data
Klasifikasi data dilakukan dengan cara
menggolongkan data berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan agar memudahkan
dalam proses menganalisis data. Adapun
klasifikasi data yang dilakukan adalah
dengan cara:
a. Merekap data yang telah di
kumpulkan
b. Menghitung frekuensi jawaban/ data
c. Menghitung persentase dengan teknik
persentase dari setiap data yang telah
diperoleh
d. Memvisualkan data dalam bentuk
tabel
e. Menafsirkan data sesuai dengan
pertanyaan penelitian
4. Analisis Tabel Silang
Menurut Tika (2005:74) mengemukakan
bahwa tabel analisis adalah “tabel yang
memuat suatu informasi yang telah
dianalisis dan dari tabel tersebut dapat
ditarik kesimpulan” tabel yang digunakan
untuk menganalisis dalam penelitian ini
adalah tabel silang atau Cross Tab. Tabel
sialng dibuat dengan cara menggabungkan
dua tabel atau lebih untuk melihat
hubungan antar variabel.
5. Teknik persentase
Untuk menganalisis data-data yang sudah
terkumpul dan kemudian diolah, maka
diperlukan alat atau teknik analisis data
kuantitatif guna untuk membantu
mempermudah dalam menganalisis data.
Maka dari itu diperlukan teknik analisis
persentase/perhitungan agar
mempermudah dalam mendeskriptifkan
data yang sudah diolah.
6 | M. Deismasuci, dkk.
Dampak Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung
Provinsi Jawa Barat. Secara astronomis
Kecamatan Nagreg Terletak Pada 107° 52’
00’’ BT - 107° 54’ 00’’ BT dan 07° 00’ 00”
LS - 7° 54’ 30” LS. Kecamatan Nagreg
merupan salah satu dari 31 kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Bandung dengan
luas wilayah 3.875,046 Ha. Jensi tanah yang
terdapat di Kecamatan Nagreg adalah tanah
regosol dan tanah andosol, yang dimana
kedua jenis tanah tersebut sangat cocok
untuk pembuatan bata merah.
a. Bahan Baku
Bahan baku merupakan kebutuhan
pokok dalam industri yang harus selalu
tersedia dalam jumlah yang memadai guna
kelancaran produsi bata merah. Bahan baku
yang diperlukan daalam proses produksi bata
merah adalah tanah liat atau tanah lempung,
air, dedak, dan abu.
Keberadaan bahan baku yang memadai
sangat menunjang bagi keberlangsungan atau
keberlanjutan industri bata merah, maka dari
itu perlu diperhatikan mengenai potensi dari
baha baku tersebut agar kita dapat dengan
mudah mengetahui wilayah mana saja yang
memiliki potesi yang besar untuk
keberlanjutan bata merah nantinya. Potensi
bahan baku dapat dilihat dari kedalaman
tanah yang telah digali untuk bahan baku saat
ini, apabila bahan baku yang telah digali
sudah melebihi 7m atau mendekati 10 m
maka lokasi bahan baku tersebut dapat
dikatan kurang berpotensi untuk
keberlanjutan bata merah, untuk kedalaman
tanah 5,1 – 6 m tergolong kurang berpotensi,
kedalaman tanah 3,1 – 5 m tergolong
berpotensi dan kedalaman tanag 1 – 3 m
tergolong sangat berpotensi untuk
keberlanjutan bata merah.
Tanah yang baik untuk pembuatan bahan
baku adalah tanah yang memiliki kedalaman
>10 m karena pada kedalaman tanah yang
lebih dari 10 m biasanya tanah akan banyak
mengandung batu dan pasir sehingga
tergolong tidak bagus untuk pembuatan bata
merah.
Untuk melihat seberapa lama wilayah
tersebut berpotensi untuk bahan baku
industri bata merah, maka perlu melihat
luas wilayah dan kedalaman rata-rata
sehingga dapat diketahui volume tanahnya.
Adapun rumus untuk mengetahui volume
tanah adalah sebagai berikut:
V = Luas x Kedalaman Galian Tanah
Setelah menghitung dengan rumus diatas
maka hasilnya terdapat di tabel 4.12
berikut.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa volume tanah yang paling besar
potensinya adalah kealaman tanah 1 - 2 m
yaitu sebanyak 6033792,841 m³ yang
terdapat di Desa Mandalawangi. Lalu yang
kedua dengan kedalaman tanah 4,1 – 5 m
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 7
memiliki volume tanah sebanyak
41208942,17 m yang terdapat di Desa
Citaman, Desa Nagreg Kendan dan Desa
Ganjar Sabar.
No Kedalaman Luas
(m)
Kedalaman
Rata-rata
Volume
Tanah (m³)
1 1- 2 m 4104621 1,47 6033792,841
2 2,1 - 3 m 1594369 2,4 3826484,88
3 3,1 - 4 m 6891972 3,5 24121900,36
4 4,1 - 5 m 9473320 4,35 41208942,17
5 5,1 - 6 m 4935212 5,28 26057921,74
6 6,1 - 7 m 442051,5 6,4 2829129,472
7 > 7 m 1102535 7,2 7938255,312
Tabel 2 Volume Potensi Tanah
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016
Dalam sehari, satu industri bata merah
mengeruk tanah seluas kurang lebih 1 cm
atau rata-rata seluas 80 cm dengan
kedalaman 50 cm maka volume tanah yang
digali setiap hari oleh industri bata adalah
0,4 m³, di Kecamatan nagreg terdapat 665
industri bata merah, itu berarti Kecamatan
Nagreg salam sehari menggali volume tanah
sebanyak 266m³. untuk mengetahui
seberapa lama bahan baku tersebut bisa
bertahan, penulis menghitung dengan cara :
Lama Bahan Baku =(Vt m³ – Vtg)
365 Hari
Keterangan:
Vt = Volume tanah (Deliniasi)
Vtg = Volume tanah yang digali setiap hari
Untuk volume tanah, dihitung per
deliniasi kedalaman tanah yang sama
misalkan volume deliniasi kedalaman
tanag 1-2 m. Hasilnya akan tersaji dalam
Tabel 3 berikut:
Tabel 3
Lama Potensi Tanah (Tahun)
Luas
Volume tanah m3
Volume Tanah
yang Digali Setiap hari
Hari
Lama
Potensi (Tahun)
6033793 266 365 16530,21
3826485 266 365 10482,79
24121900 266 365 66086,67
41208942 266 365 112900,5
26057922 266 365 71390,84
2829129 266 365 7750,311
7938255 266 365 21747,92
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat
diketahui bahwa umur cadangan tanah
tertinggi mencapai 16530,21 tahun.
Angka ini tentunya belum dapat mejawab
pertanyaan seberapa lama tanah liat dapat
dipergunakan oleh industri bata merah
karea lahan kosong, dan tegalan yang
tidak etrpakai yang dapat digunakan
untuk lahan bahan baku. Namun dengan
perhitungan tersebut kita dapat melihat
gambaran berapa kira-kira umur
cadangan tanah liat dan seberapa volume
tanahnya untuk bahan baku bata merah.
Ketersediaan bahan baku di
Kecamatan Nagreg masih tergolong
banyak dan dapat di bertahan untuk
beberapa puluh tahun kedepan. Hal
tersebut tersebut dilihat dari bekas
kedalaman tanag yang masih rata-rata 3 –
4 m. Namun ada beberapa lokasi yang
mulai mengalami kesulitan dalam
8 | M. Deismasuci, dkk.
Dampak Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg
mendapatkan bahan baku karena kondisi
tanah yang mulai tidak baik untk bahan
baku bata merah. Kebanyakan
masyarakat mengantisipasi apabila bahan
baku mulai habis dengan cara membeli
lahan di dekat lokasi industri atau pindah
lokasi ke yang masih banyak bahan
bakunya, namun tidak sedikit yang
memilih berhenti apabila bahan baku
habis.
b. Dampak Industri Bata Merah
Dengan adanya industri bata merah
dapat memberikan dampak positif kepada
masyarakat dengan membuka lapangan
pekerjaan kepada sebagian masyarakat
yang tinggal di Kecamtan Nagreg
terutama bagi mereka yang latar belakang
pendidikannya rendah.
Selain itu tingkat pendapatannyapun
tergolong meningkat sehingga tingkat
pendidikan ana-anaknya lebih baik karena
orang tua mampu untuk menyekolahkan
anak-anaknya, dan sebaigian ada yang
mampu membeli atau memperbaiki
rumah mereka sehingga lebih baik.
Selain dampak positif, keberadaan
industri bata merah memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan sekitar
industri bata, yaitu banyak lubang-lubang
bekas galian bahan baku dan sebagian
lubang bekas galian pada musim hujan
menjadi genagan kolam yang dalam.
Lubang bekas galian memiliki bentuk dan
kedalaman yang berbeda ada yang
berbentuk cekungan, datar atau tebing.
Semua Desa yang ada Di Kecamatan
Nagreg yang emiliki industri bata merah
kebanyakan memiliki bentuk lahan bekas
galian cekungan dan lereng. Sedangkan
untuk bentuk lahan yang datar hanya
terdapat di Desa Madalawangi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar
dibawah:
Gambar 1 Kondisi Lahan Bekas Galian
di Desa Mandalawangi
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016
Kedalaman bekas galian juga memiliki
kedalaman yang berbeda, Desa
Mandalawangi memiliki kedalaman
terdalamnya adalah 7,2 m dan yag terkecil
1,3m. Desa Bojong memiliki kedalaman
terdalamnya adalah 5,2 m dan yag terkecil
1,2 m, sementara di Desa Nagreg memiliki
kedalaman paling besar adalah 4,9 m dan
yag terkecil 3,8 m, Desa Citaman memiliki
kedalaman terdalamnya adalah 5,1 m dan
yag terkecil 2,9 m, Dsa Nagreg Kendan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 9
memiliki kedalaman terdalamnya adalah
6,4 m dan yag terkecil 2,3 m dan Desa
Ganjar Sabar memiliki kedalaman
terdalamnya adalah 5,7 m dan yang terkecil
2,3m.
Selain menciptakan lubang bekas galian,
jalan menuju lokasi industri juga
mengalami kerusakan akibat mobil truk
yang sering melintas untuk mengankut
bahan bakar gerabah untuk pembakaran
dan hasil produksi bata merah yang sudah
jadi, yang mana sekali truk tersebut
melintas memiliki bobot yang besar
sehingga jalan lebih mudah rusak. Berikut
merupakan gambaran kerusakan jalan
menuju lokasi industri bata merah:
Gambar 2 Kondisi Jalan Menuju
Lokasi Industri Bata Merah
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui
akses jalan menuju industri bata merah bisa
dikatakan buruk karena seperti yang dapat
dilihat pada gambar diatas, kondisi jalannya
yang rusak juga becek saat musim hujan.
Hal tersebut karena kendaraan roda empat
yaitu truk yang sering melintasi area
industri bata merah dan bobot truk yang
berat karena mengangkut bahan bakar
gabah dan hasil produksi bata meraha
sehingga jalanan mudah rusak setiap 5
tahun sekali pemilik truk atau pengusaha
industri wajib mengeluarkan iuran untuk
perbaikan jalan, namun hal tersebut tidak
rutin terjadi sehingga kondisi jala semakin
buruk.
Selain dampak negatif, keberadaan dan
aktivitas produksi industri bata merah juga
mempunyai dampak positif terhadap
kondisi sosial ekonomi penduduk
khususnya di Kecamatan Nagreg seperti
tingkat pedndidikan
Tabel 4 Tabulasi Silang Tingkat
pendidikan Responden dan Tingkat
Pendidikan anak Pertama Responden
No
Tingkat
Pendidikan
Responden
Tingkat Pendidikan anak Pertama
Responden Total
BS SD SMP SMA PT
1 Tidak
Tamat SD
4 2 6
2 Tamat SD 1 4 9 13 2 29
3 Tamat SMP
5 4 3 1 13
4 Tamat SMA 3
5 8 3 19
5 Tamat PT 2 2
Jumlah 4 9 22 26 8 69
Sumber : Hasil Penelitian tahun 2016
Dapat ditarik kesimpulan bahwa
kondisi pendidikan yang dilamai oleh orang
tua yang bekerja dibidang industri bata
merah berbeda denga kondisi pendidikan
yang ditempuh oleh anaknya. Kondisi
pendidikan yang ditempuh oleh anak
mereka semakin membaik itu terbukti
10 | M. Deismasuci, dkk.
Dampak Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg
dengan makin berkurangnya anak yang
bekerja di industri bata merah mengikuti
jejak orang tuanya, karena kesadaran orang
tua akan pendidikan sekarang semakin
membaik dan dirasakan penting. Dengan
demikian adanya industri bata merah secara
tidak langsung dapat memberi pengaruh
yang baik pada meningkatnya partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan.
c. Pemanfaatan Lahan Bekas Galian
Untuk mengurangi kerusakan tanah
diperlukan upaya penanggulangan
kerusakan lingkungan dengan cara
memanfaatkan lahan bekas galian bahan
baku dengan cara menanaminya dengan
tanaman padi atau tanaman lain seperti
singkong, ubi, jagung, kol, buncis, dll.
Sedangkan untuk bekas galian yang
tergenang air bisa dimanfaatkan untuk
kolam ikan. Sebagian pekerja industri bata
merah di Kecamatan Nagreg ada yang
sudah memanfaatkan lahan bekas galian
dengan menanami dengan tanaman dan
menjadikan sebagai kolam ikan, namun
hanya sebagian kecil saja sisanya dibiarkan
terbengkalai dan kosong.
Untuk melihat upaya penanggulangan yang
dilakukan oleh pekerja berikut adalah
gambarannya:
Gambar 3 Pemanfaatan Lahan Bekas
Galian
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016
KESIMPULAN
Keberadaan industri bata merah di
Kecamatan Nagreg memberikan dampak
positif dan negatif terhadap kondisi
lingkungan. Dampak Positif dari
keberadaan industri bata merah adalah
terciptanya lapangan pekerjaan, tingkat
pendidikan yang lebih baik, dan
kepemilikan fasilitas hidup. Sedangkan
dampak negatif dari industri tersebut adalah
lubang-lubang bekas galian industri bata
merah yang mengakibatkan tanah menjadi
kurang subur, dan menjadi genangan disaat
musim hujan.
Berikut merupakan rekomendasi dari
penulis ajukan:
.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 11
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4 Peta Administrasi Kecamatan Nagreg
Sumber : Peta RBI Lembar Cicalengka 1209-332 Skala 1:25.000, Peta RBI Lembar
Baginda 1209-331 Skala 1:25.000, Peta RBI Lembar Majalaya 1209-643 Skala
1:25.000, dan Peta RBI Lembar Leles 1209-644 Skala 1:25.000
Gambar 5 Peta Potensi Tanah Kecamatan Nagreg
Sumber : Peta RBI Lembar Cicalengka 1209-332 Skala 1:25.000, Peta RBI Lembar
Baginda 1209-331 Skala 1:25.000, Peta RBI Lembar Majalaya 1209-643 Skala 1:25.000,
dan Peta RBI Lembar Leles 1209-644 Skala 1:25.000
12 | M. Deismasuci, dkk.
Dampak Industri Bata Merah Terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Nagreg
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Notohadiprawiro, tejoyuwono. (1998).
Tanah dan Lingkungan, Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Tika, Pandu. (2005). Metode Penelitian
Georafi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Undang-Undang Nomor 32 Tahun (2009)
Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Wesley, L. (1977). Mekanika Tanah. Badan
Penerbitan Pekerjaan Umum.
Jakarta.
Yudhistira, (2010), Kajian Dampak
Kerusakan Lingkungan Akibat
Kegiatan Penambangan Pasir di
Daerah Kawasan Gunung Merapi
(Studi Kasus di Desa Keningar
Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang, Provinsi Jawa Tengah),
Program Studi Master lingkungan
UNDIP
Sumber Dokumen:
Badan Pusat Statistik . (2014). Kecamatan
Nagreg Dalam Angka 2014. BPS.
Kabupaten Bandung
Monografi Kecamatan Nagreg Kabupaten
Bandung. (2015).
Sumber Jurnal :
Hutagaol, D. & Ronald, B. (2016).
Penggunaan Limbah Bata Merah
Sebagai Tambahan Semen Dalam
Pembuatan Paving Block. Journal :
Indonesian Journal Education
Building, 2 (1). hlm. 41-47.
Handayani, S. (2010). Kualitas Batu Bata
Merah Dengan Penambahan Serbuk
Gergaji. Journal : Indonesian
Journal of Civil Engineering and
Planing. 1 (12). hlm. 41-50.
.