DALANG MASALAH FREEPORT ADALAH JK? - …gelora45.com/news/DalangMasalahFreeport_JK.pdf ·...
Transcript of DALANG MASALAH FREEPORT ADALAH JK? - …gelora45.com/news/DalangMasalahFreeport_JK.pdf ·...
-
1
DALANG MASALAH FREEPORT ADALAH JK?
SENIN, 07 DESEMBER 2015 , 21:21:00 WIB
OLEH: ABDUL MUIS SYAM
SITUASI gaduh tingkat tinggi sedang terjadi di negeri
ini. Di mana hampir seluruh rakyat Indonesia kini
perhatiannya tertuju kepada pertentangan antara Menteri
ESDM Sudirman Said (SS) vs Ketua DPR Setya Novanto
(SN).
SN yang dinilai telah melakukan sebuah pelanggaran,
membuat SS kemudian melaporkan SN ke Mahkamah
Kehormatan Dewan (MKD).
Secara etika, orang-orang (termasuk saya) tentu sangat
menyalahkan SN. Sebab, SN dengan sebuah bukti rekaman percakapan (audio) telah
sangat jelas terlibat dalam pembicaraan "bisnis", meski memang kemudian tudingan SS
yang menyebut SN telah meminta saham, tidak terbukti.
Namun meski begitu, pembicaraan (bisnis) seperti itu dengan atribut sebagai ketua DPR
tentulah sangat tidak etis dilakukan oleh seorang SN. Dan dari situ SN memang sudah
selayaknya diberi sanksi sebagai seorang Ketua DPR yang tidak beretika.
Dan saya yakin, di pikiran seluruh anggota MKD juga sudah bisa memastikan bahwa SN
sebetulnya melanggar etika. Namun nampaknya, di kedalaman hati yang paling dalam
sebagian besar anggota MKD merasakan ada masalah yang lebih "fatal" dibanding
pelanggaran etika tersebut, yang tentunya sangat perlu untuk segera digali. Dan masalah
"fatal" inilah sesungguhnya yang sedang coba "dikejar" oleh sebagian besar anggota MKD,
yakni terkait persoalan PT. Freeport Indonesia.
Masalah "fatal" seperti apakah gerangan?
Begini. Sebagian besar anggota MKD terpaksa harus geram dan memperlihatkan giginya
dengan menempatkan SS sebagai pengadu menjadi seolah-olah terdakwa, hal itu
sebenarnya tidaklah keliru.
Sebab, para anggota MKD tersebut sebetulnya juga ingin mencoba menegakkan
ILUSTRASI/NET
-
2
kehormatannya terhadap ulah SS yang dinilai juga telah melecehkan (melanggar) UU
4/2009 Tentang Pertambangan Minerba.
Artinya, di benak sebagian besar anggota MKD menilai SS seolah-olah bagai malaikat
yang serta-merta melaporkan SN kaitan masalah etika, padahal di sisi lain etika dan
moral SS sangat fatal karena Undang-Undang yang telah dibuat oleh dewan, bahkan UUD
1945, seenaknya diinjak-injak (tidak dihormati) oleh SS. Sehingga tak keliru jika SS
disebut sebagai salah satu sosok antek asing karena semangatnya membela Freeport
sangat lebih besar dibanding membela kepentingan Kemandirian bangsa Indonesia.
Dalam kasus tersebut, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD juga angkat
bicara. Ia menduga tidak hanya Setya Novanto yang melakukan pelanggaran etik dan
hukum. Tapi Sudirman Said selaku Menteri ESDM juga sama-sama melakukan
pelanggaran etika dan hukum.
"Saya menduga Sudirman dan Novanto sama-sama melakukan kesalahan fatal," lontar
Mahfud dalam diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, Selasa malam (1/12/2015).
Mahfud menuturkan, kesalahan fatal yang dilakukan Sudirman Said dalam kapasitasnya
selaku Menteri ESDM adalah saat merespons surat PT. Freeport Indonesia pada 7
Oktober 2015, yang isinya akan langsung memperpanjang kontrak PT Freeport begitu
Undang-Undang Mineral dan Batubara direvisi.
"Artinya apa? Itu dia sudah menjamin akan merevisi dan revisinya pasti memperpanjang.
Padahal kalau dia bener, kalaupun harus kirim surat karena sopan santun harusnya
mengatakan akan diperpanjang kalau nanti Undang-Undangnya memungkinkan untuk itu.
(Tapi) ini (SS) kan langsung menjamin. Selain melanggar hukum, juga melanggar etika
pemerintahan," ujar Mahfud.
Dalam etika ketatanegaraan, jelas Mahfud, untuk merevisi suatu peraturan
perundang-undangan perlu berkoordinasi dengan lintas kementerian/lembaga, seperti
Sekretariat Negara, Kementerian Hukum dan HAM dan lain sebagainya.
"Dimana etikanya? Dia (Sudirman) buat surat seperti itu dan mengagetkan banyak orang,
dan itu juga yang diumumkan Direktur Freeport tanggal 11 Oktober, yang mengatakan
kami sudah dapat jaminan dari pemerintah bahwa (kontrak) kami akan diperpanjang,"
tutur Mahfud.
-
3
Kemudian, Sudirman Said juga diduga melakukan pelanggaran hukum karena telah
memerintahkan ekspor konsentrat, yang jelas-jelas melanggar Undang-Undang Nomor 4
tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. UU tersebut melarang ekspor
konsentrat, dan harus dimurnikan dulu sebelum diekspor.
"Dia (Sudirman) malah memperbanyak untuk Freeport, yang perusahaan lain enggak
boleh. Ini pelanggaran besar dalam dugaan. Tentu kalau diperiksa dia harus jelaskan
kenapa ini dilakukan," kata Mahfud seraya menambahkan, bahwa apa yang dilakukan
Sudirman juga ada pelanggaran etika dan hukum, dalam dugaan yang sangat kuat.
Orang Papua bahkan mengaku marah dan sangat jengkel dengan sikap SS. Pasalnya, pada
september 2015 yang lalu SS bersama dua menteri serta beberapa pimpinan
perusahaan BUMN pernah mengunjungi Freeport secara diam-diam tanpa diketahui oleh
Pemda Papua dan Pemda Mimika. Tidak adanya kordinasi ini mengagetkan pemda
setempat sekaligus membuat berang Gubernur Papua, Lukas Enembe.
Apa yang diungkapkan Mahfud MD di atas nampak sekali menunjukkan, bahwa SS dan SN
adalah pihak yang sama-sama diduga kuat telah melakukan pelanggaran. SN adalah
pelanggaran etika, tapi SS selain melanggar etika juga diduga kuat telah melanggar UU,
bahkan UUD 1945.
Olehnya itu, banyak pihak yang merasa lucu alias jengkel dengan sosok SS yang nekat
melakukan pelanggaran namun juga sangat bernyali melaporkan SN. Artinya, SS yang
dinilai sudah menginjak-injak produk dewan (UU) namun kemudian pada momen lain SS
pula yang melaporkan etika seorang dewan. Dan ulah SS yang seolah tidak bercermin
pada diri sendiri inilah yang membuat sebagian anggota MKD menjadi geram.
Lalu apa yang membuat SS begitu nampak berani melanggar UU minerba dan melaporkan
SN?
Sebetulnya jawaban pertanyaan tersebut sudah ada di benak setiap orang yang paham
dengan kondisi pemerintahan saat ini. Termasuk Menko Kemaritiman dan Sumberdaya,
Rizal Ramli.
Ya, Rizal Ramli adalah orang pertama yang memberi peringatan kepada SS agar tidak
seenaknya melakukan perpanjangan kontrak karya PT. Freeport. Namun karena SS
mungkin merasa di-bekingi oleh Wapres Jusuf Kalla (JK) sehingga peringatan Menko
Rizal Ramli pun dimentahkannya.
-
4
Keberanian SS ini nampaknya beti (beda-beda tipis) dengan keberanian yang pernah
dipamerkan oleh RJ. Lino saat dilakukan penggerebekan di kantornya. Yakni sebuah
keberanian yang spontan muncul karena merasa memiliki beking kuat.
Coba diamati, saat ini JK malah sangat getol membela SS, dan di sisi lain sangat
menyudutkan SN.
Tanpa JK, apakah SS bisa seberani itu? Dan inilah lontaran pertanyaan yang bernada
ungkapan yang juga kini berani diungkapkan oleh sejumlah masyarakat di lapisan bawah.
Jika memang SS berani karena di-bekingi oleh JK, maka boleh jadi SS hanya menjadi
orang yang dimanfaatkan guna memuluskan kepentingan besar JK. Jika demikian, maka
tak salah apabila di pikiran banyak pihak saat ini terarah pada diri JK, yakni
jangan-jangan dalang masalah Freeport ini adalah JK?
Boleh jadi memang begitu. Sebab orang-orang sudah mulai menghubung-hubungkan
antara satu dengan lainnya. Misalnya, JK adalah seorang penguasa berjiwa saudagar
(pengusaha) asal Bugis. Sementara terdapat dua petinggi di Freeport yang juga
se-daerah dengan JK, yakni Maroef Sjamsoeddin yang lahir di Makassar, dan resmi
menjabat sebagai Presiden Direktur Freeport pada 7 Januari 2015. Dan juga ada Andi
Mattalata.
Tanggal 9 Juni 2010, mantan menteri Menkumham (era SBY-JK) Andi Mattalatta resmi
menjadi komisaris PT. Freeport Indonesia sampai saat ini (2015). Andi Matalatta juga
adalah termasuk sesepuh Golkar, lahir di Bone Sulawesi Selatan, sekampung dengan JK.
Juga dengan hubungan atau kaitan lainnya. Yakni, di saat MKD masih secara saksama
"mendalami" masalah SS vs SN tersebut, Kejaksaan Agung (Kejagung) mendadak
memanggil Maroef Sjamsoeddin tengah malam dengan alasan untuk diperiksa.
Tak sedikit orang pun menilai pemanggilan Maroef Sjamsoeddin pada saat tengah malam
itu sangat aneh bin ajaib. Sehingganya orang-orang pun kemudian mencari sebuah
"kewajaran" dengan menghubung-hubungkan bahwa memang partai yang paling getol
mengajukan JK sebagai Cawapres ketika jelang Pilpres adalah NasDem. Tahu kan partai
apa yang saat ini menguasai Kejagung?
"Kejagung aneh, masa ada (presdir) PT Freeport ke Jaksa Agung malam-malam, itu tidak
-
5
lazim dan itu ada konspirasi, jam 12 lewat seperti ada kedaruratan, seperti ada yang luar
biasa," ujar Fadli Zon di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (4/12).
Dan kini, saya lebih mendukung MKD untuk sebisa-bisanya selain memberi sanksi berat
kepada SN, juga hendaknya tidak tinggal diam untuk segera mengambil sikap tegas
terhadap ulah SS yang disebut oleh Mahfud juga dengan fatal telah melakukan
pelanggaran etika dan UU.
Bukan cuma itu, para anggota MKD (dan jika perlu para anggota DPR lainnya) agar segera
bersatu membuktikan pandangan Menko Rizal Ramli bahwa peseteruan SS vs SN di MKD
saat ini adalah sebuah "Pertarungan antar geng" dalam memperebutkan "kue" di
Freeport.
Pertarungan antar geng itu juga bahkan diidentikkan oleh Menko Rizal Ramli bak
kelakuan Komodo di mana politisi sekarang sepertinya sedang melakukan JK (Jurus
Komodo). "Komodo, binatang purba, saling santap antar kawan. Bak kelakuan elit.
Semuanya mau disantap. Hentikan Politisi Komodo agar RI bisa makmur," tulis Rizal Ramli
dalam akun Twitter-nya.
Olehnya itu, DPR harus memanfaatkan momentum perseteruan SS vs SN ini untuk dapat
mengusut tuntas siapa dalang yang punya nafsu dan kepentingan di balik semua itu! Dan
dugaan kuat untuk sementara ini tentang siapa dalangnya adalah sepertinya memang
terarah kepada sosok yang pernah mengatakan bahwa bisa hancur negeri ini jika Jokowi
menjadi Capres. [***]
Penulis adalah blogger, tulisan di atas diambil dari abdulmuissyam.blogspot.com.