Dalam Taqwa Terkandung Pula Pengertian Pengendalian Diri Dari DORONGAN EMOSI
-
Upload
cheviia-maiizhatul-azla -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Dalam Taqwa Terkandung Pula Pengertian Pengendalian Diri Dari DORONGAN EMOSI
Dalam taqwa terkandung pula pengertian pengendalian diri dari dorongan emosi
Dalam bahasa umum pengendalian diri adalah tindakan menahan diri untuk tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan dirinya dimasa kini maupun dimasa
yang akan datang Atau Dalam bahasa agama pengendalian itu adalah upaya untuk menjaga
diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Allah memerintahkan kepada kita
untuk menjaga diri dari keluarga kita dari api neraka
Tujuan utama mengendalikan diri adalah memperoleh keberhasilan dan kebahagiaan.
Dilihat dari sudut agama, tujuan pengendalian diri adalah menahan diri dalam arti yang luas.
Menahan diri dari belenggu nafsu duniawi yang berlebihan dan tidak terkendali atau nafsuh
bathiniah yang tidak seimbang kesemuanya itu apabila tidak diletakan pada yang benar akan
menyebabkan suatu ketidakseimbangan hidup yang berakhir pada kegagalan
A. Strategi pertama adalah mengendalikan diri dengan menggunakan prinsip kemoralan.
Setiap agama pasti mengajarkan kemoralan,
B. Strategi kedua pengendalian diri adalah dengan menggunakan kesadaran.
C. Strategi ketiga yaitu dengan perenungan
D. Strategi keempat pengendalian diri adalah dengan menggunakan kesabaran
E. Strategi kelima yaitu menyibukkan diri dengan pikiran atau aktivitas yang positif.
Seorang siswa yang mampu mengendalikan diri,akan melahirkan siswa yang punya
kepribadian. Kepribadian merupakan susunan sistem-sistem psikofisik yang berada dalam
diri individu dan menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.
Keteladanan kita di dalam melaksanakan pekerjaan adalah salah satu faktor penunjang adalah
kepribadian yang utuh.
Agar kita dapat mengendalikan diri ke arah yang lebih baik,sehingga potensi kita dapat
berkembang seoptimal mungkin, maka terlebih dahulu perlu mengenal dan memahami
potensi diri.
Orang sering menggunakan kata Emosional Questiont dan Emotional Intelligence secara
keliru. Mereka mengartikan kedua istilah itu sama yaitu kecerdasan emosional. Padahal
dilihat dari terminologi kedua istilah itu mempunyai pengertian yang berbeda.
Penguasaan kecenderungan hawa nafsunya
Dalam taqwa itu terkandung pengertian pengendalian atau penguasaan kecenderungan
hawa nafsu (dari menjauhi larangan-Nya). Ini berarti bahwa pemenuhan dorongan hawa
nafsu oleh seseorang itu hendaklah dalam batas yang diperkenankan oleh ajaran agama.
Dalam taqwa itu terkandung pula perintah kepada manusia agar ia melakukan tindakan yang
baik; misal berlaku benar, adil, memegang amanah, dapat dipercaya, dapat bergaul dengan
orang lain dan menghindari permusuhan serta tidak zalim (dari melaksanakan segala
perintah-Nya). Ini berarti bahwa ketakwaan itu akan membuat seseorang mempunyai tingkah
laku yang baik dan terpuji. Untuk itu manusia dituntut untuk dapat membina dirinya dan
mengendalikan serta menahan hawa nafsunya; caranya adalah dengan berpuasa.
Bagaimana Agar Menjadi Orang Bertaqwa?
Jawaban pertanyaan di atas adalah sederhana yaitu hendaklah puasanya dilakukan
dengan sempurna. Bagaimana puasa yang sempurna itu? Puasanya bukan sekedar menahan
haus dan lapar serta nafsu syahwat pada siang hari saja tetapi juga seluruh anggota badan,
panca indra dan bahkan hati ikut berpuasa menahan diri dari segala sesuatu yang dapat
menghilangkan pahala puasa. Selama berpuasa seluruh kegiatan anggota badan, panca indra
dan hati itu diarahkan untuk selalu berdzikir kepada Allah dan meninggalkan hal-hal yang
bersifat duniawi. Semua kewajiban dalam puasa dipenuhi dan yang sunat dilaksanakan
dengan senang hati.
Memang terlihat sulit melaksanakannya tetapi justru di sinilah letak tantangannya,
sarana melatih ketaqwaan itu. Program latihan jenis apapun,secara umum dimengerti, bahwa
bila semakin sulit latihannya dan kemudian bila seseorang itu mampu mengikuti latihan itu
maka hasil atau manfa'at yangdiperoleh juga akan semakin besar. Orang yang mampu
mengikuti program latihan itu sampai selesai apalagi mendapat nilai terbaik maka dia akan
mendapat tempat kedudukan yang lebih baik daripada yang lulus biasa-biasa saja. Begitu
juga dengan puasa yang merupakan program latihan untuk mencapai tingkat taqwa. Dalam
ajaran Islam taqwa inilah yang menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya seorang
hamba di hadapan Allah, sesuai sabda Rasulullah SAW : "Orang yang terbaik ialah diantara
mereka yang tertaqwa kepada Allah, tererat hubungannya dengan keluarganya, terbanyak
mengajak kebaikan dan terbanyak dalam melarang kemungkaran". (HR. Ahmad dan
Atthabrani)
Imam Ghazali dalam Ihya 'Ulumiddin membuat peringkat puasa berdasarkan
pengamalannya ke dalam tiga tingkat, yaitu puasa umum, puasa khusus dan puasa khususul
khusus (puasa yang terkhusus di antara yang khusus).
Dikisahkan bahwa Hasan Al-Bashri melihat sekelompok orang yang sedang tertawa
terbahak-bahak pada bulan Ramadhan. Kemudian ia berkata : "Sesungguhnya AllahSWT
menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena bagi hamba-hamba-Nya untuk berlomba-lomba
berbakti kepada-Nya. Maka sebagian orang telah berjaya karena berhasil keluar sebagai
pemenang dan sebagian nya lagi kecewa karena tertinggal di belakang. Karena itu sungguh
amat mengherankan, masih ada orang yang tertawa dan bermain-main pada hari kejayaan
orang-orang yang menang dan kekecewaan orang-orang yang bertindak sia-sia!. Demi Allah,
seandainya tirai penutup yang ghaib tersibak, niscaya setiap orang yang telah berbuat
kebajikan akan sibuk dengan hasil kebajikannya dan yang telah berbuat kejahatan akan sibuk
dengan hasil kejahatannya". (Yakni, kegembiraan orang yang diterima amalnya akan
menyibukkannya dari bermain-main, dan kekecewaan orang yang tertolak amalnya akan
menghalanginya dari tertawa)
Puasa memang melemahkan fisik, tetapi akan terasa ringan apabila dilakukan dengan
kesabaran sebagai persiapan untuk perjalanan amat jauh (di hari akhirat). Sabar dalam
melaksanakan kebaktian kepada Allah lebih ringan daripada sabar menderita azab-Nya.
Itulah makna batiniah puasa.
Ketaqwaan merupakan pembimbing manusia pada tingkah laku yang baik dan terpuji
Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk
mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat
tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu
juga kepada para pelajar.
Seperti kita telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara
terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan atau
kematangan mampu memecahkan masalah-masalah/ problem yang dihadapi guna mencapai
kesejahteraan hidupnya. Dengan melihat pengertian disamping bahwa tidak dapat kita
kesampingkan bahwa kode etik juga penting bagi seorang pembimbing, sehingga konselor
tidak akan berjalan seenaknya saja.
Ketaqwaan merupakan syarat dari segala syarat yang harus dimiliki seorang
Pembimbing Islami, sebab ketaqwaan merupakan sifat paling baik. Seorang pembimbing
disebutkan haruslah “berpakaian yang bersih”. Itu berarti bahwa pembimbing harus
berpenampilan menarik, sopan, rapi, tertib dan sebagainya. Sementara itu sifat-sifat yang
harus dimiliki adalah :
a. selalu taqwa kepada Allah atau mengagungkan nama Allah
b. Beramal saleh atau tidak berbuat dosa
c. Sabar