Dalam Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2015...laporan tim kunjungan kerja komisi xi dpr ri pada...

85
LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI XI DPR RI PADA MASA RESES PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2015 - 2016 KE PROVINSI JAWA TENGAH 2 s.d. 6 November 2015 I. PENDAHULUAN Dalam Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2015-2016, Komisi XI DPR RI melaksanakan Kunjungan Kerja ke Provinsi Jawa Tengah pada Tanggal 2 sampai dengan 6 November 2015. Sesuai dengan ruang lingkup tugasnya dibidang keuangan, perencanaan pembangunan nasional dan perbankan, Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan atas pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah serta instansi-instansi Pemerintah Pusat dan mitra kerja Komisi XI DPR RI yang ada di daerah. Komisi XI DPR RI menyadari bahwa sekarang perekonomian nasional sedang mengalami pelambatan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2015 hanya sebesar 4,67 persen atau turun dari realisasi kuartal sebelumnya 4,72 persen. Hingga semester I, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7 persen, turun dari periode yang sama tahun lalu sekitar 5,17 persen. Perlambatan ekonomi Indonesia terkait erat denagan lesunya ekonomi global pada satu sisi dan rendahnya harga komoditas andalan Indonesia seperti karet, sawit, mineral dan batubara di pasar internasional. Suatu hal yang juga berkontribusi signifkan terhadap lesunya perekonomian nasional adalah ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait dengan ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate. Sebagaimana kita ketahui, beberapa waktu yang lalu Komisi XI DPR RI telah bersepakat menetapkan asumsi dasar makro ekonomi dan target pertumbuhan sebagai berikut : No. INDIKATOR EKONOMI MAKRO 2016 1. Pertumbuhan Ekonomi (%, YoY) 5,3 2. Inflasi (%, YoY) 4,7 3. Nilai Tukar Rupiah (IDR/USD) 13.900 4. Suku Bunga SPN 3 Bulan (%, YoY) 5,5 TARGET PEMBANGUNAN 5. Tingkat Pengangguran (%) 5,2 – 5,5

Transcript of Dalam Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2015...laporan tim kunjungan kerja komisi xi dpr ri pada...

  • LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI XI DPR RI

    PADA MASA RESES PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2015 - 2016

    KE PROVINSI JAWA TENGAH

    2 s.d. 6 November 2015

    I. PENDAHULUAN

    Dalam Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2015-2016, Komisi XI DPR RI

    melaksanakan Kunjungan Kerja ke Provinsi Jawa Tengah pada Tanggal 2 sampai dengan 6

    November 2015. Sesuai dengan ruang lingkup tugasnya dibidang keuangan, perencanaan

    pembangunan nasional dan perbankan, Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ini dilaksanakan

    dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan atas pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah serta

    instansi-instansi Pemerintah Pusat dan mitra kerja Komisi XI DPR RI yang ada di daerah.

    Komisi XI DPR RI menyadari bahwa sekarang perekonomian nasional sedang mengalami

    pelambatan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di

    kuartal II 2015 hanya sebesar 4,67 persen atau turun dari realisasi kuartal sebelumnya 4,72

    persen. Hingga semester I, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7 persen, turun dari periode yang

    sama tahun lalu sekitar 5,17 persen. Perlambatan ekonomi Indonesia terkait erat denagan

    lesunya ekonomi global pada satu sisi dan rendahnya harga komoditas andalan Indonesia

    seperti karet, sawit, mineral dan batubara di pasar internasional. Suatu hal yang juga

    berkontribusi signifkan terhadap lesunya perekonomian nasional adalah ketidakpastian kondisi

    pasar keuangan terkait dengan ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate.

    Sebagaimana kita ketahui, beberapa waktu yang lalu Komisi XI DPR RI telah bersepakat

    menetapkan asumsi dasar makro ekonomi dan target pertumbuhan sebagai berikut :

    No. INDIKATOR EKONOMI MAKRO 2016

    1. Pertumbuhan Ekonomi (%, YoY) 5,3

    2. Inflasi (%, YoY) 4,7

    3. Nilai Tukar Rupiah (IDR/USD) 13.900

    4. Suku Bunga SPN 3 Bulan (%, YoY) 5,5

    TARGET PEMBANGUNAN

    5. Tingkat Pengangguran (%) 5,2 – 5,5

  • Guna mendukung target-target pembangunan yang sudah disepakati antara Komisi XI DPR

    RI dengan Pemerintah yang diwakilkan oleh Menteri Keuangan, maka percepatan pembangunan

    di daerah perlu didukung dengan anggaran yang bersumber dari APBN sehingga dapat

    meningkatkan investasi, kesempatan kerja dan usaha, konsumsi dan kesejahteraan masyarakat

    di daerah. Salah satu prasyarat percepatan pembangunan di daerah dalam rangka

    meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat adalah adanya dukungan investasi.

    Peningkatan dukungan investasi ini sangat erat hubungannya dengan kualitas infrastruktur

    daerah, akan tetapi diberbagai daerah masih banyak yang infrastrukturnya dalam kondisi buruk

    dan relatif tertinggal. Untuk itu, diharapkan Pemerintah Daerah dapat mengupayakan perbaikan

    kualitas infrastruktur dan menjadikannya salah satu skala prioritas utama dalam rencana

    pembangunan di daerah. Pemerintah Daerah perlu menyadari bahwa banyak hal yang berkaitan

    dengan pengadaan infrastruktur merupakan tugas dari pemerintah dan bukan tugas pihak

    swasta.

    Dalam kerangka peningkatan kualitas infrastruktur tersebut, hendaknya pihak eksekutif

    dan legislatif daerah perlu memiliki persamaan persepsi tentang pentingnya upaya peningkatan

    belanja modal dalam postur belanja daerah secara terus menerus. Kebijakan belanja daerah yang

    lebih diarahkan kepada peningkatan belanja modal merupakan sebuah langkah tepat dan

    merupakan bagian kegiatan investasi yang amat positif dalam rangka percepatan proses

    pembangunan di daerah.

    Selain dukungan infrastruktur, faktor Kualitas Sumber Daya Manusia juga merupakan

    faktor penting dalam perencanaan dan pelaksanaan manajemen birokrasi daerah. Selain kedua

    hal diatas, dalam rangka mempercepat proses pembangunan didaerah, maka hendaknya setiap

    pemerintah daerah perlu menetapkan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah yang

    bersangkutan. Dengan menetapkan beberapa sektor dan produk unggulan, setiap daerah dapat

    lebih fokus dalam mengembangkan potensi ekonomi daerahnya.

    Dalam kesempatan Kunjungan Kerja Komisi XI pada hari ini, kami dari DPR RI ingin

    mendapatkan data dan informasi terkini guna mengetahui gambaran yang lebih jelas terhadap

    pembangunan dan pengawasan terhadap perekonomian daerah di Provinsi Jawa Tengah. Kami

    6. Tingkat Kemiskinan (%) 9,0 – 10,0

    7. Gini Rasio (indeks) 0,39

    8. IPM (indeks)* 70,10

  • juga ingin mendapatkan informasi dan gambaran terkait pelaksanaan tugas serta permasalahan-

    permasalahan yang dihadapi oleh Pemda Provinsi Jawa Tengah, BPK Provinsi Jawa Tengah, dan

    BPKP Provinsi Jawa Tengah dalam rangka pengawasan terhadap perekonomian daerah di

    Provinsi Jawa Tengah.

    Selain hal-hal yang telah diuraikan diatas, Kami juga ingin mengetahui permasalahan

    terkait Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan Pemerintahan Daerah, hasil pengawasan dan

    temuan yang dilakukan oleh BPKP Provinsi Jawa Tengah.

    Susunan keanggotaan Tim Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah adalah

    sebagai berikut :

    No. No.

    Angg Nama Anggota Fraksi Keterangan

    1. 183 Ir. Muhammad Prakosa F.PDIP

    Ketua Tim

    Wakil Ketua

    Komisi XI

    2. 410 Ir. Marwan Cik Asan, MM F. PD Wakil Ketua

    Komisi XI

    3. 211 I.G.A. Rai Wirajaya, SE., MM F. PDIP Anggota

    4. 185 Prof. Hendrawan Supratikno F. PDIP Anggota

    5. 204 MH. Said Abdullah F. PDIP Anggota

    6. 320 Edison Betaubun, SH., MH F. PG Anggota

    7. 304 Ir. H. Ahmadi Noor Supit F. PG Anggota

    8. 295 H. Andi Achmad Dara, SE F. PG Anggota

    9. 259 Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT, MBA F. PG Anggota

    10. 379 H. Wilgo Zainar F. Gerindra Anggota

    11. 429 Evi Zainal Abidin, B.Comm F. PD Anggota

    12. 401 H. Rudi Hartono Bangun, SE., MAP F. PD Anggota

    13. 471 Ahmad Najib Quadratullah, SE F. PAN Anggota

    14. 458 H. Muslim Ayub, SH., MM F.PAN Anggota

    15. 68 Hadi Zainal Abidin F. PKB Anggota

    16. 100 H. Ecky Awal Mucharam F. PKS Anggota

    17. 540 Hj. Kasriah F.PPP Anggota

    18. 35 Dr. Achmad Hatari, SE., M.Si F. Nasdem Anggota

  • 19. 15 Donny Imam Priambodo, ST., MM F. Nasdem Anggota

    II. INFORMASI DAN TEMUAN

    A. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

    1. Postur APBD Provinsi Jawa Tengah selama 3 (tiga) tahun terakhir :

    URAIAN APBD (SETELAH PERUBAHAN)

    2013 2014 2015

    PENDAPATAN 12,665,103,924,000 14,425,140,107,000 18,222,726,402,000

    BELANJA 13,684,684,479,000 16,038,948,597,000 19,631,559,656,000

    Pembiayaan Netto 1,019,580,555,000 1,613,808,490,000 1,408,833,254,000

    2. Dana Perimbangan (DBH, DAU, DAK) Provinsi Jawa Tengah 3 (tiga) tahun terakhir :

    3. Komponen-komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan perkembangannya selama

    3 (tiga) tahun terakhir. Serta kontribusi PAD dalam APBD Provinsi Jawa Tengah:

    Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil

    Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD yang Sah.

    Kontribusi PAD dalam APBD Provinsi Jawa Tengah dan capaian realisasi selama 3 (tiga)

    tahun terakhir adalah sebagai berikut:

    Sementara itu kontribusi PAD dalam APBD Prov. Jawa Tengah, yaitu Total Realisasi PAD

    dibandingkan dengan Total Realisasi Pendapatan pada Tahun Anggaran berkenaan, adalah

    61,55% pada tahun 2013, 65,42% pada tahun 2014, dan sampai dengan Triwulan III Tahun

    Anggaran 2015 memiliki kontribusi sebesar 63,22%, seperti yang ditunjukkan dalam matrik

    di bawah ini:

    ANGGARAN REALISASI (%) ANGGARAN REALISASI (%) ANGGARAN REALISASI (%)

    Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi

    Hasil Bukan Pajak 723.804.733.000,00 714.432.749.973,00 98,71 734.504.733.000,00 659.530.315.680,00 89,79 832.481.792.000,00 509.372.174.340,00 61,19

    Dana Alokasi Umum 1.670.859.369.000,00 1.670.859.369.000,00 100,00 1.803.931.189.000,00 1.803.931.189.000,00 100,00 1.803.931.189.000,00 1.357.857.680.000,00 75,27

    Dana Alokasi Khusus 82.522.510.000,00 82.522.510.000,00 100,00 79.165.240.000,00 79.165.240.000,00 100,00 57.972.640.000,00 46.378.112.000,00 80,00

    DANA PERIMBANGAN 2.477.186.612.000 2.467.814.628.973 99,62 2.617.601.162.000 2.542.626.744.680 97,14 2.694.385.621.000 1.913.607.966.340 71,02

    URAIAN2013 2014 2015 (SD TW III)

    ANGGARAN REALISASI (%) ANGGARAN REALISASI (%) ANGGARAN REALISASI (%)

    Pajak Daerah 6.018.189.560.000,00 6.716.170.095.198,00 111,60 7.819.097.466.000,00 8.213.117.977.920,00 105,04 10.266.079.853.000,00 6.579.455.959.173,00 64,09

    Retribusi Daerah 74.296.390.000,00 69.970.595.550,00 94,18 78.489.524.000,00 79.475.022.663,00 101,26 84.022.367.000,00 66.438.316.313,00 79,07

    Hasil Pengelolaan

    Kekayaan Daerah Yang

    Dipisahkan 263.267.935.000,00 263.267.978.393,00 100,00 290.527.248.000,00 291.844.276.152,00 100,45 319.188.988.000,00 320.621.927.694,00 100,45

    Lain-lain Pendapatan Asli

    Daerah Yang Sah 1.057.332.796.000,00 1.163.391.971.747,00 110,03 909.362.031.000,00 1.331.920.954.697,00 146,47 1.027.531.035.000,00 1.059.617.092.548,00 103,12

    TOTAL PAD 7.413.086.681.000 8.212.800.640.888 110,79 9.097.476.269.000 9.916.358.231.432 109,00 11.696.822.243.000 8.026.133.295.728 68,62

    2013URAIAN

    2014 2015 (SD TW III)

  • 4. Evaluasi dan usulan perbaikan dana perimbangan dalam rangka penyusunan APBN,

    terutama dengan rencana revisi UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan

    Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah :

    - Point-point Usulan Dalam Pengelolaan Dana Perimbangan :

    a. Pengalokasian Dana perimbangan yang bersifat untuk pembangunan daerah, hendaknya

    sesuai dengan kebutuhan daerah, dalam hal ini pemanfaatanya lebih diserahkan ke

    masing-masing daerah sesuai kebutuhan, jangan terlalu banyak dibatasi peruntukannya.

    b. Pemanfaatan dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau selama ini peruntukannya telah

    diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan, hal ini membuat daerah penerima tidak

    leluasa dalam pemanfaatannya dikarenakan kebutuhan tiap daerah yang berbeda, kami

    harapkan DBHCHT yang peruntukannya bersifat specific grant dapat diubah menjadi block

    grant (diserahkan sesuai kebutuhan daerah) agar dapat lebih bermanfaat dalam

    menunjang pembangunan daerah.

    c. Regulasi kewajiban menyediakan dana pendamping untuk DAK kurang relevan

    dikarenakan masih terbatasnya kemampuan keuangan banyak daerah, sehingga

    kewajiban tersebut akan menambah beban terutama apabila bidang DAK yang

    dialokasikan bukan menjadi bidang prioritas pembangunan pada tahun tersebut sehingga

    anggaran untuk bidang tersebut sangat terbatas.

    d. Berkenaan dengan sisa DAK terutama tahun 2015 sesuai PMK Nomor 241/PMK.07/2014

    tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa,

    yang akan diperhitungkan dengan DAU, hal ini akan menyusahkan daerah karena DAU

    yang telah dialokasikan apabila dipotong akan mengganggu anggaran APBD pada Tahun

    Anggaran DAU tersebut dipotong, kami harap aturan tersebut dihilangkan atau perlakuan

    sisa tersebut jangan dipotong pada DAU, apabila pusat akan membiayai sesuai yang

    direalisasikan saja, lebih baik sisa tersebut ditransfer kembali ke rekening Kas Negara

    pada tahun selanjutnya, hal ini lebih jelas dalam proses pembiayaannya dan

    pengaggarannya.

    e. Perlunya daerah dalam hal ini Tim Anggaran Pemerintah Daerah dilibatkan dalam

    pembahasan usulan dan petunjuk teknis sehingga dalam perencanaan dan implementasi

    2013 2014 2015*

    TOTAL REALISASI PAD 8.212.800.640.888,00 9.916.358.231.432,00 8.026.133.295.728,00

    TOTAL REALISASI PENDAPATAN 13.343.358.327.576,00 15.157.460.004.461,00 12.695.490.342.829,00

    KONTRIBUSI (%) 61,55 65,42 63,22

    * sampai dengan TW III 2015

    URAIANTAHUN

  • terjadi persamaan persepsi dan pemahaman sehingga kegiatan tersebut dapat segera

    dialokasikan dan dilaksanakan.

    f. Perlunya kebijakan dari pemerintah pusat berkenanan mekanisme keseragaman laporan

    yang mengakomodir semua kepentingan Kementerian dan Lembaga.

    5. Hasil Audit BPK- RI terhadap laporan keuangan daerah Provinsi Jawa Tengah dalam 3

    (tiga) tahun terakhir :

    TAHUN OPINI PARAGRAF PENJELASAN

    2012 WTP -

    2013 WTP DPP ASET

    2014 WTP DPP ASET DAN PIUTANG PKB Keterangan:

    WTP : Wajar Tanpa Pengecualian

    WTP DPP : Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan Pemprov Jateng selama tiga

    tahun terakhir (2012-2014) mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) meskipun

    masih ada catatan terkait dengan penilaian aset yang ada di Dinas Bina Marga dan PSDA

    Prov. Jateng

    6. Kondisi PDRB Provinsi Jawa Tengah selama 3 (tiga) tahun terakhir :

    TARGET JAWA TENGAH 2015 – 2016

    INDIKATOR 2015 2016

    PERTUMBUHAN EKONOMI 6,0 – 6,5% 6,1 – 6,6%

    INFLASI 5±1% 4.5±1%

    PENDUDUK MISKIN 9,05 - 8,75% 8,60 - 8,35%

    TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA 4,93 - 4,62 4,66 - 4,43

    IMP 74,68 75,12

    INDEKS GINI 0,347 0,344

    a. Kondisi PDRB Jawa Tengah 3 tahun terakhir ditunjukkan dalam grafik dibawah ini:

    Pada tahun 2013, perekonomian Nasional maupun Jawa Tengah mengalami

    perlambatan. Ekonomi Jawa Tengah tumbuh 5,1% (yoy), dari 5,3% (yoy) pada 2012.

    Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang melambat terutama terlihat pada sektor pertanian,

    sektor konstruksi, dan sektor perdagangan. Namun, pada tahun 2014 perekonomian Jawa

    Tengah mulai menunjukkan perbaikan dan tumbuh diatas pertumbuhan ekonomi Nasional

    05

    10

    2012 2013 2014 Tw I Tw II

    2015

    5,3 5,1 5,4 5,5 4,8 6,0 5,6 5,0 4,7 4,67

    Jateng

    Nasional

    Pertumbuhan Ekonomi

  • ke level 5,4% (yoy), sementara ekonomi nasional masih meneruskan tren perlambatan.

    Membaiknya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah didukung oleh peningkatan kinerja

    industri pengolahan. Sedangkan dari sisi penggunaan, perbaikan ekonomi ditunjang oleh

    masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan berkurangnya impor luar negeri.

    Pada tahun 2015 sampai dengan triwulan II, perekonomian kembali melambat.

    Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada triwulan II 2015 (4,8%, yoy), melambat

    dibandingkan triwulan sebelumnya (5,5% yoy). Perlambatan ini didorong oleh melambatnya

    ekspor dan investasi. Sementara dari sisi sektoral, perlambatan didorong oleh melambatnya

    sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan.

    b. Sektor unggulan di Jawa Tengah yang memberikan kontribusi dominan terhadap

    PDRB pada tahun 2014 yaitu:

    Sektor industri pengolahan (33, 62%), Perdagangan hotel dan restoran (20,88%),

    Pertanian (16,66%).

    c. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan dan pengangguran di

    Provinsi Jawa Tengah:

    Secara konseptual, pertumbuhan ekonomi akan diiringi dengan peningkatan

    penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan yang pada akhirnya juga akan

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari tingkat kemiskinan.

    Periode Pertumbuhan Ekonomi (%)

    Rata-Rata Tingkat Pengangguran

    (%)

    Rata-Rata Tingkat Kemiskinan

    (%)

    2013 5,1 5,76 14,50

    2014

    I 5,7

    5,59 14,02

    II 4,2

    III 5,7

    IV 6,2

    2014 5,4

    2015 I 5,5 5,31

    (Pebruari) 13,58

    (Maret) II 4,8 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

    - Pengaruh pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah terhadap tingkat kemiskinan dan

    pengangguran cukup signifikan dan diharapkan mampu untuk mengurangi kemiskinan

    Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)

    PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

    2012 754.529.436,05 691.343.115,96

    2013 832.953.579,11 726.899.706,38

    2014 925.662.692,21 766.271.771,27

  • dan pengangguran. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih dipengaruhi oleh beberapa

    hal, antara lain yaitu terjadinya krisis ekonomi global, menguatnya nilai mata uang Dollar

    Amerika terhadap mata uang negara lain termasuk Indonesia dan fluktuasi harga minyak

    dunia.

    - Terkait hal tersebut untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan menggerakkan

    perekonomian lokal telah dilakukan berbagai upaya nyata melalui fasilitasi dan

    pengembangan KUMKM, pertanian dan pariwisata. Kegiatan yang dilakukan dengan

    melibatkan seluruh SKPD antara lain pada pengembangan SDM, fasilitasi permodalan dan

    bahan baku produk, pendampingan produksi dan peningkatan kualitas serta

    pengembangan informasi pasar dan jejaring pemasaran.

    d. Langkah-langkah konkrit yang telah dilakukan terkait aspek target pembangunan

    antara lain :

    - Pengembangan pada sektor usaha yang merupakan “sumber pertumbuhan baru”

    - Mendorong industri pengolahan berbasis sumberdaya lokal

    - Meningkatkan produktivitas dan inovasi sektor pertanian dalam arti luas

    - Mendorong pengembangan investasi PMA/PMDN di sektor pangan, kemaritiman, energi,

    manufaktur, infrastruktur dan pariwisata

    - Optimalisasi produktivitas UMKM melalui peningkatan akses permodalan, pemasaran,

    penguasaan teknologi, diversifikasi produk dan standarisasi

    - Peningkatan infrastruktur konektivitas pendukung sektor pangan, industri dan energi

    - Peningkatan kualitas ketenagakerjaan sesuai kebutuhan pasar

    - Peningkatan ekspor non migas melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan

    peluang pasar di negara non tradisional.

    7. a. Perkembangan investasi di Provinsi Jawa Tengah selama 3 (tiga) tahun

    terakhir adalah sebagai berikut :

    Data Perkembangan Realisasi Investasi Jawa Tengah (Rp. Trilyun)

    2012 2013 2014 2015/ SM I

    PMA 3,0 5,8 5,8 6,2

    PMDN 5,8 12,6 13,6 7,2

    TOTAL 8,8 18,4 19,4 13,4

    b. Kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemprov. Jawa Tengah untuk menarik minat

    investasi:

    - Promosi Potensi dan Peluang Investasi

  • - Kemudahan pelayanan perijinan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu di 35 Kab/Kota,

    Provinsi dan Nasional

    - Pembentukan Tim Task Force untuk memfasilitasi permasalahan investasi

    - Mendorong pengembangan infrastruktur penunjang investasi

    c. Kontribusi investasi terhadap pencapaian target pembangunan di Jawa Tengah:

    - Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan produk domestik

    - Mendorong pertumbuhan penyerapan tenaga kerja/ mengurangi pengangguran.

    Pengangguran

    2013 2014 2015

    Pebruari Agustus Pebruari Agustus Pebruari

    5,57 6,01 5,45% 5,68% 5,31%

    - Mengurangi angka kemiskinan

    Kemiskinan

    2013 2014 2015

    Maret September Maret September Maret

    14,56% 14,44% 14,46% 13,58% 13,58%

    - Mendorong peningkatan ekspor

    Ekspor (Juta US$)

    2013 2014 Kumulatif s/d Sept 2015

    5.329,46 5.633,67 4.067,60

    - Meningkatkan Pendapatan Daerah

    - Mendorong peningkatan usaha baru /multiplyer effect

    Pertumbuhan Ekonomi

    2013 2014 2015

    Tw I Tw II

    5,1% 5,4% 5,5% 4,8%

    PAD

    2013 % 2014 % 2015 %

    Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

    7,413,139,181,000 8,212,800,640,888 110,8 9,097,476,269,000 9,916,358,231,432 109,0 11,696,124,243,000 8,025,833,295,728 68,6

    Pertumbuhan ekonomi

    Jateng tumbuh positif namun

    karena terjadinya krisis

    ekonomi global dan

    menguatnya nilai mata uang

    Dollar AS terhadap rupiah

    menyebabkan pertumbuhan

    ekonomi Jawa Tengah

  • d. Sektor-sektor yang menjadi unggulan bagi Provinsi Jawa Tengah dan Infrastruktur

    yang dibutuhkan untuk mendukung percepatan pembangunan di Provinsi Jawa

    Tengah adalah sebagai berikut:

    - Sektor yang menjadi unggulan:

    Sektor industri padat karya (tekstil dan produk tekstil, industri sepatu, makanan

    olahan), Sektor industri kayu/mebel, Kawasan Industri, Sektor Pariwisata

    - Infrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang investasi antara lain:

    Pelabuhan, Bandara, JalanTol, Jalur Kereta Api, Kawasann Industri, Energi listrik

    8. a. Penyerapan Anggaran belanja Provinsi Jawa Tengah, selama kurun waktu 3 (tiga)

    tahun terakhir :

    Penyerapan Anggaran belanja Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 – 2015 yaitu

    sebesar 92, 99%. Pada tahun 2013 sebesar 94, 06% sedangkan pada tahun 2014, telah

    mencapai 63, 75% pada Triwulan III Tahun Anggaran 2015. Pada tahun 2015 Provinsi

    Jawa Tengah tidak mengalami penumpukan/ keterlambatan serapan anggaran, terlihat

    pada serapan anggaran sampai dengan triwulan III telah mencapai 63,75%. Penyerapan

    Anggaran belanja Provinsi Jawa Tengah digambarkan secara ringkas dalam matriks di

    bawah ini:

    Penyerapan anggaran belanja sebagaimana di atas, secara lebih rinci bilamana dievaluasi

    dalam penyerapan per-Triwulan akan diperoleh data sebagai berikut :

    b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyerapan anggaran:

    - Gagal Lelang

    - Putus Kontrak

    - Karena adanya perubahan regulasi / perundang-undangan. Contoh : UU Nomor 23 tahun

    2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang mengatur penerima hibah harus berbadan

    hukum.

    ANGGARAN REALISASI % ANGGARAN REALISASI % ANGGARAN REALISASI %

    BELANJA TIDAK LANGSUNG 9.913.487.359.000,00 9.213.696.622.973,00 92,94 11.478.622.691.000 10.808.021.354.077 94,16 11.665.348.934.000 7.960.653.767.445 68,24

    BELANJA LANGSUNG 3.771.197.120.000,00 3.511.079.685.461,00 93,10 4.560.325.906.000 4.278.043.680.345 93,81 5.672.337.400.000 3.091.478.730.211 54,50

    TOTAL BELANJA 13.684.684.479.000,00 12.724.776.308.434,00 92,99 16.038.948.597.000 15.086.065.034.422 94,06 17.337.686.334.000 11.052.132.497.656 63,75

    * sampai dengan TW III 2015 -

    2015*2013URAIAN

    2014

    2015

    JUMLAH (Rp.) % JUMLAH (Rp.) % JUMLAH (Rp.)

    TW I (Jan - Mar) 1.862.433.616.920,80 12,35 1.907.201.117.447,00 12,64 2.406.827.111.218,00

    TW II (Apl - Jun) 2.637.810.796.934,20 17,49 3.137.255.126.325,00 20,80 4.174.942.712.848,00

    TW III (Jul - Sep) 3.383.252.004.874,00 22,43 3.944.541.261.365,00 26,15 4.470.362.673.590,00

    TW IV (Okt - Des) 4.841.279.889.705,00 32,09 6.097.067.529.285,00 40,42 -

    TOTAL REALISASI BELANJA 12.724.776.308.434,00 100,00 15.086.065.034.422,00 100,00 11.052.132.497.656,00

    2014PENYERAPAN PER-TW

    2013

  • - Pencairan oleh penyedia barang / jasa banyak dilakukan pada akhir tahun setelah

    pekerjaan selesai 100%, yang seharusnya dimintakan pembayaran per-termyn.

    - Tidak siap instrumen pendukung realisasi anggaran, juklak, juknis kelembagaan atau

    personalia.

    - Kekuatiran terseret kasus hukum (korupsi dan gratifikasi).

    B. KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TENGAH

    1. Perkembangan kondisi Makroekonomi, Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

    Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2015 dan prediksi tahun 2016 :

    a. Makro ekonomi

    Perekonomian Jawa Tengah sampai dengan triwulan II 2015 masih mengalami

    pertumbuhan, meskipun dalam tren yang melambat menjadi 4,8% (yoy) dari 5,5% (yoy) di

    triwulan sebelumnya. Angka pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan capaian nasional

    4,7% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan terutama disumbang oleh ekspor dan

    investasi. Sementara dari sisi sektoral perlambatan terutama disumbang oleh sektor industri

    pengolahan dan sektor perdagangan. Sementara itu, sektor pertanian masih mengalami

    perbaikan. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III dan IV 2015 diproyeksikan

    meningkat dibandingkan triwulan II, masing-masing sebesar 5,0% – 5,4% untuk triwulan III

    dan sebesar 5,2% – 5,6% untuk triwulan IV. Dari sisi penggunaan, peningkatan tersebut

    didukung oleh akselerasi belanja pemerintah dan investasi seiring dengan realisasi proyek

    infrastruktur yang semakin meningkat. Sementara itu, konsumsi juga diperkirakan membaik

    sehubungan dengan Hari Lebaran yang jatuh di awal triwulan III. Perayaan Natal & Tahun

    Baru serta penyelenggaraan Pilkada serentak juga diharapkan menjadi penyumbang

    pertumbuhan di triwulan IV 2015.

    Dari sisi sektoral, sektor perdagangan diperkirakan mengalami peningkatan sejalan

    dengan peningkatan konsumsi masyarakat terkait dengan Lebaran yang jatuh di awal

    triwulan III dan perayaan Natal dan tahun baru di akhir triwulan IV. Sektor konstruksi

    diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya realisasi proyek

    infrastruktur pemerintah di triwulan III dan IV. Peningkatan ini juga terlihat dari

    pertumbuhan konsumsi semen yang meningkat di triwulan III menjadi 4,84% (yoy) dari

    2,32% (yoy) di triwulan II. Industri pengolahan, khususnya subsektor industri makanan dan

    minuman juga diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan konsumsi

    masyarakat pada masa perayaan Lebaran, Natal, dan tahun baru.

  • b. Ketenagakerjaan & Kesejahteraan

    Kondisi tenaga kerja di Jawa Tengah tahun 2015 menunjukkan perbaikan meskipun

    kinerja perekonomian belum optimal. Pada Februari 2015 tercatat angkatan kerja Jawa

    Tengah meningkat sebesar 3,21% dibandingkan Februari 2014. Peningkatan ini juga turut

    diikuti dengan tingkat penyerapan tenaga kerja menjadi 72,19%, dari 70,93% pada tahun

    sebelumnya. Sejalan dengan pola historis, sebagian besar penduduk Jawa Tengah bekerja di

    sektor pertanian dengan porsi 31,12%. Berdasarkan statusnya, ketenagakerjaan Jawa

    Tengah masih didominasi oleh buruh/karyawan/pegawai. Sementara berdasarkan latar

    belakang pendidikan, sebagian besar pekerja masih berpendidikan SD ke bawah. Namun

    demikian, terjadi peningkatan kualitas pendidikan orang yang bekerja berpendidikan

    menengah dan tinggi. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada Maret 2015

    relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan posisi September 2015, yaitu sebesar

    13,58%. Sementara itu, tingkat kemiskinan di pedesaan sebesar 15,05%, tercatat masih

    lebih tinggi dibanding perkotaan sebesar 11,85%. Nilai Tukar Petani (NTP) per September

    2015 sebesar 101,50, meningkat dibandingkan Desember 2014 sebesar 100,55. Hal ini

    seiring dengan menurunnya tingkat inflasi sehingga meningkatkan daya beli masyarakat.

    c. Prospek Perekonomian Jawa Tengah Tahun 2016

    Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2016 diperkirakan membaik

    dibandingkan tahun 2015, berada pada kisaran 5,2 – 5,6%. Pertumbuhan tersebut

    diperkirakan terutama akan didorong oleh konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah,

    investasi, dan ekspor. Kenaikan pendapatan yang disertai dengan inflasi terkendali

    diperkirakan akan meningkatkan optimisme dan daya beli masyarakat. Beberapa proyek

    multiyears pemerintah Jawa Tengah juga turut berkontribusi menunjang perbaikan ekonomi

    Jawa Tengah. Sementara itu, perbaikan ekonomi global diperkirakan akan mendorong

    perbaikan di sisi investasi. Ekspor juga diperkirakan meningkat seiring pemulihan ekonomi

    AS sebagai mitra dagang utama Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 25,6% dari total

    ekspor.

    2. Perkembangan inflasi, uang beredar, nilai tukar, dan sistem pembayaran di Provinsi

    Jawa Tengah selama 3 (tiga) tahun terakhir dengan data terbaru:

    a. Perkembangan Inflasi

    Tren inflasi tinggi selama 3 tahun terakhir mengalami perbaikan di tahun 2015. Terlihat

    dari capaian inflasi yang tercatat tinggi pada tahun 2013 dan 2014, yaitu sebesar 7,98%

  • (yoy), dan 8,22% (yoy), menurun tajam di tahun 2015. Penurunan diperkirakan akan terus

    terjadi sampai dengan akhir tahun, sehingga inflasi 2015 diproyeksikan berada dalam target

    yaitu 4%±1%. Sejak awal tahun sampai dengan September 2015, Jawa Tengah mencatatkan

    inflasi sebesar 1,53% (ytd). Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang

    harus diwaspadai agar target tersebut dapat tercapai. Inflasi Jateng hingga saat ini masih

    dipengaruhi oleh komoditas volatile foods (akibat faktor cuaca dan distribusi pasokan) dan

    komoditas administered prices (kebijakan harga yang diatur pemerintah, seperti harga BBM,

    elpiji dan tarif listrik).

    b. Nilai Tukar

    Semenjak awal tahun 2013, tren pergerakan USD/IDR menunjukkan pelemahan seiring

    dengan proses pemulihan ekonomi AS. Namun demikian, hampir seluruh mata uang dunia

    juga mengalami pelemahan. Depresiasi besar-besaran tersebut terjadi sejak Bank Sentral

    Amerika Serikat (AS) atau sering disebut Federal Reserve Bank mengumumkan rencana

    kenaikan suku bunga pada bulan Juni 2013. Di sisi lain, Rupiah masih mengalami penguatan

    terhadap beberapa mata uang negara lainnya, seperti Brasil, Australia, dan Canada .

    Setelah pelemahan tersebut, pada bulan Oktober ini Rupiah mengalami penguatan tajam,

    mencapai 7,45% dari awal bulan. Penguatan tersebut dipengaruhi oleh sentimen positif

    mengenai kemungkinan penundaan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal

    Reserve Bank). Penundaan kenaikan suku bunga tersebut diyakini pasar karena

    perekonomian AS masih lemah sebagaimana tercermin dari data penyerapan tenaga kerja

    AS yang jauh di bawah perkiraan.

    Penguatan rupiah tersebut juga berasal dari dalam negeri. Optimisme terhadap

    membaiknya prospek perekonomian Indonesia berasal dari serangkaian paket kebijakan

    pemerintah dan paket kebijakan stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan oleh Bank

    Indonesia. Kedua faktor tersebut telah mendorong masuknya aliran modal asing ke

    Indonesia dan pada lanjutannya telah menggairahkan transaksi di pasar uang di Indonesia.

    c. Sistem Pembayaran Nontunai

    Perkembangan sistem pembayaran non tunai selama tiga tahun terakhir menunjukkan

    peningkatan dari sisi nominal transaksi, baik untuk transaksi melalui Sistem Kliring

    Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Peningkatan

    penyelesaian transaksi melalui SKNBI dan BI-RTGS sejalan dengan perbaikan perekonomian

    Jawa Tengah pada tahun 2014 dibanding tahun 2013, yang ditunjang oleh kuatnya konsumsi

    rumah tangga. Kemudian pada tahun 2015 sampai dengan triwulan III, nilai transaksi SKNBI

  • dan BI-RTGS masih menunjukkan peningkatan dibanding periode yang sama tahun

    sebelumnya, meskipun pada triwulan II 2015 mencatatkan adanya penurunan pertumbuhan

    tahunan yang sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

    Selama tiga tahun terakhir, transaksi sistem pembayaran nontunai melalui Sistem Kliring

    Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)

    menunjukkan peningkatan dari sisi nominal transaksi pada tahun 2014, yaitu masing-

    masing menjadi sebesar Rp139,38 triliun (4,34%, yoy) dan Rp870,74 triliun (6%, yoy),

    dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan di sisi nominal transaksi masih terjadi pada

    tahun 2015. Sampai dengan posisi triwulan III 2015, nominal transaksi SKNBI dan BI-RTGS

    masing-masing adalah sebesar Rp104,61 triliun dan Rp803,84 triliun, meningkat 2,47%

    (yoy) dan 27,24% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

    Guna meningkatkan penggunaan transaksi nontunai di masyarakat, sejak dicanangkan

    pada Agustus 2014 KPw BI Provinsi Jawa Tengah melakukan perluasan implementasi

    Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), yaitu dengan menjajaki pelaksanaan eletronifikasi

    transaksi pemerintah daerah dengan Pemerintah Kabupaten Kudus. Saat ini KPw BI Provinsi

    Jawa Tengah bersama dengan Pemkab Kudus sedang dalam tahap menyusun business

    model elektronifikasi transaksi pembayaran yang masih dilakukan secara tunai,

    berdasarkan hasil mapping proses transaksi pembayaran di lingkungan Pemerintah

    Kabupaten Kudus.

    Di samping itu, dalam upaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat dalam bidang

    elektronifikasi dan keuangan inklusif, KPw BI Provinsi Jawa Tengah mendorong pelaksanaan

    edukasi terkait pembayaran elektronik dan Layanan Keuangan Digital (LKD) baik kepada

    kalangan pelajar, mahasiswa, tenaga pengajar, wirausaha, maupun masyarakat umum,

    dengan menjalin kerja sama dengan perbankan. Diharapkan melalui perubahan budaya

    metode pembayaran secara tunai menjadi nontunai akan mendorong para pelaku transaksi

    keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif.

    KPw BI Provinsi Jawa Tengah juga senantiasa meningkatkan upaya perlindungan

    konsumen dan penegakan hukum di bidang sistem pembayaran, khususnya dalam

    penyelenggaraan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA). Hal tersebut

    diwujudkan dengan ditandatanganinya kerja sama antara Bank Indonesia dan Kepolisian

    Daerah (Polda) Jawa Tengah pada 31 Agustus 2015. Program kerja sama ini ditujukan untuk

    meningkatkan pengawasan di bidang Sistem Pembayaran dan Kegiatan Usaha Penukaran

    Valuta Asing (KUPVA), dugaan pelanggaran terkait kewajiban penggunaan uang Rupiah di

  • wilayah NKRI sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 7 tahun 2011 tentang

    Mata Uang, serta pengawasan terhadap dugaan tindak pidana terhadap uang Rupiah.

    d. Sistem Pembayaran Tunai (Uang Beredar)

    Kegiatan Sistem Pembayaran Tunai (perkasan) di lingkungan Kantor Perwakilan Bank

    Indonesia di Provinsi Jawa Tengah yang meliputi KPw BI Prov. Jateng (BI Semarang), Solo,

    Purwokerto, dan Tegal dikoordinasikan oleh KPw BI Prov. Jateng (BI Semarang). Selama ini

    koordinasi berjalan dengan baik, khususnya terkait dengan fungsi KPw BI Prov. Jateng

    sebagai Kantor Depot Kas (KDK), antara lain meliputi kegiatan setoran, bayaran maupun

    pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap uang layak edar (ULE).

    Pergerakan kebutuhan uang tunai masyarakat Jawa Tengah yang dilayani oleh KPw BI

    Prov. Jateng, Solo, Purwokerto, dan Tegal sesuai dengan karakteristiknya, yaitu mencatatkan

    net inflow. Pada tahun 2013 net inflow tercatat sebesar Rp20,14 triliun, mengalami

    peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebesar Rp23,21 triliun (15,24%, yoy). Sementara itu

    pada tahun 2015, sampai dengan posisi triwulan III 2015 tercatat net inflow sebesar

    Rp23,48 triliun.

    Kondisi net inflow yang terus dicatatkan di Jawa Tengah tidak terlepas dari karakteristik

    Jawa Tengah sebagai basis produksi dan perdagangan. Dengan karakteristik tersebut, aliran

    uang kartal dari daerah lain masuk ke dalam sistem perbankan di Jawa Tengah, yang

    selanjutnya disetorkan kembali ke kantor-kantor Bank Indonesia di Jawa Tengah sehinga

    mendorong posisi inflow di Jawa Tengah yang relatif tinggi.

    3. Prospek perekonomian Provinsi Jawa Tengah dimasa yang akan datang serta faktor-

    faktor yang dapat mendukung dan menghambat perekonomian:

    Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2016 diperkirakan membaik

    dibandingkan tahun ini, dengan kisaran 5,2 – 5,6%. Sumber utama pertumbuhan ekonomi

    diperkirakan dari konsumsi baik rumah tangga maupun pemerintah serta investasi.

    Kenaikan pendapatan yang disertai dengan inflasi terkendali diperkirakan akan

    meningkatkan optimisme dan daya beli masyarakat. Sementara itu, perbaikan ekonomi

    global diperkirakan akan mendorong perbaikan di sisi investasi. Beberapa proyek multiyears

    pemerintah Jawa Tengah yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah di

    masa mendatang diantaranya Tol Salatiga-Surakarta, Flyover Palur, Tol Bawen-Salatiga,

    Jembatan Kalipalang, Logung Dam-Kudus, dan pembangunan beberapa jalan di kawasan

    Jawa Tengah lainnya. Ekspor juga diperkirakan meningkat seiring pemulihan ekonomi AS

  • sebagai mitra dagang utama Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 25,6% dari total

    ekspor.

    Faktor-faktor yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah di masa

    mendatang diantaranya:

    - Peningkatan investasi yang diarahkan untuk percepatan industrialisasi di Jawa Tengah

    (Pembangunan Jalan Tol Salatiga – Surakarta, Tol Bawen – Salatiga, dan beberapa

    kawasan industri)

    - Pengembangan sektor pariwisata sebagai sumber pertumbuhan ekonomi alternatif,

    sejalan dengan Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah 2013-2018.

    - Berkembangnya kelas menengah yang merupakan pasar yang potensial bagi sektor

    industri Jawa Tengah.

    - Pemulihan ekonomi global, khsususnya negara-negara tujuan ekspor utama Jawa

    Tengah (AS, Eropa, ASEAN, dll).

    - Pembenahan daya saing Jawa Tengah (Pencanangan Tahun Infrastruktur Jawa Tengah

    2014, Rencana Umum Penanaman Modal Jawa Tengah 2012-2025, dll).

    - Perbaikan tingkat pendidikan sumber daya manusia di Jawa Tengah.

    Faktor-faktor risiko yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

    di masa mendatang diantaranya:

    - Kenaikan harga komoditas yang dapat menurunkan daya beli.

    - Kondisi perekonomian global yang tidak menentu/memburuk, contohnya perlambatan

    ekonomi Cina sebagai salah satu mitra dagang utama.

    - Masih terdapat ketentuan yang menghambat akselerasi realisasi belanja Pemerintah.

    - Masih terdapat ketentuan yang menghambat industri, salah satunya ketentuan

    pada industri kayu.

    4. Langkah–langkah yang sudah dilakukan dalam memperkuat peran Kantor

    Perwakilan Bank Indonesia di daerah dalam mendukung perekonomian dan

    mendorong terciptanya stabilitas harga di daerah :

    Dalam rangka meningkatkan peran Bank Indonesia untuk mendukung perekonomian dan

    mendorong terciptanya stabilitas harga di daerah, Bank Indonesia melakukan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    a. Penguatan Struktur Organisasi

    Menambahkan unit untuk mengangani asesmen stabilitas sistem keuangan,

    meningkatkan koordinasi antar wilayah dengan membentuk departemen regional untuk

  • 4 kawasan (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Kawasan Timur Indonesia), membentuk Kantor

    Perwakilan BI di seluruh provinsi di Indonesia.

    b. Peningkatan Kualitas SDM di Kantor Perwakilan

    Menempatkan SDM berkualitas di Kantor Perwakilan, memperbanyak program

    peningkatan kompetensi bagi SDM di Kantor Perwakilan.

    c. Penajaman Fungsi Kantor Perwakilan

    - Mempertajam fungsi Kantor Perwakilan Bank Indonesia di bidang Pengembangan

    ekonomi dan advisor kebijakan pada Gubernur, Pengumpulan data untuk pengambilan

    keputusan di pusat maupun daerah setempat, Pengelolaan uang kartal, Pengawasan

    Sistem Pembayaran, Pelaksanaan Sistem Pembayaran, Pelaksanaan financial inclusion

    dan UMKM, dan komunikasi kebijakan.

    - Sebagai Economic Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah

    secara aktif berupaya menjadi economic advisor bagi pemerintah provinsi. Bank

    Indonesia secara rutin menyampaikan masukan dan rekomendasi bagi perkembangan

    ekonomi daerah. Kami juga mengadakan Forum Ekonomi dan Bisnis yang bertujuan

    untuk menjaring saran dan masukan bagi pengembangan ekonomi daerah. Selain itu,

    Bank Indonesia juga mengumpulkan data dan informasi perekonomian daerah baik

    melalui survei maupun liaison untuk kemudian dapat menjadi informasi bagi

    pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan perekonomian.

    - Pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sesuai dengan Keputusan

    Gubernur Jawa Tengah No. 500/37 tahun 2013 dibentuk Tim Pengendalian Inflasi

    Daerah (TPID) di Provinsi Jawa Tengah. Pembentukan TPID tersebut dalam rangka

    menjaga stabilitas perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, mengatasi permasalahan

    ekonomi sektor riil, serta menjaga stabilitas harga barang dan jasa agar terjangkau oleh

    masyarakat. Dorongan pembentukan TPID di tiap Kabupaten/Kota juga diperkuat

    melalui Instruksi Mendagri (Inmendagri) No. 027/1696/SJ tanggal 2 April 2013. Dalam

    Inmendagri ini, setiap provinsi dan kabupaten/kota diminta untuk segera membentuk

    Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sebagai wadah koordinasi dalam menjaga agar

    tidak terjadi inflasi di daerahnya. Saat ini di Provinsi Jawa Tengah telah terbentuk 36

    TPID dengan pembagian 1 TPID Provinsi Jawa Tengah dan 35 TPID Kabupaten/Kota.

    Berbagai informasi terkait dengan perkembangan harga, produksi dan pasokan

    komoditas setiap bulan telah banyak dibahas oleh TPID dan disampaikan kepada

  • Gubernur Jawa Tengah dan Dewan Gubernur Bank Indonesia sebagai bahan usulan

    rekomendasi kebijakan.

    - Pengembangan UMKM Dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi daerah yang

    stabil dan berkelanjutan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) telah melakukan

    berbagai upaya dari sisi moneter. Hal tersebut juga dibarengi dengan upaya

    pemberdayaan sektor riil, khususnya melalui pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan

    Menengah (UMKM) dengan cara: Pengembangan Klaster, Pemberian Bantuan Teknis,

    Penciptaan dan Pengembangan Wirausaha, Penyediaan data dan informasi profil UMKM,

    Penelitian Komoditas Produk Jenis Usaha unggulan dan lending model. Klaster baru yang

    diinisiasi Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 yaitu Klaster

    Sapi Perah Terintegrasi dengan Pertanian Hortikultura di Kabupaten Magelang, dan

    Klaster Pertanian (Jagung) yang terintegrasi dengan Peternakan di Kabupaten

    Grobogan. Bantuan teknis yang diberikan berupa pelatihan penyusunan laporan

    keuangan UMKM, penyusunan proposal kredit kepada perbankan, perhitungan harga

    pokok penjualan, sosialisasi bentuk-bentuk layanan keuangan perbankan, packaging,

    peluang ekspor, dan lain-lain.

    - Komunikasi Kebijakan

    Melaksanakan forum koordinasi antara Bank Indonesia, kementerian, dan pemerintah

    daerah untuk menyampaikan asesmen ekonomi daerah terkini, serta menyusun usulan

    rekomendasi terkait permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi daerah.

    Di level Provinsi, forum koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah daerah

    dilakukan secara berkala guna menyampaikan rekomendasi kebijakan ekonomi

    terkini.

    5. Langkah-langkah yang dilakukan Kantor Bank Indonesia dan perbankan Provinsi

    Jawa Tengah dalam rangka peningkatan kualitas dan pemenuhan permintaan uang

    rupiah sesuai kebutuhan :

    a. Pemenuhan uang rupiah sesuai kebutuhan

    Pada dasarnya Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah senantiasa memenuhi permintaan

    uang rupiah layak edar sesuai kebutuhan perbankan maupun masyarakat pada umumnya,

    baik jumlah maupun pecahannya. Pemenuhan kebutuhan harian uang kartal perbankan di

    wilayah Jawa Tengah, selain dipenuhi dari mekanisme penarikan uang tunai di Bank

    Indonesia juga dipenuhi melalui mekanisme Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB).

    Melalui mekanisme tersebut, pada prinsipnya seluruh kebutuhan uang kartal perbankan di

  • wilayah Jawa Tengah dapat dipenuhi oleh Bank Indonesia. Langkah-langkah pelaksanaan

    pemenuhan kebutuhan uang kartal diantaranya sebagai berikut:

    - Memenuhi permintaan penarikan uang Perbankan di loket Kantor Bank

    - Indonesia, baik dalam jumlah maupun komposisi pecahan.

    - Memonitor posisi cash flow pada Perbankan melalui aplikasi Bank

    - Indonesia Sistem Layanan Kas (BISILK).

    - Meningkatkan peran serta Perbankan dalam mengoptimalkan kegiatan Transaksi Uang

    Kartal Antar Bank (TUKAB) untuk pemenuhan cash flow di masing-masing kantor bank.

    b. Peningkatan kualitas uang layak edar

    Upaya-upaya yang ditempuh dalam rangka meningkatkan kualitas uang beredar di

    masyarakat, antara lain:

    - Peningkatan standar kelayakan uang beredar secara bertahap, yang secara teknis

    dilakukan melalui penyesuaian tingkat soil level sortasi uang, dengan mengacu ketentuan

    yang ditetapkan kantor pusat Bank Indonesia.

    - Peningkatan frekuensi kegiatan penarikan uang lusuh atau Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

    kepada masyarakat melalui:

    Peningkatan frekuensi kas keliling dalam kota, baik ke pasar-pasar tradisional maupun

    ke beberapa instansi pemerintah.

    Peningkatan frekuensi kas keliling luar kota, yang dilakukan dengan cara menerjunkan

    tim ke pasar-pasar tradisional di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah maupun

    dengan cara wholesale, yaitu melakukan penukaran uang dengan jumlah relatif cukup

    besar kepada perbankan di daerah-daerah.

    Peningkatan frekuensi kas keliling ke daerah-daerah pelosok/terpencil di beberapa

    kabupaten/kota di Jawa Tengah.

    - Peningkatan kegiatan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) dan sosialisasi

    tentang tata cara memperlakukan uang dengan baik secara langsung kepada masyarakat di

    berbagai daerah, sehingga kualitas uang dapat terjaga. Kegiatan ini dilakukan baik atas

    inisiatif Bank Indonesia maupun atas dasar permintaan dari berbagai kabupaten/kota

    terutama pada event-event tertentu, misalnya pada saat berlangsungnya acara pameran

    berkaitan dengan HUT Kabupaten/Kota.

    - Peningkatan kerja sama dengan perbankan untuk melakukan layanan pemenuhan Uang

    Pecahan Kecil (UPK) oleh Bank kepada masyarakat melalui mekanisme

    penukaran/penarikan uang oleh masyarakat di Bank Umum.

  • - Secara rutin melakukan pemenuhan kebutuhan uang kartal, baik uang hasil cetak baru

    maupun Uang Layak Edar (ULE) ke beberapa kantor perwakilan BI yang ada di wilayah

    Jawa Tengah dan DIY mengingat peran KPw BI Prov. Jateng sebagai Kantor Depot Kas

    (KDK).

    - Membuka loket penukaran uang rusak dan uang yang sudah dicabut dari peredaran kepada

    masyarakat.

    6. Langkah-langkah strategis yang sudah dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Jawa

    Tengah dalam rangka melakukan pengendalian inflasi di Provinsi Jawa Tengah dan

    kendala yang dihadapi :

    Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, Bank Indonesia melakukan berbagai

    langkah strategis sebagai berikut:

    - Menyusun roadmap pengendalian inflasi untuk menyamakan persepsi dan langkah

    pengendalian inflasi bagi TPID agar fokus dan terarah dalam jangka panjang dan

    berkesinambungan,

    - Dalam rangka mendukung pemenuhan pasokan, Bank Indonesia melakukan pembinaan

    klaster ketahanan pangan, seperti klaster padi organik, cabai, bawang merah dan daging

    sapi.

    - Menyusun riset Perdagangan Antar Wilayah yang bertujuan memetakan ketersediaan

    pasokan dan mekanisme kerjasama antardaerah untuk memenuhi kebutuhan komoditas

    pangan strategis.

    - Secara rutin melakukan pemantauan harga dan turut melakukan tinjauan langsung ke

    lapangan untuk memantau ketersediaan pasokan, terutama menjelang Lebaran,

    diantaranya dengan melakukan inspeksi mendadak ke pasar, gudang distributor.

    - Dalam rangka menjaga stabilitas harga, Bank Indonesia turut menyelenggarakan

    kegiatan pasar murah menjelang Lebaran dimana rawan terjadi lonjakan harga.

    - Meningkatkan komunikasi dalam rangka mengelola ekspektasi masyarakat melalui

    penyampaian siaran pers, penulisan artikel di media massa, edukasi dan sosialisasi,

    talkshow, dan sebagainya.

    - Selain itu, pengelolaan ekspektasi juga dilakukan melalui FGD dengan pelaku pasar,

    asosiasi produsen, dll.

    - Mengembangkan sistem informasi harga dan pasokan yang dinamakan Sistem Informasi

    Harga dan Produksi Komoditi (SiHaTi) sebagai salah satu sarana untuk memperluas

  • informasi harga dan pasokan yang pada ujungnya diharapkan dapat meminimalisasi

    disparitas harga.

    - Menyusun Protokol Manajemen Lonjakan Harga (PMLH) sebagai standar prosedur

    dalam melaksanakan langkah-langkah pencegahan dan/atau penanganan Lonjakan

    Harga sesuai dengan tugas dan kewenangan TPID dalam rangka memelihara kestabilan

    harga komoditas.

    - Mendorong dan memfasilitasi berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan kapasitas

    anggota TPID baik di tingkat Provinsi maupun di kabupaten/kota dan menyamakan

    persepsi dan pemahaman dalam pengendalian inflasi, dalam bentuk capacity building.

    Beberapa tema yang diangkat dalam capacity building adalah inflasi, perhitungan dan

    cara pengendaliannya serta success story pengendalian inflasi di wilayah lain. Selama

    tahun 2015 telah dilaksanakan 8x capacity building.

    - Memfasilitasi penyelenggaraan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) di 6 (enam) eks.

    Karesidenan selama periode bulan Agustus-Oktober 2015 dalam rangka menjaring

    informasi dan permasalahan harga di setiap kabupaten/kota untuk kemudian sebagai

    dasar perumusan rekomendasi bagi pemerintah daerah. Enam eks-karesidenan tersebut

    adalah eks-karesidenan Semarang, Pati, Kedu, Surakarta, Pekalongan, Banyumas.

    - Berkoordinasi dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia se-Jawa Tengah untuk turut

    serta dalam program pengendalian harga di wilayah kerjanya masing-masing.

    Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengendalian inflasi daerah :

    - Adanya perdagangan bebas antar wilayah sehingga dapat menghambat pemenuhan

    kebutuhan pangan di daerah produsen. Contoh: pasokan bawang merah ke tegal

    diperoleh dari Pasar Kramat Jati, bukan dari Brebes sebagai produsen.

    - Adanya kebijakan-kebijakan terkait pengendalian inflasi yang menjadi wewenang

    pemerintah pusat antara lain kebijakan BBM, pengembangan jalur distribusi barang.

    - Belum tersedianya pemetaan yang akurat terkait produksi, distribusi, dan kebutuhan

    bahan pangan di setiap daerah.

    - Terbatasnya pemanfaatan teknologi pertanian dan sistem logistik yang dapat

    mendukung ketersediaan pasokan.

    - Tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri atau perumahan sehingga

    areal tanam menjadi berkurang.

    - Belum adanya pengaturan mengenai pola tanam dan jenis tanaman yang berakibat pada

    ketidakpastian pasokan serta meningkatkan risiko serangan hama dan gagal panen.

  • Stabilitas Sistem Keuangan Jawa Tengah

    Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah dan Beberapa Indikator

    Perbankan

    Peningkatan NPL di Jawa Tengah terjadi sejalan dengan tren perlambatan pertumbuhan

    ekonomi Jawa Tengah dalam beberapa triwulan terakhir. Peningkatan NPL tersebut

    terutama didorong oleh peningkatan NPL industri pengolahan JawaTengah.

    Tren perlambatan pertumbuhan ekonomi cenderung diikuti oleh perlambatan pertumbuhan

    DPK dan Kredit. Di sisi lain, NPL cenderung mengalami peningkatan.

    NPL Perbankan Jawa Tengah

    - Tren peningkatan NPL Jawa Tengah terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi utama

    Jawa Tengah.

    - Tingkat NPL Jawa Tengah pada triwulan II mencapai 3,04%, sementara untuk posisi per

    September juga tetap 3,04%.

    - Peningkatan NPL tertinggi terjadi pada Industri pengolahan yang merupakan salah satu

    pemegang pangsa kredit terbesar Jawa Tengah.

    C. OTORITAS JASA KEUANGAN KANTOR PERWAKILAN JAWA TENGAH

    1. Perkembangan kinerja dan permasalahan usaha perbankan (Bank Umum dan BPR)

    di Jawa Tengah :

    Perkembangan Kinerja Perbankan di Jawa Tengah

    Dalam milyar

    Secara umum, kondisi perbankan Jawa Tengah menunjukkan tren positif. Secara Nasional, data

    baru sampai dengan Agustus 2015 sedangkan di Jateng sudah posisi September 2015.

  • a. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

    Secara keseluruhan, DPK Bank Umum maupun BPR menunjukkan tren positif. Suku bunga

    yang dijamin LPS untuk Bank Umum IDR 7,5% Valas 1,25% dan untuk BPR IDR 10 %. Suku

    bunga Bank Umum di Jawa Tengah untuk Giro 2,58%, Tabungan 1,70% dan Deposito 7,31%.

    Tabungan masih mendominasi DPK Bank umum walaupun pertumbuhannya melambat.

    Deposito mendominasi DPK BPR dengan 58,55%.

    Pertumbuhan deposito meningkat signifikan secara yoy >20%.

    Dalam milyar

    b. Kredit Per Jenis Penggunaan

    Pertumbuhan kredit menunjukkan peningkatan walau pertumbuhannya melambat. Pada

    Bank Umum maupun BPR, kredit Modal Kerja masih mendominasi dengan share 53,50%

    dan 55,71%. Sedangkan pada Kredit Investasi tumbuh lebih baik walaupun dominasinya

    kecil.

    Kelesuan perekonomian menyebabkan melambatnya kredit dan meningkatnya NPL, sehingga

    Bank Umum fokus memperbaiki kualitas kredit dengan restrukturisasi kredit.

  • Dalam milyar

    c. Kredit Per Sektor

    Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mendominasi dengan 35,21% dan tumbuh sebesar

    10,85% secara yoy.

    d. Kredit UMKM

    *Posisi Agustus 2015 Dalam milyar

    Secara keseluruhan, secara yoy Kredit UMKM meningkat 11,74% dan lebih baik dari

    pertumbuhan kredit UMKM nasional yang sebesar 9,47%. Kredit UMKM memberikan

    kontribusi 33,83% terhadap total kredit Jawa Tengah. Ditinjau dari komposisi, Sektor

    Perdagangan, Hotel dan Restoran mendominasi dengan 65,48% dan tumbuh sebesar

    10,44% secara yoy.

    e. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

    Kredit Usaha Rakyat mengalami tren yang menurun, hal ini karena belum ada pedoman

    KUR. Kebijakan KUR baru terbit pada saat Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I. Pada triwulan III,

  • KUR menurun sebesar 57,47% secara yoy, NPL nya pun meningkat dari 2,27% pda tahun

    lalu menjadi 4,45%.

    2. Kondisi sektor jasa keuangan di Provinsi Jawa Tengah yang diatur dan diawasi OJK:

    a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal

    Hingga triwulan III-2015, jumlah investor di Jawa Tengah terus meningkat mencapai

    SRE aktif 33.260 atau tumbuh signifikan 63,89% secara yoy. Peningkatan signifikan

    dibulan Agustus 2015 disebabkan oleh pemecahan rekor MURI PT. Sritex Tbk dalam

    penciptaan rekor investor saham terbanyak dalam satu perusahaan sebanyak 10.000

    investor. Sampai Agustus 2015, jumlah transaksi dari 7 perusahaan efek yang melapor

    sebesar 207,08 milyar. Total Perusahaan Efek yang berada di Jawa Tengah sebanyak 34

    Perusahaan Efek.

    b. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

    Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya :

    - Jaringan Kantor IKNB

    Keterangan : AS : Asuransi DP : Dana Pensiun PP : Perusahaan Pembiayaan PPI : Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur MV : Modal Ventura Prsh.Penj : Perusahaan Penjaminan LPEI : Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia PSP : Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan

    - Dana Pensiun

    Dari 265 perusahaan dana pensiun di Indonesia, Dana Pensiun di Jawa Tengah dan Daerah

    Istimewa Yogyakarta (DIY) ada 17 perusahaan, dengan rincian 11 perusahaan di Jawa

    Tengah dan 6 perusahaan di DIY yang terdiri dari 16 perusahaan berjenis Dana Pensiun

  • Pemberi Kerja (DPPK) dan 1 perusahaan berjenis Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

    Secara yoy, Aset Dana Pensiun di Jawa Tengah dan DIY tumbuh signifikan sebesar 38,90%.

    - Perusahaan Pembiayaan

    Perusahaan pembiayaan di Jawa Tengah dan DIY sebanyak 449 kantor cabang dengan

    rincian sebanyak 382 kantor cabang berada di Jawa Tengah dan 67 kantor cabang berada di

    DIY. Secara yoy, total piutang Perusahaan Pembiayaan menurun 2,17% yang didominasi oleh

    jenis pembiayaan sewa guna usaha 54%, diikuti dengan pembiayaan konsumen sebesar

    45,9%.

    - Lembaga Keuangan Mikro

    LKM di Jawa Tengah yang berpotensi untuk dikukuhkan sebanyak 35 LKM termasuk di

    dalamnya 3 (tiga) LKM Syariah. Pada 25 September 2015, dari sebanyak 35 LKM yang

    berpotensi, OJK mengukuhkan izin operasional 8 (delapan) Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

    yaitu: Koperasi LKM Bulu Makmur (Wonogiri), Koperasi LKM Sido Mulyo (Wonogiri),

    Koperasi LKM Pondok Subur (Wonogiri), Koperasi LKM NgudiLestari (Wonogiri), Koperasi

    LKM Agribisnis Ngudi Luhur (Magelang), Koperasi LKM Agribisnis Tani Makmur (Magelang),

    Koperasi LKM Agribisnis Randu Makmur (Magelang), Koperasi LKM Gapoktan Ragil Jaya

    (Pemalang).

    - Recycle Program OJK

    Pungutan yang diwajibkan kepada industri jasa keuangan dapat dirasakan kembali

    (recycling) dengan berbagai program kerja OJK yang bernilai tambah yang di arahkan untuk

    meningkatkan pemahaman dan kepercayaan konsumen terhadap sektor jasa keuangan

    sehingga mampu membangun pertumbuhan industri jasa keuangan yang berkelanjutan.

    Kegiatan recycle program antara lain: Pelatihan SPI bagi BPR, Sosialisasi Ketentuan KPMM

  • dan GCG bagi BPR, Sosialisasi Ketentuan tentang BPR, Pelatihan Pelayanan Prima Layanan

    Pengaduan Nasabah Bagi Bank, Sosialisasi tentang Pengikatan Agunan

    - Perbankan Syariah

    Share perbankan syariah di Jawa tengah sebesar 5, 46%, pertumbuhannya meningkat

    17,19% secara YoY. Untuk meningkatkan peran industri keuangan syariah, program yang

    dilakukan antara lain: Aku Cinta Keuangan Syariah (ACKS), IB Vaganza, dan Sosialisasi

    mengenai perbankan syariah.

    3. Bentuk sosialisasi yang sudah dilakukan terkait keberadaan serta fungsi, tugas, dan

    wewenang Otoritas Jasa Keuangan di Provinsi Jawa Tengah :

    - Sosialisasi Mengenai OJK dan Produk Jasa Keuangan kepada Dinas Pendidikan, Guru SMP –

    SMA, PKK dan masyarakat umum.

    - Sosialisasi dengan 60 Guru SMA dan SMK di Salatiga, dengan mengusung tema Sosialisasi

    Perbankan Syariah “Kenali Perbankan Syariah Lebih Baik bersama OJK”

    - Sosialisasi mengenai Lembaga Keuangan Mikro (LKM) kepada Jajaran Pemda.

    - Sosialisasi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Kantor Pemkot Magelang kepada Satuan

    Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

    - OJK Mlebu Ndeso merupakan salah satu kegiatan sosialisasi OJK KR4 bekerjasama dengan

    mahasiswa Undip melalui kegiatan KKN Tematik.

    - Sosialisasi terkait peraturan POJK tentang KPMM dan GCG kepada BPR

    - Sosialisasi OJK di desa Sembungan, desa tertinggi di Pulau Jawa. Sosialisasi diberikan

    kepada muda-mudi Karang Taruna, Perangkat Desa maupun ibu-ibu rumah tangga.

    - KR 4 melakukan kegiatan OJK Mendengar bersama Perbankan di Kota Semarang dan

    Media. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjadi sarana komunikasi timbal balik mengenai

    kendala-kendala di lapangan dan harapan dari Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

  • 4. Bentuk perlindungan konsumen dan masyarakat yang sudah dilakukan oleh OJK di Provinsi Jawa Tengah, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya perlindungan konsumen : Fungsi Edukasi dan Perlindungan Konsumen :

    Jumlah Pengaduan Konsumen

    Jumlah pengaduan konsumen di Jawa Tengah dan DIY sampai bulan Agustus 2015

    mencapai 353 pengaduan. Didominasi oleh sektor perbankan sebesar 79,32%. Pengaduan

    yang paling banyak dilaporkan selama triwulan I 2015 adalah mengenai Kredit

    bermasalah, dimana sebagian besar mengajukan permohonan restrukturisasi kredit.

    Kendala Dalam Upaya Perlindungan Konsumen

    - Untuk masalah masalah terkait IKNB dan Lembaga Jasa Keuangan yang tidak berkantor

    pusat di Jawa Tengah, harus melakukan koordinasi dengan Kantor Pusat OJK sehingga

    prosesnya membutuhkan waktu.

    - Banyak konsumen belum paham mengenai produk dan jasa keuangan yang digunakan

    sehingga konsumen tidak mengetahui hak dan kewajibannya.

    5. Mekanisme kerja yang sudah dibangun oleh OJK agar komunikasi antar lembaga dapat

    terbangun dan berjalan dengan baik dalam upaya pencegahan dan penanganan krisis

    di Provinsi Jawa Tengah :

    Dalam rangka melakukan koordinasi dengan lembaga lain, OJK KR 4 telah menjalin kerjasama

    dengan beberapa instansi, antara lain:

    - Dalam rangka Edukasi, OJK Kantor Regional 4 melakukan Kerjasama dengan Perguruan

    Tinggi (Undip, Unwahas, UNIKA, UNNES, dan USM ) dan Yayasan (Yayasan Purba

    Dhanarta, dan PKK).

  • - Dalam rangka meminta masukan maupun informasi kendala di lapangan, OJK Kantor

    Regional 4 melakukan Forum Group Discussion (FGD) dengan industri keuangan,

    meliputi Perbarindo, Perbanas, Asbisindo, Bank Umum, dll.

    - Dalam rangka melakukan kajian mengenai kondisi industri keuangan Jawa Tengah dan

    DIY, bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Undip.

    - Dalam Rangka Budaya Kerja, membentuk Forum Budaya Kerja Lembaga Jasa Keuangan

    untuk sharing informasi mengenai budaya kerja masing masing LJK.

    D. BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH

    1. Perkembangan tingkat kemiskinan (miskin dan hampir miskin) di Provinsi Jawa

    Tengah selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

    - Penggunaan konsep “miskin” dan “hampir miskin” digunakan untuk mengelaborasi

    kelompok kemiskinan (makro dan mikro) secara lebih rinci.

    - Penduduk “miskin” merupakan kelompok penduduk yang berada di bawah

    garis kemiskinan (GK); sedangkan penduduk “hampir miskin” merupakan

    penduduk tidak miskin yang berada di bawah 1,2 GK.

    - Perkembangan tingkat kemiskinan di Jawa Tengah selama tiga tahun terakhir cenderung

    menurun. Kondisi terakhir di bulan Maret 2015 tingkat kemiskinan Jawa Tengah tercatat

    sebesar 13,58 persen. Tahun 2013, persentasenya masih tercatat sebesar 14,56 persen

    (Maret) dan 14,44 persen pada bulan September.

    - Berdasarkan data yang dihasilkan dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2008

    dan 2011, persentase penduduk miskin dan hamper miskin pada periode 2008-2011

    menunjukkan terjadinya penurunan.

    MISKIN & HAMPIR MISKIN JAWA TENGAH BERDASARKAN PPLS2008 & PPLS2011

    2. Data terkait perkembangan pembangunan di daerah yang diantaranya memuat angka

    kemiskinan, tingkat pengangguran, ketimpangan pendapatan dan Indeks

    Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut :

    - Berikut ditampilkan beberapa gambaran ringkas Jawa Tengah terkait data kemiskinan,

    pengangguran, ketimpangan pendapatan, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

  • PERKEMBANGAN ANGKA KEMISKINAN JAWA TENGAH, TAHUN 2010-2015

    TPAK dan TPT JAWA TENGAH, 2014-2015

    PERKEMBANGAN GINI RATIO 2012 - 2013

    IPM JAWA TENGAH 2010 - 2014

  • - Data-data terkait kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pendapatan, dan Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM) dimuat dalam publikasi “Indikator Utama Sosial, Politik, dan

    Keamanan” yang diterbitkan oleh BPS Provinsi Jawa Tengah setiap tahun.

    - Sebagai catatan, pendapatan dalam mengukur ketimpangan pendapatan didekati dengan

    data pengeluaran.

    3. Data mengenai tingkat inflasi di Provinsi Jawa Tengah 3 (tiga) tahun terakhir serta karakteristik komoditas pendorong inflasi dan faktor penyebabnya di setiap

    Kabupaten :

    - Tingkat inflasi (year-on-year) di Provinsi Jawa Tengah 3 tahun terakhir (2013-

    2014, dan 2015) relatif moderat. Nilainya selalu berada di bawah angka inflasi nasional.

    - Tahun 2013, inflasi year-on-year Jawa Tengah tercatat sebesar 7,99 persen

    (Nasional = 8,38 persen); tahun 2014 sebesar 8,22 persen (Nasional = 8,36 persen); dan

    tahun 2015 (kondisi sampai September 2015) sebesar 5,78 persen (Nasional = 6,83

    persen).

    INFLASI YEAR ON YEAR JAWA TENGAH 2013 – 2015

    - Komoditas yang menjadi penyebab utama terjadinya inflasi di Jawa Tengah umumnya

    dipengaruhi oleh komoditas yang termasuk volatile good seperti beras, daging ayam ras,

    bumbu-bumbuan (cabe merah, bawang merah), serta administered goods terutama bahan

    bakar minyak yang berdampak langsung terhadap tarif angkutan.

    KOMODITAS PENYUMBANG UTAMA INFLASI TAHUN 2015 (s/d September)

  • - Komoditas penyebab inflasi antar kabupaten saat ini baru bisa didekati melalui gambaran

    inflasi pada 6 kota inflasi (Cilacap, Purwokerto, Kudus, Surakarta, Semarang, Tegal). Setiap

    kota inflasi dianggap dapat menggambarkan kondisi pada kabupaten/kota di sekitarnya.

    4. Evaluasi tentang pemutakhiran dan sinkronisasi data antara data pusat dan data

    Provinsi/Kabupaten/Kota serta langkah-langkah yang sudah dilakukan dalam upaya

    melakukan pemutakhiran dan sinkronisasi data :

    - Pemutakhiran dan sinkronisasi data antara data pusat dan Provinsi/Kabupaten/ Kota tetap

    dilakukan, khususnya terhadap data-data strategis dan data-data yang terkait dengan

    target pembangunan.

    - Pemutakhiran yang baru selesai dilakukan BPS adalah Pemutakhiran Basis

    Data Terpadu (PBDT) 2015, dimana data dari hasil Pendataan Program Perlindungan

    Sosial (PPLS) 2011 sebagai database yang digunakan oleh pemerintah dalam penetapan

    rumah tangga sasaran dinilai sudah banyak mengalami perubahan.

    - Sinkronisasi data yang dihasilkan BPS pada umumnya berlangsung sebelum data dirilis.

    Sinkronisasi difokuskan pada upaya peningkatan kualitas data dalam hal kewajaran dan

    konsistensinya. BPS Jawa Tengah ikut berkontribusi dalam Forum Data yang

    diselenggarakan oleh pihak Pemda dalam rangka sinkronisasi data.

    5. Peran BPS Provinsi Jawa Tengah dalam pengendalian inflasi di daerah yang dilakukan

    oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) :

    - Sesuai kesepakatan bersama mitra kerja dan menimbang bahwa posisi BPS tidak dalam

    tataran kebijakan pengendalian inflasi, maka peran BPS Provinsi Jawa Tengah dalam rapat-

    rapat Tim TPID di daerah adalah hanya sebatas memberikan kontribusi data terkait

    tentang perkembangan harga-harga dan angka inflasi; selain sebagai nara sumber untuk

    menjelaskan konsep, penghitungan, dan analisis data inflasi kepada mitra kerja di tingkat

    provinsi maupun kabupaten/kota.

  • E. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI

    JAWA TENGAH

    1. Hasil temuan dari BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah terhadap pemeriksaan

    pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara dan Keuangan Daerah di Provinsi

    Jawa Tengah dan tindak lanjut hasil temuan tersebut selama 3 (tiga) tahun terakhir :

    BPK melakukan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan yang

    dimuat dalam LHP. Pembahasan tindak lanjut dilaksanakan bersama entitas yang diperiksa

    setiap semester 1 Tahun 2015 pada Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota adalah

    sebagai berikut :

    No. Uraian Jumlah Nilai (Rp) %

    1. Temuan 8.546 5.116.926.462.780

    2. Rekomendasi 17.696 1.222.758.952.429

    3. Status Pemantauan Tindak Lanjut

    a. Sesuai dengan rekomendasi 14.311 569.985.960.642 80,87%

    b. Belum sesuai dengan rekomendasi

    2.990 645.967.935.723 16,90%

    c. c. Belum Ditindaklanjuti 384 4.637.556.846 2,17%

    d. Tidak Dapat ditindaklanjuti dengan alasan yang sah

    11 2.030.702.458 0,08%

    4. Nilai Penyerahan Aset 488.695.243.675

    Sampai dengan Semester I tahun 2015, dari 17.696 rekomendasi, 80,87%, 16,9% sudah

    ditindaklanjuti tapi belum sesuai dengan rekomendasi, dan sebesar 2,17% belum

    ditindaklanjuti. Dari hasil keseluruhan tindak lanjut tersebut, telah masuk ke kas daerah

    sebesar Rp488.695.243.675.

    2. Hasil audit/pemeriksaan yang dilakukan BPK terhadap pembangunan di daerah dan

    pengawasan yang dilakukan terhadap pegawai BPK yang melakukan

    audit/pemeriksaan tersebut :

    Sesuai amanat Undang-undang BPK melaksanakan 3 jenis pemeriksaan , yaitu pemeriksaan

    keuangan, kinerja, dan dengan tujuan tertentu.

    - Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.

    - Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri

    atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek aktivitas.

    - Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk

  • dalam pemeriksaan keuangan dan kinerja. Topik-topik pemeriksaan kinerja dan

    pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang dilakukan BPK sangat dekat kaitannya dengan

    keberlangsungan pembangunan di daerah, misalnya :

    Pemeriksaan kinerja pemerintah daerah dalam penyediaan akses air minum berbasis

    masyarakat yang layak dan berkelanjutan (dilaksanakan di Kabupaten Kendal dan

    Kabupaten Wonogiri pada 21 September – 20 Oktober 2015)

    Pemeriksaan atas operasional RSUD (RSUD Kabupaten Blora dan Sragen pada

    September – Oktober 2015). Penentuan topik pemeriksaan kinerja BPK mengacu pada

    program-program pemerintah yang menjadi prioritas nasional dari Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah. Topik-topik

    pemeriksaan kinerja yang dipilih dituangkan dalam Rencana Strategik (Renstra) BPK.

    Peran Tim Sesuai PMP

    Pengawasan terhadap pemeriksa dilakukan dengan supervisi lapangan yang diatur

    dalam Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP) BPK (Keputusan BPK nomor 1 /K / I-

    XVII.2 /2 / 2008 tentang PMP). Supervisi dilakukan secara berjenjang mulai dari Ketua

    Tim, Pengendali Teknis, sampai dengan Penanggung Jawab pemeriksaan, mulai dari tahap

    perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan hasil pemeriksaan.

    Selain itu, BPK juga melakukan evaluasi pemeriksaan untuk menilai apakah

    pemeriksaan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Evaluasi

    pemeriksaan dimulai setelah penyampaian LHP. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses

    evaluasi pemeriksaan meliputi Ditama Revbang untuk evaluasi laporan hasil pemeriksaan

    (LHP) dalam proses penyusunan IHPS, Itama untuk evaluasi atau review sistem

    pengendalian mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan AKN untuk evaluasi hasil pemeriksaan

    internal AKN sebagai penyempurnaan LHP, kertas kerja pemeriksaan (KKP) dan penilaian

    kinerja pemeriksa.

    Adapun dalam melaksanakan pemeriksaan, pemeriksa BPK berpegang pada Standar

    Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), dan berpegang pada Kode Etik untuk menjamin

    independensi, integritas, dan profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

    Dibentuk suatu Majelis Kehormatan yang bertugas menegakkan Kode Etik.

  • 3. Langkah-langkah dan berbagai pembinaan yang sudah dilakukan oleh BPK Perwakilan

    Jawa Tengah dalam rangka memperbaiki kinerja laporan keuangan di daerah baik

    pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota :

    Unsur pembinaan BPK untuk langkah perbaikan kinerja laporan keuangan di daerah

    dituangkan dalam bentuk rekomendasi, simpulan, atau pembahasan rencana aksi atas

    hasil-hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah.

    Undang-undang memberikan kepada BPK kewenangan untuk memberikan pendapat

    kepada pemerintah pusat/daerah, serta memberikan pertimbangan atas rancangan sistem

    pengendalian internal pemerintah pusat/daerah sebelum ditetapkan.

    4. Upaya dan usaha yang dilakukan oleh BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah dalam

    melakukan empowering terhadap pegawai Pemerintah Provinsi Jawa Tengah agar

    penyajian laporan keuangan daerah menjadi lebih baik, yakni :

    BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah menjalin koordinasi yang baik

    dengan Inspektorat di wilayah provinsi Jawa Tengah.

    BPK juga berperan aktif dalam mengawal implementasi Standar Akuntansi Pemerintah

    (SAP) Berbasis Akrual dengan melakukan pemeriksaan kinerja atas efektivitas upaya

    pemerintah daerah dalam implementasi SAP berbasis akrual.

    Entitas yang diperiksa terkait implementasi SAP berbasis akrual adalah:

    - Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang (Jateng I)

    - Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali (Jateng II)

    - Kabupaten Purworejo dan Kota Magelang (Jateng III)

    - Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan (Jateng IV)

    Pelaksanaan pemeriksaan serentak dilakukan pada 17 September sampai dengan 1

    Oktober 11 Oktober 2015.

    5. Saran-saran dan pandangan yang ingin disampaikan Kantor Perwakilan BPK Provinsi

    Jawa Tengah kepada Komisi XI DPR RI sebagai masukan perbaikan kinerja dan

    pengawasan mendatang, sebagai berikut :

    BPK dapat melakukan tusi pemeriksaan secara optimal jika didukung dengan jumlah

    auditor yang memadai melalui penambahan auditor dan / atau penggunaan KAP.

    Permintaan APH untuk penghitungan kerugian negara dan pemberian keterangan ahli

    dapat dipenuhi melalui unit khusus dan spesialisasi pemeriksaan investigative.

    Pemeriksaan eksternal BPK dan pengawasan internal APIP dapat berjalan secara

    koordinatif jika diterapkan kerjasama kelembagaan dalam bentuk MoU.

  • Dalam melaksanakan pemeriksaan tematik berbasis pada RPJMN/RPJMD, BPK perlu

    didukung dengan anggaran operasional yang cukup terutama untuk membiayai jasa

    ahli/konsultan, biaya uji laboratorium dsb.

    F. JAJARAN KANWIL KEMENKEU JAWA TENGAH

    1. Target dan Realisasi Penerimaan Negara Dari Sektor Pajak Dan Bea Cukai Selama 3

    (tiga) Tahun Terakhir Di Provinsi Jawa Tengah :

    a. KANTOR WILAYAH DJP JAWA TENGAH I

    Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012 sd 2015 (dalam jutaan rupiah) Target dan Realisasi Pajak Tahun 2012 s.d. 2014

    Realisasi Penerimaan s.d. 27 Oktober 2015

    b. KANWIL DJP JAWA TENGAH II Target dan Realisasi Pajak Tahun 2012 s.d. 2014

    Jenis Pajak 2012 2013 2014

    Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %

    A. Pajak

    Penghasilan 2.881.417 2.882.304 100,03 3.783.262 3.346.609 88,46 3.905.099 4.192.302 107,35

    B. PPNdanPPnBM 1.696.671 1.841.040 108,51 2.483.478 2.121.562 85,43 2.514.219 2.639.754 104,99

    C. PBB dan

    BPHTB 286.024 362.793 126,84 92.631 94.494 102,01 28.155 32.391 115,05

    D. Pajak Lainnya 183.755 134.114 72,99 184.238 149.944 81,39 167.589 155.299 92,67

    JUMLAH (A + B +

    C+D) 5.047.867 5.136.262 101,75 6.543.609 5.634.979 86,11 6.615.061 6.855.887 103,64

    Jenis Pajak 2012 2013 2014

    Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %

    A. Pajak

    Penghasilan 6,175,329 5,488,313 88.87 6,712,150 6,647,566 99.04 8,311,308 8,551,243 102.89

    B. PPNdanPPnBM 4,491,377 4,405,371 98.09 5,871,977 5,581,174 95.05 9,135,032 8,042,855 88.04

    C. PBB dan BPHTB 230,527 283,278 122.88 204,654 192,864 94.24 73,921 80,009 108.24

    D. Pajak Lainnya 258,832 173,605 67.07 233,911 188,470 80.57 206,747 198,541 96.03

    Jumlah

    (A+B+C+D) 11,156,064 10,351,093 92.78 13,022,692 12,610,236 96.83 17,727,008 16,874,697 95.19

    Jenis Pajak 2015

    Rencana Realisasi %

    A. Pajak Penghasilan 12,690,118 8,004,593 63.08

    B. PPNdanPPnBM 14,967,799 7,610,488 50.85

    C. PBB dan BPHTB 75,035 3,632 4.84

    D. Pajak Lainnya 364,603 168,000 46.08

    Jumlah (A+B+C+D) 28,097,556 15,791,104 56.20

  • Realisasi Penerimaan s.d. 27 Oktober 2015

    JENIS PAJAK 2015

    Rencana Realisasi %

    A. Pajak Penghasilan 5.882.633 3.469.448 58.98

    B. PPNdanPPnBM 3.842.685 2.131.494 55.47

    C. PBB dan BPHTB 32.234 7.783 24.15

    D. Pajak Lainnya 298.703 131.529 44.03

    JUMLAH (A + B + C+D) 10.056.255 5.740.254 57.08

    c. * Realisasi Penerimaan KWBC JATENG dan D.I.YOGYAKARTA 3 (Tiga) Tahun Terakhir

    * Realisasi Penerimaan KWBC JATENG dan D.I.YOGYAKARTA sampai 15 Oktober 2015

    * Realisasi Penerimaan KWBC JATENG dan D.I.YOGYAKARTA per KPPBC

  • *Tabel Kinerja Penerimaan KWBC JATENG dan D.I.YOGYAKARTA

    2. Faktor-faktor Yang Menjadi Kendala Dalam Memperlancar Penerimaan Negara Dari

    Sektor Pajak Dan Bea Dan Cukai Selama 3 (tiga) Tahun Terakhir Antara Lain Sebagai Berikut Ini: a. Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah

    Kekurangan kuantitas SDM di bidang pengawasan

    - Rasio pengawasan oleh AR = 1 : 3.500 WP

    - Rasio fungsional pemeriksa = 1 : 4.590 WP

    - Rasio WP penunggak pajak dengan juru sita 1 : 3.620 WP

    Beberapa KPP belum memiliki gedung sendiri dan lokasinya berada di luar wilayah

    kerja, yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas Wajib Pajak.

    Kondisi perekonomian

    Sumber: KER BI (data diolah)

    Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami perlambatan sejak 2013, dengan inflasi

    yang selalu naik setiap tahunnya, kecuali tahun 2015 sementara sampai dengan triwulan

    kedua mengalami penuruan inflasi.

    2012 2013 2014 2015*)

    1 Pertumbuhan PDRB 5.34 5.14 5.40 4.80

    2 Laju Inflasi 4.24 7.98 8.22 6.15

    3 Indeks Harga Konsumen (IHK) 132.13 142.68 118.60 119.18

    TahunNo Indikator

    PDRB, INFLASI, IHK

    *) Dalam Triliun

    2012 2013 2014 2015*)

    1 Dana Pihak Ketiga 142.25 167.39 188.11 201.05

    2 Kredit 150.98 176.61 198.15 205.20

    3 Loan to Deposit Ratio (%) 106.14 105.51 105.34 102.06

    4 Net Inflow 14.81 20.14 23.21 14.88

    No IndikatorTahun

    KEUANGAN-PERBANKAN

  • Dari segi keuangan dan perbankan, terjadi trend penuruan Loan To Deposit Ratio dengan

    net inflow uang yang sangat besar, menunjukkan semakin banyak uang yang disimpan di

    bank karena merasa lebih aman daripada melakukan investasi/ membuka usaha.

    Akibatnya sektor riil tidak terealisasi sebagaimana diharapkan yang berdampak

    langsung pada penerimaan pajak.

    Keterbatasan kewenangan penegakan hukum

    Penegakan hukum di Direktorat Jenderal Pajak masih dirasakan belum berjalan optimal

    yang dikarenakan Penyidik tidak diberikan kewenangan untuk melakukan

    penangkapan/penahanan terhadap tersangka tindak pidana perpajakan.

    Pemahaman dan kepatuhan perpajakan masyarakat masih perlu ditingkatkan.

    Terbatasnya data (rekening, kepemilikan aset, virtual trading-e-commerce)

    Regulasi yang kurang mendukung: kerahasiaan data rekening, pembatasan kuota impor

    dan ekspor, meningkatnya PTKP.

    b. KWBC JATENG dan D.I.YOGYAKARTA

    Tantangan Dibidang Kepabeanan

    - Pemberlakuan & Perluasan FTA yang mempengaruhi penerimaan Bea Masuk

    - Adanya Kebijakan Fiskal penurunan tarif Bea Masuk

    - Adanya Kebijakan Tata Niaga impor dan ekspor

    - Melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar

    Tantangan Dibiang Cukai

    - Trend produksi dan distribusi/konsumsi BKC antar pabrikan yang berfluktuasi cukup

    tinggi

    - Adanya modus pengiriman paket BKC antar pulau

    3. Kinerja Pengawasan Barang Kena Cukai (Preventif dan Represif) yang telah

    dilakukan oleh Kanwil Bea dan Cukai Provinsi Jawa Tengah : Kinerja Pengawasan KWBC Jateng dan D.I.Yogyakarta

    Kinerja Pengawasan terhadap Barang Kena Cukai :

    Preventif : a. Membuat database dan profiling terkait BKC serta menerapkan risk management b. Membentuk Satgas Barang Kena Cukai Ilegal c. Melakukan monitoring terhadap pengusaha/pabrik BKC secara rutin d. Sosialisasi dan edukasi secara berkala kepada pengusaha BKC dan asosiasi pengusaha

    BKC

  • 4. Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Aparat Pajak Sehingga Tidak Terjadi

    Kebocoran Penerimaan Negara:

    a. Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah

    - Pengawasan dan pembinaan terhadap aparat Pajak (DJP) telah dilakukan sesuai dengan

    aturan kepegawaian dalam UU ASN dan PP 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai

    dimana atasan langsung wajib melaksanakan pengawasan melekat terhadap pegawai

    /aparat bawahannya, selain itu di instansi kami juga terdapat Unit Kepatuhan Internal

    yangmemiliki fungsi sebagai pengendali internal memastikan pegawai /aparat pada

    instansi kami bekerja sesuai dengan kode etik dan disiplin pegawai.

    - Pengawasan dan pembinaansecara preventif dan kuratif.

    Preventif : Penanaman Nilai-Nilai Kementerian Keuangan, Kode Etik Pegawai dan

    Disiplin Pegawai yang dilakukan secara rutin minimal 1 tahun sekali

    melalui In House Training (IHT); Pembinaan dan Pengawasan dari atasan

    langsung (Pengawasan Melekat); Adanya Whistle Blowing System (WBS).

    Kuratif : Penjatuhan Sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku terhadap

    pegawai yang melakukan pelanggaran.

    - Secara Organisasi telah dilakukan pembentukan Unit Eselon II yang menangani khusus

    tentang kepatuhan internal yaitu Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi

    Sumber Daya Aparatur (KITSDA), yang kemudian diturunkan ke unit di bawahnya untuk

    lebih memudahkan pengawasannya yaitu pembentukan unit kerja kepatuhan internal

    di setiap Kantor Wilayah dan KPP.

    Kinerja Pengawasan terhadap Barang Kena Cukai :

    Represif : a. Melakukan patroli secara inetnsif pada sentra produksi Hasil Tembakau untuk mengeliminasi

    produksi Hasil tembakau ilegal b. Operasi pasar BKC secara rutin di daerah – daerah yang rawan peredaran HT ilegal untuk

    menekan peredaran HT ilegal (dengan 3 skema) c. Melakukan penindakan terhadap pelanggar Undang-Undang Cukai; d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana di bidang cukai;

  • b. KWBC JATENG dan D.I. YOGYAKARTA

    Kegiatan PKPT (Pengawasan Kepatuhan Pelaksanaan Tugas) Pada Kanwil dan

    KPPBC Di Lingkungan Kanwil DJBC Jateng dan DIY Data Penindakan KWBC Jateng dan D.I.Yogyakarta Tahun 2013

    Data Penindakan KWBC Jateng dan D.I.Yogyakarta Tahun 2014

    Data Penindakan KWBC Jateng dan D.I.Yogyakarta Tahun 2015

    NO TEMA NAMA KANTOR JUMLAH PKPT

    1. Pengawasan Kantor Pos Lalu Bea KWBC Jateng dan DIY 4

    2. Pengawasan KB, MMEA,EA KPPBC Surakarta 5

    3. Pemeriksaan fisik impor KPPBC Tanjung Emas 2

    4. Pemeriksaan SOP semua Seksi KPPBC Cilacap 1

    5. Pengawasan pengembalian Cukai KPPBC Pekalongan 2

    6. Pengawasan Kantor Pos KPPBC Purwokerto 1

    Jumlah 15

  • 5. Penyerapan Anggaran APBN Kanwil Kementerian Keuangan Selama 3 (tiga) tahun

    terakhir. Serta Faktor-faktor yang Memperlancar Dan Atau Kendala-kendala Dalam

    Proses Penyerapan Anggaran :

    * Kanwil DJP Jawa Tengah I

    *Kanwil DJP Jawa Tengah II

    *Penyerapan Anggaran Selama 3 (Tiga) Tahun Terakhir

    Faktor-Faktor yang Memperlancar Penyerapan Anggaran :

    - Penyusunan RKAKL yang telah melibatkan semua unsur yang ada di dalam satker

    sehingga mempermudah untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dan

    anggaran.

    - Adanya ULP ditingkat wilayah yang dapat memperlancar kegiatan pengadaan lalui proses

    lelang.

    Kendala dalam Penyerapan Anggaran

    - Ketersediaan pejabat pengelola keuangan yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang

    ada (sertifikat pengadaan untuk pejabat PPK, Pejabat pengadaan)

    - Terdapat perubahan jenis kegiatan prioritas nasional yang berakibat pada kebutuhan

    Anggaran yang berubah

    - Adanya aturan revisi DIPA yang kurang fleksibel yang berakibat pada lambatnya serapan

    anggaran yang optimal

    - Penerapan reward and punishment yang kurang seimbang terhadap pengelola keuangan

    sehingga ada kecenderungan mengurangi resiko dengan mengurangi jenis kegiatan

    pengadaan yang memiliki resiko besar.

    b. KWBC Jateng dan D.I. Yogyakarta

    TA Jenis Belanja Anggaran Realisasi Brutto Pengembalian Realisasi Netto % Realisasi

    Bruto

    2012 Belanja Pegawai 6.592.791.000 6.030.971.225 1.630.199 6.029.341.026 91,48%

    Belanja Barang 5.449.934.000 5.126.697.394 3.410.000 5.123.287.394 94,07%

    Belanja Modal 994.411.000 990.351.300 0 990.351.300 99,59%

    (Rp) (%)

    1 2012 14.538.563.000 14.292.386.857 98,31%

    2 2013 17.001.631.000 16.735.438.392 98,43%

    3 2014 17.826.342.000 17.633.626.282 98,92%

    No Tahun PAGURealisasi

    (Rp) (%)

    1 2012 16,509,599,000 15,566,301,145 94.29 %

    2 2013 16,245,182,000 15,721,895,731 96.78 %

    3 2014 18,199,668,000 17,481,488,420 96.05 %

    No Tahun PAGURealisasi

  • Total 13.037.136.000 12.148.019.919 5.040.199 12.142.979.720 93,18%

    2013 Belanja Pegawai 7.085.345.000 6.080.756.911 13.015 6.080.743.896 85,82%

    Belanja Barang 7.030.070.000 6.395.431.033 1.120.000 6.394.311.033 90,97%

    Belanja Modal 92.024.000 89.251.750 0 89.251.750 96,99%

    Total 14.207.439.000 12.565.439.694 1.133.015 12.564.306.679 88,44%

    2014 Belanja Pegawai 7.483.488.000 5.890.237.327 14.813.256 5.875.424.071 78,71%

    Belanja Barang 6.794.514.000 6.766.881.437 2.336.100 6.764.545.337 99,59%

    Belanja Modal 178.635.000 178.465.300 0 178.465.300 99,91%

    Total 14.456.637.000 12.835.584.064 17.149.356 12.818.434.708 88,79%

    2015 s.d. 30 Sept 2015

    Belanja Pegawai 6.548.038.000 4.500.376.849 1.127.173 4.499.249.676 68,73%

    Belanja Barang 7.082.977.000 4.603.344.256 52.000 4.603.292.256 64,99%

    Belanja Modal 5.460.271.000 665.302.200 0 665.302.200 12,18%

    Total 19.091.286.000 9.769.023.305 1.179.173 9.767.844.132 51,17%

    c. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah

    Tabel Pagu dan Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Satker Wilayah Kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Jateng

    Tahun Anggaran 2013

    Sumber data: monev pa.perbendaharaan.go.id

    Catatan:

    Blokir tertinggi ada pada belanja modal jaringan pada Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu

    (SNTV). Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Bengawan Solo dengan persentase sebesar

    46,28% dari total blokir atau senilai 52,68 milyar.

    Tabel Pagu dan Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Satker Wilayah Kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Jateng

    Tahun Anggaran 2014

    Sumber data: monev pa.perbendaharaan.go.id

  • Catatan:

    Mulai Tahun Anggaran 2014 untuk Jenis Belanja Transfer Dana Bagi Hasil mekanisme

    langsung ditransfer dari Pusat (tidak melalui kantor bayar di Daerah dalam hal ini Kantor

    Pelayanan Perbendaharaan Negara/KPPN).

    Tabel Pagu dan Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja

    Satker Wilayah KerjaKanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Jateng s.d. Oktober Tahun Anggaran 2015

    Sumber data : spanint.kemenkeu.go.id

    Grafik Pagu dan Realisasi Anggaran BelanjaPegawai Satker Wilayah Kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Jateng

    Tahun Anggaran 2013 - 2015

    Sumber data : monev pa.perbendaharaan.go.id

    Grafik Pagu dan Realisasi Anggaran Belanja Modal

    Satker Wilayah Kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Jateng Tahun Anggaran 2013 - 2015

    Sumbe