RESES MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG …€¦ · LAPORAN KUNJUNGAN KERJA ... 3. Pelaporan, berisi...

24
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RESES MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG 2017-2018 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2017B

Transcript of RESES MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG …€¦ · LAPORAN KUNJUNGAN KERJA ... 3. Pelaporan, berisi...

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI

KE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RESES MASA PERSIDANGAN II

TAHUN SIDANG 2017-2018

KOMISI VII

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2017B

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah Istimewa Yogyakarta secara pelan namun pasti sedang menuju transisi

menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan Jawa bagian Tengah – Selatan.

Potensi ekowisata dieksplorasi sedemikian rupa sehingga telah mengakibatkan

daya dukung lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta menurun. Berdasarkan

Laporan Statistik Lingkungan Hidup DIY tahun 2015/2016 dalam kurun waktu

empat tahun (2011 – 2014) kerusakan lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta

naik hingga 250% .

Pencemaran yang paling banyak terjadi pada tahun 2014 berupa pencemaran

udara, yaitu terjadi di 415 desa/kelurahan, sedangkan pencemaran air terjadi di 44

desa/kelurahan dan pencemaran tanah terjadi di 4 desa/kelurahan. Selain

pencemaran, penggunaan air tanah yang berlebihan akibat pembangunan hotel

yang meningkat menjadikan masyarakat terancam yaitu hilangnya akses air,

karena kehilangan atau kerusakan.

Eksploitasi galian C di kawasan Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta juga

memunculkan permasalahan yang perlu mendapat penyelesaian. Kegiatan

tersebut telah mengakibatkan:

a. Hilangnya lapisan tanah yang subur (top soil) bagi tumbuh dan

berkembangnya tanaman tegakan;

b. Perubahan kapasitas infiltrasi tanah untuk memasok air bawah tanah

karena pemadatan dan hilangnya vegetasi.

c. Berpotensi terjadi longsor pada dinding-dinding tambang;

d. Kerusakan lingkungan jalan dan permukiman di sekitar penambangan.

Kawasan lereng Merapi menjadi kawasan konservasi dan daerah resapan air.

Antara lain wilayah Cangkringan, Pakem, dan Turi. Kawasan resapan tersebut

menyuplai kebutuhan air bagi wilayah Sleman, Kota Yogya, dan juga Bantul. Jika

kawasan resapan air ini rusak, suplai air di tiga wilayah itu jadi terganggu.

Aktivitas penambangan yang tidak terkendali akan cenderung mengurangi

daya resap air ke tanah. Kerusakan kawasan konservasi resapan air ini dapat

berdampak buruk pada wilayah hilir. Dampaknya, ketersediaan air, terutama di lapisan

cekungan air tanah dalam (CAT) sebagai sumber air tanah dari resapan air hujan akan

berkurang dan mengganggu suplai di wilayah hilir, yakni Kota Yogya dan Bantul.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat beberapa wilayah yang belum

terlisltriki karena kondisi geografis yang sulit seperti di Kulon Progo dan sebagian

wilayah Gunung Kidul. Rasio elektlriikasi wilayah kerja distribusi PLN Jawa Tengah &

DIY [ada Oktober 2017 sudah mencapai 93,7%, untuk tahun 2019 ditargetkan 2019%.

Perkembangan pengelolaan energi baru dan terbarukan di Dusun Ngentak,

Poncosari, Srandakan, Bantul ini perlu dilihat. Desa ini secara mandiri telah mampu

menyuplai listrik dan gas alam secara gratis untuk menunjang bisnis kuliner di

sekitaran pantai Pandan Simo.

Tahun 2010, di Desa Ngentak mula diperkenalkan PLTH. PLTH tersebut

berada di Pantai Baru Pandansimo ini merupakan realisasi dari Sistem Inovasi Daerah

(SIDa), dimana ini diprakarsai oleh Departemen Riset dan Teknologi (Ristek) yang

didukung penuh oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Kementerian Kelautan dan

Perikanan RI.

Selain PLTH, di desa Ngentak juga ada peternakan sapi dimana tinja sapi

dijadikan biogas. Oleh karenanya desa ini mampu mandiri energi karena ada pasokan

gas dan listrik. Hasil dari kemandirian di bidang energi, desa Ngentak berhasil

meningkatkan perekonomian. Desa ini mampu menjadi sentra produksi es balok dan

Kristal. Selain itu Desa ini menjadi pusat wisata energi baru dan terbarukan.

Perkembangan Ekonomi Daerah Istimewa Yogykarta dan Jawa Tengah cukup

pesat. Kebutuhan energi mengikuti perkembangan ekonomi. PT Pertamina Marketing

Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta menargetkan 350 outlet

SPBU sudah menyediakan produk dexlite hingga akhir Desember 2017. Upaya

tersebut dilakukan untuk mendukung pengusaha angkutan memperoleh bahan bakar

yang terbaik. Saat ini di di wilayah kerja Pertamina MOR IV baru terdapat 286 outlet

SPBU yang sudah menyediakan produk dexlite. Konsumsi dexlite di MOR IV sekitar

3.000 KL per bulan.

Komisi VII DPR RI secara khusus ingin mentetahui pola suplai reguler dan

alternatif BBM, LPG dan Avtur di wilayah operasi MOR IV. Ini terkait dengan TBBM

Rewulu sudah mendapatkan penghargaan PROPER Emas sebanyak empat kali

berturut-turut. Selain itu juga ingin mendapat penjelasan terkait dengan persoalan

distribusi gas lpg 3 kg. Pada bulan September warga Bantul kesulitan mendapatkan

lpg 3 kg karena langka dan harganya diatas HET yang telah ditetapkan yaitu Rp

15.500 per tabung. Harga di pengecer bisa mencapai 25 rb

Batan salah satu mitra Komisi VII memiliki peran yang strategis, yaitu

melakukan riset dan inovasi pemanfaatan tenaga nuklir untuk kesejahteraan. Banyak

kegiatan Batan di bidang penelitian yang belum terungkap kepada masyarakat. Oleh

karena itu Komisi VII memandang penting untuk melihat kiprah Batan dalam

penelitian. Informasi yang didapat Komisi VII. Batan telah melakukan berbagai

penelitian pemuliaan tanaman pangan (padi, kedelai, shorgum) dengan teknik mutasi

radiasi. Hasil iradiasi sinar gamma terbukti menghasilkan puluhan varietas unggul

tanaman pangan seperti ketahanan terhadap hama yang lebih baik, masa tanam yang

lebih pendek, rasa yang lebih enak hingga produktivitas yang tinggi.

Penelitian dan pengembangan varietas unggul hasil teknik mutasi radiasi di

Indonesia sendiri telah mendapatkan pengakuan dari IAEA dan FAO berupa “IAEA-

FAO Outstanding Achievement Award” kepada Pemerintah Indonesia pada tahun

2014 yang mampu berkontribusi terhadap upaya global memperkuat ketahanan

pangan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN KUNJUNGAN KERJA

Maksud diadakannya Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Daerah

Istimewa Yogykarta adalah dalam rangka menyerap aspirasi dan melihat secara

langsung perkembangan di daerah khususnya pengelolaan energi dan sumber

daya mineral, lingkungan hidup serta riset dan teknologi.

Adapun tujuan kunjungan kerja ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan informasi dan melihat secara langsung perkembangan sektor

energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup serta riset dan teknologi;

2. Mengetahui berbagai persoalan dan masalah yang dihadapi di Provinsi Daerah

Istimewa Yogykarta khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral,

lingkungan hidup serta riset dan teknologi;

3. Mengetahui tingkat efektivitas peran yang dilakukan oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi oleh

masyarakat di daerah.

4. Secara khusus, fokus perhatian kunjungan kerja ke Provinsi Daerah Istimewa

Yogykarta pada kesempatan ini pada sektor penyediaan energi dan masalah

kelsitrikan.

C. WAKTU, LOKASI KUNJUNGAN DAN AGENDA KEGIATAN

Kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI direncanakan akan dilaksanakan

pada tanggal 14 – 18 Desember dan mempunyai lokasi tujuan kunjungan ke

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sedangkan agenda kegiatan Kunjungan Kerja adalah melakukan pertemuan

dengan pihak yang terkait di daerah dan meninjau langsung ke lokasi, dengan

agenda sebagai berikut:

1. Pertemuan dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, beserta jajarannya,

DPRD Daerah Istiewa Yogyakarta, Bapeldalda, Dinas Pertambangan Daerah

Istimewa Yogyakarata, Dirjen Minerba, Dierjen Migas, PT Pertamina (Persero),

PT PLN (Persero), BPH MIgas, SKK MIgas Kementerian ESDM, Dirjen

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Ristek Dikti.

2. Pertemuan dengan Dirjen Ketenagalisatarikan, PT PLN (Persero), Dinas ESDM

Daerah Istimewa Yogykarta, dan Dirjen EBTKE.

3. Pertemuan dengan Dirjen Migas, Pertamina dan Dinas ESDM Daerah Istimewa

Yogyakarta.

4. Pertemuan dengan Kepala BATAN, Kemenristek, Kementerian LHK, DEN

D. SASARAN DAN HASIL KEGIATAN

Sasaran dari kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Daerah Istimewa

Yogyakarta adalah melihat langsung untuk memperoleh informasi terkait dengan

bidang Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Lingkungan Hidup (LH), serta

Riset dan Teknologi (RISTEK) serta ketenagalistrikan.

Hasil kegiatan kunjungan Komisi VII DPR RI diharapkan bisa menjadi rekomendasi

untuk ditindaklanjuti dalam rapat-rapat Komisi VII DPR RI dengan mitra terkait,

khususnya dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan anggaran.

E. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan Komisi VII DPR RI dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan (menghimpun data dan informasi awal sebagai informasi sekunder,

koordinasi dengan pihak terkait, dan persiapan administrasi kegiatan)

2. Pelaksanaan kegiatan, dilakukan pertemuan dengan berbagai instansi dan

melihat langsung objek kunjungan.

3. Pelaporan, berisi seluruh rangkaian kegiatan dan hasil kegiatan beserta

rekomendasinya.

4. Pembahasan dan tindaklanjut hasil-hasil kunjungan lapangan pada rapat-rapat

Komisi VII DPR RI.

F. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan kerja ini diikuti oleh Anggota Komisi VII DPR RI, yang merupakan

representasi dari tiap-tiap fraksi, sebagaimana daftar dalam lampiran.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL KUNJUNGAN KERJA

Pelaksanaan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Daerah Istimewa

Yogyakarta yang sebelumnya didahului oleh pertemuan dengan Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta namun berdasarkan informasi dari protocol Pemerintah Daerah

Istimewa Yogyakarta tidak dapat dilakukan berhubung Gubernur dan Wakil Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarata sedang menjalankan tugas di Jakarta. dilakukan

dengan peninjauan langsung ke lapangan dan pertemuan dengan mitra Komisi VII

DPR RI.

A. Peninjaluan Pembangkit Listrik Hibrida Pantai Baru, di dusun Ngentak, Desa

Poncosari, Kecamata Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH) Pantai Baru merupakan salah satu

proyek percontohan program Sistem Inovasi Daerah (SIda) yang dicanangkan oleh

Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) yang sekarang nomenklaturya

bergati menjadi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang bertujuan

untuk memberdayakan potensi sumber energi yang tersedia di daerah, guna

eningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat dareah.

PLTH Pantai Baru selesai dibangun tahun 2010 berada di pesisir pantai

Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Instansi Pemerintah yang terlibat dalam

pembangunan areal Pantai Baru adalah KNRT, LAPAN, Kementerian Kelautan dan

Perikanan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. Pihak lain yang terlibat yaitu

PT E-Wind Energy dan Universitas Gadjah Mada. Sumber pendanaan berasal d ari

APBN, APBD dan Swasta.

Proyek PLTH adalah sebagai respon atas berkembangnya kegiatan ekonomi

masyarakat. Masyarakat secara swadaya mengembangakan kegiatan wisata Pantai

Baru dengan melakukan gerakan penghijauan pantai guna mencegah abrasi. Pantai

Baru ditanami dengan pohon cemara udang. Kegiatan masyarakat tersebut disambut

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dengan mempersiapkan fasilitas seperti

Tempat Pelelangan Ikan, tempat penjualan makanan dan minuman, tempat ibadah,

MCK dan lain-lain.

Kendala yang dihadapi oleh penduduk setempat untuk mengembangkan lokasi

wisata adalah belum tersedia jaringan listrik PLN. Pemerintah Daerah Kabupaten

Bantul bekerjasama dengan KNRT mencoba mengatasi permasalahan tersebut

dengan cara membangun sebuah pembangkit listrik. Pembangkit listrik yag dibangun

lebih diutaakan yang berbasis energi terbarukan, sesuai dengan program pemerintah

yang sedang gencar mencanangkan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan

sebagai pembangkit energi listrik.

PLTH Pantai Baru adalah sebuah sistem pembangkit listrik yang berbasis

energi terbarukan, PLTH ini merupakan hasil kombinasi antara pembangkit listrik

tenaga bayu (PLTB) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas

total daya terpasang sebesar 77,5 kW. Energi listrik yang dihasilkan dimanfaatkan

untuk mesin es guna mendukung pengawetan ikan, pompa air untuk penyediaan air

bersih, blower untuk pembibitan udang, lampu penerangan jalan, dan sumber daya

untuk peraltan elektronika, dan sebagainya.

Sistem PLTH Pantai Baru dibagi menjadi dua kelompok, karena terbatasnya

lahan yang tersedia, yaitu Group 1 (satu) terletak di sebelah barat rumah control dan

group 2 terletak di sebelah timur rumah control. Sistem jaringan listrik kedua group

inikemudian diintegrasikan melalui sistem control integrase yang berada dalam rumah

control.

Group 1 memiliki kapasitas terpasang sebesar 36 kW yang berasal dari: turbin

angin kapasitas 1 kW yang berjumlah 21 unit dan photovoltaic (PV) 100 Wp dengan

kapasitas total 15 kWp. Energi listrik yang dihasilkan oleh 21 unit turbin angin

disatukan dalam sebuah bus dc, setelah melalui sisgtem control yang dimiliki masing-

masing turbin angin. Keduapuluh satu unit sistem kotrol disatukan alam sebuah panel

control, agar terlindung dari cuaca.

Energi listrik yang dihasilkan oleh PV langsung dialirkan melalji sistem control

PV. Energi listrik yang dihasilkan masing-masing pembangkit listrik disatukan dalam

sebuah sistem control hybrid yang kemudian disalurkan ke dalam bank baterai. Bank

baterai terdiri dari sejumlah batere semi deep cycle dengan kapasitas 113 Ah

sebanyak 80 unit dan kapasitas 120 Ah sebanyak 20 unit. Masing-masing batere

dihubung secara seri dan parallel sehingga kapasitas total bank baterai sebesar 677

Ah/240V atau 137, 28 kWh.

Group II, kapasitas terpasang pembangkit listrik dalam group II adalah sebesar

41,5 kW yang terdiri dari: turbin angina berkapasitas 2,5 kW sebanyak 6 unit,

kapasitas 10 kW sebanyak 2 unit dan kapasitas 1 kW sebanyak 4 unit, sedangkan

photovoltaic kapsitas 100 kWp sebanyak 25 unit. Energi listrik yang dihasilkan turbin

angin dan photovoltaic setelah melalui sisem control masing-masing disatukan dalam

bus c yang paralel dengan bank batere.

Komponen Terpasang PLTH

No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah Daya

terpasang

1 Turbin angin 1 kW

2,5 kW

10 kW

25 unit

6 unit

2 unit

2 Photovoltaik 100 Wp 175 unit

3 Inverter 10 kW/1 phase

15kW/3 phase

1 unit

1 unit

4 Batere 113 Ah/12V

120 Ah/12V

105 Ah/12V

80 unit

20 unit

20 unit

77,5 kW

5 Mesin Es (balok) 500 kg/hari 1 unit

6 Mesin Es (Kristal) 250 kg/hari 1 unit

7 Pompa air submersibel 0,75 kW 2 unit

8 Pompa air 1 phasse 150 W 1 unit

9 Pompa air aqua poik 55 W 24 unit

10 Blower 60 W 2 unit

Permasalahan yang dihadapi oleh PLTH Pantai Baru adalah kekurangan bank

baterai. Kekurangan bank baterai ini mengakibatkan beberapa kincir pembangkit tidak

difungsikan. Kerugian tidak beroperasinya kincir pembangkit adalah loss opportunity

energi listrik.

Komisi VII DPR menyarankan agar bank baterai ditambah, dan meminta PLTH

Pengelola PLTH Baru mengajukan proposal penambahan bank baterai agar kapasitas

simpan listrik PLTH tersebut bisa ditingkatkan. PLTH Baru adalah sebuah model listrik

mandiri yang mampu menggerakkan ekonomi daerah. Model ini bisa direplikasi untuk

daerah-daerah terpencil yang memiliki potensi ekonomi agar daerah tersebut lebih

berkembang.

B. Pertemuan dengan PLN

Pertemuan dengan PT PLN (Persero), pihak PT PLN (Persero) menghadirkan Direktur

Bisnis Regional Sulawesi Syamsul Huda

PT PLN Wilayah Kerja Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta melayani Provinsi Jawa Tengah di sepuluh area yaitu: Tegal, Purwokerto,

Cilacap, Pekalongan, Magelang,Pekalongan, Semarang, Salatiga, Demak, Kudus,

Klaten, dan Surakarta dengan 69 rayon dan 1 area pengatur distribusi. Sedangkan

untuk Daerah Istimewa Yogyakarta hanya ada 1 area dengan 9 rayon. Pembangkit t

erpasang di PT PLN Wilayah Kerja Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta ada lima pembangkit terpaang yaitu: PLTA 315 MW, PLTD 40 MW, PLTU

4.170 MW, PLTP 60 MW, PLTGU 1000 MW. Subsistem distribusi ada 3 yaitu

subsisgtem distribusi Ungaran 1 dan 2, Subsistem distribusi Ungaran 3 Tanjung Jati,

dan Subsistem Distribusi Pedan. Gardu induk yang ada di wilayah kerja Jawa Tengah

dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 72 gardu induk. Daya terpasang 8.416

MVA.

Untuk Daerah Istimewa Yogykarta beban puncak 441 MW per bulan Nopember

2017. Di Daerah Istimewa Yogykarta saat ini terdapat 8 gardu induk dengan kapasitas

930 MVA. Trafo distribusi 15.889 unit, kapasitas gardu distribusi 878 MVA.

Dibandingkan kondisi tahun 2011 dengan kondisi saat ini (Nopember 2017)

beban puncak kelistrikan di Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta telah mengalami

kenaikan signifikan yaitu sebesar 33,20%.

Jumlah pelanggan listrik di D.I. Yogyakarta saat ini sebanyak 1.132.100

pelanggan atau naik 26,94% dari tahun 2012 dengan pelanggan sebanyak 891.816.

Daya tersambung untuk D I Yogyakarta sebesar 1.684 MVA atau meningkat sebesar

48,89% dibandingkan dengan tahun 2012.

Penjualan listrik yang direpresentasikan dengan jumlah konsumsi listrik di D I

Yogyakarta menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Puncak penjualan listrik

terjadi di tahun 2016 mencapai 2.698 GWh. Sedangkan untuk tahun 2017 per bulan

Nopember baru mencapai 2.493 GWh.

Pendapatan penjualan listrik untk D.I. Yogyakarta per Nopember 2017

mencapai Rp 2.717 Miliar. Penjualan listrik ini naik cukup signifikan selama kurun

waktu 5 tahun. Pada tahun 2012 nilai penjualan listrik di D.I. Yogyakarta baru sebesar

Rp 1.505 miliar. Kenaikan itu disumbang oleh segmen industry dan rumahtangga.

Kinerja PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta

Rasio elektrifikasi Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan bulan

Nopember 2017 sebesar 99,97% . Jumlah rumahtangga yang belum berlistrik

sebauak 333 rumahtangga. Jumlah rumahtangga berlistrik dengan tariff R 977.386

rumahtangga sedangkan rumahtangga yang berlistrik Non PLN sebanyak 136.051

pelanggan. Rumahtangga berlistrik Non PLN terdiri dari rumahtangga menyalur listrik

dari rumahtangga lain, rumah susun, apartemen, rumah kos dan rumahtangga dengan

pembangkit lain.

Rasio Elektrifikasi di D.I. Yogyakarta

Permasalahan yang dihadapi PT PLN Distribusi Jawa Tengah dan Daerah

Istimewa Yogyakarta sebagian besar adalah pada masalah distribusi, yaitu

peningkatan kualitas jaringan. Pemadaman listrik yang sering terjadi adalah akibat

dari gangguan di sekitar jaringan berupa pohon tumbang ketika terjadi hujan. Ini oleh

PLN diupayakan melakukan pemangkasan teratur agar tidak mengganggu aliran

listrik.

Untuk rumahtangga yang belum terlistriki dan atau menyalur listrik dari

rumahtangga lain perlu ada solusi dari PLN yaitu membuat terobosan dan inovasi

dalam sistem pembayaran biaya pemasangan listrik. Biaya itu diangsur atau

dimasukkan dalam komponen harga listrik pemasang baru untuk kurun waktu tertentu

sehingga pemasangan listrik tersebut gratis. Ini terutama untuk rumahtangga miskin.

C. Pertemuan dengan Pertamina dan Batan

Pertemuan ini dihadiri oleh Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Muhammad

Iskandar, VP SR PT Pertamina Teuku Mirasfi, Direkur Hilir Migas Kementerian

ESDM Harya Adityawarman, Anggota Komite BPH Migas Saryono Hadiwidjoyo,

Kepala Batan Prof Dr. Djarot Wisnubroto, Staf Ahli Menteri Bidang Relevasi dan

Produktivitas Kementerian Ristek Dikti, Dirjen PPKL Kementerian LHK DR

Karliansyah, Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir Bapeten, Kepala Biro

Perencanaan Bapeten Ir. Farid Binaruno.

C.1. Pertamina MOR IV

PT Pertamina MOR IV memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut: 4 DPPU

yang terdiri dari DPPU Ahmad Yani Semarang, DPPU Adi Sumarmo Surakarta, DPPU

Adi Sutjipto Yogyakarta dan DPPU Tunggul Wulung; 7 TBBM yaitu TBBM Tegal,

TBBM Seleko, TBBM Maos, TBBM Lomanis, TBBM Rewulu, TBBM Pengapon, dan

TBBM Boyolali; 1 LPG Filling Plant di Cilacap, terminal LPG Opsico di Semarang dan

Unit Produksi Pelumas di Cilacap.

TBBM, DPPU, Depot LPG Wilayah MOR IV PT PERTAMINA (PERSERO)

Pola distribusi BBM MOR IV Depot Cilaap dan Lomanis memegang peran

penting yaitu memasok BBM ke Depot Tegal dan Rewulu, sementara depot Rewulu

memasok BBM ke Boyolali. Depot Semarang selain dipasok dari depot Cilacap juga

dipasok dari Plaju, Balongan, Dumai, Balikpapan dan Tuban. Pola distribusi BBM lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pola Distribusi BBM di MOR IV PT Pertamina (Persero)

Pola distribusi LPG di MOR IV PT Pertamina (Persero) untuk Daerah Istimewa

Yogykarta saat ini ada 4.365 pangkalan LPG PSO dan 2.157 pangkala LPG Non

PSO. Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk LPG PSO ada 9 unit, Stasiun

Pengisian dan Pengangkutan Bulk LPG Non PSO 2 unit. Agen LPG PSO 51 dan Agen

LPG Non PSO 11.

Suplai LPG PT Pertamina MOR IV dari kilang Cilacap, Terminal LPG Tanjung

Mas Semarang, Depot FP LPG Cilacap. Selain itu juga dibackup dari Kilang Balongan,

Terminal LPG Eretan, Terminal LPG Maspion, TPPI Tuban.

Pola Reguler, Alternatif dan Emergency untuk pasokan LPG di MOR IV dibagi

ke dalam 4 zona.

Zona 1 meliputi Kabjpaten Pekalongan, Kota Pekalongan Kabupaten

Pemalang, Tegal, Brebes dan Kota Tegal. Untuk pasokan regular diperoleh dari

depot LPG Balongan, untuk alternative dari Terminal Eretan, dan keadaan

emergency dari Depot LPG Cilacap.

Zona 2 meliputi eks Karesidenan Pati, Demak, Semarang sampai dengan

Kendal, eks Karesidenan Wonosobo dan Kab. Puworejo. Pasokan regular

berasal dari terminal LPG Tanjung Mas Semarang, untuk alternative dari depot

LPG Balongan, dan emergency dari Depot LPG Cilacap.

Zona 3 meliputi Solo Raya dan DI Yogyakarta. Pasokan reguler berasal dari

terminal LPG Tanjung Mas. Pasokan alternative MEM Gresik. Pasokan

Emergency berasal dari Depot Balongan.

Zona 4 meliputi eks Karesidenan Banyumas. Pasokan regular berasal dari

Depot LPG Cilacap. Pasokan alternative dari terminal LPG Tanjung Mas, dan

pasokan emergency berasal dari MEM Gresik.

Sistem distribusi terbuka LPG 3 kg bersubsidi memberikan peluang kepada

pihak yang tidak berhak membeli dan mengonsusi LPG 3 kg. Pada RKAP tahun

2017 untuk subsidi dan PSO LPG sebesar 6,2 juta metric ton. Target yang dicapai

pada Oktober 5,2 juta metric ton. Untuk mengurangi konsumsi LPG 3 kg dari

golongan masyarakat yang tidak berhak mendapatkan subsidi, PT Pertamina

memperkenalkan LPG Non PSO dengan kemasan 5,5 kg dinamai dengan bright

gas.

Beberapa waktu yang lalu di DI Yogyakarta, khususnya di Kulon Progo terjadi

kelangkaan LPG 3 kg. Kelangkaan gas elpiji kemasan 3 kilogram pada tingkat

konsumen di disinyalir terjadi lantaran adanya penyalahgunaan konsumsi. Selain

itu, penjualan di wilayah perbatasan juga kerap menyalahi ketentuan wilayah edar.

Hal tersebut mengakibatkan munculnya panic buying di kalangan konsumen

sehingga kemudian terjadi kelangkaan gas di pasaran. penggunaan LPG 3 kg

untuk bahan bakar mesin pompa air oleh penggarap lahan di pesisir pantai selatan

menjadi salah satu penyebab kelangkaan. Selain itu juga digunakan sebagai

bahan bakar alat penghangat ayam di peternakan-peternakan. Ini yang membuat

LPG 3 kg menjadi langka.

Di daerah perbatasan Kulonprogo dengan wilayah kabupaten lain juga acapkali

terjadi praktek jual beli gas melon tanpa menghiraukan alokasi edarnya. Misalnya,

di wilayah Temon atau Kalibawang. Kerapkali gas 3 kg untuk daerah tersebut

justru diserbu konsumen dari kabupaten tetangga yang berbatasan, yaitu

kabupaten Purworejo. Hal ini menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan untuk

satu wilayah yang sebetulnya sudah dialokasikan sesuai kuota masing-masing.

Kelangkaan LPG 3 kg juga terjadi di Bantul seperti di Kecamatan Dlingo dan Pleret.

Untuk mengatasi kelangkaan PT Pertamina area pemasaran Jawa Tengah dan

Daerah Istimewa Yogyakarta memasok lebih dari 1 juta tabung LGP berukuran 3

kilogram ke masyarakat. Sejak Agustus hingga September 2017 telah dipasok

1.181.677 tabung untuk fluktuasi dan tambahan kuota kebutuhan di pasaran DI

Yogykarta. PT Pertamina juga berkomitmen tidak mengurangi pasokan. Untuk

memberikan alternative kepada masyarakat yang tidak berhak mengonsumsi LPG

3 kg, PT Pertamina memperkenalkan Bright Gas kemasan 5 kg. Selain itu

direncanakan ada program penukaran tabung gas lpg 3 kg kosong ke tabung lpg

5,5 kg Bright Gas isi. Penetrasi Bright Gas cukup baik. Masyarakat mulai bisa

menerima kehadairan LPG Non Subsidi.

Perkembangan Penjualan Bright Gas di DI Yogykarta

Realisasi pemasaran Bright Gas di DI Yogykarta sangat signifikan.Pada tahun

2016 Bright Gas yang terjual di DI Yogyakarta baru 48,924 tabung pada Nopember

2017 mencapai 184.978 tabung atau meningkat sebanyak 278%.

C.2. BATAN

Reaktor Nuklir Kartini Batan Babarsari Yogyakarta dibangun pada akhir tahun

1974. Pelaksanaanpembangunan seluruhya ditangani oleh tenaga-tenaga ahli

BATAN yang di dalam pelaksanaannya ditugaskan kepada sebuah kelompok yang

disebut Tim Pembangunan Reaktor yang dibentuk berdasarkan SK Dirjen BATAN

No 119/DJ/13/XI/1974 tertanggal 13 Nopember 1974.

Reaktor merupakan tipe reactor kolam dengan daya 250 kW (dioperasikan

pada daya 100 kW) yang didesain untuk sarana penelitian, produksi isotop, dan

pendidikan dan laitihan dalam bidang reactor.

Saat ini Reaktor Nuklir Kartini masih digunakan sebagai sarana pendidikan dan

latihan, salah satunya digunakan oleh Pusat Sains Teknologi Akselerator BATAN

Yogykarta dan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir.

Teknologi reactor nuklir Kartini terdiri dari tanki reactor terbuat dari aluminium

murni setbal 6 mm, berbentuk siliner dengan diameter 200 Cm dan tinggi 600 Cm,

diisi air dengan kemurnian sangat tinggi (tahanan jeninya ±500 K Ώ/Cm), yang

berfungsi sebagai moderator tambahan pendingin, dan perisai radiasi arah

vertical. Perisai radiasi arah horizontal digunakan beton barit (berat jenis 3,3 ton

per meter kubik), yaitu campuran dari semen, pasir barit an batu barit. Konstruksi

ini mampu menahan radiasi yang berasal dari teras yang bekerja pada daya 250

kW.

Teras reactor terletak pda bagian bawah tanki, merupakan suatu susunan

elemen bakar, batang kendali yang ditempatkan pada lobang-lobang plat kisi

menurut konfigurasi tertentu dan reactor. Plat kisi terdiri dua bagian yaitu plat kisi

atas dan bawah, terbuat dari alumuniu masign masing dengan tebal 1,5 cm dan s

cm.

Permasalahan di BATAN. BATAN agak terlambat melakukan regenerasi

karyawan. Hal itu disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam melakukan

moratorium penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) beberapa tahun lalu.

Peneliti di BATAN kebanyakan telah berusia tua. Di dalam Pasal 239 PP Nomor

11/2017 diatur bahwa pegawai negeri sipil (PNS) yang telah memasuki batas usia

diberhentikan secara hormat. Rinciannya, peneliti madya memiliki batas usia

pensiun 60 tahun, dari sebelumnya 65 tahun. Peneliti utama batas usia pensiunnya

tetap di angka 65 tahun.

Peraturan Pemerintah No 11 tahun 2017 ini membawa implikasi Lembaga

Pemerintah Non Kementerian (LPNK) akan banyak kehilangan penelitinya karena

harus pension pada usia 60 tahun. Sampai Agustus 2017 hanya terdapat 49 orang

peneliti utama pada rentang usia 36-50 tahun di Indonesia dan terdapat sekian

ratus peneliti berusia hampir 60 tahun, tetapi masih menjadi peneliti madya. Jika

peneliti madya harus pensiun pada usia 60 maka akan berdampak pada

terhambatnya kegiatan riset di LPNK termasuk di BATAN.

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil kunjungan kerja masa reses persidangan II Komisi VII DPR RI ke

Yogykarta dapat ditarik beberapa kesimpulan.

1. Model Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid dengan kapasitas kecil mampu

mengatasi ketidakadaan sambungan listrik konvensional. Pembangkit Listrik

Hibrid cocok untuk program listrik mandiri dan listrik komunitas. Program ini

dapat menjadi solusi bagi daerah-daerah terpencil yang memiliki potensi

ekonomi khusus seperti perikanan dan pariwisata. PLTH merupakan bentuk

implementasi pemanfaatan energi baru dan terbarukan.

2. Sistem Kelistrikan di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah relatif handal, daya

mampu sudah memadai. Perluasan jaringan distribusi ditingkatkan sesuai

dengan RUPTL. Pemeliharaan jaringan distribusi terutama yang mengarah ke

konsumen akhir perlu ditingkatkan agar tidak mudah terjadi gangguan listrik

terutam pada musim hujan.

3. Distribusi BBM di MOR IV PT Pertamina relatif baik karena didukung kilang

yang berdekatan yaitu Kilang Lomanis dan Kilang Balongan. Peran MOR IV

sangat strategis dalam menjaga rantai pasokan BBM dan LPG di Jawa Tengah

dan DIY.

4. Inovasi pemasaran Bright Gas LPG Non Subsidi 5,5 kg relaltif berhasil dalam

mengajak konsumen mampu untuk beralih dari gas LPG 3 kg bersubsdi.

Peningkatan penjualan tabung Bright Gas dapat dijadikan indicator bahwa

telah migrasi yang signifikan dari LPG 3 Kg bersubsidi ke Bright Gas 5,5 Kg

non subsidi.

5. BATAN sebagai lembaga penelitian di bidang nuklir peralatannya sudah relatif

tua, sumber daya manusia peneliti juga semakin menua dan ada kesenjangan

antara kebutuhan peneliti dengan jumlah peneliti yang ada akibat moratorium

penerimaan PNS. Ditambah dengan pembatasan usia pensiun peneliti madya

menjadi 60 tahun.

B. Rekomendasi

1. Perlu disusun model kelembagaan pembangkit listrik tenaga hybrid skala kecil

untuk program listrik komunitas dan daerah terpencil dan terluar terutama

tentang pembiayaan perawatan. Ini untuk menentukan siapa yang bertanggung

jawab dalam pendirian, pembiayaan, dan pemeliharaan serta kepemilikan

asset.

2. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta perlu melakukan

percepatan perluasan jaringan listrik agar daya listrik yang dibangkitkan dari

sejumlah pembangkit terdistribusikan dengan efektif, efesien, dan ekonomis

dan mampu meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di Jawa Tengah dan

D.I. Yogykarta.

3. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta perlu melakukan

terobosan dan inovasi dalam mengatasi warga miskin yang sebenarnya

mampu membayar biaya listrik tetapi tidak mampu dalam membayar biaya

pemasangan sambungan listrik.

4. PT Pertamina (Persero) MOR IV perlu lebin intensif melaksanakan penetrasi

penjualan bright gas 5,5 kg non subsidi untuk mengajak masyarakat mampu

bermigrasi dalam menggunakan LPG 3 kg bersubsidi ke LPG Bright Gas 5,5

kg non subsidi dengan memperhatikan ketersediaan dan keandalan Bright

Gas.

5. Peneliti yang menua dan gap antara kebutuhan peneliti dengan jumlah peneliti

yang ada harus diatasi oleh Pemerintah sebagai dampak diberlakukannya PP

No 11 tahun 2017. Termasuk Peneliti di BATAN. Komisi VII merekomendasikan

ada masa transisi pemberlakukan PP No 11 tahun 2017 terutama yang terkait

dengan usia pension peneliti madya.

C. Penutup

Demikian Laporan Kegiatan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk

ditindaklanjuti oleh Komisi VII DPR RI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Jakarta, Desember 2017

Pimpinan Delegasi Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Daerah Istimewa Yogyakarta Ir. Harry Purnomo