DAFTAR PUSTAKA

91
1 OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DALAM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO (Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh : ANDUNG KURNIA MARIZ NIM. 0710113080 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2011

Transcript of DAFTAR PUSTAKA

1

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DALAM

KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN BOJONEGORO

(Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten

Bojonegoro)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Dalam Ilmu Hukum

Oleh :

ANDUNG KURNIA MARIZ

NIM. 0710113080

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2011

LEMBAR PERSETUJUAN

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DALAM KAITANNYA

DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN

BOJONEGORO

(Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten

Bojonegoro)

Oleh:

ANDUNG KURNIA MARIZ

NIM. 0710113080

Disetujui pada tanggal:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Agus Yulianto, S.H., M.H. Tunggul Anshari SN, S.H., M.Hum.

NIP. 19590717 198601 1 001 NIP. 19590524 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Bagian

Hukum Administrasi Negara

Agus Yulianto, SH., M.H.

NIP. 19590717 198601 1 001

LEMBAR PENGESAHAN

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DALAM KAITANNYA

DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN

BOJONEGORO

(Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten

Bojonegoro)

Disusun oleh:

ANDUNG KURNIA MARIZ

NIM. 0710113080

Skripsi ini telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Agus Yulianto, S.H., M.H. Tunggul Anshari SN, S.H., M.Hum.

NIP. 19590717 198601 1 001 NIP. 19590524 198601 1 001

Ketua Majelis Penguji, Ketua Bagian

Hukum Administrasi Negara

Agus Yulianto, S.H., M.H. Agus Yulianto, S.H., M.H. NIP. 19590717 198601 1 001 NIP. 19590717 198601 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya

Dr. Sihabudin, S.H., M.H.

NIP: 19591216 198503 1 001

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan .............................................................................................. i

Lembar Pengesahan ............................................................................................. ii

Kata Pengantar ..................................................................................................... iii

Daftar Isi ............................................................................................................... vi

Daftar Gambar ...................................................................................................... ix

Daftar Tabel ......................................................................................................... x

Abstraksi ............................................................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan ................................................................ 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Tentang Pajak .................................................... 10

1. Pengertian Pajak ................................................................. 10

2. Fungsi Pajak dan Pembagian Jenis Pajak ........................... 11

3. Syarat-Syarat Pemungutan Pajak ........................................ 18

4. Sistem Pemungutan Pajak ................................................... 20

B. Kajian Umum Tentang Pajak Daerah ....................................... 23

1. Pengertian Pajak Daerah ..................................................... 23

2. Objek Pajak Daerah ............................................................ 24

3. Subjek dan Wajib Pajak Daerah ......................................... 24

4. Azas Pemungutan Pajak Daerah ......................................... 25

C. Kajian Umum Tentang Pajak Reklame .................................... 27

1. Pengertian Pajak Reklame .................................................. 27

2. Objek Pajak Reklame .......................................................... 27

3. Subjek dan Wajib Pajak Reklame ....................................... 27

D. Kajian Umum Tentang Pendapatan Asli Daerah ...................... 28

1. Pendapatan Asli Daerah ...................................................... 31

2. Dana Perimbangan .............................................................. 32

3. Lain-lain Penerimaan yang Sah .......................................... 32

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ................................................................... 37

B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 37

C. Jenis Sumber Data .................................................................... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 39

E. Populasi dan Sampel ................................................................. 40

F. Teknik Analisis Data ................................................................ 40

G. Definisi Operasional Variabel .................................................. 42

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 44

1. Sejarah Kabupaten Bojonegoro .......................................... 44

2. Kondisi Geografis Kabupaten Bojonegoro ......................... 46

3. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

dan Asset Kabupaten Bojonegoro ....................................... 47

4. Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan

dan Asset Kabupaten Bojonegoro ....................................... 48

5. Kondisi Keuangan Kabupaten Bojonegoro ........................ 51

B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 60

1. Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame dalam Kaitannya

dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Bojonegoro .......................................................................... 60

2. Hambatan yang dihadapi dalam Optimalisasi Pemungutan

Pajak Reklame berkaitan dengan Peningkatan Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro dan Solusinya ............ 71

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 74

B. Saran ......................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi DPPKA ------------------------------------------ 50

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2009 - 2010 ---------------------------------------------------------- 55

Tabel 2 : Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2009 - 2010 ---------------------------------------------------------- 61

Tabel 3 : Pendapatan Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2009 - 2010 ---------------------------------------------------------- 64

ABSTRAKSI

ANDUNG KURNIA MARIZ, Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya, Juli 2011, Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame

Dalam Kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Bojonegoro (Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

Kabupaten Bojonegoro), dosen pembimbing, Agus Yulianto, S.H., M.H., Tunggul

Anshari SN., S.H., M.Hum.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membahas mengenai Pajak reklame masalah

yang sering timbul adalah pemasangan reklame yang tidak memiliki ijin reklame,

serta wajib pajak sering tidak membayar pajak sesuai jangka waktu yang telah

ditentukan. Dalam kenyataannya, banyak diantara wajib pajak yang memasang

reklame tetapi tidak membayar pajak atau mangkir melupakan kewajibannya

sebagai wajib pajak. Dari permasalahan tersebut maka penulis mengambil judul

“Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame Dalam Kaitannya Dengan Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro (Studi di Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro)”. Permasalahan yang

dibahas Bagaimana optimalisasi pemungutan pajak reklame dalam kaitannya

dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro, serta

hambatan yang dihadapi dan solusi dalam optimalisasi pemungutan pajak reklame

berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pendekatan yuridis sosiologis, melihat dari segi peraturan tertulis mengenai

Peraturan Bupati No. 36 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame di Kabupaten

Bojonegoro selain itu melihat kondisi dan kenyataan yang ada di masyarakat.

Lokasi penelitian di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

Kabupaten Bojonegoro. Sumber data berupa wawancara dengan Kasi Pendataan

dan Penetapan reklame, sumber kedua dari arsip-arsip, berbagai buku dan situs

internet. Teknik analisis data dengan metode deskiptif analisis yang menyaji

informasi mengenai pemungutan dan penerimaan pajak reklame yang ada di

Kabupaten Bojonegoro.

Strategi yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan daerah dari

sektor pajak adalah menyusun program kerja yang menitikberatkn pada

pemungutan pajak melalui visi, misi dan rencana strategi serta langkah-langkah

intensifikasi, ekstensifikas, dan program reguler. Hambatan yang dihadapi

banyaknya wajib pajak yang menunggak, wajib pajak tidak mengetahui tenggang

waktu atas reklame yang dipasang serta pemasangan reklame yang tidak

mengunakan ijin. solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah meninjau

ulang ke lokasi reklame kemudian melakukan pendataan reklame yang belum

memenuhi kewajiban membayar pajak selanjutnya mengirim surat peringatan

apabila tidak ada jawaban dari wajib pajak maka DPPKA. bekerjasama dengan

satpol PP akan membongkar reklame tersebut, kemudian untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dinas terkait DPPKA. Melakukan Program diklat

secara berkala untuk meningkatkan kinerja para pegawai agar lebih profesional

serta mewujukan aparat perpajakan yang bersih dan kedepannya lebih baik bagi

pendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembangunan nasional terus menerus dan

berkesinambungan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur

merata baik materiil maupun sepiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang

merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam peri-kehidupan bangsa

yang aman, tentram, tertib, damai dalam lingkungan pergaulan dunia.

Pembangunan nasional adalah kegiatan pembangunan yang berlangsung

secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan nasional diawali

dengan pembangunan pondasi ekonomi yang kuat sehingga menciptakan

pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pemerintah harus berusaha meningkatkan

pendapatan guna menunjang keberhasilan pembangunan. Keberhasilan

pembangunan dapat tercapai dengan adanya penerimaan yang kuat, dimana

sumber pembiayaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan dalam

negeri baik migas maupun non migas. Penerimaan pemerintah yang paling

sentral adalah pajak, sumbangan pajak bagi anggaran pemerintah sangat

besar, sehingga peran pajak begitu sentral. Untuk itu pemerintah selalu

berupaya meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, melalui upaya-upaya

pemberantasan mafia pajak. Pemerintah saat ini memperbaiki sistem

pajaknya karena sistem lama dianggap banyak mempunyai kelemahan-

kelemahan ini dilakukan untuk mengamankan pendapatan negara dari sektor

pajak agar tidak bocor, upaya ini dilakukan agar penerimaan negara dari

pajak tahun ketahun terus meningkat.

Kemandirian pembangunan diperlukan baik di tingkat pusat maupun

daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan

pemerintahan propinsi maupun kabupaten atau kota yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat dengan kebijakannya.

Kebijakan tentang keuangan daerah ditempuh oleh pemerintah pusat agar

pemerintah daerah mempunyai kemampuan untuk membiayai pembangunan

daerahnya sesuai dengan prinsip daerah otonomi. Pembiayaan daerah dahulu,

berasal dari pemerintah pusat saja. Dengan adanya otonomi, pembiayaan

tidak hanya berasal dari pusat saja akan juga berasal dari daerahnya sendiri,

sehingga pemerintah daerah berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah

itu sendiri. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah pemerintah berusaha

memperbaiki sistem pajak daerahnya. Pajak daerah merupakan pendapatan

yang paling besar yang diperoleh daerah.

Kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi daerah

itu sendiri dan kemandirian daerah tersebut dalam menyelenggarakan

pemerintahan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pada peraturan

ini daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam menjalankan pemerintahan,

dari pengambilan keputusan, kebijakan hingga masalah keuangan daerah itu

sendiri yang menjadi alat pembiayaan kegiatan pemerintahan daerah tersebut.

Secara substansial kedua undang-undang tersebut menjanjikan beberapa

perubahan yang mendasar, antara lain : daerah diberikan kewenangan

pemerintahan yang lebih luas kecuali yang menyangkut urusan luar negeri,

moneter, peradilan, hankam dan agama. Pemerintahan Kabupaten/Kota

melaksanakan asas desentralisasi dan tugas pembantuan serta secara hirarki

tidak berada di bawah Pemerintah Propinsi; Pelaksanaan otonomi daerah

khususnya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan

pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Pemerintah

Kabupaten/Kota diharapkan mampu membiayai seluruh pelaksanaan urusan

baik dengan upaya memberikan kepastian sumber keuangan daerah yang

berasal dari wilayah daerah yang bersangkutan berupa penggalian

Pendapatan Asli Daerah (disebut PAD) maupun bagi hasil (pajak dan bukan

pajak) dengan pemerintah atasannya (Pemerintah Propinsi dan Pemerintah

Pusat).

Sebagaimana permasalahan yang secara klasik dihadapi baik tingkat

lokal, regional maupun nasional, maka unsur keterbatasan area potensi

pungut didaerah, kesadaran masyarakat dan mentalitas petugas pemungut

menjadi faktor utama yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan

pendapatan daerah. Meskipun dalam perkembangan tahun senantiasa

mengalami peningkatan, akan tetapi apabila diperbandingkan kenaikan PAD

dengan Pendapatan Daerah secara keseluruhan,maka dirasa masih jauh dari

memadai.

Sebagaimana dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004,

sumber PAD merupakan penerimaan daerah yang dapat dijadikan sebagai

modal utama serta bukti kemandirian daerah dalam membiayai pengeluaran-

pengeluaran urusan rumah tangganya sendiri. Oleh karenanya, guna

menunjang pembiayaan tersebut maka daerah harus mampu menggali dan

mengoptimalkan sumber-sumber PAD yang potensial. PAD terdiri dari hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan serta lain-lain PAD

yang sah, yang melekat pada pengertian otonomi daerah. Salah satu sumber

PAD yang cukup penting bagi daerah adalah pajak daerah.

Pajak daerah memiliki peranan yang cukup penting di dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah karena besarnya dukungan atau sumbangan

penerimaan yang berasal dari pajak daerah. Oleh karena itu, perkembangan

dan kemajuan daerah sangat tergantung kepada kemampuan pemerintah

daerah dengan seluruh komponen masyarakat menggali potensi yang dimiliki

dan memanfaatkn setiap peluang yang ada. Dari pendapatan asli daerah

disektor pajak menjadi tolak ukur tingkat perkembangan ekonomi baik dalam

sekala nasional, regional maupun lokal.

Dalam terwujudya tujuan tersebut negara memerlukan sumber dana

yang cukup besar, sumber dana tersebut mempunyai peran penting guna

mendukung kelangsungan pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Sumber

dana tersebut dapat diperoleh melalui peran serta masyarakat secara bersama

dalam berbagai bentuk salah satu diantarantya adalah pajak. Sebagai negara

hukum telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23A berbunyi :

“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara

diatur dengan undang-undang”.

Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara tetap mempunyai

peranan penting dalam pembiayaan pembangunan nasional. Pajak sebagai

sumber pendapatan yang penting harus ditingkatkan peranannya secara

bertahap sesuai dengan kemampuan masyarakat dan dirasakan adil agar

mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya

dan mampu menunjang kegiatan ekonomi.

Pemerintah menyadari bahwa untuk memaksimalkan penerimaan dari

sektor pajak diperlukan sistem dan peraturan perpajakan yang memadai serta

mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat menjamin

peningkatan pengamanan penerimaan negara dari sektor pajak sesuai dengan

yang diharapkan. Langkah nyata yang telah diambil pemerintah adalah

memberikan hak otonomi atas daerah untuk mendapatkan keuangan sebagai

biaya untuk mengembangkan daerahnya, salah satunya adalah Pendapatan

Asli Daerah yang diperoleh dari pajak untuk dikelola dan diatur oleh daerah

yang bersangkutan sebagai langkah kepanjang tanganan dari pemerintah

pusat.

Masalah yang timbul antara lain adalah perlunya pengetahuan dan

keahlian tersendiri dalam menangani masalah perpajakan bagi semua pihak

yang terlibat, kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya dan

masalah pengawasan dari kantor pajak sendiri. Begitu pula masalah pajak

reklame yang terpampang di berbagai sudut kabupaten Bojonegoro, masalah

yang sering timbul adalah pemasangan reklame yang tidak memiliki ijin

reklame, serta wajib pajak sering tidak membayar pajak sesuai jangka waktu

yang telah ditentukan. Dalam kenyataannya, banyak diantara wajib pajak

yang memasang reklame tetapi tidak membayar pajak atau mangkir

melupakan kewajibannya sebagai wajib pajak. Dari permasalahan tersebut

maka penulis mengambil judul “Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame

Dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Bojonegoro (Studi di Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis mengangkat permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana optimalisasi pemungutan pajak reklame dalam kaitannya

dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Bojonegoro?

2. Apa hambatan yang dihadapi dalam optimalisasi pemungutan pajak

reklame berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Bojonegoro dan bagaimana solusinya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis optimalisasi pemungutan pajak

reklame dalam kaitannya dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Bojonegoro.

2. Untuk mencari dan menemukan solusi dari hambatan dalam optimalisasi

pemungutan pajak reklame dalam kaitannya dengan peningkatan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan,

antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan masukan pengetahuan dalam pengembangan bagi ilmu

hukum khususnya hukum administrasi negara tentang pemungutan pajak

reklame dalam kaitannya dengan peningkatan pendapatan asli daerah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk melatih sikap berfikir

kritis terhadap permasalahan yang dihadapi dan memperluas

pengetahuan masalah perpajakan khususnya pajak reklame dan

sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

b. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan

kepada masyarakat pentingnya kewajiban membayar pajak dalam

mendorong peningkatan pendapatan daerah.

c. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini dharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

dan pemikiran, sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan

masalah efektifnya pemungutan pajak reklame.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka

penulisan skripsi disusun secara sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, alasan

pemilihan judul, permasalahan, tujuan, manfaat penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian pajak, objek

pajak, subjek pajak, wajib pajak dan sumber-sumber pajak, serta

hal-hal yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian dalam

mencari, mengolah dan menganalisis data meliputi metode

pendekatan, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, populasi, sampel, responden, teknik analisis

data dan definisi operasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan tentang mekanisme pemungutan dan

penetapan pajak reklame serta kontribusinya terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi yang

berisikan kesimpulan merupakan jawaban atas pesoalan yang

dikemukakan dalam perumusan masalah sedangkan saran

ditujukan pada kesimpulan yang dapat penulis harapkan

dikemudian hari.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

F. Kajian Umum Tentang Pajak

1. Pengertian Pajak

Definisi mengenai pajak banyak ditulis oleh penulis-penulis yang ahli

dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang

berbeda. Namun bila kita amati, berbagai definisi yang berbeda-beda itu

mempunyai inti atau tujuan yang sama, hanya kadang-kadang terdapat

suatu kesan bahwa membayar pajak adalah merupakan suatu paksaan dan

kadang-kadang memberi kesan bahwa membayar pajak adalah suatu

kewajiban. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari definisi pajak adalah 25

:

Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari

sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-Undang

(dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik secara

langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran

umum.

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa unsur-unsur pajak adalah :

25 Mardiasmo, “Perpajakan”, Penerbit Andi Yogyakarta, 2001. hlm. 8

a. Iuran masyarakat kepada kas negara dalam arti yang berhak melakukan

pemungutan pajak adalah negara dengan alasan apapun pihak swasta

atau partikelir tidak boleh memungut pajak.

b. Berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dalam arti

bahwa walaupun negara mempunyai hak untuk memungut pajak

namun pelaksanaannya menurut Undang-Undang yang berlaku.

c. Tanpa jasa timbal balik (prestasi) dari negara yang dapat langsung

ditunjuk dalam arti bahwa jasa timbal balik atau kontra prestasi yang

diberikan negara kepada rakyatnya tidak dapat dihitung secara

langsung kepada besarnya jumlah pajak.

d. Untuk membiayai pemerintah yang bersifat umum dalam arti bahwa

pengeluaran-pengeluaran pemerintah tersebut mempunyai manfaat

bagi masyarakat secara umum.

e. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian dan

perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang.

Dari ke lima unsur tersebut, maka unsur yang paling menonjol adalah

unsur “paksaan” yang mempunyai arti bahwa bila utang pajak tersebut

dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti dengan surat paksa

dan sita maupun penyanderaan terhadap wajib pajak. Serta kewajiban

membayar pajak harus timbul dari kesadaran masyarakat untuk melakukan

kewajiban dan bukan karena terpaksa.

2. Fungsi Pajak dan Pembagian Jenis Pajak

a. Fungsi Pajak

Menurut Pasal 23A Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan

bahwa : “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk

keperluan negara diatur dengan undang - undang.” Ini berarti bahwa di

Indonesia suatu pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang,

yang lebih lanjut berarti harus mendapatkan persetujuan lebih dahulu

dari DPR. Beberapa berbagai fungsi pajak antara lain 26

:

1) Fungsi budgeter, yaitu fungsi yang letaknya di sektor publik dan

pajak-pajak disini merupakan suatu alat atau sumber untuk

memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara yang

pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran rutin dan apabila setelah itu masih ada sisa yang

lazimnya disebut surplus maka surplus ini dapat digunakan untuk

membiayai investasi pemerintah.

2) Fungsi mengatur, yaitu bahwa pajak-pajak dalam hal ini digunakan

sebagai suatu alat untuk tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang

keuangan. Fungsi mengatur ini lazimnya kita lihat di dalam sektor

swasta.

Fungsi pajak dalam kaitannya dengan pembangunan dan

kesejahteraan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata

adalah sebagai berikut 27

:

26 Muqodim, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”, Gramedia, Jakarta, 2007. hlm. 7

27 Ibid., hlm. 8

1) Fungsi Budgeter

Pajak merupakan sumber keuangan negara yang digunakan dalam

pembiayaan negara serta menempati posisi yang sangat vital dan

dominan dalam APBN yang ditetapkan setiap tahun oleh

pemerintah dan rakyat melalui wakilnya di DPR.

2) Fungsi Regulasi

Pajak berfungsi mengatur perekonomian secara keseluruhan guna

mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

3) Fungsi Demokrasi

Pajak merupakan salah satu penjelmaan dari sistem kekeluargaan

dan kegotongroyongan rakyat dimana rakyat sadar akan bukti dan

tanggung jawabnya kepada negara.

4) Fungsi Retribusi

Dalam menentukan tarif pajak, pemerintah menggunakan sistem

progressive, artinya kepada golongan yang lebih mampu dikenakan

tarif yang lebih tinggi, sehingga asas keadilan sosial yang merata

bagi seluruh rakyat dapat ditegakkan.

b. Pembagian Jenis Pajak

Pembagian jenis pajak dibagi sebagai berikut 28

:

1) Jenis pajak menurut sistem pemungutannya, dibagi menjadi dua

golongan, yaitu :

28 Muqodim, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”, Gramedia, Jakarta, 1999. hlm. 4

a) Pajak langsung

Adalah pajak-pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak

yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang

lain, yang menjadi tujuan adalah langsung pada wajib pajak itu

sendiri (pihak kedua), contohnya adalah pajak penghasilan.

b) Pajak tidak langsung

Adalah suatu pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan

kepada pihak lain, yang menjadi tujuan adalah pihak ketiga

(konsumen) sedangkan pihak kedua yaitu produsen atau

pengusaha jasa, sebagai wajib pajak berfungsi sebagai

pemungut pajak untuk kepentingan pihak pertama yaitu fiskus,

sebagai contohnya adalah pajak pertambahan nilai barang dan

jasa.

2) Jenis pajak berdasarkan kewenangan memungut, digolongkan

menjadi dua, yaitu :

a) Pajak pusat

Yaitu yang menyelenggarakan di daerah dilakukan Kantor

Pelayanan Pajak setempat dan hasilnya digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara pada umumnya, contoh Pajak

penghasilan, PPN Barang dan jasa.

b) Pajak daerah

Yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada pada

pemerintah daerah (Propinsi, Kabupaten untuk pembiayaan

rumah tangga daerahnya), contohnya Pajak Kendaraan

Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

c) Jenis Pajak berdasarkan sifatnya, dibagi sebagai berikut :

(1) Pajak yang bersifat perorangan atau subyektif, yaitu pajak-

pajak yang pemungutannya berpangkal pada dirinya,

keadaan diri wajib pajak dapat mempengaruhi besar

kecilnya jumlah pajak yang harus dibayar.

(2) Pajak yang bersifat kebendaan atau obyektif, yaitu pajak-

pajak yang pemungutannya berpangkal pada obyeknya dan

pajak ini dipungut karena keadaan, perbuatan dan kejadian

yang dilakukan atau terjadi dalam wilayah negara dengan

tidak mengindahkan kediaman atau sifat subyeknya.

d) Jenis pajak menurut golongannya, adalah :

(1) Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul wajib

pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan

kepada orang lain. Dalam arti administratif pajak-pajak

langsung ini dikenakan secara berulang-ulang pada waktu

tertentu berdasarkan surat ketetapan pajak.

(2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pada akhirnya

dapat dilimpahkan pada orang lain, yang menjadi tujuan

adalah pihak ketiga. Pihak kedua sebagai wajib pajak

berfungsi memungut pajak tidak langsung untuk

kepentingan fiskus.

e) Jenis pajak menurut sifatnya, adalah :

(1) Pajak subjektif, adalah pajak yang pemungutnya ber

pangkal pada diri orangnya (subyeknya), keadaan wajib

pajak dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah pajak

yang harus dibayar. Daya pikul wajib pajak diukur dengan

memperhatikan keadaan dari wajib pajak.

(2) Pajak objektif, adalah pajak yang pemungutannya

berpangkal pada obyeknya, dan pajak ini dipungut karena

keadaan, perbuatan dan kejadian yang dilakukan atau

terjadi dalam wilayah negara dengan tidak mengindahkan

kediaman atau sifat subyeknya.

f) Jenis pajak menurut wewenangnya adalah :

(1) Pajak pusat atau negara, yaitu pajak yang dipungut

pemerintah pusat yang penyelenggaraannya di daerah

dilakukan oleh inspeksi pajak setempat dan hasilnya

digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada

umumnya. Pajak yang dipungut pemerintah pusat dapat

digolongkan sebagai berikut :

(a) Yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak antara lain :

Bea materai, Pajak Penghasilan, IPEDA, Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Kekayaan dan

Pajak Lelang.

(b) Yang dikelola Direktur Jenderal Moneter adalah : Pajak

Minyak Bumi.

(c) Yang dikelola Direktorat Jenderal Bea dan Cukai antara

lain: Bea masuk, Pajak penjualan impor dan pajak

pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa serta Pajak

Ekspor.

(2) Pajak Daerah adalah Pajak yang dipungut oleh daerah atau

propinsi, Kabupaten maupun Kotamadya berdasarkan

peraturan daerah masing-masing dan hasilnya digunakan

untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing.

Dari fungsi pajak tersebut maka dapat dikatakan bahwa pajak

dipungut pemerintah merupakan sebagai sumber dana yang

diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah

dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Disamping itu pajak

juga mempunyai fungsi untuk mengatur dalam melaksanakan

kebijakan dalam bidang sosial dan ekonomi, misal pengenaan pajak

yang tinggi terhadap barang-barang impor dengan tujuan untuk

melindungi produksi dalam negeri.

Untuk jenis pajak berdasarkan kewenangan memungut dibagi

menjadi dua, yaitu :

a. Pajak pusat

Adalah yang menyelenggarakan di daerah dilakukan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setempat.

b. Pajak daerah

Adalah wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah

(propinsi, kabupaten).

Jenis pajak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Pajak subyektif adalah yang pemungutannya berpangkal pada

dirinya

b. Pajak obyektif adalah pajak yang pemungutannya berpangkal pada

obyeknya.

Sedangkan pajak menurut jenisnya dapat diartikan bahwa pajak

langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak,

sedangkan pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain yang menjadi tujuan adalah pihak ke

tiga (konsumen), sedangkan pihak ke dua (produsen).

3. Syarat-syarat Pemungutan Pajak

Agar tercapainya suatu keseimbangan dalam pemungutan pajak

maka ditetapkan syarat-syarat pemungutan tersebut yaitu 29

:

a. Pemungutan pajak harus adil.

Adil dalam pemungutan pajak meliputi adil dalam perundang-

undangan maupun adil dalam pelaksanaannya, dimana mencari

keadilan disini adalah dengan mengusahakan agar dalam pemungutan

pajak dilaksanakan secara umum dan merata.

29 Mardiasmo, “Perpajakan”, Penerbit Andi Yogyakarta, 2000. hlm. 2

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum yang perlu

untuk menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk warga maupun

negara.

c. Tidak mengganggu perekonomian.

Kebijakan pemungutan pajak diusahakan supaya tidak menghambat

jalannya perekonomian, sehingga tidak merugikan kepentingan umum

dan tidak menghalangi usaha rakyat, dalam usaha menuju

kesejahteraan.

d. Pemungutan pajak harus efisien.

Dengan diterapkannya sistem pemungutan pajak yang sederhana dan

mudah dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dalam

permasalahan pajak yang rumit.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Dengan diterapkannya sistem pemungutan pajak yang simpel dan tidak

berbelit-belit sehingga mudah dimengerti dan mudah dilaksanakan

oleh wajib pajak.

Dalam persyaratan yang di tetapkan di atas dapat di simpulkan

bahwa :

a. Pemungutan pajak harus diselenggarakan secara adil dan merata yaitu

dengan tidak membedakan tingkat dan kedudukan sosial dalam

masyarakat, dalam hal ini semua masyarakat akan mendapatkan beban

yang sama jika mempunyai kemampuan ekonomis yang sama dan

semua masyarakat akan mendapatkan beban yang berbeda dengan

kondisi dan keadaan ekonomis yang berbeda.

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang untuk dapat

mewujudkan keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Kebijakan pajak diusahakan agar pemungutan pajak tidak

menghambat kelancaran proses produksi dan perdagangan serta

merugikan kepentingan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.

d. Dengan diterapkan efisiensi dalam pemungutan pajak maka akan

dapat meningkatkan pendapatan dan realisasi pajak.

e. Sistem dalam pemungutan pajak harus diterapkan secara sederhana

dan mudah agar tidak menyulitkan warga dalam menghitung

pajaknya. Dengan demikian akan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam membayar pajak.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Terdapat beberapa cara untuk memungut pajak. Cara tersebut

kemudian dibagi menurut sifatnya sebagai berikut 30

:

a. Menurut Waktu Pemungutan

Berdasarkan waktu pemungutan, pajak dapat dibedakan menjadi dua.

Pertama, pemungutan pajak yang dilakukan pada awal tahun pajak

30 Tunggul Anshari Setia Negara, “Pengantar Hukum Pajak”. Bayumedia Publishing,

Malang, 2008. hlm. 53

(voorheffing). Kedua, pemungutan pajak yang dilakukan pada akhir

tahun pajak (naheffing).

b. Menurut Dasar Penetapan Pajak

Berdasarkan Penetapan Pajak, terdapat tiga sistem atau stelsel sebagai

berikut :

1) Sistem Fiktif (Anggapan)

Pada sistem ini pemungutan pajak didasarkan pada suatu fiksi

hukum atau anggapan tertentu, karena itu sistem ini memakai cara

pemungutan pajak voorheffing. Anggapan dalam hal ini bukan

berarti sembarangan. Dasar yang dpergunakan adalah dengan

memakai cara menganggap bahwa penghasilan yang diterima

seseorang wajib pajak sama besarnya untuk setiap tahun pajak.

2) Sistem Riil (Nyata)

Pada sistem ini pemungutan pajak didasarkan pada keadaan atau

penghasilan yang nyata, yaitu penghasilan yang diterima atau

diperoleh sebenarnya dalam tahun pajak yang bersangkutan.

Penghasilan baru dapat diketahui dan dipungut setelah berakhirnya

tahun pajak yang bersangkutan (naheffing). Pajak yang dipungut

dalam sistem ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga

nilai keadilannya tinggi.

3) Sistem Campuran

Sistem ini merupakan sistem campuran antara sistem anggapan dan

sistem nyata. Sistem ini merupakan upaya untuk menghapus atau

mengurangi kelemahan kedua sistem tersebut. Mekanisme sistem

ini, pada awal tahun besarnya utang pajak yang dikenakan pada

wajib pajak dihitung berdasarkan sistem anggapan sehingga pada

awal tahun itu sudah dapat dikenakan surat ketapan pajak fiktif.

Setelah tahun pajak berkahir, utang pajak dikoreksi dan

disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya dengan memakai

sistem nyata, dan pada saat itu dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak

final.

c. Menurut yang Menetapkan Pajaknya

Menurut yang menetapkan pajak, sistem ini kemudian dibagi menjadi

tiga, yaitu :

1) Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pemerintah selaku fiscus untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak. Wajib pajak dalam hal ini bersifat pasif

sehingga wajib pajak baru mengetahui adanya utang pajak setelah

dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak misalnya Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

2) Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang. Wajib pajak dalam hal ini bersifat aktif karena ikut

menentukan besar pajaknya mulai dari menghitung, menyetor

hingga melaporkan misalnya Pajak Penghasilan (PPh).

3) With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga. Pihak ketiga bukan fiscus maupun wajib pajak.

Sistem ini dapat dilihat dalam Penerapan Pajak Penghasilan (PPh)

pasal 21 misalnya dalam instansi pemerintah, pihak ketiganya

adalah bendaharawan pemerintah yang bertanggungjawab untuk

memotong pajak terhadap penghasilan yang mereka bayarkan.

G. Kajian Umum Tentang Pajak Daerah

1. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah adalah : “Pajak yang dipungut daerah berdasarkan

peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan

pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut”. Sedangkan

menurut pasal 1 ayat 10 Undang-Undang RI No. 28 tahun 2009 pajak

adalah 31

:

Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi

atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,

yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku

yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah

daerah dan pembangunan daerah.

Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan

oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang

pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya

31 Mardiasmo, “Perpajakan”, Penerbit Andi Yogyakarta, 1995. hlm. 31

digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam

melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan didaerah.

Menurut Undang-Undang RI No. 28 tahun 2009 pajak daerah di Indonesia

terbagi menjadi dua, yaitu pajak propinsi dan pajak kabupaten/kota.

Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan

pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi

propinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan. Berdasarkan Undang-

Undang RI No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, ditetapkan lima jenis pajak propinsi dan sebelas jenis pajak

kabupaten/kota.32

2. Objek Pajak Daerah

Objek pajak pada setiap jenis pajak daerah tidak ditetapkan secara

tegas, tetapi menyerahkan kebijakan seutuhnya pada peraturan pemerintah

daerah yang bersangkutan. Hal ini merupakan penentuan objek pajak

secara umum, mengingat pemberlakuan suatu jenis pajak daerah pada

suatu propinsi atau kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah

untuk mengetahui apa yang menjadi objek pajak harus dilihat apa yang

ditetapkan peraturan daerah dimaksud sebagai objek pajak.33

Sehingga

dapat disimpulkan bahwa objek pajak daerah diserahkan sepenuhnya

32 Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2009 sebagaimana dikutip oleh Marihot P.

Siahaan tentang, “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”, Raja Grafindo Persada, jakarta. hlm. 51

33 Marihot P. Siahaan, “Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, Dan Penagihan Pajak

Dengan Surat Paksa”, Raja Grafindo Persada, jakarta, 2004. hlm. 141

kepada pemerintah daerah untuk memberikan batasan dan klasifikasi

terhadap objek pajak yang bersangkutan.

3. Subjek dan Wajib Pajak Daerah

Dalam pemungutan pajak daerah, terdapat istilah yang kadang

disamakan walaupun sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda yaitu

subjek pajak dan wajib pajak. Subjek pajak adalah orang pribadi atau

badan yang dapat dikenakan pajak daerah. Dengan demikian, siapa saja

baik orang pribadi atau badan, yang memenuhi syarat objektif yang

ditentukan dalam suatu peraturan daerah tentang pajak daerah, akan

menjadi subjek. Sementara itu, wajib pajak adalah orang pribadi atau

badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah

diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk

pemungut atau pemotong pajak tertentu. Oleh sebab itu, seseorang atau

suatu badan menjadi wajib pajak apabila telah ditentukan oleh peraturan

daerah untuk melakukan pembayaran pajak, serta orang atau badan yang

diberi kewenangan untuk memungut pajak dari subjek pajak. Hal ini

menunjukkan bahwa wajib pajak dapat merupakan subjek pajak yang

dikenakan kewajiban membayar pajak maupun pihak lain yang bukan

merupakan subjek pajak, yang berwenang memungut pajak dari subjek

wajib pajak.

4. Asas Pemungutan Pajak Daerah

Dalam skripsi, Indra Widhi Ardiasyah asas pemungutan pajak daerah

sebagai berikut:

a. Harus ada kepastian hukum

b. Pemungutan pajak daerah tidak boleh diborong

c. Masalah pajak harus jelas

d. Barang-barang keperluan hidup sehari-hari tidak boleh langsung

dikenakan pajak daerah dan memberikan keistimewaan yang

menguntungkan kepada seseorang atau golongan. Duta dan konsulat

asing tidak boleh dibebankan kecuali dengan keputusan presiden.

Pemungutan pajak daerah selain didasarkan dan dilaksanakan

menurut asas-asas dan norma-norma hukum, juga perlu diperhatikan

bahwa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik kepada wajib pajak.

Prinsip-prinsip tersebut yaitu 34

:

a. Prinsip kesamaan

Artinya bahwa beban pajak harus sesuai dengan kemampuan relatif

dari setiap wajib pajak. Perbedaan dalam tingkat penghasilan harus

digunakan sebagai dasar di dalam retribusi beban pajak itu, sehingga

bukan beban pajak dalam arti uang yang penting tetapi beban riil

dalam arti kepuasan yang hilang.

b. Prinsip Kepastian

Pajak jangan sampai membuat rumit bagi wajib pajak, sehingga mudah

dimengerti oleh mereka dan juga akan memudahkan administrasi

pemerintah sendiri.

34 Indra Widhi Ardiasyah, “Analisis Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 1989-2003”, skripsi, Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2005. hlm. 58

c. Prinsip Kecocokan

Pajak jangan sampai menekan bagi wajib pajak, sehingga wajib pajak

akan dengan suka dan senang hati melakukan pembayaran pajak

kepada pemerintah.

H. Kajian Umum Tentang Pajak Reklame

1. Pengertian Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada seluruh daerah kabupaten atau

kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang

diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau

tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Pajak reklame untuk

di Kabupaten Bojonegoro berdasarkan pada Peraturan Bupati No. 36

Tahun 2011 tentang objek dan subjek Pajak reklame serta besaran tarif

yang dikenakan kepada berbagai jenis reklame di Kabupaten Bojonegoro.

2. Objek Pajak Reklame

Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.

Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame

atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada dinas pendapatan

daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi

objek pajak reklame adalah meliputi: reklame papan, reklame megatron,

reklame kain, reklame melekat (sticker), reklame selebaran, reklame

berjalan, reklame udara, reklame suara, reklame film dan reklame

peragaan.

3. Subjek dan Wajib Pajak Reklame

Pada pajak reklame subjek pajak adalah orang pribadi atau badan

yang menyelenggarakan atau melakukan pemasangan reklame. Sementara

itu wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan

reklame. Jika reklame diselenggarakan langsung oleh orang pribadi atau

badan yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, wajib pajak

reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut. Apabila

penyelenggaraan reklame dilaksanakan oleh pihak ketiga, misalnya

perusahaan jasa periklanan, pihak ketiga tersebut menjadi wajib pajak

reklame.35

Pemungutan pajak reklame didasarkan pada Peraturan Bupati

No. 36 tahun 2011 tentang Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro.

Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten

atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan

yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan

atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten atau kota. Oleh karena

itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota,

pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah

tentang Pajak Reklame yang akan menjadi landasan hukum operasional

dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak reklame di

daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.

I. Kajian Umum Tentang Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah dikategorikan dalam pendapatan rutin Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pendapatan Asli Daerah merupakan

suatu pendapatan yang menunjukkan suatu kemampuan daerah menghimpun

35 Marihot P. Siahaan, “Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, Dan Penagihan Pajak

Dengan Surat Paksa”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. hlm. 105

sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan.

Jadi pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai

pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan

potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan

tanggungjawabnya.36

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang No.33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

menyebutkan bahwa tujuan pendapatan asli daerah adalah memberikan

keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan pelaksanaan otonomi

daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Salah satu upaya untuk melihat

kemampuan daerah dalam rangka self supporting dari segi keuangan daerah

dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, adalah

dengan melihat komposisi dari penerimaan daerah yang ada. Semakin besar

komposisi pendapatan asli daerah, maka semakin besar pula kemampuan

pemerintah daerah untuk memikul tanggungjawab yang lebih besar. Tetapi

semakin kecil komposisi pendapatan asli daerah terhadap penerimaan daerah

maka ketergantungan terhadap pusat semakin besar. Sedangkan dampak yang

dirasakan masyarakat dengan adanya peningkatan penerimaan pendapatan asli

daerah adalah kelancaran pembangunan. Pembangunan meliputi berbagai

sektor diantaranya adalah pembangunan jalan, pembangunan fasilitas umum

36 Indra Widhi Ardiasyah, “Analisis Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Purworejo Tahun 1989-2003”, skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas

Islam Indonesia, Yogyakarta, 2005. hlm. 61

dan fasilitas lain.37

Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan

masyarakat dan pembangunan, maka pemerintah suatu negara pada

hakekatnya mengemban tugas dan fungsi utama yaitu fungsi alokasi yang

meliputi alokasi yang meliputi antara lain pendapatan dan kekayaan

masyarakat, pemerataan pembangunan, dan fungsi stabilitas yang meliputi

antara lain, pertahanan dan keamanan, ekonomi dan moneter. Fungsi distribusi

dan fungsi stabilitas pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh

pemerintah daerah, karena daerah pada umumnya lebih mengetahui kebutuhan

serta standart pelayanan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya perlu

diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda dari masing-masing

wilayah. Dengan demikian pembagian ketiga fungsi dimaksudkan sangat

penting sebagai landasan dalam menentukan dasar-dasar perimbangan

keuangan antara pusat dan daerah.

Untuk mendorong penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab di daerah secara

proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan

keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah

daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah

dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan.38

37 CST Kansil dan Christine Kansil, “Pemerintahan Daerah di Indonesia”, Hukum

Administrasi Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2004. hlm. 11

38 Ibid., hlm. 62

Sumber-sumber pendapatan daerah sebagaimana yang diuraikan di atas,

telah diatur secara rinci dan sah menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yaitu Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pungutan daerah menurut peraturan daerah

yang dipergunakan untuk membiayai urusan rumah tangga daerah

sebagai badan hukum publik.

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran

pemakaian atau karena memperoleh jasa atau pekerjaan atau pelayanan

pemerintah daerah dan jasa usaha milik daerah bagi yang

berkepentingan atas jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung

maupun tidak langsung.

c. Badan Usaha Milik Daerah

Bagian Badan Usaha Milik Daerah ialah bagian keuntungan atau laba

bersih dari perusahaan daerah atas badan lain yang merupakan badan

usaha milik daerah. Sedangkan perusahaan daerah adalah perusahaan

yang modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah

yang dipisahkan.

d. Pendapatan Lain-lain Daerah Yang Sah

Merupakan penerimaan selain yang disebutkan di atas tapi sah.

Penerimaan ini mencakup sewa rumah dinas daerah, sewa gedung dan

tanah milik daerah, jasa giro, hasil penjualan barang-barang bekas

milik daerah dan penerimaan lain-lain yang sah menurut Undang-

Undang.39

2. Dana Perimbangan

a. Bagi Hasil Pajak

b. Bagi Hasil Bukan Pajak

c. Dana Alokasi Umum

3. Lain-Lain Penerimaan yang Sah

Sebagai daerah otonomi, daerah mempunyai sumber keuangan yang

dapat digali dari daerahnya sendiri atau disebut juga pendapatan asli

daerah. Berikut penjelasan uraian dari sumber-sumber pendapatan asli

daerah adalah :

a. Hasil Retribusi Daerah

Retribusi daerah menurut Undang-Undang RI No. 28 tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah “Pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.”

39 Ibid., hlm. 63

b. Hasil Perusahaan Daerah

Dilihat dari asal usul pendirian suatu perusahaan daerah, perusahaan

daerah digolongkan sebagai berikut 40

:

1) Perusahaan daerah yang berasal dari perusahaan asing yang

dinasionalisasikan oleh pemerintah atau yang diserahkan kepada

pemerintah daerah.

2) Perusahaan daerah yang berasal dari perusahaan negara yang

diserahkan kepada perusahaan daerah.

3) Perusahaan daerah yang didirikan oleh pemerintah daerah baik

dengan modal seluruhnya atau sebagian yang merupakan kekayaan

daerah.

Dari penggolongan tersebut dapat di simpulkan bahwa

perusahaan daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli

Daerah baik yang berasal dari perusahaan asing, perusahaan negara

maupun perusahaan pemerintah daerah yang dapat memberikan hasil

bagi daerah berupa dana pembangunan daerah untuk Anggaran Belanja

Daerah.

c. Pendapatan lain-lain yang sah

Sumber pendapatan ini tidak tergolong pada sumber pendapatan

murni daerah ataupun pendapatan yang berasal dari pemberian

pemerintah. Yang termasuk dalam sumber pendapatan ini adalah 41

:

1) Hasil insidentil dari penjualan barang atau jasa milik

pemerintah daerah.

2) Sumbangan dari pihak ke tiga

3) Penerimaan bunga dari saham bank pembangunan daerah.

4) Jasa Giro

5) Penerimaan Usaha Dinas

40 Marsono, “Pajak Daerah”, Gramedia, Jakarta, 1986. hlm. 93

41 Santoso Brotodiharjo, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”, Refika Aditama, Bandung, 1997.

hlm. 106

6) Penerimaan lain-lain

d. Dana Perimbangan

Pengertian Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang

No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah adalah : “Pemerintah yang diperoleh daerah dari

sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.” Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah berupa

sumbangan dari pemerintah diberikan, dalam bentuk 42

:

1) Ganjaran yang merupakan suatu bentuk pemberian terarah

dari pemerintah atau instansi yang lebih tinggi baik kepada

Daerah Tingkat I maupun Tingkat II.

2) Subsidi daerah otonomi merupakan subsidi yang diberikan

untuk gaji pegawai dan tunjangan pangan, besarnya subsidi

daerah yang diberikan oleh pemerintah didasarkan atas daftar

gaji nominatif pegawai daerah dan pegawai sipil yang

diperbantukan pada daerah otonomi masing-masing.

Disamping sumbangan tersebut ada yang diberikan dalam

bentuk bantuan dengan Instruksi Presiden dan peraturan

lainnya. Selain itu juga dalam bentuk sumbangan yang

diberikan secara insidentil kepada pemerintah daerah,

misalnya untuk penanggulangan bencana alam atau musibah

lain yang memerlukan bantuan pemerintah.

Baik ganjaran maupun subsidi tersebut merupakan Pendapatan

Daerah yang berasal dari pemberian Pemerintah yang juga digunakan

untuk Anggaran Pembelanjaan Daerah. Adapun pendapatan yang

berasal dari Dana Perimbangan adalah sebagai berikut :

42 Santoso Brotodiharjo, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”, Refika Aditama, Bandung , 1995.

hlm. 105

a. Bagi hasil Pajak

Yang termasuk pendapatan yang berasal dari bagi hasil pajak

menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah :

1) Pajak Bumi dan Bangunan

2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTP)

3) Bagi Hasil PPH 21

4) Bagi Hasil Pajak Lainnya

b. Bagi Hasil Bukan Pajak

Yang termasuk pendapatan yang berasal dari bagi hasil pajak

bukan pajak dalam dana perimbangan adalah :

a. Propinsi Sumber Daya Hutan (PSDH)

b. Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi (Royaltie)

c. Minyak Bumi

d. Gas Alam

e. Pemberian Hak Atas Tanah Negara

c. Dana Alokasi Umum (Lain-lain Penerimaan Yang Sah)

Pendapatan yang berasal dari Penerimaan Lain-lain yang Sah

menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 dibagi menjadi dua,

antara lain :

1) Penerimaan dari Propinsi :

(a) Pajak Kendaraan Bermotor

(b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

(d) Pajak Air Permukaan

(e) Pajak Rokok

2) Pajak Daerah Tingkat II terdiri atas 11 (sebelas) jenis :

(a) Pajak Hotel

(b) Pajak Restoran

(c) Pajak Hiburan

(d) Pajak Reklame

(e) Pajak Penerangan Jalan

(f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

(g) Pajak Parkir

(h) Pajak Air Tanah

(i) Pajak Sarang Burung Walet

(j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

(k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Ruang lingkup pajak daerah hanya terbatas pada objek pajak

yang belum dikenakan oleh negara (pusat). Di samping itu ada

ketentuan bahwa pajak dari daerah yang lebih rendah tingkatannya

tidak boleh memasuki objek pajak dari daerah yang lebih tinggi

tingkatannya. Tarif pajak daerah ditentukan berdasarkan peraturan

masing-masing daerah.

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh hasil yang obyektif maka dalam penulisan dibutuhkan

data atau informasi yang relevan dengan masalah yang dibahas, sehingga dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini penulis menggunakan

metode penelitian sebagai berikut:

A. Metode Pendekatan

Metode pada dasarnya adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan. Maka dalam hal ini tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan

masalah. Langkah-langkah dalam menempuh harus relevan dengan masalah

yang sudah dirumuskan. Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian,

serta teori-teori yang telah ditinjau, maka metode pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu

melihat dari segi peraturan tertulis berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Bupati No.

36 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro selain itu

melihat kondisi dan kenyataan yang ada di masyarakat.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro. Pemilihan lokasi ini karena

memiliki kewenangan dalam mengatur keuangan serta pendapatan yang

masuk penerimaan daerah Kabupaten Bojonegoro dan terdapat pertimbangan

bahwa Kabupaten Bojonegoro termasuk kota yang memiliki potensi cukup

besar dalam menyumbang penerimaan daerah dari sektor pajak. Hal ini

menandakan potensi pendapatan pajak akan berkembang secara besar

sehingga dapat melihat pengaruh pajak reklame dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan sekunder yang ada di

Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten

Bojonegoro di Bidang Pendapatan Asli Daerah terkait dengan masalah pajak

reklame.

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diamati, dan

dicatat untuk pertama kalinya. Data primer berkaitan langsung dengan

keperluan penelitian atau dikumpulkan untuk tujuan penelitian.43 Dalam

penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dari sumber data yang

terkait dalam bentuk hasil wawancara dan gambar-gambar hasil observasi.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis,

berasal dari pihak yang bukan penulis sendiri. Data yang diperoleh dari

hasil dengan mencatat atau mengutip langsung dokumen-dokumen dari

objek penelitian atau dari literatur yang berkaitan dengan bahan penelitian,

19 Herman Suryokumoro, “Pedoman Penelitian”, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,

Malang, 2003. hlm. 3

misalnya laporan keuangan dan daftar serta keterangan yang diterbitkan/

tidak diterbitkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi dan Wawancara

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara mendalam yang

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada objek yang

diteliti, meminta keterangan serta penjelasan secara lisan sehingga

diperoleh keterangan secara langsung dari pihak-pihak yang terkait,

responden dalam penelitian ini yaitu pejabat Kepala Dinas Pendapatan

Asli Daerah, Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan menangani reklame,

dan Kepala Sub Bagian Keuangan di kantor Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro.

2. Dokumentasi

Data yang diperoleh dengan mencari dan mendapatkan data yang terdapat

dalam buku-buku kepustakaan dan peraturan-peraturan yang membahas

tentang pajak daerah, pajak reklame yang dilakukan di pusat dokumentasi

ilmu hukum (PDIH) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, perpustakaan

pusat dan perpustakaan Universitas lain. Selain itu juga bahan dan data

dicari melalui penelusuran internet, dokumen-dokumen dari objek

penelitian dan literatur berupa arsip-arsip yang berkaitan dengan bahan

penelitian.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek atau seluruh individu atau seluruh

gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang diteliti atau populasi

adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama.44

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang terkait dengan

penelitian ini yaitu Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

Kabupaten Bojonegoro.

2. Sampel

Sampel adalah suatu proses dalam memilih suatu himpunan bagian

atau sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara

purposive sampling, yaitu dengan cara pengambilan responden yang

dilakukan didasarkan kriteria tertentu yang terkait dengan permasalahan

penelitian ini yaitu Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Asset Kabupaten Bojonegoro, Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala

Bidang Pendapatan Asli Daerah dan Kepala Seksi Pendataan dan

Penetapan mengenai Pajak reklame.

F. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis untuk memecahkan masalah dan tujuan

penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu memaparkan

segala informasi dan data-data yang diperoleh baik data primer maupun data

sekunder dan memberikan gambaran secara jelas dan sistematis mengenai

44 Bambang Sunggono, “Metode Penelitian Hukum”. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998.

hlm. 118

fakta-fakta serta gejala-gejala yang timbul dalam hubungan antara ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan keadaan di lapangan.

Teknik analisis ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyajian tentang informasi mengenai pemungutan atau pembayaran pajak

reklame yang ada di Kabupaten Bojonegoro.

2. Memberikan informasi mengenai perkembangan penerimaan pajak

reklame di Kabupaten Bojonegoro serta prosentase yang masuk dalam

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro.

G. Defisini Operasional Variabel

1. Optimalisasi

Optimalisasi berasal dari kata optimal yang memiliki arti terbaik atau

tertinggi. Selanjutnya dijelaskan bahwa optimal adalah perihal

pengoptimalan. Dari pengertian optimalisasi tersebut menunjukkan sistem

proses atau kegiatan yang diterapkan untuk mencapai hasil yang terbaik.45

2. Pemungutan Pajak

Suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan

subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan

penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.46

3. Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada seluruh daerah kabupaten atau

kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang

diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau

tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.47

45 Yuwono Trisna, Abdullah. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Praktis Surabaya, hlm. 304

46 Pasal 1 angka 49 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 “Pajak daerah dan Retribusi

Daerah”.

47 Marihot P. Siahaan, “Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, Dan Penagihan Pajak

Dengan Surat Paksa”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 104

4. Pendapatan Asli Daerah

Pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai

pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam

memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk

membiayai tugas dan tanggungjawabnya.48

48 Marihot P. Siahaan, “Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban, Dan Penagihan Pajak

Dengan Surat Paksa”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kabupaten Bojonegoro

Masa kehidupan sejarah Indonesia kuno ditandai oleh pengaruh kuat

kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak abad I yang membedakan

warna kehidupan sejarah Indonesia jaman Madya dan jaman Baru.

Sedangkan Bojonegoro masih dalam wilayah kekuasaan Majapahit,

sampai abad XVI ketika runtuhnya kerajaan Majapahit, kekuasaan pindah

ke Demak, Jawa Tengah. Bojonegoro menjadi wilayah kerajaan Demak,

sehingga sejarah Bojonegoro kuno yang bercorak Hindu dengan fakta

yang berupa penemuan-penemuan banyak benda peninggalan sejarah asal

jaman kuno di wilayah hukum Kabupaten Bojonegoro mulai terbentuk.

Slogan yang tertanam dalam tradisi masyarakat sejak masa Majapahit

"sepi ing pamrih, rame ing gawe" tetap dimiliki sampai sekarang.

Bojonegoro sebagai wilayah kerajaan Demak mempunyai loyalitas

tinggi terhadap raja dan kerajaan. Berkembangnya budaya baru yaitu

Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan

tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam tanpa disertai

gejolak. Raden Patah, Senopati Jumbun, Adipati Bintoro, diresmikan

sebagai raja I awal abad XVI dan sejak itu Bojonegoro menjadi wilayah

kedaulatan Demak. Dalam peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan

membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah kerajaan Pajang dengan raja

Raden Jaka Tinggkir Adipati Pajang pada tahun 1568. Pangeran Benawa,

putra Sultan Pajang, Adiwijaya merasa tidak mampu untuk melawan

Senopati yang telah merebut kekuasaan Pajang 1587. Maka Senopati

memboyong semua benda pusaka kraton Pajang ke Mataram, sehingga

Bojonegoro kembali bergeser menjadi wilayah kerajaan Mataram. Daerah

Mataram yang telah diserahkan Sunan Amangkurat kepada VOC

berdasarkan perjanjian, adalah pantai utara Pulau Jawa, sehingga

merugikan Mataram. Perjanjian tahun 1677 merupakan kekalahan politik

berat bagi Mataram terhadap VOC. Oleh karena itu, status kadipaten pun

diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan,

Mas Toemapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan

di Jipang pada tanggal 20 Oktober 1677. Maka tanggal, bulan dan tahun

tersebut ditetapkan sebagai HARI JADI KABUPATEN BOJONEGORO.

Pada tahun 1725 Susuhunan Pakubuwono II naik tahta. Tahun itu

juga Susuhunan memerintahkan agar Raden Tumenggung Haria Mentahun

I memindahkan pusat pemerintahan kabupaten Jipang dari Padangan ke

Desa Rajekwesi. Lokasi Rajekwesi ± 10 Km di selatan kota Bojonegoro.

Sebagai kenangan pada keberhasilan leluhur yang meninggalkan nama

harum bagi Bojonegoro, tidak mengherankan kalau nama Rajekwesi tetap

dikenang di dalam hati rakyat Bojonegoro sampai sekarang.49

49 www.bojonegoro.co.id tanggal 24 Mei 2011. (sejarah Kabupaten Bojonegoro)

2. Kondisi Geografis Kabupaten Bojonegoro

Kabupaten Bojonegoro memiliki luas sejumlah 230.706 Ha, dengan

jumlah penduduk sebesar 1.176.386 jiwa merupakan bagian dari wilayah

propinsi Jawa Timur dengan jarak ± 110 Km dari Ibu kota Propinsi Jawa

Timur. Letak geografis Kabupaten Bojonegoro Bujur Timur : 111º25' dan

112º09' Lintang Selatan : 6º59' dan 7º37'. Topografi Kabupaten

Bojonegoro menunjukkan bahwa di sepanjang daerah aliran sungai

Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di bagian

Selatan merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan Gunung Pandan,

Kramat dan Gajah.

Dari wilayah seluas diatas, sebanyak 40,15% merupakan hutan

negara, sedangkan yang digunakan untuk sawah tercatat sekitar 32,58%.

Sebagai daerah yang beriklim tropis, Kabupaten Bojonegoro hanya

mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk

memonitor rata-rata curah hujan yang jatuh, di Kabupaten Bojonegoro

tersedia sebanyak 22 buah stasiun penangkar hujan yang tersebar di 16

kecamatan. Dari pantauan tersebut, tercatat jumlah hari hujan di

Kabupaten Bojonegoro pada periode 3 tahun terakhir sejak tahun 2004

tercatat sebesar 60 hari, pada tahun 2005 naik menjadi 64 hari dan pada

tahun 2006 turun lagi menjadi 61 hari. Sedangkan rata-rata curah hujan

yang dimonitor oleh 16 stasiun penangkar hujan diatas, menunjukkan

adanya keterkaitan dengan jumlah hari hujan. Tercatat, rata-rata curah

hujan pada tahun 2004 sebanyak 106 mm, tahun 2005 naik sebanyak 146

mm dan pada tahun 2006 turun sebanyak 120 mm.50

Sementara itu, untuk menanggulangi kekurangan air untuk

keperluan pengairan lahan pertanian di musim kemarau, dilakukan dengan

cara menaikkan air dari Sungai Bengawan Solo melalui pompanisasi.

Pompanisasi ini tersebar di 8 kecamatan yang meliputi 24 desa.

Batas wilayah

Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tuban

Timur : berbatasan dengan Kabupaten Lamongan

Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang

Barat : berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah)

Penggunaan Tanah

1. Tanah sawah 32,65%

2. Tanah kering 24,39%

3. Hutan negara 42,74%

4. Perkebunan 0,04%

5. Lain-lain 0,18%

3. Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Asset Kabupaten Bojonegoro

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset merupakan

unsur pelaksana otonomi daerah, berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset dipimpin oleh kepala dinas

50 Ibid.

dengan tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan. Tugas pokok DPPKA adalah

melaksanakan urusan pemerintahan daerah dan tugas pembantuan

dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset dengan fungsi

sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Asset.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Asset.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

4. Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Asset Kabupaten Bojonegoro

Sesuai dengan Peraturan Bupati Bojonegoro No. 3 Tahun 2009

tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kabupaten Bojonegoro, maka

susunan organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

(DPPKA), terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2) Sub Bagian Keuangan

3) Sub Bagian Program dan Laporan

c. Bidang Pendapatan Asli Daerah

1) Seksi Pendataan dan Penetapan

2) Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasi

3) Seksi Penagihan

d. Bidang Perimbangan

1) Seksi Bagi Hasil

2) Seksi Penerimaan Lain-lain

3) Seksi Keberatan dan Pemungutan

e. Bidang Pembukuan dan Pelaporan

1) Seksi Pembukuan Penerimaan

2) Seksi Pembukuan Pengeluaran

3) Seksi Pelaporan Keuangan

f. Bidang Pengelolaan Anggaran

1) Seksi Penyusunan Anggaran

2) Seksi Pelaksanaan Anggaran

3) Seksi Evaluasi Anggaran

g. Bidang Perbendaharaan

1) Seksi Verifikasi

2) Seksi Bendahara Umum

3) Seksi Bendahara Gaji

h. Bidang Asset

1) Seksi Inventarisasi Asset

2) Seksi Pengelolaan Asset

3) Seksi Penghapusan

i. UPTD

Gambar 1

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro

Kepala Dinas

Sekretariat

Sub Bag Umum Kepegawaian Sub Bag Keuangan Sub Bag Program & Laporan

Bidang Pendapatan

Asli Daerah

Bidang

Perimbangan

Bidang Pembukuan

Dan Pelaporan

Bidang Pengelolaan

Anggaran

Bidang

Perbendaharaan

Bidang

Asset

Sie Pendataan dan

Penetapan

Sie Perencanaan &

Pengendali Ops

Sie

Penagihan

Seksi Bagi

Hasil

Sie Penerimaan

Lain – lain

Sie Keberatan

& Pemungutan

Sie Pembukuan

Penerimaan

Sie Pembukuan

Pengeluaran

Sie Pelaporan

Keuangan

Sie Penyusunan

Anggaran

Sie Pelaksanaan

Anggaran

Sie Evaluasi

Anggaran

Seksi

Verifikasi

Seksi

Bend. Umum

Seksi

Bend. Gaji

Sie Inventarisasi

Asset

Sie Pengelolaan

Asset

Seksi

Penghapusan

UPTD

5. Kondisi Keuangan Kabupaten Bojonegoro

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Bojonegoro

Pengertian otonomi bagi Pemerintah daerah sebenarnya bukan

status ekonomi dibidang keuangan saja, melainkan mencakup aspek

tatanan birokrasi dan pelayanan publik. Ukuran yang lazim digunakan

dalam pembahasan otonomi adalah otonomi ditinjau dari aspek

kemampuan keuangan daerah dengan kata lain melihat sejauh mana

kemandirian Pemerintah daerah untuk dapat membiayai tugas-tugas

pemerintahan dan pembangunan diwilayahnya. Kriteria yang lazim

digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian ini adalah Pendapatan

Asli Daerah (PAD), yaitu jumlah PAD ditambah dengan Pos Bagi

Hasil Pajak dan Non Pajak dibandingkan dengan total pendapatan

daerah/ APBD. Secara umum Rencana Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut.

1) Tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah sesuai Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah:

a. Tuntutan tugas dan tanggung jawab yang semakin besar.

b. Dengan dana yang terbatas harus mampu menyelenggarakan

pemerintahan dan pembangunan.

2) Prinsip Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

a) Anggaran disusun atas azas-azas efisien, tepat guna, tepat

waktu dan dapat dipertanggungjawabkan.

b) Kejelasan klasifikasi antara anggaran rutin dan pembangunan.

c) Pendapatan yang direncanakan terukur secara rasional.

d) Tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang tersedia

anggarannya.

Prinsip ini dimaksudkan agar setiap dinas yang memperoleh anggaran

dapat menggunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran.

Mampu memberikan informasi yang jelas dengan tujuan, sasaran

hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan/

proyek yang dianggarkan dan dipertanggungjawabkan.

b. Keadilan Anggaran.

Pengelolaan anggaran agar dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat dengan tanpa memandang perbedaan.

c. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran.

Dana yang tersedia harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk

menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat.

3) Arah dan kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

a) Kebijakan yang dilakukan antara lain :

(1) Memprioritaskan proyek kegiatan yang dapat segera

mengembalikan pertumbuhan ekonomi yang cepat.

(2) Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan penghematan

dibidang belanja daerah.

(3) Mengembangkan sistem perencanaan dari bawah.

(4) Mendorong masyarakat agar lebih berperan dan

berpartisipasi dalam pembangunan dengan menyediakan

dana stimulan.

b) Kebijaksanaan penyusunan RAPBD Kabupaten Bojonegoro

diarahkan untuk sebagai berikut.

(1) Mencapai sasaran pembangunan daerah secara keseluruhan

dengan semakin meningkat dalam pembangunan daerah.

(2) Menciptakan iklim yang kondusif, yang dapat meransang

kemampuan dalam membangun dan melibatkan semua

lapisan masyarakat terkecil sampai dengan terbesar untuk

berperan serta dengan memperhatikan perlindungan

terhadap yang lemah dan memberdayakan ekonomi

masyarakat.

(3) Melanjutkan usaha-usaha untuk lebih meratakan

pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara

menyeluruh.

(4) Memantapkan peranan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro,

dalam rangka mewujudkan otonomi daerah secara nyata.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam dasar-dasar penyusunan

APBD, bahwa kebijaksanaan penyusunan APBD Kabupaten

Bojonegoro untuk tahun anggaran 2009 - 2010, disebutkan bahwa

pendapatan daerah terdiri dari:

a) Pajak daerah.

b) Retribusi daerah.

c) Pendapatan Bagian Laba BUMD.

d) Bagian pendapatan lain-lain yang sah.

e) Bagi hasil pajak

f) Bagi hasil bukan pajak

g) Dana alokasi umum

h) Dana alokasi khusus

i) Pendapatan bagi hasil dari propinsi

Rincian anggaran pendapatan daerah Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2009 - 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1

Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2009 - 2010

(dalam rupiah)

No. Uraian Anggaran 2009 Anggaran 2010

Pendapatan Asli Daerah

1. Pajak Daerah 11.120.158.425 11.751.554.000

2. Retribusi Daerah 33.742.695.843 13.875.460.562

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang dipisahkan 795.892.601 839.109.643

4. Lain – Lain PAD yang sah 10.102.256.000 35.262.436.064

Total Pendapatan Asli Daerah 55.761.002.870 61.728.560.270

Bagian Dana Perimbangan

5. Bagi Hasil Pajak 74.065.783.601 122.726.167.174

6. Bagi Hasil SDA 105.334.281.220 67.848.181.678

7. Dana Alokasi Umum 586.814.120.000 596.440.060.000

8. Dana Alokasi Khusus 10.042.000.000 42.913.000.000

9. Total Perimbangan 40.060.470.748 45.484.442.461

10. Pendapatan Lain-Lain yang Sah 10.270.000.000 9.868.786.242

Total Bagian Dana Perimbangan 826.586.655.569 875.411.851.313

Total PAD dan Dana Perimbangan 882.347.658.449 947.009.097.825

Sumber: Data Sekunder, tidak diolah, 2009-2010 DPPKA. Kabupaten Bojonegoro

b. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu modal

dasar pemerintah daerah dalam memperoleh dana pembangunan dan

memenuhi belanja daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan usaha

daerah guna memperkecil ketergantungan dalam pendapatan subsidi.

Pada dasarnya Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro terdiri

dari:

1) Pos Pajak Daerah

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak sarang burung walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2) Pos Retribusi Daerah

Pos Retribusi Daerah terdiri dari :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

b. Retribusi Persampahan atau Kebersihan

c. Retribusi Pengguntingan biaya Cetak KTP

d. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Capil

e. Retribusi Parkir ditepi jalan Umum

f. Retribusi Pelayanan Pasar

g. Retribusi Pengujian kendaraan Bermotor

h. Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah

i. Retribusi Jasa UsahaTerminal

j. Retribusi Jasa Usaha Tempat Khusus Parkir

k. Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan

l. Retribusi Jasa Usaha Rekreasi dan Olah Raga

m. Retribusi Ijin Mendirikan bangunan

n. Retribusi Ijin Gangguan

o. Retribusi Ijin Trayek

p. Retribusi Pemeriksaan Daerah

q. Retribusi Pemeriksaan Kesehatan Ternak

3) Pendapatan Bagian laba BUMD

a. Bagian Laba PDAM

b. Apotik Sari Husada

c. Bagian Laba Bank Pembangunan Daerah

d. Bagian Laba Bank Pasar Daerah

e. Bagian Laba BKK

4) Pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Pos lain-lain terdiri dari :

a. Hasil Penjualan Barang Milik daerah

b. Jasa Giro

c. Penerimaan Bunga Deposito

d. Lelang Tanah Bendo Kelurahan dan Desa

e. Dana Perimbangan Keuangan Desa

f. Penerimaan Bagian Keuntungan Pinjaman Modal BKK

g. Sewa Tanah Pengairan

h. Hasil Usaha Lain-lain PAD yang sah

i. Penerimaan Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah

j. Kerugian Uang Daerah (TP/TGR)

k. Bendahara Setor Kembali

Dalam Pasal 2 ayat (4) dan pasal 4 Undang-Undang No. 28

tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan

bahwa dalam menetapkan pungutan pajak atau jenis pajak, harus

dengan penetapan peraturan Daerah (Perda) terlebih dahulu.

Sehubungan dengan belum diundangkannya/ ditetapkannya Perda yang

baru sebagai pelaksanaan pungutan pajak daerah sesuai dengan

Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, dalam pasal 2 menyebutkan :

Semua peraturan daerah mengenai pajak daerah dan retribusi daerah

yang telah diajukan kepada menteri dalam negeri untuk mendapat

pengesahan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dapat

dilaksanakan tanpa memerlukan pengesahan tersebut. Jenis pajak

daerah yang menjadi sumber Pemerintah Kabupaten Bojonegoro :

a) Pajak Hotel adalah pajak yang dikenakan pada bangunan yang

khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/ istirahat,

memperoleh pelayanan dan/ atau fasilitas lainnya dengan dipungut

bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu dikelola dan

dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan

perkantoran.

b) Pajak Restoran adalah Pajak yang dikenakan atas pelayanan yang

di sediakan restoran dengan pembayaran oleh pribadi atau badan.

c) Pajak Hiburan adalah pajak yang dikenakan atas tontonan, hiburan

keramaian/ pertunjukan umum lainnya seperti pertunjukan wayang,

Bioskop dan lain sebagainya.

d) Pajak Reklame adalah pajak yang dikenakan pada orang atau badan

yang menyelenggarakan/ memasang reklame dan mendapat ijin

dari pemerintah daerah. Pajak reklame dipungut menurut jenis

reklame yang diselenggarakan/ atau dipasang.

e) Pajak Penerangan Jalan Umum adalah pajak yang dikenakan

terhadap semua pelanggan PLN. Pajak ini dipungut dengan

menggantikannya pada rekening listrik yang dikeluarkan oleh PLN

berdasar pada tingkat tenaga yang dipakai.

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber

alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

g) Pajak Parkir adalah Pajak yang dipungut, yaitu pajak yang

dibebankan pada pengguna parkir yang berada ditepi jalan dan

parkir khusus (dalam ruangan).

h) Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air tanah.

i) Pajak Sarang Burung Walet adalah Pajak yang dibebankan pada

pemilik/ pengusaha sarang burung walet.

j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak

atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang

digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan.

k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas

perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Bagaimana Optimalisasi Pemungutan Pajak Reklame Dalam

Kaitannya Dengan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Bojonegoro

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Maka pajak daerah yang dapat dipungut

DPPKA Kabupaten Bojonegoro yakni Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan

Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak sarang burung

walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dalam pembahasan akan

memberikan rincian tentang pajak reklame yang diperoleh DPPKA

Kabupaten Bojonegoro tahun 2009 - 2010, pada tabel berikut ini :

Tabel 2

Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2009 - 2010

(dalam rupiah)

No. Uraian Tahun 2009 Tahun 2010

1. Pajak Hotel 64.556.000 64.018.000

2. Pajak Restoran 26.411.000 62.938.582

3. Pajak Hiburan 100.950.000 110.941.175

4. Pajak Reklame 979.254.540 882.976.738

5. Pajak Penerangan Jalan 10.186.202.881 11.996.904.194

6. Pajak Mineral Bukan

Logam dan Batuan

130.927.195 239.849.698

7. Hasil Retribusi Daerah 217.265.575 202.481.217

Total Pendapatan Daerah 11.705.567.191 13.560.109.604

Sumber: Data Sekunder, diolah, 2009-2010 DPPKA. Kabupaten Bojonegoro

Pemasangan reklame di Kabupaten Bojonegoro hanya dapat

dilakukan setelah mendapatkan ijin tertulis dari Bupati atau pejabat yang

ditunjuk, setelah mengajukan permohonan dan mengisi formulir serta

melengkapi ketentuan yang ditentukan oleh badan yang ditunjuk, maka

tim pertimbangan perijinan reklame mengadakan peninjauan kelapangan

sesuai yang diajukan oleh wajib pajak. Setelah semuanya sesuai dengan

yang diajukan oleh wajib pajak dan disetujui oleh tim, maka wajib pajak

harus membayar retribusi sewa tanah dan pajak yang dibebankan berkaitan

dengan reklame yang akan dipasang, setelah kewajiban administratif

selesai maka ijin pemasangan reklame dikeluarkan oleh badan yang

terkait.

Jenis Reklame yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut:

a. Reklame Papan atau Billboard adalah reklame yang bersifat tetap (tidak

dapat dipindahkan) terbuat dari papan, kayu, seng, tinplate, collibrite,

vynil, aluminium, fiberglas, kaca, batu, tembok atau beton, logam atau

bahan lain yang sejenis, dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri

sendiri) atau digantung atau ditempel atau dibuat pada bangunan

tembok, dinding, pagar, tiang dan sebagainya baik bersinar, disinari

maupun yang tidak bersinar.

b. Reklame Megatron/ Videotron/ Large Elektronic Display (LED) adalah

reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program

reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/ atau tulisan berwarna

yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga

listrik.

c. Reklame Melekat atau Stiker adalah reklame yang berbentuk lembaran

lepas diselenggarakan dengan cara ditempelkan, dilekatkan, dipasang

atau digantung pada suatu benda.

d. Reklame Kain adalah reklame yang tujuan materinya jangka pendek

atau mempromosikan suatu even atau kegiatan yang bersifat insidentil

dengan menggunakan bahan kain, termasuk plastik atau bahan lain yang

sejenis. Termasuk di dalamnya adalah spanduk, umbul-umbul, bendera,

flag chain (rangkaian bendera), tenda, krey, banner, giant banner dan

standing banner.

e. Reklame Selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,

diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta

dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang,

digantung pada suatu benda lain, termasuk di dalamnya adalah brosur,

leafleat, dan reklame dalam undangan.

f. Reklame Suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang

ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.

g. Reklame Film atau Slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan

cara menggunakan klise (celluloide) berupa kaca atau film, ataupun

bahan-bahan lain yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan

dan/atau dipancarkan.

h. Reklame Berjalan/ Kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau

ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan

mempergunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang.

i. Reklame Udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan

menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenis.

j. Reklame Peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

Namun dari keseluruhan reklame yang ada, hanya terdiri dari 5 jenis

reklame yang sering digunakan di Kabupaten Bojonegoro.

Dapat dilihat pada tabel Pendapatan dari tahun 2009 - 2010

berkaitan dengan pajak reklame secara rinci sebagai berikut.

Tabel 3

Pendapatan Pajak Reklame Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2009 - 2010

(dalam rupiah)

No. Uraian Tahun 2009 Tahun 2010

1. Reklame Papan/Bilboard/

Videotron/Megarton

847.161.440 801.481.888

2. Reklame Kain 46.085.075 49.984.000

3. Reklame Melekat/stiker 81.210.500 25.189.000

4. Reklame Selebaran 4.382.150 4.161.850

5. Reklame Suara 415.375 2.160.000

Total Pajak Reklame 979.254.540 882.976.738

Sumber: Data Sekunder, tidak diolah, 2009-2010 DPPKA. Kabupaten Bojonegoro

Dari tabel diatas diketahui bahwa pendapatan daerah Kabupaten

Bojonegoro yang berasal dari pajak reklame menurun dari tahun 2009

sebesar Rp. 979.254.540 menjadi Rp. 882.976.738 pada tahun 2010

dengan penurunan sebesar Rp. 50.192.727 untuk itu dibutuhkan strategi

yang dapat mengoptimalisasi pendapatan daerah dari sektor pajak reklame.

Dalam meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak

pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah menyusun program kerja yang

menitikberatkan pada pemungutan pajak daerah melalui visi, misi dan

rencana strategis yang dilakukan Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro.27

Konsep yang tertuang dalam program kerja serta rencana strategis

tersebut diaktualisasikan dalam program kerja tahunan dan rencana

tindakan. Dalam program kerja tahunan dan rencana tindakan merupakan

27 Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan Reklame, tanggal 14 Mei

2011.

bagian yang tak terpisahkan dan terdapat instrumen kontrol atas

pelaksanaan program kerja yaitu berupa parameter kuantitatif maupun

kualitatif yang disebut sebagai pengukuran kinerja yang akan dapat

digunakan sebagai momentum evaluasi sekaligus sebagai masukan baik

bagi penyusunan dan penyempurnaan program selanjutnya, adapun

mengenai rencana strategi dan program kerja Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro ada dua macam

yaitu 28

:

a. Renstra (Rencana Strategi)

Adalah sebagai penuntun arah kebijakan pelaksanaan perpajakan

daerah dalam pencapaian tujuan skala jangka pendek sampai

menengah (1 s/d 3 Tahun), yaitu:

1) Pelaksanaan perpajakan daerah yang menggunakan kaidah-kaidah

perpajakan daerah (Trilogi perpajakan) yaitu pendekatan

pendaftaran, penetapan dan penagihan, serta prinsip-prinsip proses

perpajakan (manfaat, keadilan, kemampuan membayar) didukung

dengan sistem administrasi yang memadai serta profesionalisme

sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya sebagai tenaga

pelaksana.

2) Pelaksanaan perpajakan yang mengabdi pada kepentingan publik

melalui pelayanan prima yang memenuhi asas administrasi dan

legalitas.

28 Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan Reklame, tanggal 14 Mei

2011.

b. Program Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

Kabupaten Bojonegoro.

Secara deskriptif namun rinci maka program kerja tahunan harus

merupakan ekspresi operatif yang memberikan kepastian tentang hal-

hal yang akan dilakukan yaitu:

1) Mewujudkan perencanaan pengendalian atas pelaksanaan pajak

dan retribusi daerah.

2) Mewujudkan data potensi pajak dan retribusi daerah yang aktual

factual (obyektif).

3) Mewujudkan ketetapan atas seluruh data pajak dan retribusi

daerah.

4) Mewujudkan penagihan atas ketetapan pajak dan retribusi daerah.

5) Mewujudkan pembukuan yang akurat dan memiliki reliabilitas.

6) Mewujudkan tingkat pemahaman perpajakan yang memadai

kepada wajib pajak, wajib pungut, wajib retribusi masyarakat.

7) Rincian tindakan pemahaman perpajakan daerah adalah

a) Mewujudkan dukungan sarana dan prasarana perpajakan

daerah yang memadai serta Kapabilitas personil dan

pelaksanaannya.

b) Mewujudkan pelayanan prima dan akurat.

Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak

daerah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melakukan langkah-langkah

aplikatif yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut.

a. Intensifikasi

Intensifikasi merupakan suatu strategi pemerintah Kabupaten

Bojonegoro untuk meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak

dengan melakukan pemungutan terhadap jenis-jenis pajak daerah

secara rutin dan terstruktur. Terwujudnya peningkatan pendapatan asli

daerah yang optimal dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah,

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melaksanakan beberapa upaya

terhadap berbagai hambatan yang terdapat dalam setiap pajak yang

dipungut, sesuai dengan apa yang diungkapkan Kepala Seksi

pendataan dan penetapan menangani reklame. Intensifikasi yang

dilakukan terhadap pemungutan pajak daerah yang menjadi tanggung

jawab pemerintah Kabupaten Bojonegoro, sebagai berikut.

1) Pajak Hotel

2) Pajak Restoran

3) Pajak Hiburan

4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan (PPJ)

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

7) Pajak Parkir

8) Pajak Air Tanah

9) Pajak sarang burung walet

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

b. Ekstensifikasi

Ekstensifikasi merupakan suatu strategi pemerintah Kabupaten

Bojonegoro dengan melakukan perluasan terhadap obyek pajak yang

berpotensi dalam menyumbang penerimaan daerah dari sektor pajak.

Menurut Kepala seksi Pendataan dan Penetapan DPPKA. Kabupaten

Bojonegoro menyatakan ekstensifikasi merupakan suatu strategi

pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk melakukan penerimaan

dengan melakukan perluasan obyek pajak, dalam otonomi daerah

yang menuntut optimalisasi dan maksimalisasi pendapatan daerah

melalui sektor pajak daerah.

c. Program Reguler

Program reguler merupakan suatu strategi pemerintah Kabupaten

Bojonegoro dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor

pajak dengan mengeluarkan program pendamping yang terstruktur

serta tindakannya. Menurut Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah

DPPKA. Kabupaten Bojonegoro menyatakan strategi lain yang

digunakan oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan mengaktifkan program

regular sebagai berikut.

1) Pendaftaran dan Pendataan

a) Inventarisasi dan pemutakhiran data tentang jumlah subyek dan

obyek pajak reklame di seluruh Kabupaten Bojonegoro.

b) Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)

c) Membuat daftar pengirim Surat Pajak Terutang Daerah (SPTD)

serta pengembaliannya yang digunakan sebagai dasar

penertiban surat ketetapan pajak daerah.

d) Mengadakan penataan dan pelelangan titik-titik pemasangan

reklame serta mengadakan penyempurnaan prosedur

pemasangan dan pemungutan pajak reklame untuk menghindari

dualisme pemungutan.

2) Penetapan

Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah

Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut.

a) Mengadakan perhitungan penetapan pajak reklame berdasarkan

data yang diperoleh dari kegiatan pendaftaran dan pendataan.

b) Menerbitkan dan mengirim Surat Ketetapan Pajak Daerah

(SKPD) kepada para wajib pajak.

c) Memberikan tembusan atas pengiriman SKPD kepada seksi

penagihan dan Bendahara Khusus Penerimaan (BKP).

3) Penyetoran

Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan kepada

masyarakat yang meliputi seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro

harus melakukan hal-hal sebagai berikut.

a) Menempatkan petugas di pos-pos/ tempat pembayaran.

b) Penagihan yang dilakukan petugas dengan mendatangi wajib

pajak yang karena situasi dan keadaannya tidak dapat

melakukan sendiri pembayaran pajaknya.

c) Penyetoran melalui Bendahara Khusus Penerima (BKP) yang

ada di DPPKA Kabupaten Bojonegoro.

4) Pembukuan

a) Membuat pembukuan atas semua penerimaan pajak reklame

yang dikelola DPPKA Kabupaten Bojonegoro.

b) Membuat laporan tentang penerimaan pajak reklame secara

harian, minggu dan bulanan.

c) Membuat laporan penyetoran pajak reklame secara periodik.

5) Pengendalian dan Pengawasan

a) Monitoring Pendapatan Asli Daerah pada umumnya dan

pemungutan pajak reklame.

b) Menyusun rencana kegiatan penyuluhan tentang pajak reklame.

Dari program yang telah direncanakan oleh Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Bojonegoro sampai

dengan tahun anggaran 2010, dapat memberikan hasil yang

memuaskan dengan penerimaan daerah melebihi target.

2. Hambatan yang dihadapi dalam optimalisasi pemungutan pajak

reklame berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Bojonegoro dan Solusinya

Dalam meningkatkan pendapatan pajak reklame tentunya terdapat

beberapa hambatan yang dihadapi, antara lain :

a. Banyaknya wajib pajak yang menunggak

Kebanyakan wajib pajak berdomisili di luar kota sehingga kesulitan

untuk memanggil wajib pajak dalam membayar pajak yang

dibebankan.

b. Tunggakan atas pajak reklame yang harus dibayarkan

Banyaknya tunggakan atas pajak reklame yang harus dibayarkan oleh

wajib pajak, hal ini disebabkan banyak diantara wajib pajak tidak

mengetahui tenggang waktu atas reklame yang dipasang.

Solusi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bojonegoro dengan

harapan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan

menggunakan beberapa strategi diantaranya sebagai berikut.29

a. Mengumpulkan data potensi pajak daerah dengan menyiapkan data

potensi pajak yang teraktual berdasarkan kajian pendaftaran dan

pendataan dengan maksud membuka wacana Pemerintah kepada

masyarakat sebagai wajib pajak.

b. Memberikan penyuluhan yang terencana kepada wajib pajak secara

intensif dengan menetapkan materi, tempat waktu dan Tim penyuluhan

dengan tujuan meningkatkan tingkat pemahaman wajib pajak tentang

pentingnya pajak.

c. Melaksanakan pemungutan secara intensif dengan melakukan

kerjasama dengan pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

dengan maksud untuk mempermudah pelaksanaan pemungutan pajak

dan untuk meminimalisasi hambatan yang akan mungkin terjadi.

29 Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan Reklame, tanggal 14

Mei 2011.

d. Mewujudkan dukungan sarana dan prasarana perpajakan daerah yang

memadai serta kapabilitas personal dan pelaksanaannya dengan

melakukan inventarisasi berupa alat tulis kantor, komputer, alat

komunikasi dan alat transportasi yang dalam pelaksanaannya

disesuaikan dengan beban tugas pelaksana perpajakan.

e. Mengeluarkan Strategi mengenai Tunggakan

Strategi yang diambil antara lain:

1) Memberikan denda kepada wajib pajak yang terlambat atau tidak

sanggup membayar pajak.

2) Mengadakan peninjauan ulang ke lokasi reklame kemudian

melakukan pendataan reklame yang belum memenuhi kewajiban

membayar pajak selanjutnya mengirim surat peringatan ke wajb

pajak.

3) Membentuk tim penertiban reklame untuk melakukan

pembongkaran reklame yang tidak mempunyai ijin atau tidak

membayar pajak.

Dengan adanya otonomi daerah pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan daerah merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah,

berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan lancar termasuk

pembangunan bila ada sumber dana yang digunakan untuk membiayai

pelaksanaannya satu diantaranya dari sektor pajak. Untuk mewujudkan

pelaksanaan tersebut Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

Kabupaten Bojonegoro sebagai Dinas yang diberi wewenang dalam

pemungutan pajak harus mengambil langkah-langkah positif seperti,

melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap jenis-jenis pajak yang

mempunyai potensi dalam menyumbang penerimaan daerah yang diikuti

dengan rencana strategi yang diaktualisasikan dalam program kerja yang

telah disusun dan dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan untuk

memperoleh hasil yang optimal untuk membiayai pelaksanaan

pemerintahan dan pembangunan daerah. Program dan rencana tersebut

secara terbukti dapat memberikan hasil yang maksimal.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Strategi yang diambil Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset

Kabupaten Bojonegoro dalam meningkatkan penerimaan daerah dari

sektor pajak, secara umum dapat melalui strategi aplikatif yang telah dan

sedang dilaksanakan. Strategi tersebut antara lain:

a. Menjalin kemitraan dengan swasta

b. Membentuk kelompok kerja T2LPD (Tim, Teknis Lapangan

Pendapatan Daerah)

c. Strategi mengenai tunggakan

1) Memberikan denda kepada wajib pajak yang terlambat atau tidak

sanggup membayar pajak.

2) Mengadakan peninjauan ulang ke lokasi reklame kemudian

melakukan pendataan reklame yang belum memenuhi kewajiban

membayar pajak selanjutnya mengirim surat peringatan ke wajib

pajak.

2. Hambatan yang dihadapi oleh pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro

dalam optimalisasi pajak reklame terhadap peningkatan penerimaan

daerah.

a. Banyaknya wajib pajak yang menunggak

b. Tunggakan atas pajak reklame yang harus dibayarkan

c. Dari pihak sumber daya manusia yang terlibat di bagian penagihan

reklame juga tidak ada penjadwalan yang baik untuk melakukan

penagihan secara intensif kepada wajib pajak.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan

penerimaan daerah Kabupaten Bojonegoro sebaiknya melakukan langkah

sebagai berikut:

a. Melakukan penyuluhan dan pemungutan pajak secara intensif melalui

kerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk

meminimalisasi hambatan yang akan muncul dari wajib pajak.

b. Melakukan program diklat secara bertahap untuk meningkatkan kinerja

dari para pegawai agar lebih profesional serta mewujudkan aparat

perpajakan yang bersih sebagai pendorong peningkatan penerimaan

daerah.

2. Strategi yang diambil pemerintah Kabupaten Bojonegoro hendaknya dapat

meminimalisasi hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak, dengan

melakukan langkah sebagai berikut :

a. Melakukan penyempurnaan terhadap sistem perpajakan serta

melakukan pemungutan pajak secara intensif.

b. Menetapkan Peraturan Daerah untuk jenis-jenis pajak yang

mempunyai potensi besar dalam menyumbang Pendapatan Asli

Daerah, seperti Tempat Penginapan, Kost dan tempat Billiard.

c. Dalam mewujudkan kontribusi sektor pajak terhadap pelaksanaan

otonomi daerah, Dinas Pendapatan, Penglolaan Keuangan dan Asset

hendaknya melakukan koordinasi dengan DPRD dalam penyusunan

APBD Kabupaten Bojonegoro, khususnya dalam hal Pembelanjaan

sebaiknya menitik beratkan pada sektor pembangunan yang dapat

meningkatkan kontribusi terhadap penerimaan daerah dari sektor pajak

dan pembangunan untuk meningkatkan kepentingan publik atau public

service.

DAFTAR PUSTAKA

A BUKU

Bambang Sunggono, 1998. Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

CST Kansil dan Christine Kansil, 2004. Pemerintahan Daerah di Indonesia.

Hukum Administrasi Negara, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

Herman Suryokumoro, 2003. Pedoman Penelitian. FH Unibraw, Malang.

Lutfi Effendi, 2010. Pokok-Pokok Hukum Pajak. Bayumedia Publishing,

Malang.

Mardiasmo, 2005. Perpajakan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

_________, 2007. Perpajakan. Gramedia, Jakarta.

Marsono, 1986. Pajak Daerah. Gramedia, Jakarta.

Muqodim, 2007. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Gramedia, Jakarta.

Marihot P. Siahaan, 2004. Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

________________, 2005. Utang Pajak, Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Santoso Brotodiharjo, 1995. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama,

Bandung.

Tunggul Anshari Setia Negara, 2008. Pengantar Hukum Pajak. Bayumedia

Publishing, Malang.

Widhi Ardiasyah Indra, 2005. Analisis Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 1989-

2003. Sripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Yuwono Trisna, Abdullah. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Praktis Surabaya.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang No. 12 Tahun 2008

tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Peraturan Bupati Bojonegoro No. 36 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame

Kabupaten Bojonegoro.

C. BROWSING INTERNET

http://www.bojonegoro.go.id diakses pada tanggal 14 mei 2011

SURAT PERNYATAAN

KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Andung Kurnia Mariz

NIM : 0710113080

Menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini adalah karya asli penulis, tidak ada

karya/data orang lain yang telah dipublikasikan, juga bukan karya orang lain

dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, selain yang

diacu dalam kutipan dan/atau dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, jika di kemudian hari terbukti karya ini

merupakan karya orang lain, baik yang dipublikasikan maupun dalam rangka

memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, saya sanggup dicabut gelar

kesarjanaan saya.

Malang, 2011

Yang menyatakan,

Andung Kurnia Mariz

NIM. 0710113080