DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan...

106
1 DAFTAR ISI Daftar Isi Daftar Gambar 1 2 Ringkasan Eksekutif 3 Bab I Pendahuluan 6 1. latar Belakang 6 2. Maksud dan Tujuan 23 3. Ruang Lingkup a. Penguatan Birokrasi Pemerintah b. Tingkat Pelaksanaan c. Program 23 23 23 23 4. Ukuran Keberhasilan a. Sasaran dan Indikator b. Dampak dan Indikator 24 24 25 Bab II Gambaran Umum Pemerintah Aceh 27 1. Visi 27 Bab III 2. Misi 3. Kondisi Nyata Birokrasi 4. Permasalahan yang Dihadapi 5. Pembenahan yang telah dilakukan Reformasi Birokrasi Aceh 1. Pencapaian Reformasi Birokrasi saat ini 2. Rencana Aksi Reformasi Birokrasi 2013-2017 3. Pelaksanaan Agenda Kegiatan RB 2013-2017 4. Pelaksanaan Agenda Prioritas (Quick Wins) 5. Tenaga Pelaksana 6. Anggaran 28 29 33 38 81 81 85 88 93 94 98 Bab IV Penutup 104 Daftar Pustaka 106

Transcript of DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan...

Page 1: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

1

DAFTAR ISI

Daftar Isi

Daftar Gambar

1

2

Ringkasan Eksekutif 3

Bab I Pendahuluan 6

1. latar Belakang 6

2. Maksud dan Tujuan 23

3. Ruang Lingkup

a. Penguatan Birokrasi Pemerintah

b. Tingkat Pelaksanaan

c. Program

23

23

23

23

4. Ukuran Keberhasilan

a. Sasaran dan Indikator

b. Dampak dan Indikator

24

24

25

Bab II Gambaran Umum Pemerintah Aceh 27

1. Visi 27

Bab III

2. Misi

3. Kondisi Nyata Birokrasi

4. Permasalahan yang Dihadapi

5. Pembenahan yang telah dilakukan

Reformasi Birokrasi Aceh

1. Pencapaian Reformasi Birokrasi saat ini

2. Rencana Aksi Reformasi Birokrasi 2013-2017

3. Pelaksanaan Agenda Kegiatan RB 2013-2017

4. Pelaksanaan Agenda Prioritas (Quick Wins)

5. Tenaga Pelaksana

6. Anggaran

28

29

33

38

81

81

85

88

93

94

98

Bab IV Penutup 104

Daftar Pustaka

106

Page 2: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

2

RINGKASAN EKSEKUTIF

Reformasi Birokrasi adalah sebuah komitmen nasional untuk mewujudkan

sosok pemerintahan yang efektif dan efisien, serta bersih dan melayani. Dalam hal

ini, peran pemerintah daerah dalam mendukung keberhasilan reformasi sangatlah

strategis. Salah satu peran konkrit pemerintah daerah dalam mendukung reformasi

birokrasi nasional adalah dengan turut menjadi pelaku reformasi tersebut, antara

lain dibuktikan dengan adanya Road Map sebagai manifestasi kesiapan menjalankan

reformasi.

Untuk mewujudkan pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna, bersih,

amanah dan bertanggungjawab, Pemerintah Aceh telah berkomitmen untuk

memperbaiki tata kelola Pemerintahan Aceh dengan melakukan reformasi birokrasi

dan menetapkannya menjadi salah satu prioritas Pembangunan Aceh yang tertuang

dalam dokumen Perencanaan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017. Beberapa

permasalahan yang menyangkut reformasi birokrasi adalah belum optimalnya

pelaksanaan UUPA sebagai wujud implementasi MoU Helsinki. Di samping itu, Road

Map Reformasi Birokrasi akan memberikan gambaran perihal langkah-langkah

strategis dan juga berbagai agenda yang akan dijalankan terkait dengan

pembenahan birokrasi yang akan dijalankan dalam rangka mewujudkan berbagai

tujuan dan sasaran program pembangunan jangka panjang dan menengah Aceh.

Bagi Aceh, penyusunan Road Map ini bertepatan dengan ditetapkannya RPJMA

2012-2017 era kepemimpinan Gubernur Dr. Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur

Muzakir Manaf.

Visi pembangunan Aceh tahun 2012-2017 disusun berdasarkan kondisi

kekinian Aceh dan permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun

mendatang dengan memperhitungkan potensi daerah yang dimiliki oleh masyarakat

Aceh, yaitu Aceh yang Bermartabat Sejahtera Berkeadilan dan Mandiri

Berlandaskan Undang-Undang Pemerintahan Aceh sebagai Wujud MoU Helsinki.

Visi ini disusun sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJPA)

2005-2025. Adapun misinya adalah:

Tata kelola Pemerintahan Aceh yang amanah melalui penyelesaian turunan

UUPA;

Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan Dinul Islam;

Memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumber daya manusia;

Pembangunan Aceh yang proporsional, terintegrasi dan berkelanjutan; dan

Peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan

SDA

Page 3: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

3

Upaya penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh 2012-

2017 pada dasarnya adalah jabaran dari visi dan misi Kepala Daerah terpilih dengan

memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Berdasarkan jabaran dan sinkronisasi

tersebut, maka sepuluh prioritas bidang pembangunan untuk periode 2012-2017

adalah:

1. Penuntasan peraturan-peraturan turunan UUPA

2. Pelaksanaan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan pemerintahan

yang amanah

3. Membangkitkan kembali pemahaman masyarakat terhadap budaya Aceh dan

pelaksanaan Dinul Islam

4. Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan produksi komoditas

unggulan

5. Pengembangan industri dan pariwisata berbasis sumber daya lokal

6. Peningkatan kualitas SDM melalui pelayanan pendidikan dan kesehatan yang

berkualitas

7. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur yang terintegrasi dan ramah

lingkungan

8. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan jasa lingkungan serta pengurangan

resiko bencana

9. Pengelolaan SDA yang bermanfaat untuk rakyat dan berkelanjutan

10. Pembangunan energi dengan mengutamakan sumber-sumber energi

terbarukan

Birokrasi sebagai hal yang terpenting dalam pencapaian tujuan

pembangunan Aceh masih belum menunjukkan kinerja yang diharapkan. Berbagai

permasalahan yang dihadapi birokrasi Aceh antara lain adalah sebagai berikut:

Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan pada indikator teknis

urusan pemerintahan, hasil analisis jabatan dan analisis beban kerja;

Pengelolaan keuangan daerah belum tertib dan tepat waktu, hal ini

tergambar dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

terhadap pengelolaan keuangan Provinsi Aceh masih dalam kategori wajar

dengan pengecualian (WDP);

Distribusi PNS yang tidak proporsional dengan tugas dan fungsi organisasi

pemerintah;

Komposisi antara jabatan teknis dengan tenaga administratif yang belum

proporsional;

Belum diterapkannya standar pelayanan pada setiap unit pelayanan publik;

Belum optimalnya penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai

Page 4: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

4

dengan SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah

Non Kementerian pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota;

Belum dilakukan harmonisasi antara sistem perencanaan dan sistem

penganggaran dengan sistem AKIP; dan

Rencana Kinerja Tahunan belum dijadikan pedoman dalam penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Aceh, sehingga keterkaitan antara anggaran yang

diajukan tidak sesuai dengan kinerja yang direncanakan.

Untuk memperbaiki permasalahan birokrasi tersebut di atas, maka

Pemerintah Aceh menyusun Road Map Reformasi Birokrasi dengan maksud untuk

memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Aceh

agar berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan

berkelanjutan. Tujuan akhirnya dari penyusunan Road Map ini adalah untuk

peningkatan profesionalisme dan integritas birokrasi pemerintahan melalui

penguatan peraturan perundang-undangan, perubahan perilaku, penataan

organisasi, penataan tatalaksana, penerapan budaya organisasi, penataan

manajemen SDM aparatur, penguatan akuntabilitas, peningkatan kualitas pelayanan

publik, pemberantasan praktek KKN, penerapan sistem monitoring, evaluasi kinerja

dan pengawasan birokrasi yang semakin melibatkan partisipasi masyarakat.

Adapun ukuran keberhasilan Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh periode

RPJMA 2012-2017 dapat ditandai dengan ukuran sebagai berikut: a) berkurangnya

angka korupsi yang ditandai dengan tidak ada pelanggaran/sanksi; b) APBN dan

APBA baik; c) semua program selesai dengan baik dan tepat sasaran; d) semua

perizinan selesai dengan cepat dan tepat; e) komunikasi dengan publik baik; f)

penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif; g) penerapan reward dan

punishment secara konsisten dan berkelanjutan; dan h) hasil pembangunan nyata

(propertumbuhan, prolapangan kerja, dan propengurangan kemiskinan; artinya,

menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi kemiskinan, dan memperbaiki

kesejahteraan rakyat).

Untuk mewujudkan ukuran keberhasilan tersebut, dirumuskanlah beberapa

kegiatan/rencana aksi 2013-2017 yang bisa dijadikan sebagai solusi untuk

memecahkan persoalan-persoalan birokrasi saat ini. Agenda reformasi birokrasi ini

mendasarkan pada delapa area perubahan, yaitu: kelembagaan, ketatalaksanaan,

SDM aparatur, perundang-undangan, pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas,

budaya kerja dan pola pikir. Untuk menjalankan agenda reformasi ini maka

diperlukan adanya dukungan dana serta unit pelaksana yang bertanggung jawab

menjalankan program ini.

Sebagai bagian dari program reformasi birokrasi, maka Pemerintah Aceh

menetapkan program prioritas (quick wins), yakni suatu program unggulan yang

Page 5: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

5

akan dijadikan sebagai alat untuk menaikkan citra birokrasi dan kepercayaan publik.

Pemerintah Aceh memilih delapan program prioritas sebagai agenda quick wins,

yaitu:

Digitalisasi dokumen LAKIP SKPA dan Pemerintah Aceh pada Portal

Pemerintah

Penambahan aplikasi sistem akuntansi keuangan Aceh

Penyusunan SOP Penanggulangan Bencana Aceh

Penandatanganan kontrak kinerja satuan kerja

Revisi SOP BP2T Terkait Pengutipan Biaya di luar Qanun

Pengembangan aplikasi yang mendukung e-gov

Pengembangan Pelayanan Kesehatan Terpadu (Integrated Health Service)

Rumah

Pengesahan Peraturan Gubernur Prosedur Peminjaman dan Pengembalian

Buku di Perpustakaan

Page 6: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

6

BAB I

Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Aceh terus mengupayakan pembenahan dan perubahan menuju kondisi

pemerintahan yang lebih baik setelah mengalami konflik yang berkepanjangan dan

Gempa serta Tsunami yang berujung pada lahirnya perdamaian yang bermartabat

melalui MoU Helsinki 15 Agustus 2005 antara Pemerintah Republik Indonesia

(PEMRI) dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sebagai salah satu butir kesepahaman

dalam MoU Helsinki adalah penetapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang memberikan kewenangan yang sangat luas

kepada Pemerintah Aceh untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dalam semua sektor publik kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

pemerintah pusat.

Pemerintah Aceh memiliki otonomi khusus yang tidak dimiliki oleh provinsi

lain selain Papua, Papua Barat dan Yogyakarta. Otonomi khusus ini pada hakikatnya

memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi provinsi Aceh untuk berkembang

dan melaksanakan percepatan pembangunan. Namun, lima tahun sejak

ditetapkannya UUPA, pembangunan dan perkembangan Aceh belum terlihat

menggembirakan, bahkan belum mencapai tahapan lebih baik dari pada provinsi

lainnya yang tidak memiliki kekhususan.

Karena itu pembenahan awal harus dimulai dengan upaya mereformasi

birokrasi Pemerintahan Aceh sebagai starting point untuk mendorong percepatan

penyelenggaraan pembangunan Aceh. Sasaran utamanya adalah untuk

meningkatkan kinerja birokrasi yang berorientasi hasil melalui perubahan secara

terencana, bertahap, dan terintegrasi dari berbagai komponen strategis birokrasi

pemerintah berikut: (1) landasan hukum dan regulasi; (2) organisasi; (3) tatalaksana;

(4) manajemen SDM aparatur; (5) pola pikir, budaya organisasi, dan nilai dasar

aparatur; (6) integritas aparatur; (7) sistem pengawasan internal dan akuntabilitas

kinerja; (8) kualitas pelayanan publik; (9) sistem monitoring dan evaluasi kinerja, dan

pengelolaan pengetahuan reformasi birokrasi.

Untuk mewujudkan pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna, bersih,

amanah dan bertanggungjawab, Pemerintah Aceh telah berkomitmen untuk

memperbaiki tata kelola Pemerintahan Aceh dengan melakukan reformasi birokrasi

dan menetapkannya menjadi salah satu prioritas Pembangunan Aceh yang tertuang

dalam dokumen Perencanaan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017. Beberapa

permasalahan yang menyangkut reformasi birokrasi adalah belum optimalnya

pelaksanaan UUPA sebagai wujud implementasi MoU Helsinki. Hal ini disebabkan

Page 7: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

7

oleh karena masih terdapat beberapa peraturan pelaksanaan yang merupakan

turunan dari UUPA yang belum dituntaskan sehingga menghambat keberlanjutan

pencapaian sasaran pembangunan. Turunan dari UUPA yang belum tuntas tersebut

terdiri dari:

a. Peraturan Pemerintah (PP) yang harus diselesaikan sebanyak 9 (sembilan), yang

sudah ditetapkan sebanyak 3 (tiga), 2 (dua) sedang dalam pembahasan dan

penyelesaian, 4 (empat) belum ada draft, sementara PP yang telah

ditetapkanpun belum sepenuhnya didukung dengan petunjuk teknis dan

petunjuk pelaksanaannya.

b. Peraturan Presiden (Perpres) yang harus ditetapkan sebanyak 3 (tiga), 2 (dua)

sudah ditetapkan dan 1 (satu) lagi belum ada draft.

c. Qanun Aceh yang harus disahkan sebanyak lebih kurang ada 48 substansi judul,

yang sudah ditetapkan menjadi Qanun Aceh sebanyak 32 (tuga puluh dua)

substansi judul qanun dan 16 (enam belas) Qanun dalam proses penyusunan

dan pembahasan di DRPA (Sumber: Biro Hukum Setda Aceh, per 31 Maret

2013).

Penyelesaian PP dan Perpres merupakan kewenangan dari pemerintah

pusat. Pemerintah Aceh hanya memiliki kewajiban dalam penyiapan draf PP dan

Perpres. Oleh karena itu, draft PP dan Perpres yang belum ada harus disiapkan

segera oleh Pemerintah Aceh melalui pembentukan Tim Percepatan Penyelesaian PP

dan Perpres. Demikian juga terhadap qanun-qanun yang belum selesai, perlu segera

dituntaskan agar implementasi reformasi birokrasi segera dapat terwujud.

Berkaitan dengan pelaksanaan penataan kelembagaan perangkat Aceh telah

dilakukan inisiasi sejak tahun 2005 hingga akhir 2006. Dengan ditetapkannya

UUPA maka terlihatlah gambaran baru dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan

daerah dan dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus bagi Pemerintah Aceh.

Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah menetapkan PP 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah sebagai suatu pedoman dalam penataan kelembagaan

perangkat daerah. Pemerintah Aceh telah melakukan penataan perangkat Aceh

dengan ditetapkannya sejumlah Qanun dan Peraturan Gubernur, namun sejalan

dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih

terdapat kendala dan hambatan dalam pelaksanaan penataan perangkat daerah.

Permasalahan tersebut meliputi:

1. Pola besaran organisasi tidak sesuai dengan urusan/kewenangan, kemampuan,

kebutuhan, potensi dan karakteristik daerah;

2. Pelaksanaan urusan pemerintahan dalam satu kelembagaan perangkat daerah

menyebabkan kesulitan dalam melakukan koordinasi baik dengan Pemerintah

maupun dengan Pemerintah Kabupaten/Kota;

Page 8: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

8

3. Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan pada indikator teknis

urusan pemerintahan, hasil analisis jabatan dan analisis beban kerja;

4. Penggabungan urusan pemerintahan menyebabkan kesulitan dalam

memperoleh kompetensi pimpinan SKPA dikarenakan satu SKPA

mempersyaratkan beberapa kompetensi dan disiplin ilmu;

5. Belum terbentuknya kelembagaan perangkat Aceh yang merupakan amanat

UUPA;

6. Pemanfaatan jabatan fungsional tertentu dan fungsional umum pada setiap

SKPA belum optimal yang memberikan konsekuensi penambahan pegawai tidak

tetap pada setiap SKPA.

Praktek KKN juga mempunyai kaitan erat dengan reformasi birokrasi. Praktek

KKN mengakibatkan tidak efisien dan tidak efektifnya pemanfaatan anggaran

pembangunan dan dapat memicu biaya ekonomi tinggi. Disamping itu, praktek KKN

juga menyebabkan tidak tepatnya sasaran pembangunan, menimbulkan persaingan

tidak sehat sekaligus mematikan kreativitas dan produktivitas masyarakat dan hasil

pembangunan akan berpihak pada kepentingan kelompok tertentu daripada

kepentingan masyarakat umum. Hal ini mengakibatkan sasaran dan kualitas

pembangunan tidak terealisasi secara maksimal.

Pengelolaan keuangan daerah belum tertib dan tepat waktu, hal ini

tergambar dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap

pengelolaan keuangan Provinsi Aceh masih dalam kategori wajar dengan

pengecualian (WDP). Dengan kata lain, Pemerintah Aceh belum pernah menerima

predikat wajar tanpa pengecualian (WTP). WTP merupakan tingkat pencapaian

penghargaan tertinggi dalam pengelolaan keuangan daerah. Penyebab utama

suatu daerah belum menerima predikat WTP tersebut antara lain: (1) belum

profesionalnya pengelolaan aset, (2) kapasitas sumber daya manusia (SDM) belum

profesional dalam pengelolaan keuangan dan aset publik, (3) belum transparannya

pengelolaan keuangan dan aset, (4) belum optimalnya pemanfaatan standar

operasional prosedur (SOP) dalam pengelolaan aset dan keuangan (BPK, 2012).

Hasil audit BPK tahun 2011 terhadap pengelolaan keuangan daerah provinsi

Aceh menyebutkan bahwa terdapat potensi kerugian negara sebesar 1,7 Triliyun

pada tahun 2011 dengan 122 jumlah dugaan kasus korupsi (BPK, 2012).

Selanjutnya ICW (2010) melaporkan bahwa Aceh termasuk ke dalam 4 (empat)

besar provinsi terkorup di Indonesia dengan 14 kasus dugaan korupsi. Kasus

dugaan korupsi ini sebagian besar terjadi pada kegiatan pengadaan barang dan jasa

yang masih belum transparan dan akuntabel. Salah satu penyebab terjadinya

korupsi pada pengadaan barang dan jasa tersebut karena belum sepenuhnya

satuan kerja perangkat Aceh (SKPA) menggunakaan sistem e-procurement.

Page 9: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

9

Pengelolaan keuangan daerah agar menjadi efisien dan efektif dilakukan

dengan mengevaluasi kembali proporsi pengalokasian belanja langsung dan

belanja tidak langsung pemerintah. Hasil rekapitulasi belanja langsung dan belanja

tidak langsung Pemerintah Aceh untuk setiap tahunnya berkisar sebesar 55% untuk

belanja langsung dan 45% belanja tidak langsung. Belanja langsung ini pada

hakikatnya ditujukan untuk membiayai pembangunan daerah yang manfaatnya

diterima secara langsung oleh masyarakat. Namun, dalam belanja langsung itu pun

masih terdapat sebesar 30% untuk belanja aparatur. Dengan demikian, belanja

langsung ini secara riil hanya 25% untuk membiayai pembangunan yang

manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Dengan kata lain, Pemerintah

Aceh mengalokasikan belanja tidak langsung (belanja aparatur) sebesar 75% (P2K,

2012).

Tingginya belanja aparatur disebabkan oleh belum efisiennya pengaturan

perjalanan dinas, belanja barang dan jasa, dan operasional masing-masing SKPA.

Belanja perjalanan dinas perlu diatur dan dikendalikan secara ketat melalui

mekanisme yang tepat dengan metode fixed cost seperti yang diterapkan oleh

ABPN. Penggunaan biaya jasa kantor seperti pemakaian listrik, telepon, dan

internet harus dilakukan sehemat mungkin, demikian juga terhadap barang habis

pakai seperti alat tulis kantor, kertas dan tinta printer. Selanjutnya, jasa cleaning

service perlu dievaluasi efektivitas dan sistem pelaksanaannya, apakah perlu

menggunakan mekanisme swakelola atau dikontrakkan kepada pihak ketiga.

Semua hal tersebut agar dapat diimplementasikan perlu didukung oleh Peraturan

Gubernur dan komitmen seluruh aparatur pemerintahan untuk melaksanakan

kegiatan pembangunan yang efektif dan efisien.

Manajemen aparatur berkaitan erat dengan proses rekrutmen, distribusi

dan penegakan disiplin (reward and punishment). Proses rekrutmen aparatur

pemerintah harus berdasarkan pada kebutuhan riil dan profesionalisme yang

didahului dengan suatu kajian kebutuhan riil masing-masing SKPA. Latar belakang

pendidikan dan keahlian yang dimiliki menjadi salah satu indikator penilaian dalam

proses rekrutmen. Demikian juga penempatan aparatur yang perlu disesuaikan

dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPA.

Distribusi aparatur pemerintah khususnya guru, tenaga medis dan para

medis serta penyuluh masih belum merata di semua wilayah, baik secara kualitas

maupun kuantitas. Namun, kewenangan dalam mengatur distribusi guru, tenaga

medis dan para medis serta penyuluh tersebut berada di bawah otoritas masing-

masing pemerintah kabupaten/kota. Dengan kata lain, pemerintah Aceh tidak

memiliki kewenangan untuk melakukan distribusi guru, tenaga medis dan para

medis serta penyuluh secara proporsional khususnya di daerah kepulauan dan

Page 10: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

10

perbatasan. Oleh karena itu, Gubernur Aceh sebagai kepala Pemerintah Aceh perlu

melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota agar pendistribusian

guru, tenaga medis dan para medis serta penyuluh bisa dilakukan secara terpadu

yang diatur melalui keputusan Gubernur.

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan kinerja aparatur, perlu diatur

suatu mekanisme pemberian penghargaan (reward) dan sanksi (punishment).

Tatacara pemberian penghargaan dilakukan secara selektif dan terukur sesuai

dengan kinerja dan produktivitas aparatur dalam rangka pelayanan kepada

masyarakat. Disisi lain juga diberikan sanksi yang tegas kepada aparatur

pemerintah yang tidak disiplin dalam menjalankan tugasnya sehingga memberi

efek jera kepada aparatur yang bersangkutan sekaligus menjadi pembelajaran bagi

aparatur lainnya. Tatacara pemberian penghargaan dan sanksi kepada aparatur

diatur lebih lanjut dengan peraturan Gubernur. Secara umum permasalahan

Aparatur Pemerintah Aceh saat ini diantaranya:

1. Distribusi PNS yang tidak proporsional dengan tugas dan fungsi organisasi

pemerintah.

2. Komposisi antara jabatan teknis dengan tenaga administratif yang belum

proporsional.

3. Mismatch antara kompetensi PNS dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh

jabatan.

4. Produktivitas dan kinerja PNS belum mencapai standar yang diharapkan.

5. Disiplin dan etos kerja yang masih rendah serta penegakan disiplin yang belum

berjalan sesuai dengan sistem serta masih tergantung kepada komitmen

pejabat.

Aspek lainya yang masih terkendala adalah kualitas pelayanan publik yang

belum memenuhi perkembangan masyarakat. Pelayanan publik yang diberikan oleh

instansi Pemerintah, baik Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada

masyarakat merupakan perwujudan fungsi aparatur negara sebagai abdi

masyarakat. Pada era otonomi daerah, fungsi pelayanan publik menjadi salah satu

fokus perhatian dalam peningkatan kinerja instansi pemerintah daerah.

Secara umum penyelenggaraan pelayanan publik belum sesuai dengan

harapan dan belum dapat mengakomodir kepentingan seluruh lapisan masyarakat

serta belum memenuhi hak-hak dasar warga negara/penduduk. Adapun

permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik

antara lain:

1. Belum diterapkannya standar pelayanan pada setiap unit pelayanan publik;

Page 11: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

11

2. Belum optimalnya penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan

SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Non

Kementerian pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota;

3. Belum optimalnya peran dan partisipasi masyarakat dalam penyusunan standar

pelayanan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik.

Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien dan produktif dapat

tercermin dari penguatan tatalaksana pemerintahan. Permasalahan yang dihadapi

dalam penguatan tatalaksana meliputi:

1. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang belum mendorong

penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien;

2. Sistem, prosedur dan mekanisme kerja birokrasi pemerintahan yang masih

panjang dan berbelit-belit sehingga memboroskan sumber daya, energi dan

waktu;

3. Belum adanya pedoman umum untuk berbagai aspek ketatalaksanaan, sehingga

mengakibatkan adanya keanekaragaman petunjuk yang berdampak pada

adanya keanekaragaman petunjuk teknis yang dibuat oleh setiap instansi

pemerintah;

4. Budaya kerja efisien, efektif, disiplin, hemat, produktif dan hidup sederhana

yang belum berkembang.

Penerapan sistem pertanggungjawaban kinerja yang tepat, jelas, terukur dan

dapat dipertanggungjawabkan merupakan syarat penting bagi penyelenggaraan

pemerintah. Disamping itu perlu juga untuk mengetahui dengan persis

keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi Pemerintah Aceh dalam mencapai tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan. Media pertanggungjawaban terhadap

pelaksanaan administrasi pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan

kemasyarakatan belum dapat menggambarkan kinerja yang sesungguhnya yang

ingin diwujudkan, sehingga jika dibandingkan dengan daya serap anggaran, belum

sebanding dengan hasil pencapaian dari pelaksanaan program dan kegiatan pada

Satuan Kerja Perangkat Aceh yang dilaporkan setiap berakhirnya tahun anggaran

dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Hal ini

menunjukkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah belum berjalan

secara optimal, salah satu dikarenakan indikator dan target kinerja untuk mengukur

keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran belum dirumuskan secara baik dan

belum didukung dengan data kinerja yang valid dan terukur. Mengingat arti

pentingnya akuntabilitas kinerja aparatur maka Road Map Reformasi Birokrasi

menjadi salah satu pilar utama dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintah

Aceh. Namun dalam implementasinya, juga ditemukan beberapa permasalahan,

antara lain :

Page 12: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

12

1. Belum dilakukan harmonisasi antara sistem perencanaan dan sistem

penganggaran dengan sistem AKIP.

2. Rencana Kinerja Tahunan belum dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana

Kerja Pemerintah Aceh, sehingga keterkaitan antara anggaran yang diajukan

tidak sesuai dengan kinerja yang direncanakan;

3. Belum dilakukan secara optimal studi kelayakan terhadap program dan kegiatan

yang direncanakan untuk menghindari pelaksanaan program dan kegiatan yang

tidak menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi SKPA;

4. Beberapa SKPA belum memiliki data kinerja yang valid, sehingga menyulitkan

dalam penyusunan dokumen AKIP;

5. Banyak instansi pemerintah belum berfokus kepada hasil;

6. Instansi pemerintah umumnya belum dapat menunjukkan akuntabilitas

kinerjanya.

Permasalahan ini menjadi tantangan besar Pemerintahan Aceh dalam

membangun Aceh selama periode 2012-2017. Untuk itu disusunlah Road Map

Reformasi Birokrasi Pemerintahan Aceh sebagai peta untuk perbaikan tata kelola

Pemerintahan Aceh secara terencana, bertahap dan berkelanjutan dengan tetap

berpedoman pada UUPA.

Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh (RMRB-PA) adalah bentuk

operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional (GDRB) yang disusun dan

dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan

reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya, dalam masa lima

tahun, dengan sasaran tahunan yang jelas. Sasaran tahun pertama akan menjadi

dasar bagi sasaran tahun berikutnya, begitu juga sasaran tahun-tahun berikutnya

mengacu pada sasaran tahun-tahun sebelumnya.

Secara sederhana, gambar hubungan Road Map Reformasi Birokrasi

Pemerintah Aceh dengan dokumen Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional

adalah sebagai berikut:

Page 13: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

13

Gambar 1

Hubungan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh dengan dokumen

Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional

Gambar 2

Hubungan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh dengan dokumen

Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional

Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh (RMRB-PA) juga merupakan

penjabaran kongkrit dari misi pertama Gubernur Aceh untuk Memperbaiki tata

Grand Design Reformasi Birokrasi NASIONAL 2010-2025

Ditetapkan melalui Perpres

Road Map Reformasi Birokrasi NASIONAL (lebih bersifat living document)

Ditetapkan melalui Permen PAN dan RB

Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh

(lebih bersifat living document) Ditetapkan melalui Peraturan Gubernur

Page 14: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

14

kelola Pemerintahan Aceh yang amanah melalui Implementasi dan penyelesaian

turunan UUPA untuk menjaga perdamaian yang abadi. Penyusunan dokumen Road

Map ini berpedoman pada Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi Nasional

dan merupakan dokumen pendamping RPJM Aceh Tahun 2012–2017. Road Map

Reformasi Birokrasi Aceh menjadi acuan dalam pencapaian Tujuan RPJM Aceh 2012 –

2017, khususnya dalam pencapaian misi pertama. Tujuan misi pertama adalah

terwujudnya tata kelola Pemerintahan Aceh yang amanah melalui penyelesaian

turunan dan Implementasi UUPA untuk menjaga perdamaian yang abadi, dengan

sasaran sebagai berikut :

a. Terwujudnya penyelesaian peraturan-peraturan turunan UUPA seperti

Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Qanun dan

peraturan perundang-undangan lainnya;

b. Terwujudnya implementasi UUPA secara cepat dan akurat melalui implementasi

berbagai turunan UUPA yang mengikat dalam upaya pencapaian keutuhan,

perdamaian abadi, dan percepatan pembangunan yang berkelanjutan;

c. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bermartabat, bersih, dan

amanah serta bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme, dengan

mengedepankan kualitas kerja dan profesionalisme;

d. Terwujudnya birokrasi yang kuat melalui optimalisasi pelayanan publik, menjaga

kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan melalui terciptanya supremasi

hukum dan penegakan hak asasi manusia. Tersedianya ruang dialog publik yang

bebas dan bertanggung jawab serta peningkatan peran serta dan partisipasi

masyarakat sipil dalam kehidupan politik dan kegiatan pembangunan;

e. Terciptanya tata kelola pemerintahan yang tertib sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dengan penguatan sistem kelembagaan yang memiliki

nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan pada prinsip-prinsip transparansi,

akuntabilitas, non-diskriminasi, dan kemitraan.

Gambar 3

Reformasi Birokrasi dan Pembangunan Aceh

Page 15: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

15

Mengingat peran dan fungsi penting Road Map Reformasi Birokrasi bagi

Pemerintah Aceh dan masyarakat pada umumnya, maka proses penyusunannya

dilakukan secara sistematis, akurat dan terpadu dengan melibatkan seoptimal

mungkin peran para pemangku kepentingan pembangunan. Berdasarkan alasan

tersebut maka penyusunan Road Map ini dilakukan secara transparan dan

partisipatif untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang holistik dan

berkesinambungan. Road Map ini berisi arah kebijakan, program, dan kegiatan

rencana aksi reformasi birokrasi Pemerintah Aceh, termasuk juga program SKPA,

program lintas SKPA, dan program kewilayahan yang terintegrasi dengan baik serta

disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka

pendanaan yang bersifat indikatif. Dengan demikian diharapkan akan terciptanya

sinkronisasi rencana aksi reformasi birokrasi antar sektor dan wilayah baik bersifat

jangka panjang, menengah, maupun jangka pendek, sehingga terwujudnya

pembangunan yang terpadu dan berkelanjutan di Aceh.

1.2 Prioritas Pembangunan Aceh

Dalam tataran pelaksanaan, Visi dan Misi pembangunan Pemerintah Aceh

perlu dijabarkan program prioritas disertai kebutuhan pendanaan yang merupakan

program unggulan Pemerintah Aceh. Pemerintah Aceh telah menetapkan 10

(sepuluh) program prioritas Pembangunan Aceh 2012-2017 yaitu :

1. Reformasi Birokrakrasi dan Tata Kelola Pemerintahan dengan Program :

Program Penataan Peraturan Perundang-undangan

Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur;

Program Pendidikan Kedinasan;

Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan

keuangan;

Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah;

Program penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah; *) Program

Baru

Program peningkatan pelayanan publik;

Program Pembinaan, Pengembangan dan Kesejahteraan Aparatur;

Program fasilitasi Pindah/Purna Tugas PNS.

Program koordinasi pelestarian dan kapasitas kegiatan PPNS;

Program Peningkatan Akuntabilitas dan Administrasi Keuangan BLUD; *)

Program Baru

Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur;

Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Gampong;

Program Peningkatan Imum Mukim dan Kelembagaannya;

Page 16: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

16

Program peningkatan kualitas kelembagaan perangkat Aceh; *) Program Baru

Program peningkatan kelembagaan dan aparatur;

Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah

Program Peningkatan, Pembinaan, Pengembangan dan Kesejahteraan

Sekretariat DPRA;

Program penataan daerah otonomi baru;

Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala

daerah;

Program peningkatan pelayanan masyarakat di luar daerah;

Program peningkatan kapasitas kelembagaan organisasi korpri;

Program pemilihan kepala daerah dan Pemilu

Program koordinasi peningkatan kapasitas kependudukan dan catatan sipil

Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan kepala daerah

Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota

Program peningkatan kualitas ketatalaksanaan; *)Program Baru

Program penataan administrasi kependudukan;

Program optimalisasi penataan pendapatan Aceh *)=Program Baru

Program revitalisasi sumber pendapatan Aceh *)=Program Baru

2. Keberlanjutan Perdamaian dengan Program :

Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan

Daerah

Program Pengembangan Data dan Informasi

Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur

Program Kerjasama Informasi dengan Media Massa

Program Pembinaan Kepemudaan

Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan

Program Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan

Keamanan

Program Konsolidasi Perdamaian Aceh

Program Transformasi Penanganan Konflik Aceh

Program Pendidikan Politik Masyarakat

Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan

Program Pembauran Kebangsaan

Page 17: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

17

Program Transmigrasi Lokal

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Program Pemberdayaan Ekonomi *) Program Baru

Program pengembangan perumahan

3. Dinul Islam, Adat dan Budaya dengan program :

Program Pelestarian dan Pembinaan Adat Istiadat;

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Adat;

Program Pengkajian Adat dan Adat istiadat;

Program Pembinaan dan Pengembangan Hukum Adat;

Program Pengelolaan Keragaman Khasanah Adat dan Adat Istiadat;

Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kebudayaan;

Program Pengembangan Nilai Budaya;

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya;

Program Pengelolaan Keragaman Budaya;

Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya;

Program Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kebudayaan dan Adat Istiadat;

Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, dan Pengamalan Al-Qur'an;

Program peningkatan zakat, harta waqaf, harta agama dan perwalian; *)

Program Baru

Program Peningkatan ZIS dan Pembinaan Kelembagaan;

Program pembinaan lembaga sosial keagamaan; *) Program Baru

Program Peningkatan pemahaman keagamaan bagi aparatur; *)=Program

Baru

Program Peningkatan Kualitas Kesejahteraan Rakyat;

Program Pemberdayaan Fakir Miskin Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya,

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial,

Program Pembinaan Anak Terlantar,

Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma,

Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo

Program Pembinaan Eks. Penyandang Penyakit Sosial (eks. Narapidana; PSK;

Narkoba dan Penyakit sosial lainnya),

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial.

Program Pembinaan Sosial Kemasyarakatan.

Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Gampong;

Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Gampong;

Page 18: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

18

Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Gampong;

Program Penyediaan da’i perbatasan, perdesaan dan perkotaan; *) Program

Baru

Program Pembinaan Dakwah dan Syiar Islam;

Program Peningkatan pemahaman keagamaan bagi masyarakat; *) Program

Baru

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Keagamaan

Program Peningkatan Pemahaman Wawasan Islam

Program Pembinaan dan Koordinasi Wilayatul Hisbah (WH);

Program Peningkatan Sumber Daya dan Peran Ulama;

Program Peningkatan Silaturrahmi dan Koordinasi antara Umara dan Ulama;

*) Program Baru

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Agama, Pelayanan Kehidupan

Beragama dan Peran Ulama;

Program Pengembangan dan Pemberdayaan Peradilan Syariah

Program Peningkatan Kehidupan Beragama dan Toleransi Umat Beragama

Program Pengembangan Keserasian Kebijakan Pemuda;

Program Peningkatan Peran serta kepemudaan;

Program Peningkatan Upaya Pertumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan

Hidup Pemuda;

Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga;

Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga;

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga;

Program Pembinaan Kepanduan.

Program pembinaan olah raga seni dan budaya korpri;

Program pembinaan mental da rohani anggota korpri;

Program pembinaan olah raga tradisional Aceh; *)=Program baru

Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan;

Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak;

Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan;

Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam

Pembangunan;

4. Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Pertanian

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

Page 19: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

19

Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

Program Peningkatan Produksi (Pertanian/perkebunan)

Program Peningkatan Produksi (Pertanian/perkebunan)

Program Peningkatan Produksi Peternakan

Program pengkajian pengembangan kawasan agribisnis; *)=Program Baru

Program pengkajian pengembangan agribisnis komoditas unggulan daerah; *)

Program Baru

Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Program Pengembangan Budidaya Perikanan

Program pengembangan kawasan minapolitan; *) Program Baru

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Hewan

Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian

Sumberdaya Kelautan

Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan

Program Pengembangan dan Peningkatan Penyuluhan

Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

Program revitalisasi industri minyak dan gas bumi; *)=Program baru

Program revitalisasi BUMA; *)=Program baru

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah; *)

Program Baru

5. Penanggulangan Kemiskinan

Program pengembangan perumahan

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata;

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata;

Program Pengembangan Kemitraan

Program pengembangan ekonomi lokal masyarakat *)=Program Baru

Program pembinaan badan usaha masyarakat; *)=Program Baru

Program Pengembangan dan Pembinaan Koperasi dan UKM

Program pembentukan LKM dan BPR yang profesional; *)=Program Baru

Page 20: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

20

Program pengembangan komoditas unggulan daerah; *)=Program Baru

Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Program Transmigrasi Lokal;

Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan

Tanah;

Program pengembangan wilayah perbatasan;

Program pengawasan konsesi izin kehutanan/perkebunan;*) Program baru;

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

6. Pendidikan

Program Pendidikan Anak Usia Dini

Program pengembangan TK/SD dan RA/MI satu atap *) Program Baru

Program Wajib Belajar pendidikan Dasar 9 Tahun

Program pendidikan menengah

Program Pendidikan Nonformal

Program Pendidikan Luar Biasa

Program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan

Program pengembangan pendidikan vokasional;)* Program Baru

Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Program manajemen pelayanan pendidikan

Program Pembinaan dan pengembangan Pendidikan tinggi serta kualitas dan

kuantitas tenaga kependidikan

Program Pengembangan wajib belajar pada lembaga pendidikan dayah; *)

Program Baru

Program peningkatan sarana dan prasarana dayah

Program peningkatan mutu tenaga pendidik dayah

Program pendidikan dayah dan pemberdayaan santri

Program pembinaan manajemen dayah

Program peningkatan kualitas dan pengembangan dayah

7. Kesehatan

Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Umum/RS Jiwa/RS Paru/RS Mata

Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah sakit Mata

Program pelayanan medis

Program pelayanan penunjang medis/non medis

Page 21: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

21

Program penanggulangan krisis kesehatan dan ambulan terpadu

Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya

Program upaya kesehatan masyarakat

Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

Program standarisasi pelayanan kesehatan

Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan

Program pembinaan dan pengembangan pendidikan tinggi (Kesehatan)

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

Program perbaikan gizi masyarakat

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular

Program obat dan perbekalan kesehatan

Program pengawasan obat dan makanan

Program pengembangan obat asli Indonesia

Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Program pengembangan lingkungan sehat 8. Insfatruktur Yang Terintegrasi

Program perencanaan tata ruang

Program perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh; *) Program Baru

Program pemanfaatan ruang

Program pengendalian pemanfaatan ruang;

Program koordinasi dan pembinaan, perencanaan, pemanfaatan serta pengendalian ruang;

Program kerjasama pembangunan;

Program perencanaan pembangunan daerah;

Program perencanaan pembangunan ekonomi;

Program perencanaan pembangunan sosial budaya;

Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan

Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam;

Program inovasi daerah;

Program pengembangan kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional;

Program Pengembangan Kemitraan

Program pembangunan jalan dan jembatan

Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan

Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong

Program sarana prasarana kebinamargaan

Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

Program pembangunan infrastruktur perdesaan

Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah

Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Page 22: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

22

Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya

Program tanggap darurat jalan dan jembatan; *)Program Baru

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ

Program Peningkatan Pelayanan Angkutan

Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan

Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas

Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa

Program Fasilitas Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Informasi

Program Kerjasama informasi dengan Mass Media

Program Pengembangan Data dan Statistik;

Program pengembangan data dan informasi;

Program desiminasi dan informasi teknologi;

Program pengaturan jasa konstruksi

Program pemberdayaan jasa konstruksi

Program pengawasan jasa konstruksi 9. Sumber Daya Alam Berkelanjutan

Program pembinaan dan pengawasan usaha pertambangan

Program Pengembangan dan Pemanfaatan Energi

Program pengelolaan minyak dan gas bumi

Program pemanfaatan geologi dan sumberdaya mineral

Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan

Program peningkatan sarana perekonomian, potensi dan kerja sama investasi, pertambangan dalam pengembangan industri berbasis lingkungan hidup

10. Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan

Program Pengendalian Banjir

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingk. Hidup

Program Perlindungan dan Konservasi SDA

Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam

Program Penguatan Kelembagaan dan Regulasi Kebencanaan

Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bencana

Program Kedaruratan dan Logistik Bencana

Page 23: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

23

I.3. Maksud dan Tujuan

Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) dimaksudkan untuk memberikan arah

pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Aceh agar berjalan secara

efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan.

Tujuan akhirnya dari penyusunan Road Map ini adalah untuk peningkatan

profesionalisme dan integritas birokrasi pemerintahan melalui penguatan peraturan

perundang-undangan, perubahan perilaku, penataan organisasi, penataan

tatalaksana, penerapan budaya organisasi, penataan manajemen SDM aparatur,

penguatan akuntabilitas, peningkatan kualitas pelayanan publik, pemberantasan

praktek KKN, penerapan sistem monitoring, evaluasi kinerja dan pengawasan

birokrasi yang semakin melibatkan partisipasi masyarakat.

I.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh 2012-2017

mencakup tiga hal berikut:

a. Penguatan Birokrasi Pemerintah

Terwujudnya penguatan birokrasi Pemerintah Aceh dalam rangka

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatnya kualitas pelayanan publik

kepada masyarakat, dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

b. Tingkat Pelaksanaan

Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam tingkat pelaksanaan meso

dan mikro. Tingkat pelaksanaan meso menjalankan fungsi manajerial, yaitu

mendorong kebijakan-kebijakan inovatif, menerjemahkan kebijakan makro, dan

mengkoordinasikan pelaksanaan reformasi birokrasi di tingkat SKPA dan Pemerintah

Kabupaten/Kota di Aceh. Pada tingkat pelaksanaan mikro menyangkut implementasi

kebijakan/program reformasi birokrasi sebagaimana digariskan secara nasional dan

menjadi bagian dari upaya percepatan reformasi birokrasi pada masing-masing SKPA

dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Aceh.

c. Program

Program-program berorientasi hasil, baik pada tingkat meso maupun tingkat

mikro sebagaimana dikemukakan pada tabel berikut ini.

Page 24: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

24

Tabel 1

Program Pada Tingkat Meso dan Mikro

Meso Mikro

1. Manajemen Perubahan 2. Konsultasi dan Asistensi 3. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan 4. Pengelolaan Pengetahuan

1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan Perundang-

undangan 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tata Laksana 5. Penataan Sistem Manajeman SDM

Aparatur 6. Penguatan Pengawasan 7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja 8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 9. Mindset(Pola Pikir)/Budaya Kerja 10. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

I.5. Ukuran Keberhasilan

Mengukur keberhasilan reformasi birokrasi dilakukan antara lain melalui

pencapaian sasaran reformasi birokrasi sebagaimana ditetapkan dalam Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010–2025, dengan indikator kinerja utama (key performance

indicators) sebagaimana pada tabel berikut ini:

a. Sasaran dan Indikator

Sasaran dari Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh adalah untuk

meningkatkan kinerja birokrasi yang berorientasi hasil melalui perubahan secara

terencana, bertahap, dan terintegrasi dari berbagai komponen strategis birokrasi

pemerintah berikut: (1) landasan hukum dan regulasi; (2) organisasi; (3) tatalaksana;

(4) manajemen SDM aparatur; (5) pola pikir, budaya organisasi, dan nilai dasar

aparatur; (6) integritas aparatur; (7) sistem pengawasan intern dan akuntabilitas

kinerja; (8) kualitas pelayanan publik; (9) sistem monitoring dan evaluasi kinerja, dan

pengelolaan pengetahuan reformasi birokrasi, dengan indikator keberhasilan

sebagai berikut:

Tabel 2

Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi

Sasaran

Indikator

Baseline (2011)

Target (2017)

Terwujudnya pemerintahan yang

bersih dan bebas KKN

Indeks Persepsi Korupsi (IPK)

4,61 5,7

Opini BPK (WTP)

Prov

WDP WTP

Page 25: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

25

Terwujudnya peningkatan

kualitas pelayanan publik kepada

masyarakat

Integritas Pelayanan

Publik

Prov

Peringkat Kemudahan Berusaha

Meningkatnya kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

Indeks Efektivitas Pemerintahan

Indeks Pemerintah yang akuntabel

CC B

b. Indikator Keberhasilan

Ukuran keberhasilan Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh periode RPJMA

2012-2017 dapat ditandai dengan ukuran sebagai berikut:

Berkurangnya angka korupsi yang ditandai dengan tidak ada

pelanggaran/sanksi;

APBN dan APBD baik;

semua program selesai dengan baik dan tepat sasaran;

semua perizinan selesai dengan cepat dan tepat;

komunikasi dengan publik baik;

penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif;

penerapan reward dan punishment secara konsisten dan berkelanjutan; dan

hasil pembangunan nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja, dan

propengurangan kemiskinan; artinya, menciptakan lapangan pekerjaan,

mengurangi kemiskinan, dan memperbaiki kesejahteraan rakyat).

Adapun rumusan indikator untuk mengukur keberhasilan Reformasi Birokrasi

Pemerintah Aceh Tahun 2013-2017 sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3

Dampak dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi

No. Indikator Baseline (2011)

Capaian (2017)

1 Pertumbuhan Ekonomi 5,02 % 7,5%

2 Tingkat Kemiskinan 19.48 % 9,5%

3 Pengangguran 7.43 % 6,5%

4 IPM 72.5 74,00

5 Angka Harapan Hidup 68,7 th 69,7 th

6 Indeks Gini 0,29 % 0,2 %

6 Nilai tukar petani 104,12 % 117%

Page 26: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

26

7 Nilai Tukar Nelayan 109,35% 110,35%

8 Angka Partisipasi Sekolah 99.4 % 99.7 %

9 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

0.2 % 0.5 %

10 Angka kematian bayi 25 /1000 LH 12 /1000 LH

11 Rasio Angka Kematian Ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup

158 100

12 Jaminan Masyarakat Aceh 2,5 Juta Jiwa 2,5 Juta Jiwa

13 Indeks Kepuasan Pelayanan Publik 78,15% 85%

14 Produksi Tanaman Pangan 2.199.152 Ton 3.078.813 Ton

15 Produksi Perikanan 279.353

Ton 391.094 Ton

16 Produksi Komuditi Unggulan 336.000 Ton 426.720 Ton

17 Persentase indikasi penyimpangan anggaran

5% 3,9%

Sumber data: RPJMA 2012 - 2017

Page 27: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

27

BAB II

Gambaran Umum Pemerintah Aceh

II.1. Visi

Berdasarkan kondisi kekinian Aceh dan permasalahan dan tantangan yang

dihadapi dalam 5 (lima) tahun mendatang dengan memperhitungkan potensi

daerah yang dimiliki oleh masyarakat Aceh, maka disusunlah visi pembangunan Aceh

tahun 2012-2017 yaitu Aceh yang Bermartabat Sejahtera Berkeadilan dan Mandiri

Berlandaskan Undang-Undang Pemerintahan Aceh sebagai Wujud MoU Helsinki.

Visi ini disusun sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJPA)

2005-2025.

Makna Bermartabat dalam visi tersebut adalah kondisi masyarakat Aceh

yang dicirikan dengan ketahanan dan daya juang yang tinggi, cerdas, taat aturan,

kooperatif dan inovatif yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia

berlandaskan pada penerapan syariat Islam yang kaffah. Perwujudannya diperoleh

antara lain melalui penuntasan peraturan-peraturan turunan UUPA dan peraturan

perundang-undangan lainnya, pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dan

bersih, bebas dari praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, serta penegakan

supremasi hukum dan HAM, mengangkat kembali budaya Aceh yang islami dan

pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.

Sejahtera adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat Aceh melalui

pembangunan ekonomi berasaskan pada potensi unggulan lokal dan berdaya saing,

optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan geopolitik Aceh, peningkatan

indeks pembangunan manusia dan pengembangan kemampuan dalam menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berkeadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata yang

dilakukan secara partisipatif, proporsional dan berkelanjutan berdasarkan prinsip

kebutuhan dan asas manfaat bagi masyarakat Aceh.

Mandiri adalah kemampuan untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam

yang melimpah dan keunggulan geostrategis lainnya melalui penguatan kapasitas

sumberdaya manusia secara efesien dan efektif, serta melalui penguasaan teknologi

informasi, sehingga memberi manfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan

masyarakat Aceh.

Berlandaskan UUPA sebagai wujud MoU Helsinki adalah mewujudkan

pelaksanaan Pemerintahan Aceh yang efektif dan efesien sebagaimana yang telah

dituangkan dalam undang-undang tersebut guna tercapainya masyarakat Aceh yang

mandiri, makmur dan sejahtera dalam bingkai NKRI.

Page 28: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

28

II.2. Misi

Pencapaian visi Aceh tersebut ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan

Aceh sebagai berikut:

a. Memperbaiki tata kelola Pemerintahan Aceh yang amanah melalui penerapan

dan penyelesaian turunan UUPA untuk menjaga perdamaian yang abadi. Hal ini

bermakna mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan amanah

melalui implementasi peraturan-peraturan turunan UUPA yang diikuti dengan

peningkatan profesionalisme dan pengelolaan sumber daya aparatur, penguatan

sistem pendataan penyelenggaraan pemerintahan, peningkatan kualitas

pelayanan publik melalui efesiensi struktur pemerintahan, membangun

transparansi dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah.

Singkatnya, menjadikan UUPA dan segala turunan peraturannya sebagai acuan

pelaksanaan dan percepatan pembangunan Aceh secara menyeluruh serta

pengejawantahan terwujudnya perdamaian abadi di Provinsi Aceh;

b. Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan nilai-nilai Dinul Islam di semua sektor

kehidupan masyarakat adalah upaya membangun masyarakat Aceh

yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, beretika dan berkarakter, dengan

mengangkat kembali budaya Aceh yang bernafaskan Islami dengan tujuan untuk

mengembalikan harkat dan martabat masyarakat Aceh. Implementasi budaya

Aceh dan nilai-nilai Dienul Islam dalam tatanan pemerintahan dan

kehidupan bermasyarakat dilakukan secara efektif dan tepat.

c. Memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumber daya manusia adalah

mengembangkan kerangka ekonomi kerakyatan melalui peningkatan potensi

sektor unggulan daerah dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat

secara optimal; menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran dalam

memenuhi capaian Millenium Development Goals (MDGs), memperluas

kesempatan kerja melalui pembangunan infrastruktur ekonomi sektor riil serta

penguatan peran UKM dan koperasi. Pembangunan ekonomi pertanian

difokuskan pada penguatan potensi lokal masing-masing wilayah.

Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat Aceh adalah

mewujudkan kualitas pelayanan pendidikan melalui peningkatan angka

partisipasi sekolah, menurunkan angka buta aksara, meningkatkan angka

partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) dalam berbagai tingkat

pendidikan, menurunkan disparitas partisipasi antar wilayah, gender dan sosial

ekonomi serta antar satuan pendidikan. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas melalui meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka

kematian bayi, menurunnya angka prevalensi gizi buruk serta efektivitas

penanganan penyakit menular guna pencapaian MDGs;

Page 29: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

29

d. Melaksanakan pembangunan Aceh yang proporsional, terintegrasi dan

berkelanjutan adalah terwujudnya pembangunan daerah yang berbasis

kebutuhan dan kemanfaatan melalui perencanaan yang tepat, fokus dan tuntas.

Terwujudnya penanganan tata ruang terpadu dalam pelaksanaan pembangunan

daerah melalui pembangunan berbasis lingkungan, pengelolaan dan

pengendalian bencana, perbaikan sistem dan jaringan sarana dan prasarana

transportasi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang adil dan merata;

e. Mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi

pemanfaatan SDA adalah terwujudnya masyarakat Aceh yang mampu

memanfaatkan potensi-potensi sumber daya alam yang berdaya guna dan

berhasil guna secara optimal dengan mendorong masyarakat agar lebih

produktif, kreatif, dan inovatif.

II.3. Kondisi Nyata Birokrasi

Aceh sebagai daerah otonomi khusus, memiliki kewenangan sendiri dalam

menyusun struktur organisasi pemerintahan. Pemerintah Aceh dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki kewenangan daerah yang terdiri

dari urusan wajib dan urusan pilihan. Gubernur dalam menjalankan roda

pemerintahannya dibantu oleh SKPA. Struktur organisasi SKPA tersebut diuraikan

sebagai berikut:

b. Struktur Organisasi

SKPA terdiri dari 7 Sekretariat, 22 Dinas, dan 18 Lembaga Teknis Daerah yang

ditetapkan dengan Qanun Aceh Nomor 14 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas

Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam; Qanun Aceh Nomor 15 Tahun 2012 tentang Perubahan

Atas Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Dinas, Lembaga Teknis Daerah, dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam.; Qanun Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam; Qanun Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pembentukan Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh; Qanun Nomor 8

Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Registrasi

Kependudukan Aceh; dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2010 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Pengurus Provinsi Korps

Pegawai Republik Indonesia Aceh. Secara lebih detail nomenklatur SKPA bisa kita

cermati dari tabel 4 di bawah ini :

Page 30: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

30

Tabel 4

Nomenklatur Satuan Kerja Perangkat Aceh

No. Satuan Kerja Perangkat Aceh

I Sekretariat terdiri dari :

1 Sekretariat Daerah Aceh

2 Sekretariat DPRA

3 Sekretariat Majelis Permusyawaratan Ulama

4 Sekretariat Majelis Adat Aceh

5 Sekretariat Majelis Pendidikan Daerah

6 Sekretariat Baitul Maal

7 Sekretariat DPP KORPRI Aceh

II Dinas terdiri dari :

1 Dinas Syariat Islam

2 Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk

3 Dinas Kesehatan

4 Dinas Pertambangan dan Energi

5 Dinas Kelautan dan Perikanan

6 Dinas Sosial

7 Dinas Keuangan Aceh

8 Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh

9 Dinas Pendidikan

10 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

11 Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika

12 Dinas Kehutanan

13 Dinas Perkebunan

14 Dinas Pengairan

15 Dinas Bina Marga

16 Dinas Cipta Karya

17 Dinas Koperasi dan UKM

18 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

19 Dinas Pemuda dan Olahraga

20 Dinas Pertanian Tanaman Pangan

21 Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan

22 Dinas Registrasi Kependudukan Aceh

III Lembaga Teknis Daerah terdiri dari :

1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

2 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

3 Badan Arsip dan Perpustakaan

4 Badan Pemberdayaan Masyarakat

5 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

6 Badan Investasi dan Promosi

7 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

8 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

9 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

10 Badan Pembinaan Pendidikan Dayah

11 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

12 Badan Penanggulangan Bencana Aceh

Page 31: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

31

13 Inspektorat Aceh

14 Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

15 Rumah Sakit Jiwa

16 Rumah Sakit Ibu dan Anak

17 Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah

18 Kantor Penghubung Pemerintah Aceh

Sumber: Biro Organisasi Setda Aceh Januari 2013

Berdasarkan susunan organisasi Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA)

sebagaimana tersebut di atas, terdapat 1.299 jabatan struktural menurut jenjang

eselonering sesuai dengan tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5

Jenjang Eselonering Jabatan Struktural pada SKPA di lingkungan Pemerintah Aceh

No Eselonering Jumlah

1 I.b 1

2 II.a 45

3 II.b 20

4 III.a 324

5 III.b 31

6 IV.a 877

Jumlah 1.298

Sumber: Biro Organisasi Setda Aceh kondisi Januari 2013

c. Sumberdaya Aparatur

Pemerintahan Aceh didukung oleh sumber daya aparatur sebanyak 9.177

orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Komposisi PNS menurut Golongan dan Jenis

Kelamin adalah sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 6

Jumlah PNS berdasarkan Golongan dan jenis kelamin

No GOLONGAN Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase Laki-laki Perempuan

1 IV 658 220 878 9,57

2 III 3.247 2.271 5.518 60,13

3 II 1.716 948 2.664 29,03

4 I 110 7 117 1,27

JUMLAH 5.731 3.446 9.177 100,00

Sumber : Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Aceh Tahun Januari 2013

Page 32: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

32

Berdasarkan tabel 6 di atas terlihat bahwa jumlah PNS laki-laki lebih dominan

dibandingkan dengan jumlah PNS perempuan, sementara itu berdasarkan golongan,

jumlah PNS lebih didominasi oleh golongan III. Berdasarkan kualifikasi pendidikan,

jumlah PNS di lingkungan Pemerintah Aceh dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7

Jumlah PNS berdasarkan Jenjang Pendidikan

NO KUALIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH PNS PERSENTASE

1 S3 10 0,12

2 S2 967 8,50

3 S1 4.132 43,11

4 D4 74 0,53

5 D3 1.035 11,90

6 D2 14 0,11

7 D1 53 0,26

8 SLTA 2.703 33,04

9 SLTP 132 1,91

10 SD/MI 57 0,52

JUMLAH 9.177 100,00

Sumber: Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Aceh Tahun 2012

Berdasarkan kualifikasi tingkat pendidikan sumber daya aparatur Pemerintah

Aceh, apabila disajikan dalam bentuk gambar sebagaimana tergambar dalam gambar

3 di bawah ini:

Gambar 4

-5

5

15

25

35

45

S3

D3

SLTP

S3

S2

S1

D4

D3

D2

D1

SLTA

SLTP

SD/MI

Page 33: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

33

II.4. Permasalahan yang dihadapi

Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih serta penyehatan

birokrasi pemerintahan, pemerintah dihadapkan pada berbagai masalah antara lain:

a. Komitmen Politik dan Kebijakan

Pelaksanaan UUPA sebagai wujud implementasi MoU Helsinki masih belum

optimal. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya peraturan pelaksanaan yang

merupakan turunan dari UUPA yang belum dituntaskan sehingga menghambat

keberlanjutan pencapaian sasaran pembangunan. Turunan dari UUPA yang belum

tuntas tersebut terdiri dari1:

(1) Peraturan Pemerintah yang harus diselesaikan semuanya berjumlah 9

(sembilan) dengan keterangan 3 (tiga) yang sudah ditetapkan yaitu PP

20/2007, PP 58/2009, PP 83/2010, 2 (dua) yang sedang dalam tahap

pembahasan, dan 4 (empat) sisanya bahkan belum ada draftnya. Lebih

jauh, ketiga PP yang telah ditetapkan pun belum sepenuhnya didukung

oleh petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaannya.

(2) Peraturan Presiden yang harus diselesaikan semuanya berjumlah 3 (tiga),

dengan keterangan 2 (dua) sudah ditetapkan dan 1 (satu) lagi sisanya

belum ada draft.

(3) Qanun Aceh yang harus diselesaikan semuanya berjumlah lebih kurang 48

substansi judul Qanun, dengan keterangan 32 Qanun sudah ditetapkan

sementara sisanya 16 Qanun (66,67%) belum ada draftnya.

Penyelesaian PP dan Perpres implementasi Undang-undang Pemerintah Aceh

pada prinsipnya merupakan kewenangan pemerintah akan tetapi berdasarkan Pasal

8 ayat (3) Undang-undang Pemerintah Aceh, kebijakan administratif berkaiatan

langsung dengan Pemerintahan Aceh yang akan dibuat oleh Pemerintah dilakukan

dengan konsultrasi dan pertimbangan Gubernur Aceh. Oleh karena itu, selanjutnya

berdasarkan Perpres No.75 Tahun 2000 tentang tata cara konsultasi dan pemberian

pertimbangan atas rencana persetujuan internasional, rencana pembentukan

undang-undang, dan kebijakan adsministratif yang berkaitan langsung dengan

Pemerintah Aceh, maka Rancangan PP dan Rancangan Pepres implementasi Undang-

Undang Pemerintah Aceh yang sudah disusun drafnya oleh Pemerintah di bahas

bersama pemerintah Aceh. Oleh karena itu, terhadap Draf Rancangan PP dan

Rancangan Pepres yang sudah ada drafnya harus segera dibahas oleh Pemerintah

dan Tim Percepatan Penyelesaian PP dan Pepres. Demikian pula terhadap

Rancangan PP dan Rancangan Pepres yang belum ada drafnya harus segera

1 Sumber: Biro Hukum Setda Aceh, per 31 Maret 2013

Page 34: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

34

dipersiapkan oleh Pemerintah dan Kementerian terkait, kecuali draf Rancangan PP

Nama Aceh dan Gelar Pejabat Pemerintah Aceh yang harus persiapkan dan diusulkan

oleh DPR Aceh dan Gubernur Aceh. Demikian juga terhadap Qanun Aceh yang belum

selesai, Pemerintah Aceh dan DPRA perlu segera menuntaskannya agar

implementasi reformasi birokrasi dapat segera terwujud.

b. Penataan Organisasi

Kebijakan penataan kelembagaan perangkat daerah sebagaimana diatur

dalam PP Nomor 41 Tahun 2007 dan peraturan perundang-undangan lainnya

tentang Organisasi Perangkat Daerah, diarahkan pada upaya rightsizing (komposisi

yang tepat) yaitu penyederhanaan birokrasi pemerintah guna menciptakan

organisasi yang proporsional, ramping (flat), transparan, berhierarki pendek dan

kewenangan yang tidak menyebar (decentralized). Karena itu pembentukan

organisasi perangkat daerah harus berdasarkan visi dan misi yang jelas, dengan

struktur organisasi yang disusun berdasarkan kebutuhan nyata dan mengikuti

strategi dalam pencapaian visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan.

Melalui upaya rightsizing tersebut, diharapkan organisasi perangkat daerah

tidak terlalu besar dan pembidangannya tidak melebar sebagaimana terjadi selama

ini. Disamping itu, dengan semangat pembaharuan fungsi-fungsi pemerintah

(reinventing goverment) dalam rangka mendukung terwujudnya tata pemerintahan

daerah yang baik (good local governance), diharapkan disain organisasi perangkat

daerah dapat memberi ruang partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam

penyelenggaraan pembangunan di Daerah.

Pemerintah Aceh sudah memulai penataan perangkat Aceh dengan

penetapan sejumlah Qanun dan Peraturan Gubernur, namun sejalan dengan

perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih terdapat

kendala dan hambatan dalam pelaksanaan penataan perangkat daerah meliputi:

1) Pola besaran organisasi tidak sesuai dengan urusan/kewenangan,

kemampuan, kebutuhan, potensi dan karakteristik daerah;

2) Pelaksanaan urusan pemerintahan dalam satu kelembagaan perangkat

daerah menyebabkan kesulitan dalam melakukan koordinasi baik dengan

Pemerintah maupun dengan Pemerintah Kabupaten/Kota;

3) Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan pada indikator

teknis urusan pemerintahan, hasil analisis jabatan dan analisis beban

kerja;

4) Penggabungan urusan pemerintahan menyebabkan kesulitan dalam

memperoleh kompetensi pimpinan SKPA karena ada SKPA yang

mempersyaratkan beberapa kompetensi dan disiplin ilmu;

Page 35: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

35

5) Belum terbentuknya kelembagaan perangkat Aceh yang merefleksikan

amanat Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

Aceh;

6) Pemanfaatan jabatan fungsional tertentu dan fungsional umum pada

setiap SKPA belum optimal yang berkonsekuensi pada penambahan

pegawai tidak tetap pada setiap SKPA.

c. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Pelayanan publik oleh instansi Pemerintah, baik Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota merupakan perwujudan fungsi aparatur negara sebagai abdi

masyarakat. Pada era otonomi daerah, fungsi pelayanan publik menjadi salah satu

fokus perhatian dalam peningkatan kinerja instansi pemerintah daerah. Secara

umum penyelenggaraan pelayanan publik belum sesuai dengan harapan dan belum

dapat mengakomodir kepentingan seluruh lapisan masyarakat, serta belum mampu

memenuhi hak-hak dasar warga negara/penduduk.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan kualitas

pelayanan publik antara lain:

1) Belum diterapkannya standar pelayanan pada setiap unit pelayanan

publik;

2) Belum adanya penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai

dengan SPM yang telah ditetapkan oleh lembaga Kementerian/Lembaga

Pemerintah Non Kementerian pada Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota;

3) Belum optimalnya peran dan partisipasi masyarakat dalam penyusunan

standar pelayanan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan

publik.

d. Penataan Tatalaksana

Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien dan produktif dapat

tercermin dari penguatan tatalaksana pemerintahan. Permasalahan yang dihadapi

dalam penguatan tatalaksana meliputi:

1) Banyaknya peraturan perundang-undangan yang belum mendorong

penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien;

2) Sistem, prosedur dan mekanisme kerja birokrasi pemerintahan masih

panjang dan berbelit-belit sehingga memboroskan sumber daya, energi

dan waktu;

3) Belum adanya pedoman umum untuk berbagai aspek ketatalaksanaan,

sehingga mengakibatkan adanya keanekaragaman petunjuk dan

Page 36: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

36

berdampak pada adanya keanekaragaman petunjuk teknis yang dibuat

oleh setiap instansi pemerintah;

4) Budaya kerja efisien, efektif, disiplin, hemat, produktif dan hidup

sederhana belum berkembang.

f. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penerapan sistem pertanggungjawaban kinerja yang tepat, jelas, terukur dan

dapat dipertanggungjawabkan merupakan syarat penting bagi penyelenggaraan

pemerintah, termasuk juga mengetahui dengan seksama berhasil atau tidaknya

pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mengingat arti

pentingnya akuntabilitas kinerja, maka Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road

Map Reformasi Birokrasi menjadi salah satu pilar utama dalam Reformasi Birokrasi

Pemerintah Aceh. Namun dalam implementasinya, juga ditemukan beberapa

permasalahan, antara lain :

1) Belum dilakukan harmonisasi antara sistem perencanaan, sistem

penganggaran dengan sistem AKIP.

2) Rencana Kinerja Tahunan belum dijadikan pedoman dalam penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Aceh, sehingga keterkaitan antara anggaran

yang diajukan dengan kinerja yang direncanakan tidak terjadi;

3) Belum dilakukan studi kelayakan terhadap program dan kegiatan yang

direncanakan secara optimal untuk menghindari pelaksanaan program

dan kegiatan yang tidak menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi SKPA;

4) Beberapa SKPA belum memiliki data kinerja yang valid, sehingga

menyulitkan dalam penyusunan dokumen AKIP;

5) Banyak instansi pemerintah yang bekerja namun tidak berfokus kepada

hasil; dan

6) Instansi pemerintah umumnya belum dapat menunjukkan akuntabilitas

kinerjanya.

f. Kepemimpinan

Salah satu isu umum yang berulang kali muncul dan dinilai sangat penting

terkait dengan pelaksanan Tupoksi adalah kapasitas Kepemimpinan. Pemimpin

dalam hal ini tidak hanya terbatas pada Pimpinan Daerah maupun kepala SKPA tapi

juga mencakup kepala bagian dan kepala bidang. Proses mutasi para pejabat eselon

yang terlalu sering dinilai mengganggu stabilitas organisasi pemerintahan dalam

mengimplementasikan rencana baik di SKPA maupun SKPK. Hal ini belum termasuk

pemilihan pemimpin yang seringkali tidak mempertimbangkan kompetensi,

Page 37: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

37

termasuk pengetahuan teknis maupun pengalaman dalam mengelola kepegawaian

pemerintahan.

g. Manajemen Sumber Daya Manusia

Berbagai upaya untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran terhambat

oleh kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi untuk

melaksanakan kebijakan. Sistem kepegawaian pemerintah didasarkan atas peringkat

jabatan dan senioritas dan bukan berdasarkan kinerja maupun kompetensi sehingga

belum mampu mendorong implementasi sistem pertanggungjawaban dan

profesionalisme di lembaga pemerintah. Beberapa isu yang muncul ke permukaan

diantaranya adalah prosedur rekrutmen, seleksi dan penempatan yang belum

mengacu pada kompetensi dan kurang transparan; pengembangan pegawai yang

belum tersistematis dan terencana, kurangnya motivasi bagi staf yang berkinerja

baik, dan tidak adanya perencanaan dan pengembangan karir bagi staf. Hal ini

dipengaruhi oleh lemahnya peranan lembaga diklat dalam penyediaan aparatur yang

profesional, sehingga berakibat pada rendah kualitas pelayanan publik. Selain itu

pola penempatan dan jenjang karir aparatur yang belum terarah serta masih

rendahnya kualitas SDM aparatur pemerintahan yang ada.

h. Manajemen Keuangan

Tata kelola keuangan menjadi isu umum yang dihadapi oleh Pemerintah

Aceh. Keterlambatan baik dari segi pengesahan maupun pembelanjaan keuangan

merupakan hal-hal yang dinilai perlu diperbaiki, yang salah satunya adalah melalui

pengembangan sistem informasi keuangan yang integratif. Qanun mengenai

keuangan perlu diperkuat dengan beberapa aturan teknis, khususnya yang mengatur

insentif dan sanksi bagi SKPA maupun pejabat yang tidak memenuhi jadwal dan

aturan yang telah ditetapkan.

i. Manajemen Aset

Disadari bahwa aset Pemerintah Aceh banyak yang terbengkalai dan tidak

termanfaatkan dengan baik. Masih banyak aset yang belum dilengkapi dokumen

lengkap. Hal ini terutama ditambah juga dengan terjadinya bencana Tsunami serta

proses rehabilitasi dan rekonstruksi, dimana aset yang hilang ataupun yang

disediakan baru tidak tercatat dengan baik. Proses transfer aset dari BRR hingga saat

ini belum sepenuhnya tuntas. Sistem informasi manajemen aset daerah telah

dikembangkan, namun belum bisa digunakan dengan baik.

Page 38: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

38

j. Manajemen Data dan Informasi

Belum adanya kejelasan mengenai lembaga mana yang mengemban fungsi

koordinator dalam pengelolaan data. Terdapat beberapa database yang pada saat

ini sangat berguna dan difungsikan oleh beberapa badan (Aceh Info, Dev Info) serta

bagian-bagian kantor pemerintah seperti PUSDATIN dan Pusat Geospasial

manajemen data. Namun, karena tidak ada sinkronisasi sistem ditambah dengan

lemahnya proses pengumpulan data serta ketrampilan untuk menganalisa membuat

data menjadi kurang memadai dan tidak akurat. Mekanisme pendistribusian

informasi yang tersedia tidak difungsikan secara optimal terutama agar dapat

diakses oleh instansi di tingkat kabupaten/kota.

k. Kemitraan dan Penjangkauan

Terdapat potensi yang besar untuk melibatkan masyarakat sipil termasuk

sektor swasta dan kelompok wanita di Aceh dalam merencanakan dan

meningkatkan peluang investasi. Koordinasi ini dapat menjadi bagian dari proses

perencanaan termasuk dalam mengidentifikasi dan memformulasikan proyek,

termasuk mengelaborasi kerjasama dengan sektor swasta dalam pembangunan

infrastruktur dan pemberian layanan publik. Kurangnya pelibatan masyarakat sipil ini

berdampak pada rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja

pemerintah, akibat dari rendahnya keteladanan dan kurangnya profesionalitas

aparatur pemerintah.

l. Sistem Pemantauan dan Evaluasi

Berdasarkan pengkajian kapasitas ditemukan bahwa salah satu hal penting

lainnya yang perlu ditingkatkan dan diterapkan di seluruh SKPA adalah mekanisme

pemantauan yang tidak terbatas pada pemantauan daya serap, namun mencakup

juga capaian SKPA dan/atau Pemerintah Aceh terhadap target-target pembangunan

yang telah ditetapkan.

II.5. Pembenahan yang telah dilakukan

Meski menghadapi kendala dan permasalahan yang demikian kompleks

sebagaimana yang dihadapi oleh daerah yang pernah mengalami konflik dan

bencana yang luar biasa, Pemerintah Aceh terus berupaya untuk berbenah diri.

Beberapa pembenahan yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut:

a. Menurunkan angka kebocoran dan kerugian negara

Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Aceh untuk menurunkan angka

kebocoran dan kerugian Negara Pemerintah telah mengoptimalisasikan fungsi

Page 39: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

39

pengawasan dan sistem pengendalian internal di lingkungan SKPA/SKPK. Dari jumlah

tindak lanjut temuan dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

dalam tahun 2011, terdapat sebanyak 136 LHP atau 88,89% dari target yang

ditetapkan atau sebanyak 153 LHP. Tingkat capaian indikator ini sudah menunjukkan

upaya optimal pemerintah Aceh dalam menciptakan kepemerintahan yang baik

sesuai dengan misi aparatur pemerintah yang bersih, kompeten dan berwibawa,

bebas dari korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

b. Perangkat daerah yang tepat fungsi dan tepat ukuran

Tingkat pencapaian indikator kinerja kesesuaian perangkat daerah yang tepat

fungsi dan tepat ukuran adalah sebesar 97,65%. Target semula adalah sebesar 85%,

yang dalam pelaksanaannya hanya mampu direalisasikan sebesar 83%. Angka

capaian ini sudah menjadi bukti bahwa Pemerintah Aceh komit terhadap

pelaksanaan PP Nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah, dengan

menitikberatkan pada 3 (tiga) variabel yaitu luas wilayah, jumlah penduduk dan

jumlah APBD, sehingga kelembagaan perangkat daerah dalam menyelenggarakan

urusan pemerintahan yang bersifat wajib dan pilihan masih berdasarkan

perumpunan, belum secara nyata menurut kebutuhan, karakteristik dan

kemampuan daerah yang tercermin dalam bidang teknis yang menjadi kewenangan

daerah. Namun demikian untuk mewujudkan besaran organisasi perangkat daerah

yang tepat fungsi dan tepat ukuran, secara bertahap akan dilakukan evaluasi

organisasi perangkat daerah sebagai agenda utama (quick wins) Reformasi Birokrasi

Pemerintah Aceh, dimulai dengan pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana

Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur

Aceh Nomor 065/88/2012 tanggal 6 Februari 2012 yang telah direvisi dengan

Keputusan Gubernur Aceh Nomor 065/36/2013 tanggal 11 Januari 2013 dan

Pembentukan Sekretariat Tim Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh dengan

Keputusan Sekretaris Daerah Aceh selaku Ketua Tim Reformasi Birokrasi Pemerintah

Aceh Nomor 065/110/2012 tanggal 17 Februari 2012.

c. Peningkatan kompetensi SDM

Ketersediaan aparatur yang mempunyai kompetensi merupakan salah satu

indikator dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan

efisien. Dalam tahun 2011, Pemerintahan Aceh telah menetapkan target indikator ini

sebesar 90% dan hingga akhir tahun 2011 telah mampu merealisasikan sebesar 67%.

Tidak terpenuhinya target capaian indikator ini terutama disebabkan oleh upaya

pembinaan aparatur yang telah diprogramkan belum berjalan secara optimal,

khususnya yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan penjenjangan,

Page 40: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

40

fungsionalisasi dan teknis yang sesuai dengan bidang tugas, karena alokasi anggaran

masih cukup terbatas dan proses akreditasi lembaga penyelenggara diklat masih

dalam pertimbangan untuk dilegalisasikan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Untuk mengatasi permasalahan ini Pemerintah Aceh akan berupaya mengadakan

kerjasama yang lebih intensif dengan LAN dalam penyelenggaraan berbagai diklat

teknis dan fungsional untuk memenuhi kompetensi teknis. Khusus untuk diklat

penjenjangan ke depan Pemerintah Aceh akan berupaya menyelenggarakan Diklat

PIM II yang dapat menjangkau peserta dari wilayah se-Sumatera.

d. Penataan kepegawaian dan manajemen berbasis kinerja

Secara bertahap penataan kepegawaian sedang dilakukan dan upaya untuk

menghasilkan rujukan analisis jabatan dan analisis beban kerja terus dioptimalkan.

Pendekatan manajemen berbasis kinerja di seluruh tingkatan Pemerintah Aceh

diupayakan melalui optimalisasi Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP),

yang ditujukan agar mampu mengatur dan mendorong pengukuran input, output,

outcome, benefit, bahkan hingga impact, namun dalam pelaksanaannya LAKIP hanya

digunakan guna pelaporan anggaran semata. Proses umpan balik untuk perbaikan

penulisan LAKIP oleh SKPA belum berjalan sesuai rencana, dan LAKIP pun belum

dipakai sebagai instrumen pemantauan dan evaluasi, pengukur tolak ukur capaian,

dan sebagai dasar perbaikan rumusan rencana tahun berikutnya secara maksimal.

e. e-Government

Jumlah aplikasi e-gov pemerintah daerah adalah 7 paket, yang sudah

direalisasikan sesuai dengan target yang ditetapkan atau tingkat capaiannya

mencapai 100%. Pencapaian kinerja ini dilaksanakan melalui kegiatan

pengembangan sistem email berbasis LDAP (mail.acehprov.go.id), pembangunan

aplikasi ticketing SIM, sarana publik perhubungan komintel Aceh berbasis GIS,

pembangunan aplikasi ticketing pengaduan jaringan, pengembangan aplikasi SIMDA,

pembangunan aplikasi kearsipan secara digital dan pembangunan aplikasi

monitoring dan evaluasi serta pembangunan website bank data pada

Dishubkomintel Aceh. Dalam rangka peningkatan pelayanan dibidang komunikasi,

informasi dan telematika, pemerintah Aceh juga menyediakan beberapa titik hotspot

yang dapat diakses secara gratis oleh masyarakat pada beberapa lokasi strategis

dalam wilayah Aceh.

f. Pemenuhan listrik dan air bersih

Pemerintah Aceh telah merealisasikan 3 (tiga) lokasi pengembangan energi

alternatif, atau dengan tingkat capaian sebesar 75%. Ketiga lokasi tersebut yaitu

Page 41: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

41

PLTU Batu Bara di Kabupaten Nagan Raya dengan kapasitas 2x100MW, PLTP

Seulawah di Kabupaten Aceh Besar dengan total kapasitas 2x20MW, serta PLTA

Peusangan I dan II di Kabupaten Aceh Tengah dengan total kapasitas 2x43MW yang

dibiayai dari Loan JBIC (Japan Bank International Company).

Sementara untuk mengatasi kekurangan kebutuhan air bersih bagi

masyarakat pada daerah krisis air bersih telah dibangun sentra air bersih di 22 lokasi

yang bermakna realisasi sebesar 100%. Kegiatan pengeboran dilakukan pada 6

(enam) Kabupaten, yaitu Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten

Bireuen, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh

Tamiang, guna memenuhi kebutuhan sumber air bersih bagi kehidupan masyarakat.

g. Pendidikan

Angka Melek Huruf

Menurut Badan Pusat Statistik (2011), angka melek huruf di Provinsi Aceh

dalam kurun waktu tahun 2006-2010 terus mengalami peningkatan. Pada tahun

2006 tercatat sebesar 94,27 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang melek

huruf kemudian meningkat menjadi 96,88 persen pada tahun 2010 (Tabel 2.23).

Umumnya penduduk buta aksara di Aceh berada pada kelompok usia lanjut (usia 50

tahun ke atas). Pada kelompok usia 15-44 tahun tercatat 0,74 persen penduduk yang

buta aksara, pada kelompok usia 45-49 tahun sebesar 4 persen, sedangkan pada

kelompok usia 50 tahun ke atas mencapai 11,28 persen.

Dibandingkan dengan rata-rata nasional tahun 2010 sebesar 92,91 persen,

capaian angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas di Provinsi Aceh

sudah lebih baik. Capaian di daerah perkotaan masih lebih tinggi dibandingkan

dengan perdesaan, yaitu 98,48 persen di perkotaan dan 96,22 persen di perdesaan.

Namun demikian dalam kurun waktu lima tahun terakhir kesenjangan ini menurun

tajam dari 5,02 persen pada tahun 2006 menjadi 2,26 persen pada tahun 2010.

Perincian menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa angka melek huruf

penduduk laki-laki masih tetap lebih tinggi dari pada penduduk perempuan, masing-

masing sebesar 97,82 persen dan 95,97 persen. Di daerah perkotaan kesenjangan

angka melek huruf antara penduduk laki-laki dan perempuan lebih kecil yaitu

sebesar 1,18 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 2,11 persen. Sungguhpun

demikian, capaian ini masih lebih baik dibandingkan kondisi tahun 2006, yang

masing-masing sebesar 1,68 persen dan 4,58 persen.

Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Page 42: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

42

Angka Lama Bersekolah

Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Aceh dalam kurun waktu tahun

2006-2010 terus mengalami peningkatan, yaitu sebesar 8,50 tahun pada tahun

2006 menjadi 8,81 tahun pada tahun 2010. Pada tahun 2010 kabupaten/kota yang

memiliki angka rata-rata lama sekolah terendah adalah Nagan Raya sebesar 7,57

tahun, kemudian disusul kota Subulussalam sebesar 7,59 tahun dan Aceh Barat

Daya sebesar 7,72 tahun. Angka tertinggi di Kota Banda Aceh sebesar 12,09 tahun,

diikuti Kota Sabang sebesar 10,55 tahun dan Kota Langsa sebesar 10,45.

Rata-rata lama sekolah penduduk di Provinsi Aceh tahun 2010 memang telah

berada di atas rata-rata nasional sebesar 7,92 (Susenas, 2010), namun apabila

ditelaah lebih lanjut masih terlihat adanya kesenjangan antara laki-laki dan

perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki tercatat sebesar 9,20

sedangkan rata-rata lama sekolah penduduk perempuan sebesar 8,50. Dengan kata

lain, rata-rata penduduk laki-laki berpendidikan tamat SMP/MTs dan telah memasuki

tahun pertama jenjang pendidikan menengah sedangkan rata-rata penduduk

perempuan hanya berpendidikan sampai kelas tiga SMP/MTs dan tidak tamat.

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni

Pembangunan pendidikan Aceh telah menghasilkan beberapa kemajuan

terutama dalam hal pemerataan akses terhadap pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Hal ini terlihat dari beberapa

indikator, seperti Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

Saat ini secara umum indikator APK sering digunakan untuk mengukur capaian

akses penduduk usia 0-6 tahun di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

penduduk usia 13-15 tahun di SMP/MTs/SMPLB/Paket B/Pesantren Salafiyah

Wustha, penduduk usia 16-18 tahun di SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C, dan

penduduk usia 19-23 tahun di lembaga Pendidikan Tinggi. Khusus untuk mengukur

capaian akses penduduk usia 7-12 tahun di SD/MI/SDLB/Paket A/Pesantren

Salafiyah Ula digunakan indikator Angka Partisipasi Murni (APM) karena secara

nasional capaian APK usia 7-12 tahun telah melebihi 100 persen.

Dalam lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tercatat kenaikan APK

penduduk usia 0-6 tahun dari sebesar 76 persen pada tahun 2007 menjadi 83,02

persen pada tahun 2009. Pada jenjang pendidikan dasar, capaian APK penduduk

usia 7-12 tahun di SD/MI/SDLB/Paket A/Pesantren Salafiyah Ula cenderung

berfluktuasi dari sebesar 116,36 persen pada tahun 2007 menjadi 113,27 persen

pada tahun 2010, sedangkan APK penduduk usia 13-15 tahun di

SMP/MTs/SMPLB/Paket B/Pesantren Salafiyah Wustha meningkat dari sebesar

96,59 persen apada tahun 2007 menjadi 102,83 persen pada tahun 2010. Pada

Page 43: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

43

jenjang pendidikan menengah, capaian APK penduduk usia 16-18 tahun di

SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C juga mengalami peningkatan dari 72,06 persen

pada tahun 2007 menjadi 81,89 pada tahun 2010. Demikian juga APK penduduk

usia 19-24 tahun pada jenjang Pendidikan Tinggi (PT) yang meningkat dari 19,00

persen pada tahun 2007 menjadi 25,03 persen pada tahun 2009. Khusus capaian

tahun 2009 Kemdikbud menerbitkan dua indikator APK PT, yaitu APK penduduk

usia 19-24 tahun di PT sebesar 25,03 persen dan APK penduduk usia 19-23 tahun di

PT sebesar 29,45 persen.

Adapun capaian APM penduduk usia 7-12 tahun di SD/MI/SDLB/Paket

A/Pesantren Salafiyah Ula juga bergerak fluktuatif, sebesar 94,66 persen pada

tahun 2007 menjadi 94,67 persen pada tahun 2010, sedangkan APM penduduk

usia 13-15 tahun di SMP/MTs/SMPLB/Paket B/Pesantren Salafiyah Wustha

meningkat dari sebesar 76,44 persen apada tahun 2007 menjadi 78,58 persen

pada tahun 2010. Pada jenjang pendidikan menengah, capaian APM penduduk

usia 16-18 tahun di SMA/MA/SMK/SMALB/Paket C juga mengalami peningkatan

meskipun relatif kecil dari 61,95 persen pada tahun 2007 menjadi 62,71 pada

tahun 2010.

Angka Pendidikan yang Ditamatkan

Data statistik kependudukan tahun 2008 menggambarkan komposisi

penduduk Aceh berusia 10 tahun ke atas berdasarkan pendidikan tertinggi yang

ditamatkan, masing-masing: sebesar 24,20 persen tidak/belum menamatkan

SD/sederajat, sebesar 26,84 persen menamatkan SD/sederajat, sebesar 21,05

persen menamatkan SMP/sederajat, sebesar 21,65 persen menamatkan

SMA/sederajat, sebesar 2,82 persen menamatkan D-I/II/III, sebesar 3,27 persen

menamatkan D-IV/S1 dan sebesar 0,17 persen menamatkan S2/S3. Berdasarkan

tempat tinggal, penduduk perdesaan yang menamatkan SD/sederajat sebesar

29,71 persen, SLTP/sederajat 22,28 persen, SLTA/sederajat 17,33 persen, D-I/II/III

2,42 persen, D-IV/S1 1,74 persen dan S2/S3 0,05 persen. Sementara itu, penduduk

perkotaan yang menamatkan SD/sederajat sebesar 18,28 persen, SLTP/sederajat

20,11 persen, SLTA/sederajat 35,90 persen, D-I/II/III 4,97 persen, D-IV/S1 7,48

persen dan S2/S3 0,49 persen.

Pada tahun 2010 komposisi tersebut telah menunjukkan perubahan yang

berarti. Hal ini tercermin dari komposisi masing-masing kelompok, yaitu sebesar

21,68 persen tidak/belum menamatkan SD/sederajat, sebesar 26,18 persen

menamatkan SD/sederajat, sebesar 21,11 persen menamatkan SMP/sederajat,

sebesar 23,10 persen menamatkan SMA/sederajat, sebesar 3,40 persen

Page 44: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

44

menamatkan D-I/II/III, sebesar 4,29 persen menamatkan D-IV/S1 dan sebesar 0,23

persen menamatkan S2/S3.

Jika dilihat berdasarkan tempat tinggal, maka penduduk di perdesaan yang

tidak/belum menamatkan SD/sederajat sebesar 24,93 persen, menamatkan

SD/sederajat sebesar 29,69 persen, SLTP/sederajat sebesar 22,10 persen,

SLTA/sederajat sebesar 18,40 persen, D-I/II/III sebesar 2,58 persen, D-IV/S1

sebesar 2,27 persen dan S2/S3 sebesar 0,04 persen. Sementara itu, penduduk

perkotaan yang tidak/belum menamatkan SD/sederajat sebesar 13,39 persen, yang

menamatkan SD/sederajat sebesar 17,21 persen, SLTP/sederajat sebesar 18,61

persen, SLTA/sederajat sebesar 35,12 persen, D-I/II/III sebesar 5,50 persen, D-IV/S1

sebesar 9,47 persen dan S2/S3 sebesar 0,71 persen.

Angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan dalam kurun waktu 2006

sampai dengan 2010 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Jumlah penduduk

yang tidak/belum tamat SD pada tahun 2006 mencapai angka 23,90 persen dan

menurun menjadi 21,68 persen pada tahun 2010. Penurunan angka tersebut

disebabkan oleh adanya peningkatan angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan

untuk SD sederajat 26,18 persen, SLTP sederajat 21,11 persen, SLTA sederajat

23,10 persen, Diploma I/II/III sederajat 3,40 persen, Diploma IV/S1 4,29 persen,

S2/S3 0,23 persen pada tahun 2010.

Jika dilihat berdasarkan tempat tinggal, maka penduduk di perdesaan yang

tidak/belum menamatkan SD/sederajat sebesar 24,93 persen, menamatkan

SD/sederajat sebesar 29,69 persen, SLTP/sederajat sebesar 22,10 persen,

SLTA/sederajat sebesar 18,40 persen, D-I/II/III sebesar 2,58 persen, D-IV/S1

sebesar 2,27 persen dan S2/S3 sebesar 0,04 persen. Sementara itu, penduduk

perkotaan yang tidak/belum menamatkan SD/sederajat sebesar 13,39 persen, yang

menamatkan SD/sederajat sebesar 17,21 persen, SLTP/sederajat sebesar 18,61

persen, SLTA/sederajat sebesar 35,12 persen, D-I/II/III sebesar 5,50 persen, D-IV/S1

sebesar 9,47 persen dan S2/S3 sebesar 0,71 persen. Analisa data tersebut

menggambarkan bahwa hingga tahun 2010, jumlah penduduk yang menamatkan

pendidikan tertinggi di perdesaan memiliki kecenderungan lebih banyak

menamatkan pada jenjang SD/sederajat, diikuti SLTP/sederajat dan

SLTA/sederajat. Sedangkan di perkotaan jumlah penduduk yang menamatkan

pendidikan tertinggi didominasi pada jenjang SLTA/sederajat, SLTP/sederajat dan

perguruan tinggi.

Peringkat Hasil Uji Kompetensi Guru

Hasil Uji Kompetensi Guru di Provinsi Aceh tahun 2012 yang dilaksanakan

oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan dan

Page 45: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

45

Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP & PMP) Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan menunjukkan bahwa capaian peringkat Hasil Uji Kompetensi Awal (UKA)

Guru Provinsi Aceh tahun 2012 berada pada urutan ke-28 dari 33 provinsi di

Indonesia.

Penajaman Berbasis Jenjang Pendidikan

Pendidikan Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal

Secara umum layanan TK/RA bagi penduduk usia 4-6 tahun masih belum

merata sampai ke pedesaan. Jumlah lembaga TK/RA di Provinsi Aceh tahun 2010

adalah sebanyak 1.603 buah dengan jumlah murid 74.563 orang (rata-rata TK/RA

memiliki 55 orang murid), sementara jumlah penduduk usia 4-6 tahun sebanyak

277.400 orang. Rasio tersebut di atas digunakan untuk mengukur ketersediaan

lembaga TK/RA untuk setiap 10.000 penduduk usia 4-6 tahun. Rasio ini juga

mengindikasikan kemampuan (kapasitas) untuk menampung semua penduduk

usia 4-6 tahun di suatu daerah.

Berdasarkan data tahun 2010, rasio ketersediaan TK/RA terhadap

penduduk usia 4-6 tahun di Provinsi Aceh adalah sebesar 58,78 yang berarti bahwa

untuk setiap 10.000 penduduk usia 4-6 tahun tersedia 58 sampai 59 unit TK/RA

untuk menampungnya dengan kapasitas rata-rata 173 siswa per lembaga TK/RA.

Kondisi ini sangat tidak ideal karena dengan menggunakan asumsi rata-rata TK/RA

minimal memiliki 3 (tiga) rombongan belajar dan tiap rombongan belajar maksimal

memiliki 20 murid, maka seharusnya untuk setiap 10.000 penduduk usia 4-6 tahun

tersedia 166 lembaga TK/RA.

Di beberapa kabupaten/kota, tingkat layanan TK/RA sangat terbatas,

khususnya di Aceh Timur, Gayo Lues dan Pidie Jaya. Sebaliknya di beberapa

kabupaten/kota lainnya ketersediaan layanan TK/RA relatif cukup baik, misalnya di

Aceh Jaya, Aceh Barat dan Pidie. Dengan demikian maka perluasan akses TK/RA di

sejumlah kabupaten/kota harus diprioritaskan, terutama memenuhi target

pembangunan satu unit TK Negeri di setiap satu kecamatan dan pengembangan

TK/SD Satu Atap. Selain itu perlu didorong partisipasi masyarakat untuk mendirikan

TK/RA dengan memberikan dukungan operasional bagi TK/RA yang diselenggarakan

masyarakat.

Rasio guru terhadap murid

Secara keseluruhan rasio siswa-guru di Aceh saat ini sangat rendah. Data

tahun 2010 memperlihatkan bahwa rasio siswa-guru di TK/RA sebesar 1 : 8 (rata-

rata satu orang guru melayani sekitar 8 siswa), sedangkan rasio idealnya adalah

sebesar 1 : 20 (rata-rata setiap guru melayani sekitar 20 siswa sebagaimana diatur

Page 46: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

46

dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009). Rasio ini mengindikasikan bahwa secara

keseluruhan terjadi kelebihan jumlah guru TK/RA di Provinsi Aceh. Seperti halnya

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, distribusi guru TK/RA tidak merata.

Sebagian lembaga pendidikan TK/RA terutama di perkotaan mengalami kelebihan

guru sementara di perdesaan kekurangan guru.

Pendidikan Dasar

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Selama periode tahun 2008-2010, Angka Partisipasi Sekolah (APS) jenjang

pendidikan dasar terus mengalami kenaikan. APS untuk kelompok usia 7-12 tahun

naik dari 99,06 persen pada tahun 2008 menjadi 99,19 persen pada tahun 2010,

demikian juga dengan APS untuk kelompok usia 13-15 tahun yang meningkat dari

94,12 persen pada tahun 2008 menjadi 94,99 persen pada tahun 2010. Capaian

APS ini telah melampaui rata-rata nasional tahun 2010 yang masing-masing

sebesar 98,02 persen dan 86,24 persen. Bahkan capaian APS untuk kelompok usia

7-12 tahun sebesar 99,19 persen tahun 2010 menempatkan Aceh di posisi nomor

urut ketiga secara nasional (sesudah Provinsi DIY dan Kep. Riau), sedangkan

capaian APS untuk kelompok usia 13-15 tahun sebesar 94,99 persen

menempatkan Aceh di posisi nomor urut satu secara nasional.

Menurut daerah tempat tinggal, APS di daerah perkotaan lebih tinggi

dibandingkan daerah perdesaan pada semua kelompok umur. Data SP2010

menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan APS kelompok usia 7-12 tahun antara

kota dan desa sebesar 0,10 persen dan pada kelompok usia 13-15 tahun sebesar

2,94 persen. Hal ini menggambarkan bahwa penduduk di perkotaan dan

perdesaan telah memiliki kesempatan yang relatif sama dalam mengakses

pendidikan dasar, khususnya sekolah dasar. Dalam kaitannya dengan wajib belajar

pendidikan dasar sembilan tahun, pemerataan persebaran SMP/MTs atau yang

sederajat di perdesaan terutama di wilayah yang secara geografis sulit dijangkau

masih harus mendapat perhatian.

Perbandingan menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa APS penduduk

perempuan selalu lebih tinggi dari pada laki-laki. Pada kelompok usia 7-12 tahun

APS perempuan lebih tinggi 0,43 persen dibandingkan laki-laki, sedangkan pada

kelompok usia 13-15 tahun selisihnya mencapai 2,37 persen. Hal ini menunjukkan

semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak perempuan

ke jalur pendidikan formal.

Page 47: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

47

Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah

Rasio ini digunakan untuk mengukur ketersediaan sekolah/madrasah pada

jenjang pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) untuk setiap 10.000 penduduk

usia sekolah. Rasio ini juga mengindikasikan kemampuan (kapasitas) untuk

menampung semua penduduk usia pendidikan dasar di suatu daerah.

Pada tahun 2010 rasio ketersediaan SD/MI terhadap penduduk usia 7-12

tahun adalah sebesar 68,67 sedangkan rasio ketersediaan SMP/MTs terhadap

penduduk usia 13-15 tahun adalah sebesar 43,98. Rasio ketersediaan SD/MI

sebesar 68,67 mengandung arti bahwa untuk setiap 10.000 penduduk usia 7-12

tahun di Aceh tersedia 68 sampai 69 unit SD/MI untuk menampungnya dengan

kapasitas rata-rata 146 siswa per sekolah, sedangkan rasio ketersediaan SMP/MTs

sebesar 43,98 berarti untuk setiap 10.000 penduduk usia 13-15 tahun tersedia

sekitar 43 sampai 44 unit SMP/MTs untuk menampungnya dengan kapasitas rata-

rata 228 siswa per sekolah.

Jika dibandingkan dengan standar nasional rasio siswa per sekolah SD/MI

sebesar 180 dan standar nasional rasio siswa per sekolah SMP/MTs sebesar 270

(disesuaikan dengan Standar Pelayanan Minimum/SPM Pendidikan Dasar), terlihat

bahwa kapasitas satuan pendidikan dasar yang ada di Provinsi Aceh untuk

menampung anak usia sekolah masih belum dimanfaatkan secara optimal. Daya

tampung sekolah-sekolah yang ada masih memungkinkan untuk menampung

peningkatan jumlah anak usia sekolah sampai lima tahun yang akan datang.

Semakin dekat nilai capaian kedua indikator ini kepada standar nasional akan

mengindikasikan semakin efisiennya pemanfaatan sarana dan prasarana satuan

pendidikan dasar untuk mendukung kebijakan penuntasan Wajib Belajar

Pendidikan Dasar 9 Tahun.

Rasio Guru Terhadap Murid

Secara keseluruhan rasio siswa-guru di Aceh saat ini sangat rendah. Data

tahun 2010 memperlihatkan bahwa rasio siswa-guru di Sekolah Dasar (SD) dan

Maderasah Ibtidaiyah (MI) sebesar 1 : 11 (rata-rata satu orang guru melayani

sekitar 11 siswa) dan di SMP/MTS sebesar 1 : 10 (rata-rata satu orang guru

melayani sekitar 10 siswa). Dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 1 : 17

untuk SD/MI dan 1 : 15 untuk SMP/MTs. Hal ini menunjukkan bahwa rasio guru-

siswa pada jenjang pendidikan dasar di Aceh lebih baik dibandingkan dengan

nasional. Namun, rasio guru yang tinggi tersebut belum memberikan kontribusi

yang siknifikan terhadap mutu pendidikan Aceh.

Rendah mutu pendidikan Aceh disebabkan oleh distribusi guru yang tidak

merata. Dalam hal ini sejumlah sekolah kelebihan guru sementara sekolah yang

lain terutama di pedesaan mengalami kekurangan guru. Demikian juga halnya

Page 48: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

48

dengan beberapa sekolah menengah kejuruan masih kekurangan guru untuk mata

pelajaran kejuruan tertentu. Dari sisi kualifikasi, pada tingkat sekolah dasar

tercatat 17 persen guru SD dan 30,18 persen guru MI yang berkualifikasi S1/D-IV.

Sementara pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), persentase guru SMP

berkualifikasi S1/D-IV sebesar 70,30 persen dan guru MTs sebesar 73,48 persen.

Data tahun 2010 memperlihatkan bahwa rasio siswa-guru di Sekolah Dasar

(SD) dan Maderasah Ibtidaiyah (MI) sebesar 1 : 11 (rata-rata satu orang guru

melayani sekitar 11 siswa) dan di SMP/MTS sebesar 1 : 10 (rata-rata satu orang

guru melayani sekitar 10 siswa). Dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 1

: 17 untuk SD/MI dan 1 : 15 untuk SMP/MTs, rasio guru-siswa pada jenjang

pendidikan dasar di Aceh lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nasional.

Namun, rasio guru yang tinggi tersebut belum memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap mutu pendidikan Aceh.

Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Provinsi Aceh adalah

distribusi guru yang tidak merata, di samping rendahnya kualifikasi dan kompetensi

guru. Sejumlah sekolah mengalami kelebihan guru sementara sekolah yang lain

terutama di pedesaan mengalami kekurangan guru. Di samping itu beberapa

sekolah menengah kejuruan masih kekurangan guru untuk mata pelajaran

kejuruan tertentu.

Dari sisi kualifikasi, pada tingkat sekolah dasar tercatat 17 persen guru SD

dan 30,18 persen guru MI yang berkualifikasi S1/D-IV. Sementara pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP), persentase guru SMP berkualifikasi S1/D-IV

sebesar 70,30 persen dan guru MTs sebesar 73,48 persen.

Pendidikan Menengah

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Pada jenjang pendidikan menengah, perkembangan APS periode tahun

2008-2010 telah menunjukkan peningkatan. APS kelompok usia 16 - 18 tahun

(jenjang pendidikan menengah) pada tahun 2008 sebesar 72,32 persen meningkat

menjadi 73,53 persen pada tahun 2010. Capaian APS ini telah jauh melampaui rata-

rata nasional tahun 2010 yang hanya sebesar 56,01 persen dan secara nasional

Aceh menempati peringkat tertinggi.

memberikan informasi bahwa APS kelompok usia 16 - 18 tahun di daerah

perkotaan tercatat 8,57 persen lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan,

sedangkan perbandingan menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa APS

penduduk perempuan 4,10 persen lebih tinggi dari pada laki-laki. Kondisi ini

menggambarkan kemampuan akses yang belum merata terhadap pendidikan

menengah terutama bagi masyarakat di perdesaan. Selanjutnya kesadaran

Page 49: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

49

masyarakat untuk menyekolahkan anak perempuan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Meskipun capaian APS penduduk 16-18 tahun di Provinsi Aceh cukup tinggi

dibandingkan rata-rata nasional, namun rasio siswa SMA berbanding SMK masih

timpang. Pada tahun 2010 rasio siswa SMA berbanding SMK sebesar 79 : 21, suatu

tingkat capaian yang terpaut sangat jauh dibandingkan dengan target nasional

sebesar 60 : 40. Hal ini disebabkan belum meratanya sebaran lembaga pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), di samping layanan yang diberikan belum

mampu melahirkan lulusan yang memiliki daya saing di pasar kerja.

Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah

Seperti halnya pada jenjang pendidikan dasar, rasio ketersediaan

sekolah/madrasah pada jenjang pendidikan menengah terhadap penduduk usia 16-

18 tahun juga terus membaik dari tahun ke tahun. Rasio ketersediaan

SMA/MA/SMK terhadap penduduk usia 16-18 tahun pada tahun 2010 adalah

sebesar 26,65. Hal ini bermakna bahwa untuk setiap 10.000 penduduk usia 16-18

tahun di Aceh tersedia 26 sampai 27 unit SMA/MA/SMK untuk menampungnya

dengan kapasitas rata-rata 376 siswa per sekolah.

Dibandingkan dengan standar nasional rasio siswa per sekolah

SMA/MA/SMK sebesar 384 (12 kelas dengan rasio siswa per kelas rata-rata 32),

maka capaian rasio ini telah mengindikasikan bahwa kapasitas satuan-satuan

pendidikan menengah di Aceh secara keseluruhan perlu segera ditingkatkan untuk

dapat menampung lulusan SMP/MTs yang semakin bertambah. Peningkatan

jumlah lulusan SMP/MTs tersebut sejalan dengan keberhasilan program wajib

belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan Pemerintah sejak tahun

1994 lalu.

Rasio Guru Terhadap Murid

Rasio siswa-guru pada jenjang pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) tahun

2010 di Aceh sebesar 10,23. Rasio ini masih lebih baik dibandingkan capaian rata-

rata nasional tahun 2010 sebesar 12. Rasio siswa-guru SMA/MA/SMK menunjukkan

bahwa jumlah guru sudah mencukupi. Namun khusus untuk mata pelajaran

Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK), Sosiologi/Antropologi, dan Geografi

jumlah gurunya masih kurang. Selanjutnya, khusus di SMK terdapat kekurangan

guru untuk mata pelajaran kejuruan. Oleh karena itu, penyediaan guru untuk mata

pelajaran TIK, Sosiologi/Antropologi, geografi dan kejuruan perlu dilakukan secara

selektif.

Seperti halnya pada jenjang pendidikan dasar, distribusi guru pada jenjang

pendidikan menengah juga belum merata. Oleh karena itu, distribusi guru perlu

Page 50: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

50

dilakukan khususnya untuk wilayah-wilayah terpencil dan kepulauan. Dari sisi

kualifikasi, data tahun 2010 memperlihatkan 91,28 persen guru SMA, dan 84,23

persen guru MA telah memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Pada satuan pendidikan SMK,

guru yang telah memenuhi kualifikasi S1/D-IV sebesar 87,39 persen.

Kualifikasi dan Sertifikasi Guru

Guru berkualifikasi S1/D-IV untuk semua jenjang pendidikan (dasar dan

menengah) di Aceh mencapai 47,15 persen pada tahun 2010, terjadi peningkatan

dari tahun 2009 yang capaiannya sebesar 43,54 persen. Kualifikasi guru S1/D-IV

secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan persentase nasional sebesar

42,60 persen. Pada akhir tahun 2015, target rencana strategi pendidikan nasional

adalah semua guru harus memiliki kualifikasi S1/D-IV. Namun, disparitas guru

berkualifikasi antara kabupaten/kota masih terjadi. Untuk semua jenjang, secara

total persentase guru berkualifikasi S1/D-IV tertinggi di Banda Aceh (71,99 %) dan

terendah di Simeulue (24,93%). Ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan

capaian tahun 2009, Banda Aceh tertinggi (69%) dan Simeulue (24%) (TKPPA,

2010). Oleh karena itu, identifikasi guru yang belum berkualifikasi S1/D-IV perlu

segera dilakukan, yang selanjutnya ditingkatkan kualifikasinya melalui pendidikan

formal di perguruan tinggi negeri.

Persentase guru yang memiliki sertifikat pendidik jauh lebih kecil

dibandingkan dengan guru yang bersertifikasi S1/D-IV. Persentase guru

bersertifikat pendidik di tingkat provinsi menurut jenjang pendidikan pada tahun

2009 adalah SD (4,76 %), MI (8,6 %), SMP (10,28 %), MTs (12,8 %), SMA (14,29 %),

MA (7,66 %) dan SMK (9,9%). Namun, secara keseluruhan rata-rata persentase

guru yang memiliki sertifikat pendidik hanya 8,2 persen. Oleh karena itu, perlu

upaya untuk melakukan sertifikasi tenaga pendidik tersebut melalui pelatihan dan

pendidikan.

Perguruan Tinggi

Kondisi PT

Aceh saat ini memiliki 3 PTN dan 60 PTS (http://pdpt.dikti.go.id/), dan 3 PTAI

dan 17 PTAIS agama. Beberapa PT masih belum terdata dibawah DIKTI karena belum

dialihkelolakan. UU No. 30 Tahun 2004 Sistem Pendidikan Nasional mengamanahkan

semua program studi harus dibina oleh Kemdikbud, termasuk PT kedinasan.

Page 51: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

51

Tabel 8

Data Akreditasi Perguruan Tinggi

Status PTS PTS + PTN

masih berlaku 188 78% 285 71%

Kadaluarsa 29 12% 78 19%

belum pernah akreditasi 25 10% 40 10%

t o t a l 242

403

A 0 0% 9 2%

B 32 15% 121 33%

C 177 82% 222 61%

tidak terakreditasi 8 4% 10 3%

Sumber: data BAN-PT per Agustus 2012

Sebaran prodi diploma, sarjana dan pascasarjana menunjukkan bahwa 40%

prodi berada di PTN dan sisanya berada di PTS. Kondisi akreditasi prodi

memperlihatkan bahwa 79% prodi memiliki status akreditasi yang masih berlaku dan

22% sudah kadaluarsa, dan diperkirakan sekitar 10% prodi lain belum pernah

terakreditasi oleh BAN PT, terutama prodi-prodi kedinasan kesehatan dan sejumlah

sekolah tinggi atau akademi. Keadaan mutu berdasarkan peringkat akreditasi

menunjukkan bahwa 2% prodi berperingkat A yang semuanya berada di PTN,

sedangkan 33% memiliki akreditasi B dan 61% berakreditasi C. Sekitar 3% berstatus

tidak terakreditasi karena kondisi mutu yang dibawah minimal.

Jumlah penduduk Aceh yang melek huruf dalam kurun waktu tahun 2009 sd

2010 terus mengalami peningkatan.Pada tahun 2009 tercatat sebesar 96,36 % dan

tahun 2010 menjadi 96,88 %,(data statistik 2011).Dengan kondisi demikian

kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana untuk melakukan aktivitas

keilmuan dibidang pendidikan non formal terus meningkat terutama sarana gedung

perpustakaan. Pada tahun 2009 jumlah gedung perpustakaan umum/daerah di 23

kabupaten/kota yang telah memiliki gedung perpustakaan yang memenuhi standar

perpustakaan baru mencapai 522 unit, tahun 2010 menjadi 591 dan tahun 2011

menjadi 611 Unit.

Jumlah perpustakaan gampong yang telah dibentuk berdasarkan SK

bupati/kabupaten se-Aceh pada tahun 2009 berjumlah 779 unit, tahun 2010 terus

meningkat mencapai 807,dan tahun 2011 mencapai 876 unit perpustakaan atau 13%

dari jumlah gampong di provinsi Aceh (sesuai dengan surat Gubernur Aceh

No.413.4/24658/2011 tanggal 13 Oktober 2011) 6451 gampong yang terdapat di 23

kabupaten/kota sisa perpustakaan gampong yang belum terbentuk sampai dengan

tahun 2011 sebesar 83%.

Page 52: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

52

Gampong yang telah dibentuk, tahun 2009 Pembangunan perpustakaan

gampong tidak dialokasikan dana Pembangunan Gedung baru, pada tahun 2010

disiapkan 25 Unit dan tahun 2011 13 Unit dalam kurun tahun 2009 sd 2011,

Perpustakaan Gampong yang telah dibangun sebanyak 38 unit (4%), Perpustakaan

Gampong yang telah dibentuk dan belum memiliki gedung sendiri (masih

menumpang) sampai tahun 2011 sebanyak 838 unit (96,50 %).

Bidang pendidikan Dayah

Rasio Ketersediaan Dayah dan Santri

Pendidikan dayah memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan

masyarakat yang bermartabat dan berakhlakul karimah yang berlandaskan nilai-nilai

dinul Islam. Berdasarkan akreditasi dayah pada tahun 2011, jumlah lembaga dayah

di Aceh sebanyak 517 dayah yang terdiri dari 411 Dayah Salafiyah (dayah tradisional)

dan 106 Dayah Terpadu. Dari jumlah tersebut, dayah yang memiliki klaisifikasi tipe A

berjumlah 49 dayah salafiyah dan 52 dayah terpadu. Untuk Tipe B, dayah salafiyah

berjumlah 61 dayah dan 28 dayah untuk dayah terpadu. Untuk Tipe C, dayah

salafiyah berjumlah 134 dayah dan 18 dayah terpadu. Sedangkan untuk Tipe D,

dayah salafiyah berjumlah 155 dayah dan dayah terpadu berjumlah 8 dayah. Rasio

ketersediaan dayah yang terakreditasi dan santri adalah 1:325. Rasio ini lebih rendah

dibandingkan dengan rasio ketersediaan sekolah menengah dan siswa yang memiliki

rasio 1:304

Rasio Ketersediaan Tengku/Guru dan Santri

Dari hasil kegiatan pemutakhiran data yang dilakukan tahun 2011

menunjukkan bahwa jumlah teungku/Ustadzah Sebanyak 17.569 orang.

Kabupaten/Kota dengan jumlah tengku/Ustadz terbanyak adalah kabupaten Aceh

Utara dengan Jumlah 3.711 orang. Sedangkan untuk kabupaten/kota dengan Jumlah

Teungku/Ustadz terkecil Adalah Kabupaten Simeulue dengan jumlah 35 orang. Pada

kegiatan pemuktakhiran data tahun 2011, juga didapat jumlah santri dayah di aceh

yaitu sebanyak 167.791 orang. Kabupaten Aceh Utara memiliki jumlah santri

tertinggi yaitu 34.860 santri, sedangkan kabupaten/kota yang memiliki jumlah Santri

paling sedikit adalah kota sabang dengan santri sebanyak 416 santri (Tabel 2.49).

Dengan demikian, rasio ketersediaan tgk/guru dan santri 1:10. Rasio ini lebih tinggi

dibandingkan dengan rasio guru dan siswa pada sekolah umum.

Page 53: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

53

Kualifikasi Guru/Tengku

Teungku atau Guru yang mengajar di dayah umumnya memiliki kualifikasi

pendidikan S1/D-IV dan ada beberapa yang memiliki kualifikasi S2. Kualifikasi

Teungku/Guru yang berpendidikan S1/D-IV secara Aceh berjumlah 2.346 orang

dengan perbandingan laki-laki 1.343 orang dan wanita 1.003 orang. Sedangkan

yang memiliki kualifikasi pendidikan S2 adalah berjumlah 172 orang dengan

perbandingan laki-laki 114 orang dan wanita 58 orang. Dari data yang diperoleh

pada Kanwil Kemenag Aceh, jumlah kualifikasi pendidikan S1 yang terbanyak

terdapat pada Kabupaten Aceh Timur, sedangkan pada beberapa kabupaten tidak

terdapat satu orangpun yang berkualifikasi pendidikan S1 seperti pada Kabupaten

Aceh Tenggara, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Jaya, Kota

Langsa dan Kota Sabang. Untuk kualifikasi jenjang pendidikan S2 hanya terdapat

pada 11 kabupaten, dengan jumlah terbanyak terdapat pada Kabupaten Aceh

Barat Daya sebanyak 73 orang, sedangkan jumlah yang paling sedikit ada di

Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam yang

masing-masing berjumlah 1 orang.

KESEHATAN

Status kesehatan masyarakat Aceh dapat digambarkan melalui beberapa

indikator utama, yaitu: umur harapan hidup, angka kematian, status gizi, angka

kesakitan, kesehatan lingkungan, dan perilaku.

Umur Harapan Hidup

Umur Harapan Hidup (UHH) menggambarkan panjang umur penduduk dalam

suatu wilayah. Secara umum, UHH orang Aceh tidak banyak mengalami peningkatan

selama periode 2007-2010. UHH hanya sedikit meningkat dari 68,4 di tahun 2007

menjadi 68.7 di tahun 2010, akan tetapi masih berada dibawah angka nasional

(69,43). Dibanding dengan provinsi lain di Indonesia, UHH orang Aceh hanya sedikit

lebih tinggi dari UHH orang Papua (68.35 tahun). Sedangkan secara internal Provinsi

Aceh, masih terdapat disparitas UHH antar kabupaten/kota. Masyarakat Aceh yang

berdomisili di Kabupaten Bireuen, UHH mencapai 72,35 tahun sedangkan yang

berdomisili di Kabupaten Simeulue hanya 62,98 tahun (BPS, 2011). Jika dibandingkan

angka harapan hidup laki-laki dan perempuan dari tahun 2007-2010, angka harapan

hidup perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan angka harapan hidup laki-

laki. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan perempuan di Aceh relatif lebih

tinggi dibandingkan tingkat kesehatan pada laki-laki.

Page 54: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

54

Angka Kematian

Angka kematian difokuskan pada beberapa indikator kematian utama, yaitu:

Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu

(AKI).

Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) dihitung dari jumlah angka kematian bayi

dibawah usia satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Secara

umum AKB di Provinsi Aceh mengalami penurunan secara bermakna dalam satu

dekade ini. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),

pada tahun 1997 AKB di Provinsi Aceh sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup; dan

turun menjadi menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Angka ini

jauh lebih rendah dari angka rata-rata nasional 34 per 1000 kelahiran hidup (Profil

Kesehatan Indonesia, 2011). Namun masih sangat tinggi dibandingkan dengan

target MDGs (15 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015). AKB

masih cukup bervarasi antar kabupaten/kota dan masih relatif tinggi di daerah

pedesaan, pada keluarga miskin dan anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang

berpendidikan rendah. Kelompok masyarakat inilah umumnya masih mengalami

hambatan financial atau sosial kultural untuk akses ke pelayanan kesehatan.

Kelompok inilah yang menjadi tantantangan utama dalam menurunkan angka

kematian bayi.

Angka Kematian Balita

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum

mencapai usia lima tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup.

AKABA juga merupakan salah satu indikator penting karena memberikan gambaran

peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum mencapai

umur 5 tahun dan merupakan salah satu target MDGs. Secara umum, AKABA di

Provinsi Aceh menurun dari 58.6 per 1000 kelahiran hidup pada pada tahun 1997

menjadi 45 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun angka AKABA di

Provinsi Aceh masih lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu; 44 per 1000 kelahiran

hidup. Tantangan besar untuk mencapai target MDGs 32 per 1000 kelahiran hidup.

MGDs menetapkan nilai normative AKABA “rendah” bila angka kematian lebih

rendah dari 20 per 1000 kelahiran hidup. Walaupun tidak ada data yang akurat per

kabupaten/kota, diperkirakan disparitas AKABA cukup tinggi antar daerah bila dilihat

dari disparitas indicator proksi jumlah balita yang menderita muntah berak (diare)

dan balita yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Diperkirakan

AKABA juga lebih tinggi pada keluarga yang berpendidikan rendah, keluarga dengan

Page 55: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

55

status sosial ekonomi rendah dan pada keluarga yang tinggal didaerah pedesaan

yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) juga merupakan salah satu indikator penting dalam

menentukan derajat kesehatan masyarakat. Jumlah ibu yang meninggal akibat

kehamilan, persalinan dan nifas di Aceh masih relatif tinggi, melebihi rata-rata

nasional. SDKI 2007 melaporkan bahwa AKI di Provinsi Aceh masih sebesar 238 per

100.000 kelahiran hidup, sedangkan rata-rata AKI nasional sudah mencapai 228 per

100,000 kelahiran hidup, dan target MGDs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran

hidup. Tantangan utama adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang

kesehatan ibu hamil dan kurang berfungsinya sistem deteksi dini ibu hamil yang

beresiko tinggi dan sistem rujukan persalinan belum efektif disamping faktor medis

seperti pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi

(Kementerian Kesehatan, 2010).

Jika dilihat data RISKESDAS 2010, angka rata-rata umur perkawinan pertama

di Aceh adalah 20,7 tahun dengan persentase tertinggi adalah di umur 15-19 tahun

(36,9%). Melihat angka ini, diperkirakan rendahnya pengetahuan remaja akan

kehamilan dan kesehatan reproduksi juga berkontribusi terhadap kematian Ibu.

Selain itu, ketidaksetaraan gender, nilai budaya, serta rendahnya perhatian

laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan juga diperkirakan berkontribusi terhadap

kematian ibu.

Status Gizi

Status gizi difokuskan pada status gizi balita yang diukur dari tiga indikator

utama, yaitu; prevalensi balita Kekurangan Gizi (gizi buruk dan gizi kurang), balita

pendek dan balita kurus serta masalah gizi lainnya.

Prevalensi Balita Kekurangan Gizi

Secara umum status gizi masyarakat di Aceh sudah menunjukkan perbaikan.

Prevalensi Balita gizi buruk dan kurang di Aceh menurun dari 26,5% pada tahun 2007

menjadi 23,7% pada tahun 2010, namun angka ini masih berada di atas angka rata-

rata nasional yang telah mencapai 17,9%.

Disparitas status gizi buruk dan kurang antar kabupaten masih relatif tinggi.

Dari 21 kabupaten/kota yang disurvey pada Riskesdas (2007) hanya 5 kabupaten

yang sudah mencapai target nasional dan 4 kabupaten/kota yang sudah mencapai

target MDGs 2015 (Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Banda Aceh dan Kota

Sabang).

Page 56: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

56

Prevalensi Balita Pendek

Jumlah anak pendek (stunting) di Aceh masih sangat tinggi dan prevalensinya

hanya menurun sedikit. Pada tahun 2007 prevalensi stunting di Aceh mencapai

44,6% dan pada tahun 2010 hanya menurun sedikit menjadi 38,9%. Prevalensi

stunting di Aceh masih diatas angka rata-rata nasional (35,6%), seperti disajikan pada

Gambar 2.19. Beberapa kabupaten/kota di Aceh, prevalensi stunting melebihi angka

rata-rata provinsi. Dari 21 Kabupaten/kota yang disurvey di Aceh, tiga kabupaten

diantaranya mempunyai prevalensi stunting cukup tinggi, yaitu kabupaten Aceh

Tenggara (66,9%), Simelue (63,9%), Aceh Barat Daya (60,9%) dan Gayo Lues (59,9%).

Prevalensi Balita Kurus

Angka balita kurus juga terjadi penurunan di Aceh, pada tahun 2007

prevalensinya 18,3% turun menjadi 14,2% pada tahun 2010 (Gambar 2.5). Namun

prevalensi anak kurus menurut Kabupaten di Aceh sangat bervariasi, ada 13

kabupaten yang memiliki prevalensi balita sangat kurus di bawah angka prevalensi

provinsi, yaitu Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tengah, Aceh Barat, Pidie, Biureun,

Aceh Barat daya, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Bener Meriah, Kota Banda Aceh, Sabang,

dan Langsa.

Masalah Gizi Lain

Permasalahan gizi lainnya adalah Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada

wanita. Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi KEK pada wanita usia 15-45

tahun di Aceh adalah 12,3% sedikit lebih rendah dibandingkan dengan angka KEK

rata-rata Nasional (13,6%). Tetapi terdapat sembilan kabupaten dengan prevalensi

risiko KEK di atas angka rata-rata Aceh, yaitu Simeulue, Aceh Selatan, Bireuen, Aceh

Utara, Nagan Raya, Aceh Jaya, Kota Kota Langsa, untuk Kota Banda Aceh dan Aceh

timur prevalensi KEK masih sangat tinggi mencapai 23,0% dan 23,4%.

Selain itu, seperempat (25%) wanita usia subur (WUS) di Aceh terlalu kurus

atau dua kali lipat dari pada kondisi nasional (13.6%). Kondisi WUS yang kurus

berdampak pada resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Diperkirakan prevalensi BBLR di Aceh sekitar 11,3%, hampir dua kali lipat lebh

tinggi daripada prevelensi nasional (Riskesdas, 2007).

Kecukupan konsumsi energi penduduk umur 13-15 tahun (usia pra remaja)

di Aceh perlu mendapat perhatian. Rata-rata kecukupan konsumsi energi

penduduk umur 13-15 tahun (usia pra remaja) berkisar 67,9 persen- 84,7 persen.

Kecukupan energi dan protein usia 13-15 tahun di Aceh adalah 22%. Angka ini

adalah angka terendah di Indonesia.

Page 57: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

57

Angka Kesakitan

Angka kesakitan disajikan disini berdasarkan data hasil survey (community

based data) dan dari facility based data berdasarkan pencatatan dan pelaporan

Puskesmas dan Rumah Sakit (terutama falitas kesehatan milik pemerintah). Angka

keluhan kesehatan (sakit), pernah mengeluh menderita salah satu penyakit selama

satu bulan yang lalu (pada saat survey dilakukan), pada tahun 2011 sebesar 30.62%,

terjadi penurunan sekitar 5% dibandingkan dengan periode 2008-2010 yang

mencapai 35%. Namun angka ini masih lebih tinggi dibandingkan angka kesakitan

tahun 2007 yang hanya sekitar 25%. Angka kesakitan masyarakat Aceh hampir dua

kali lipat lebih tinggi dari rata-rata angka kesakitan nasional yang hanya sebesar 15%.

Disamping itu, disparitas antar kabupaten/kota juga relatif tinggi. Pada tahun 2011,

angka kesakitan tertinggi terdapat di kabupaten Bener Meriah dan Pidie Jaya,

persentase melebihi 40% dari total jumlah masyarakat yang di survey di kabupaten

tersebut; sedangkan di kabupaten Simeulue kurang dari 15% (14,35)

Pola pencarian pengobatan; sebagian masyarakat yang mengeluh menderita

salah satu penyakit mencari pertolongan kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan

dan sebagian yang lain mengobati sendiri atau tidak mencari pengobatan sama

sekali. Persentase penduduk yang mengeluh menderita salah satu penyakit dan

mencari pengobatan sebesar 55,17%, dimana 96,5% mereka mencari pengobatan ke

fasilitas kesehatan, hanya 3,5% yang mencari pengobatan tradisional.

Pola Penyakit; sepuluh jenis penyakit terbanyak yang tercatat di Puskesmas

dan Rumah Sakit. Saat ini penyakit yang diderita oleh masyarakat Aceh tidak hanya

didominasi oleh penyakit infeksi menular, tetapi penyakit kronik tidak menular juga

sudah menjadi ancaman baru kesehatan penduduk Aceh yang sebahagian besarnya

juga dipengaruhi oleh pola perilaku masyarakat.

Penyakit infeksi masih didominasi oleh penyakit ISPA dan Diare. Penyakit ini

umumnya menyerang anak balita. Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

masih merupakan penyebab kesakitan tertinggi anak balita di Aceh. Hasil survey

SDKI tahun 2007, rata-rata prevalensi ISPA di Aceh sekitar 16%, namun disparitas

antar kabupaten cukup tinggi. Prevelensi ISPA di Kabupaten Aceh Barat Daya, Gayo

Lues dan Aceh Barat Daya masing-masing mencapai 32,4%, 30,2% dan 28,6%.

Namun kasus ISPA yang dilaporkan Puskesmas cenderung menurun. Misalnya, total

kasus ISPA tahun 2005 sebanyak 183.459 dan tahun 2009 penyakit ISPA menurun

menjadi 168.630 kasus. Pneumonia sering menyertai ISPA. Sekitar 40-43% anak

menderita ISPA berlanjut ke Pneumonia, terutama bila pengobatan ISPA tidak

dilakukan secara adekuat. Prevalensi Pneumonia di Aceh sekitar 3,97%, lebih tinggi

dari rata-rata nasional yang hanya sekitar 2.85% (Gani, 2010).

Page 58: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

58

Prevalensi Diare di Aceh sekitar 17,3%. Angka ini dua kali lebih tinggi dari

angka nasional (9%). Beberapa kabupaten/kota seperti Gayo Lues, Aceh Barat Daya

dan Aceh Singkil mempunyai prevalensi diare tertinggi, masing-masing 39,1%, 31,7%

dan 26.8%. Tingginya kasus ISPA dan Diare pada anak balita dibeberapa

kabupaten/kota sering dijadikan indikator proxy disparitas angka kematian anak

antar kabupaten.

Malaria masih endemis hampir diseluruh Aceh. Riskedas 2007 melaporkan

bahwa bahwa prevalensi malaria di Aceh 3,7% masih lebih tinggi dibandingkan

dengan angka nasional yang hanya sebesar 2.85%. Persentase penggunaan kelambu

yang berinsektisida (insectisida treated net) juga masih rendah (35%) dengan

disparitas antar kabupaten antara 6% di Kota Banda Aceh dan yang tertinggi di

kabupaten Subulusalam (74%).

Tuberkulosis (TBC) masih merupakan ancaman kesehatan bagi sebagian

masyarakat Aceh. Prevelensi di Aceh diperkirkan sebesar 1.45%, lebih tinggi dari

prevelensi nasional yang hanya 0.99%. Berdasarkan hasil Survei Prevalensi

Tuberkulosis tahun 2004, estimasi prevalensi TB nasional adalah 104 per 100.000

penduduk. Prevalensi TB di Sumatera adalah 160 per 100.000 pendududk. Angka

prevalensi ini juga disepakati untuk dijadikan sebagai estimasi angka insiden TB.

Indikator utama yang digunakan untuk menilai kemajuan Program Pengendalian

Penyakit TB adalah angka penemuan kasus/case detection rate (CDR) dan angka

kesuksesan pengobatan/success rate (SR). Angka penenuan kasus tahun 2011

sebesar 54,9 %, masih cukup jauh dari target nasional minimal 70%. Namun

demikian, telah terjadi peningkatan sebesar 5,2 % dibandingkan tahun 2010 yang

hanya mencapai 49,7%. Disamping itu terjadi perbedaan angka penemuan kasus

yang cukup tinggi antar kabupaten/kota. Di Kabupaten Aceh Barat Daya sudah

mencapai 120 %, sedangkan di Kabupaten Bener Meriah baru mencapai 16 %.

Sedangkan angka kesuksesan pengobatan mencapai 92 %, telah memenuhi target

nasional minimal 85 %.

Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan

utama di Aceh. Prevelensi DBD di Aceh 1.1%, lebih tinggi daripada angka nasional

sebesar 0,11%. Angka kesakitan DBD di Aceh sebesar 57,2 per 100.000 penduduk,

masih lebih tinggi dari target nasional yang ditetapkan dibawah atau sama dengan

50 per 100.000 penduduk. Terjadi penurunan bila dbandingkatan tahun 2010 yang

mencapai 64 per 100.000 penduduk. Angka kesakitan DBD tertinggi terdapat di

Kota Sabang (447 per 100.000), Banda Aceh (170,4 per 100.000) dan Aceh Besar

(149,9 per 100.000 penduduk) (Dinas Kesehatan Aceh, 2011).

Penyakit Kusta juga masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyrakat

di Aceh, dimana Aceh merupakan satu-tunya provinsi di Sumatera yang masih

tergolong sebagai daerah endemis tinggi kusta (prevalensi diatas 1 per 10.000

Page 59: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

59

penduduk. Sampai dengan akhir tahun 2011 jumlah penderita kusta terdaftar

mencapai 594 atau prevalensi 1,2 per 10.000 penduduk. Proporsi anak diantara

kasus baru kusta yang ditemukan masih tinggi, yaitu 8,7 %, sedangkan target

nasional kurang dari 5 %. Tingginya proporsi anak menggambarkan masih terus

berlangsungnya proses penularan ditengah-tengah masyarakat. Demikian juga,

proporsi cacat tingkat 2 diantara kasus baru yang ditemukan masih tinggi, yaitu

15,6 %, sedangkan target nasional kurang dari 5 %. Hal ini menunjukkan terjadinya

keterlambatan penemuan kasus kusta oleh petugas kesehatan. (Dinas Kesehatan

Aceh, 2011).

Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I), seperti campak,

pertusis dan tetanus neonatorum masih cukup tinggi kejadiannya di Aceh. Pada

tahun 2011 dilaporkan terjadi sebanyak 708 kasus campak klinis, 93 kasus pertusis

dan 3 kasus tetanus neonatorum (Profil Kesehatan Aceh, 2011).

HIV dan AIDS merupakan fenomena permasalahan kesehatan masyarakat di

Provinsi Aceh, sebagaimana provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Jumlah kumulatif

kasus HIV dan AIDS di Aceh sampai dengan 2011 sebanyak 112 kasus yang tercatat.

Estimasi jumlah yang terinfeksi diperkirakan jauh lebih banyak dari angka tercatat

(Gambar 2.24). Disamping itu, jumlah kasus baru yang ditemukan pertahun

cenderung meningkat dan sebaran kabupaten/kota juga semakin meluas. Sebelum

tahun 2005, kabupaten/kota yang masuk dalam wilayah resiko tinggi penyebaran

HIV dan AIDS hanya di kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Kota Sabang, Kota

Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang dan kabupaten Aceh Tenggara. Namun sekarang

hampir semua (20 dari 23) kabupaten/kota di Aceh sudah menjadi daerah

penyebaran HIV dan AIDS. Permasalahan lain adalah rendahnya tingkat pengetahuan

masyarakat tentang HIV dan AIDS (DHS, 2008). Hanya 4.3% perempuan usia 15-24

tahun di Aceh memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS dan baru

66% pria serta 49,5% wanita yang pernah mendengar AIDS. Sedangkan persentase

perempuan yang mengetahui bahwa HIV dan AIDS itu dapat ditularkan kepada

anak mereka melalui ASI, persalinan dan kehamilan hanya 26%. Lebih lanjut, rata-

rata 37.92% remaja usia 15-24 tahun di Aceh yang belum menikah mempunyai

pengetahuan yang benar tentang berbagai cara penularan HIV dan AIDS. Selain itu,

baru sekitar 5% penduduk yang mengerti tentang Voluntary Councelling and

Testing (VCT).

Penyakit Tidak Menular/PTM (non-communicable disease) sudah menjadi

ancaman baru bagi kesehatan masyarakat Aceh. Hasil survey Riskesdas tahun 2007,

Aceh berada diurutan teratas untuk beberapa jenis penyakit tidak menular,

terutama penyakit Jantung, Stroke, Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Prevalensi

penyakit jantung dan Stroke di Aceh secara berturut-turut sebesar 12.6% dan

16.6%, dua kali lipat dari prevalensi nasional masing-masing sebesar 7.2% dan

Page 60: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

60

8.3%. Sekitar dua orang (1,7) dari 1000 penduduk Aceh diperkirakan pernah

mendirita Stroke. Beberapa faktor resiko jantung dan stroke juga tinggi di Aceh.

Prevalensi Hipertensi (hasil pemeriksaan tenaga kesehatan) yang merupakan faktor

resiko untuk terjadi jantung Iskemik dan Stroke juga sangat tinggi di tengah-tengah

masyarakat Aceh mencapai 30,2%, sedangkan secara nasional prevalensi hipertensi

sebesar 31,7% (Riskesdas, 2007). Hal yang sama dengan prevalensi Diabetes

Mellitus yang mencapai 1.7%, sedangkan secara nasional prevalensi Diabetes

Mellitus hanya 1.1%. Penderita penyakit Diabetes mempunyai resiko lebih tinggi

untuk kejadian Jantung dan Stroke.

Gangguan Mental Emosional merupakan suatu keadaan yang

mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat

berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut. Hasil riskesdas

tahun 2007 menunjukan prevalensi gangguan mental emosional di Aceh sebesar

14,1%, lebih tinggi dibandingkan angka nasional yang hanya 12,36%. Di Kabupaten

Aceh Selatan, gangguan mental emosional mencapai 32,1%, tertinggi dibandingkan

kabupaten/kota lainnya di Aceh.

Kesehatan Lingkungan

Kondisi lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar pada derajat

kesehatan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk mengukur kondisi

kesehatan lingkungan yaitu akses terhadap air bersih, akses terhadap sanitasi yang

layak, penggunaan bahan bakar memasak, dan penanganan sampah. Secara umum

persentase masyarakat yang mempunyai akses terhadap air bersih (20

liter/orang/hari dari Sumber Terlindung dalam jarak 1 km atau Waktu Tempuh

Kurang Dari 30 Menit) sebesar 45,5 persen dan menjalankan sanitasi dengan baik

(Memiliki Jamban Jenis Latrin + Tangki Septik) di provinsi Aceh sebesar 32,5 persen.

Kabupaten tertinggi dalam mengakses air bersih adalah Sabang 45,5 persen dan

terendah Gayo Lues 0,4 persen. Dalam hal sanitasi, kabupaten tertinggi adalah

Banda Aceh 76,5 persen dan terendah Gayo Lues 10,6 persen Dalam hal jarak dan

waktu, pada umumnya rumah tangga di kabupaten/kota dapat menjangkau

sumber air dalam waktu kurang dari 30 menit dan jarak kurang dari 1 km.

Permasalahan yang cukup banyak dialami terkait dengan kualitas fisik air bersih

adalah kekeruhan dan warna. Kabupaten yang paling tinggi mengalami masalah

kualitas fisik (kekeruhan) adalah Aceh Besar (30,0 persen). Masih banyak rumah

tangga yang mempunyai sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang terbuka,

paling tinggi terdapat di Langsa (87.3 persen) sedangkan yang tidak mempunyai

SPAL, tertinggi di Pidie (48.3 persen).

Page 61: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

61

Proporsi rumah tangga yang memiliki akses yang baik terhadap jamban

pribadi dengan septic tank hanya 30,88% dan tempat sampah yang sehat juga baru

mencapai 27,22%, serta pengelolaan air limbah sehat hanya 32,60% (Profil

Kesehatan Aceh, 2010). Riskesdas 2007 memperlihatkan kepemilikan

penampungan sampah tertutup dan terbuka di dalam rumah di Aceh sebesar 5,6%

dan 15,2%. Penampungan sampah di luar rumah yang tertutup 8,7% dan terbuka

26,0%. Masih banyak rumah tangga yang lantainya bukan tanah dengan kepadatan

hunian tinggi. Proporsi tertinggi dalam penggunaan lantai tanah terdapat di

Kabupaten Aceh Utara (26.4%). Kepadatan hunian <8 m2/ kapita paling tinggi

terjadi di Kabupaten Pidie (87.3%). Penggunaan lantai tanah lebih tinggi di

pedesaan. Semakin rendah tingkat ekonomi, semakin tinggi jenis lantai tanahnya.

Perilaku

Tingginya masalah kesehatan saat ini sangat berkaitan dengan faktor sosial

dan budaya, antara lain kesadaran individu dan keluarga untuk berperilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS). PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan

atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan

di masyarakat.

Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah

1). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 2). Pemberian ASI eksklusif 3).

Menimbang anak balita setiap bulan, 4). Menggunakan air bersih, 5). Mencuci

tangan pakai sabun, 6). Menggunakan jamban sehat 7). Mengkonsumsi sayuran

dan buah setiap hari 8). Memberantas jentik di rumah sekali seminggu 9).

Melakukan aktivitas fisik setiap hari, 10). Tidak merokok dalam rumah.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan; Berdasarkan data

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan ibu dan Anak (PWS-KIA) 2011

menunjukkan angka persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

sudah mencapai 84,67 persen. Persentase persalinan di tolong oleh tenaga

kesehatan tertinggi di Kabupaten Aceh Singkil (99,41 persen) dan Kabupaten Aceh

Tamiang (97,51 persen), sedangkan terendah di Kabupaten Aceh Selatan (59,5

persen), seperti disajikan pada gambar berikut:

Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif; (hanya air susu ibu sebagai makanan

bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan) hanya 8,58 persen (Profil Kesehatan Aceh,

2010) atau 11,4 persen (DHS, 2007) atau 3 kali lipat lebih rendah dari cakupan

nasional. Anak 6-24 bulan yang mendapatkan praktek pemberian makanan yang

baik baru sebesar 34 persen. Pada tahun 2010 cakupan pemberian ASI Ekslusif di

Aceh menurun menjadi 4,3 persen. Jika dilihat menurut Kabupaten/kota hampir

Page 62: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

62

semua kabupaten/kota mempunyai cakupan yang sangat rendah dan hanya 1

(satu) kabupaten yang angkanya sedikit tinggi, yaitu Aceh Selatan, yaitu 14,32

persen, seperti disajikan pada gambar berikut.

Perilaku menimbang anak balita setiap bulan adalah persentase cakupan

indikator penimbangan, yaitu jumlah balita yang ditimbang dibandingkan dengan

jumlah balita sasaran penimbangan (D/S) yang menggambarkan partisipasi

masyarakat dalam menimbang balita. Hasil laporan Pencapaian Indikator

Pembinaan Gizi Masyarakat menunjukkan rata-rata cakupan D/S di Aceh tahun

2009 adalah 53,9 persen dan 54,4 persen pada tahun 2010, angka ini jauh dari

target provinsi Aceh yaitu 70 persen dan jika dibandingkan dengan 8 (depalan)

indikator program perbaikan gizi masyarakat tahun 2010-2014, yaitu 85 persen

anak ditimbang berat badannya (D/S), maka cakupan D/S Aceh masih sangat jauh

berada di bawah target tersebut. Jika dilihat menurut kabupaten/kota terdapat

tiga kabupaten yang mempunyai angka cakupan D/S sangat tinggi, yaitu Kabupaten

Aceh Utara (96,1 persen), Kabupaten Aceh Tamiang (88,9 persen) dan Kota

Lhokseumawe (85,2 persen). Sebaliknya masih banyak didapatkan kabupaten

dengan cakupan D/S sangat rendah, yaitu Kabupaten Bener Meriah (17,1 persen),

Nagan Raya (24,7 persen), Aceh Barat Daya (26,2 persen) dan Aceh Tengah (28,4

persen)

Berdasarkan perilaku merokok, persentase perokok tiap hari terbesar

terdapat di Kabupaten Bener Meriah (32,9 persen), Aceh Barat Daya (31.0 persen)

dan Aceh Barat (29,2 persen), sedangkan terendah di Nagan Raya (16.6 persen).

Prevalensi perokok provinsi dan jumlah batang rokok, 18,5 batang per hari dan

merupakan angka tertinggi di Indonesia (Riskesdas 2007).

Sementara itu perilaku konsumsi sayuran dan buah-buah masih sangat

rendah. Data Riskesdas 2007 menunjukkan 95,5 persen masyarakat Aceh kurang

mengkonsumsi sayur dan buah. Jika dilihat menurut kabupaten, Kota Langsa

memiliki angka kecukupan sayur dan buah yang paling tinggi (19.2 persen).

Sedangkan kabupaten yang memiliki angka kecukupan sayur dan buah paling

rendah adalah Aceh Selatan (0.5 persen) seperti disajikan pada Gambar 2.30.

Konsumsi sayuran dihitung dari jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah

porsi rata-rata dalam sehari. Penduduk dikategorikan cukup konsumsi sayur dan

buah apabila makan sayur dan/atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari

dalam seminggu

Selanjutnya tingkat aktivitas fisik dilihat dari kebiasaan melakukan aktivitas

fisik berat, sedang dan ringan. Penduduk yang tidak biasa melakukan aktivitas

adalah penduduk yang tidak melakukan aktivitas fisik berat, sedang atau ringan

atau melakukan aktivitas berat, sedang dan ringan tetapi kurang dari sepuluh

menit. Secara umum prevalensi penduduk yang cukup melakukan kegiatan

Page 63: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

63

aktivitas fisik rutin di Provinsi Aceh sebesar 62,9 persen. Prevalensi melakukan

aktivitas fisik yang tertinggi adalah Kota Sabang (89.8 persen) dan terendah di

kabupaten Nagan Raya (36,7 persen)

Penggunaan jamban sehat adalah salah satu indikator untuk menilai

perilaku yang benar dalam hal Buang Air Besar (BAB). Dari hasil Riskesdas 2007

rata-rata penduduk Aceh BAB yang benar yaitu sebesar 61,6 persen. Kabupaten

yang tertinggi adalah Banda Aceh (96,6 persen) dan terendah Aceh Barat Daya

(26,0 persen). Sedangkan berperilaku benar dalam cuci tangan di Provinsi Aceh

adalah 16,0 persen, kabupaten tertinggi adalah Nagan Raya (47,1 persen) dan

terendah Aceh Tenggara (2,0 persen).

Untuk penggunaan air per orang per hari di Aceh pada umumnya lebih dari

100 liter. Apabila dibandingkan antar wilayah kabupaten/kota, persentase tertinggi

masyarakat dengan penggunaan air lebih dari 100 liter adalah Kabupaten Aceh

Singkil (79,2 persen) dan Aceh Barat (77,8 persen). Masih terdapat beberapa

kabupaten/kota yang pemenuhan kebutuhan airnya di bawah rata-rata Nasional,

sedangkan berdasarkan ketersediaan air bersih, secara umum di Provinsi Aceh

sebanyak 21,8 persen rumah tangga mengalami kesulitan air bersih pada musim

kemarau. Kabupaten tertinggi yang mengalami kesulitan air bersih adalah Aceh

Timur 60,8 persen terendah Banda Aceh 3,1 persen.

Hasil Riskesdas, 2007 (Gambar 2.32) menunjukkan 80,4 persen rumah

tangga di Aceh belum menerapkan PHBS (kategori buruk), hanya 19,6 persen

Rumah tangga yang menerapkan PHBS (kategori baik). Menurut Kabupaten, hanya

5 (lima) kabupaten/Kota di Aceh yang mempunyai persentase Rumah Tangga yang

memenuhi kriteria baik dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) agak

tinggi, yaitu Kota Sabang (35,4 persen), Aceh Tengah (32 persen), Kota Banda Aceh

(30,6 persen), Bener Meriah (30,2 persen), Bireuen (30,1 persen). Sedangkan

persentase PHBS paling rendah di kabupaten Gayo Lues (1,5 persen) dan Nagan

Raya (2,2 persen).

Dalam hal jarak dan waktu, pada umumnya rumah tangga di

kabupaten/kota dapat menjangkau sumber air dalam waktu kurang dari 30 menit

dan jarak kurang dari 1 km. Permasalahan yang cukup banyak dialami terkait

dengan kualitas fisik air bersih adalah kekeruhan dan warna. Kabupaten yang

paling tinggi mengalami masalah kualitas fisik (kekeruhan) adalah Aceh Besar (30,0

persen). Masih banyak rumah tangga yang mempunyai sarana pembuangan air

limbah (SPAL) yang terbuka, paling tinggi terdapat di Langsa (87.3 persen)

sedangkan yang tidak mempunyai SPAL, tertinggi di Pidie (48.3 persen).

Secara umum persentase masyarakat yang mempunyai akses terhadap air

bersih (20 liter/orang/hari dari Sumber Terlindung dalam jarak 1 km atau Waktu

Tempuh Kurang Dari 30 Menit) sebesar 45,5 persen dan menjalankan sanitasi

Page 64: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

64

dengan baik (Memiliki Jamban Jenis Latrin + Tangki Septik) di provinsi Aceh sebesar

32,5 persen. Kabupaten tertinggi dalam mengakses air bersih adalah Sabang 45,5

persen dan terendah Gayo Lues 0,4 persen. Dalam hal sanitasi, kabupaten tertinggi

adalah Banda Aceh 76,5 persen dan terendah Gayo Lues 10,6 persen.

Jumlah rumah tangga yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) mencakup 10 indikator PHBS yang terdiri dari enam indikator individu dan

empat indikator rumah tangga, didapatkan sebagian besar Rumah tangga di Aceh

belum menerapkan PHBS. Hasil Riskesdas, 2007 (Gambar 2.33) menunjukkan 80,4

persen rumah tangga di Aceh belum menerapkan PHBS (kategori buruk), hanya

19,6 persen Rumah tangga yang menerapkan PHBS (kategori baik). Menurut

Kabupaten, hanya 5 (lima) kabupaten/Kota di Aceh yang mempunyai persentase

Rumah Tangga yang memenuhi kriteria baik dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) agak tinggi, yaitu Kota Sabang (35,4 persen), Aceh Tengah (32

persen), Kota Banda Aceh (30,6 persen), Bener Meriah (30,2 persen), Bireuen (30,1

persen). Sedangkan persentase PHBS paling rendah di kabupaten Gayo Lues (1,5

persen) dan Nagan Raya (2,2 persen).

Fasilitas pelayanan kesehatan

Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di Aceh saat ini sudah semakin

meningkat terutama fasilitas pelayanan kesehatan dasar (puskesmas dan puskesmas

pembantu/Pustu). Hampir seluruh kecamatan sudah memiliki puskesmas, bahkan di

beberapa kecamatan memiliki 2 puskesmas. Dari 325 Puskesmas, 55 Puskesmas

sudah mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar

(PONED), namun jumlah ini masih dibawah target 92 Puskesmas sesuai dengan

standard Kepementerian Kesehatan (1 Puskesmas PONED/50.000 penduduk). Untuk

mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, jejaring pelayanan

kesehatan dasar seperti Pustu, Poskesdes, Polindes dan Posyandu juga terus

meningkat walaupun belum merata diseluruh daerah, terutama di Daerah Terpencil,

Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Jumlah Pustu meningkat dari 886 pada tahun

2007 menjadi 957 pada tahun 2011. Hal yang sama dengan jumlah

Poskesdes/Polindes meningkat dari 1885 pada tahun 2007 menjadi 1932 pada tahun

2011; namun jumlah Poskesdes/Polindes baru sekitar 30% dari jumlah desa yang ada

di Provinsi Aceh (6.450 desa).

Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit umum - RSU) juga

sudah tersedia di seluruh kabupaten/kota. Sekarang ini ada 51 Rumah Sakit

diseluruh Aceh yang terdiri dari 32 RSU pemerintah dan 19 RSU swasta; 15

diantaranya telah mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal

Emergensi Komprehensif (PONEK). Umumya RSU di kabupaten/kota masih berstatus

RSU Kelas C (baru memiliki empat pelayanan medik spesialis dasar (bedah, penyakit

Page 65: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

65

dalam, anak dan obstetric & ginekologi) dan empat pelayanan spesialis penunjang

medik. Rumah sakit umum kelas B baru 5 RS (RSUD Meuraxa dan RS Ibu dan Anak di

Banda Aceh, RSUD Cut Meutia di Kabupaten Aceh Utara, RSUD Datu Beru di

Kabupaten Aceh Tengah dan RSUD di Kota Langsa). Hanya Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin/RSUDZA yang mempunyai status RS kelas A. Disamping itu,

Provinsi Aceh juga memiliki 1 buah rumah sakit jiwa (RSJ Banda Aceh). Dari 51 rumah

sakit yang ada, baru 8 yang sudah terakreditasi (dan hanya RSUDZA yang

terakreditasi penuh).

Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan untuk semua jenis tenaga meningkat dari tahun ke

tahun. Tabel 2.91 memperlihatkan jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2009 dan

2010 menurut kategori ketenagaan yang dilaporkan pada profil kesehatan tahunan.

Sampai tahun 2010, total jumlah tenaga kesehatan sekitar 20.456 tenaga (sekitar 5

tenaga kesehatan melayani orang 1000 orang penduduk). Secara umum, rasio

tenaga kesehatan per penduduk untuk semua jenis tenaga kesehatan masih rendah,

kecuali untuk tenaga perawat dan bidan yang sudah mencukupi (standar nasional

untuk perawat dan bidang masing-masing 170 dan 100 tenaga per 100.000

penduduk). Tabel 2.91 menampilkan kondisi tenaga medis tahun 2011 per

kabupaten/kota.

Jumlah dokter umum di Aceh tahun 2011 sebanyak 1.433 orang dengan rasio

31 per 100.000 penduduk, masih rendah dibandingkan dengan standar nasional 40

per 100.000 penduduk. Jumlah dokter yang bertugas di Puskesmas saat ini sudah

mencapai 642 orang atau sekitar dua orang per Puskesmas (Profil Kesehatan Aceh,

2011). Namun demikian, distribusinya belum merata diseluruh Puskesmas.

Umumnya tenaga kesehatan bertugas di wilayah perkotaan. Di Kota Banda Aceh,

Aceh Jaya dan Sabang yang rasio dokter umumnya misalnya telah mencapai standar

nasional, bahkan di Kota Banda Aceh, rasio dokter umum per penduduk hampir

mencapai 5 kali standar nasional. Sebaliknya masih banyak kabupaten/kota yang

rasio dokter umumnya dibawah standar nasional.

Jumlah dokter spesialis di Aceh tahun 2011 sebanyak 352 orang dengan rasio

8 per 100.000 penduduk, masih jauh dari standar nasional 20 per 100.000 penduduk.

Selain jumlah, distribusi tenaga spesialis juga umumnya bertugas di ibu kota provinsi

atau kabupaten/kota. Sekitar 50% tenaga spesialis berdomisilir di Banda Aceh,

sisanya di 22 kabupaten/kota lainnya. Di Banda Aceh, dokter spesialis sudah

mencapai rasio 160 per 100.000 penduduk atau empat kali lipat di atas standar

nasional, sementara di beberapa kabupaten/kota ada yang belum memiliki dokter

spesialis. Jumlah dokter gigi di Aceh tahun 2011 sebanyak 200 orang dengan rasio

Page 66: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

66

dokter gigi 4 per 100.000 penduduk, baru setengah dari standar nasional 9 per

100.000 penduduk.

Kualitas pelayanan kesehatan

Secara umum kualitas pelayanan kesehatan di Provinsi Aceh belum begitu

memuaskan. Walaupun tidak ada data dan penelitian yang valid, sebagian

masyarakat tidak merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

pusat-pusat pelayanan kesehatan milik pemerintah. Hal ini tercermin masih banyak

masyarakat lebih memilih berobat ke fasilitas swasta, praktek dan klinik sore hari

walaupun pelayanan kesehatan milik pemerintah gratis. Sebagian masyarakat

bahkan ada yang memilih berobat ke negara tetatngga. Masyarakat banyak

mengeluh, mereka tidak dilayani dengan sepenuh hati, dokter yang seharusnya ada

di rumah sakit milik pemerintah sering tidak ada ditempat bahkan sering di rumah

sakit atau klinik swasta. Walaupun biaya pelayanan kesehatan di Aceh sejak Juni

2010 ditanggung oleh pemerintah sepenuhnya melalui program Jaminan Kesehatan

Aceh (JKA), namun banyak pasien kecewa dengan pelayanan, obat-obatan tidak

selalu tersedia dan kadang kala pasien di dorong untuk membeli obat-obat tertentu.

Tingkat responsiveness yang rendah dan keluhan masyarakat lain terhadap kualitas

pelayanan kesehatan sering menjadi salah satu berita utama media massa.

Pembiayaan Kesehatan

Alokasi dana untuk sektor kesehatan yang bersumber dari dana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) naik sangat signifikan, hampir dua kali lipat

dari tahun 2007 ke tahun 2011. Demikian juga dengan proporsi pendanaan untuk

sektor kesehatan terus meningkat dari 4,37% pada tahun 2007 menjadi 10,44% pada

tahun 2011. Namun demikian, sebagian orang beragumentasi bahwa peningkatan

alokasi anggaran untuk sektor kesehatan disebabkan oleh alokasi anggaran untuk

program JKA. Secara mikro, alokasi anggaran kesehatan untuk beberapa program

kesehatan, seperti anggaran untuk kegiatan promosi dan pencegahan penyakit tidak

sepenuhnya meningkat. Alokasi anggaran kesehatan masih terfokus untuk kegiatan

yang bersifat kuratif padahal proporsi masyarakat yang sakit hanya berkisar antara

15%-30%. Proporsi alokasi anggaran seperti ini sering dikritik tidak efisien,

mengabaikan pentinya untuk menjaga kesehatan diri yang biayanya lebih murah

daripada biaya mengobati. Sekuat apapun fiskal pemerintah, bila focus anggaran

masih lebih kepada pengobatan, suatu saat pemerintah tidak akan mampu

sepenuhnya membiayai pengobatan orang sakit, apa lagi penyakit masyarakat Aceh

sekarang sudah mulai didominisasi oleh penyakit tidak menular – degenerative –

seperti diabetes, penyakit jantung, stroke dan gangguan jiwa.

Page 67: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

67

Aspek pemberdayaan masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam bidang kesehatan dapat diukur dari berbagai

segi, salah satunya dapat dilihat dari aspek peran serta masyarakat dalam membina

gampong siaga aktif, jumlah pos pelayanan terpadu (posyandu) dan jumlah kader

kesehatan. Saat ini jumlah gampong siaga aktif baru hanya 705 (11%) dari 6.450 total

gampong yang ada di Aceh. Sementara itu jumlah posyandu di Aceh tahun 2011

sudah memadai dengan jumlah posyandu 7.368 dari 6.450 desa, berarti ada 1

gampong yang memiliki lebih dari 1 posyandu. Sementara itu jumlah kader yang

tercatat sudah mencapai 26.412 kader, artinya ada 3-4 kader per posyandu, namun

demikian tingkat keaktifan kader cukup fluktuatif dan pengetahuan kader yang

cukup variatif.

KETAHANAN PANGAN

Tanaman Pangan

Produksi komoditas pangan Aceh dalam beberapa tahun terakhir secara

keseluruhan menunjukkan perkembangan yang positif. Produksi padi mengalami

peningkatan pada tahun 2009 sebesar 11,02 persen, pada tahun 2010 meningkat

sebesar 1.64 persen dan pada tahun 2011 menjadi 12.05 persen atau periode 2008-

2011 rata-rata peningkatan sebesar 8,24 persen pertahun. Selanjutnya jagung juga

mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2009 sebesar 22,16 persen, pada tahun

2010 meningkat sebesar 21,16 persen, demikian juga pada tahun 2011 mengalami

peningkatan sebesar 1,06 persen atau rata-rata peningkatan dalam periode 2008-

2011 adalah sebesar 14,79 persen. Sedangkan untuk komoditi kedelai pada tahun

2009 mengalami kenaikan sebesar 44,55 persen, untuk tahun 2010 mengalami

penurunan sebesar 15,91 persen, demikian juga pada tahun 2011 masih mengalami

penurunan yaitu sebesar 6,26 persen. Menurunnya produksi kedelai pada tahun

2010 dan 2011 disebabkan oleh berkurangnya luas tanam kedelai akibat tingginya

curah hujan

Potensi luas lahan sawah provinsi Aceh sebesar 397.947 ha, sedangkan yang

digunakan untuk budidaya padi hanya sebesar 374.196 ha 364.259 (sensus sosial

ekonomi). Berdasarkan potensi tersebut penggunaan lahan sawah belum

sepenuhnya digunakan untuk budidaya padi seluas 23.751 ha. Selain itu, masih

rendahnya produktivitas tanaman padi yang hanya sebesar 4,74 ton/ha. Dalam

upaya peningkatan produksi padi perlu dilakukan optimalisasi penggunaan lahan

sawah yang belum dibudidayakan serta perlu adanya inovasi teknologi yang dapat

meningkatkan produksi dan produktivitas antara 5,5 - 6,2 ton/Ha untuk tanaman

padi. Meningkatnya produksi jagung setiap tahunnya mengindikasikan bahwa

pengembangan tanaman jagung sudah digemari oleh masyarakat dan adanya

Page 68: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

68

peluang pasar yang besar sehingga untuk selanjutnya perlu adanya upaya

pengembangan komoditi ini untuk dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Di

sisi lain perkembangan produksi kedelai yang mengalami penurunan berbanding

negatif dengan peningkatan permintaan kedelai oleh masyarakat. Hal ini, gambarkan

dengan banyaknya impor kedelai dari luar untuk memenuhi kebutuhan lokal.

Permasalahan produksi pertanian pangan adalah masih rendahnya

produktivitas, pada tahun 2011 produktivitas padi adalah sebesar 4,6 ton/ha, kedele

1,4 ton/ha, jagung 4,0 ton/ha. Secara nasional produktivitas padi sudah mencapai

4,9 ton/ha, jagung 4,2 ton/ha, sedangkan untuk tanaman kedele produktivitasnya

sudah melampaui rata-rata nasional yaitu 1,3 ton perhektar. Rendahnya

produktivitas komoditi pangan antara lain disebabkan oleh belum memadai

infrastruktur pertanian seperti irigasi, lining, jalan usaha tani, sumberdaya petani

dan penyuluh masih rendah, sentuhan inovasi teknologi (pupuk, benih, penggunaan

alat mesin pertanian yang tepat guna dan pengendalian hama penyakit) serta pasar

yang belum berpihak kepada petani.

Untuk tercapainya target yang diinginkan sebagaimana disebutkan di atas

perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Peningkatan indeks tanam melalui optimalisasi penggunaan lahan dan

penyediaan agro input Peningkatan luas tanam (termasuk integrasi

dengan tanaman perkebunan) dengan mengoptimalkan lahan yang

tersedia.

b. Perbaikan sarana dan prasarana penunjang

c. Akses pasar, penanganan paska panen dan peningkatan nilai tambah

produk pertanian Inovasi teknologi

d. Pengembangan kawasan dan perwilayahan komoditi pertanian

e. Penguatan kelembagaan dan SDM petani

f. Membuka akses permodalan kepada lembaga keuangan baik bank

maupun non bank.

g. Peningkatan Fungsi Penyuluhan pertanian

h. Peningkatan pengkajian teknologi dan penyediaan serta penggunaan

varitas baru.

i. Akses pasar dan penanganan pasca panen

Ketahanan Pangan

Pangan adalah suatu kondisi dimana setiap individu dan rumah tangga

memiliki akses secara fisik, ekonomi dan ketersediaan pangan yang cukup, aman,

serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan seleranya bagi kehidupan

yang aktif dan sehat dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat sesuai

dengan amanat UU No. 7 Thn. 1996 tentang pangan. Implementasi program

Page 69: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

69

ketahanan pangan dilaksanakan dengan memperhatikan tiga subsistem yaitu,

Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi.

Secara umum, kondisi ketahanan pangan Aceh 2005-2009 cenderung

semakin baik dan kondusif, walaupun kualitas konsumsi pangan masyarakat belum

memenuhi Pola Pangan Harapan (PPH). Kondisi ketahanan pangan yang cenderung

semakin baik, ditunjukkan oleh beberapa indikator ketahanan pangan berikut:

a. Beberapa produksi komoditas pangan penting mengalami pertumbuhan

positif dari tahun 2005, dan khusus beras mulai tahun 2008 sudah mencapai

swasembada;

b. Harga-harga pangan lebih stabil kecuali harga daging sapi baik secara umum

maupun pada saat menjelang hari-hari besar nasional pada saat menjelang

Puasa, Idul Fitri dan Idul Adha;

c. Proporsi penduduk miskin dan rawan pangan semakin menurun.

Peran serta Badan Ketahanan Pangan dalam mendorong pemantapan

ketahanan pangan tersebut, dilakukan melalui pelaksanaan koordinasi perumusan

kebijakan dan langkah-langkah implementasi pemantapan ketahanan pangan

masyarakat, melalui pengembangan desa mandiri pangan, penanganan daerah

rawan pangan, pemberdayaan lumbung pangan masyarakat, penguatan lembaga

ekonomi pedesaan (LUEP), penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM)

dan percepatan penganekaragaman/ diversifikasi konsumsi pangan.

Produksi komoditas pangan penting selama lima tahun telah menunjukkan

pertumbuhan yang positif. Adapun gambaran ketersediaan bahan pangan untuk

dikonsumsi dapat ditunjukkan dari hasil Neraca Bahan Makanan (NBM).

Berdasarkan hasil analisis NBM tahun 2011, bahwa rata-rata kuantitas

ketersediaan pangan perkapita perhari untuk energi mencapai 3.334,28

kkal/kap/hari dan protein 92,42 gram/kap/hari, sudah melebihi angka rekomendasi

hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII Tahun 2004, yaitu

ketersediaan energi 2200 kkal/kap/hari dan protein 57 gram/kapita/hari.

Selain aspek ketersediaan, aspek distribusi untuk pemenuhan kebutuhan

pangan penduduk secara merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat

juga tidak boleh dilupakan. Oleh karena itu keberhasilan dalam pembangunan

ketahanan pangan baik di provinsi dan kabupaten/kota tidak hanya bergantung

pada keberhasilan dalam meningkatkan produksi pangan. Tetapi, perlu dilihat secara

komprehensif berdasarkan tiga pilar utama yaitu ketersediaan dari produksi yang

cukup, distribusi yang lancar dan merata, serta konsumsi pangan yang aman dan

berkecukupan gizi bagi seluruh individu masyarakat. Untuk dapat memenuhi

kebutuhan individu dan/atau keluarga agar dapat memperoleh akses pangan baik

secara fisik maka proses distribusi pangan yang lancar dari produsen hingga ke pasar

konsumen menjadi persyaratan yang utama.

Page 70: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

70

Kondisi di lapangan menunjukkan sebaran wilayah sentra produksi bahan

pangan tidak sejalan dengan sebaran wilayah pasar dan sentra konsumen. Pangan

yang dihasilkan di wilayah sentra-sentra produksi harus diangkut ke pasar agar

secara fisik semua konsumen mempunyai akses untuk mendapatkannya dan setelah

sampai di pasar harganya harus tetap terjangkau oleh konsumen. Hal ini

menggambarkan bahwa setelah tahap produksi, maka tahap berikutnya adalah

mendistribusikan bahan pangan agar tersedia bagi semua konsumen.

Indikator keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat pangan telah

mencapai ke konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup secara kuantitas, aman

bagi kesehatan, bergizi baik, sesuai selera konsumen, harganya terjangkau, dan

tersedia sepanjang tahun.

Permasalahan utama yang menyebabkan kurangnya pasokan bahan pangan di

wilayah yaitu masalah distribusi pangan, dimana ada 4 akar permasalah, yaitu :

Pertama, dukungan infrastruktur, yaitu kurangnya dukungan akses terhadap

pembangunan sarana jalan, jembatan, dan lainnya. Kedua, sarana transportasi yang

belum memadai. Ketiga, sistem transportasi, yakni sistem transportasi yang masih

kurang efektif dan efisien. Selain itu juga kurangnya koordinasi antara setiap moda

transportasi mengakibatkan bahan pangan yang diangkut sering terlambat sampai ke

tempat tujuan. Keempat masalah keamanan dan pungutan liar.

Indikator yang mempengaruhi kebijakan pangan antara lain : (a) kelangkaan

pangan secara cepat yang direfleksikan dengan meningkatnya harga pangan; (b)

harga pangan yang terjangkau cukup dapat menjamin akses semua orang untuk

memperoleh pangan yang memadai; (c) produksi pangan dosmetik yang cukup

(swasembada pangan) merupakan cara yang paling efektif untuk mencapai stabilisasi

harga pangan dalam negeri.

Kebijakan pemerintah di bidang pangan (harga) adalah untuk mencapai salah

satu atau kombinasi dari beberapa hal berikut : (1) membantu meningkatkan

pendapatan petani; (2) membantu petani kecil untuk tetap memiliki insentif

menghasilkan pangan; (3) mencapai swasembeda pangan dan mengurangi

ketergantungan impor; dan (4) menurunkan ketidakstabilan harga dan pendapatan

petani.

Oleh karena itu Badan Ketahanan Pangan dalam rangka melaksanakan tugas

dan fungsinya di bidang distribusi, harga dan cadangan pangan akan melaksanakan :

(a) koordinasi lintas sektor untuk merumuskan kebijakan yang terkait dalam

stabilsasi harga, pasokan pangan dan cadangan pangan baik dalam bentuk

Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden maupun Peraturan

Menteri; (b) pemantauan harga, ketersediaan dan distribusi pangan untuk

menjamin ketersediaan dan pasokan pangan serta harga yang terjangkau terutama

menjelang HBKN; (c) pemantauan dan pengembangan terhadap cadangan pangan

Page 71: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

71

masyarakat dan pemerintah; serta kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat (Penguatan-LDPM) yang dimulai pada tahun 2009 dan pengembangan

lumbung masyarakat yang dimulai sejak tahun 2000.

Untuk kegiatan DPM-LUEP, pemerintah Aceh telah menyalurkan dana

talangan yang bersumber dari APBA kepada Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan

(LUEP) di daerah sentra produksi padi, jagung dan kedelai seperti penggilingan

maupun pedagang tanpa bunga. Dana talangan tersebut dimaksudkan untuk

memperkuat modal penggilingan dan pedagang agar dapat menyerap

gabah/beras/jagung petani di saat mereka menghadapi panen raya yang pada

umumnya harga jatuh sehingga petani mengalami kerugian.

Sejak tahun 2009, terjadi perubahan di dalam pengelolaan penganggaran

kegiatan di Departemen Keuangan sehingga untuk mendukung kegiatan dalam

rangka stabilisasi harga tidak lagi diberikan dalam bentuk dana talangan kepada

LUEP tetapi menyalurkan dana Bansos kepada Gapoktan. Mengingat Gabungan

Kelopoktani (Gapoktan) merupakan wadah organisasi kelompoktani untuk

bergabung dalam rangka mensejahterakan anggotanya, maka pemerintah melalui

kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM)

memberikan fasilitasi berupa dana Bansos dan pendampingan.

Cadangan pangan nasional, sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Pemerintah

Nomor 68 Tahun 2002 terdiri dari cadangan pangan pemerintah dan cadangan

pangan masyarakat. Cadangan pangan pemerintah adalah cadangan pangan tertentu

bersifat pokok di tingkat nasional sebagai persediaan pangan pokok tertentu,

misalnya beras. Cadangan pangan pemerintah pusat dijadikan sebagai stok beras

nasional dan dikelola oleh PERUM Bulog.

CBP tersebut dimanfaatkan untuk bantuan darurat akibat bencana,

pengendalian harga beras tingkat konsumen, dan untuk penyediaan cadangan

pangan ASEAN. Dalam rangka mengatasi gejolak harga pangan dan bencana alam

serta antisipasi masa paceklik, pemerintah daerah secara bertahap mulai tahun

2012 telah mengembangkan cadangan pangan pemerintah daerah melalui kerja

sama dengan Bulog.

Sedangkan pengembangan cadangan pangan masyarakat telah dilakukan

melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat terutama pada lokasi yang

rawan bencana dan daerah yang mengalami paceklik. Stabilitas pasokan dan harga

merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja subsistem distribusi.

Beberapa permasalahan terkait dengan aspek distribusi, yaitu belum memadainya

prasarana dan sarana distribusi untuk menghubungkan lokasi produsen dengan

konsumen di seluruh wilayah yang menyebabkan kurang terjaminnya kelancaran

arus distribusi pangan. Hal ini dapat menghambat akses fisik dan berpotensi memicu

kenaikan harga, sehingga dapat menurunkan kualitas konsumsi pangan.

Page 72: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

72

Ketidaklancaran proses distribusi juga merugikan produsen, karena disamping biaya

pemasaran yang mahal, hasil pertanian merupakan komoditi yang mudah susut dan

rusak. Selain itu, ketidakstabilan harga memberatkan petani. Dengan sifat produksi

yang musiman, penurunan harga pada saat panen cenderung merugikan petani.

Sebaliknya, pada saat tertentu, harga pangan meningkat dan menekan konsumen,

tetapi peningkatan harga tersebut tidak banyak dinikmati para petani sebagai

produsen.

Permasalahan lainnya adanya pengaruh melonjaknya harga pangan dunia,

misalnya beras dan kedelai sebagai akibat kenaikan harga di dalam negeri karena

ketergantungan terhadap ekspor pangan. Dalam era otonomi daerah, banyak

peraturan daerah yang berdampak menghambat secara fisik arus distribusi pangan

berupa peningkatan biaya distribusi pangan untuk kepentingan pemasukan

keuangan daerah yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen.

Permasalahan dalam proses distribusi pangan antara lain adalah terbatasnya

dan/atau kurang memadainya sarana dan prasarana transportasi, kondisi iklim yang

tidak menentu (akibat kondisi musim hujan yang tidak bersahabat, sehingga banyak

jalan yang rusak, karena bencana banjir, atau ombak laut tinggi sehingga

mengganggu pelayaran) yang dapat mengganggu transportasi bahan pangan.

Permasalahan teknis dalam proses distribusi ini berdampak terhadap melonjaknya

ongkos angkut. Konsekuensi dari ongkos angkut yang tinggi akan berdampak

terhadap harga pada tingkat konsumen akan melonjak. Sebaliknya, harga pada

tingkat produsen akan jatuh. Tingginya harga pangan mengakibatkan aksesibilitas

konsumen secara ekonomi menurun. Maka kondisi ketahanan pangan tentu

terganggu.

Lamanya waktu tempuh dalam pengangkutan bahan pangan segar pada saat

terjadi gangguan transportasi, baik karena kondisi infrastruktur jalan maupun cuaca,

akan memperbesar persentase bahan pangan yang rusak. Masalah kelangkaan

pangan disuatu wilayah berdampak terhadap harga-harga pangan akan melambung

sangat tinggi yang berakibat pada terlampauinya tingkat inflasi dari tingkat inflasi

yang telah ditetapkan.

Masalah lain yang mempengaruhi ketersediaan bahan pangan di daerah

adalah belum semua kabupaten/kota menjabarkan peraturan Pemerintah No 68

tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan dan kesepakatan Gubernur dan Bupati pada

sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan tahun 2005 kedalam kebijakan

operasional daerah. Dalam sidang Regional tersebut Gubernur dan Bupati

berkomitmen untuk membangun cadangan pangan daerah. Namun demikian daerah

masih menghadapi permasalahan dalam pengembangan cadangan pangan antara

lain belum tersusunnya payung hukum yang dapat mengkoordinasikan pengelolaan

cadangan pangan di tingkat kabupaten/kota (lembaga di daerah yang akan

Page 73: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

73

mengelola cadangan pangan, siapa yang menetapkan kebutuhan cadangan pangan,

dan berapa besaran volume cadangan akan dikelola oleh kabupaten/kota) dan

alokasi anggaran untuk pengelolaan cadangan pangan di kabupaten/kota.

Masalah lainnya dalam rangka mendukung distribusi, harga dan cadangan

pangan adalah data dan informasi, SDM dan kelembagaan di provinsi dan

kabupaten/kota yang yang bertanggung jawab terhadap akurasi dan pengelola data

yang terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan cadangan pangan di

provinsi/kabupaten/kota/desa untuk dapat digunakan dalam merumuskan kebijakan

distribusi, stabilsasi harga dan pasokan pangan serta kondisi cadangan pangan di

provinsi/kabupaten/kota/masyarakat.

Kemiskinan berhubungan sangat erat dengan kerawanan pangan dalam dua

dimensi yaitu dari (1) kedalamannya, dibedakan dengan kategori ringan, sedang,

dan berat; serta (2) jangka waktu/periode kejadian, dengan katagori kronis untuk

jangka panjang dan transien untuk jangka pendek/fluktuasi. Tingkat kedalaman

kerawanan pangan ditunjukkan dengan indikator kecukupan konsumsi kalori

perkapita perhari dengan nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 2.000

kkal/kap/hari. Jika konsumsi perkapita kurang atau lebih kecil dari 70 persen dari

AKG dikategorikan sangat rawan pangan; sekitar 70 hingga 90 persen dari AKG

dikategorikan rawan pangan; dan lebih dari 90 persen dari AKG termasuk dalam

kategori tahan pangan. Pada 2010 jumlah penduduk miskin di Aceh secara bertahap

telah berkurang dari 19,95 persen pada tahun 2009 menjadi 21,61 persen.

Jika dilihat dari sisi kerawanan Pangan, berdasarkan Peta Ketahanan dan

Kerentanan Pangan Aceh (Food Security and Vurnalibility Atlas of Aceh/FSVA) Tahun

2010, menunjukkan bahwa dari 251 kecamatan yang dianalisis, terdapat 133

kecamatan atau sekitar 52,99 persen rentan terhadap kerawanan pangan. Penyebab

utama kerawanan pangan prioritas 1, 2 dan 3 yaitu angka kemiskinan yang masih

tinggi, tidak ada akses listrik, kasus underweight pada balita masih tinggi, tidak ada

akses jalan untuk kendaraan roda empat, tidak ada sumber air bersih, dan rasio

konsumsi normatif perkapita terhadap ketersediaan serealia masih meningkat.

Keterjangkauan pangan yang masih rendah akibat tingginya tingkat

kemiskinan dan rendahnya ketersediaan infrastruktur (jalan, listrik dan air bersih)

untuk mencapai rumah tangga terutama untuk daerah rawan pangan dan daerah

kepulauan. Dari segi konsumsi pangan, sangat kurang pengetahuan terutama

tentang pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman. Secara umum permasalahan

utama tidak pada kuantitas pangan yang dikonsumsi, tapi lebih pada kualitas

pangannya yaitu kurang beragam dan berimbangnya kelompok pangan yang

dikonsumsi. Konsumsi protein masih didominasi oleh protein nabati dan sangat

rendah protein hewani.

Page 74: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

74

Di sisi lain, produktivitas lahan masih rendah akibat keterbatasan modal

usaha, dan perilaku/budaya masyarakat yang kurang produktif. Rendahnya

kepemilikan lahan pertanian dan lahan pekarangan menjadi penyebab kemiskinan

dan ketidakmampuan mengakses pangan serta peran Dewan Ketahanan Pangan di

Provinsi dan Kabupaten masih belum optimal dalam menghasilkan suatu kebijakan

yang fokus.

Penanganan rawan pangan yang terlambat akan memicu terjadinya

kerawanan pangan yang berkepanjangan dalam periode yang lama menjadi

kerawanan pangan kronis, dan dapat menyebabkan rawan pangan transien. Rawan

pangan yang bersifat kronis memerlukan intervensi jangka menengah dan panjang,

yaitu melalui intervensi kegiatan Desa Mandiri Pangan (Demapan), sedangkan untuk

rawan pangan transien diperlukan intervensi jangka pendek tanggap darurat yang

bersifat segera yaitu melalui kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP)

transient dan penyaluran cadangan Pemerentah Daerah.

Program desa mandiri pangan lebih diutamakan agar terjadinya

pembelajaran bagi masyarakat desa sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikap

dapat berubah menjadi lebih baik. Dengan adanya perubahan perilaku tersebut

diharapkan masyarakat desa mempunayi kapasitas untuk menangkap beberapa

peluang untuk peningkatan pendapatan bagi masyarakat, serta sejalan dengan salah

satu tujuaan Millenium Development Goals (MDGs), yaitu untuk mengurangi angka

kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015.

Dengan telah dilaksanakan di 20 Kabupaten/Kota pada 187 desa reguler.

Desa-desa Reguler yang telah telah dibina selama 4 tahun dan telah menjadi desa

yang mandiri akan dijadikan desa inti, yang selanjutnya akan membina 3 desa di

sekitarnya (desa replikasi). Jumlah desa replikasi sejak tahun 2010 s/d 2012

sebanyak 69 desa, sehingga total jumlah desa yang telah dibina sebanyak 256 desa.

Untuk menunjang Program Ketahanan Pangan diantaranya Kegiatan

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan yang telah dituangkan pada

Perpres 22 Tahun 2009, Permentan 43 Tahun 2009 dan Pergub 42 Tahun 2010, yang

telah dilaksanakan dengan kegiatan :

Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani

Pengembangan Pangan Lokal

Sosialisasi dan Promosi Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Pengembangan Rumah Pangan Lestari

Pada tahun 2010-2012 P2KP telah dilaksanakan dibeberapa kabupaten, untuk

lebih jelas dapat dilihat pada Tabel Perkembangan Jumlah Kecamatan Kegiatan

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan 2010-2012 dibawah ini.

Page 75: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

75

Tabel 9

Perkembangan Jumlah Kecamatan Kegiatan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan 2010 – 2012

No. Tahun Jumlah Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Kelompok

1 2010 14 28 140

2 2011 16 32 160

3 2012 26 52 260

Tabel 10

Jumlah Alokasi Desa Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Tahun 2010 – 2012

2010 2011 2012

1 Aceh Besar 4 4 5 13

2 Pidie 4 4 4 12

3 Bireun 4 4 4 12

4 Aceh Tengah 4 4 4 12

5 Aceh

Tenggara

4 4 4 12

6 Nagan Raya 4 4 4 12

7 Aceh Selatan - 4 4 8

No. KabupatenJumlah Desa Alokasi P2KP

Total

Sampai Tahun 2012 baru terlaksana P2KP pada 13 Kabupaten, dengan jumlah

alokasi Desa sebanyak 110 Desa. Program/Kegiatan P2KP ini merupakan item ke 4

(empat) dari program utama Pemerintah saat ini (Diversifikasi/Penganekaragaman

Konsumsi).

Penganekaragaman Konsumsi Pangan penting, karena :

Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam, bergizi, seimbang dan

aman, dan di dominasi beras.

Pemanfaatan pangan lokal, khususnya Karbohidrat belum optimal.

Total permintaan kebutuhan beras terus meningkat sejalan daya

pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (1,49% / tahun).

Semakin nyata dampak perubahan iklim global yang dapat mempengaruhi

kapasitas pangan domestic dan global.

Percepatan peningkatan status gizi perlu segera dilakukan karena sifat

masalah gizi yang jelas terlihat masih cukup berat.

Saat ini kita lihat untuk Pelaksanaan Potensi Penganekaragaman Pangan,

diantaranya :

Kegiatan biodiversitas pangan Nabati dan Hewani yang cukup besar dan

beragam.

Page 76: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

76

Makanan tradisional dan spesifik lokasi dapat dikembangkan kearah yang

lebih komersial.

Teknologi pengolahan pangan makin berkembang untuk memproduksi bahan

pangan yang siap saji dan siap konsumsi.

Tumbuhnya LSM dan kelompok masyarakat lainnya yang bergerak dalam

bidang pangan dan gizi.

Jumlah konsumsi pangan dalam bentuk total energi masyarakat Provinsi Aceh

Tahun 2010 mencapai 2.139 kkal/kap/hari, yang berarti telah memenuhi 107% dari

sasaran angka kecukupan energi yang ditetapkan dalam susunan Pola Pangan

Harapan (PPH) Nasional atau berdasarkan hasil Widya Karya Nasional Pangan dan

Gizi (WKNPG VIII) Tahun 2004, yaitu 2.000 kkal/kap/hari.

Proporsi energy yang di konsumsi tersebut masing-masing bersumber dari

padi-padian 1375,3 kkal/kap/hari, umbi-umbian 19,8 kkal/kap/hari, pangan hewani

168,1 kkal/kap/hari, buah biji berminyak 77,6 kkal/kap/hari, minyak dan lemak 247,1

kkal/kap/hari, kacang-kacangan 28,6 kkal/kap/hari, gula 107,1 kkal/kap/hari serta

sayur dan buah 74,5 kkal/kap/hari.

Walaupun jumlah konsumsi energinya melebihi angka kecukupan energi,

namun secara kualitas masih rendah, hal ini tercermin dari skor mutu pangan yang

baru mencapai 72,3 dari sasaran 100, hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi

pangan masyarakat yang belum beragam, seimbang dan bergizi, karena didominasi

oleh kelompok padi-padian sementara itu kelompok pangan lainnya seperti pangan

hewani serta kelompok sayur dan buah proporsi masih dibawah sasaran skor PPH.

Rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan ini, disamping

disebabkan oleh kemampuan masyarakat yang relatif rendah, juga faktor lainnya,

seperti kebiasaan makan, ketersediaan pangan ditingkat lokal, pengetahuan dan

kesadaran masyarakat terhadap gizi dan kesehatan relatif rendah.

Keamanan pangan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan

kualitas sumberdaya manusia. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang

tidak akan berarti banyak, jika makanan yang dikonsumsi tidak aman dari cemaran,

baik cemaran kimia, mikroba maupun cemaran fisik serta adanya penggunaan bahan

tambahan pangan yang tidak dianjurkan yang berdampak buruk kesehatan manusia

serta nilai ekonomi dai bahan pangan yang bersangkutan

Penanganan keamanan pangan mulai mendapat perhatian yang lebih serius

dari pemerintah yang ditandai dengan telah diterbitkanya Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor : 28 Tahun 2004, tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan yang

merupakan penjabaran dari UU Nomor 7 Tahun 1996. PP tersebut antara lain

mengamanatkan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mempunyai

kewenangan dalam pengaturan dan/atau penetapan persyaratan, standar,

keamanan pangan olahan dan ritel, sedang kewenangan Kementerian Pertanian

Page 77: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

77

yang implementasinya melalui Badan Ketahanan Pangan adalah pengaturan

dan/atau penetapan persyaratan keamanan pangan segar.

Pemerintah Aceh dalam upaya penanganan keamanan pangan segar,

disamping meningkatkan peran kelembagaan struktural yang telah ada, juga telah

membentuk UPTB Laboratorium Keamanan Pangan melalui Peraturan Gubernur

Aceh Nomor 51 Tahun 2009, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknsi Badan pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. UPTB

tersebut mempunyai tugas melaksanakan sebagian teknis dibidang pengembangan,

analisis mutu dan keamanan, pengujian, penelitian dan indentifikasi dan

rekomendasi bahan pangan segar. Namun kelembagaan UPTB Laboratorium

Keamanan Pangan tersebut sampai saat ini belum dapat berjalan secara optimal

karena masih terbatas tenaga SDM dibidang teknis dan analis laboratorium serta

belum lengkapnya peralatan laboratorium yang tersedia.

Penyuluhan

Penyuluhan adalah pendidikan non formal bagi petani dan keluarganya untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dari tidak tahu menjadi

tahu, mau dan mampu untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

Berdasarkan kondisi yang berkembang saat ini penyelenggaraan penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan belum dilakukan secara optimal. Penyuluhan

sangat tergantung dengan ketersediaan dana yang tersedia baik diperuntukkan

untuk peningkatan SDM penyuluh, petani, kelompok tani dan GAPOKTAN, berupa

pendidikan, pelatihan, pertemuan teknis penyuluh, lokakarya, seminar, studi

banding, magang, DEMPLOT, DEMFARM, Sekolah Lapang (SL) dsb, maupun

ketepatan penyusunan program penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan,

materi penyuluhan, rencana kerja tahunan (RKT) penyuluh, supervisi dan monitoring

penyelenggaraan penyuluhan dan sebagainya. Atas dasar itu diperlukan perhatian

yang serius dari semua pihak terhadap penyelenggaraan penyuluhan termasuk dana

yang tersedia harus cukup membiayai proses penyelenggaraan penyuluhan.

Tenaga Penyuluh Pertanian (PPL) di Aceh saat ini sebanyak 2837 orang yang

terdiri dari 1016 orang PNS dan 1821 orang Tenaga Harian Lepas Bantu Penyuluh

Pertanian (THL-TB) yang tersebar di 23 Kab/Kota. Kondisi penyuluh pertanian saat ini

perlu mendapat perhatian, banyaknya tenaga penyuluh senior banyak beralih status

dari fungsional ke struktural dan juga mulai memasuki masa usia pensiun, hal ini

mengakibatkan kekurangan tenaga penyuluh lapangan baik kuantitas maupun

kualitas sehingga tidak optimalnya proses pendampingan dan pembinaan kelompok-

kelompok tani ataupun GAPOKTAN bahkan, ketergantungan penyelenggaran

penyuluhan pada para penyuluh senior, sedangkan penyuluh-pemyuluh junior yang

Page 78: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

78

diangkat tahun 1995 keatas boleh dikatakan relatif kurang mendapat pelatihan

tekhnis penyuluhan untuk membentuk karakter dan keterampilan, sehingga

penyuluh-penyuluh junior kurang berpengalaman dalam melakukan pembinaan

kepada kelompok tani. Sementara ini latihan dasar dan teknis bagi penyuluh

difasilitasi pada UPTB Diklat Saree dan juga diklat-diklat lainnya diluar Provinsi aceh

yang dibiayai melalui APBN. Diakui penyelenggaraan latihan masi terbatas, banyak

penyuluh yang masi antri untuk memperoleh kesempatan mengikuti latihan

tersebut.

Ketersediaan penyuluh perikanan pada 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

sebanyak 103 orang, yang terbanyak terdapat pada kabupaten Aceh Utara yaitu 27

orang diikuti Kabupaten Bireuen 25 orang dan yang terendah di Kabupaten Simeulue

hanya 1 orang. Penempatan tenaga penyuluh perikanan ini sebenarnya belum sesuai

proporsi dilihat dari potensi perikanan. Kedepan penempatan tenaga penyuluh perlu

disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi perikanan yang ada.

Tenaga penyuluh kehutanan sebanyak 79 orang yang tersebar di Provinsi dan

13 Kabupaten/Kota. Dari pendataan yang ada penempatan tenaga penyuluh

kehutanan tidak sesuai dengan profesinya, dimana masih terdapat penempatan

penyuluh kehutanan pada wilayah pertanian atau lainnya. Koordinasi juga belum

berjalan maksimal antara dinas yang selama ini ditetapkan menangani urusan

penyuluhan kehutanan dengan lembaga penyuluhan di Kabupaten/Kota

Jumlah kelompok tani sebanyak 10.508 kelompok dan 522 Gabungan

kelompoktani (GAPOKTAN). Dinamika kelompok tani yang tersebar di seluruh

kabupaten/Kotamengalami pasang surut, tergantung dari program pemerintah yang

ditawarkan, boleh jadi jika program pemerintah atau bantuan pemerintah

dihentikan kelompok tani dan gabungan kelompok tani dinamikanya juga berhenti.

Pembinaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani oleh para penyuluh, terus

dilakukan dengan sistem kunjungan baik hamparan maupun domisili berdasarkan

jadwal yang telah dibuat oleh para penyuluh. Pemanfaatan kelompok tani di

Kabupaten/Kota menimbulkan problematika karena ada dinas tertentu dengan

membentuk kelompok tani tersendiri untuk kepentingan komoditas, bukan fungsi

kelompok berdasarkan konsep pembinaan kelompok tani dan gabungan kelompok

tani, hal inilah yang menyebabkan banyaknya tumbuh kelompok-kelompok tani

berdasarkan kepentingan sesaat. Sebenarnya berdasarkan Permentan No. 273 Thn.

2007 tentang penumbuhan dan pembinaan kelompok tani dan GAPOKTAN tingkat

provinsi penanggung jawab adalah Gubernur, tingkat Kabupaten/Kota adalah

Bupati/Walikota, tingkat Kecamatan adalah Camat, dan tingkat Desa adalah Kepala

Desa, Oleh sebab itu agar tidak terjadi penumbuhan kelompok tani khususnya

dikabupaten tidak sesuai dengan ketentuan, maka penumbuhan kelompok tani di

Kabupaten/Kota harus dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Bupati untuk

Page 79: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

79

mengarahkan semua SKPD lingkup pertanian, perikanan dan kehutanan,

memanfaatkan kelompok tani dan GAPOKTAN yang telah ada.

Sementara itu jumlah Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

(BP3K) sebanyak 254 jika dipedomani dengan undang-undang No. 16 Thn. 2006

tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan menyatakan bahwa

BP3K satu buah setiap kecamatan, berarti masih terdapat kekurangan 23 BP3K dari

276 Kecamatan yang ada di Provinsi Aceh. Demikian juga terhadap Pos Penyuluh

yang saat ini belum satupun didirikan di wilayah Provinsi Aceh sesuai dengan amanat

UU No. 16 Thn. 2006. Pembangunan BP3K dan perlengkapannya selayaknya

mendapat perhatian dan prioritas untuk mengisi kekurangan-kekurangan yang ada.

Keberadaan BP3K yang cukup memadai akan memperlancar penyelenggaraan

penyuluhan/pelayanan masyarakat melalui penguatan tugas dan fungsi BP3K.

Potensi Lahan sawah yang cukup luas belum diusahakan secara maksimal

mengakibatkan produksi dan produktivitasnya masih rendah yang diakibatkan oleh

rendahnya pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknik budidaya tanaman.

Produktivitas Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja persektor ekonomi masih didominasi oleh sektor

pertanian. Namun, dari konteks produktivitas tenaga kerja per sektor, sektor

pertanian memiliki nilai tambah yang sangat rendah dibandingkan dengan sektor

lainnya. Dengan memperhitungkan migas, produktivitas tenaga kerja untuk sektor

pertanian adalah 2,42 persen (Rp.10.941.135) di tahun 2010 dan turun menjadi 2,36

persen (Rp. 10.409.419) pada tahun 2011

Rendahnya produktivitas tenagakerja di bidang pertanian secara umum

adalah disebabkan oleh rendahnya nilai tambah yang di hasilkan oleh produk

pertanian tersebut. Kualitas sumberdaya baik petani maupun petugas di lapangan

yang rendah juga dapat menyebabkan produktivitas rendah. Peningkatan

sumberdaya manusia dengan dibantu oleh pengaplikasian teknologi diperkirakan

dapat meningkatkan produktivitas di masa depan, selain itu ditambah dengan

pemilihan produk yang berbasis kebutuhan atau permintaan

Tingkat capaian kinerja perluasan akses dan pemerataan pendidikan pada

tahun 2011 adalah 88,66% dimana target yang ditetapkan sebesar 23% dan

realisasinya sebesar 20,39%. Sedangkan tingkat capaian indikator kinerja persentase

peningkatan APK PAUD 4-6 tahun adalah 36,72% dimana target yang ingin dicapai

sebesar 35% atau terealisir sebesar 104,91% melampaui target yang direncanakan.

Pencapaian ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 9,84% dari APK PAUD

pada tahun 2010 yang hanya 26,88%. Hal ini bermakan bahwa kesadaran masyarakat

terhadap pentingnya PAUD terus meningkat, indikator lain terlihat dari semakin

Page 80: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

80

banyaknya permintaan masyarakat untuk mengembangkan lembaga pendidikan

PAUD/TK Non Formal. Demikian juga persentase peningkatan APK SMP/MTs/SMPLB

yang mengalami kenaikan dengan capaian sebesar 102,43% dimana target yang

ditetapkan adalah sebesar 98,50% sementara realisasinya mencapai 100,89%.

Optimalisasi dalam pencapaian kinerja ini dilakukan melalui beberapa strategi,

antara lain dengan pembebasan biaya pendidikan pada tingkat menengah, serta

dengan mengarahkan dan mendorong partisipasi masyarakat termasuk dunia usaha

agar berpartisipasi dalam hal pemerataan dan perluasan akses pendidikan.

Page 81: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

81

BAB III

Reformasi Birokrasi Aceh

III.1 Pencapaian Reformasi Birokrasi saat ini

a. Tahap Perencanaan

1. Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi

Pemerintah Aceh (Keputusan Gubernur Aceh No.065/88/2012 tanggal 6

Februari 2012 yang telah diubah dengan Keputusan Gubernur Aceh Nomnor

065/36/2013 tanggal 11 Januari 2013).

2. Pembentukan Sekretariat Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh

(Keputusan Ketua Tim Pelaksana RB Pemerintah Aceh No.065/110/2012

Tanggal 17 Februari 2012)

3. Tim RB telah menyiapkan Draf Dokumen Usulan RB Pemerintah Aceh (Draf

Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh Tahun 2013-2017)

4. Tim RB telah mengintegrasikan Rencana Aksi RB ke dalam Dokumen

Perencanaan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Aceh

b. Bidang Penataan Perundang-undangan

Saat ini telah dilakukan review dan disiapkan draf terhadap berbagai produk

hukum Pusat dan Daerah berupa Draf PP, Pepres, Qanun Aceh, Peraturan Gubernur

dan Keputusan Gubernur Aceh dalam rangka mendorong pelayanan yang lebih

efektif dan efisien kepada masyarakat.

c. Bidang Penataan dan Penguatan Organisasi

Dalam rangka efektifitas dan efisiensi organisasi perangkat Aceh telah

dilakukan evaluasi Qanun Aceh Nomor 4 dan 5 tentang Struktur Organisasi

Perangkat Aceh dan telah ditetapkan perubahannya dengan Qanun Aceh Nomor 14

Tahun 2013 tentang Perubahan Qanun Aceh 4 Tahun 2007 dan Qanun Aceh 15

Tahun 2013 tentang Perubahan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dilingkungan Pemerintah

Aceh. Untuk tetap menjaga perdamaian di Aceh sebagaimana amanah MoU Helsinki

perlu dikembangkan sebuah kelembagaan ramah konflik yang akan bertugas untuk

mengawal, memantau, dan menjaga serta mewujudkan keberlangsungan

perdamaian dan telah diakomodir kedalam Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2012

tentang Lembaga Wali Nanggroe namun dalam operasionalisasinya harus dibentuk

Sekretariat yang membantu pelaksanaan tugas-tugas kelembagaan Wali Nanggroe.

Page 82: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

82

d. Penataan Tatalaksana

Penataan bidang ketatalaksanaan terus diupayakan dan pencapaian

reformasi birokrasi di bidang ketatalaksanaan antara lain:

1. Ditetapkannya beberapa Peraturan Gubernur Aceh tentang Hasil Analisis

Jabatan Satuan Kerja Perangkat Aceh dan UPTB/UPTD

2. Ditetapkannya Pergub Aceh No 18 Tahun 2010 tentang Pelimpahan

Kewenangan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang Penanaman

Modal kepada BP2T Aceh.

3. Ditetapkannya Pergub Aceh No 19 Tahun 2011 tentang Tata Kearsipan Aceh

4. Ditetapkannya Kep Sekda Aceh No 065/147/2010 tentang ABK Sekretariat

Daerah Aceh

5. Penertiban penggunaan pakaian dinas PNS di lingkungan Pemerintah Aceh (SE

Gub Aceh No 065/59405 Tanggal 30 Sept 2010).

6. Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T)

7. Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa secara elektronik dan transparan (LPSE).

8. Menerapkan Budaya Kerja Tidak Merokok bagi Aparatur Pemerintah Aceh (SE

Gub Aceh No.338/18186 Tanggal 5 Juli 2012)

9. Menerapkan Disiplin Kerja yang berbasis Kinerja (SE Gub Aceh Nomor

800/22476 Tanggal 15 Agustus 2012)

10. Beberapa Dinas/Badan telah mengembangkan Sistem Elektronisasi Persuratan,

Sistem Perencanaan berbasis IT (E_Planning), Sistem Akuntansi Pemerintah, dan

lain lain yang terintegrasi dalam Portal aceh.prov.go.id

e. Bidang Penataan Sistem Manajemen Kepegawaian

Pencapaian reformasi birokrasi di bidang penataan sistem manajemen

kepegawaian antara lain:

1. BKPP ACEH telah mendapat ISO-9001:2008 untuk bidang Pelayanan

Kepegawaian

2. Akreditasi B untuk pelayanan kediklatan Aparatur

3. Rekrutmen pegawai tetap yang dilakukan secara terbuka dan objektif.

4. Database kepegawaian telah menggunakan SIMPEG yang terkoneksi secara

integrative dan dapat diakses dengan mudah, akan tetapi belum mampu

menyajikan data secara valid dan akurat.

5. Diklat yang berbasis kompetensi tetap diupayakan yang ditujukan untuk

peningkatan kapasitas aparatur, dan saat ini sudah memiliki SOP.

6. Pengembangan Assesment Centre

7. Proses Kenaikan Pangkat yang terintegrasi secara Elektronik

Page 83: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

83

8. Dikeluarkannya SE Gub Aceh No 270/30439 tanggal 4 Oktober 2011 tentang

Netralitas PNS dalam Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil

Bupati dan Walikota/Wakil Walikota.

9. Didikeluarkan SE Gubernur Aceh No.862/18101 tentang pembinaan disiplin,

kinerja dan penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS dilingkungan Pemerintah

Aceh

10. Perumusan Standart Kinerja Individu

f. Bidang Penguatan Pengawasan

Pencapaian reformasi birokrasi di bidang penguatan pengawasan antara lain:

1. Ditetapkannya Pergub Aceh No 09 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan SPIP

di Lingkungan Pemerintah Aceh.

2. Telah ditindaklanjutinya semua Temuan Hasil Pemeriksaan

3. Telah diterapkannya Mekanisme Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara

4. Ditetapkannya Satuan Tugas Pembinaan dan Pengembangan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah dengan Keputusan Gubernur Aceh Nomor

060/491/2013.

5. Telah ditandatanganinya pakta integritas dengan KPK sebagai komitmen

untuk memberantas korupsi

g. Bidang Penguatan Akuntabilitas Kinerja, antara lain

Pencapaian reformasi birokrasi di bidang penguatan akuntabilitas kinerja antara lain:

a. Pemerintah Aceh dan SKPA telah menyatakan janji dan target kinerja dalam

Dokumen Penetapan Kinerja dan Rencana Kerja Tahunan.

b. LAKIP Pemerintah Aceh tahun 2012 memperoleh Nilai dengan kategori CC

(Baik).

c. Terlaksananya evaluasi Sistem AKIP oleh Inspektorat Aceh berdasarkan

Kepmenpan No KEP/135/M.PAN/9/2004 dan Permenpan 29 Tahun 2010

d. Tersusunnya LPPD Pemerintah Aceh setiap tahun.

e. Tersusunnya LKPJ Gubernur Aceh setiap tahun.

f. Sedangkan dikembangkan E-LAKIP Aceh

Page 84: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

84

h. Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Pencapaian reformasi birokrasi di bidang Peningkatan Kualitas Layanan Publik antara

lain:

1) Telah dilakukan penilaian Unit Pelayanan Publik Provinsi dan Kab/Kota pada tahun

2010 untuk mendapatkan penghargaan Citra Pelayanan Prima dari Presiden

Republik Indonesia dengan hasil:

a. KPPTSP Banda Aceh mendapatkan Piala Citra

b. BP2T Aceh mendapatkan Piagam Madya

b. KPPT Aceh Barat mendapatkan Piagam Madya

c. KPTSP Aceh Besar mendapatkan Piagam Madya

d. RSUD Datu Beru Aceh Tengah mendapatkan Piagam Madya

e. RSIA Pemerintah Aceh mendapatkan Piagam Madya

f. RSUD Kabupaten Simeulue mendapatkan Piagam Pratama

2) Tahun 2011 telah dilaksanakan penilaian penyelenggaraan pelayanan publik

pemerintah kab/kota oleh Tim Penilai Pusat dalam rangka penganugerahan

penghargaan Citra Bhakti Abdi Negara. Kabupaten/Kota yang telah diusulkan

kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi adalah

sebagai berikut:

a. Kabupaten Aceh Tengah;

b. Kabupaten Aceh Barat;

b. Kabupaten Nagan Raya;

c. Kabupaten Aceh Tenggara; dan

d. Kabupaten Aceh Tamiang.

3) Pelaksanaan survey IKM pada unit pelayanan publik Provinsi dan Kabupaten/kota

Tahun 2010-2012 menghasilkan nilai-nilai sebagai berikut:

a. RSUZA dengan nilai IKM Tahun 2012 : 86,66 (Sangat Baik)

b. RSIA dengan nilai IKM Tahun 2012 : 75,54 (baik);

c. BP2T dengan nilai IKM Tahun 2012 : 83,73 (Sangat baik)

d. Badan Arsip dan Perpustakaan dengan nilai IKM Tahun 2012 : 73,34 (baik);

e. Badan Pembinaan Pendidikan Daya dengan nilai IKM Tahun 2012 : 75,27

(baik);

f. KPTSP Banda Aceh dengan nilai IKM Tahun 2012 : 82,34 (sangat baik);

g. RSUD Meuraxa Banda Aceh dengan nilai IKM Tahun 2012 : 81,50 (sangat

baik);

b. KP2TSP Bireuen, dengan nilai IKM tahun 2010 : 77,28 (baik);

c. KPPT Aceh Selatan, dengan nilai IKM tahun 2010 : 79,75 (baik);

d. KPTSP Aceh Besar, dengan nilai IKM tahun 2010 : 92,28 (sangat baik);

Page 85: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

85

e. Setdakab Aceh Tengah, dengan nilai IKM tahun 2010 : 78,00 (baik).

Dari penilaian tersebut RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun 2012 memperoleh Piagam

Penghargaan dari MENPAN

4) Menyurati Bupati/Walikota dalam wilayah Aceh untuk percepatan penerapan dan

pencapaian SPM sesuai dengan SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian dan

Lembaga Non Kementerian terkait (Surat Gubernur Aceh No 065/12111 tanggal 4

Mei 2011).

I. Bidang Monitoring dan Evaluasi.

Secara berkala dan berkelanjutan telah dilakukan monitoring pelaksanaan

kegiatan dan setiap bulan dilakukan evaluasi percepatan program/kegiatan pada

SKPA di lingkungan Pemerintah Aceh oleh unit P2K. Telah dilakukan monitoring dan

evaluasi terhadap penyelenggaraan pelayanan publik pada pemerintah

kabupaten/kota terutama pada unit pelayanan publik yang telah mendapat

penghargaan baik yang mendapat piala maupun piagam.

III.2. Rencana Aksi Reformasi Birokrasi 2013-2017

Untuk menjawab permasalahan pada masing-masing area perubahan

reformasi birokrasi, maka rencana tindak lanjut yang telah disusun adalah sebagai

berikut:

a. Penataan dan Penguatan Organisasi

Restrukturisasi/penataan tugas dan fungsi SKPA yang tepat fungsi dan tepat

ukuran sehingga terhindar dari duplikasi tugas dan fungsi. Kegiatan yang dilakukan

yaitu evaluasi dan pengkajian kembali organisasi perangkat daerah dengan

melakukan revisi Qanun Aceh tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah. Disamping itu beberapa rencana aksi lima tahun ke depan adalah:

1. Prioritas Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

2. Restrukturisasi SKPA-SKPA di Provinsi;

3. Penataan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Dinas dan Badan;

4. Penataan hubungan kerja antara pemerintah, swasta dan masyarakat; dan

5. Melaksanaan pertemuan berkala yang membahas kerjasama antara

perusahaan swasta dan BUMN dengan Pemerintah dalam pengentasan

kemiskinan.

b. Penataan Perundang-Undangan

Menuntaskan penyelesaian peraturan-peraturan turunan UUPA, seperti

Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Qanun, dan

Page 86: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

86

peraturan perundangan-undangan lainnya serta harmonisasi dan sinkronisasi

beberapa Qanun Aceh dan Peraturan Gubernur Aceh, antara lain:

1. Pembentukan tim Evaluasi Peraturan Perundangan Pemerintah Aceh;

2. Penyusunan Dokumen Perundangan turunan UU Nomor 11 tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh dan Amanat MoU Helsinki;

3. Penyusunan berbagai dokumen regulasi daerah oleh Satuan Kerja Perangkat

Aceh dalam rangka mempercepat proses pembangunan;

4. Sosialisasi dan internalisasi berbagai Perundangan/Regulasi rangka Reformasi

Birokrasi Pemerintah Aceh;

5. Penyusunan regulasi berkaitan dengan standar kompetensi pegawai dalam

bentuk peraturan gubernur;

6. Penggantian Qanun yang bertentangan dengan UU 28 Tahun 2009 tentang

Pajak daerah dan Retribusi daerah; dan

7. Penyusunan Peraturan Gubernur tentang pemenuhan indikator standar

pelayanan.

c. Penataan Tatalaksana

Untuk terselenggaranya transparansi, akuntabilitas dan standarisasi proses

penyelenggaraan pemerintahan maka akan dilakukan serangkaian kegiatan yaitu:

1. Validasi Dokumen SOP Penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD;

2. Internalisasi SOP terhadap setiap anggota organisasi;

3. Monitoring dan evaluasi SOP;

4. Menyusun Master Plan e-office / e-government di Pemerintah Aceh

khususnya pada Dinas Perhubungan;

5. Mengimplementasikan e-office / e-government;

6. Internalisasi pelaksanaan e-office/e-government;

7. Monitoring dan evaluasi e-government; dan

8. Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Aceh Secara Web

dan terintegrasi khususnya redesain pelayanan keperbendaharaan

d. Penataan Sistem Manajemen Kepegawaian

1. Evaluasi jabatan dan beban kerja pada SKPA di lingkungan pemerintahan

Aceh;

2. Perancangan sistem perencanaan pegawai yang terintegrasi (integrated

manpower planning) dalam pembangunan sistem kepegawaian;

3. Pembenahan sistem rekrutmen pegawai melalui penggunaan CAT;

4. Penerapan penilaian Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) di SKPA-SKPA;

Page 87: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

87

5. Penataan Sistem Pengadaan dan pengendalian PNS;

6. Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan;

7. Assesment individu berdasarkan kompetensi;

8. Penerapan Penilaian Sasaran Kinerja Pegawai Aceh (SKPA);

9. Pembangunan / pengembangan data base pegawai;

10. Pengembangan DIKLAT Pegawai berbasis Kompetensi; dan

11. Pengembangan Pola Karir PNS Pemerintah Aceh.

e. Penguatan Pengawasan

1. Penerapan SPIP;

2. Monitoring dan evaluasi SPIP;

3. Peningkatan Peran Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sebagai

Quality Assurance dan Consulting;

4. Peningkatan kapabilitas Inspektorat Pemerintah Aceh;

5. Pencanangan pengembangan wilayah integritas dan birokrasi bebas korupsi;

6. Penerapan Whistle Blower System;

7. Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi;

8. Percepatan Tindak Lanjut Temuan BPK dan APIP;

9. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB);

10. Penyusunan Renja dan RKA SKPA yang mengacu pada Renstra SKPA;

11. Penertiban pengelolaan keuangan dan aset sesuai dengan peraturan yang

berlaku; dan

12. Pelaporan harta kekayaan PNS eselon III ke atas.

f. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

1. Penguatan SAKIP;

2. Pengembangan Sistem Manajemen Kinerja Organisasi; dan

3. Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU).

g. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Untuk terselenggaranya pelayanan publik yang lebih cepat, aman, baik dan

terjangkau, akan dilakukan kegiatan:

1. Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal pada satuan kerja

yang ditetapkan SPM oleh Pemerintah;

2. Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan dan Maklumat

pada SKPA unit pelayanan publik;

3. Pengelolaan pengaduan masyarakat dalam pelaksanaan pelayanan publik;

Page 88: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

88

4. Pengaturan mekanisme pemberian sanksi dan penghargaan kepada institusi

pelayanan publik;

5. Revitalisasi e-Procurement dan Unit Layanan Pengadaan (ULP);

6. Pelaksanaan Survei indeks kepuasan masyarakat;

7. Pengembangan INAcbgs (Indonesia Case Based Groups);

8. Pengembangan Data Investasi untuk Para Investor;

9. Pengembangan Data Investasi untuk Para Investor; dan

10. Rekomendasi Kebijakan Strategis Bidang Pendidikan Aceh.

h. Perubahan Budaya Kerja dan Pola Pikir

1. Menegakkan Kedisiplinan PNS

2. Membangun sistem yang mendukung terciptanya profesionalitas PNS

3. Membangun sistem reward dan punishment

4. Menyusun Pergub tentang penggunaan aset publik

5. Menyusun pedoman pembangunan budaya kerja yang berorientasi pada

pembelajaran

6. Penyusunan dokumen kode etik dan aturan perilaku disetiap SKPA

III.3. Pelaksanaan Agenda Program dan Kegiatan

Untuk mendukung implementasi reformasi birokrasi Pemerintah Aceh maka

masing-masing area perubahan perlu didukung oleh program-program yang sesuai

dengan dokumen RPJM Aceh.

Tabel 11

Pelaksanaan Agenda Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi 2013-2017

KEGIATAN RB

KERANGKA WAKTU KET.

2013 2014 2015 2016 2017

AREA PENATAAN KELEMBAGAAN

1. Prioritas Pelayanan Terpadu Satu

Pintu

2. Restrukturisasi SKPA-SKPA di provinsi

3. Penataan Unit Pelaksana Teknis (UPT)

di Dinas dan Badan

4. Penataan hubungan kerja antara

pemerintah, swasta dan masyarakat

Page 89: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

89

KEGIATAN RB

KERANGKA WAKTU KET.

2013 2014 2015 2016 2017

5. Melaksanakan pertemuan berkala

yang membahas kerjasama antara

perusahaan swasta dan BUMN dengan

Pemerintah dalam pengentasan

kemiskinan

AREA PENATAAN PERUNDANG-UNDANGAN

8. Pembentukan tim Evaluasi Peraturan

Perundangan Pemerintah Aceh

9. Penyusunan Dokumen Perundangan

turunan UU Nomor 11 tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh dan

Amanat MoU Helsinki

10. Penyusunan berbagai dokumen

regulasi daerah oleh Satuan Kerja

Perangkat Aceh dalam rangka

mempercepat proses pembangunan

11. Sosialisasi dan internalisasi berbagai

Perundangan/Regulasi rangka

Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh

12. Penyusunan regulasi berkaitan dengan

standar kompetensi pegawai dalam

bentuk peraturan gubernur

13. Penggantian Qanun yang

bertentangan dengan UU 28 Tahun

2009 tentang Pajak daerah dan

Retribusi daerah

14. Penyusunan Peraturan gubernur

tentang pemenuhan indikator standar

pelayanan

AREA PENATAAN TATALAKSANA

15. Validasi Dokumen SOP

Penyelenggaraan tugas dan fungsi

SKPD

Dokumen SOP

Administrasi

Pemerintahan

16. Internalisasi SOP terhadap setiap

anggota organisasi

17. Monitoring dan evaluasi SOP

18. Menyusun Master Plan e-office / e-

government di Pemerintah Aceh

khususnya pada Dinas Perhubungan

Tersedianya e-

office /

e-government

di Pemerintah

Aceh 19. Mengimplementasikan e-office /

e-government

20. Internalisasi pelaksanaan e-office /

e-government

Page 90: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

90

KEGIATAN RB

KERANGKA WAKTU KET.

2013 2014 2015 2016 2017

21. Monitoring dan evaluasi e-

government

22. Pengembangan Sistem Informasi

Pengelolaan Keuangan Aceh Secara

Web dan terintegrasi khususnya

redesain pelayanan

keperbendaharaan

AREA PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

23. Evaluasi jabatan dan beban kerja pada

SKPA di lingkungan pemerintahan

Aceh

Adanya suatu

dokumen yang

mengaitkan

RPJP/MD yang

mengaitkan

dengan

kompetensi

SDM yang akan

dibangun

24. Perancangan sistem perencanaan

pegawai yang terintegrasi (integrated

man power planning) dalam

pembangunan sistem kepegawaian

25. Pembenahan sistem rekrutmen

pegawai melalui penggunaan CAT

26. Penerapan penilaian Sasaran Kinerja

Pegawai (SKP) di SKPA-SKPA

27. Penataan Sistem Pengadaan dan

pengendalian PNS

28. Penyusunan Standar Kompetensi

Jabatan

29. Assesment individu berdasarkan

kompetensi

30. Penerapan Penilaian Sasaran Kinerja

Pegawai Aceh (SKPA)

31. Pembangunan / pengembangan data

base pegawai

32. Pengembangan DIKLAT Pegawai

berbasis Kompetensi

33. Pengembangan Pola Karir PNS

Pemerintah Aceh.

Page 91: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

91

KEGIATAN RB

KERANGKA WAKTU KET.

2013 2014 2015 2016 2017

AREA PENGUATAN PENGAWASAN

34. Penerapan SPIP

35. Monitoring dan evaluasi SPIP

Peningkataan

ketaatan,

efisiensi, dan

efektivitas

pelaksanaan

tugas dan fungsi

36. Peningkatan Peran Aparat Pengawas

Intern Pemerintah (APIP) sebagai

Quality Assurance dan Consulting

Peningkatan

Kinerja dan

Kualitas

Pertanggungjaw

aban

Pengelolaan

Keuangan

Negara

37. Peningkatan kapabilitas Inspektorat

Pemerintah Aceh

38. Pencanangan pengembangan wilayah

integritas dan birokrasi bebas korupsi

39. Penerapan Whistle Blower System

40. Penyusunan Rencana Aksi Daerah

Pemberantasan Korupsi

41. Percepatan Tindak Lanjut Temuan BPK

dan APIP

42. Penilaian Mandiri Pelaksanaan

Reformasi Birokrasi (PMPRB)

43. Penyusunan Renja dan RKA SKPA yang

mengacu pada Renstra SKPA

44. Penertiban pengelolaan keuangan dan

aset sesuai dengan peraturan yang

berlaku

45. Pelaporan harta kekayaan PNS eselon

III ke atas

AREA PENGUATAN AKUNTABILITAS KINERJA

46. Penguatan SAKIP

perlu dibangun

sistem

bagaimana

pengumpulan

data-data

kinerja untuk

penyusunan

Page 92: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

92

KEGIATAN RB

KERANGKA WAKTU KET.

2013 2014 2015 2016 2017

LAKIP/SAKIP

47. Pengembangan Sistem Manajemen

Kinerja Organisasi

Sistem yang

mendorong

pencapaian

kinerja

organisasi yang

terukur

48. Penyusunan Indikator Kinerja Utama

(IKU)

Indikator

Kinerja Utama

(IKU)

Pemerintah

Aceh

AREA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

49. Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal pada satuan kerja

yang ditetapkan SPM oleh Pemerintah

peningkatan

kualitas

pelayanan

publik

50. Penyusunan, Penetapan, dan

Penerapan Standar Pelayanan dan

Maklumat pada SKPA unit

pelayananpublik

51. Pengelolaan pengaduan masyarakat

dalam pelaksanaan pelayanan publik

52. Pengaturan mekanisme pemberian

sanksi dan penghargaan kepada

institusi pelayanan publik

53. Revitalisasi e-Procurement dan Unit

Layanan Pengadaan (ULP).

54. Pelaksanaan Survei indeks kepuasan

masyarakat

55. Pengembangan INAcbgs (Indonesia

Case Based Groups)

56. Pengembangan Data Investasi untuk

Para Investor

57. Rekomendasi Kebijakan Strategis

Bidang Pendidikan Aceh

AREA MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

58. Monitoring

Laporan

Monitoring

Page 93: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

93

KEGIATAN RB

KERANGKA WAKTU KET.

2013 2014 2015 2016 2017

59. Evaluasi Tahunan

Laporan Evaluasi

Tahunan

60. Evaluasi menyeluruh (semester kedua

tahun 2014)

Laporan Ev. 5

Tahunan

AREA MIND SET DAN CULTURE SET

61. Menegakkan Kedisiplinan PNS

Laporan

Monitoring

62. Membangun sistem yang mendukung

terciptanya profesionalitas PNS

Laporan Evaluasi

Tahunan

63. Membangun sistem reward and

punishment

64. Menyusun Pergub tentang

penggunaan aset publik

65. Menyusun pedoman pembangunan

budaya kerja yang berorientasi pada

pembelajaran

66. Penyusunan dokumen kode etik dan

aturan perilaku disetiap SKPA

AREA MANAJEMEN PERUBAHAN

67. Pembentukan Tim Manajemen

Perubahan

68. Penyusunan Strategi Manajemen

Perubahan dan Strategi Komunikasi

69. Sosialisasi dan Internalisasi

Manajemen Perubahan dalam rangka

RB

Sumber: Hasil FGD Bimbingan Teknis tentang Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Aceh

III.4. Pelaksanaan Agenda Prioritas (Quick Wins)

Reformasi birokrasi di Aceh juga berhasil menyusun agenda prioritas atau

yang lebih dikenal dengan quick wins. Quick wins adalah adalah suatu langkah

inisiatif yang mudah dan cepat dicapai yang mengawali pelaksanaan suatu program

dalam reformasi birokrasi terutama yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi,

kolusi dan nepotisme, serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Quick wins

bermanfaat untuk mendapatkan momentum yang positif dan meningkatkan

kepercayaan diri instansi dalam melakukan langkah reformasi birokrasi, serta

meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Page 94: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

94

Tabel 12

Agenda Prioritas (Quick Wins) 2013

PROGRAM QUICK WINS KERANGKA WAKTU

2013

KET.

1. Digitalisasi dokumen LAKIP SKPA dan

Pemerintah Aceh pada Portal Pemerintah

Aceh

2. Penambahan aplikasi sistem akuntansi

keuangan Aceh

3. Penyusunan SOP Penanggulangan Bencana

Aceh

4. Penandatanganan kontrak kinerja satuan

kerja

5. Revisi SOP BP2T Terkait Pengutipan Biaya di

luar Qanun

6. Pengembangan aplikasi yang mendukung e-

gov

7. Pengembangan Pelayanan Kesehatan

Terpadu (Integrated Health Service) Rumah

Sakit di Aceh

8. Pengesahan Pergub Prosedur Peminjaman

dan Pengembalian Buku di Perpustakaan

Pemerintah Aceh

Sumber: Hasil FGD Bimbingan Teknis tentang Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Aceh

III.5. Tenaga Pelaksana

Tenaga pelaksana reformasi birokrasi Pemerintah Aceh terdiri dari atas Tim

Pengarah dan Tim Pelaksana. Adapun susunan personalia adalah sebagai berikut :

Susunan Personalia

Tim Pengarah Reformasi Birokrasi Aceh

SK Gubernur Aceh Nomor: 065/36/2013

Tim Pengarah

Ketua : Gubernur Aceh

Wakil Ketua : Wakil Gubernur Aceh

Sekretaris : Sekretaris Daerah Aceh

Anggota : a. Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Hukum dan Politik

b. Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Pemerintahan

c. Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Pembangunan dan

Luar Negeri

d. Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Keistimewaan

Page 95: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

95

Aceh dan Sumber Daya Manusia

e. Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Ekonomi dan

Keuangan

Susunan Personalia

Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Aceh

SK Gubernur Aceh Nomor: 065/36/2013

Tim Pelaksana

Ketua : Sekretaris Daerah Aceh

Sekretaris : Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Aceh

Wakil Sekretaris : Kepala Biro Organisasi Sekretaris Daerah Aceh

Anggota : - Asisten Pemerintah Sekretaris Daerah Aceh

- Asisten Keistimewaan Aceh, Ekonomi, dan

- Pembangunan Sekretaris Daerah Aceh

- Inspektur Aceh

- Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan

Pelatihan Aceh

- Kepala Dinas Keuangan Aceh

- Kepala Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh

- Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi

dan Telematika Aceh

- Kepala Dinas Pendidikan Aceh

- Kepala Dinas Kesehatan Aceh

- Kepala Badan Pelayanaan Perizinan Terpadu Aceh

- Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin

- Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak

- Direktur Rumah Sakit Jiwa

- Kepala Biro Hukum Sekretariat Daerah Aceh

- Kepala Biro Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah

Aceh

- Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat

Daerah Aceh

Page 96: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

97

Page 97: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

98

III.6. Anggaran Pelaksanaan

(Satuan dalam Jutaan Rupiah) # Angka Perkiraan

KEGIATAN RB

KEBUTUHAN ANGGARAN SKPA

PENANGGUNG JAWAB

2013 2014 2015 2016 2017

AREA PENATAAN KELEMBAGAAN

1. Prioritas Pelayanan Terpadu Satu

Pintu 50 50

Badan Investasi

dan Promosi

Aceh, Biro

Organisasi

2. Restrukturisasi SKPA-SKPA di provinsi

100 100

Biro Organisasi

dan Biro

Hukum

3. Penataan Unit Pelaksana Teknis (UPT)

di Dinas dan Badan

50 100 100 100 50 Biro Organisasi

4. Penataan hubungan kerja antara

pemerintah, swasta dan masyarakat 50 50 50 50 50

Badan Investasi

dan Promosi

Aceh, Biro

Organisasi

5. Melaksanakan pertemuan berkala

yang membahas kerjasama antara

perusahaan swasta dan BUMN dengan

Pemerintah dalam pengentasan

kemiskinan

50 50 50 50 50

Badan Investasi

dan Promosi

Aceh, Biro

Organisasi

Jumlah Kebutuhan Anggaran Program

Kelembagaan 300 350 200 200 150 1,200

AREA PENATAAN PERUNDANG-UNDANGAN

6. Pembentukan tim Evaluasi Peraturan

Perundangan Pemerintah Aceh

100 100 Biro Hukum

7. Penyusunan Dokumen Perundangan

turunan UU Nomor 11 tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh dan

Amanat MoU Helsinki

100 50 30

Biro Hukum

8. Penyusunan berbagai dokumen

regulasi daerah oleh Satuan Kerja

Perangkat Aceh dalam rangka

mempercepat proses pembangunan

50 50

Biro Hukum

9. Sosialisasi dan internalisasi berbagai

Perundangan/Regulasi rangka

Reformasi Birokrasi Pemerintah Aceh

50 50 50 Biro Hukum,

Biro Organisasi

10. Penyusunan regulasi berkaitan dengan

standar kompetensi pegawai dalam

bentuk peraturan gubernur

100 50 Biro Hukum

Page 98: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

99

KEGIATAN RB

KEBUTUHAN ANGGARAN SKPA

PENANGGUNG JAWAB

2013 2014 2015 2016 2017

11. Penggantian Perda yang

bertentangan dengan UU 28 Tahun

2009 tentang Pajak daerah dan

Retribusi daerah

50

Biro Hukum

12. Penyusunan Peraturan gubernur

tentang pemenuhan indikator standar

pelayanan

50 50 Biro Hukum

Jumlah Kebutuhan Anggaran Program

Penataan Perundang-Undangan

450 400 80 930

AREA PENATAAN TATALAKSANA

13. Validasi Dokumen SOP

Penyelenggaraan tugas dan fungsi

SKPD

50 Biro Organisasi

14. Internalisasi SOP terhadap setiap

anggota organisasi

100 Biro Organisasi

15. Monitoring dan evaluasi SOP 50 50 50 Biro Organisasi

16. Menyusun Master Plan e-office /

e-government di Pemerintah Aceh

khususnya pada Dinas Perhubungan,

Komunikasi, Informasi dan Telematika

100

Biro Organisasi,

Dinas

Perhubungan,

Komunikasi,

Informasi dan

Telematika

17. Mengimplementasikan e-office /

e-government khususnya pada Dinas

Perhubungan, Komunikasi, Informasi

dan Telematika

50

Biro Organisasi,

Dinas

Perhubungan,

Komunikasi,

Informasi dan

Telematika

18. Internalisasi pelaksanaan e-office /

e-government Komunikasi, Informasi

dan Telematika

50 50

Biro Organisasi,

Dinas

Perhubungan,

Komunikasi,

Informasi dan

Telematika

19. Monitoring dan evaluasi

e-government

50 50

Biro Organisasi,

Dinas

Perhubungan,

Komunikasi,

Informasi dan

Telematika

20. Pengembangan Sistem Informasi

Pengelolaan Keuangan Aceh Secara

Web dan terintegrasi khususnya

100 Biro Organisasi, Dinas Perhubungan, Komunikasi,

Page 99: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

100

KEGIATAN RB

KEBUTUHAN ANGGARAN SKPA

PENANGGUNG JAWAB

2013 2014 2015 2016 2017

redesain pelayanan

keperbendaharaan

Informasi dan Telematika

Jumlah Kebutuhan Anggaran Program

Penataan Tata Laksana 150 300 150 100 50 750

AREA PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

21. Evaluasi jabatan dan beban kerja pada

SKPA di lingkungan pemerintahan

Aceh

Biro Organisasi,

BKPP

22. Perancangan sistem perencanaan

pegawai yang terintegrasi (integrated

man power planning) dalam

pembangunan sistem kepegawaian

300 Biro Organisasi,

BKPP

23. Pembenahan sistem rekrutmen

pegawai melalui penggunaan CAT

125 138 140 154 160 Biro Organisasi,

BKPP

24. Penerapan penilaian Sasaran Kinerja

Pegawai (SKP) di SKPA-SKPA

100 50 100 Biro Organisasi,

BKPP

25. Penataan Sistem Pengadaan dan

pengendalian PNS 200 150 100

Biro Organisasi,

BKPP

26. Penyusunan Standar Kompetensi

Jabatan

450 495 436 Biro Organisasi,

BKPP

27. Assesment individu berdasarkan

kompetensi

150 150 Biro Organisasi,

BKPP

28. Penerapan Penilaian Sasaran Kinerja

Pegawai Aceh (SKPA) 100 130

Biro Organisasi,

BKPP

29. Pembangunan / pengembangan data

base pegawai 100 120

Biro Organisasi,

BKPP

30. Pengembangan DIKLAT Pegawai

berbasis Kompetensi 100 100 50

Biro Organisasi,

BKPP

31. Pengembangan Pola Karir PNS

Pemerintah Aceh

50 Biro Organisasi,

BKPP

Jumlah Kebutuhan Anggaran Program

Penataan SDM Aparatur

1,025 1,338 1,035 590 160 4,148

AREA PENGUATAN PENGAWASAN

32. Penerapan SPIP

Inspektorat

33. Monitoring dan evaluasi SPIP Inspektorat

Page 100: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

101

KEGIATAN RB

KEBUTUHAN ANGGARAN SKPA

PENANGGUNG JAWAB

2013 2014 2015 2016 2017

34. Peningkatan Peran Aparat Pengawas

Intern Pemerintah (APIP) sebagai

Quality Assurance dan Consulting

Inspektorat

35. Peningkatan kapabilitas Inspektorat

Pemerintah Aceh Inspektorat

36. Pencanangan pengembangan wilayah

integritas dan birokrasi bebas korupsi

Inspektorat

37. Penerapan Whistle Blower System

Inspektorat

38. Penyusunan Rencana Aksi Daerah

Pemberantasan Korupsi

Inspektorat

39. Percepatan Tindak Lanjut Temuan BPK

dan APIP

Inspektorat

40. Penilaian Mandiri Pelaksanaan

Reformasi Birokrasi (PMPRB)

Inspektorat

41. Penyusunan Renja dan RKA SKPA yang

mengacu pada Renstra SKPA

Inspektorat

42. Penertiban pengelolaan keuangan dan

aset sesuai dengan peraturan yang

berlaku

Inspektorat

43. Pelaporan harta kekayaan PNS eselon

III ke atas

Inspektorat

Jumlah Kebutuhan Anggaran Program

Penguatan Pengawasan

AREA PENGUATAN AKUNTABILITAS KINERJA

44. Penguatan SAKIP Bappeda

45. Pengembangan Sistem Manajemen

Kinerja Organisasi

Biro Organisasi

46. Penyusunan Indikator Kinerja Utama

(IKU)

Biro Organisasi

Jumlah Kebutuhan Anggaran Program

Penguatan Akuntabilitas Kinerja

AREA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

47. Penerapan dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal pada satuan kerja

yang ditetapkan SPM oleh Pemerintah

30 Biro Organisasi

48. Penyusunan, Penetapan, dan

Penerapan Standar Pelayanan dan

Maklumat pada SKPA unit pelayanan

publik

30 20 Biro Organisasi

Page 101: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

102

KEGIATAN RB

KEBUTUHAN ANGGARAN SKPA

PENANGGUNG JAWAB

2013 2014 2015 2016 2017

49. Pengelolaan pengaduan masyarakat

dalam pelaksanaan pelayanan publik

25 25 Biro Organisasi

50. Pengaturan mekanisme pemberian

sanksi dan penghargaan kepada

institusi pelayanan publik

15 15 Biro Organisasi

51. Revitalisasi e-Procurement dan Unit

Layanan Pengadaan (ULP).

50 Biro Organisasi

52. Pelaksanaan Survei indeks kepuasan

masyarakat

20 30 15 Biro Organisasi

53. Pengembangan INAcbgs (Indonesia

Case Based Groups)

Biro Organisasi,

Dinas

Kesehatan,

Rumah Sakit

54. Pengembangan Data Investasi untuk

Para Investor

50 50 Biro Organisasi,

Badan Investasi

dan Promosi

Aceh

55. Rekomendasi Kebijakan Strategis

Bidang Pendidikan Aceh

20 15 Biro Organisasi,

Dinas

Pendidikan

Jumlah Kebutuhan Anggaran Program

Kualitas Pelayanan Publik

240 155 15 410

AREA MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

56. Monitoring

57. Evaluasi Tahunan

58. Evaluasi menyeluruh (semester kedua

tahun 2014)

AREA MIND SET DAN CULTURE SET

59. Menegakkan Kedisiplinan PNS Biro Organisasi

60. Membangun sistem yang mendukung

terciptanya profesionalitas PNS

100 50 Biro Organisasi

61. Membangun sistem reward and

punishment 50

50 Dinas Keuangan

dan Biro

Organisasi

62. Menyusun Pergub tentang

penggunaan aset publik

100 50 Biro Hukum

63. Menyusun pedoman pembangunan

budaya kerja yang berorientasi pada

pembelajaran

50 30

Biro Organisasi

Page 102: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

103

KEGIATAN RB

KEBUTUHAN ANGGARAN SKPA

PENANGGUNG JAWAB

2013 2014 2015 2016 2017

64. Penyusunan dokumen kode etik dan

aturan perilaku disetiap SKPA

110 30 Inspektorat

Jumlah Kebutuhan Anggaran Program

Perubahan Budaya Kerja dan Pola Pikir

410 210 620

AREA MANAJEMEN PERUBAHAN

65. Pembentukan Tim Manajemen

Perubahan

66. Penyusunan Strategi Manajemen

Perubahan dan Strategi Komunikasi

67. Sosialisasi dan Internalisasi

Manajemen Perubahan dalam rangka

RB

TOTAL KEBUTUHAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI ACEH TAHUN 2013 – 2017 ADALAH Rp 8,058

(perkiraan kasar)

Page 103: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

104

BAB IV

Penutup

Road Map ini adalah dokumen yang mengintegrasikan berbagai agenda

reformasi yang akan dilaksanakan secara sistematik dan terpadu dengan

memanfaatkan berbagai sumber daya organisasi yang untuk melaksanakan berbagai

agenda reformasi birokrasi Aceh. Road Map disusun melalui suatu proses teknokratis

yang melibatkan banyak kelompok kepentingan untuk bisa menghasilkan suatu

agenda perubahan sesuai dengan petunjuk dari PermenPAN dan RB Nomor 20

Tahun 2010 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2010-2014 dipadukan dengan

analisis terhadap kondisi objektif birokrasi Aceh.

Reformasi bukanlah sebuah perjalanan yang terputus (discontinued) namun

adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan memperhatikan berbagai

capaian-capaian yang telah diperoleh dari pembenahan saat ini serta dengan melihat

perspektif masa depan (lima tahun). Dengan melakukan analisis kesenjangan (gap

analisis) terhadap postur birokrasi lima tahun ke depan dibandingkan dengan kondisi

birokrasi. Postur birokrasi dilihat dari delapan perspektif yang dikenal dengan

delapan delapan area perubahan yakni: kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya

aparatur, perundang-undangan, pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas dan

mindset dan culture set. Melalui analisis mendalam dengan berbasis pada data

primer melalui serangkaian Focused Group Discussion (FGD) yang melibatkan

berbagai stakeholders ditemukan berbagai persoalan yang cukup serius dari setiap

area perubahan ini. Selain itu, juga didukung dengan data sekunder dari berbagai

lembaga yang relavan dan valid untuk dijadikan sebagai sumber data. Setelah itu

dirumuskan agenda-agenda yang akan dilaksanakan untuk bisa mengatasi berbagai

persoalan tersebut. Agenda-agenda inilah yang merupakan isi dari road map yang

nantinya akan dijadikan sebagai referensi untuk melaksanakan program reformasi

birokrasi.

Dengan tersusunnya road map ini, Pemerintah Aceh diharapkan segera

membuat langkah-langkah konkrit untuk menindaklanjuti road map tersebut.

Beberapa langkah yang harus dilakukan meliputi antara lain:

1. Menyusun dokumen usulan dan Road Map RB Aceh;

2. Menetapkan road map RB dengan Peraturan Gubernur Aceh;

3. Mensosialisasikan kepada seluruh SKPD dan kabupaten/kota dan meminta

komitmen dari seluruh pejabat/pegawai untuk keberhasilan reformasi

birokrasi secara menyeluruh;

4. Melaksanakan tahapan Program RB sesuai dengan road map;

Page 104: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

105

5. Melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan pedoman yang telah

ditetapkan oleh Kementerian PAN dan RB; dan

6. Mempersiapkan diri untuk membantu dan/atau memfasilitasi pelaksanaan

reformasi birokrasi di tingkat kabupaten/kota.

Keberhasilan dalam melaksanakan seluruh agenda dalam road map ini

tergantung pada tingkat komitmen, keteguhan dan konsitensi untuk selalu menjaga

capaian kinerja dari masing-masing area perubahan tersebut. Tanpa dilandasi

semangat-semangat tersebut road map ini hanya akan menjadi suatu dokumen mati

yang tidak akan bisa memberikan manfaat sesuai tujuan dan target yang telah

ditetapkan, yakni membawa keberhasilan seluruh agenda pembangunan yang telah

tertuang dalam RPJMA. Apalagi untuk melihat profil birokrasi yang profesional,

berkarakter dan berintegritas tinggi dalam jangka panjang, maka akan seperti

menebar air di padang pasir.

Page 105: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

106

DAFTAR PUSTAKA

Tap MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam

rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional.

Tap MPR-RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan

Bebas dari KKN.

Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari KKN.

Undang-undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJM Tahun 2005 – 2025).

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014.

Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi.

Peraturan Menteri PAN dan RB No. 20 Tahun 2010 tentang Roadmap Reformasi

Birokrasi 2010-2014.

Permenpan No. 4 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengajuan Dokumen Usulan

Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Daerah.

Permenpan dan RB No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Roadmap

Reformasi Birokrasi Kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah.

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh 2012-2017

Page 106: DAFTAR ISI - undp.org Docs/PGSP/ROAD MAP... · Besaran organisasi perangkat Aceh belum didasarkan ... pelayanan publik, pengawasan, akuntabilitas, ... dalam semua sektor publik kecuali

107