Daftar Isi
-
Upload
lintang-putri-mahardhika -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis, dimana
Negara ini hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan
dengan intensitas cukup tinggi. Penduduk di Negara Indonesia sebagian besar
adalah petani dalam hal ini yaitu petani padi. Hal ini dikarenakan sebagian besar
rakyat indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok, oleh sebab itu
untuk memperoleh hasil yang bagus beras harus melalui tahapan-tahapan yang
dilakukan sebelum akhirnya dipasarkan.
Pada saat musim panen raya padi yang jatuh pada musim hujan dimana
sinar matahari tidak setiap hari ada, tentu hal ini sangatlah menyulitkan bagi
petani untuk melakukan kegiatan proses penjemuran padi hasil panen raya
sehingga akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada padi dan mengalami
kerugian bagi petani. Padi yang basah ketika panen hanya akan bertahan selama
dua hari, untuk itu harus dicari alternative lainnya guna menyelesaikan masalah
ketika musim panen raya padi yang bersamaan dengan musim hujan.
Proses pengeringan padi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
manual dengan cara dijemur disekitar lingkungan dengan bantuan panas matahari.
Cara pengeringan ini mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain tergantung
ii
sinar matahari, sukar dikontrol, memerlukan tempat penjemuran yang luas, mudah
terkontaminasi dengan polusi udara dan membutuhkan waktu pengeringan yang
cukup lama.
Cara lainnya adalah dengan menggunakan alat pengering buatan yang
sifatnya tidak bergantung dengan sumber panas dari sinar matahari. Alat
pengering padi memiliki kelebihan-kelebihan dari kekurangan yang dimiliki
pengeringan secara alami diantaranya tidak tergantung oleh waktu, kapasitas
pengeringan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan, tidak memerlukan alas tempat
pengeringan yang begitu luas selain itu kondisi pengeringan juga dapat dikontrol.
Pada penelitian tugas akhir ini akan mencoba untuk menguji suatu unjuk
kerja alat pengering padi, dimana alat tersebut merupakan hasil rancangan teman
satu perkuliahan penulis. Penelitian ini akan meggunakan bahan bakar tempurung
kelapa sebagai bahan bakar alternatif. Hal tersebut dimaksudkan agar sampah
biomassa yang mempunyai nilai kalor cukup tinggi tersebut tidak terbuang atau
dibakar sia-sia. Tempurung kelapa yang dibakar akan memanaskan alat penukar
kalor (heat exchanger) kemudian dengan bantuan kipas (fan) panas pada alat
penukar kalor akan didorong oleh udara sehingga dihasilkan udara panas yang
kemudian menuju ruang pengering (oven) untuk mengeringkan padi sampai
dengan kadar air sesuai dengan standar yaitu (15-12)%.
ii
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu masalah yaitu,
batok kelapa memiliki nilai kalor yang cukup tinggi ini dimanfaatkan sebagai
bahan bakar alternative alat pengering padi. Pembakaran bahan bakar akan
memanaskan alat penukar kalor yang kemudian alat penukar kalor tersebut
didorong oleh angin sehingga dihasilkan udara panas yang menuju ruang
pengering. Sehingga hal yang perlu diperhatikan adalah banyaknya bahan bakar
yang dibutuhkan untuk proses pengeringan gabah, waktu yang dibutuhkan proses
pengeringan gabah dan panas yang diserap oleh gabah sehingga dapat
menurunkan kadar air gabah.
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini bisa terarah dan dapat terselesaikan dalam waktu yang
ditetapkan, maka tugas akhir ini dibatasi pada beberapa hal dibawah ini :
1. Bahan bakar yang digunakan tempurung kelapa.
2. Dimensi dan konstruksi dari isolasi tidak dibahas lebih mendalam.
3. Jenis padi yang diujikan adalah IR64 yang memilik nilaii kadar air
basis kering 24,4%
ii
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui
kemampuan/unjuk kerja alat pengering padi kapasitas 10 kg dalam mengalirkan
udara panas untuk proses pengeringan padi. Disamping itu juga penelitian ini
bertujuan mengetahui beberapa variabel diantaranya :
1. Untuk mengetahui berapa lama waktu pengeringan.
2. Untuk mengetahui berapa banyak jumlah bahan bakar yang dibutuhkan.
3. Untuk mengetahui jumlah penurunan kadar air .
4. Jumlah panas yang diterima oleh padi.
5. Nilai efisiensi alat pengering padi.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini tersusun dalam 5 bab yang
terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalabh, batasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ii
Pada bab ini berisi teori-teori dasar yang menunjang dalam
penyusunanskripsi ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan saat
pelaksanaan penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA
Dalam bab ini berisi tentang pengumpulan data penelitian yang menunjang
dalam menguraikan hasil perhitungan dan analisa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari hasil data analisa dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut hukum Thermodina-mika II dinyatakan bahwa perpindahan
energi panas berlangsung jika terdapat perbedaan temperatur (Holman,1995).
Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi kepada benda yang
bertemperatur rendah. Panas yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur suatu
benda dan dapat diukur disebut panas sensibel. Panas sensibel ini merupakan
teori dasar dari mesin pengering padi sederhana.
Perpindahan panas yang terjadi dapat melalui berbagai cara yaitu : secara
konduksi, secara konveksi dan secara radiasi (Jordan and Priester, 1985).
Perpindahan secara konduksi yaitu perpindahan panas diantara molekul-molekul
dari suatu benda yang saling bersinggungan. Perpindahan panas secara konduksi
terjadi antara bulir-bulir padi yang dipanaskan sehingga akan terjadi pemerataan
panas pada permukaan padi. Perpindahan secara konveksi yaitu perpindahan
panas melalui media gas atau cairan. Perpindahan panas secara radiasi yaitu
perpindahan panas melalui sinar atau gelombang suara. Panas radiasi dengan
mudah dapt diserap oleh benda/materi yang berwarna gelap, sedangkan
untuk benda berwarna terang sebagian akan dipantulkan kembali.
Berdasarkan teori di atas, perpindahan panas dalam mesin pengering
digunakan dua prinsip yaitu perpindahan secara konduksi dan konveksi
(Holman,1995). Perpindahan secara konduksi terjadi diantara bulir- bulir padi
ii
yang telah mendapatkan panas akan berpindah melalui gesekan atau
bersinggungan dengan bulir
yang masih belum mendapat panas. Akibat dari perpindahan panas tersebut
maka akan terjadi perpindahan panas ke setiap bulir padi sehingga akan terjadi
pemerataan panas. Proses tersebut akan mempercepat waktu pengeringan padi
dan terjadi secara merata.
Sedangkan prinsip perpindahan panas dengan cara konveksi pada
konstruksi mesin pengering padi ini yaitu udara panas dihembuskan oleh kipas
ke dalam ruangan yang menyimpan gabah sehingga media yang digunakan
dalam perpindahan panas adalah udara (Jordan and Priester,1985). Udara panas
yang dihembuskan akan masuk ke celah-celah padi sehingga panas akan cepat
masuk dan membuang kadar air dari gabah. Keadaan ini akan menye-babkan
terjadinya perpindahan panas secara konveksi dengan media udara yang
dipaksakan (Forced Convection). Pengeringan dengan metoda seperti ini
dapat dikatakan sebagai sistem konduksi-konveksi. Sistem dengan meng-
gunakan perpindahan dua macam secara teori akan mempercepat proses
pengeringan (membuang kandungan air) dan akan terjadi pemerataan
pengeringan.
ii
Gambar 2.1 Analogi dari proses penguapan
(Sumber : Holman,1995 )
2.1 Pengeringan
Pengeringan pada dasarnya adalah proses pemindahan/pengeluaran
kandungan air bahan hingga mencapai kandungan tertentu agar waktu
penyimpanan bahan tahan lebih lama. Pengeringan dapat dilakukan penjemuran
dibawah sinar matahari dengan memanfaatkan sinar matahari selain itu bisa
dilakukan dengan cara buatan. Pengering buatan selain dapat mengatasi pengaruh
cuaca, kelembaban nisbi yang meningkat tiap tahun juga dimaksudkan
meningkatkan nilai mutu pengeringan.
Berdasarkan prosesnya dikenal dua macam pengeringan yaitu
pengeringan secara alami dan mekanis.
ii
Pengeringan Alami
Pengeringan dengan sinar matahari dapat dilakukan dengan mudah
terutama didaerah tropis seperti Indonesia. Pengeringan alamiah memanfaatkan
radiasi sinar matahari, suhu dan kelembaban udara sekitar serta kecepatan angin
untuk proses pengeringan. Pengeringan dengan cara alami ini mempunyai
kelemahan antara lain factor cuaca, sukar dikontrol, membutuhkan tempat yang
luas untuk penjemuran, bisa terkontaminasi dengan udara kotor dan memerlukan
waktu yang lama. Pengeringan gabah secara alami hendaknya dilakukan diatas
lantai yang terbuat dari semen lalu gabah dihamparkan diatas lantai setebal 3-5
cm.
Pengering Buatan
Pengering dengan buatan dapat dilakukan dengan menggunakan udara
dipanaskan. Udara yang dipanaskan tersebut akan dialirkan kebahan yang akan
dikeringkan dengan menggunakan alat penghembus fan (Brandenberg et,al
1982). Pengeringan dengan menggunakan alat mekanis yang menggunakan
tambahan panas memberikan beberapa kelebihan diataranya tidak tergantung
cuaca, kapasitas bisa disesuaikan, tidak memerlukan tempat yang luas serta
kondisi pengeringan dapat dikontrol.
Pengeringan mekanis ini memerlukan energi untuk memanaskan alat
pemanas, mengimbangi radiasi panas yang keluar dari alat, memanaskan bahan,
menguapkan air dalam bahan serta menggerakan udara (Kartasapoetra, 1994).
Alat pengering buatan umumnya terdiri dari tenaga penggerak dan kipas,
alat pemanas (heat exchanger) dan alat-alat control. Sumber energy panas
ii
pengeringan dapat dihasilkan dari listrik, minyak bumi, biomssa dan gas.
2.1.3 Proses Pengeringan Padi
Didalam biji-bijian terdapat air bebas dan air terikat. Air bebas terdapat
pada permukaan biji-bijian, diantara sel-sel dan dalam pori-pori,air ini mudah
teruapkan pada pengeringan. Air terikat yaitu air yang berikatan dengan protein,
selulosa, pectin, zat tepung dan sebagai zat-zat yang terkandung dalam gabah. Air
terikat memang sulit untuk diuapkan, memerlukan beberapa perlakukan dan
ketekunan seperti halnya terhadap beberapa faktor yang berpengaruh dalam
pengeringan antara lain temperature, kelembaban, kecepatan udara serta kegiatan
membolak-balik gabah selama pengeringan (kartasapoetra, 1994).
Menurut esmay dan soemangat (1973), air yang diangkut dari bijian
berlangsung dengan proses penguapan. Perubahan air menjadi uap air terjadi
pada permukaan gabah untuk itu air harus didifusikan terlebih dahulu
kepermukaan lalu diuapkan. Energi panas harus cukup untuk menguapkan air dan
juga untuk mendifusikan air. Panas yang dipancarkan kedalam bijian akan
melalui tiap biji secara individu. Setelah menerima panas, maka penguapanpun
terjadi dari permukaan biji sampai kedalam biji.
Pada saat proses pengeringan terjadi, perpindahan massa dari bahan ke
udara dalam bentuk uap air terjadi pengeringan pada permukaan bahan. Setelah
itu tekanan uap air pada permukaan bahan akan menurun. Setelah kenaikan suhu
terjadi pada setiap bahan, maka terjadi proses pergerakan air secara difusi dari
bahan ke permukaannya dan seterusnya proses penguapan bahan terjadi.
ii
Akhirnya setelah air berkurang, tekanan uap air bahan akan menurun sampai
terjadi keseimbangan dengan udara sekitarnya (Taib dkk, 1998). Dengan
pengeringan kadar air padi diharapkan menurun mula-mula dari 25% sampai 15-
13%, pada kadar air tersebut padi siap untuk pengolahan lebih lanjut.
Menurut Taib dkk, 1994 pengeringan buatan dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu :
1) Pengeringan tumpukan (batch drying), dimana bahan masuk dalam ruang
pengering sampai pada pengeluaran hasil pengering, kemudian dimasukan
bahan berikutnya.
2) Pengeringan kontinyu atau berkesinambungan (continous drying), dimana
pemasukan dan pengeluaran bahan berjalan terus.
2.1.4 Alat Pengering Buatan
2.1.4.1 Tipe Batch Dryer
Alat pengering tipe batch dryer terdiri dari beberapa komponen
diantaranya:
1) Bak pengering dengan lubang-lubang pada lantainya.
2) Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya.
3) Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar
kelembaban nisbi udara pengering tersebut menurun dan meningkatkan
suhunya.
Pada alat pengering tipe batch dryer udara bergerak dari bawah bahan menuju
ii
atas dan melepaskan sebagian panasnya untuk menghasilkan proses penguapan,
dengan demikian suhu akan semakin berkurang.
Berdasarkan tebal tumpukan bahan, tipe batch dryer digolongkan atas dua
jenis, yaitu deep bed dan thin layer.
System Deep Bed
Pada jenis pengeringan ini tumpukan bahan cukup tebal dan wadah lantai
mempunyai lubang-lubang sehingga udara panas bisa melewati bahan. Besar
kecilnya ukuran lubang wadah ditentukan berdasarkan bahan yang dikeringkan.
Pengeringan dilakukan dengan suhu rendah dan waktu lama agar kerusakan pada
bahan dapat dihindari.
Gambar 2.2 Alat pengering tipe bak jenis Deep Bed
(Sumber : Taib dkk, 1988)
Keterangan :
A . Kipas D. Bidang pengeringan
ii
B. Plenum Chamber E. Biji basah
C. Biji kering F. Udara keluar
System Thin Layer
Prinsip kerja mesin pengeringa ini hamper sama dengan deep bed. Pada
jenis ini ketebalan bahan dikurangi sedangkan luasannya diperlebar. Pergerakan
bidang pengeringan tidak begitu nyata karena pengeringan ini berlangsung
serentak dan merata diseluruh bagian bahan.
Jenis ini mempunyai laju pengeringan lebih cepat dan kemungkinan
terjadinya over drying lebih kecil, tekanan udara yang rendah mampu melalui
lapisan bahan.
Gambar 2.3 Alat pengering jenis Thin Layer
(Sumber : Kartasapoetra, 1994)
2.1.5 Kadar Air
ii
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan
banyaknya iar yang terkandung didalam bahan. Kadar air dapat dilakukan dua
cara yaitu kadar iar basis basah dan kadar air basis kering.
Kadar air basis basah (MCwb) dinyatakan dengan persamaan :
MCwb = massaair
massadari bahan…………………..…………………….(2.1)
Sedangkan kadar air basis kering (MCdb) dinyatakan dengan persamaan :
MCwb = massaair
massabahankering……………………………………….(2.2)
Hubungan antara MCwb dengan MCdb dapat ditentukan dengan persamaan :
MCwb = massaair
massaair+massabahankering
……………………………….(2.3)
MCwb = MCdb
MCdb+1……………………………………………….(2.4)
MCdb = MCwb
1−MCwb……………………………………………….(2.5)
ii
2.2 Diagram Psikometrik dan Sifat Udara Basah
Sifat termal dari udara basah pada umumnya ditunjukkan dengan
menggunakan diagram psikometrik. Diagram psikometrik merupakan tampilan
secara grafikal termodinamik udara antara lain suhu, kelembaban, entalpi,
kandungan uap air dan volume spesifik. Dalam diagram psikometrik dapat
diketahui hubungan antara bola basah dengan bola kering, suhu titik embun,
kelembaban relative, panas total, volume spesifik, kelembaban spesifik, panas
sensible dan panas laten. Diagram psikometrik dapat dilihat berdasarkan pada
gambar 2.4
Gambar 2.4 Diagram psikometrik.
(Sumber : Holman,1995 )
ii
Beberapa istilah (sifat-sifat udara) yang sering dipakai dan berkaitan dengan
diagram psikometrik ini diantaranya adalah :
2.2.1 Temperatur bola kering (Tdb)
Temperatur bola kering adalah temperatur udara yang diukur dengan
termometer biasa dengan sensor kering dan terbuka.
2.2.2 Temperatur bola basah (Twb)
Temperatur bola basah adalah temperatur udara yang diukur dengan
termometer biasa dengan sensor yang dibalut kain basah.
2.2.3 Temperatur jenuh (Tdp)
Temperatur jenuh adalah temperatur ketika uap air yang terkandung
dalam udara mulai mengembun jika udara didinginkan pada temperatur konstan.
2.2.4 Rasio kelembaban/Humidity Ratio (ω)
Rasio kelembaban adalah berat atau massa air yang terkandung dalam
setiap kilogram udara kering. Dalam teknik pengkondisian udara, untuk
menghitung perbandingan (ratio) kelembaban dapat digunakan persamaan
gas ideal, sehingga mengikuti persamaan Pv = RT, serta mempunyai kalor
spesifik yang tetap. Udara dianggap gas ideal karena, suhunya cukup tinggi
dibandingkan dengan suhu jenuhnya, dan uap air dianggap ideal karena
tekanannya cukup rendah dibandingkan dengan tekanan jenuhnya.
ii
2.2.5 Kelembaban relatif (Rh), φ
Kelembaban relatif adalah perbandingan tekanan parsiil uap air di
dalam udara dengan tekanan uap jika udara dalam keadaan jenuh pada
temperatur yang sama. Kelembaban relatif sering dinyatakan dalam bentuk
persen (%).
Biomassa Sebagai Energi
Biomassa dapat diartikan sebagai material tanaman, tumbuh-tumbuhan,
atau sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan
bakar. Secara umum sumber-sumber biomassa antara lain tongkol jagung,
tempurung kelapa, jerami, dan lain sebagainya.
Biomassa pada umumnya mempunyai kadar volatil yang tinggi
sehingga pembakarannya dimulai pada temperatur yang rendah. Proses
devolatisasi pada biomassa umumnya terjadi pada temperatur rendah dan hal
ini mengindikasikan bahwa biomassa mudah dinyalakan dan dibakar,
meskipun pembakaran yang diharapkan terjadi sangat cepat dan bahkan sulit
dikontrol. Biomassa terdapat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh yakni
dengan tingginya kadar zat volatil dari mayoritas biomassa dan tingginya
kandungan karbon (fixed carbon). Namun dilain pihak karena beberapa jenis
biomassa mempunyai kadar abu yang tinggi, penggunaan biomassa sebagai
bahan bakar dapat menimbulkan kendala tersendiri.
ii
Secara umum pembakaran dapat didefinisikan sebagai proses atau reaksi
oksidasi
yang sangat cepat antara bahan bakar(fuel) dan oksidator dengan
menimbulkan panas atau nyala. Reaksi pembakaran bahan bakar padat
adalah sebagai berikut:
Bahan + O2 Gas buang + abu -∆H (1)
Bakar padat
Proses pembakaran padatan terdiri dari beberapa tahap seperti pemanasan,
pengeringan, devolatilisasi dan pembakaran arang. Selama proses devolatisasi,
kandungan volatile akan keluar dalam bentuk gas seperti: CO, CO2, CH4 dan
H2. Komposisi gas selama devolatilisasi tergantung pada jenis bahan kayu
yang digunakan, lihat table 2.
Tabel 2.1 Komposisi gas selama proses devolatisasi
ii
Setelah devolatilisasi akan terjadi oksidasi bahan bakar padat, laju
pembakaran tergantung pada konsentrasi oksigen, temperature gas, ukuran dan
porositas arang. Kenaikan konsentrasi oksigen dalam gas menimbulkan laju
pembakaran bahan bakar padat yang lebih tinggi. Temperature pembakaran
bahan bakar padat yang lebih tinggi menaikkan laju reaksi dan menyebabkan
waktu pembakaran bahan bakar padat yang lebih singkat. Kecepatan gas
yang tinggi pada permukaan akan menaikkan laju pembakaran bahan bakar
padat, terutama disebabkan karena laju perpindahan massa dari oksigen ke
permukaan partikel yang lebih tinggi. Arang karbon bereaksi dengan oksigen
pada permukaan partikel membentuk karbon monooksida dan karbon
dioksida. Spesifikasi bahan bakar yang perlu diketahui diantaranya adalah :
Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energy yang dihasilkan., dan
diukur sebagai nilai kalor kotor /gross calorific value (HHV) atau nilai kalor
netto/nett calorific value I (LHV). HHV adalah bila uap air suatu pembakaran
terkondensasi sehingga harus memperhitungkan panas laten dari penguapan
tersebut. Nilai atas pada bahn bakar padatan berguna untuk perhitungan kerugian.
HHV dapat dicari dengan persamaan dulong :
HHV = 33950 C + 144200 (H2 – O28
) + 9400 S
kJ/kg……………………...(2.6)
ii
LHV merupakan uap air suatu pembakaran tidak terkondensasi dan muncul dalm
bentuk gas sehingga tidak memperhitungkan panas laten dari penguapan.
LHV = HHV – Lh H2O…………………………………………..………...
(2.7)
Volatile matter
Volatile matter(VM) atau sering disebut dengan zat terbang, berpengaruh
terhadap pembakaran briket. Semakin banyak kandunganvolatile matter pada
biobriket maka biobriket semakin mudah untuk terbakar dan menyala.
Kadar Air
Kadar air ini merupakan kandungan air pada bahan bakar padat. Semakin besar
kadar air yang terdapat pada bahan bakar padat maka nilai kalornya semakin
kecil, begitu juga sebaliknya.
Kandungan Abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tidak
dapat terbakar tertinggal setelah proses pembakaran dan reaksi-reaksi yang
menyertainya selesai. Abu berperan menurunkan mutu bahan bakar padat
karena dapat menurunkan nilai kalor.
2.4 Sumber Biomassa
ii
Sumber energi biomassa adalah sumber energi yang berasal dari bahan
nabati termasuk limbah yang berasal dari manusia atau hewan. Dilihat dari
sumbernya, biomassa berasal dari hutan, perkebunan, lahan masyarakat (kebun
campuran, tegalan, sawah dan pekarangan) dan limbah kota.
Semua bahan organik yang sudah berbentuk limbah beserta turunannya
yang masih memiliki sejumlah energi dapat diubah menjadi bahan bakar
biomassa. Berdasarkan definisi tersebut, banyak pilihan peluang bias ditempuh.
Disetiap tempat, dimana banyak dijumpai limbah organic sebagai hasil ikutan dari
kegiatan industry dan pertanian. Misalnya sekam padi, jerami, serbuk gergaji,
eceng gondok, dedaunan, rerumputan, gambut, cocodust, serta sampah rumah
tangga merupakan bahan baku sangat potensial untuk produksi bahan bakar
biomassa.
Sekam Padi
Sekam padi adalah suatu limbah organik yang dihasilkan dari kulit padi
yang sebelumnya melaui proses-proses tertentu, diantara proses tersebut adalah
melaui proses penggilingan dan melalui proses penumbukan. Karateristik yang
dimiliki sekam padi adalah sangat ringan (berat jenis = 0,2 Kg/l), kasar sehinggan
sirlkulasi udara tinggi (banyak pori). Dan fungsi sekam padi antara lain adalah,
dapat menahan air kapasitas tinggi, dan berwarna coklat kehitaman sehingga
dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta memiliki kandungan
unsur kimia yang dapat pengaruh penyakit, khususnya bakteri. Sekam padi
mengandung unsur N sebanyak 1 % dan K 2 %, berdasar analisis Japanese
ii
Society for Examining Fertilizer and Fodders, komposisi arang sekam paling
banyak mengandung senyawa SiOz sebanyak 52 % dan unsur C sebanyak 31 %.
Komposisi lainnya adalah Fe203, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah
yang sangat kecil, juga mengandung bahan-bahan organik. Sedangkan menurut
analisis Suyekti (1993) sekam bakar mengandung N 0,32 %, P 0,15 %, K 0,31 %,
Ca 0,96 %, Fe 180 ppm, Mn 80,4 ppm Zn 14,10 ppm dan pH 6,8. Kadar kalium
dalam abu sekam lebih kurang sama dengan 30 % K2O.
Gambar 2.5 Sekam padi
(sumber : wirausahaindonesia.com)
Tempurung Kelapa
Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri atas lignin, selulosa,
metoksil, dan berbagai mineral. Kandungan bahan-bahan tersebut beragam sesuai
dengan jenis kelapanya. Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2) yang
ii
cukup tinggi kadarnya pada tempurung. Berat tempurung sekitar 15-19 % dari
berat keseluruhan buah kelapa.
Gambar 2.6 Tempurung kelapa
(sumber : wirausahaindonesia.com)
Umumnya sebagian limbah tempurung kelapa ini hanya digunakan sebagai
bahan bakar tungku, atau dibakar begitu saja, sehingga dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Padahal tempurung kelapa merupakan biomassa yang
belum termanfaatkan secara optimal dan memiliki nilai kalor yang relatif besar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari hasil pengujian proximate dan
ultimate tempurung kelapa memiliki karakteristik pada tabel seperti berikut :
Tabel 2.2 Hasil uji proximate dan ultimate pada tempurung kelapa
ii
2.5 Teori Tentang Kalor
Ketika sejumlah kalor diterima atau dilepas oleh suatu zat, maka ada dua
kemungkinan yang terjadi pada suatu benda yaitu mengalami perubahan suhu atau
perubahan wujud. Kenaikan suhu pada benda dapat ditentukan menggunakan
persamaan yang mengaitkan dengan kalor jenis atau kapasitas kalor.
Satuan umun untuk kalor, yang masih digunakan sampai sekarang
dinamakan joule. Satuan ini disebut Joule (J) dan didefinisikan sebagai kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperature 1 gram air sebesar 1 derajat celcius.
Jika kalor diberikan pada suatu benda maka temperaturnya naik. Nilai kalor dapat
dinyatakan dalam persamaan
Q = m.c. ΔT ………………………………………...(2.8)
Dimana :
Q = kalor, (Kj)
M = massa, (Kg)
ii
ΔT = Perubahan temperatur, (°C)
c = Kalor jenis, (Kj/kg °C)
Sedangkan ketika benda mengalami perubahan wujud, maka tidak terjadi
perubahan temperatur, namun semua kalor pada saat itu digunakan untuk merubah
wujud zat yang dapat ditentukan dengan persamaan yang mengandung kalor laten
Q = m.L ………………………………..………………….(2.9)
Keterangan :
Q = kalor yang diterima atau dilepas (J)
m = massa benda (kg)
L = kalor laten (J/kg)
Untuk proses punguapan dapat menggunakan persamaan berikut :
Q = m.hfg ……………………………………………….….(2.10)
Keterangan :
Q = kalor yang diterima atau dilepas (kJ)
m = massa benda (kg)
hfg = enthalpy penguapan (kJ/kg) didapat dari tabel thermodinamika
2.6 Tinjauan Perpindahan Panas
ii
Definisi dari perpindahan kalor adalah berpindahnya energi dari suatu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat perbedaan suhu antara daerah-daerah
tersebut. Secara umum terdapat tiga cara proses perpindahan panas yaitu :
konduksi, konveksi, dan radiasi.
2.6.1 Perpindahan panas konduksi
Perpindahan panas konduksi merupakan perpindahan energi yang
terjadi pada media padat atau fluida yang diam akibat dari perbedaan
temperatur. Hal ini merupakan perpindahan dari energi yang lebih energik ke
partikel energi yang kurang energik pada suatu benda akibat interaksi antar
partikel-partikel. Energi ini dapat dihubungkan dengan cara tranlasi,
sembarang, rotasi dan getaran dari molekul- molekul. Apabila temperatur
lebih tinggi berarti molekul dengan enrgi yang lebih tinggi memindahkan
energi ke molekul yang memiliki energi yang lebih rendah (kurang
energi) .untuk perpindahan panas secara konduksi , persamaan yang
digunakan adalah Hukum Fourier.
Jika kondisi pada dinding datar dengan perpindahan panas pada satu
dimensi, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
qkon = KA (dTdx ) ……………………………………………….(2.11)
Dimana :
ii
q = Laju perpindahan panas (w)
K = Konduktivitas termal (W/(m.k))
A = Luas penampang yang terletak pada aliran panas (m2)
dT/dx = Gradien temperature dalam arah aliran panas
2.6.2 Perpindahan panas konveksi
Perpindahan panas secara konveksi merupakan suatu perpindahan
panas yang terjadi antara suatu permukaan padat dan fluida yang bergerak
atau mengalir yang diakibatkan oleh adanya perbedaan temperatur. Pada
proses perpindahan panas konveksi dapat terjadi dengan beberapa metode,
antara lain :
a. Konveksi bebas ( free convection )
Merupakan suatu proses perpindahan penas konveksi dimana aliran
fluida terjadi bukan karena dipaksa oleh suatu peralatan akan tetapi
disebabkan oleh adanya gaya apung.
b. Konveksi paksa ( force convection )
Pada system konveksi paksa proses perpindahan panas konveksi
terjadi dimana aliran fluida disebabkan oleh adanya peralatan
bantu. Adapun peralatan yang biasa digunakan adalah fan, blower,
dan pompa.
ii
c. Konveksi dengan perubahan fase, yaitu proses perindahan panas
konveksi yang disertai berubahnya fase fluida seperti pada proses
pendidihan (boiling) dan pengembunan (kondensasi).
Adapun persamaan perpindahan panas konveksi dapat dinyatakan
dengan Hukum newton pendinginan ( Newton’s Law of Cooling ), yaitu :
qkonv = hA( Ts - T∞ ) ……………………………….(2.13)
Dimana :
qkonv = Besarnya laju perpindahan panas knveksi ( W )
h = Koeisien konveksi ( W/m2 K )
A = Luas permukaan perpindahan panas konveksi ( m2 )
2.6.3 Perpindahan Panas Radiasi
Radiasi termal adalah energi yang diemisikan oleh benda yang berada
pada temperatur tinggi, dimana merupakan perubahan dalam konfigurasi
electron dari atom. Energi dari mean radiasi ditransfortasikan oleh
gelombang elektromagnetik atau lainnya. Pada perpindahan panas
konduksi dan konveksi proses perpindahan panasnya membutuhkan media.
Sedangkan pada perpindahan panas radiasi tidak diperlukan media.
Perpindahan panas secara radiasi lebih efektif terjadi pada ruang hampa.
Laju perpindahan panas radiasi dirumuskan sebagai berikut :
ii
qrad = ε σ A ( Ts4 – Tsur4 ) …………………………….(2.14)
Dimana :
Qrad = Laju perpindahan panas radiasi ( W )
ε = Emisivitas permukaan material
σ = Konstanta Stefan Bolztman ( 5.669 x 10-8 W/m2k4 )
Ts = Temperature permukaan benda ( K )
Tsur = Temperature surrounding ( K )
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
iiKadar Air Padi Awal
Mulai
Persiapan pengujian
Tidak
Gambar 3.1 : Diagram Alir Penelitian
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan prosedur untuk mendapatkan solusi dari
permasalahan yang dibahas. Bab ini menjelaskan tentang metode-metode
penelitian yang diterapkan dalam melakukan pengujian. Pada pengeringan
buatan dapat dilakukan dua cara metode penelitian yaitu metode batch drying
dan continuos drying, namun untuk penelitian ini menggunakan Metode
penelitian jenis batch drying. Penelitian batch drying adalah memasukan
ii
Pengambilan Data Proses Pengeringan Dengan Waktu :
t = 0
Kesimpulan Waktu Optimum Untuk Pengering Padi
Pengambilan Data Proses Pengeringan Dengan Waktu :
t = t + 60min
Uji Kadar Air Akhir
(15 s/d 12) %
Selesai
bahan kedalam alat pengering sampai pada pengeluaran hasil pengering,
kemudian dimasukan bahan selanjutnya.
Penelitian ini akan melakukan pengujian pada alat pengering padi hasil
rancangan rekan seangkatan penulis yang menggunakan bahan bakar
biomassa yaitu tempurung kelapa. Proses pengeringan dilakukan pada padi
jenis IR64 sebagai objek yang akan dikeringkan yang didapatkan dari hasil
pertanian kota cilegon kecamatan keramat watu. Padi tersebut akan
dikeringkan mencapai kadar air pada padi yang dikehendaki Bulog adalah
15 s/d 12%. Prinsip kerja alat pengering padi yaitu aliran fluida di dalam
heat exchanger mengikuti arah bentuk sekat (baffle) akibat tekanan dari fan,
dan menyentuh bagian luar pipa dengan pipa-pipa di susun secara selang-
seling vertikal, sedangkan gas panas hasil pembakaran masuk ke dalam
pipa/tube, sehingga udara lingkungan dari hasil tekanan kipas dan udara asap
pembakaran tidak bercampur (unmixed) di dalam penukar kalor , dan
menyebabkan temperatur udara lingkungan menjadi lebih tinggi akibat
perpindahan panas dari udara hasil pembakaran di dalam tungku ke udara
lingkungan. Udara lingkungan yang panas ini kemudian digunakan sebagai
udara pengering. Suhu masuk ruang (45 oC) dijaga konstan dengan
menggunakan regulator thermostat.
Selanjutnya, udara pengering bergerak mengikuti bentuk ruang menuju
saluran keluar (ducting outlet). Aliran udara pengering ini akan kontak
dengan permukaan produk dalam rak-rak pengering, sehingga menimbulkan
efek pengeringan pada padi.
ii
Gambar 3.2 Mekanisme prototipe alat pengering padi
Skema Alat Pengujian
Bentuk skema dari bagian-bagian prototipe alat pengering padi ini akan
ditampilkan berdasarkan pada gambar yang terlihat dibawah ini beserta
dengan penjelasan-penjelasan dari bagian alat pengering padi.
ii
Gambar 3.3 Skema komponen-komponen pada alat pengering padi
Keterangan :
1. Tungku Pembakaran 9. Thermostat Digital
2. Kipas Aksial 10. Dudukan Meja
3. Penyekat (Baffle) 11. Dinding Ruang Pengering
4. Selubung Bagian HE 12. Kipas Komputer
5. Cerobong 13. Sistem Kontrol
6. Kipas Pemanas 14. Rak Pengering
7. Pipa Penukar Kalor 15. Kabel Penghubung
8. Saluran Masuk (Ducting Inlet)
ii
3.4 Komponen - Komponen Alat Uji
1. Kipas aksial
Kipas ini digunakan untuk menekan fluida berupa udara yang berasal dari
lingkungan yang kemudian melewati bentuk ruang pemanas dimana udara
akan menjadi panas karena adanya kontak dengan permukaan pipa-pipa
panas lalu menuju ruang pengering dan keluar melewati rak – rak
pengering. Berikut gambar besrta spesifikasinya.
Gambar 3.4 Kipas aksial
Spesifikasi :
Merk : NMB
Model : 3115PS-12T-B20-A00
Diameter : 10 inchi
Speed : 2100 rpm
ii
Source : 230 Volt, 60 Hz
Current : 0.05
Power input : 5 watt
Tekanan : 24,5 Pa
2. Saluran masuk udara
Komponen Ini Digunakan Untuk Menjaga Aliran Udara Yang
Dihembuskan Oleh Kipas Bisa Tersalurkan Dengan Baik Dan Tidak
Terlalu Menyebar Ke Lingkungan Lalu Menuju Pemanas. Disain Antara
Luas Saluran Masuk Udara Dan Luas Saluran Keluar Udara Dibuat
Berbeda Dimana Luas Saluran Keluar Dibuat Lebih Kecil Daripada Luas
Saluran Masuk. Hal Ini Dimaksudkan Agar Kecepatan Udara Bertambah
Cepat Saat Melewati Luasan Tersebut.
Gambar 3.5 Saluran masuk udara
Spesifikasi :
ii
Panjang : 40 cm
Luas saluran masuk : 176,63 cm2
Luas saluran keluar : 100 cm2
3. Tungku pembakaran
Tungku pembakaran digunakan sebagai tempat proses pembakaran bahan
bakar yang kemudian akan menghasilkan energi panas, dimana panas
tersebut akan digunakan untuk memanaskan udara yang dihembuskan oleh
kipas aksial.
a). Tampak samping kiri b). Saluran udara
Gambar 3.6 Tungku pembakaran
4. Pemanas
ii
Pemanas digunakan untuk memanaskan udara lingkungan yang
dihembuskan dari kipas. Panas yang diserap oleh pemanas berasal dari
tungku pembakaran saat terjadinya proses pembakaran.
Gambar 3.7 Pemanas udara
Spesifikasi :
Model : shell and tube with one pass cross flow
Jumlah tube : 38 tube
Jumlah sekat : 4 tingkat
Diameter dalam tube : 1,65 cm
Diameter luar pipa : ¾ inchi
ii
Diameter shell : 8 inchi
Jarak pitch : 25,4 cm
Tinggi : 50 cm
5. Cerobong (stack)
Cerobong digunakan sebagai tempat saluran keluar udara pembakaran
yang kemudian akan dibuang kelingkungan. Jarak cerobong dari bangunan
lebih tinggi. Hal tersebut dimaksudkan agar udara dapat bergerak cepat
menuju lingkungan.
Gambar 3.8 Cerobong (stack)
Spesifikasi :
Diameter inlet : 25 cm
ii
Diameter outlet : 10 cm
Tinggi : 43 cm
6. Saluran masuk udara (Ducting inlet)
Komponen ini digunakan sebagai penghubung antara pemanas dengan
ruang pengering yang kemudian dilalui oleh udara panas. Komponen ini
berbentuk persegi empat dimana luasan outlet lebih kecil dari luasan inlet.
Gambar 3.8 Ducting inlet
Spesifikasi :
Panjang : 25 cm
ii
Luas inlet : 100 cm2
Luas outlet : 500 cm2
7. Rak pengering
Rak pengering digunakan sebagai alas padi pada saat proses pengeringan
berlangsung . rak tersebut memiliki panjang 37,5 cm lebar 50 cm dan
tinggi 2,3 cm.
Gambar 3.9 Rak pengering padi
8. Ruang Pengering
komponen ini berfungsi untuk ruang mengeringkan padi. Kapasitas yang
telah direncanakan adalah 10 kg dengan tempat alas rak padi sebanyak 4
tingkat. Pada dinding ruang pengering ini dilapisi oleh tiga bagian yang
ii
terdiri dari lapisan alumunium, glass woll, dan alumunium. Dimana dari
lapisan tersebut diharapkan dapat mengurangi kebocoran kalor (heat loss)
selama proses pengeringan.
Gambar 3.10 Ruang pengering padi
Spesifikasi :
Panjang : 50 cm
Lebar : 50 cm
Tinggi : 50 cm
Jumlah rak : 4 buah
Kapasitas : 10 kg
ii
Luas inlet : 100 cm2
Luas outlet : 500 cm2
3.5 Alat yang Digunakan
3.5.1 Alat Penunjang Pengoprasian
1. Transistors Inverter
Alat ini digunakan untuk merubah besarnya frekwensi (Hz) pada kipa axial
karena kecepatan udara yang dihembuskan oleh kipas terlalu besar, maka
besarnya kecepatan udara tersebut harus disesuaikan dengan merubah
besarnya frekwensi pada kipas axial sesuai perencanaan yang telah
ditentukan.
Gambar 3.10 Transistors Inverter
ii
Spesifikasi :
Merek Toshiba
Tipe VFS9-2007PM-WM
Source 3PH 200/230 V 50/60 Hz 6,7/5.8 A
Output 3PH 200/230 V 0,5/400 Hz 4,8 A-1,8 kVA
2. Thermostat digital
Pada percobaan ini terdapat thermostat digital yang berfungsi untuk
mengatur temperature udara pengering yang dihubungkan pada kipas
penyuplai udara pembakaran.
Gambar 3.11 Thermostat digital
Spesifikasi :
Merek Hanyoung Nux
Model RS6
Tegangan 200v a.c 60Hz
Daya 5 kv
ii
Suhu max. 80 0C
3. Kipas penyuplai udara pembakaran
Kipas ini digunakan untuk menyuplai udara pembakaran didalam tungku
dimana kipas tersebut terhubung dengan thermostat sehingga ketika suhu
pada ruang pengering kurang dari 45 0C kipas tersebut akan bergerak.
Gambar 3.12 Kipas angin
Spesifikasi :
Model HFN 650
Diamater 6 inchi
Tegangan 220V/50Hz
Daya 20 watt
4. Kabel listrik
ii
Untuk menghubungkan sumber arus listrik dari PLN menuju instalasi
pengujian perlu adanya kabel listrik sebagai penghubung aliran listrik.
Jenis kabel listrik yang digunakan yaitu Eterna NYM 3x4 mm2. Selain
digunakan untuk penghubung sumber listrik, kabel listrik ini digunakan
untuk penghubung antara thermostat digital dengan kipas penyuplai udara
pembakaran
Gambar 3.13 Kabel listrik
3.5.2 Alat Ukur Yang Digunakan
1. Thermometer
Dalam proses pengujian ini diperlukan yang namanya alat ukur
thermometer. Alat ukur semacam ini dipakai guna mengetahui nilai
temperature udara ruangan ketika pengujian dilakukan. Selain untuk
mengetahui nilai temperatur udara ruangan, alat ukur ini digunakan
untuk mengukur temperatur bola basah (Twb) dengan cara membalutkan
ii
kain basah pada bagian ujung bawah termostat dan temperatur bola
kering (Tdb) pada saluran masuk dan saluran keluar pemanas dan ruang
pengeringr. Thermometer yang digunakan adalah jenis thermometer air
raksa yang memiliki ketelitian 0 sd 100 oC Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini. .
Gambar 3.14 Thermometer air raksa
2. Thermokopel
Thermokopel yang digunakan adalah jenis TES 1306, Thermokopel
ini digunakan untuk megukur temperature gas buang melewati alat
penukar kalor , dimana alat ini memiliki ketelitian hingga 500oc
ii
Gambar 3.15 Thermometer TES 1306
3. Anemometer
Untuk mengukur seberapa besar kecepatan laju angin yang dihembuskan
Oleh fan dan blower, maka diperlukan alat ukur semacam ini. Alat ukur
ini berfungsi penting untuk mengetahui laju angin yang dilakukan oleh
kipas (fan) ketika menghembuskan fluida udara. Anemometer yang
digunakan adalah jenis Lutron Am 4202.
ii
Gambar 3.16 Anemometer jenis Lutron Am 4202
4. Stop Watch
Pada pengujian ini dibutuhkan alat pengukur waktu agar waktu yang
ditentukan bisa tercapai dengan tepat. Stop watch digunakan untuk
mengukur waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan selama
pengambilan data berlangsung dengan waktu yang ditentukan.
Gambar 3.17 Stop Watch
5. Timbangan digital
Timbangan digital digunakan untuk untuk mengukur massa benda. Alat
ini mempunyai tingkat ketelitian sampai 0,001 kg dan beban maksimal
massa 1000 kg sehingga akan memperkecil tingkat kesalahan pada saat
menimbang berat padi sebelum dan sesudah proses pengeringan.
ii
Gambar 3.18 Timbangan digital
3.6 Prosedur Pengujian
Pada proses penelitian yang dilakukan penulis dari pengujian ini
merupakan metode batch drying. Dimana pada pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui performance yang dihasilkan oleh alat pengering padi kapasitas 10 kg.
Dalam melakukan pengujian hal pertama yang dilakukan adalah memasang alat
uji serta menyiapkan dan memasang alat ukur sesuai pada titik-titik yang
ditentukan. Menyiapkan peralatan – peralatan pendukung untuk membantu proses
berjalannya pengujian sampai pengambilan data. Untuk memulai dalam
melakukan pengujian thermostat digital diatur pada suhu 450C yang dihubungkan
pada kipas pembakaran sehingga kipas akan berhenti ketika suhu disaluran masuk
ruang pengering melebihi suhu 450C dan kembali hidup ketika dibawah suhu
tersebut lalu sambungkan sistem control pada sumber listrik sehingga thermostat
dan kipas akan bekerja ketika menekan tombol “ON”.
ii
Pada proses pembakaran bahan bakar yang digunakan adalah tempurung
kelapa hal ini dipilih karena tempurung kelapa mempunyai nilai kalor cukup
tinggi dibandingkan dengan sampah biomassa lainnya. Bahan bakar tempurung
kelapa dimasukan sebanyak 0,3 kg kedalam tungku pembakaran lalu siram sedikit
dengan kerosein sebagai penyalaan awal setelah itu bakar tempurung kelapa dan
nyalakan thermostat digital,ketika suhu pada ruang pengering mencapai 450C
masukan rak padi yang telah terisi padi sebanyak 2,5 kg kedalam ruang pengering
dengan penambahan waktu 60 menit dimana setiap penambahan waktu padi
diganti dengan kadar air awal sampai kadar air padi mencapai (15-12) %. Setelah
itu catat perubahan yang terjadi pada suhu (Twb,Tdb), jumlah pemakaian bahan
bakar yang terpakai (mbb), suhu keluaran alat penukar kalor (Thout) dan kadar air
awal padi (Wpadi) masing-masing pada titik yang telah ditentukan sesuai gambar
3.19. Setelah waktu yang ditentukan habis maka, mencatat kembali perubahan –
perubahan yang terjadi pada suhu (Twb,Tdb), jumlah pemakaian bahan bakar
yang terpakai (mbb), suhu keluaran alat penukar kalor (Thout) dan kadar air akhir
padi (Wpadi) masing-masing pada titik yang telah ditentukan menggunakan alat
ukur yang telah terpasang. Setelah keluarkan padi dari ruang pengering lalu
timbang massa padi menggunakan timbangan digital dan selanjutnya lakukan
percobaan itu kembali dengan penambahan waktu 60 menit sampai kadar air
mencapai nilai tertentu.
3.7 Proses Pengambilan Data
ii
Disini akan dijelaskan untuk proses pengambilan data. Data diambil
langsung dengan cara melakukan eksperimen pada alat pengering padi. Sebelum
dilakukannya proses pengambilan data terlebih dahulu memasangkan alat ukur
sesuai yang telah disebutkan pada sub bab 3.5.2.
3.7.1 Skema Pemasangan Alat Ukur
Pemasangan alat ukur ditempatkan sesuai variabel yang telah ditentukan
yaitu temperature bola kering (Tdb), temperatur bola basah (Twb), temperature
gas pembuangan pada cerobong serta kecepatan udara yang berasal dari kipas
aksial. Untuk lebih jelasnya mengenai pemasangan letak alat ukur akan
ditampilkan pada gambar 3.19.
Gambar 3.19 Skema pemasangan alat ukur pada alat pengujian
ii
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur suhu yang terjadi pada
rangkaian alat uji serta serta kecepatan udara yang melewati alat penukar
kalor sampai menuju saluran keluar ruang pengering.
yaitu :
a. Temperatur lingkungan bola kering dan bola basah (Tdb,Twb)
Data yang diambil pada titik tersebut adalah temperature bola basah dan
bola kering dengan menggunakan alat ukur termometer yang dibalut
dengan kain basah untuk temperature bola basah dan thermometer tanpa
balutan kain basah untuk temperature bola kering.
b. Temperature gas buang pembakaran (T4)
Data yang diambil pada titik tersebut adalah temperature gas buang hasil
pembakaran dari dalam tungku pembakaran kemudian melintas alat
penukar kalor dan keluar melalui cerobong ( stack). Data tersebut diukur
menggunakan alat ukur thermometer TES.
3.7.2 Data Kondisi Awal Pada Alat Dan Padi
Berikut ini akan dijelaskan proses uraian pengambilan data, dimana sebelum
dilakukan pengujian terlebih dahulu mengetahui data kondisi awal alat beroprasi
meliputi suhu dan kecepatan udara kipas sedangkan pada padi meliputi berat dan
kadar air. Hal ini dilakukan sebagai tolak ukur untuk mengetahui perubahan yang
ii
terjadi sebelum dan sesudah proses pengujian. Data tersebut akan ditampilkan
pada tabel dibawah ini.
Data kondisi pada saat mulai operasi
Data teknis untuk alat :
Kecepatan udara kipas axial 2,65 m/s (direncanakan)
Suhu masuk ruang pengering (db) 45 0C (direncanakan)
Kapasitas padi 10 kg (direncanakan)
Jumlah rak pengering 4 buah (direncanakan)
Data teknis untuk padi :
Padi jenis IR64
Berat awal padi tiap rak 2,5 kg (direncanakan)
Kadar air awal basis kering 24,4%
Massa jenis padi 579 kg/m3
Tabel 3.1 Data kondisi awal padi sebelum pengujian
Pengukuran SatuanKondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
ii
Suhu masuk 45 0C Gabah masuk ruang pengering
Wpadi awal Kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Mpadi awal (%) 24,4 24,4 24,4 24,4
Wpadi akhir Kg - - - -
Mpadi akhir (%) - - - -
3.7.3 Data Kondisi Akhir Pada Padi
Berdasarkan hasil pengujian didapat hasil akhir pada proses pengeringan
padi untuk tiap jamnya yaitu ( 60, 120, 180, 240) menit. Data tersebut meliputi
perubahan massa pada padi dan kadar air.
Table 3.2 Data hasil pengujian dengan waktu pengeringan 60 menit
Pengukuran SatuanKondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
Suhu masuk 45 0C Padi masuk ruang pengering
Mpadi awal kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Wpadi awal % 24,4 24,4 24,4 24,4
Mpadi akhir kg 2,41 2,42 2,42 2,43
Wpadi akhir % - - - -
ii
Table 3.3 Data hasil pengujian dengan waktu pengeringan 120 menit
Pengukuran SatuanKondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
Suhu masuk 45 0C Padi masuk ruang pengering
Mpadi awal kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Wpadi awal % 24,4 24,4 24,4 24,4
Mpadi akhir kg 2,39 2,40 2,40 2,41
Wpadi akhir % - - - -
Table 3.4 Data hasil pengujian dengan waktu pengeringan 180 menit
Pengukuran SatuanKondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
Suhu masuk 45 0C Padi masuk ruang pengering
Mpadi awal Kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Wpadi awal % 24,4 24,4 24,4 24,4
Mpadi akhir kg 2,33 2,34 2,34 2,34
Wpadi akhir % - - - -
Table 3.5 Data hasil pengujian dengan waktu pengeringan 240 menit
ii
Pengukuran SatuanKondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
Suhu masuk 45 0C Padi masuk ruang pengering
Mpadi awal kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Wpadi awal % 24,4 24,4 24,4 24,4
Mpadi akhir kg 2,29 2,3 2,3 2,31
Wpadi akhir % - - - -
3.7.4 Nilai Kadar Air Akhir
Penentuan nilai kadar air untuk padi setelah proses pengujian
dilakukan dengan menggunakan persamaan :
MCdb = massaair
massabahankering……………………………………….(2.2)
Dimana :
MCdb = kadar air awal basis kering (%)
3.7.5 Data Kondisi Operasi Pada Alat
ii
Data pengujian diambil sebelum beroperasi t = 0 menit hingga waktu yang
telah dicapai t = 60;120;180; dan 240 menit dengan titik-titik pengambilan data
seperti pada gambar 3.19
Table 3.6 Data hasil pengujian dengan keseluruhan waktu pengeringan
Pengukura
nSatuan
Waktu pengeringan (menit)
I II III IV
0 60 0 120 0 180 0 240
T1
0C
31 32 33 35 33 32 31 33
T2 45 46 45 43 45 44 45 43
T3 38 39 42 40 39 40 38 38
T4 69,3 71,3 65,1 52,2 56,7 61,2 70,2 64,1
Twb1 29 30 30 31 30 31 27 28
Twb2 33 33 35 32 34 33 32 32
Twb3 31 31 31 31 31 30 30 29
mbb terpakai Kg 0,3 0,2 0,3 0,4 0,3 1,15 0,3 1,5
3.7.6 Nilai Kalor Pengeringan Padi
Q = kalor sensibel + kalor laten
Q = m . cp . ∆T (kalor sensibel)
Q = ṁevap . hfg (kalor laten)
Sehingga didapat,
ii
Q = mpadi kering. cppadi kering. (Takhir – Tawal) + ṁair . cpair. (Takhir –Tawal) + ṁevaporasi.
hfg
Dimana :
Qtot : Kalor total (kJ)
ṁair : Massa air padi (kg)
Cpair : Panas jenis air (kJ/kg.K)
ΔTair : Beda temperature air (K)
mpadi kering : Massa padi kering (kg)
Cppadi kering : Panas jenis padi kering (kJ/kg.K)
ΔTpadi kering : Beda temperature padi kering (K)
ṁevaporasi : Massa air yang diuapkan (kg)
hfg : Entalpi penguapan (kJ/kg)
3.7.7 Efisiensi Pengeringan
FR¿Qtot
ṁbb . LHV
ii
Dimana :
Qtot : Kalor total (kJ)
ṁbb : Massa bahan bakar terpakai (kg)
LHV : Nilai kalor rendah bahan bakar (kJ/k)
ii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Setelah melakukan pengujian,maka akan didapatkan data-data yang akan
dianalisa lebih lanjut. Data yang didapat setelah melakukan pengujian berdasarkan
variable-variabel yang telah ditentukan diantaranya perubahan temperatur yang
terjadi pada saat proses pengeringan, massa evaporasi pada kandungan air didalam
padi, jumlah bahan bakar yang habis digunakan serta waktu yang dibutuhkan
selama proses pengeringan sampai kandungan kadar air mencapai nilai tertentu.
Data tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai kalor total serta nilai
efisiensi pengeringan pada alat pengering. Data pengujian yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
4.1.1 Data Awal dan Akhir Pengujian
Data kondisi padi awal dan akhir proses pengeringan meliputi berat dan
kadar air padi
ii
Table 4.1 Data hasil pengujian dengan waktu pengeringan 60 menit
Pengukuran SatuanKondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
Mpadi awal kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Wpadi awal % 24,4 24,4 24,4 24,4
Mpadi akhir kg 2,41 2,42 2,42 2,43
Wpadi akhir % 19,9 20,4 20,4 20,9
Table 4.2 Data hasil pengujian dengan waktu pengeringan 120 menit
Pengukuran SatuanKondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
Mpadi awal kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Wpadi awal % 24,4 24,4 24,4 24,4
Mpadi akhir kg 2,39 2,40 2,40 2,41
Wpadi akhir % 18,9 19,4 19,4 19,9
Table 4.3 Data hasil pengujian dengan waktu pengeringan 180 menit
Pengukuran SatuanKondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
Mpadi awal Kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Wpadi awal % 24,4 24,4 24,4 24,4
ii
Mpadi akhir kg 2,33 2,34 2,34 2,34
Wpadi akhir % 15,4 16,4 16,4 16,4
Pada hasil pengujian yang ditunjukan tabel 4.4 dengan waktu 240 menit
setelah dilakukan perhitungan nilai kadar air padi telah mencapai (15 - 14)% .
Kondisi pada tiap rak mengalami perubahan penurunan berat yang berbeda-beda
untuk rak 1 = 0,21; rak 2 = 0,2; rak 3 = 0,2; dan rak 4 = 0,19 Hal ini menunjukan
bahwa kadar air telah mencapai batas yang ditentukan dengan waktu proses
pengeringan selama 240 menit.
Table 4.4 Data hasil pengujian dengan waktu pengeringan 240 menit
Pengukuran Satuan
Kondisi Rak
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4
Mpadi awal kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Wpadi awal % 24,4 24,4 24,4 24,4
Mpadi akhir kg 2,29 2,3 2,3 2,31
Wpadi akhir % 13,95 14,4506 14,45 14,95
4.1.2 Data Pengujian Alat
ii
Data kondisi pengujian alat pengering padi ketika beroprasi dengan
kecepatan udara kipas axial konstan 2,65 m/s. Data pengujian diambil sebelum
beroperasi t = 0 menit hingga waktu yang telah dicapai t = 60;120;180; dan 240
menit dengan titik-titik pengambilan data seperti pada gambar 3.3
Tabel 4.5 Data hasil pengujian kondisi alat pada saat beroprasi dengan
waktu keseluruhan
Pengukuran Satuan
Waktu pengeringan (menit)
I II III IV
0 60 0 120 0 180 0 240
T1
0C
31 32 33 35 33 32 31 33
T2 45 46 45 43 45 44 45 43
T3 38 39 42 40 39 40 38 38
T4 69,3 71,3 65,1 52,2 56,7 61,2 70,2 64,1
Twb1 29 30 30 31 30 31 27 28
Twb2 33 33 35 32 34 33 32 32
Twb3 31 31 31 31 31 30 30 29
mbb terpakai Kg 0,3 0,2 0,3 0,4 0,3 1,15 0,3 1,5
Keterangan :
T1= Temperatur udara masuk heat exchanger
T2 = Temperatur udara keluar heat exchanger
T3 = Temperatur udara keluar ruang pengering
ii
T4 = Temperatur gas buang
Twb1 = Temperatur bola basah masuk heat exchanger
Twb2 = Temperatur bola basah keluarheat exchanger
Twb3 = Temperatur bola basah keluar ruang pengering
mbb= massa bahan bakar
4.2 Perhitungan Data Pengujian
4.2.1 Perhitungan Mencari Nilai Kadar Air Akhir
Perhitungan ini hanya dijadikan sebagai contoh saja dimana data yang
diambil dari tabel 4.4 hanya untuk kondisi rak 1.
Penentuan nilai kadar air untuk padi setelah proses pengujian dilakukan dengan
cara :
1. Mencari massa padi tanpa kadar air
MCdb1=massa padiawal−massa padi tanpakadar airmassa padi tanpakadar air
Dimana :
MCdb1 = kadar air awal basis kering (%)
Diketahui :
ii
MCdb1=¿24,4% →0,244
Massa padi awal = 2,5 kg
Maka,
0,244=2,5−massa padi tanpakadar airmasaa padi tanpakadar air
0,244= 2,5massa padi tanpa kadar air
−1
Massa padi tanpakadar air= 2,5(0,244+1 )
¿2,0096kg
2. Mencari kadar air padi setelah pengujian
MCdb2=massa padiakhir−massa padi tanpakadar airmassa padi tanpa kadar air
Dimana :
MCdb2 = kadar air akhir basis kering (%)
Diketahui :
Massa padi akhir = 2,29 kg
ii
Massa padi tanpakadar air=2,0096 kg
Maka,
MCdb2=2,29−2,00962,0096
x 100 %
MCdb2=13 ,953 %
Berdasarkan perhitungan diatas, maka nilai kadar air pada masing-masing
pengujian adalah
Tabel 4.6 Nilai kadar air (W) akhir padi
RakWaktu (menit)
60 120 180 240
rak 1 19,92 18,93 15,94 13,95
rak 2 20,42 19,43 16,44 14,45
rak 3 20,42 19,43 16,44 14,45
rak 4 20,92 19,92 16,44 14,95
4.2.2 Perhitungan Nilai Kalor Pengeringan Padi
Q = m . cp . ∆T + ṁevap. hfg
ii
= mpadi kering tanpa kadar air. cppadi kering. (Takhir – Tawal) + ṁair . cpair. (Takhir –Tawal)
+ ṁevaporasi. hfg
Dimana :
Qtot : Kalor total (kJ)
ṁair : Massa air padi (kg)
Cpair : Panas jenis air (kJ/kg.K)
ΔTair : Beda temperature air (K)
mpadi kering : Massa padi kering (kg)
Cppadi kering : Panas jenis padi kering (kJ/kg.K)
ΔTpadi kering : Beda temperature padi kering (K)
ṁevaporasi : Massa air yang diuapkan (kg)
hfg : Entalpi penguapan (kJ/kg)
Pada rak 1 dengan waktu 240 menit
Diketahui :
mpadi kering : 2,29 kg
ii
Mencari nilai ṁair
ṁair =ṁpadi awal −¿ṁpadi tanpa kadar air
diketahui :
ṁpadi awal = 2,5 kg
ṁpadi tanpa kadar air = 2,0096 kg
maka,
ṁair = (2,5 –2,0096)kg
= 0,4904 kg
Mencari nilai ṁevaporasi
ṁevaporasi = ṁairawal - ṁairakhir
diketahui :
ṁairawal = 0,4904 kg
ṁair akhir =ṁpadi kering– ṁpadi tanpa kadar air
= (2,29 – 2,0096) kg
= 0,2804 kg
Maka,
ṁevaporasi = (0,4904 −¿ 0,2804)kg
= 0,21 kg
ii
Penentuan nilai temperature untuk mencari nilai hfg
Nilai didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata temperatur
masuk dan temperature keluar ruang pengering
Diketahui data dari tabel 4.5 sbb :
Pengukuran SatuanWaktu Pengeringan (Menit)
0 240
T20C
45 43
T3 38 38
T0c = T rata−rata2+T rata−rata3
2
= 45+43
2 + 38+38
2
2
= 410C
Mencari nilai ΔTair
Nilai ΔTair didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata temperature
keluar ruang pengering dikurangi rata-rata temperatur padi kondisi awal.
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
ii
Pengukuran SatuanWaktu Pengeringan (Menit)
0 240
Tpadi awal0C
33 33
T3 38 38
ΔTpadi kering = (Trata-rata akhir – Trata-rataawal)
= 38+38
2−33+33
2
= 50C →5 K
Mencari nilai hfg
Nilai hfg dilihat berdasarkan temperatur 410C. Namun karena nilai
temperatur pada tabel tidak ada untuk itu dilakukan perhitungan dengan
cara interpolasi data yang ada pada tabel properties of saturated water
[Heat and Mass Transfer, Yunus A.Cengel ] sebagai berikut :
Tabel 4.7 Data interpolasi entalpi penguapan
Temp. 0C hfg, kJ/kg
40 2407
41 x
ii
45 2395
Mencari nilai x :
41−4045−40
= x−24072395−2407
15= x−2407
−12
−12=5 x−12035
x = 2404,6 kJ/kg
Mencari nilai cppadi
Nilai cp untuk padi didapat dari tabel Specific Heat of the Dry Mass of
Agricultural Seeds [ handbook of industrial drying, Digvir S. Jayas and Stefan
Cenkowski].
Tabel 4.8 nilai cp untuk berbagai jenis bijian
Mencari nilai cpair
Untuk mencari nilai cp dilakukan cara perhitungan interpolasi dari tabel
properties of saturated water [Heat and Mass Transfer, Yunus A.Cengel ]
ii
Tabel 4.9 Data interpolasi panas jenis
Temp. 0C cp, J/kg.0K
40 4179
41 x
45 4180
Mencari nilai x :
41−4045−40
= x−41794180−4179
15= x−4179
1
1=5 x−20895
x = 4179,2 J/kg.K→ 4,1792 kJ/kg.K
Mencari nilai ΔTpadi kering
Nilai ΔTpadi kering didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata
temperature keluar ruang pengering dikurangi rata-rata temperatur padi
kondisi awal.
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
ii
Pengukuran SatuanWaktu pengeringan
(menit)
IV0 240
Tpadi awal0C
33 33T3 38 38
ΔTpadi kering = (Trata-rata akhir – Trata-rata awal)
= 38+38
2−33+33
2
= 50C 50K
Jadi nilai kalor pengeringan padi adalah :
Q = mpadi kering. cppadi kering. (Takhir – Tawal) + air . cpair . (Takhir – Tawal) + ṁevaporasi. hfg
(2,0096 kg . 1,637 kJ/kg.0K . 50K) + (0,4904 kg . 4,1792 kJ/kg.0K . 50K) + (0,21 kg . 2404,6 kJ/kg)
16,4486 kJ + 10,2474 kJ + 504,966 kJ
531,662 kJ
Pada rak 2 dengan waktu 240 menit
Diketahui :
mpadi kering : 2,3 kg
Cppadi kering : 1637 J/kg.K 1,637 kJ/kg.K
ṁair = ṁpadi awal ṁpadi tanpa kadar air
= (2,5 –2,0096)kg
= 0,4904 kg
Mencari nilai ṁevaporasi
ii
ṁevaporasi = ṁair awal - ṁair akhir
diketahui : ṁair awal = 0,4904 kgṁair akhir =ṁpadi kering – ṁpadi tanpa kadar air
= (2,3 – 2,0096) kg = 0,2904 kg
Maka :
ṁevaporasi = (0,4904 0,2904) kg = 0,2 kg
Penentuan nilai temperature untuk mencari nilai hfg
Nilai didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata temperatur
masuk dan temperature keluar ruang pengering
Diketahui data dari tabel 4.5 sbb :
Pengukuran SatuanWaktu Pengeringan (Menit)
0 240
T20c
45 43
T3 38 38
T0C = T rata−rata2+T rata−rata3
2
= 45+43
2 + 38+38
2
2
= 410C
Mencari nilai hfg
ii
Nilai hfg dilihat berdasarkan temperatur 41 0C. Namun karena nilai
temperatur pada tabel tidak ada untuk itu dilakukan perhitungan dengan
cara interpolasi data yang ada pada tabel properties of saturated water [ ]
sebagai berikut :
Tabel 4.10 Data interpolasi entalpi penguapan
Temp. 0C hfg, kJ/kg
40 2407
41 x
45 2395
Mencari nilai x :
41−4045−40
= x−24072395−2407
15= x−2407
−12
−12=5 x−12035
x = 2404,6 kJ/kg
Mencari nilai cppadi
Nilai cp untuk padi didapat dari tabel Specific Heat of the Dry Mass of
Agricultural Seeds [ handbook of industrial drying, Digvir S. Jayas and Stefan
Cenkowski].
ii
Tabel 4.11 nilai cp untuk berbagai jenis bijian
Mencari nilai cpair
Untuk mencari nilai cp dilakukan cara perhitungan interpolasi dari
tabel properties of saturated water [Heat and Mass Transfer, Yunus
A.Cengel]
Tabel 4.12 Data interpolasi panas jenis
Temp. 0C cp, J/kg.K
40 4179
41 x
45 4180
Mencari nilai x :
41−4045−40
= x−41794180−4179
ii
15= x−4179
1
1=5 x−20895
x = 4179,2 J/kg.K 4,1792 kJ/kg.K
Mencari nilai ΔTair
Nilai ΔTair didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata
temperature keluar ruang pengering dikurangi rata-rata temperatur padi
kondisi awal.
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
Pengukuran Satuan
Waktu (menit)
IV
0 240
Tpadi awal0C
33 33
T3 38 38
ΔTpadi kering = (Trata-rata akhir – Trata-rata awal)
= 38+382
33+332
= 50C 5 K
Mencari nilai ΔTpadi kering
ii
Nilai ΔTpadi kering didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata
temperature keluar ruang pengering dikurangi rata-rata temperatur padi
kondisi awal.
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
PengukuranSatua
n
Waktu (menit)
IV
0 240
Tpadi awal0C
33 33
T3 38 38
ΔTpadi kering = (Trata-rata akhir – Trata-rata awal)
= 38+382
33+33
2
= 50C 5 K
Jadi nilai kalor pengeringan padi adalah :
Q = mpadi kering tanpa kadar air . cppadi kering . (Takhir – Tawal) + air . cpair . (Takhir – Tawal) + ṁevaporasi . hfg
(2,0096 kg . 1,637 kJ/kg.K . 5 K) + (0,4904 kg . 4,1792 kJ/kg.K . 5 K) + (0,2 kg . 2404,6 kJ/kg)
16,4486 kJ + 10,2474 kJ + 480,92 kJ
507,616 kJ
ii
Pada rak 3 dengan waktu 240 menit
Diketahui :
mpadi kering : 2,3 kg
Cppadi kering : 1637 J/kg.K 1,637 kJ/kg.K
ṁair = ṁpadi awal ṁpadi tanpa kadar air
= (2,5 –2,0096)kg
= 0,4904 kg
Mencari nilai ṁevaporasi
ṁevaporasi = ṁair awal - ṁair akhir
diketahui :
ṁair awal = 0,4904 kgṁair akhir =ṁpadi kering – ṁpadi tanpa kadar air
= (2,3 – 2,0096) kg = 0,2904 kg
Maka :
ṁevaporasi = (0,4904 0,2904) kg = 0,2 kg
Penentuan nilai temperature untuk mencari nilai hfg
Nilai didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata temperatur
masuk dan temperature keluar ruang pengering
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
Pengukuran Satuan Waktu (menit)
ii
IV
0 240
T20C
45 43
T3 38 38
T0c = T rata−rata2+T rata−rata3
2
= 45+43
2 + 38+38
2
2
= 410C
Mencari nilai hfg
Nilai hfg dilihat berdasarkan temperatur 410C. Namun karena nilai
temperatur pada tabel tidak ada untuk itu dilakukan perhitungan dengan
cara interpolasi data yang ada pada tabel properties of saturated water [ ]
sebagai berikut :
Tabel 4.13 Data interpolasi entalpi penguapan
Temp. 0C hfg, kJ/kg
40 2407
41 x
45 2395
ii
Mencari nilai x :
41−4045−40
= x−24072395−2407
15= x−2407
−12
−12=5 x−12035
x = 2404,6 kJ/kg
Mencari nilai cpair
Untuk mencari nilai cp dilakukan cara perhitungan interpolasi dari
tabel properties of saturated water [ ]
Tabel 4.14 Data interpolasi panas jenis
Temp. 0C cp, J/kg.K
40 4179
41 x
45 4180
Mencari nilai x :
41−4045−40
= x−41794180−4179
15= x−4179
1
1=5 x−20895
x = 4179,2 J/kg.K 4,1792 kJ/kg.K
ii
Mencari nilai ΔTair
Nilai ΔTair didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata
temperature keluar ruang pengering dikurangi rata-rata temperatur padi
kondisi awal.
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
PengukuranSatua
n
Waktu (menit)
IV
0 240
Tpadi awal0C
33 33
T3 38 38
ΔTpadi kering = (Trata-rata akhir – Trata-rata awal)
= 38+382
33+33
2
= 50C 5 K
Mencari nilai ΔTpadi kering
Nilai ΔTpadi kering didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata
temperature keluar ruang pengering dikurangi rata-rata temperatur padi
kondisi awal.
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
ii
PengukuranSatua
n
Waktu (menit)
IV
0 240
Tpadi awal0C
33 33
T3 38 38
ΔTpadi kering = (Trata-rata akhir – Trata-rata awal)
= 38+382
33+33
2
= 50C 5 K
Jadi nilai kalor pengeringan padi adalah :
Q = mpadi kering tanpa kadar air . cppadi kering . (Takhir – Tawal) + air . cpair . (Takhir – Tawal) + ṁevaporasi . hfg
(2,0096 kg . 1,637 kJ/kg.K . 5 K) + (0,4904 kg . 4,1792 kJ/kg.K . 5 K) + (0,2 kg . 2404,6 kJ/kg)
16,4486 kJ + 10,2474 kJ + 480,92 kJ
507,616 kJ
Pada rak 4 dengan waktu 240 menit
Diketahui :
mpadi kering : 2,31 kg
ii
Cppadi kering : 1637 J/kg.K 1,637 kJ/kg.K
ṁair = ṁpadi awal ṁpadi tanpa kadar air
= (2,5 –2,0096) kg
= 0,4904 kg
Mencari nilai ṁevaporasi
ṁevaporasi = ṁair awal - ṁair akhir
diketahui :
ṁair awal = 0,4904 kg
ṁair akhir =ṁpadi kering – ṁpadi tanpa kadar air
= (2,31 – 2,0096) kg
= 0,3004 kg
Maka :
ṁevaporasi = (0,4904 0,2904) kg
= 0,19 kg
Penentuan nilai temperature untuk mencari nilai hfg
Nilai didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata temperatur
masuk dan temperature keluar ruang pengering.
Diketahui data dari tabel 4.5 sbb :
ii
Pengukuran SatuanWaktu Pengeringan (Menit)
0 240
T20C
45 43
T3 38 38
T0c = T rata−rata2+T rata−rata3
2
= 45+43
2 + 38+38
2
2
= 410C
Mencari nilai hfg
Nilai hfg dilihat berdasarkan temperatur 410C. Namun karena nilai
temperatur pada tabel tidak ada untuk itu dilakukan perhitungan dengan
cara interpolasi data yang ada pada tabel properties of saturated water
[Heat and Mass Transfer, Yunus A.Cengel ] sebagai berikut :
Tabel 4.15 Data interpolasi entalpi penguapan
Temp. 0C hfg, kJ/kg
40 2407
41 x
45 2395
ii
Mencari nilai x :
41−4045−40
= x−24072395−2407
15= x−2407
−12
−12=5 x−12035
x = 2404,6 kJ/kg
Mencari nilai cppadi
Nilai cp untuk padi didapat dari tabel Specific Heat of the Dry Mass of
Agricultural Seeds [ handbook of industrial drying, Digvir S. Jayas and Stefan
Cenkowski].
Tabel 4.16 nilai cp untuk berbagai jenis bijian
Mencari nilai cpair
Untuk mencari nilai cp dilakukan cara perhitungan interpolasi dari
tabel properties of saturated water [ ]
ii
Tabel 4.17 Data interpolasi panas jenis
Temp. 0C cp, J/kg.0K
40 4179
41 x
45 4180
Mencari nilai x :
41−4045−40
= x−41794180−4179
15= x−4179
1
1=5 x−20895
x = 4179,2 J/kg.K 4,1792 kJ/kg.K
Mencari nilai ΔTair
Nilai ΔTair didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata
temperature keluar ruang pengering dikurangi rata-rata temperatur padi
kondisi awal.
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
Pengukuran SatuanWaktu Pengeringan (Menit)
0 240
Tpadi awal0c 33 33
ii
T3 38 38
ΔTpadi kering = (Trata-rata akhir – Trata-rata awal)
= 38+38
2 33+33
2
= 50C 5 K
Mencari nilai ΔTpadi kering
Nilai ΔTpadi kering didapat dari tabel berdasarkan kondisi rata-rata
temperature keluar ruang pengering dikurangi rata-rata temperatur padi
kondisi awal.
Diketahui data dari tabel 4.5 sebagai berikut :
PengukuranSatua
n
Waktu (menit)
IV
0 240
Tpadi awal0C
33 33
T3 38 38
ΔTpadi kering = (Trata-rata akhir – Trata-rata awal)
ii
= 38+382
33+33
2
= 50C 5 K
Jadi nilai kalor pengeringan padi adalah :
Q = mpadi kering tanpa kadar air . cppadi kering . (Takhir – Tawal) + air . cpair . (Takhir –
Tawal) + ṁevaporasi . hfg
(2,0096 kg . 1,637 kJ/kg.K . 5 K) + (0,4904 kg . 4,1792
kJ/kg.K . 5 K) + (0,19 kg . 2404,6 kJ/kg)
16,4486 kJ + 10,2474 kJ + 456,874kJ
483,57 kJ
Berdasarkan perhitungan diatas, maka hasil perhitungan dari semua
variabel yang diperoleh pada tiap rak dan waktu adalah sebagai berikut :
Tabel 4.18 Hasil perhitungan semua variabel yang didapat dengan
waktu 60 menit
Cp padi = 1,637 kJ/kg.K, Cp air = 4,1794 kJ/kg.K
Rakmp1
(kg)mp2
(kg)Wp1 (%)
Wp2 (%)
Penguapan (kg)
padi₸ (0C)
hfg
(kJ/kg)Q (kJ)
ii
1 2,5 2,41 24,4 19,9 0,09 6,5 2402,2 250,9034
2 2,5 2,42 24,4 20,4 0,08 6,5 2402,2 226,8814
3 2,5 2,42 24,4 20,4 0,08 6,5 2402,2 226,8814
4 2,5 2,43 24,4 20,9 0,07 6,5 2402,2 202,8594
Tabel 4.19 Hasil perhitungan semua variabel yang didapat dengan waktu 120 menit
Cp padi = 1,637 kJ/kg.K, Cp air = 4,1795 kJ/kg.K
Rakmp1
(kg)mp2
(kg)Wp1 (%)
Wp2 (%)
Penguapan (kg)
padi₸ (0C)
hfg
(kJ/kg)Q (kJ)
1 2,5 2,39 24,4 18,9 0,11 7 2401 301,4854
2 2,5 2,4 24,4 19,4 0,1 7 2401 277,4754
3 2,5 2,4 24,4 19,4 0,1 7 2401 277,4754
4 2,5 2,41 24,4 19,9 0,09 7 2401 253,4654
Tabel 4.20 Hasil perhitungan semua variabel yang didapat dengan waktu 180 menit
Cp padi = 1,637 kJ/kg.K, Cp air = 4,1794 kJ/kg.K
Rakmp1
(kg)mp2
(kg)Wp1 (%)
Wp2 (%)
Penguapan (kg)
padi₸ (0C)
hfg
(kJ/kg)Q (kJ)
1 2,5 2,33 24,4 15,9 0,17 5,5 2402,2 437,7401
2 2,5 2,34 24,4 16,4 0,16 5,5 2402,2 413,7181
3 2,5 2,34 24,4 16,4 0,16 5,5 2402,2 413,7181
4 2,5 2,34 24,4 16,4 0,16 5,5 2402,2 413,7181
ii
Tabel 4.21 Hasil perhitungan semua variabel yang didapat dengan waktu 240 menit
Cp padi = 1,637 kJ/kg.K, Cp air = 4,1792 kJ/kg.K
Rakmp1
(kg)mp2
(kg)Wp1 (%)
Wp2 (%)
Penguapan (kg)
padi₸ (0C)
hfg
(kJ/kg)Q (kJ)
1 2,5 2,29 24,4 14,0 0,21 5 2404,6 531,662
2 2,5 2,3 24,4 14,5 0,2 5 2404,6 507,616
3 2,5 2,3 24,4 14,5 0,2 5 2404,6 507,616
4 2,5 2,31 24,4 14,9 0,19 5 2404,6 483,57
4.2.3 Rasio Pemanfaatan Panas Pada Pengering
FR¿Qtot
ṁbb . LHV
Dimana :
Qtot : Kalor total (kJ)
ṁbb : Massa bahan bakar terpakai (kg)
LHV : Nilai kalor rendah bahan bakar (kJ/kg)
Mencari nilai kalor total (Qtot)
Qtot = Q1 + Q2 + Q3 + Q4
ii
Diketahui :
Q1 = 531,662 kJ
Q2 = 507,616 kJ
Q3 = 507,616 kJ
Q4 = 483,57 kJ
Sehingga nilai kalor total pengeringan padi adalah :
Qtot = Q1 + Q2 + Q3 + Q4
= (531,662 + 507,616 +507,616 + 483,57) kJ
= 2030,464 kJ
ṁbb terpakai
Diketahui data pada tabel 4.5 :
ṁbb terpakai = 1,8 kg
Mencari nilai LHV (Low Heating Value)
Untuk mencari nilai Low Heating Value (LHV) tidaki perlu dilakukan
perhitungan menggunakan persamaan dulong untuk mencari nilai LHV, sebab
data sudah didapatkan dari jurnal teknik mesin, fakultas teknologi industri, Institut
Teknologi Sepuluh November.
ii
Tabel 4.22 Hasil pengujian proximate ultimate dan lower heating value
(LHV) tempurung kelapa (lailun najib, Sudjud darsopuspito)
Diketahui data pada tabel 4.22 :
LHV = 20890 kJ/kg
Sehingga nilai rasio pemanfaatan panas pada pengering padi untuk waktu
pengeringan 240 menit adalah :
FR¿Qtot
ṁbb . LHV x 100%
¿ 2030,464 kJ1,8kg .20890kJ /kg x 100%
= 5,4%
ii
Berdasarkan perhitungan diatas, maka nilai rasio pemanfaatan panas pada
pengeringan padi untuk masing-masing waktu pengeringan akan ditampilkan pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.23 nilai efisiensi proses pengeringan yang diperoleh
LHV= 20890 kJ/kg
Waktu (menit) Qtot (kJ) mbb (kg) FR (%)
60 907,526 0,5 8,86
120 1109,902 0,7 7,5
180 1678,894 1,45 5,5
240 2030,464 1,8 5,43
4.3 Analisa grafik pengujian dan hasil perhitungan
4.3.1 Analisa pengaruh durasi waktu pengeringan (t) terhadap kadar air
padi (W)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6 diatas, maka dapat
ditentukan grafik yang saling berpengaruh antara durasi waktu pengeringan
terhadap nilai kadar air padi sehingga dapat digambarkan.
ii
60 120 180 2401213141516171819202122
Rak 1Rak 2Rak 3Rak 4
Waktu pengeringan (menit)
Kada
r air
(%)
Gambar 4.1 Perbandingan antara durasi waktu pengeringan dengan nilai kadar iar
padi
Berdasarkan grafik yang ditampilkan pada gambar 4.1 nilai kadar air padi
mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu proses pengeringan
padi. Hal tersebut terjadi karena seiring bertambahnya waktu proses pengeringan,
maka jumlah kalor yang diterima oleh padi pada tiap-tiap rak akan semakin besar.
Penurunan nilai kadar air padi terendah terjadi pada rak 1 dengan durasi waktu
pengeringan 240 menit dengan nilai 13,95%. Hal tersebut terjadi karena posisi
pada rak 1 lebih dahulu menerima penyerapan kalor lebih besar dibandingkan rak
lainnya yaitu sebesar 533,957 kJ.
4.3.2 Analisa pengaruh durasi waktu pengeringan (t) terhadap nilai rasio
pengeringan padi (FR)
ii
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.13 diatas, maka dapat
ditentukan grafik yang saling berpengaruh antara durasi waktu pengeringan
terhadap nilai kadar air padi sehingga dapat digambarkan pada grafik dibawah
ini.
60 120 180 2404
4.55
5.56
6.57
7.58
8.59 8.6
7.5
5.55.4
Waktu (menit)
η p
enge
ring
an (
%)
Gambar 4.2 Grafik nilai efisiensi pada tiap waktu pengeringan
Dari grafik yang ditampilkan pada gambar 4.2 terlihat adanya perbedaan
nilai efisiensi pada setiap waktu pengeringan. Nilai efisiensi tertinggi terdapat
pada durasi waktu pengeringan 60 menit sedangkan nilai efisiensi terendah
terdapat pada durasi waktu pengeringan 240 menit. Faktor yang mempengaruhi
nilai efisiensi adalah jumlah total kalor yang diserap pada tiap waktu serta
banyaknya pemakaian bahan bakar. Pada waktu proses pengeringan 240 menit
jumlah pemakaian bahan bakar paling banyak digunakan yaitu 1,8 kg hal ini juga
akan berpengaruh terhadap jumlah kalor yang diterima akan semakin besar.
ii
Namun karena jumlah pemakaian bahan bakar semakin besar, maka akan
menurunkan nilai efisiensi karena nilai hasil pembaginya terhadap jumlah kalor
yang diterima akan semakin besar.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah......................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................................4
1.5 Sistematika Penulisan...............................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
2.1 Pengeringan.............................................................................................................8
Pengeringan Alami.....................................................................................................8
Pengering Buatan.......................................................................................................9
2.1.3 Proses Pengeringan Padi...................................................................................9
2.1.4 Alat Pengering Buatan....................................................................................11
2.1.4.1 Tipe Batch Dryer.......................................................................................11
2.1.5 Kadar Air..........................................................................................................13
2.2 Diagram Psikometrik dan Sifat Udara Basah.......................................................14
2.2.1 Temperatur bola kering (Tdb........................................................................15
2.2.2 Temperatur bola basah (Twb)......................................................................15
2.2.3 Temperatur jenuh (Tdp)...............................................................................16
2.2.4 Rasio kelembaban/Humidity Ratio (ω).........................................................16
2.2.5 Kelembaban relatif (Rh), φ...........................................................................16
Biomassa Sebagai Energi..............................................................................................16
2.4 Sumber Biomassa..................................................................................................20
Sekam Padi...............................................................................................................20
Tempurung Kelapa...................................................................................................21
ii
2.5 Teori Tentang Kalor...............................................................................................23
2.6 Tinjauan Perpindahan Panas.................................................................................24
2.6.1 Perpindahan panas konduksi..........................................................................25
2.6.2 Perpindahan panas konveksi.........................................................................26
2.6.3 Perpindahan Panas Radiasi...........................................................................27
BAB III...............................................................................................................................28
METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................28
3.1 Diagram Alir Penelitian..........................................................................................28
Metode Penelitian........................................................................................................29
Skema Alat Pengujian...................................................................................................31
3.4 Komponen - Komponen Alat Uji.............................................................................32
3.5 Alat yang Digunakan...............................................................................................41
3.5.1 Alat Penunjang Pengoprasian..........................................................................41
3.5.2 Alat Ukur Yang Digunakan...............................................................................44
3.6 Prosedur Pengujian................................................................................................48
3.7 Proses Pengambilan Data.......................................................................................49
3.7.1 Skema Pemasangan Alat Ukur........................................................................49
3.7.2 Data Kondisi Awal Pada Alat Dan Padi.............................................................51
3.7.3 Data Kondisi Akhir Pada Padi...........................................................................52
3.7.4 Nilai Kadar Air Akhir........................................................................................55
3.7.5 Data Kondisi Operasi Pada Alat.......................................................................55
3.7.6 Nilai Kalor Pengeringan Padi...........................................................................56
3.7.7 Efisiensi Pengeringan.......................................................................................57
BAB IV..............................................................................................................................58
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................58
4.1 Hasil Pengujian.......................................................................................................58
4.1.1 Data Awal dan Akhir Pengujian.......................................................................58
4.1.2 Data Pengujian Alat.........................................................................................61
4.2 Perhitungan Data Pengujian..................................................................................62
4.2.2 Perhitungan Nilai Kalor Pengeringan Padi......................................................65
4.2.3 Rasio Pemanfaatan Panas Pada Pengering......................................................89
ii
4.3 Analisa grafik pengujian dan hasil perhitungan.................................................92
4.3.1 Analisa pengaruh durasi waktu pengeringan (t) terhadap kadar air padi (W).................................................................................................................................92
4.3.2 Analisa pengaruh durasi waktu pengeringan (t) terhadap nilai rasio pengeringan padi (FR)..............................................................................................93
ii