Daftar AB Building Code Provinsi Buku 1

53
i -------------------------------------------------------------------------------------------------------- D A F T A R I S I -------------------------------------------------------------------------------------------------------- D A F T A R I S I i BAGIAN I KETENTUAN UMUM I.1. PENGERTIAN 1 I.1.1. Umum 1 I.1.2. Teknis 2 I.2. MAKSUD DAN TUJUAN 6 I.2.1. Maksud 6 I.2.2. Tujuan 6 I.3. LINGKUP PENGATURAN 6 BAGIAN II PERSYARATAN TATA BANGUNAN II.1. PERUNTUKAN LOKASI DAN INTENSITAS BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA 7 II.1.1. Umum 7 II.1.2. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona I 8 II.1.3. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona II 9 II.1.4. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona III 10 II.1.5. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona IV 10 II.2. ARSITEKTUR 12 II.2.1. Umum 12 II.2.2. Persyaratan Penampilan Bangunan Rumah Tinggal Sederhana 12 II.2.3. Persyaratan Tata Ruang Dalam 12 II.2.4. Persyaratan Tata Letak Bangunan 14 II.2.5. Ruang Terbuka Hijau 15 II.2.6. Persyaratan Sirkulasi, Pintu Keluar Masuk Lingkungan Permukiman, dan Pintu Rumah Tinggal Sederhana 16 II.3. PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN 17 II.3.1. Ketentuan Pengendalian Dampak Lingkungan 17 II.3.2. Persyaratan Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Daerah Rawan Bencana 18

description

Standar Acuan Pembangunan

Transcript of Daftar AB Building Code Provinsi Buku 1

  • i

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    D A F T A R I S I

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    D A F T A R I S I i

    BAGIAN I KETENTUAN UMUM

    I.1. PENGERTIAN 1

    I.1.1. Umum 1

    I.1.2. Teknis 2

    I.2. MAKSUD DAN TUJUAN 6

    I.2.1. Maksud 6

    I.2.2. Tujuan 6

    I.3. LINGKUP PENGATURAN 6

    BAGIAN II PERSYARATAN TATA BANGUNAN

    II.1. PERUNTUKAN LOKASI DAN INTENSITAS BANGUNAN RUMAH

    TINGGAL SEDERHANA 7

    II.1.1. Umum 7

    II.1.2. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona I 8

    II.1.3. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona II 9

    II.1.4. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona III 10

    II.1.5. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona IV 10

    II.2. ARSITEKTUR 12

    II.2.1. Umum 12

    II.2.2. Persyaratan Penampilan Bangunan Rumah Tinggal Sederhana 12

    II.2.3. Persyaratan Tata Ruang Dalam 12

    II.2.4. Persyaratan Tata Letak Bangunan 14

    II.2.5. Ruang Terbuka Hijau 15

    II.2.6. Persyaratan Sirkulasi, Pintu Keluar Masuk Lingkungan Permukiman,

    dan Pintu Rumah Tinggal Sederhana 16

    II.3. PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN 17

    II.3.1. Ketentuan Pengendalian Dampak Lingkungan 17

    II.3.2. Persyaratan Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Daerah

    Rawan Bencana 18

  • ii

    BAGIAN III KEANDALAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA

    III.1. KEANDALAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA 19

    III.2. KESELAMATAN 19

    III.2.1. Struktur Bangunan 19

    III.2.2. Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran 29

    III.2.3. Bangunan dan Jalur Penyelamatan 31

    III.2.4. Sistem Penangkal Petir 33

    III.2.5. Instalasi Listrik 33

    III.3. KESEHATAN 34

    III.3.1. Ventilasi dan Pengkondisian Udara 34

    III.3.2. Pencahayaan 34

    III.3.3. Sanitasi Pada Bangunan Rumah Tinggal Sederhana 35

    III.3.4. Penggunaan Bahan Bangunan 40

    III.4. KENYAMANAN 40

    III.5. KEMUDAHAN 41

    BAGIAN IV TATA LAKSANA

    IV.1. UMUM 42

    IV.2. PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG 42

    IV.2.1. Persyaratan Administratif 42

    IV.2.2. Perencanaan Teknis 46

    IV.2.3. Pelaksanaan Konstruksi 47

    IV.2.4. Pengawasan Konstruksi 48

    IV.2.5. Sertifikat Laik Fungsi 48

    INDEKS 50

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    BAGIAN I

    KETENTUAN UMUM

    I.1. PENGERTIAN I.1.1. Umum

    Dalam pedoman teknis ini yang dimaksud dengan:

    1. Provinsi adalah Daerah Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam

    (NAD).

    2. Kepala daerah provinsi adalah Gubernur Kepala Daerah Otonomi Khusus

    NAD.

    3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut

    DPRD Provinsi adalah lembaga perwakilan rakyat daerah Provinsi NAD

    sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    4. Daerah adalah kabupaten atau kota di Provinsi NAD yang berhak

    mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya dalam rangka

    pelaksanaan otonomi khusus.

    5. Kepala daerah kabupaten/kota adalah bupati atau walikota di kabupaten/

    kota dalam wilayah Provinsi NAD.

    6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya

    disebut DPRD Kabupaten/Kota adalah lembaga perwakilan rakyat daerah

    kabupaten/kota yang berada di Provinsi NAD sebagai unsur penyelenggara

    pemerintahan daerah.

    7. Dinas/instansi teknis adalah dinas/instansi teknis di daerah yang

    mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pengaturan, pembinaan dan

    pengendalian pembangunan, dan pemanfaatan bangunan rumah tinggal

    sederhana yang berada di daerah yang bersangkutan.

    8. Pengawas/penilik bangunan rumah tinggal sederhana adalah pejabat

    fungsional teknis tata bangunan dan perumahan yang ditunjuk berdasarkan

    keputusan bupati/walikota sesuai ketentuan yang berlaku untuk bertugas

    mengawasi pelaksanaan konstruksi bangunan rumah tinggal sederhana.

    1

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    I.1.2. Teknis Dalam pedoman teknis ini yang dimaksud dengan:

    1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang

    menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

    atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat

    manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal,

    kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun

    kegiatan khusus.

    2. Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk

    kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun

    fungsi sosial dan budaya.

    3. Bangunan induk adalah bangunan gedung yang mempunyai fungsi utama

    dalam suatu kaveling/ persil.

    4. Rumah adalah bangunan gedung yang terdiri atas ruangan atau gabungan

    ruangan yang berhubungan satu sama lain, yang berfungsi sebagai tempat

    tinggal atau hunian.

    5. Rumah tinggal sederhana adalah bangunan gedung tidak bertingkat

    termasuk rumah panggung dengan total luas lantai maksimal 36 m2.

    6. Rumah darurat adalah bangunan gedung rumah tinggal yang fungsinya

    hanya digunakan untuk sementara dengan konstruksi tidak permanen.

    7. Demolisi adalah kegiatan merobohkan atau membongkar bangunan gedung

    secara total.

    8. Qanun adalah peraturan daerah sebagai pelaksanaan undang-undang di

    wilayah Provinsi NAD.

    9. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota adalah hasil

    perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota yang telah ditetapkan

    dengan qanun (peraturan daerah).

    10. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP) adalah

    penjabaran dari RTRW kabupaten/kota ke dalam rencana pemanfaatan

    kawasan perkotaan.

    11. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan

    rancang bangun suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang

    yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum

    2

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana,

    dan pedoman pengendalian pelaksanaan.

    12. Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) adalah perizinan yang

    diberikan oleh pemerintah kabupaten/ kota kepada pemilik bangunan

    rumah tinggal sederhana untuk membangun baru, mengubah, memperluas,

    mengurangi, dan/atau merawat bangunan rumah tinggal sederhana sesuai

    dengan persyaratan administratif dan teknis yang berlaku.

    13. Permohonan IMB Gedung adalah permohonan yang dilakukan oleh

    pemilik bangunan rumah tinggal sederhana kepada pemerintah daerah

    untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan rumah tinggal sederhana.

    14. Kepadatan Bangunan adalah angka presentase berdasarkan perbandingan

    antara luas lantai dasar seluruh bangunan di dalam satu kawasan terhadap

    batas luas kawasan yang dimaksud.

    15. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka presentase perbandingan

    antara luas lantai dasar bangunan rumah tinggal sederhana dan luas

    lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana

    tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

    16. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka presentase perbandingan

    antara luas seluruh lantai bangunan rumah tinggal sederhana dan luas

    tanah/perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata

    ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

    17. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka presentase perbandingan

    antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan rumah tinggal sederhana

    yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah

    perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan

    rencana tata bangunan dan lingkungan.

    18. Daerah Hijau Bangunan (DHB) adalah ruang terbuka pada

    kaveling/persil yang dimanfaatkan untuk penghijauan.

    19. Pekarangan adalah bagian dari suatu kaveling/persil, termasuk DHB, yang

    tidak merupakan bagian dari bangunan rumah tinggal sederhana.

    20. Garis sempadan sungai adalah garis batas yang diukur dari batas

    permukaan air sungai tertinggi.

    3

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    21. Garis sempadan pantai adalah garis batas yang diukur dari batas

    permukaan air laut tertinggi (high water level).

    22. Garis sempadan bangunan (GSB) rumah tinggal sederhana adalah

    garis batas yang diukur dari:

    a. Batas daerah milik jalan atau daerah milik jalan rel;

    b. Batas tepi sungai, atau batas yang diukur dari batas permukaan air laut

    tertinggi;

    c. Saluran, jaringan listrik tegangan tinggi, jaringan pipa gas, dan

    sebagainya;

    terhadap bidang terluar suatu massa bangunan rumah tinggal sederhana

    yang diizinkan.

    23. Jarak antar bangunan rumah tinggal sederhana adalah jarak yang

    diukur dari bidang terluar antara massa bangunan rumah tinggal sederhana

    di dalam satu kaveling/persil.

    24. Tinggi bangunan rumah tinggal sederhana adalah jarak yang diukur dari

    lantai dasar ke bagian tertinggi dari konstruksi bangunan rumah tinggal

    sederhana tersebut.

    25. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

    lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang

    berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

    tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

    26. Lingkungan adalah bidang tanah dengan batas-batas yang jelas yang di

    atasnya dibangun sarana hunian termasuk prasarana, sarana, dan fasilitas

    sosial dan fasilitas umumnya, yang secara keseluruhan merupakan kesatuan

    tempat permukiman.

    27. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

    keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan

    perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

    kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

    28. Dampak Reversible adalah dampak atau kerusakan yang dapat diperbaiki

    atau dikendalikan, baik alami maupun buatan.

    29. Dampak Irreversible adalah dampak atau kerusakan yang tidak dapat

    diperbaiki atau dikendalikan, baik alami maupun buatan.

    4

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    30. Standar teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara,

    standar spesifikasi, dan standar metode uji baik berupa Standar Nasional

    Indonesia maupun standar internasional yang diberlakukan dalam

    penyelenggaraan bangunan gedung.

    31. Jaringan saluran umum kota adalah jaringan prasarana saluran umum

    perkotaan yang berupa jaringan sanitasi dan jaringan drainase.

    32. Air bersih adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

    pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan.

    33. Air kotor atau air limbah adalah air yang tercampur dengan kotoran yang

    berasal dari dapur, kamar mandi, kakus, dan sarana pembuangan lainnya.

    34. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan yang bersumber dari usaha

    atau kegiatan dalam tingkat bunyi dan jangka waktu tertentu yang

    menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

    35. Tingkat kebisingan adalah tingkat bunyi dalam ambang yang dapat

    menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan,

    yang dinyatakan dalam satuan desibel, disingkat dB.

    36. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang

    diperbolehkan tersebar ke lingkungan sekitar dari usaha atau kegiatan

    sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan

    kenyamanan lingkungan.

    37. Rehabilitasi adalah upaya perbaikan kerusakan kawasan lingkungan

    permukiman yang meliputi bangunan gedung, prasarana, fasilitas sosial dan

    fasilitas umum untuk memulihkan dan meningkatkan tata kehidupan dan

    penghidupan masyarakat akibat bencana alam gempa bumi dan tsunami di

    Provinsi NAD.

    38. Rekonstruksi adalah upaya penataan dan pembangunan kembali kawasan

    lingkungan permukiman yang musnah meliputi bangunan gedung,

    prasarana, fasilitas sosial dan fasilitas umum untuk memulihkan dan

    meningkatkan tata kehidupan dan penghidupan masyarakat akibat bencana

    alam gempa bumi dan tsunami di Provinsi NAD.

    39. Signage adalah pertandaan termasuk papan iklan/reklame yang

    penempatannya pada bangunan rumah tinggal sederhana, kaveling, pagar,

    atau ruang publik.

    5

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    I.2. MAKSUD DAN TUJUAN I.2.1. Maksud

    Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung Untuk Rumah Tinggal Sederhana

    ini dimaksudkan sebagai acuan persyaratan administratif dan teknis yang

    diperlukan dalam penyelenggaraan pembangunan rumah tinggal sederhana di

    Provinsi NAD.

    I.2.2. Tujuan Tujuan dari Pedoman Pembangunan Rumah Tinggal Sederhana ini untuk

    mewujudkan bangunan rumah tinggal sederhana yang sesuai dengan fungsi

    yang ditetapkan dan memenuhi persyaratan administratif dan teknis serta sesuai

    dengan tata bangunan rumah tinggal sederhana, andal, serasi dan selaras

    dengan lingkungannya.

    I.3. LINGKUP PENGATURAN Lingkup pengaturan pedoman pembangunan bangunan rumah tinggal

    sederhana di Wilayah Provinsi NAD meliputi persyaratan tata bangunan dan

    lingkungan, persyaratan keandalan, dan tata laksana penyelenggaraan

    bangunan rumah tinggal sederhana.

    6

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------

    BAGIAN II

    PERSYARATAN TATA BANGUNAN

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------

    II.1. PERUNTUKAN LOKASI DAN INTENSITAS BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA

    II.1.1. Umum 1. Penetapan peruntukan lokasi dan intensitas bangunan rumah tinggal

    sederhana di Provinsi NAD didasarkan pada arahan zonasi berdasarkan

    tingkat kerusakan yang terjadi sebagai akibat bencana gempa bumi dan

    tsunami, yakni:

    a. Zona I : adalah zonasi tingkat kerusakan hancur total, dengan arahan

    peruntukan bangunan untuk permukiman desa sangat terbatas pada

    permukiman nelayan, dan permukiman petani, dengan arahan

    Kepadatan Bangunan Sangat Rendah.

    b. Zona II : adalah zonasi tingkat kerusakan yang hanya terjadi pada

    struktur bangunannya, dengan arahan peruntukan bangunan untuk

    permukiman desa terbatas, dengan arahan Kepadatan Bangunan

    Rendah.

    c. Zona III : adalah zonasi tingkat kerusakan ringan, dengan arahan

    peruntukan bangunan untuk perumahan dan permukiman baru,

    permukiman lama, dengan arahan Kepadatan Bangunan Sedang.

    d. Zona IV : adalah zonasi yang tidak mengalami kerusakan, dengan

    arahan peruntukan bangunan untuk perumahan dan permukiman baru,

    permukiman lama, dengan arahan Kepadatan Bangunan Tinggi.

    2. Untuk kabupaten/kota yang belum ditetapkan zonasinya sebagaimana pada

    butir 1, maka peruntukan lokasi dan intensitas bangunan gedungnya

    mengikuti ketentuan RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

    3. Untuk kabupaten/kota yang belum ditetapkan zonasinya sebagaimana pada

    butir 1 dan belum memiliki RTRW Kabupaten/Kota, maka peruntukan

    lokasi dan intensitas bangunan gedungnya ditetapkan berdasarkan

    kesepakatan daerah.

    7

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    4. Penetapan peruntukan lokasi dan intensitas bangunan gedung sebagaimana

    dimaksud dalam butir 3 dapat disesuaikan setelah ditetapkannya zoning

    code sebagai ketentuan lebih rinci dari RTRW untuk masing-masing

    kabupaten/kota di Provinsi NAD.

    5. Pada kawasan lindung tidak boleh dibangun bangunan rumah tinggal

    sederhana baik pada Zona I, II, III, maupun pada Zona IV, kecuali:

    a. Bangunan-bangunan gedung penelitian, keamanan, navigasi,

    pemeliharaan tambak dan perikanan, bangunan arkeologi, fasilitas

    pelabuhan, pembangkit energi dan industri pariwisata pantai, pada Zona

    I, dan

    b. Bangunan-bangunan gedung arkeologi, keamanan dan mitigasi pada

    Zona II, III, dan IV.

    II.1.2. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona I 1. Peruntukan Lokasi

    a. Permukiman nelayan terbatas, permukiman perdesaan terbatas pada

    kawasan budidaya pertanian, serta bangunan-bangunan yang

    mendukung kegiatan hutan produksi, pertambangan, pariwisata pantai,

    kawasan lindung pantai, pelabuhan, industri perikanan, dan cagar

    budaya.

    b. Permukiman yang semula telah ada di zona ini tidak boleh diperluas,

    namun boleh ditingkatkan kualitasnya.

    2. Intensitas Bangunan

    a. KDB kurang dari 15%.

    b. KLB untuk rumah tinggal sederhana maksimal adalah 0,3.

    c. GSB pada sepanjang pantai, sungai, tepi danau, waduk, mata air dan

    sungai yang terpengaruh pasang surut-air laut; jalan, rel kereta api, dan

    jaringan listrik tegangan tinggi, mengikuti ketentuan perundangan yang

    berlaku.

    d. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap utilitas kota

    sesuai ketentuan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kabupaten/Kota setempat.

    8

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    e. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap batas persil:

    sesuai ketentuan Rencana Detail Tata Ruang Kota atau Rencana Tata

    Bangunan dan Lingkungan setempat.

    f. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap utilitas kota

    minimal 3 m.

    g. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap batas persil:

    1) Persil besar:

    a) Batas samping minimal 4 m.

    b) Batas belakang minimal 5 m.

    2) Persil sedang:

    a) Batas samping minimal 2 m.

    b) Batas belakang minimal 3 m.

    3) Persil kecil, batas belakang minimal 1,50 m.

    h. Jarak bebas antar bangunan rumah tinggal sederhana:

    1) Jarak massa/blok bangunan rumah tinggal sederhana dengan

    bangunan sekitarnya yang berbeda persil minimal 6 m.

    2) Untuk bangunan rumah tinggal sederhana di dalam satu persil yang

    sama dengan ketinggian maksimal 8 m minimal 3 m dengan

    ketentuan air curahan tidak jatuh di atas tembok atau melewati

    tembok batas persil.

    3) Untuk bangunan rumah tinggal sederhana dengan ketinggian diatas

    8 m sekurang-kurangnya tinggi bangunan dikurangi 1 m dengan

    ketentuan air curahan tidak jatuh di atas tembok atau melewati

    tembok batas persil.

    i. Jumlah lantai bangunan rumah tinggal sederhana maksimal 2 lantai.

    II.1.3. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona II 1. Peruntukan Lokasi

    a. Permukiman nelayan dan petani terbatas.

    b. Tidak disarankan untuk kegiatan komersial atau kegiatan sosial lainnya

    terutama untuk daerah yang mempunyai jarak 5 Km dari garis pantai.

    c. Permukiman yang semula telah ada di zona ini tidak boleh diperluas,

    namun boleh ditingkatkan kualitasnya.

    9

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    2. Intensitas Bangunan

    a. KDB untuk rumah tinggal sederhana 15% - 30%.

    b. KLB untuk rumah tinggal sederhana maksimal adalah 0,6.

    c. GSB pada zona ini ditetapkan sama dengan Zona I (II.1.2.2.c.)

    d. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap utilitas kota;

    sama dengan Zona I (II.1.2.2.d.)

    e. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap batas persil;

    sama dengan Zona I (II.1.2.2.e.)

    f. Jarak bebas antar bangunan rumah tinggal sederhana; sama dengan

    Zona I (II.1.2.2.f.);

    g. Jumlah lantai bangunan rumah tinggal sederhana maksimal 2 lantai.

    II.1.4. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona III 1. Peruntukan Lokasi

    a. Permukiman, bangunan gedung komersial, fasilitas pendidikan,

    kesehatan, ibadah, perdagangan, sosial dan pemerintahan dengan

    pelayanan skala gampong/kelurahan dan kecamatan.

    b. Permukiman yang semula telah ada ditingkatkan kualitasnya, tidak

    boleh diperluas/dikembangkan/ditambah baru hingga menjadi

    kepadatan tinggi.

    2. Intensitas Bangunan

    a. KDB untuk rumah tinggal sederhana 30%-50%.

    b. KLB untuk rumah tinggal sederhana maksimal adalah 1,5.

    c. GSB pada sama dengan Zona I (II.1.2.2.c.)

    d. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap utilitas kota

    minimal sama dengan sempadan bangunannya.

    e. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap batas persil

    sama dengan Zona I (II.1.2.2.e.)

    f. Jarak bebas antar bangunan non rumah tinggal sama dengan Zona I

    (II.1.2.2.f.)

    II.1.5. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Zona IV 1. Peruntukan Lokasi

    a. Permukiman, bangunan gedung komersial, fasilitas umum dan

    pemerintahan dengan pelayanan skala kota.

    10

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    b. Permukiman dapat diperluas dengan persyaratan bangunan dan

    lingkungan yang ketat sesuai dengan rencana tata ruang di tiap daerah.

    2. Intensitas Bangunan

    a. KDB untuk rumah tinggal sederhana maksimal 60%.

    b. KLB untuk rumah tinggal sederhana, minimal adalah 1,8.

    c. GSB sama dengan Zona I (II.1.2.2.c.)

    d. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap utilitas kota

    sama dengan Zona III (II.1.4.2.d.).

    e. Jarak bebas bangunan rumah tinggal sederhana terhadap batas persil

    sama dengan Zona I (II.1.2.2.e.)

    f. Jarak bebas antar bangunan non rumah tinggal sama dengan Zona I

    (II.1.2.2.f.)

    6 M 3 M 1/2T- 1 M

    T = 8 M T 8 M

    1,5 M

    2 M 2 M

    3 M

    4 M 4 M

    5 M

    J A L A N

    Persil Kecil 90 m2 s/d 200 m2

    Persil Sedang 200 m2 s/d 450 m2

    Persil Besar Min 450 m2

    Gambar 2.1. Jarak Antar Bangunan Rumah Tinggal Sederhana

    Gambar 2.2. Jarak Bebas Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Terhadap Batas Persil

    11

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    II.2. ARSITEKTUR II.2.1. Umum

    1. Arsitektur bangunan rumah tinggal sederhana yang dibangun di wilayah

    Provinsi NAD mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk,

    karakteristik arsitektur, kaidah-kaidah agama, sosial, budaya yang ada.

    2. Persyaratan Arsitektur meliputi: persyaratan penampilan bangunan rumah

    tinggal sederhana, persyaratan tata ruang dalam, persyaratan tata letak

    bangunan yang mempertimbangkan keseimbangan, keserasian, dan

    keselarasan bangunan rumah tinggal sederhana dengan lingkungannya.

    II.2.2. Persyaratan Penampilan Bangunan Rumah Tinggal Sederhana 1. Penampilan bangunan rumah tinggal sederhana harus dirancang dengan

    mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur,

    dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

    2. Penampilan bangunan rumah tinggal sederhana yang didirikan

    berdampingan dengan bangunan gedung yang dilestarikan, harus dirancang

    dengan mempertimbangkan kaidah estetika bentuk dan karakteristik dari

    arsitektur bangunan gedung yang dilestarikan.

    3. Bangunan rumah tinggal sederhana yang didirikan bercirikan tradisi

    setempat:

    a. Penggunaan pola rumah panggung dan/atau di atas tanah.

    b. Pemakaian ornamen budaya lokal Aceh menggunakan ragam hias

    tumbuhan ataupun pola geometri arsitektur Islam.

    c. Atap bangunan berbentuk pelana atau variannya.

    d. Arah hadap bangunan disesuaikan dengan budaya lokal.

    e. Arah kloset tidak menghadap Barat Timur (tidak menghadap

    membelakangi kiblat).

    f. Pemakaian warna untuk seluruh bagian bangunan disesuaikan dengan

    adat setempat yang dipengaruhi oleh budaya Islam seperti warna alami

    (kayu, batu) dan warna buatan (hijau, coklat, putih dan warna pastel).

    12

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    II.2.3. Persyaratan Tata Ruang Dalam 1. Tata ruang dalam harus mempertimbangkan fungsi ruang, arsitektur

    bangunan rumah tinggal sederhana, dan keandalan bangunan rumah tinggal

    sederhana.

    2. Tata ruang dalam terkait dengan fungsi ruang mencakup:

    a. Pemenuhan kebutuhan minimal jumlah ruang misalnya untuk bangunan

    rumah tinggal adalah:

    1) 1 ruang tidur;

    2) 1 ruang utama (dapat digunakan sebagai ruang tamu, ruang

    keluarga, dan/atau ruang makan);

    3) 1 ruang servis (KM/WC, gudang dan dapur).

    b. Pengembangan dan perubahan ruang dapat dilakukan sesuai dengan

    fungsi dan kebutuhan ruang sepanjang tidak melanggar KDB dan KLB.

    3. Tata ruang dalam terhadap arsitektur bangunan rumah tinggal sederhana:

    a. Rancangan ruang dalam rumah tinggal sederhana didasarkan pada

    konsep budaya Aceh yang berlandaskan agama Islam.

    b. Teras depan sebagai perwujudan serambi depan, berhubungan langsung

    dengan ruang utama.

    c. Teras sebagai perwujudan konsep serambi pada rumah tradisional

    Aceh, dirancang pada bagian depan dan belakang bangunan rumah

    tinggal. Teras depan digunakan untuk menerima tamu asing, tamu laki-

    laki dan kegiatan adat, sedangkan teras belakang digunakan untuk

    menerima tamu perempuan dan kegiatan servis.

    d. Ruang servis diletakkan pada bagian belakang bangunan, bisa sebagai

    bagian dari rumah induk maupun dibangun terpisah secara struktural.

    e. Pengembangan rumah induk sedapat mungkin diupayakan untuk

    menambah ruang privat (kamar tidur) yang mampu mewadahi privasi

    anggota keluarga khusus (orang tua, kaum wanita, pengantin baru).

    f. Semua ruangan berorientasi ke arah kiblat dan terdapat pemisah antara

    ruang yang digunakan untuk aktivitas bagi kaum laki-laki dan kaum

    perempuan.

    g. Antara ruang utama dengan ruang privat (kamar) untuk orang tua atau

    kaum wanita terdapat dinding pemisah yang jelas dan tegas.

    13

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    h. Ruang utama semi privat dapat dipakai untuk berbagai aktifitas bersama

    seperti ruang santai keluarga, sholat berjamaah, dan acara adat.

    i. Ruang utama semi publik dapat dipakai untuk berbagai aktifitas seperti

    menerima tamu, dan ruang tidur tamu.

    4. Tata ruang dalam terhadap keandalan bangunan rumah tinggal sederhana

    a. Perluasan bangunan rumah induk jika sifatnya semi permanen, maka

    sebaiknya terpisah secara struktural agar aman terhadap pengaruh

    gempa.

    b. Untuk mengantisipasi keamanan struktur, sudah harus dipikirkan

    bentuk perluasan yang memberikan jarak aman terhadap batas

    lahan/persil dan bangunan tetangga.

    c. KM/WC dan sumur terpisah dari bangunan induk rumah jika bangunan

    utama rumah berstruktur panggung, tetapi dapat dibuat menyatu di

    dalam rumah jika bangunan utama rumah terbuat dari beton dan bata

    (bukan panggung).

    d. KM/WC terletak di belakang rumah induk dengan jarak yang cukup

    aman dari sumur.

    e. Dapur dapat dibuat di dalam rumah induk atau dibuat terpisah secara

    struktural, sesuai dengan tipe struktur dan tingkat bahaya terhadap

    kebakaran.

    II.2.4. Persyaratan Tata Letak Bangunan 1. Tata letak bangunan dalam satu lingkungan mengikuti persyaratan:

    a. Tata letak bangunan rumah tinggal sederhana tidak boleh mengganggu

    keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi

    prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.

    b. Deretan bangunan dalam satu blok tidak boleh bergandengan hingga

    lebih dari 60 m, setiap 60 m panjang blok bangunan harus dipisahkan

    dengan jalan darurat sebagai akses penyelamatan.

    J A L A N

    60 M

    14Gambar 2.3. Batas Panjang Blok Bangunan Rumah

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    2. Orientasi Tata Bangunan Rumah Tinggal Sederhana:

    a. Bangunan-bangunan rumah tinggal tradisional ditata dengan arah atap

    membujur timur-barat atau menghadap kiblat.

    b. Bangunan-bangunan rumah tinggal sederhana sebaiknya ditata dengan

    orientasi terhadap pola dan arah jalan, sungai, serta orientasi matahari

    dan arah datangnya angin.

    3. Kelengkapan Gampong

    Dalam satu gampong harus mempunyai minimal sebuah meunasah dan

    kelengkapan sarana lingkungan minimal sesuai dengan Kepmen

    Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001.

    II.2.5. Persyaratan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 1. Untuk bangunan rumah tinggal sederhana yang diatur mencakup Ruang

    Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP).

    2. RTHP berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peresapan air,

    sirkulasi, unsur-unsur estetik, baik sebagai ruang kegiatan dan maupun

    sebagai ruang ameniti.

    3. Syarat-syarat RTHP ditetapkan di dalam rencana tata ruang dan tata

    bangunan baik langsung maupun tidak langsung dalam bentuk ketetapan

    GSB, KDB, KDH, KLB, Ruang terbuka untuk parkir atau perkerasan

    lainnya.

    4. Luasan dan ketentuan lebih lanjut tentang ketentuan RTH mengikuti SNI

    03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota.

    II.2.6. Persyaratan Sirkulasi, Pintu Keluar Masuk Lingkungan Permukiman, dan Pintu Rumah Tinggal Sederhana

    1. Sirkulasi

    a. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus memperhatikan kepentingan

    bagi aksesibilitas pejalan kaki.

    b. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak dan lebar jalan yang

    sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan pemadam kebakaran,

    dan kendaraan pelayanan lainnya, serta bebas dari portal dan polisi

    tidur.

    15

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    c. Sirkulasi dilengkapi dengan tanda penunjuk jalan, rambu-rambu, papan

    informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi guna mendukung sistim

    sirkulasi yang jelas dan efisien serta memperhatikan unsur estetika.

    2. Pintu Keluar Masuk Lingkungan Permukiman

    a. Zona I

    1) Terdapat sekurang-kurangnya 1 pintu keluar-masuk lingkungan ke

    arah bangunan dan bukit penyelamatan.

    2) Lokasi pintu masuk dan keluar lingkungan permukiman harus

    mudah dijangkau.

    b. Zona II, III, dan IV

    1) Terdapat sekurang-kurangnya 2 jalan pintu keluar-masuk

    lingkungan ke arah zona lingkungan yang berdekatan.

    2) Lokasi pintu masuk dan keluar lingkungan harus mudah dijangkau.

    3. Pintu Pada Bangunan Rumah Tinggal Sederhana

    a. Pintu masuk dan keluar pada bangunan rumah tinggal sederhana

    sekurang-kurangnya 2 buah.

    b. Akses masuk dan keluar bangunan rumah tinggal sederhana tidak boleh

    terhalang, berada di bagian depan dan belakang bangunan, serta

    lokasinya mudah dijangkau.

    c. Lebar pintu yang juga digunakan sebagai pintu darurat sekurang-

    kurangnya 1 m.

    4. Pola Sirkulasi Jalan

    a. Pola sirkulasi jalan berbentuk pita dari jalan lingkungan terhubung

    langsung ke jalan lokal, kolektor, dan/atau primer ke arah dataran lebih

    tinggi.

    b. Pola cluster dan cul-de-sac terhubung dengan jalur jalan penyelamatan

    ke arah dataran lebih tinggi.

    5. Fasilitas Parkir

    1) Parkir pada bangunan rumah tinggal sederhana diupayakan berada

    pada pekarangan rumah yang bersangkutan.

    2) Parkir pada bangunan rumah tinggal sederhana tidak boleh

    mengganggu kelancaran lalu lintas tetangga dan lingkungannya.

    16

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    5. Sarana Keamanan dan Keselamatan Lingkungan

    Pada bagian pintu masuk dan keluar lingkungan terdapat sarana keamanan

    dan keselamatan berupa gardu/pos dan kelengkapannya.

    6. Tanda dan Rambu-Rambu Lalu Lintas serta Rambu Keselamatan

    Tanda dan rambu-rambu lalu lintas serta rambu keselamatan diletakkan

    pada titik bebas pandang sebelum masuk daerah yang bersangkutan, tidak

    boleh terhalang tanaman, papan dan/atau bangunan.

    II.3. PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN II.3.1. Ketentuan Pengendalian Dampak Lingkungan

    1. Setiap kegiatan dalam pembangunan bangunan rumah tinggal sederhana

    dan lingkungannya yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak besar

    dan penting harus dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak

    Lingkungan (AMDAL) berdasarkan Keputusan Menteri Negara

    Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001.

    2. Setiap kegiatan dalam pembangunan bangunan rumah tinggal sederhana

    dan lingkungannya yang menimbulkan dampak tidak penting terhadap

    lingkungan, atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya,

    tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi diharuskan melakukan

    Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan

    Lingkungan (UPL) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999

    tentang AMDAL.

    3. Kegiatan pembangunan bangunan rumah tinggal sederhana dan

    lingkungannya yang diperkirakan mempunyai dampak besar dan penting

    terhadap lingkungan adalah bila rencana kegiatan tersebut akan

    berpengaruh pada :

    a. Jumlah manusia terkena dampak

    b. Luas wilayah persebaran dampak

    c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

    d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak

    e. Sifat kumulatif dampak

    f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

    17

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN II

    II.3.2. Persyaratan Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Pada Daerah Rawan Bencana

    1. Suatu daerah dapat ditetapkan sebagai daerah rawan bencana, daerah banjir,

    longsor, kebakaran dan bencana lainnya.

    2. Pada daerah rawan bencana dapat ditetapkan larangan membangun atau

    menetapkan tata cara dan persyaratan khusus di dalam membangun, dengan

    memperhatikan keamanan, keselamatan, kesehatan dan ekosistem

    lingkungan.

    3. Lingkungan bangunan rumah tinggal sederhana yang mengalami kebakaran

    dapat ditetapkan sebagai daerah tertutup dalam jangka waktu tertentu,

    dibatasi, atau dilarang membangun bangunan rumah tinggal sederhana.

    4. Bangunan-bangunan rumah tinggal sederhana pada lingkungan yang

    mengalami bencana, diizinkan untuk dilakukan perbaikan darurat dengan

    penggunaan bangunan sementara.

    18

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    BAGIAN III

    KEANDALAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    III.1. KEANDALAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA Persyaratan keandalan bangunan rumah tinggal sederhana meliputi persyaratan

    keselamatan, kesehatan, kemudahan, dan kenyamanan.

    III.2. KESELAMATAN Persyaratan keselamatan meliputi persyaratan kemampuan struktur bangunan

    rumah tinggal sederhana untuk mendukung beban muatan, khususnya terhadap

    bahaya gempa dan tsunami serta kemampuan bangunan rumah tinggal

    sederhana dalam pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan bahaya petir.

    III.2.1. Struktur bangunan rumah tinggal sederhana 1. Umum

    Persyaratan struktur bangunan rumah tinggal sederhana yang dibangun di

    provinsi NAD bertujuan untuk:

    a. memberikan kriteria minimal untuk memperkecil kemungkinan

    terjadinya keruntuhan.

    b. meminimalkan risiko kehilangan nyawa dan kerugian harta benda

    apabila terjadi keruntuhan struktur akibat beban yang timbul melampaui

    pembebanan maksimum yang direncanakan.

    2. Persyaratan Perencanaan Struktur

    a. Struktur bangunan rumah tinggal sederhana direncanakan sedemikian

    rupa sehingga memenuhi persyaratan keselamatan (safety), kelayanan

    (serviceability), dan keawetan (durability).

    b. Struktur bangunan rumah tinggal sederhana direncanakan sedemikian

    rupa sehingga apabila kondisi pembebanan maksimum yang

    direncanakan benar-benar tercapai, keruntuhan yang terjadi

    menimbulkan kondisi struktur yang masih dapat mengamankan

    penghuni, harta benda dan masih dapat diperbaiki.

    c. Struktur bangunan rumah tinggal sederhana direncanakan mampu

    memikul semua beban dan atau pengaruh luar yang mungkin bekerja

    19

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    selama kurun waktu umur layan bangunan, termasuk kombinasi

    pembebanan yang kritis (antara lain: beban gempa yang mungkin terjadi

    sesuai dengan zona gempanya), dan beban-beban lainnya yang secara

    logis dapat terjadi pada struktur.

    3. Persyaratan Bahan Bangunan

    a. Bahan bangunan yang digunakan, diusahakan semaksimal mungkin

    menggunakan dan menyesuaikan bahan baku dengan memanfaatkan

    kandungan lokal.

    b. Bahan bangunan yang dipakai sudah memenuhi semua persyaratan

    keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan pengguna

    bangunan, serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait.

    c. Dalam hal belum diatur dalam SNI, maka bahan bangunan tersebut

    harus memenuhi ketentuan teknis yang sepadan dari negara/produsen

    yang bersangkutan.

    d. Bahan bangunan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, diproses

    sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang

    dimaksud.

    e. Untuk rumah tinggal sederhana yang dibangun dengan bahan

    prefabrikasi, sistem hubungannya harus dirancang secara baik dan

    mampu bertahan terhadap gaya-gaya yang mungkin terjadi pada saat

    pemasangan/pelaksanaan dan gaya-gaya yang mungkin bekerja selama

    masa umur layan struktur.

    4. Zonasi

    Untuk keperluan perencanaan struktur, zonasi (penentuan letak suatu

    daerah) ditentukan berdasarkan tiga pertimbangan, yaitu :

    a. Elevasi muka tanah terhadap 0,00 m LWS (Low Water Spring/ surut

    terendah). Elevasi dibagi dalam tiga kategori, yaitu :

    1) Elevasi H 5 m LWS

    2) Elevasi 5< H < 15 m LWS

    3) Elevasi H 15 m LWS

    b. Jarak (D) dari garis pantai (batas air laut dan daratan pada saat 0,00 m

    LWS). Jarak dibagi dalam tiga kategori, yaitu :

    1) Jarak D 5 Km

    20

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    2) Jarak 5 < D < 20 Km

    3) Jarak D 20 Km

    c. Tingkat kegempaan dibagi dalam empat kategori, yaitu :

    1) Zona 3 (percepatan maksimum di batuan 0,15 g)

    2) Zona 4 (percepatan maksimum di batuan 0,20 g)

    3) Zona 5 (percepatan maksimum di batuan 0,25 g)

    4) Zona 6 (percepatan maksimum di batuan 0,30 g)

    5. Perencanaan struktur bangunan rumah tinggal sederhana harus memenuhi

    persyaratan yang terdapat dalam:

    a. SNI 03-1727 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan

    gedung.

    b. SNI 03-1726 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan

    gedung.

    c. Pt-T-02-2000-C tata cara perencanaan rumah sederhana tahan gempa.

    d. SNI 03-2397 Tata Cara Perencanaan Bangunan Sederhana Tahan Angin

    6. Persyaratan tata letak bangunan terhadap gempa:

    a. Tata Letak bangunan rumah tinggal sederhana diusahakan sederhana,

    simetris, seragam, dan satu kesatuan.

    Gambar 3.1. Tata Letak Bangunan Rumah Tinggal Sederhana Yang Simetris

    b. Bentuk bangunan yang tidak beraturan, diperbolehkan sepanjang tidak

    ada tonjolan/coakan yang melebihi 25 % dari panjang sisi di arah

    tonjolan/coakan. Dalam hal tonjolan/coakan tersebut melebihi 25 %,

    diupayakan terdiri atas beberapa bagian dengan siar dilatasi.

    Gambar 3.2. Perletakan Dilatasi

    21

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    c. Sumbu tegak terpanjang dari massa bangunan rumah tinggal sederhana

    diarahkan tegak lurus terhadap garis pantai untuk meminimalkan

    bahaya gelombang pasang/tsunami.

    d. Perlindungan terhadap bahaya tsunami untuk bangunan yang berada di

    daerah dengan jarak

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    Pemisahan struktur

    Pemisahan struktur

    Gambar 3.4. Denah Bangunan yang Dianjurkan

    4) Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang

    pintu/jendela diusahakan simetris terhadap sumbu-sumbu denah

    bangunan rumah tinggal sederhana.

    Gambar 3.5. Penempatan Dinding Bangunan Rumah Tinggal Sederhana

    5) Bidang-bidang dinding sebaiknya membentuk ruang tertutup

    Gambar 3.6. Penempatan Bidang-Bidang Dinding

    6) Penggunaan bahan atap dan dinding diusahakan seringan mungkin.

    (a) Kurang Baik (b) Baik

    Gambar 3.7. Atap Bangunan Rumah Tinggal Sederhana

    23

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    7) kolom pengaku pada bangunan rumah tinggal sederhana dipasang

    dan diikat secara kaku pada struktur pondasi untuk setiap:

    i. luasan dinding 6 m2 di zona 5 dan 6;

    ii. luasan dinding 9 m2 di zona 4;

    iii. luasan dinding 12 m2 di zona 3.

    Kolom Pengaku

    Gambar 3.8. Penempatan Kolom Pengaku

    minimum 8mmjarak minimum 150mm

    minimum 8mmjarak minimum 100mm

    sloof (beton tulang)

    kolom penga-ku dinding(beton tulang)

    minimum 12mm

    minimum 12mm

    kolom pengaku dinding(beton tulang)

    sloof(beton tulang)

    pondasi

    TAMPAK SAMPINGPOTONGAN MELINTANG

    Gambar 3.9. Hubungan Kolom Pengaku Beton Bertulang dengan Pondasi

    paku minimal 4 buah

    paku minimum 4 buah

    POTONGAN MELINTANG TAMPAK SAMPING

    sloof(beton tulang)

    kolom pengaku dinding(kayu)

    kayu sebagai jangkar

    pasak kayuuntuk angker

    pasak kayu

    angkerdari kayu

    Gambar 3.10. Hubungan Kolom Pengaku Kayu dengan Pondasi

    24

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    8) Lubang/bukaan pada dinding diberi sistem perkuatan horisontal

    berupa balok lintel/latai. Balok latai diikat secara kaku ke kolom

    pengaku dinding

    d = diameter tulangan lintel

    minimum 12mm

    lintel(beton tulang)

    lintel(beton tulang)

    minimum 12mmkolom pengaku dinding (beton tulang)

    40 d

    Gambar 3.11. Hubungan Balok Latai dengan Kolom Pengaku

    9) Struktur pondasi (termasuk pondasi dinding pengisi) sebaiknya

    dibuat menerus tanpa terputus mengelilingi bangunan. Untuk

    pondasi perlu dipasang balok pengikat/sloof sepanjang pondasi

    tersebut. Pondasi-pondasi setempat perlu dipasang sloof untuk

    menyatukan struktur pondasi tersebut.

    10) Dipasang balok keliling (ring balk) yang diikat secara kaku dengan

    kolom.

    d = diameter tulangan lintel

    minimum 12mm

    lintel(beton tulang)

    lintel(beton tulang)

    minimum 12mmkolom pengaku dinding (beton tulang)

    40 d

    Gambar 3.12. Hubungan Ring Balk dengan Kolom Pengaku

    minimum 12mm

    minimum 12mm

    kolom pengaku dindingd = diameter tulangan

    ring balkbeton tulang

    40 d

    kolom pengaku dinding(beton tulang)

    Gambar 3.13. Tampak Atas Pertemuan Ring Balk

    25

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    11) Seluruh kerangka bangunan rumah tinggal sederhana dari atap

    sampai pondasi terikat secara kaku dan kokoh sebagai satu kesatuan

    struktur baik dalam arah vertikal maupun horizontal.

    12) Bila memakai kayu, gunakan bahan kayu yang kering.

    13) Bila dinding memakai pasangan bata/batako, pasang angker dengan

    diameter minimum 8 mm untuk setiap jarak vertikal 30 cm yang

    dijangkarkan secara baik ke kolom.

    14) Antara tembok dengan kusen pintu/jendela juga perlu diadakan

    pengikatan dengan jangkar-jangkar.

    15) Rangka atap/kuda-kuda perlu dijangkarkan pada dinding dengan

    besi berdiameter minimum 12 mm.

    minimum 12mm

    kuda-kuda atap

    dinding bata

    ring balk beton tulang

    baut minimum 12mm

    baut angker

    Gambar 3.14. Hubungan Kuda-Kuda dengan Ring Balk

    seng BWG 28atau lebih tebal

    mur plat

    ring balk kayu

    dinding bata

    kuda2 atap

    TAMPAK SAMPING

    murplat

    pasak kayu

    pasak kayu

    (a)

    26

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    ring balk beton tulang

    Kuda2 atapmurplat

    TAMPAK SAMPING

    ALTERNATIF BENTUK PENAMPANGDAN TULANGAN RING BALK

    minimum 14mm

    mur plat

    baut minimum 12mm

    ring balk beton tulang

    kuda-kuda atap

    minimum 12mm

    baut angker

    (b)

    Gambar 3.15. Alternatif Bentuk Penampang dan Tulangan Ring Balk

    16) Komposisi campuran untuk beton dan spesi/adukan adalah sebagai

    berikut :

    a) Beton (1 semen : 2 pasir : 3 kerikil).

    b) Spesi (1 semen : 3 pasir)

    17) Dimensi dan penulangan yang diperlukan untuk sloof, balok latai,

    kolom utama dan kolom pengaku dinding dapat dilihat pada

    Lampiran Matriks Persyaratan Struktur.

    7. Persyaratan Pembebanan

    Analisa Struktur dilakukan dengan memeriksa tanggap struktur terhadap

    beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layan struktur, dengan

    memperhitungkan beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan beban

    khusus.

    8. Konstruksi Struktur Bangunan Atas

    a. Konstruksi Beton

    b. Konstruksi Baja

    c. Konstruksi Kayu

    d. Konstruksi Dengan Bahan dan Teknologi Khusus

    9. Konstruksi Struktur Bangunan Bawah

    a. Perencanaan Umum

    1) Definisi

    a) Jenis Pondasi :

    i. Pondasi dangkal, jika D/B < 4.

    ii. Dikatakan setempat, bila L/B 10

    iii. Pondasi semi dalam, jika 4 < D/B < 10

    27

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    iv. Pondasi dalam, jika D/B > 10

    b) Jenis Tanah :

    i. Lempung (clay) : < 0.002 mm ii. Lanau (silt) : 0.002 mm < < 0.075mm

    iii. Pasir (sand) : 0.075 mm < < 2 mm iv. Kerikil (gravel) : 2 mm < < 76.2 mm

    Lempung (clay) dan Lanau (silt) tergolong cohesive soil, sedangkan pasir (sand) dan kerikil (gravel) tergolong cohesionless soil. (Sumber : American Association of State Hihgway and Transportation (AASHTO) & Massachusetts Institute of Technology, MIT)

    Gambar 3.16 Jenis Pondasi dan Dimensinya

    D

    B

    D

    BD

    B

    s

    Gambar 3.17 Differential Settlement

    Keterangan Gambar 3.13 dan 3.14 : L = panjang dasar pondasi dangkal B = lebar atau diam pondasi D = kedalaman dasar pondasi dari muka tanah = diam butiran solid tanah = differential settlement s = bentang antar pondasi atau kolom

    2) Dimensi dan material pondasi tergantung pada :

    a) Beban kerja (SNI 03-1727 Tata cara perencanaan pembebanan

    untuk rumah dan gedung, dan SNI 03-1726 Tata cara

    perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung).

    28

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    b) Jenis dan kepadatan tanah yang dituangkan dalam bentuk

    bearing capacity,

    c) Safety factor terhadap bearing capacity > 5

    Kedalaman dan lebar dasar pondasi dangkal minimum untuk

    kategori rumah tinggal dengan 15

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    2) Pondasi Setempat :

    a) Pondasi Batu Kali

    b) Pondasi Beton

    III.2.2. Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran 1. Umum

    a. Setiap bangunan rumah tinggal sederhana harus dilindungi terhadap

    bahaya kebakaran dengan sistem proteksi pasif.

    b. Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi

    risiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau

    jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan rumah tinggal sederhana.

    2. Sistem Proteksi Pasif

    a. Sistem proteksi pasif merupakan sistem proteksi kebakaran yang

    berbasis pada disain struktur dan arsitektur sehingga bangunan rumah

    tinggal sederhana itu sendiri secara struktur tetap stabil dan dapat

    menghambat penjalaran api/panas dan asap, meliputi :

    1) Kemampuan stabilitas struktur dan elemennya;

    2) Konstruksi tahan api;

    3) Kompartemenisasi dan pemisahan/penyekatan ruang;

    4) Proteksi pada bukaan dinding.

    Gambar 3.18. Kompartemenisasi untuk Mencegah Penjalaran Api

    b. Persyaratan teknis mengenai sistem proteksi pasif meliputi :

    1) SNI 03-1735 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses

    lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan

    gedung.

    30

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    2) SNI 03-1736 Tata cara perencanaan struktur bangunan untuk

    pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

    3) SNI 03-1740 Metode pengujian bakar bahan bangunan untuk

    pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

    4) SNI 03-1746 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan

    keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada

    gedung.

    5) SNI 03-6718 Spesifikasi bahan bangunan untuk pencegahan bahaya

    kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

    6) SNI 03-7565 Spesifikasi bahan bangunan untuk pencegahan bahaya

    kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

    c. Persyaratan yang lebih detail mengenai sistem proteksi pasif dapat

    dilihat pada Kepmeneg PU Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan

    Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan

    Gedung dan Lingkungan Bab IV.

    III.2.3. Bangunan Dan Jalur Penyelamatan 1. Bencana Tsunami, Banjir dan Gempa

    a. Bangunan Penyelamatan

    1) Bangunan ibadah, sekolah, balai pertemuan, perkantoran dan

    bangunan tinggi lainnya dapat dipergunakan sebagai bangunan

    penyelamat apabila memiliki konstruksi yang kokoh, dapat dicapai

    dalam waktu 15 menit, mempunyai radius pelayanan maksimum 2

    km, dan dapat menampung orang banyak.

    2) Pada Zona I, bangunan penyelamat mempunyai ketinggian lantai

    lebih dari 2 m diatas permukaan tanah.

    31

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    Gambar 3.19. Contoh Bangunan Penyelamatan

    b. Jalur Penyelamatan

    1) Zona I dan II

    a) Untuk mempercepat evakuasi penduduk menjauhi pantai, perlu

    disediakan jalur penyelamatan berupa jalan lingkungan utama

    yang tegak lurus dengan garis pantai menuju kearah bangunan

    dan/atau bukit penyelamatan dan jalan darurat.

    b) Jalur penyelamatan tersebut harus terhubung secara baik dengan

    jalan lokal, kolektor maupun arteri, dengan badan jalan dua jalur

    tanpa hambatan masing-masing dengan lebar minimal 6 m.

    c) Jalan darurat merupakan jalan terpendek keluar lingkungan ke

    arah jalan lokal dan kolektor yang tanpa hambatan, dengan lebar

    badan jalan minimal 6 m.

    d) Pada jalur penyelamatan harus dilengkapi dengan rambu-rambu

    pertandaan dan arah penyelamatan, yang mudah terlihat, kuat

    dan terpelihara.

    2) Zona III dan IV

    a) Jalan lingkungan utama sebagai jalur penyelamatan harus

    terhubung secara baik dengan jalan lokal, kolektor maupun

    arteri, dengan lebar badan jalan tanpa hambatan dua jalur

    minimal 12 m dan jalan darurat.

    32

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    b) Jalan darurat merupakan jalan terpendek keluar lingkungan ke

    arah jalan lokal dan kolektor tanpa hambatan dengan lebar

    badan jalan minimal 6 m.

    c) Jalan keluar dari setiap bangunan rumah tinggal sederhana harus

    disediakan minimal satu jalur yang tidak boleh melewati

    bangunan rumah tinggal sederhana tetangga, dan harus langsung

    ke jalan lingkungan dan/atau jalan darurat.

    d) Pada jalur penyelamatan harus dilengkapi dengan rambu-rambu

    pertandaan dan arah penyelamatan, yang mudah terlihat, kuat

    dan terpelihara.

    e) Jalan lingkar luar kota merupakan jalur utama tanpa hambatan

    sebagai jalur evakuasi/penyelamatan utama kota.

    2. Bencana Kebakaran

    a. Untuk penanggulangan kebakaran setiap bangunan rumah tinggal

    sederhana dan lingkungan perumahan perlu disediakan:

    1) Sumur atau sumber air yang memadai untuk sarana pemadam

    kebakaran.

    2) Kantong-kantong pasir yang diletakkan pada tiap unit bangunan

    rumah tinggal.

    b. Jalur Evakuasi Kebakaran

    1) Dalam lingkungan perumahan harus disediakan jalur evakuasi

    kebakaran berupa jalan lingkungan dengan lebar perkerasan jalan

    minimal 4 m tanpa hambatan.

    2) Akses jalan lingkungan minimal 45 m masuk kedalam lingkungan

    dari jalan masuk utama, harus mudah diakses oleh kendaraan

    pemadam kebakaran dan sirkulasi petugas pemadam kebakaran.

    3) Ketentuan mengenai akses evakuasi kebakaran pada lingkungan

    mengacu pada Kepmeneg PU Nomor 10/KPTS/2000 tentang

    Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada

    Bangunan Gedung Dan Lingkungan.

    33

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    III.2.4. Sistem Penangkal Petir Setiap bangunan rumah tinggal sederhana yang berdasarkan letak, sifat

    geografis, bentuk dan penggunaannya diperhitungkan mempunyai risiko

    terkena sambaran petir, diberi instalasi penangkal petir.

    III.2.5. Instalasi Listrik 1. Setiap bangunan rumah tinggal sederhana yang dilengkapi dengan instalasi

    listrik termasuk sumber daya listriknya harus dijamin aman, andal, dan

    akrab lingkungan.

    2. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya, jaringan distribusi, papan

    hubung bagi, beban listrik, serta transformator distribusi outdoor dan

    indoor.

    3. Sistem instalasi listrik dan penempatannya mudah diamati, dipelihara, tidak

    membahayakan, mengganggu dan merugikan bagi manusia, lingkungan,

    bagian bangunan dan instalasi lainnya.

    4. Persyaratan teknis mengenai instalasi listrik mengikuti :

    a. SNI 04-0225 Persyaratan umum instalasi listrik.

    b. Untuk hal-hal yang belum tercakup menggunakan standar baku dan

    ketentuan teknis yang berlaku.

    III.3. KESEHATAN III.3.1. Ventilasi dan Pengkondisian Udara

    1. Bangunan rumah tinggal sederhana untuk memenuhi persyaratan sistem

    penghawaan harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi

    mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya.

    2. Bangunan rumah tinggal sederhana harus mempunyai bukaan permanen,

    kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat

    dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.

    3. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem ventilasi

    alami mengikuti standar baku dan ketentuan teknis yang berlaku.

    III.3.2. Pencahayaan 1. Setiap bangunan rumah tinggal sederhana harus mempunyai bukaan untuk

    pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan.

    34

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    2. Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi masing-

    masing ruang.

    3. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang

    dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dengan mempertimbangkan efisiensi,

    penghematan energi.

    4. Tata cara perencanaan, pemasangan, operasi dan pemeliharaan sistem

    pencahayaan buatan pada bangunan rumah tinggal sederhana mengikuti

    pedoman atau standar teknis yang berlaku.

    III.3.3. Sanitasi Pada Bangunan Rumah Tinggal Sederhana 1. Sistem penyediaan air bersih

    a. Harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber

    air bersih, kualitas air bersih, sistem distribusi, dan penampungannya.

    b. Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan

    dan/atau sumber air lainnya serta yang memenuhi persyaratan

    kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.

    c. Kualitas air bersih memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam

    Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990.

    d. Penampungan air bersih dalam bangunan rumah tinggal sederhana

    diupayakan sedemikian rupa agar menjamin kualitas air dan memenuhi

    persyaratan kelaikan fungsi bangunan rumah tinggal sederhana.

    e. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem

    penyediaan air bersih, mengikuti pedoman atau standar teknis yang

    berlaku

    2. Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah

    a. Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan

    dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis air kotor dan/atau air

    limbah.

    b. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem

    pembuangan air kotor dan air limbah pada bangunan rumah tinggal

    sederhana mengikuti pedoman atau standar teknis yang berlaku.

    35

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    3. Sistem Penyaluran Air Hujan

    a. Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan

    mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas

    tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.

    b. Setiap bangunan rumah tinggal sederhana dan pekarangannya harus

    dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.

    c. Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam

    tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum

    dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan

    yang berlaku.

    d. Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang

    dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara

    lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.

    e. Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah

    terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.

    f. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem

    penyaluran air hujan pada bangunan rumah tinggal sederhana mengikuti

    pedoman atau standar teknis yang berlaku, seperti:

    1) SNI 03-2453 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk

    lahan pekarangan.

    2) SNI 03-2459 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan

    pekarangan.

    4. Sistem Pengelolaan Sampah

    a. Sistem pembuangan kotoran dan sampah direncanakan dan dipasang

    dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.

    b. Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk

    penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-

    masing bangunan rumah tinggal sederhana, yang diperhitungkan

    berdasarkan jumlah penghuni, volume kotoran dan sampah.

    c. Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk

    penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak

    mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

    36

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    d. Ketentuan pengelolaan sampah

    1) Kriteria besaran timbulan sampah untuk rumah tinggal di NAD

    adalah 2,1 ltr/orang/hari, sedangkan untuk non-rumah tinggal 24

    ltr/unit/hari.

    2) Setiap bangunan rumah tinggal sederhana atau perluasannya

    dilengkapi dengan fasilitas pewadahan yang memadai, sehingga

    tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan bagi penghuni,

    masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

    3) Bagi pengembang perumahan yang membangun 80 unit rumah

    wajib menyediakan wadah sampah, alat pengumpul dan tempat

    pembuangan sampah sementara, sedangkan pengangkutan dan

    pembuangan akhir sampahnya bergabung dengan sistem yang sudah

    ada.

    4) Sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) adalah buangan yang

    besifat mudah meledak, mudah terbakar, infeksius, korosif, reaktif,

    dan beracun harus diolah mengikuti ketentuan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    e. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem

    pengolahan sampah mengikuti pedoman atau standar teknis yang

    berlaku, seperti SNI 19-2454 Penentuan tempat penampungan

    sementara sampah.

    5. Sistem Sanitasi Komunal

    a. Hidran Umum

    1) Sistem penyediaan air bersih komunal disediakan pada permukiman

    bila tidak tersedia sistem penyediaan air bersih secara individual.

    Penyediaan air bersih secara komunal dilayani melalui hidran

    umum. (Gambar 3.20)

    37

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    Gambar 3.20. Hydran Umum

    Tampak Depan

    Tampak Depan

    Potongan

    Denah Hidran Umum

    38

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    2) Perancangan hidran umum/kran umum didasarkan atas kebutuhan

    yaitu setiap kran dapat melayani antara 30 ltr/orang/hari sampai

    dengan 50 ltr/orang/hari.

    3) Untuk sumber air dari sumur gali atau sumur pompa tangan,

    diperhitungkan setiap sumur dapat melayani 10 kepala keluarga.

    b. MCK (mandi, cuci, kakus) Umum

    1) MCK umum dibangun di permukiman yang tidak tersedia fasilitas

    MCK pribadi.

    2) Pemilihan kokasi MCK umum hendaknya memperhatikan hal-hal

    berikut :

    a) lokasi mudah dijangkau.

    b) dapat dibangun di daerah yang sempit.

    3) Terdapat sumber air, baik dari PAM atau sumur.

    4) Banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan MCK umum untuk

    jumlah pemakai tertentu dapat menampung pelayanan pada jam-jam

    sibuk. Banyaknya ruangan pada satu kesatuan MCK umum dapat

    dilihat pada Tabel 3.1. Sedangkan gambar contoh tata letak MCK

    umum tercantum pada Gambar 3.2.1. Tabel 3.1. Banyaknya Ruangan Pada Satu Kesatuan MCK Umum Berdasarkan Jumlah Pemakai Untuk Keperluan Pria Maupun Wanita yang Dipisahkan.

    Banyaknya ruangan Jumlah pemakai (orang) Mandi Cuci Kakus 10 20 2 1 2 21 40 2 2 2 41 - 80 2 3 4

    81 100 2 4 4 101 120 4 5 4 121 160 4 5 6 161 - 200 4 6 6

    Sumber : NSPM Kimpraswil, Metoda, Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 11 : Lalu lintas, Lingkungan jalan, Sanitasi dan Persampahan

    39

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    KM WANITA

    KM PRIA

    TEMPAT CUCI

    SEPTIKTANK

    KM WANITA

    KM PRIA

    Gambar 3.2.1. Tata Letak MCK Umum

    5) Sistem plambing pada MCK umum mengikuti sistem plambing air

    bersih dan air limbah pada peraturan ini.

    6) Bangunan MCK umum dipisahkan antara MCK untuk laki-laki

    dengan MCK untuk perempuan.

    7) Tata cara perencanaan bangunan MCK umum mengacu pada SNI

    03-2399 Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.

    8) Pengolahan limbah dari MCK umum dilakukan menggunakan

    septik tank, dengan kapasitas yang ditentukan berdasarkan jumlah

    pemakai MCK, kecuali tersedia saluran air limbah umum kota.

    9) Jarak tangki septik dan resapan dengan sumber air bersih minimal

    10 m mengacu pada SNI-03-6379 Spesifikasi dan tata cara

    pemasangan perangkap bau.

    c. Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Komunal

    1) Wadah sampah komunal disediakan bagi pemukiman yang sulit

    dijangkau oleh alat angkut.

    2) Penyediaan wadah sampah komunal dapat dilakukan oleh instansi

    berwenang atau swadaya masyarakat maupun pihak swasta.

    3) Wadah sampah komunal ditempatkan sedekat mungkin dengan

    sumber sampah, tidak menganggu pemakai jalan atau sarana umum

    40

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    lainnya, di ujung gang atau jalan kecil, fasilitas umum dan jarak

    antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100 m.

    4) Pola pengumpulan sampah komunal terdiri dari pola langsung dan

    pola komunal tidak langsung.

    5) Frekuensi pengumpulan dilakukan terpisah antara sampah basah

    (organik) dan sampah kering (anorganik). Frekuensi pengumpulan

    untuk sampah basah paling lama setiap 2 hari sekali, sedangkan

    untuk sampah kering dapat dilakukan paling lama setiap 3 hari

    sekali.

    III.3.4. Penggunaan Bahan Bangunan 1. Bahan bangunan rumah tinggal sederhana yang digunakan harus aman bagi

    kesehatan pengguna dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

    lingkungan.

    2. Pemanfaatan dan penggunaan bahan bangunan lokal harus sesuai dengan

    kebutuhan dan memperhatikan kelestarian lingkungan.

    3. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan bahan bangunan

    mengikuti standar baku dan ketentuan teknis yang berlaku.

    III.4. KENYAMANAN 1. Persyaratan kenyamanan bangunan rumah tinggal sederhana meliputi

    kenyamanan ruang gerak, hubungan antarruang, kondisi udara dalam ruang,

    dan tingkat kebisingan.

    2. Untuk mendapatkan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang

    dalam bangunan rumah tinggal sederhana, harus mempertimbangkan :

    a. fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan, aksesibilitas ruang,

    di dalam bangunan rumah tinggal sederhana; dan

    b. persyaratan keselamatan dan kesehatan.

    3. Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam bangunan

    rumah tinggal sederhana harus mempertimbangkan temperatur dan

    kelembaban.

    4. Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada

    bangunan rumah tinggal sederhana harus mempertimbangkan jenis

    kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising lainnya.

    41

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN III

    5. Tata cara perencanaan kenyamanan pada bangunan rumah tinggal

    sederhana mengikuti standar baku dan ketentuan teknis yang berlaku.

    III.5. KEMUDAHAN 1. Persyaratan kemudahan merupakan kemudahan aksesibilitas dalam

    bangunan rumah tinggal sederhana.

    2. Kemudahan aksesibilitas pada bangunan rumah tinggal sederhana berupa

    tersedianya pintu dan jalur sirkulasi yang memadai.

    3. Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan

    berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.

    4. Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan

    fungsi ruang dan aspek keselamatan.

    5. Ukuran jalur sirkulasi sebagai akses horizontal antarruang dipertimbangkan

    berdasarkan fungsi ruang dan jumlah pengguna.

    6. Tata cara perencanaan kemudahan aksesibilitas dalam bangunan rumah

    tinggal sederhana mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

    42

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    BAGIAN IV

    TATA LAKSANA

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    IV. 1. UMUM

    1. Pembangunan rumah tinggal sederhana diselenggarakan melalui proses

    perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

    2. Tata laksana penyelenggaraan rumah tinggal sederhana meliputi tata laksana

    pembangunan dan pemanfaatan.

    3. Pembangunan rumah tinggal sederhana dapat dilakukan baik di tanah milik

    sendiri maupun di tanah milik pihak lain.

    4. Pembangunan rumah tinggal sederhana di tanah milik pihak lain dilakukan

    berdasarkan atas perjanjian tertulis antara pemilik tanah dan pemilik rumah

    tinggal sederhana.

    5. Penyelenggara pembangunan rumah tinggal sederhana berkewajiban

    memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan

    fungsi rumah tinggal.

    6. Pembangunan rumah tinggal sederhana dapat dilaksanakan setelah rencana

    teknis rumah tinggal sederhana disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam

    bentuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

    7. Rencana teknis rumah tinggal sederhana yang diselenggarakan oleh lembaga

    non pemerintah, organisasi kemasyarakatan, perguruan tinggi, swasta, dalam

    rangka rehabilitasi dan rekonstruksi, sebelum dilaksanakan harus mendapat

    rekomendasi terlebih dahulu dari instansi teknis yang bertanggungjawab

    terhadap pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung di wilayah Provinsi

    Nanggroe Aceh Darussalam.

    IV.2. PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

    IV.2.1 Persyaratan Administratif 1. Status Kepemilikan Tanah

    43

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    a. Setiap rumah tinggal sederhana yang akan dibangun harus didirikan

    pada tanah yang status kepemilikannya jelas, baik milik sendiri

    maupun milik pihak lain.

    b. Dalam hal tanah milik pihak lain, rumah tinggal sederhana yang

    akan dibangun hanya dapat didirikan dengan izin pemanfaatan

    tanah dari pemegang hak atas tanah, atau pemilik tanah dalam

    bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau

    pemilik tanah dengan pemilik rumah tinggal sederhana.

    c. Perjanjian tertulis dimaksud harus memuat paling sedikit hak dan

    kewajiban para pihak, luas, letak, dan batas-batas tanah, serta fungsi

    rumah tinggal sederhana, dan jangka waktu pemanfaatan tanah.

    2. IMB Rumah Tinggal Sederhana

    a. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan.

    1) IMB diproses melalui permohonan untuk mendirikan

    bangunan rumah tinggal sederhana oleh pemilik, dapat berupa

    permohonan dari perorangan, dan/atau dari penanggungjawab

    lembaga non pemerintah, organisasi kemasyarakatan,

    perguruan tinggi, atau swasta.

    b. Permohonan IMB diajukan secara tertulis oleh pemohon kepada

    Bupati/Walikota, dengan mengisi formulir yang tersedia dan

    melampirkan persyaratan sebagai berikut :

    1) Surat keterangan Rencana Detail Tata Ruang, dan/atau Surat

    Keterangan Rencana Kabupaten/Kota, dan/atau surat keterangan

    lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.

    2) Fotocopy kartu tanda penduduk pemohon atau bukti identitas

    lain sesuai peraturan perundang-undangan.

    3) Fotocopy surat tanda bukti status pemilikan hak atas tanah atau

    bukti lainnya berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah warga

    dan para tokoh masyarakat atau bukti lainnya sesuai peraturan

    perundang-undangan.

    4) Gambar rencana teknis (denah/siteplan, rencana arsitektur,

    rencana struktur, rencana instalasi) dan dicantumkan nama

    penanggung jawab perencana (arsitektur, struktur, utilitas),

    44

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    penanggung jawab pengawasan pembangunan dan penanggung

    jawab pelaksana konstruksi.

    5) Gambar rencana teknis, untuk pembangunan gedung dan atau

    rumah secara massal harus dilengkapi dengan gambar rencana

    penataan bangunan dan lingkungan dan/atau master plan

    penataan lingkungan/kawasan.

    6) Bagi bangunan gedung tertentu yang menimbulkan dampak

    penting lingkungan diwajibkan memiliki Analisis lingkungan

    (UKL/UPL atau AMDAL).

    7) Untuk permohonan IMB atas bangunan tambahan dan/atau

    perubahan desain bangunan lama yang telah memiliki IMB,

    selain mengajukan kelengkapan permohonan IMB di atas, harus

    melampirkan dokumen yang lama.

    3. Pemberian Izin Bangunan.

    a. IMB rumah tinggal sederhana diberikan kepada pemohon setelah

    memenuhi persyaratan adiministratif dan teknis.

    b. IMB rumah tinggal sederhana diberikan atas keputusan

    Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk, secara cepat.

    c. Waktu pernyelesaian permohonan IMB akan ditetapkan dalam

    Peraturan Daerah/Qanun atau paling lambat 1 (satu) bulan setelah

    permohonan dinyatakan lengkap dan diterima.

    d. Untuk wilayah yang terkena bencana gempa dan tsunami waktu

    penerbitan IMB paling lambat 14 (empat belas) hari setelah

    permohonan dinyatakan lengkap dan diterima.

    e. IMB hanya berlaku kepada nama yang tercantum dalam Surat Izin

    Mendirikan Bangunan.

    f. Perubahan nama pada Surat IMB dikenakan bea balik nama sesuai

    dengan peraturan yang berlaku.

    g. IMB dapat diberikan dengan masa berlaku sementara oleh

    Bupati/Walikota, atau Pejabat yang ditunjuk untuk jangka waktu 1

    (satu) tahun.

    45

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    4. Tidak diperlukan Izin Mendirikan Bangunan

    IMB tidak diperlukan dalam hal :

    a. Bangunan bedeng atau direksi keet;

    b. Pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan bangunan;

    c. Membuat lubang ventilasi, penerangan dan lain sebagainya yang

    luasnya tidak lebih 1 meter persegi dengan sisi terpanjang mendatar

    tidak lebih dari 2 meter;

    d. Kandang untuk pemeliharaan hewan piaraan atau bangunan untuk

    pemeliharaan tanaman, sepanjang tidak bertentangan dengan

    Peraturan Daerah/Qanun, dengan syarat-syarat :

    1) Ditempatkan di halaman belakang;

    2) Luas tidak melebihi 10 (sepuluh) meter persegi dan tingginya

    tidak lebih dari 2 (dua) meter;

    e. Membuat kolam hias, taman dan patung, tiang bendera, di

    halaman/pekarangan rumah tinggal sederhana.

    f. Membongkar bagian bangunan yang menurut pertimbangan Dinas

    Teknis terkait tidak membahayakan.

    5. Penolakan Izin Mendirikan Bangunan

    a. Rumah tinggal sederhana yang akan didirikan pada lokasi yang

    penggunaannya tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah

    ditetapkan.

    b. Rumah tinggal sederhana yang akan didirikan tidak memenuhi

    persyaratan administratif dan teknis.

    c. Kegiatan mendirikan dan/atau menggunakan rumah tinggal

    sederhana berpotensi melanggar ketertiban umum dan/atau

    merugikan kepentingan umum.

    d. Adanya keberatan yang diajukan dan dibenarkan oleh Dinas Teknis

    terkait.

    e. Bertentangan dengan Undang-undang, Perda/Qanun Provinsi atau

    peraturan lainnya yang setingkat dengan Perda/Qanun tersebut.

    6. Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan

    a. Dalam waktu 6 (enam) bulan setelah tanggal penetapan izin belum

    dimulai pelaksanaan pembangunannya.

    46

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    b. Pekerjaan yang telah dilaksanakan tidak diteruskan dan dianggap

    hanya berupa pekerjaan persiapan.

    c. Dalam waktu 6 (enam bulan) berturut-turut pelaksanaan

    pembangunan terhenti sebagian atau seluruhnya sehingga bangunan

    tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

    d. Dikemudian hari ternyata keterangan atau lampiran persyaratan

    permohonan izin yang diajukan ternyata palsu atau dipalsukan baik

    sebagian maupun seluruhnya.

    e. Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan tidak sesuai dengan

    izin serta ketentuan lainnya yang berlaku.

    f. Pencabutan dilakukan setelah diberi peringatan terlebih dahulu

    sebanyak 3 (tiga) kali kepada pemegang IMB dengan tenggang

    waktu 1 bulan untuk masing-masing surat peringatan.

    g. Pencabutan IMB ditetapkan oleh Bupati/Walikota, atau Pejabat

    yang ditunjuk.

    h. Terhadap bangunan yang telah dicabut izin bangunannya, 6 (enam)

    bulan terhitung sejak pencabutannya dan tidak ada penyelesaian

    lanjutan, maka bangunan harus dibongkar sendiri atau dibongkar

    paksa oleh petugas, dengan biaya pemilik bangunan.

    7. Permohonan Banding Kepada Bupati/Walikota.

    a. Permohonan banding kepada Bupati/Walikota dapat dilakukan

    dalam hal terjadi penolakan dan pencabutan IMB Bupati/Walikota

    atau Pejabat yang ditunjuk.

    b. Ketentuan mengenai permohonan banding diatur dalam Peraturan

    Daerah (Qanun) Kabupaten/Kota tentang Bangunan Gedung.

    IV.2.2 Perencanaan Teknis. 1. Perencanaan teknis adalah kegiatan penyusunan rencana teknis rumah

    tinggal sederhana termasuk desain prototipe, mulai dari pembuatan

    gambar prarencana sampai dengan dokumen rencana teknis untuk

    pelaksanaan konstruksi.

    2. Bila perencanaan teknis rumah tinggal sederhana dilakukan oleh

    penyedia jasa perencanaan, maka harus berdasarkan kerangka acuan

    47

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    kerja dan dokumen ikatan kerja, dengan lingkup kegiatan perencanaan

    teknis meliputi:

    a. pembuatan gambar prarencana;

    b. pengembangan gambar rencana;

    c. pembuatan gambar rencana detail;

    d. pembuatan dokumen pelaksanaan konstruksi;

    e. pemberian penjelasan dan evaluasi pengadaan jasa pelaksanaan;

    f. pengawasan berkala pelaksanaan konstruksi bangunan gedung.

    3. Dokumen rencana teknis rumah tinggal sederhana berupa rencana-

    rencana teknis arsitektur, struktur dan konstruksi, dalam bentuk gambar

    rencana, gambar detail pelaksanaan, rencana kerja dan syarat-syarat

    administratif, syarat umum dan syarat teknis, rencana anggaran biaya

    pembangunan, dan/atau laporan perencanaan.

    4. Dokumen perencanaan teknis harus disusun berdasarkan persyaratan

    teknis sebagaimana diatur dalam Bagian II Persyaratan Tata Bangunan

    dan Lingkungan, dan Bagian III Keandalan Bangunan Gedung Rumah

    Tinggal Sederhana.

    5. Pengadaan jasa perencanaan teknis rumah tinggal sederhana dilakukan

    melalui cara pelelangan, pemilihan langsung, penunjukan langsung atau

    sayembara.

    6. Hubungan kerja antara penyedia jasa perencanaan teknis dan pemilik

    rumah tinggal sederhana dilaksanakan berdasarkan ikatan kerja yang

    dituangkan dalam perjanjian tertulis sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    IV.2.3 Pelaksanaan Konstruksi 1. Pelaksanaan konstruksi rumah tinggal sederhana dimulai setelah

    pemilik memperoleh IMB.

    2. Pelaksanaan konstruksi rumah tinggal harus berdasarkan pada

    dokumen rencana teknis yang telah disetujui dan disahkan oleh

    Pemerintah Kabupaten/Kota setempat.

    48

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    3. Pelaksanaan konstruksi rumah tinggal sederhana berupa pembangunan

    baru, perbaikan, penambahan, dan/atau perubahan, dapat dilakukan

    oleh pemilik atau oleh penyedia jasa pelaksana konstruksi.

    4. Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa pelaksana

    konstruksi meliputi kegiatan pemeriksaan dokumen pelaksanaan,

    persiapan lapangan, kegiatan konstruksi, pemeriksaan akhir pekerjaan

    konstruksi dan penyerahan hasil akhir pekerjaan, dengan mengikuti

    ketentuan perundang-undangan tentang jasa konstruksi.

    IV.2.4 Pengawasan Konstruksi 1. Pengawasan konstruksi rumah tinggal sederhana dapat dilakukan oleh

    penyedia jasa pengawasan konstruksi atau oleh dinas teknis terkait.

    2. Dalam hal pengawasan dilakukan oleh penyedia jasa pengawasan

    konstruksi, lingkup pengawasan meliputi pengawasan biaya, mutu, dan

    waktu pada tahap pelaksanaan konstruksi, serta pemeriksaan kelaikan

    fungsi bangunan gedung, dengan mengikuti ketentuan perundang-

    undangan tentang jasa konstruksi.

    3. Pemeriksaan kelaikan fungsi rumah sederhana meliputi pemeriksaan

    kesesuaian fungsi, persyaratan tata bangunan, keselamatan, kesehatan,

    kenyamanan, dan kemudahan, terhadap IMB gedung yang telah

    diberikan.

    4. Dinas teknis terkait melakukan pengawasan berkala dalam rangka

    pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung dan berwenang untuk:

    a. Memasuki dan memeriksa tempat /lokasi pembangunan setiap saat

    pada jam kerja.

    b. Memeriksa Surat Ijin Membangun Bangunan, pelaksanaan K3,

    ketertiban dan kebersihan lokasi pembangunan.

    5. Pemilik IMB wajib memberitahukan kepada Pemerintah Daerah saat

    selesai seluruh pekerjaan mendirikan rumah tinggal sederhana.

    IV.2.5 Sertifikat Laik Fungsi 1. Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan sertifikat laik

    fungsi terhadap rumah tinggal sederhana yang telah selesai dibangun

    49

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    dan telah memenuhi persyaratan kelaikan fungsi berdasarkan hasil

    pemeriksaan kelaikan fungsi oleh penyedia jasa pengawasan atau oleh

    dinas teknis terkait sebagai prasyarat untuk dapat dimanfaatkan.

    2. Pemberian sertifikat laik fungsi rumah tinggal sederhana dilakukan

    dengan mengikuti prinsip-prinsip pelayanan prima dan tanpa dipungut

    biaya.

    3. Sertifikat laik fungsi untuk bangunan rumah tinggal sederhana berlaku

    selama 20 (dua puluh) tahun.

    4. Untuk rumah tinggal sederhana tipe 36 tidak diperlukan perpanjangan

    sertifikat laik fungsi.

    50

  • PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (BUILDING CODE) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD)

    BAGIAN IV

    A

    AMDAL 17, 45 Analisa Struktur 27

    B

    B3 37 Bangunan Penyelamatan 31

    G

    Gampong 15 GSB 8

    H

    Hidran Umum 37

    I

    IMB 3, 45 Instalasi Listrik 34 Intensitas Bangunan 8, 10, 11 Izin Mendirikan Bangunan 43, 44, 45, 46

    J

    Jalur Penyelamatan 31, 32 Jarak bebas bangunan 8, 9, 10, 11

    K

    kawasan lindung 4, 8 Kebakaran 30, 31, 33 kemudahan 19, 42 kenyamanan 5, 19, 37, 41, 42 Kepadatan Bangunan 3, 7 Konstruksi Struktur Bangunan Atas 27 Konstruksi Struktur Bangunan Bawah 27

    M

    mangrove 22 MCK 39, 40 meunasah 15

    P

    pemeliharaan 46 penambahan 49 Penangkal Petir 34 Pencahayaan 34, 35 Pengkondisian Udara 34 penyelenggaraan 43, 49 perbaikan 49 Perencanaan 27, 28, 43, 47 Persyaratan 27, 29, 43, 48 Persyaratan Bahan Bangunan 20 Persyaratan Tata Letak Bangunan 14, 21 perubahan 49

    R

    RTRW 44

    S

    Sampah Komunal 40 Sistem Pembuangan Air Kotor 35 Sistem Pengelolaan Sampah 36 Sistem Penyaluran Air Hujan 36 Sistem penyediaan air bersih 35, 37 Sistem Sanitasi Komunal 37 Status Kepemilikan Tanah 43 Struktur pondasi 25

    T

    Tingkat Kegempaan 21

    U

    UKL 45 UPL 45

    V

    Ventilasi 34

    Z

    Zonasi 20

    51

    Daftar Isi Buku 1 RTS.docBuku 1 RTS.docBAGIAN II