Daerah Tangkapan
-
Upload
dewi-yulianti -
Category
Documents
-
view
172 -
download
2
Transcript of Daerah Tangkapan
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 1/20
Daerah Tangkapan, Konservasi Tanah dan Ekonomi Pemanfaatan Air
Studi Kasus Waduk Sermo, Kabupaten Kulonprogo, Propinsi DIY
1. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam hal pemanfaatan
sumberdaya air untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti misalnya kebutuhan air untuk
irigasi, air minum, PLTA, industri, dll, Pemerintah Indonesia telah melakukan pembangunan
berbagai fasilitas pendukung, seperti
misalnya pembangunan bangunan bendungan/waduk, embung, bendung, jaringan
irigasi, jaringan distribusi air bersih, jaringan penanganan air limbah dan lain-lain,
yang pada umumnya dibangun dengan biaya investasi yang tinggi.
Penetapan usia operasi dari bangunan-bangunan tersebut di atas seringkali
hanya didasarkan atas asas besarnya manfaat (benefit ) yang akan diperoleh oleh
masyarakat, tanpa memperhitungkan apakah bangunan air tersebut memiliki
“kemandirian ekonomi” atau tidak; kemandirian ekonomi adalah kemampuan
secara mandiri untuk menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk
membiayai biaya operasional dan biaya pemeliharaan bangunan, dan bilamana
memungkinkan dapat menambah pendapatan bagi pemerintah pusat maupun
daerah, termasuk kemampuan untuk mengembalikan biaya investasi yang telah
dikeluarkan.Selama ini nilai ekonomi air hanya diperhitungkan pada penggunaan air
untuk jenis-jenis tertentu saja, seperti misalnya penggunaan air untuk air minum
(PDAM), air untuk industri, dan air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA), sedangkan air untuk memenuhi kebutuhan iriga
nyata.
Keberadaan waduk dengan daerah tangkapan tertentu memiliki peranan
yang sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya air pada suatu daerah, karena
waduk memiliki fungsi multi guna bagi pengembangan daerah. Operasi waduk
yang dijalankan, sangat dipengaruhi kebijakan maupun prinsip pengelolaan yang
ditetapkan, yang biasanya didasarkan pada optimasi pengaturan air antara
ketersediaan air waduk dengan perkiraan kebutuhan air yang akan dilayani oleh
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 2/20
waduk.
Kemampuan untuk melayani berbagai kebutuhan air sangat dipengaruhi
oleh kapasitas tampungan waduk. Kapasitas tampungan waduk dapat dibedakan
sebagai tampungan aktif, dimana tampungan air di dalamnya dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan, dan tampungan mati (dead storage),
dimana tampungan airnya tidak dapat dimanfaatkan, yang diperuntukkan untuk
menampung sedimen selama masa operasi waduk. Seiring dengan bertambahnya
usia operasi waduk, kapasitas tampungan waduk (total) cenderung selalu
berkurang, yang disebabkan oleh bertambahnya volume sedimen yang masuk ke
dalam waduk yang berasal dari sungai-sungai yang menuju ke waduk. Pada
kondisi dimana sedimen yang masuk ke dalam waduk masih lebih kecil atau sama
dengan nilai perencanaan, volume air di dalam tampungan aktif masih dapat
dimanfaatkan sesuai dengan perencanaan. Sebaliknya, bila sedimen yang masuk
ke dalam waduk sudah melebihi kapasitas dead storage, maka tampungan aktif
waduk dapat berkurang, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pemanfaatan air
waduk untuk memenuhi berbagai kebutuhan, termasuk nilai pendapatan
ekonominya. Disamping itu, terlalu banyaknya sedimen yang masuk ke dalam
waduk juga akan mempengaruhi kualitas air waduk, yang dapat menimbulkan
dampak negatif dalam pemanfaatan airnya. Sebagai contoh, pemanfaatan airbersedimen untuk keperluan irigasi, dapat mempercepat terjadinya pendangkalan
saluran-saluran irigasi. Juga pemanfaatan air untuk PDAM, diperlukan treatment
khusus untuk pemanfaatan airnya, karena adanya sedimen cenderung menurunkan
kualitas air.
Permasalahan sedimentasi waduk yang berlebihan banyak terjadi pada
waduk-waduk di Indonesia. Permasalahan sedimentasi waduk tidak lepas dari
permasalahan erosi yang terjadi di daerah tangkapan dan teknologi konservasi
yang diterapkan. Pada kondisi dimana sedimentasi waduk yang terjadi berlebihan,
perlu upaya pengendalian erosi (konservasi tanah) yang tepat agar waduk tetap
dapat beroperasi sesuai dengan perencanaan, dan pemanfaatan air dapat berjalan
sesuai dengan rencana. Sehubungan dengan itu, sebelum disampaikan teknologi
konservasi tanah, berikut ini akan disampaikan pengertian tentang erosi dan
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 3/20
sedimentasi, dan metode (rumusan) untuk memprediksi besarnya erosi.
2. Pengertian Erosi dan Sedimentasi
Erosi adalah merupakan suatu proses penghanyutan tanah oleh kekuatan
air (dan angin), baik yang terjadi secara alamiah maupun sebagai akibat
tindakan/perbuatan manusia; dan dalam hal ini dikenal dua jenis erosi, yaitu
normal atau geological erosion dan accelerated erosion. Permasalahan tentang
erosi tidak dapat terpisahkan dari proses sedimentasi. Sedimentasi adalah
merupakan proses pengendapan butir-butir tanah yang telah terhanyutkan atau
terangkut, pada tempat-tempat yang lebih rendah dan/atau pada sungai-sungai
atau waduk-waduk. Banyak sedikitnya partikel tanah tererosi sangat dipengaruhi
oleh faktor iklim, tanah, bentuk kewilayahan (topografi), tanaman penutup tanah
(vegetasi), dan faktor kegiatan/perlakuan manusia terhadap tanah.
Proses kejadian normal / geological erosion adalah melalui tahap-tahap :
a. pemecahan agregat-agregat tanah atau bongkah-bongkah tanah ke dalam
partikel-partikel tanah yang berukuran lebih kecil;
b. pemindahan partikel-partikel tanah, baik dengan melalui penghanyutan oleh
air (maupun karena kekuatan angin);
c. pengendapan partikel-partikel tanah yang terpindahkan atau terangkut ke
tempat-tempat yang lebih rendah atau di dasar-dasar sungai/waduk.Proses kejadian accelerated erosion sama seperti proses kejadian
normal/geological erosion, akan tetapi kejadiannya dipercepat akibat tindakantindakan
atau perbuatan manusia yang bersifat negatif, atau karena adanya
kesalahan dalam pengelolaan tanah/lahan. Erosi yang dipercepat seringkali
menimbulkan dampak yang merugikan bagi kehidupan manusia. Secara lebih
rinci lagi, erosi ini dapat dibedakan lagi sebagai sheet erosion (erosi permukaan),
rill erosion (erosi alur), gully erosion (erosi parit) dan stream bank erosion (erosi
tebing sungai).
3. Prediksi dan Evaluasi Erosi
Dari sekian banyak rumusan prediksi erosi yang ada di literatur, model
erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1965, 1978, dalam Prinz,
the Universal Soil Loss Equation (USLE
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 4/20
dianggap paling populer dan paling banyak digunakan. USLE adalah suatu model
erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi jangka panjang dari erosi
lembar (sheet erosion), termasuk di dalamnya adalah erosi alur (gully erosion),
pada suatu keadaan tertentu dari suatu bidang tanah.
Dengan menggunakan persamaan USLE dapat diprediksi laju rata-rata
erosi dari suatu bidang tanah tertentu, pada suatu kecuraman lereng dan dengan
pola hujan tertentu, untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan
(tindakan konservasi tanah) yang sedang atau yang mungkin dapat dilakukan.
Persamaan USLE dikembangkan untuk suatu petak tanah percobaan standar, yaitu
petak percobaan yang panjangnya 72,6 ft (22,1 m) dan terletak pada lereng 9 %
tanpa tanaman. Persamaan USLE mengelompokkan berbagai parameter fisik (dan
pengelolaan) yang mempengaruhi laju erosi ke dalam enam parameter utama,
yaitu :
dimana A adalah banyaknya tanah yang tererosi dalam [ton per hektar per tahun],
R, faktor curah hujan dan aliran permukaaan (erosivitas hujan), K , adalah faktor
erodibilitas tanah, L, faktor panjang lereng, S, faktor kecuraman lereng, C , faktor
vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, dan P adalah faktor tindakantindakan
khusus konservasi tanah.
Erosivitas hujan dihitung dengan persamaan yang diusulkan oleh Bols
(1978, dalam Kironoto dan Yulistyanto, 2000), yang merupakan rumus
pendekatan dari besarnya erosivitas hujan, EI30, dari Wischmeier dan Smith, dan
merupakan rumusan yang dikembangkan di pulau Jawa dan Madura.
dimana A adalah banyaknya tanah yang tererosi dalam [ton per hektar per tahun],
R, faktor curah hujan dan aliran permukaaan (erosivitas hujan), K , adalah faktor
erodibilitas tanah, L, faktor panjang lereng, S, faktor kecuraman lereng, C , faktor
vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, dan P adalah faktor tindakantindakan
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 5/20
khusus konservasi tanah.
Erosivitas hujan dihitung dengan persamaan yang diusulkan oleh Bols
(1978, dalam Kironoto dan Yulistyanto, 2000), yang merupakan rumus
pendekatan dari besarnya erosivitas hujan, EI30, dari Wischmeier dan Smith, dan
merupakan rumusan yang dikembangkan di pulau Jawa dan Madura.
Rm = 2,21 Pm
1.36
dimana Rm = erosivitas hujan bulanan
Pm = hujan bulanan dalam [cm]
Faktor erodibilitas tanah, K , didasarkan pada kondisi tanah di lapangan,
yang nilainya dipengaruhi oleh prosentase pasir, pasir sangat halus, lumpur, bahan
organik, struktur tanah, dan permeabilitas tanah.
Panjang lereng, L, dan kecuraman lereng, S, sering dinyatakan dengan
faktor LS. Nilai LS untuk suatu bidang tanah dapat dihitung dengan persamaan:
LS = ( X /22,1)m (0,065 + 4.56 sin Θ + 65,41 sin2Θ)
atau LS = ( X /22,1)m (0,065 + 0,045 s + 0,0065 s2)
dimana m = suatu tetapan yang dipengaruhi oleh nilai s
Θ = sudut kemiringan lereng tanah dalam [derajat]
s = kemiringan lereng tanah dalam [persen]C adalah faktor yang mengukur pengaruh jenis tanaman terhadap erosi.
Nilai faktor C dipengaruhi oleh banyak parameter yang dapat dibedakan dalam
dua kelompok, yaitu parameter alami dan parameter yang dipengaruhi oleh sistem
pengelolaannya.
Nilai faktor P adalah faktor praktek pengendalian laju erosi (pengelolaan)
secara mekanis, seperti misalnya penanaman mengikuti kontour, strip cropping,
dan pembuatan teras.
Dengan mengetahui besarnya erosi yang terjadi (dengan persamaan
USLE), dapat diperoleh gambaran tentang besarnya erosi yang terjadi pada suatu
daerah tangkapan (sungai/waduk).
4. Teknologi Pengendalian Erosi
Pengendalian atau pencegahan erosi (konservasi tanah) berarti menjaga
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 6/20
agar struktur tanah tidak terdispersi, yang dapat dilakukan dengan mengatur
kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan. Beberapa usaha berikut ini dapat
digunakan sebagai dasar dalam rangka mengendalikan erosi.
1. Menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman (atau sisa-sisa
tanaman), agar tanah terlindung dari daya rusak butir-butir hujan yang jatuh.
Butir-butir hujan yang jatuh diusahakan tidak langsung mengenai tanah,
sehingga tanah tidak terdispersi. Disamping itu dengan adanya tanaman
penutup (atau sisa-sisa tanaman yang menutup tanah), akan menghindarkan
butiran tanah untuk ikut terbawa aliran permukaan.
2. Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran
butiran tanah dan terhadap pengangkutan butir tanah oleh aliran permukaan,
serta memperbesar daya tanah untuk menyerap air di permukaan tanah.
3. Mengatur aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak
merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah. Dalam
hal ini diupayakan agar aliran permukaan tidak mengalir searah lereng akan
tetapi sejajar dengan arah garis kontur sehingga kecepatan aliran permukaan
kecil. Untuk lahan dengan nilai permeabilitas tanah cukup besar diupayakan
sebanyak mungkin air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah sehingga jumlah
aliran permukaan berkurang dan erosi lahan akan berkurang.Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, usaha pengendalian erosi dapat
dilaksanakan dengan teknologi atau cara-cara sebagai berikut:
1). cara vegetatif, 2). cara mekanis, dan 3).cara vegetatif-mekanis
Cara vegetatif umumnya dilakukan dengan cara memberi proteksi tanah
dengan vegetasi, sehingga tanah dapat menahan energi hujan yang bersifat erosif,
menjaga infiltrasi yang besar, dan mereduksi atau mengurangi aliran permukaan.
Cara mekanis meliputi pembentukan permukaan lahan (misalnya membuat
terasering) yang bertujuan mengurangi laju aliran permukaan dan
mengarahkannya keluar lahan dengan sedapat mungkin mereduksi erosi yang
terbawa. Kedua metode tersebut sering dilakukan secara simultan; metode
mekanis sangat diperlukan jika kemiringan lahan cukup besar, dimana dengan
cara vegetatif saja penanggulangan erosi masih kurang efektif. Cara vegetatifmekanis
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 7/20
merupakan gabungan antara cara vegetatif dan penggunaan konstruksi
tambahan (mekanis) yang dapat menggunakan konstruksi batu atau beton.
5. Contoh Hitungan Erosi Permukaan
Sehubungan dengan permasalahan erosi sedimentasi sebagaimana
disebutkan di atas, berikut ini disampaikan contoh kasus permasalahan erosi dan
sediimentasi (waduk), upaya konservasi (pengendalian erosi) di daerah tangkapan
waduk, dan keterkaitannya dengan nilai ekonomi pemanfaatan air. Adapun waduk
yang akan ditinjau adalah Waduk Sermo yang berada di desa Hargowilis,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Waduk Sermo terletak di Dusun Sermo, Kelurahan Hargowilis,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istemewa
Yogyakarta. Waduk Sermo mempunyai volume tampungan (kotor) sebesar 25 juta
m3 pada elevasi + 136.6 m, yang terdiri dari 21.9 juta m3 sebagai volume
tampungan air dan 3.1 juta m3 sebagai volume dead storage, serta mempunyai
luas genangan waduk sebesar 1.57 km2. Luas daerah tangkapan air waduk adalah
22 km2. Daerah tangkapan ini adalah merupakan daerah aliran waduk Sermo,
yang meliputi bagian dari daerah aliran sungai Ngrancah, anak sungai Kali
Dungpagap, Kali Menguri, Kali Pantaran, Kali Kembang, Kali Papan, dan
beberapa kali kecil lainnya yang bermuara ke Kali Ngrancah. Saat ini waduk Sermo hanya difungsikan untuk menyediakan air minum, air irigasi, mengatasi
banjir, usaha perikanan dan pariwisata. Namun, melihat potensinya, tidak
menutup kemungkinan air waduk Sermo juga dapat dimanfaatkan untuk
keperluan industri dan PLTA. Bendungan Sermo dibangun dengan biaya sebesar
17,655 milyar rupiah dan, dan telah mulai dioperasikan sejak bulan Oktober
Tahun 1996.
Dari hasil pengukuran echosounding yang pernah dilakukan sejak th.
1998, dan terakhir th. 2002, diketahui bahwa besarnya sedimen yang masuk ke
dalam waduk pertahunnya rata-rata adalah sekitar 95000 m3/th, yang melebihi
nilai perencanaan, yaitu sebesar 62000 m3/th; dengan kondisi tersebut, kapasitas
tampungan waduk diperkirakan akan terpengaruh, dan usia operasi waduk tidak
akan mencapai usia 50 th seperti yang direncanakan.
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 8/20
Untuk mengetahui seberapa besar permasalahan erosi yang terjadi di
daerah tangkapan waduk Sermo, berikut ini diberikan contoh perhitungan erosi di
daerah tangkapan waduk. Perhitungan erosi dilakukan dengan menggunakan
persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation), dengan berdasarkan data
sekunder yang didapatkan dari berbagai instansi terkait.
a. Kebutuhan Data
Untuk memprediksi besarnya erosi yang terjadi diperlukan beberapa data,
baik data yang berupa peta maupun data fisik lapangan. Beberapa jenis data yang
diperlukan untuk perhitungan erosi permukaan di Daerah Tangkapan Waduk
Sermo adalah sebagai berikut ini.
1. Data hujan
Data hujan dipergunakan untuk menghitung erosivitas hujan.
Dalam kasus DAS Ngrancah (Sermo) digunakan 5 stasiun hujan yang berada pada
/ di dekat DAS Ngrancah.
2. Data berupa peta
Beberapa jenis peta yang diperlukan untuk perhitungan adalah sebagai berikut:
❐ Peta kelerengan tanah
Dengan peta ini dapat diperoleh informasi tentang kemiringan lereng dan
panjang lereng pada DAS yang bersangkutan (Gambar 1). Dari peta tersebutdapat diperoleh pula nilai Indeks faktor panjang kemiringan lereng, LS.
❐ Peta jenis tanah
Peta tanah ini dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang jenis tanah
yang selanjutnya dipergunakan untuk mendapatkan faktor erodibilitas tanah,
K (Gambar 2).
❐ Peta penggunaan lahan
Informasi dari peta tata guna lahan ini dipakai untuk menentukan faktorpenutup tanah, C (Gambar 3 ).
b. Analisis Data
Analisis/ perhitungan erosi permukaan dimulai dengan menghitung beberapa
parameter sebagai berikut :
1. Perhitungan Faktor erosivitas hujan, R
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 9/20
Faktor erosivitas hujan diperoleh dari data curah hujan, yang untuk kasus
DAS Ngrancah diperoleh dari 5 stasiun hujan, yaitu Stasiun Sermo, Parakan
Kulon, Katerban, Tegiri dan Pantaran. Data curah hujan untuk kelima stasiun
tersebut adalah berupa data hujan harian. Dari data curah hujan harian tersebut
selanjutnya dihitung hujan rerata bulanan tiap stasiun pada seluruh DAS Ngrancah
dengan metode Thiessen (atau metode Isohyet). Peta daerah pengaruh Thiessen
diberikan pada Gambar 4. Selanjutnya dihitung faktor erosivitas hujan; dengan
hasil seperti diberikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil hitungan erosivitas hujan.
Stasiun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Parakan Kulon 289,82 223,04 257,41 130,41 106,97 38,97 27,23 14,83 31,35 115,62
256,65 286,27
Sermo 298,59 242,51 222,28 124,65 70,46 27,514 32,61 12,71 21,48 77,15 326,63
239,77
Katerban 472,32 336,61 373,79 199,16 152,73 52,60 72,71 25,87 45,44 189,69 418,73
377,49
Tegiri 184,10 213,60 177,48 139,10 173,52 30,24 27,27 15,87 19,83 68,728 367,33
247,24
Pantaran 305,52 237,25 145,20 161,29 95,475 26,674 39,75 3,63 14,70 100,41 462,51315,16
(satuan dalam mm)
2. Penentuan Faktor Erodibilitas Tanah, K
Dalam menentukan nilai erodibilitas tanah di DAS Ngrancah, nilai K
diperoleh dari peta tanah yang diperoleh dari Kanwil DIY, Departemen
Kehutanan. Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai faktor erodibilitas
tanah untuk DAS Ngrancah adalah sebesar 0,43, sesuai dengan kondisi jenis tanah
yang seragam di DAS Ngrancah, yaitu tanah Latosol coklat kemerahan.
3. Penentuan Faktor L dan S
Faktor kemiringan lereng juga ditentukan berdasarkan peta kemiringan
lereng yang diperoleh dari Kanwil DIY, Departemen Kehutanan. Di DAS
Ngrancah umumnya mempunyai kemiringan lereng yang cukup besar, yang
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 10/20
berada pada kelas kelerengan III, IV dan V, dengan nilai faktor kemiringan lereng
adalah 3,1, 6,8 dan 9,5 (Departemen Kehutanan, 1997).
4. Penentuan Faktor C dan P
Indeks faktor pengelolaan tanaman dan teknik konservasi tanah diperoleh
dari dua sumber utama, yaitu peta penggunaan lahan dan (didukung) hasil
observasi lapangan. Dari peta dan hasil survei diketahui penggunaan lahan di
DAS Ngrancah beraneka ragam, yaitu hutan, sawah, tegalan, lahan pekarangan,
kebun campur, pemukiman/perkampungan dan lahan untuk jalan dan sungai. Dari
peta tersebut dapat diklasifikasikan jenis-jenis lahan beserta nilai faktor
pengelolaan tanaman, C (Kironoto dan Yulistyanto, 2000).
e). Pembuatan Peta Tingkat Erosi Aktual
Peta tingkat erosi aktual dapat diperoleh dengan cara menumpang
tindihkan (overly) peta-peta yang ada peta erosivitas hujan, peta jenis tanah,
peta kelerengan tanah, dan peta penggunaan lahan , yang selanjutnya dapat
diperoleh peta unit lahan. Mengacu pada hasil overly dari beberapa peta yang ada
terutama peta penggunaan lahan, daerah tangkapan waduk Sermo dapat dibagi
dalam 46 unit lahan, sebagaimana diberikan pada Gambar 5. Pada masing-masing
unit lahan tersebut dapat ditentukan indeks dari masing-masing faktor penentu
besarnya tanah yang hilang berdasarkan persamaan USLE. Perlu diingat bahwarumus USLE dikembangkan untuk suatu bidang tanah yang berukuran kecil,
sehingga perhitungan dilakukan berdasarkan unit lahan.
Hasil hitungan erosi lahan untuk bulan Januari diperlihatkan pada Tabel
2, sedangkan rekap hasil hitungan untuk bulan-bulan yang lain diberikan pada
Tabel 3. Dari tabel tersebut diketahui bahwa laju erosi permukaan di DAS
Ngrancah cukup besar, yaitu sekitar 8,30 mm/tahun, dengan penyumbang erosi
terbesar diketahui berasal dari areal kebun campur. Nilai laju erosi permukaan
sebesar 8,30 mm/thn ini ekivalen dengan besarnya erosi sebesar 160.130,11
m3/thn (dengan mengambil nilai berat volume tanah sebesar γ = 1,8 ton/m3). Nilai
erosi sebesar 8.30 mm/th ini tidak semua masuk ke dalam waduk, melainkan ada
sebagian yang akan tertahan di permukaan tanah/lahan. Perbandingan antara
sedimen yang masuk ke dalam waduk dengan sedimen yang tererosi sering
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 11/20
dinamakan sebagai sediment delevary ratio (SDR). Nilai SDR dapat menunjukkan
keefektifan dari sistem pengendalian erosi yang ada (tata guna lahan, konservasi
tanah, dll) di daerah tangkapan waduk Sermo. Makin kecil nilai SDR berarti
makin efektif sistem pengendalian erosi yang ada, dan sebaliknya.
Nilai SDR pada waduk Sermo untuk kondisi sekarang (eksisting) dapat
diperoleh dengan jalan membagi besarnya sedimen yang masuk dan mengendap
di dalam waduk Sermo (hasil pengukuran echo-sounding) dengan besarnya erosi
permukaan yang terjadi di DAS Sermo (hasil hitungan rumus USLE). Nilai SDR
DAS Sermo untuk kondisi saat ini adalah sekitar : SDR = 0.596. Berarti bahwa
59,6 % dari erosi permukaan yang terjadi (hasil rumus USLE) akan masuk ke
dalam waduk Sermo, sementara 40,4 % sisanya tertinggal di permukaan tanah.
Mengingat bahwa volume sedimen yang masuk ke dalam waduk (hasil
pengukuran echo-sounding) melebihi nilai perencanaan, usia operasi waduk
diperkirakan akan berkurang. Sehubungan dengan itu perlu adanya upaya
pengendalian erosi /konservasi di daerah tangkapan Waduk Sermo. Dari hasil
penelitian oleh Departemen Kehutanan DIY (1997), diketahui bahwa usaha untuk
mengurangi laju erosi (permukaan) yang tampaknya masih memungkinkan untuk
diterapkan adalah perbaikan teras dari teras sedang (kondisi eksisting) menjadi
teras yang lebih baik. Perbaikan teras dapat dilakukan dengan cara penanamantanaman kakau dan atau rumput-rumputan. Dengan perbaikan teras diharapkan
nilai faktor P (dalam persamaan USLE) dapat diturunkan dari nilai P = 0,15
menjadi 0,105.
Selain perbaikan teras, usaha untuk mengurangi laju erosi dapat juga
dilakukan dengan cara mengubah pola tanam beserta jenis tanamannya, terutama
pada daerah tegalan dengan tanaman utama ketela, mengingat tegalan dengan
tanaman ketela termasuk rawan terhadap bahaya erosi. Tanaman pengganti yang
diusulkan adalah berupa tanaman yang mempunyai sifat baik untuk penutupan
lahan dan mampu menjaga/menahan tanah dari bahaya erosi permukaan. Tanaman
yang dimaksud dapat berupa tanaman tahunan, seperti misalnya tanaman kakau,
kopi dan lain-lain. Dengan mengganti jenis tanaman, nilai C untuk jenis tanaman
(dalam persamaan USLE) dapat lebih kecil dari kondisi sekarang, sehingga dapat
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 12/20
memperkecil laju erosi permukaannya. Arahan tata guna lahan dan perkiraan
perubahan faktor C dan P diperlihatkan pada Tabel 4. Dengan perubahan nilai CP
seperti diberikan pada Tabel 4, diperoleh hasil hitungan erosi permukaan seperti
diperlihatkan pada Tabel 5.
Tabel 2. Hasil hitungan erosi lahan bulan Januari
No. No. unit
Lahan
(UL)
Luas
UL
(ha)
K R TL L S C P C.P A
ton/ha/bl
A × luas LU
ton/bl
1 1 16.681 0.43 184.104 Kc 9.5 0.1 0.15 0.0150 11.281 188,177
2 2 8.674 0.43 305.523 Tg 6.8 0.625 0.15 0.0938 83.751 726,469
3 3.a 23.576 0.43 184.104 Tg 6.8 0.625 0.15 0.0938 50.468 371,220
4 3.b 6.005 0.43 184.104 Tg 9.5 0.625 0.15 0.0938 70.506 132,1005 3.c 4.893 0.43 305.523 Tg 6.8 0.625 0.15 0.0938 83.751 127,859
6 3.d 32.472 0.43 305.523 Tg 9.5 0.625 0.15 0.0938 117.006 1185,424
7 4.a 169.701 0.43 184.104 Kc 6.8 0.1 0.15 0.0150 8.075 1370,299
8 4.b 361.865 0.43 305.523 Kc 6.8 0.1 0.15 0.0150 13.400 4849,077
9 4.c 7.784 0.43 305.523 Kc 6.8 0.45 0.15 0.0675 60.301 104,313
10 5.a 19.795 0.43 305.523 Kp 9.5 0.1 0.15 0.0150 18.721 370,575
11 5.b 4.448 0.43 305.523 Kp 6.8 0.1 0.15 0.0150 13.400 59,608
12 6.a 299.812 0.43 305.523 Kc 9.5 0.1 0.15 0.0150 18.721 5612,755
13 6.b 35.364 0.43 305.523 Kc 9.5 0.45 0.15 0.0675 84.244 662,039
14 7.a 40.702 0.43 305.523 Kp 3.1 0.1 0.15 0.0150 6.109 248,643
15 7.b 117.211 0.43 305.523 Kp 6.8 0.1 0.15 0.0150 13.400 1570,659
16 8 52.489 0.43 305.523 Kp 9.5 0.1 0.15 0.0150 18.721 982,648
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 13/20
17 9 128.332 0.43 305.523 Kc 3.1 0.1 0.15 0.0150 6.109 783,972
18 10 76.288 0.43 472.320 Kc 9.5 0.1 0.15 0.0150 28.941 2207,868
19 11 5.116 0.43 472.320 Tg 9.5 0.625 0.15 0.0938 180.884 288,697
20 12 10.231 0.43 289.819 Tg 9.5 0.625 0.15 0.0938 110.992 354,290
21 13 41.591 0.43 298.596 Kc 6.8 0.45 0.15 0.0675 58.934 544,695
22 14 64.055 0.43 298.596 Kc 3.1 0.45 0.15 0.0675 26.867 382,435
23 15.a 6.672 0.43 298.596 Kc 3.1 0.45 0.15 0.0675 26.867 39,837
24 15.b 7.340 0.43 184.104 Kc 3.1 0.45 0.15 0.0675 16.565 27,018
25 15.c 9.341 0.43 298.596 Kc 6.8 0.1 0.15 0.0150 13.096 122,338
26 16.a 16.236 0.43 298.596 Kc 6.8 0.45 0.15 0.0675 58.934 212,635
27 16.b 6.672 0.43 184.104 Kc 6.8 0.45 0.15 0.0675 36.337 53,878
28 17 14.234 0.43 298.596 Kp 3.1 0.1 0.15 0.0150 5.970 84,985
29 18 6.895 0.43 298.596 Kc 9.5 0.45 0.15 0.0675 82.334 126,151
30 19 11.788 0.43 298.596 Tg 6.8 0.625 0.15 0.0938 81.853 301,040
31 20 33.140 0.43 184.104 Kp 3.1 0.1 0.15 0.0150 3.681 121,992
32 21 51.146 0.43 184.104 Kc 3.1 0.1 0.15 0.0150 3.681 188,276
33 22.a 12.455 0.43 184.104 Kp 9.5 0.1 0.15 0.0150 11.281 140,506
34 22.b 20.684 0.43 184.104 Kp 6.8 0.1 0.15 0.0150 8.075 167,022
35 23.a 22.909 0.43 184.104 Tg 3.1 0.625 0.15 0.0938 23.007 35,12436 23.b 1.779 0.43 184.104 Tg 6.8 0.625 0.15 0.0938 50.468 28,017
37 24.a 6.450 0.43 305.523 Tg 3.1 0.625 0.15 0.0938 38.181 76,835
38 24.b 3.114 0.43 305.523 Tg 3.1 0.625 0.15 0.0938 38.181 37,093
39 25 4.893 0.43 184.104 S 3.1 0.01 0.04 0.0004 0.098 2,249
40 26 105.646 0.43 184.104 Kc 3.1 0.45 0.15 0.0675 16.565 388,899
41 27.a 28.691 0.43 184.104 Kc 6.8 0.45 0.15 0.0675 36.337 853,070
42 27.b 13.345 0.43 298.596 Kc 6.8 0.45 0.15 0.0675 58.934 375,752
43 28 8.897 0.43 298.596 H 6.8 0.0010 0.873 11,651
44 29.a 2.224 0.43 305.523 Tg 6.8 0.625 0.15 0.0938 83.751 232,470
45 29.b 1.112 0.43 305.523 Tg 3.1 0.625 0.15 0.0938 38.181 26,494
46 30 6.672 0.43 184.104 Kc 9.5 0.1 0.15 0.0150 11.281 12,546
JUMLAH 1929,419 43,205.93
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 14/20
Tabel 3. Rekap Hasil hitungan erosi permukaan selama 1 tahun (eksisting)
NO Bulan Luas U.L Erosi
(Ha) Ton/bulan mm/bulan
1 Januari 1929,419 43205.93 1.243
2 Februari 1929,419 36608.97 1.054
3 Maret 1929,419 27838.33 0.802
4 April 1929,419 23260.64 0.670
5 Mei 1929,419 17812.66 0.513
6 Juni 1929,419 4541.26 0.131
7 Juli 1929,419 5626.91 0.162
8 Agustus 1929,419 1565.94 0.045
9 September 1929,419 2561.67 0.074
10 Oktober 1929,419 15209.56 0.438
11 November 1929,419 65623.96 1.890
12 Desember 1929,419 44378.41 1.278
A (Ton/tahun) 288234.2
A (Ton/ha/thn) 149.389
A ( mm/tahun) 8.30
* dengan mengambil nilai berat volume tanah sebesar γ = 1,8 ton/m3Tabel 4. Arahan tata guna lahan dan perubahan faktor C dan P
No. NO. UNIT
LAHAN
Tata guna lahan Faktor C Faktor P
Eksisting Arahan Eksisting Arahan Eksisting Arahan
1 1 Kc: ch,kl,mli,bb B V6a T3 0.10 0.10 0.15 0.105
2 2 Tg: ke,kl,ps B V6a T3 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.105
3 3.a Tg: ke,sgn,kl A V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.150
4 3.b Tg: ke,sgn,kl A V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.150
5 3.c Tg: ke,sgn,kl A V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.150
6 3.d Tg: ke,sgn,kl A V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.150
7 4.a Kc: dr,ch,mgs,mli C V6a T3 0.10 0.10 0.15 0.105
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 15/20
8 4.b Kc: dr,ch,mgs,kl A V5a T3 0.10 0.10 0.15 0.105
9 4.c Kc: ch,kl,ke,mli B V6a T3 0.10 0.10 0.15 0.105
10 6.a Kc: dr,mli,kl,bb A V5a T3 0.10 0.10 0.15 0.105
11 6.b Kc: ch,kla,ke,kl B V6a L8 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.150
12 9 Kc: ch,mli,kl,sgn A V5a T3 0.10 0.10 0.15 0.105
13 10 Kc: ch,kl,kla,ps A V5a T3 0.10 0.10 0.15 0.105
14 11 Tg: ke,ch,sgn A V5a T3 0.8-1.0 0.10 0.15 0.105
15 12 Tg: ke,kla,ps B V3 0.8-1.0 0.10 0.15 0.150
16 13 Kc: kl,mli,sng,ke C V6a L8 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.150
17 14 Kc: kl,sng,snk,ke,kk C V6a L8 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.150
18 15.a Kc: kl,jt,sng,bb,ke C V6a L8 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.150
19 15.b Kc: kl,sng,ch,mli,ke C V6a L8 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.150
20 15.c Kc: kl,kp,sgn,bb B V6a T3 0.10 0.10 0.15 0.105
21 16.a Kc: kl,jt,sng,bb,ke C V6a T3 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.105
22 16.b Kc: kl,jt,sng,bb,ke C V6a T3 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.105
23 18 Kc: ke,snk,mli,kl A V6a T3 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.105
24 19 Tg: ke,sng,kl B V6a T3 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.105
25 23.a Tg: ke,snk C V6a T3 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.105
26 23.b Tg: ke,snk D V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.15027 24.a Tg: ke,kl,ps,ch B V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.150
28 24.b Tg: ke,ps,kl B V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.150
29 26 Kc: kl,ch,sng,ke C V6a T3 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.105
30 27.a Kc: kl,mli,jt,ke B V3 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.150
31 27.b Kc: kl,jt,bb,ke B V3 0.45-0.55* 0.10 0.15 0.150
32 29.a Tg: ke,kl,ps B V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.150
33 29.b Tg: ke,kl,ps B V6a L8 0.325-0.775* 0.10 0.15 0.150
*) variasi bulanan
Keterangan arahan tata guna lahan adalah sebagai berikut ini.
A = Kawasan lindung, yaitu kawasan dengan kriteria: mempunyai kelerengan >
40 %, tanah sangat peka terhadap erosi, merupakan jalur pengamanan
sungai/air, merupakan pelindung mata air, atau guna keperluan/kepentingan
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 16/20
khusus ditetapkan pemerintah sebagai kawasan lindung.
B = Kawasan penyangga, kawasan yang mempunyai kriteria umum sbb : keadaan
fisik areal memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara ekonomis, secara
ekonomis lokasi mudah dikembangkan sebagai daerah penyangga, dan tidak
merugikan segi-segi ekologi/lingkungan
C = Kawasan budidaya tanaman tahunan, yaitu kawasan yang cock atau
seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman tahunan (kayu-kayuan,
tanaman perkebunan dan tanaman industri ).
D = Kawasan budidaya tanaman setahun/semusim, areal seperti dalam ketetapan
budidaya tanaman tahunan aka tetapi areal tersebut terletak pada tanah milik,
tanah adat dan tanah negara yang seharusnya dikembangkan usaha tani
tanaman semusim.
T3 = Penyempurnaan teras dengan penanaman kopi, kakau dan atau rumput
L8 = Pengaturan drainase, saluran, jalan dan halaman
V3 = Hutan produksi terbatas
V6a = Kebun campur dengan tanaman pokok kakau, alpokat dan albizia
V6b = Agroforestry dengan jenis tanaman pokok jati/ albizia/ sonokeling/ acasia dan
pete/mlinjo.
V5a = Hutan rakyat dengan jenis tanaman pokok albizia, jati, acasia, sonokeling.Kc = kebun campur, Tg: tegalan, S: sawah, H: hutan, Kp: kampung, ch: cengkeh,
ke: kelapa, kl: ketela, sgn: sengon, mgs : manggis, mli: mlinjo, bb: bambu,
ps: pisang, dr : durian, snk : sono keling, jt: jati.
Tabel 5. Hasil hitungan erosi permukaan dengan faktor CP yang baru (arahan).
No Bulan Luas U.L. Erosi
(Ha) ton/bulan mm/bulan
1 Januari 1929,419 19729,659 0,568
2 Februari 1929,419 15691,392 0,452
3 Maret 1929,419 11325,057 0,326
4 April 1929,419 10199,650 0,294
5 Mei 1929,419 7489,018 0,216
6 Juni 1929,419 1921,639 0,055
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 17/20
7 Juli 1929,419 2500,355 0,072
8 Agustus 1929,419 552,689 0,016
9 September 1929,419 1197,784 0,034
10 Oktober 1929,419 6355,320 0,183
11 November 1929,419 28010,338 0,807
12 Desember 1929,419 19529,894 0,562
A (Ton/tahun) 124502,796
A (Ton/ha/thn) 64,529
A ( mm/tahun) 3,585
Nilai erosi permukaan dengan faktor C dan P hasil dari rencana arahan
dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju erosi permukaan sebesar 4,715
mm/th, dari yang semula 8,30 mm/thn menjadi 3,585 mm/thn.
Dari hasil hitungan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penanganan
secara vegetatif (dengan mengganti beberapa jenis tanaman yang rawan erosi;
menurunkan faktor C ) dan penanganan secara mekanis (dengan memperbaiki
sistem teras yang ada; menurunkan faktor P), diperkirakan akan dapat
menurunkan laju erosi di Daerah Aliran Waduk Sermo, yang pada gilirannya
dapat mengurangi sedimen yang masuk ke dalam waduk. Pengendalian dapat
dilakukan baik pada DAS atau mengelilingi daerah genangan waduk (pengendalian daerah sabuk hijau atau green belt ). Pengendalian di daerah sabuk
hijau dapat mencegah masuknya sedimen (hasil erosi) langsung ke dalam daerah
genangan waduk, namun tidak dapat mencegah sedimen yang masuk melalui alur
sungai, sehingga pengendalian harus dilakukan di daerah atasan genangan waduk
(DAS).
6. Nilai Ekonomi Air Waduk
Pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan waduk dihitung dari perkalian
antara jumlah air yang dapat dilepas waduk dengan harga satuan air dari masingmasing
kebutuhan. Harga satuan air adalah sejumlah uang yang dibebankan
kepada pengguna air atas penggunaan air pada suatu tempat dengan debit tertentu
dan waktu tertentu yang terdiri dari harga satuan berikut ini :
• harga satuan air baku untuk PDAM,
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 18/20
• harga satuan air baku untuk industri,
• harga satuan air untuk PLTA,
Khusus harga satuan air irigasi (dan penggelontoran) tidak memiliki nilai
yang pasti karena dalam kenyataannya memang tidak ada kontribusi langsung dari
pengguna air terhadap jasa pengelolaan kedua air tersebut.
Disamping itu, pendapatan waduk dari air juga dapat diperoleh melalui
“penjualan” fungsi genangan air waduk untuk berbagai keperluan, seperti
misalnya untuk rekreasi, olah raga air, dll.
Untuk waduk Sermo, pemanfaatan air waduk saat ini hanya diperuntukkan
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan PDAM saja. Dan hanya dari air untuk
keperluan air minum (PDAM) sajalah yang dapat diharapkan nilai ekonomi
airnya. Nilai ekonomi air waduk Sermo juga diperoleh melalui “pengoptimalan”
fungsi dari “aset” waduk, yang berupa pemanfaatan genangan air untuk berbagai
keperluan, seperti misalnya rekreasi, olah raga air, pemancingan, karamba, dll.
Untuk menutup biaya O & P, pihak pengelola Waduk Sermo saat ini juga
memanfaatkan lahan kosong di sekeliling Waduk untuk berbagai keperluan,
seperti misalnya untuk penanaman pohon di sekeliling waduk (misal sengon laut
untuk diambil kayunya, agro wisata, dll), tempat rekreasi, warung, dll.
Besarnya air yang dapat dilepas waduk sangat dipengaruhi oleh besarnyainflow dan out flow waduk (sesuai dengan jenis dan besar kebutuhan air), serta
besarnya volume tampungan air waduk yang tersedia. Sebagai gambaran untuk
Waduk Sermo, jenis kebutuhan air yang diharapkan dapat dipenuhi oleh Waduk
Sermo, meliputi kebutuhan air untuk air baku PDAM dan air irigasi. Besar
kebutuhan air tersebut didasarkan pada pedoman (manual) operasi yang terdapat
pada Bagian Proyek Pengembangan dan Konservasi Sumber Air Waduk Sermo.
Kebutuhan tersebut diperhitungkan selama usia operasi waduk (untuk waduk
Sermo, yaitu 50 tahun, dari tahun 1996-2046).
Untuk melihat kemandirian ekonomi waduk Sermo, perlu melihat biaya O
& P waduk, hasil pendapatan dari menjual air, dan biaya investasi yang telah
dikeluarkan untuk pembangunan waduk. Kalau hanya untuk menutup biaya O & P
waduk saja, pendapatan yang diperoleh dari “menjual” aset waduk Sermo
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 19/20
sebenarnya sudah mencukupi. Namun, kalau harus memeperhitungkan biaya
investasi, pendapatan waduk yang diperoleh biasanya tidak akan mampu menutup
biaya investasi. Dari hasil studi yang dilakukan oleh Purnomo (2001) pada waduk
Sermo, bahwa dengan asumsi bahwa harga satuan air mengacu pada nilai yang
ditetapkan oleh Perusahaan Umum Jasa Tirta I Malang (Tahun 2000; karena
standar nilai air di waduk Sermo belum ada) diketahui bahwa selama usia operasi
waduk (50 tahun), total pendapatan yang diperoleh adalah sekitar Rp. 12,041
Milyar, sedangkan total operasional dan biaya investasinya adalah sekitar Rp.
30,644 Milyar ( present worth value, th. 2000), yang berarti bahwa waduk Sermo
sebenarnya tidak memiliki kemandirian ekonomi. Dalam penelitian tersebut
belum diperhitungkan berkurangnya kapasitas tampungan ai waduk oleh sedimen,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan waduk dalam memenuhi
berbagai kebutuhan air.
Sebagaimana disampaikan di depan bahwa besarnya volume tampungan
air waduk Sermo akan sangat dipengaruhi oleh besarnya sedimentasi waduk yang
terjadi selama waktu operasional waduk. Pada kondisi dimana sedimen yang
masuk ke dalam waduk melebihi kapasitas dead storage, besarnya tampungan air
waduk akan terkurangi oleh sedimen yang masuk ke dalam waduk, yang pada
akhirnya akan mengurangi pendapatan waduk.7. Tinjauan Pustaka
1. Sitanalaya, A. , 1989, Konservasi Tanah dan Air , Bogor.
2. Departemen Kehutanan, 1997, Rencana Teknik lapangan, Rehabilitasi Lahan
dan Konservasi Tanah, Buku I dan II, Yogyakarta
3. Kartasapoetra, G., 1991, Teknologi Konservasi Tanah dan Air , Jakarta
4. Kironoto, B.A., dan Yulistyanto, B., 2000, Konservasi Lahan, Diktat Kuliah
MPSA, Program Pascasarjana, UGM.
5. Prinz, D., 1999, Global Environmental Problems : Soil Erosion Assessment
and Control, Germany.
6. Purnomo, I., 2001, Studi Model Operasi Pengaturan Air Waduk Sermo dengan
Pendekatan Nilai Ekonomi Air, Tesis Program MPSA, Program Pascasarjana
UGM, Yogyakarta.
5/15/2018 Daerah Tangkapan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/daerah-tangkapan 20/20
7. Tatareka Paradya, 1999, Studi Sedimentasi Waduk Sermo dan
Penanggulangannya, Yogyakarta.