d
-
Upload
dessywidjaya -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of d
Gangguan Tumbuh Kembang pada Balita
Fathin Amirah Aminnuddin
102010376
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
fathinamirah @yahoo.com
Pendahuluan
Anak merupakan sumberdaya insani muda usia yang membutuhkan perhatian orang dewasa.
Perhatian tersebut mengarahkan anak kepada proses pertumbuhan dan perkembangan yang
baik sebagai seorang anak. Kelak diharapkan menjadi anak yang tumbuh dan berkembang
sesuai kebutuhannya. Orang dewasa yang memperhatikannya adalah orang-orang yang
terdekat dengan kehidupan anak, yang selalu memperlihatkan kasih sayang dalam memenuhi
kebutuhan anak.
Anak juga merupakan generasi penerus keluarga yang perlu dipersiapkan sejak dini. Harapan
keluarga agar kelak menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan cita-cita bangsa.
Sehubungan dengan hal tersebut, interaksi antara orangtua dan anak dipandang sangat
menentukan dasar pembekalan pada seorang anak. Agar proses tumbuhkembang anak
terjamin dan berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar anak di tingkat keluarga harus
terpenuhi. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang
orangtua maupun anggota keluarga lainnya.
1
Anamnesis
Pemeriksaan dilakukan untuk mencari tanda – tanda abnormal yang akan mendukung
diagnosis. Pada penyakit akut, gejala - gejala yang muncul biasanya tidak spesifik. Pada
penyakit yang sudah berlarut, tanda – tanda yang spesifik seringkali tidak muncul. Penemuan
abnormalitas kongenital seringkali menjadi petunjuk utama.
Anak – anak dengan usia yang berbeda memerlukan pendekatan yang berbeda.
Bayi baru lahir: dibutuhkan suasana kesabaran, kehangatan dan suara yang tenang
Usia 2-10 bulan: bayi merespons pada dokter yang bersikap ramah, dan pemeriksaan
dapat dilakukan bila bayi berasa nyaman
Usia 10 bulan – 2 tahun: anak – anak memberikan penentangan terbesar pada dokter.
Pada usia ini, anak umumnya bersikap curiga terhadap orang asing. Anak tidak suka
dipisahkan dari orang tua mereka, membuka bajunya dengan terburu – buru, atau
menyuruh mereka untuk berposisi tidur. Memeriksa anak di pangkuan ibunya atau
ibunya berada di sisi, biasanya lebih berhasil. Dokter harus sabar dan beradaptasi –
kecepatan dan urutan pemeriksaan akan ditentukan oleh anak.
Usia 5 – 10 tahun: anak – anak ini umumnya sudah terbiasa tidak bersama orang tua
mereka, namun masih membutuhkan kehadiran orang tua jika berada di lingkungan
asing. Umumnya mereka bersikap kooperatif. Anak yang merasa takut dapat dialihkan
dengan mengajak untuk mengobrol.1
Anamnesis pada anak sama seperti orang dewasa, dengan beberapa penambahan penting:
Ketahui nama panggilan anak tersebut.
Awali anamnesis dengan nama, jenis kelamin, dan umur dengan tahun dan bulan
Catat nama sekolah, TK, klinik atau pusat kesehatan yang dikunjungi
Anak kecil dipangkuan ibu bapa, yang lebih besar sebaiknya dilibatkan dalam
perbicaraan
Riwayat penyakit sekarang:
o Cara penyakit mempengaruhi kehidupan anak
o Pola makan, tidur dan aktivitasnya
o Dengarkan si ibu – diagnosis
o Catat siapa yang memberikan data anamnesis
2
Riwayat penyakit dahulu:
o Kesakitan, operasi, atau perawatan rumah sakit
o Alergi atau sensitivitas pada obat
o Riwayat imunisasi
o Tanyakan pada orang tua tentang catatan kesehatan anak mereka
Riwayat keluarga:
o Usia saudara kandung dan orang tua
o Apakah ada anggota keluarga lain yang pernah atau sedang menghidap
penyakit sama
o Penyakit yang pernah dideritai oleh keluarga terdekat
o Pertanyaan berkaitan family atau kekerabatan tertentu
Riwayat perinatal
Riwayat perkembangan:
o Detail mengenai kapan anak dapat berjalan dan berbicara
Riwayat social:
o Tentang kehidupan keluarga, rumah, pekerjaan, masalah-masalah
o 3 faktor yang harus diteliti, karena pengaruh langsungnya pada perkembangan
anak:
Komposisi keluarga
Kondisi kewangan
Perumahan1
Pemeriksaan
System pemeriksaan:
Salam: dengan senyuman dan sopan santun
Perkenalkan diri: tanyakan juga nama anak
Pemeriksaan umum: mencatat jika anak memiliki penampilan yang tidak biasa atau
fitur abnormal yang berkaitan dengan pola tertentu yang sudah dikenali. Mencatat:
o Adakah anak tersebut terlihat terawat dengan baik?
o Hubungan kasih sayang antara anak dan orang tuanya. Adakah baik, atau
tingkat perhatian orang tuanya tidak wajar?
3
o Anak percaya diri atau tidak mahu melepaskan orang tuanya?
o Apakah anak tersebut memiliki gambaran, proporsi tubuh dan wajah yang
tidak wajar
Health and hands (kesehatan dan pemeriksaan tangan)
o Anak sehat atau sakit?
o Penampilan wajah (warna, pucat, keringat dsb)
o Hal – hal yang menambah perhatian:
Anak yang kurang memerhatikan, berjalan pincang, atau sering merasa
kesusahan
Pucat, kulit burikan, atau kulit terlihat abu-abu
Hipoksia membuat anak merasa mengantuk atau terganggu, sianosis
kulit sukar terlihat
Dehidrasi
Anak berusaha untuk bernapas
Demam
o Mulai pemeriksaan dengan memegang tangan anak
Cari jari clubbing
Nilai nadi
Nilai perfusi. Adakah tangan baik, atau lembap dan dingin?
Pengisian kapiler dengan memijit kuku secara lembut.
Centiles (Grafik persentil): merujuk data pada populasi normal, paling sering dengan
plot pertumbuhan dengan grafik persentil.
Obvious: pengamatan fisik yang tampak jelas dicatat
Systems examination: pemeriksaan tidak perlu dilakukan dalam urutan yang kaku.
Selama pemeriksaan berlangsung, tanyakan mengenai keluarga, teman, pola
pemakanan, hobi atau acara favorit si anak. Tunjukkan beberapa alatan yang
digunakan dan beritahulah cara penggunaannya.
Terima kasih1
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak
dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta
mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini
4
dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang
jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai
dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang
yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997). Penilaian pertumbuhan dan
perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian
perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur
tersendiri.
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan alat baku
(standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti
dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan
pertumbuhan.
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik adalah
tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan,
proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat
digunakan adalah:
1. Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi
balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS
Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi
penyimpangan.
2. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring.,
sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan
dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
3. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
5
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga
bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga
terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3
kali pengukuran sebagai standar.2
Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan. Salah satu
instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak
adalah DDST II (Denver Development Screening Test). DDST II merupakan alat untuk
menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 sehingga bawah
6 tahun. Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun
1967 untuk tujuan yang sama.
Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti evaluasi diagnostik,
namun lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan anak
lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai
umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun anak
sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan
intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis,
namun lebih ke arah untuk membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan
kemampuan anak lain yang seumur.
Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II (Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu
Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4
sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor
personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian
diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik
halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan
menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah. Sektor bahasa meliputi
kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar terdiri dari
penilaian kemampuan duduk, jalan, dan gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat
sektor tersebut, itu perilaku anak juga dinilai secara umum untuk memperoleh taksiran kasar
bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.2-3
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara garis besar
faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam (internal) dan
faktor luar (eksternal atau lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil
interaksi dua faktor tersebut.
Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin,
kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya
ras Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih
cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat
daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas sebalinya laki-laki akan tumbuh
lebih cepat. Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak, seperti yang terlihat pada anak yang menderita Sindroma Down.
Selain faktor internal, faktor eksternal atau lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi.
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak.
Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir,
anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil
penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa
kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh
tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit
infeksi.
Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis. Rangsangan atau
stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat mainan, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dalam mencapai
perkembangan yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh
orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangan.
7
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan.2
Perkembangan Normal Balita
Periode masa kehidupan balita merupakan periode kritis. Apabila lingkungan menunjang
maka anak tersebut akan mulus melalui periode kritis ini dan ia bahkan mendapatkan nilai
tambah. Sebaliknya apabila lingkungannya tidak mendukung maka tumbuh kembang anak
akan terhambat, dengan berpandangan prospektif positif dapatlah dikatakan bahwa periode
kritis ini merupakan tahun keemasan dan dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan
secara maksimal dengan memberikan peluang untuk mengoptimalisasi tumbuh kembang
anak.
Berdasarkan pada konsep dasar tumbuh kembang terhadap anak, pengasuhan yang dilakukan
orang tua kepada anaknya meliputi asah, asuh dan asih, tiga hal yang mutlak harus ada
dalam pengasuhan anak. Harapan dari terpenuhi ketiganya adalah anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Namun hal itu tidaklah mudah karena dalam praktik kehidupan
ada hal-hal yang tanpa disengaja dan terwujud karena suasana emosi rumahtangga sehari-hari
yang terjadi akibat interaksi orang tua dan anaknya serta anggota keluarga lainnya. Konsep
perkembangan anak meliputi aspek fisik, emosi, kognitif dan psikososial yang dialami
seorang anak. Hal ini perlu dijaga oleh orang tua untuk mencapai keseimbangan bagi
kepribadian seorang anak.4
Interaksi antara orang tua dan anak terkadang mengalami hambatan. Interaksi ini terjadi
dalam proses pengasuhan orang tua terhadap anak. Pola komunikasi yang dilakukan orangtua
dalam pengasuhan beragam seperti penelitian Budi (2005), yang menjelaskan bahwa
pengasuhan anak pada keluarga nelayan di Kabupaten Pekalongan tidak mempunyai
kecenderungan untuk menggunakan salah satu jenis pola asuh saja. Orang tua di keluarga
nelayan juragan lebih mengarahkan menggunakan pola asuh demokratis, sedangkan untuk
keluarga nelayan pekerja dan nelayan miskin menggunakan kombinasi bentuk pola asuh
demokrasi dan laissez faire. Pola asuh demokrasi ditandai dengan adanya dorongan orang tua
untuk anak, perhatian jika ada perbedaan pendapat dilakukan dengan jalan musyawarah untuk
mencari jalan tengah, serta adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Pola
asuh laissez faire mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk
8
bergaul atau bermain dan mereka kurang begitu tahu tentang apa yang dilakukan anak.
Penelitian yang dilakukan Hamzah (2002) menunjukkan bahwa komunikasi keluarga yang
dilakukan secara terus-menerus ternyata berpengaruh nyata terhadap kenakalan remaja.
Dijelaskan bahwa semakin tinggi komunikasi keluarga yang dilakukan maka kenakalan
terhadap remaja semakin rendah. Artinya peran komunikasi dalam keluarga sangat membantu
mengarahkan anak terutama anak remaja, agar terhindar dari kenakalan yang bersifat negatif.
Pola komunikasi keluarga terdiri dari pola laissez-faire, protektif, pluralistik dan konsensual.
Keempat pola yang disampaikan McLeon dan Chafee ada pada masyarakat tradisional
maupun masyarakat industri (Turner dan West 2006). Menurut Mulyana (2005) menjelaskan
bahwa apabila orang tua memperlakukan anak-anak mereka sebagai sahabat – selain sebagai
anak–mereka, maka mereka dapat membicarakan masalah apapun dengan anak-anak mereka.
Perasaan yang harus ditumbuhkan kepada anak, bukan hanya rasa hormat, rasa segan atau
rasa takut, tetapi juga dekat dan sayang. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila orangtua cukup
sering berkomunikasi dengan anak-anak, dengan demikian anak akan menghargai pendapat
orang tuanya dan mematuhi nasehat mereka. Anak-anak tidak akan terlalu menggantungkan
pendapat mereka pada kelompok sebaya yang belum berpengalaman, atau dari sumber tidak
resmi lainnya yang sering menyesatkan. Komunikasi orang tua, khususnya ibu, dengan anak-
anaknya, haruslah diusahakan cukup intensif dan intim, terutama pada saat anak-anak masih
kecil dan juga selagi mereka remaja.
Toddler (1-3 tahun)
Pada masa ini anak mulai mengembangkan kemandiriannya dengan lebih memahirkan diri
dengan kemahiran yang telah ia pelajari seperti berbicara, berjalan dan menyuap makanan
sendiri. Keseimbangan tubuh sudah lebih berkembang terutama dalam berjalan yang sangat
penting dalam memberikan rasa otonomi untuk mengendalikan kemauannya sendiri. Tumbuh
kembang yang paling nyata pada waktu ini adalah kemampuan untuk mengeksplor
lingkungan dan memanfaatkan lingkungan tanpa bantuan orang lain. Tampak saling
keterkaitan antara perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikososial. Tubuh anak tampak
berbeda berbanding bayi. Bayi mempunyai torso tubuh yang lebih panjang daripada anggota
secara perlahan. Toddler juga belajar untuk mengendalikan defekasi dan berkemih menjelang
usia tiga tahun. Sangat penting untuk memberikan mereka kesempatan mengembangkan
9
kemahiran motoric seperti makan dengan menggunakan sendok atau minum sendiri utnuk
mendukung kemandirian anak.
Perkembangan aspek social dan emosional ditekankan pada perkembangan pola otonom
versus malu dan ragu – ragu. Toddler meniru perilaku orang tua yang menjadi contoh
kepadanya. Sebagai orang tua, kita seharusnya fleksibel dan rasa percaya diri untuk memberi
kebebasan dalam batasan yang aman bagi anak untuk mengeksplor dan menguji coba perilaku
yang diperlukan untuk meningkatkan kemandirian anak. Toddler juga belajar untuk
menoleransi sampai batas tertentu, dan biasanya mengalami kesulitan untuk menentukan
pilihan diri. Mereka juga sudah mengidentifikasikan diri mereka sebagai anak laki atau wanita
dan meniru perilaku orang tua sejenis.
3 – 5 Tahun (Prasekolah)
Penambahan berat dan tinggi badan relative tetap; kira – kira 2,0 kg dan sekitar 8 – 6 cm
setahun. Kebanyakan anak relative kurus berbanding sebelumnya. Lordosis dan perut
menonjol pada masa bayi besar cenderung untuk menghilang pada tahun keempat bersama –
sama dengan hilangnya lapisan lemak di bawah lengkungan kaki normal yang ada pada tahun
– tahun sebelumnya.
Pada umur 2 ½ tahun 20 batang gigi susu biasanya telah erupsi. Selama sisa periode pra –
sekolah wajah anak cenderung tumbuh secara proportional lebih besar ke timbang otak, dan
rahang melebar sebagai persiapan untuk erupsi gigi permanen.
Perbaikan keterampilan motoric meliputi pergonta-gantian kaki dalam menaiki tangga pada
umur 3 tahun dan pergonta-gantian kaki dalam menuruni tangga pada umur 4 tahun. Pada
umur 3 tahun kebanyakan anak dapat berdiri di atas satu kaki untuk waktu singkat; pada umur
5 tahun biasanya mereka dapat melompat di atas satu kaki dan segera dapat melompat-lompat.
Pada umur 3 tahun anak mungkin akan meniru secara kasar gambar dua buah garis bersilang –
silang. Pada umur 4 tahun, gambar garis yang bersilangan tersebut mungkin dapat ditiru tanpa
diberikan contoh terlebih dahulu, mungkin sebagai gambar salinan gambar-gambar dalam
perbandingan yang tepat dan untuk pertama kalinya dapat menangani gambar-gambar dengan
garis miring, seperti segitiga. Sebuah gambar berbentuk wajik mungkin tidak dapat ditiru
dengan tepat dan sebanding sampai umurnya memcecah 6 tahun.
10
Pada umur 3 tahun, anak dapat menghitung 3 benda dengan tepat; pada umur 4 tahun, 4; lima
tahun; 10 atau lebih.
Pad umur 3 tahun, kebanyakan anak dapat memberitahukan umur mereka dan apakah mereka
anak laki-laki atau perempuan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran bahwa mereka akan
menjadi anak yang lebih besar dan orang dewasa, anak-anak usia pra-sekolah yang lebih besar
mulai mencari contoh yang memadai untuk dipelajari. Tentu saja, contoh yang paling mudah
diperolehi adalah ibu bapa dan ahli keluarga yang terdekat. Tidak sempurna realitas anak akan
masa depan sering menimbulkan tekanan dan ansietas yang bertentangan. Seorang anak
berusia 4-6 tahun menganggap kebiasaan berpikir, merasa, dan bertindak yang mengelilingi
persepsi atau fantasinya yang sedang berkembang sebagai masa depan. Di dalam rumah,
fantasi anak tentang perana di masa depan meliputi memainkan peranan orang tua yang sama
jenis kelaminnya, dan perasaan ingin tahu dan perhatian terhadap realitas peranan ini mungkin
bertambah besar.
Di luar rumah, perhatian dan fantasi tentang peranan masa depan mungkin dinyatakan dalam
drama. Minat anak-anak dalam usia ini terhadap perbedaan jenis kelamin, yang sering timbul
sebagai pertanyaan-pertanyaan di dalam rumah, biasanya muncul dalam bentuk permainan
seks di antara anak-anak dari tiap jenis kelamin, yang normal sama sekali.
Perubahan pola interaksi orang tua – anak dan hubungan-hubungan lainnya di dalam dan di
luar rumah nsering meninggalkan unsur-unsur permusuhan atau agresi di dalam tingkah laku,
pikiran dan fantasi anak. Ansietas mungkin terungkapkan sebagai mimpi buruk, atau takut
berpisah, kematian atau cedera tubuh. Anak-anak dengan problem serius mungkin
mengompol atau menghisap ibu jari, mengalami kesukaran berbicara atau belajar, tidak
mampu untuk mengadakan hubungan bersama yang menyenangkan, temper tantrum, atau
tingkah laku lainnya sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan sebelumnya.5-6
11
Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi gangguan
pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.
1. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan gangguan
pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju
Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut
Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak
mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah
normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan
hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi
kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat
dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya
merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga
anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.
Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang dapat
diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi,
juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik,
glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak dapat
dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli pada
anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah
genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang
sering mengakibatkan ketulian adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis
media.
2. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab
gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular.
12
Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai
akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti
spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit
neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan
berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya
penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi
keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk
belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami
keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.
3. Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak. Kemampuan
berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti,
2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu
adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak
dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara
juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi.
Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan
karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).
4. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang terkait
dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan
memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan
anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah,
fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan perkembangan pervasif
pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial. Menurut Widyastuti
(2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan gangguan komunikasi,
interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya perkembangan bahasa,
munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk
tanpa sebab.
13
5. Anak berat badan tidak naik atau turun
Anak – anak tidak akan turun berat badannya melainkan bila mereka sakit. Jadi, setiap
penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya tergolong tidak normal. Penambahan berat
badan yang tidak mencukupi (tidak mencapai berat yang seharusnya) dapat disebabkan oleh
kekurangan gizi, buruknya penyerapan zat gizi dalam usus, sakit kronis, gangguan psikologis
yang tidak diketahui. Masalah gizi kurang umumnya banyak diderita oleh kelompok balita
usia 1-5 tahun karena pada masa tersebut mereka balita belum mampu memilih dan
mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhan tubuh (Soekirman 2001). Balita gizi kurang,
khususnya gizi buruk rentan terhadap infeksi, pengurusan otot, pembengkakan hati, dan
berbagai gangguan lain seperti peradangan kulit, infeksi, serta kelainan bentuk dan fungsi
organ akibat pengecilan organ. Kondisi gizi kurang akan mempengaruhi banyak organ dan
sistemnya karena sering disertai dengan defisiensi asupan gizi mikro dan makro yang sangat
diperlukan bagi tubuh. Kondisi kekurangan gizi yang tidak ditangani lebih lanjut akan
berdampak buruk terhadap perkembangan maupun pertumbuhan balita tersebut
6. Anak bertubuh pendek
Jika kedua ibu bapanya bertubuh pendek, ada kemungkinan ia mewarisi sifat genetic mereka.
Namun, jika pendeknya tubuh anak tidak normal (yakni; pertumbuhannya kurang daripada 5
cm setahun), ibu bapa harus berkonsultasi ke spesialis anak untuk mencari penyebabnya. Ada
kemungkinan anak perlu melalui sinar X (X-ray) untuk memeriksa umur tulangnya karena ini
sangat membantu untuk memprediksi pertumbuhan selanjutnya. Ada penyebab tidak lazim
yang membuatkan pertumbuhan anak menjadi lambat. Bagi anak perempuan, ada
kemungkinan ia menderita Sindrom Turner yang merupakan kerusakan kromosom.
Akondroplasia atau dwarfism atau kekerdilan adalah gangguan genetis bawaan di mana
tulang-tulang panjang misalnya tulang kaki dan tangan tidak tumbuh dengan baik. Anak yang
jari jemarinya panjang dan tubuh kurus mungkin menderita Sindrom Marfan.6
14
Penatalaksanaan
Non-medikamentosa:
1. Program penyuluhan gizi pada ibu, terutama dari balita gizi buruk oleh Puskesmas.
Ibu-ibu mampu mengenali permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak mereka dan
menambah pengetahuan gizi sasaran. Pengetahuan gizi ibu bertambah dalam
memperhatikan asupan gizi balita sehingga terjadi peningkatan berat badan balita.7
2. Pemberian bantuan fisik seperti susu dan makanan tambahan pada balita. Namun
sebelum itu, para ibu harus diberi pendedahan mengenai esensi pemberian bantuan
fisik tersebut untuk mencapat target yaitu meningkatkan status gizi anak.
Medikamentosa:
1. Pemberian obat dan multivitamin yang diberikan oleh Puskesmas. Multivitamin
penambah nafsu makan memberikan dampak positif terhadap peningkatan nafsu
makan balita yang seterusnya membantu mengurangkan masalah kurang gizi (bagi
anak yang tidak mahu makan).7
Kesimpulan
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis,
tumbuh kembang fisik, mental dan psikososial berjalan demikian cepatnya sehingga
keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak.
Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik dan
tidak terdeteksi secara nyata, maka membutuhkan perawatan yang bersifat purna seperti;
promotif, preventif dan rehabilitatif.
15
Daftar Pustaka
1. Meadow R, Newell S. Lecture notes: pediatrika. 7th ed. Jakarta: Erlangga. 2005. H. 17-
94.
2. Wong D.L, Hockenberry-Eaton M, Wilson D, Winkelstein W.L, Schwartz P. Buku
ajar pediatric. 6th ed. Vol. 1. Jakarta: ECG. 2009. H. 32-223
3. Nugroho H.S.W. Petunjuk praktis Denver developmental screening test. Jakarta: ECG.
2009. H. 5
4. Lyen H, Hock L.T, Zhang L. Apa yang ingin anda ketahui tentang merawat balita:
satu sampai lima tahun. Jakarta: Gramedia. 2003. H. 19-28
5. Behrman R.E, Vaughan V.C. Nelson: Ilmu kesehatan anak. 12th ed. Vol. 1. Jakarta:
ECG. 1990. H. 29-68
6. Berhman R.E, Kliegman R, Arvin A.M. Nelson: Ilme kesehatan anak. 15 th ed. Vol 1.
Jakarta: ECG. 2000. H. 47-95
7. Dainur M.P.H. Kegiatan KIA di puskesmas dan permasalahannya. Jakarta: ECG.
1995. H. 4-10.
16