W DK > E ^/^d D W < Z / 'EK^/^ W Ez
Embed Size (px)
Transcript of W DK > E ^/^d D W < Z / 'EK^/^ W Ez
-
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komputer
Disusun oleh:
Didin Wahyu Utomo NIM: 105060800111046
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
-
ii
PENGESAHAN
PEMODELAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT PADA SISTEM ENDOKRIN MANUSIA DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Komputer
Disusun Oleh: Didin Wahyu Utomo
NIM: 105060800111046
Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan lulus pada 24 Mei 2017
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing I
Suprapto, S.T, M.T NIP: 19710727 199603 1 001
Dosen Pembimbing II
Nurul Hidayat, S.Pd, M.Sc NIP: 19680430 200212 1 001
Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Informatika
Tri Astoto Kurniawan, S.T, M.T, Ph.D NIP: 19710518 200312 1 001
-
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disitasi dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).
Malang, 17 April 2017
Didin Wahyu Utomo
NIM: 105060800111046
-
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan Pemodelan Sistem
Pakar Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode Dempster-Shafer
Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Teknik Informatika Filkom Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, karena itu tanpa keterlibatan dan sumbangsih dari berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu dengan segenap kerendahan hati patutlah penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Suprapto, S.T, M.T selaku pembimbing I dan Bapak Nurul Hidayat, S.Pd, M.Sc sebagai pembimbing II. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan dan nasehat yang telah diberikan dalam proses penyelesain skripsi ini.
2. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan mengamalkan ilmunya kepada penulis.
3. Segenap staf dan karyawan PTIIK Universitas Brawijaya yang telah membantu kelancaran pengerjaan skripsi.
4. Sahabat-sahabat yang telah membantu dalam kelancaran skripsi ini serta seluruh warga program studi Informatika Universitas Brawijaya yang telah selalu bersama dalam perjalanan mencari ilmu.
5. Semua pihak lain yang telah membantu terselesaikannnya skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diperlukan untuk memperbaiki mutu penulisan selanjutnya dan juga kebaikan penulis secara pribadi.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Malang, 17 April 2017
Penulis
-
v
ABSTRAK
Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang hasil sekresinya disebut hormon. Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah ke jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk melakukan tindakan tertentu. Cara kerja hormon yaitu langsung ke dalam darah tanpa melalui duktus atau saluran. Penyakit kelenjar endokrin sangat berbahaya dan bahkan bisa berujung kematian apabila tidak segera ditangani. Pada sistem BPJS yang digunakan oleh pemerintah, dokter umum dijadikan sebagai gerbang utama dalam diagnosis penyakit ataupun menentukan apakah harus dirujuk ke dokter spesialis. Dalam kasus penderita penyakit endokrin, sangat berbahaya apabila tidak ditangani sejak dini, sedangkan proses rujukan ke dokter spesialis atau rumah sakit membutuhkan waktu yang panjang dikarenakan pasien yang datang terlalu banyak. Pembuatan pemodelan sistem ini merupakan salah satu cara yang dilakukan yang bertujuan untuk memberi pertolongan dini bagi penderita penyakit endokrin. Aplikasi ini dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP menggunakan framework CodeIgniter dan database MySQL. Proses perhitungan dalam diagnosis penyakit menggunakan metode Dempster-Shafer. pengujian dilakukan dengan cara membandingkan kesesuaian hasil antara diagnosis sistem dan hasil diagnosis pakar. Berdasarkan 35 data yang diuji, didapatkan tingkat akurasi pengujian sebesar 91.428% yang menunjukkan bahwa pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit endokrin dengan metode dempster-shafer dapat berfungsi dengan baik.
Kata kunci : Endokrin, Hormon, Dempster-Shafer
-
vi
ABSTRACT
The endocrine system is a gland system that acts on the human body whose secretedness called as hormones. Hormones are chemicals which carried within the bloodstream to tissues and organs and then stimulate hormones to perform certain actions. Hormones work directly into the blood without going through the ductus. Endocrine disease is very dangerous and can even lead to death if it were not treated immediately. In the BPJS system that implemented by the Indonesian government, general practitioners serve as the main gateway in diagnosing the disease or determining whether to be referred to a specialist. In the case of endocrine disease patients, it is very dangerous if not treated early, whereas referral process to a specialist or hospital takes a long time due to many patients who come. The purpose of this modelling system is one way done that aims to provide early help for patients with endocrine diseases. This application is developed by using PHP programming language using CodeIgniter framework and MySQL database. The process of calculating the diagnosis of disease using the Dempster-Shafer method. Testing is done by comparing the conformity of results between the diagnosis of the system and the results of expert diagnosis. Based on 35 tested data, obtained 91.428% test accuracy level indicating that modeling expert system diagnosis of endocrine disease with dempster-shafer method can well functioned.
Keywords: Endocrines, Hormones, Dempster-Shafer
-
vii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................i
PENGESAHAN ........................................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................. 2
1.5 Batasan masalah .................................................................................... 2
1.6 Sistematika pembahasan ....................................................................... 3
BAB 2 LANDASAN KEPUSTAKAAN ........................................................................... 5
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 5
2.2 Pemodelan ............................................................................................. 5
2.3 Sistem Pakar ........................................................................................... 6
2.3.1 Struktur Sistem Pakar .................................................................... 6
2.3.2 Keuntungan dan Kekurangan Sistem Pakar .................................. 8
2.3.3 Aturan (Rule) pada Sistem Pakar .................................................. 9
2.3.4 Mesin inferensi .............................................................................. 9
2.4 Teori Dempster Shafer ......................................................................... 10
2.5 Sistem Endokrin ................................................................................... 12
2.5.1 Bagian Kelenjar Endokrin ............................................................ 12
2.5.1.1 Kelenjar Hipofisis ........................................................................... 12
2.5.1.2 Kelenjar Pineal............................................................................... 13
-
viii
2.5.1.3 Kelenjar Tiroid ............................................................................... 13
2.5.1.4 Kelenjar Timus ............................................................................... 13
2.5.1.5 Kelenjar Adrenal ............................................................................ 13
2.5.1.6 Kelenjar Paratiroid ........................................................................ 14
2.5.1.7 Kelenjar Pankreas .......................................................................... 14
2.5.1.8 Kelenjar Gonad .............................................................................. 15
2.5.2 Penyakit pada Kelenjar Endokrin ................................................ 15
2.5.2.1 Diabetes Mellitus .......................................................................... 15
2.5.2.2 Diabetes Insipidus ......................................................................... 16
2.5.2.3 Hipotiroid ...................................................................................... 16
2.5.2.4 Hipertiroid ..................................................................................... 18
2.5.2.5 Penyakit Addison ........................................................................... 18
2.4.2.6 Sindrom Cushing ........................................................................... 19
2.5.2.7 Sindrom Adrenogenital ................................................................. 20
2.6 PHP ....................................................................................................... 20
2.7 Basis Data ............................................................................................. 21
BAB 3 METODOLOGI ............................................................................................. 22
3.1 Studi Literatur ...................................................................................... 22
3.2 Pengumpulan Data .............................................................................. 23
3.3 Analisis Kebutuhan Sistem ................................................................... 23
3.4 Perancangan Sistem ............................................................................. 25
3.5 Implementasi Sistem ........................................................................... 25
3.6 Pengujian dan Analisis Sistem ............................................................. 26
3.7 Pengambilan Kesimpulan..................................................................... 26
BAB 4 PERANCANGAN ........................................................................................... 27
4.1 Perancangan Perangkat Lunak ............................................................ 28
4.1.1 Deskripsi Umum Sistem .............................................................. 28
4.1.2 Identifikasi Aktor ......................................................................... 29
4.1.3 Analisis Kebutuhan Masukan ...................................................... 29
4.1.2 Analisis Kebutuhan Proses .......................................................... 31
4.1.3 Analisis Kebutuhan Keluaran ...................................................... 31
4.2 Perancangan Sistem Pakar ................................................................... 31
-
ix
4.2.1 Akuisisi Pengetahuan .................................................................. 31
4.2.2 Basis Pengetahuan ...................................................................... 35
4.2.3 Representasi Pengetahuan ......................................................... 38
4.2.4 Mesin Inferensi ........................................................................... 38
4.2.5 Perhitungan Dempster-Shafer .................................................... 39
4.2.6 Perancangan Antarmuka ............................................................. 44
BAB 5 IMPLEMENTASI ........................................................................................... 49
5.1 Spesifikasi Sistem ................................................................................. 49
5.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras ......................................................... 50
5.1.1 Spesifikasi Perangkat Lunak ........................................................ 50
5.2 Batasan Implementasi ......................................................................... 50
5.3 Implementasi Algoritma ...................................................................... 50
5.4 Implementasi Antarmuka .................................................................... 53
5.4.1 Antarmuka Pengguna Biasa ........................................................ 53
5.4.2 Antarmuka Admin ....................................................................... 56
BAB 6 PENGUJIAN DAN ANALISIS .......................................................................... 59
6.1 Pengujian Validasi ................................................................................ 59
6.2 Pengujian Akurasi ................................................................................ 61
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 69
LAMPIRAN A DATA GEJALA PENYAKIT ENDOKRIN ................................................ 71
-
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar .......................................................................... 7
Gambar 2.2 Gejala bisul pada penderita Diabetes Mellitus ................................. 16
Gambar 2.3 Penderita Hipotiroid dengan wajah sembab dan rambut rontok .... 17
Gambar 2.4 Pembesaran kelenjar leher ............................................................... 17
Gambar 2.5 Mata menonjol keluar karena Hipertiroid ........................................ 18
Gambar 2.6 Hiperpigmentasi kulit ........................................................................ 19
Gambar 2.7 Penderita Sindrom Cushing ............................................................... 20
Gambar 3.1 Blok Diagram penelitian .................................................................... 22
Gambar 4.1 Pohon Perancangan .......................................................................... 27
Gambar 4.2 Diagram alir proses diagnosis penyakit ............................................. 28
Gambar 4.3 Alur perhitungan Dempster-Shafer ................................................... 39
Gambar 4.4 Alur proses Dempster-Shafer dengan satu gejala............................. 40
Gambar 4.5 Alur proses Dempster-Shafer lebih dari satu gejala ......................... 41
Gambar 4.6 Halaman awal antarmuka ................................................................. 45
Gambar 4.7 Halaman awal pengguna setelah login ............................................. 45
Gambar 4.8 Antarmuka diagnosis isi biodata ....................................................... 46
Gambar 4.9 Antarmuka pilih gejala untuk proses diagnosis ................................ 46
Gambar 4.10 Antarmuka hasil proses diagnosis ................................................... 47
Gambar 4.11 Antarmuka informasi penyakit ........................................................ 47
Gambar 4.12 Rancangan Antarmuka manajemen data untuk pakar ................... 48
Gambar 5.1 Pohon Implementasi Sistem ............................................................. 49
Gambar 5.2 Source code perhitungan satu gejala ................................................ 51
Gambar 5.3 Source code perhitungan lebih dari satu gejala ................................ 51
Gambar 5.4 Source code function hitung ............................................................. 52
Gambar 5.5 Source code mencari nilai densitas tertinggi .................................... 53
Gambar 5.6 Antarmuka halaman awal ................................................................ 53
Gambar 5.7 Halaman awal setelah login .............................................................. 54
Gambar 5.8 Halaman diagnosis input biodata pasien .......................................... 54
Gambar 5.9 Halaman diagnosis pilih gejala .......................................................... 55
Gambar 5.10 Halaman proses perhitungan Dempster-Shafer.............................. 55
-
xi
Gambar 5.11 Antarmuka halaman rekam pasien ................................................. 56
Gambar 5.12 Antarmuka kelola data penyakit dan gejala .................................... 56
Gambar 5.13 Antarmuka form input gejala baru .................................................. 57
Gambar 5.14 Antarmuka form edit gejala ............................................................ 57
Gambar 5.15 Antarmuka insert data penyakit baru ............................................. 58
Gambar 5.16 Antarmuka form edit data penyakit ................................................ 58
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar kebutuhan fungsional................................................................. 24
Tabel 3.2 Daftar kebutuhan non-fungsional ......................................................... 25
Tabel 4.1 Identifikasi aktor .................................................................................... 29
Tabel 4.2 Daftar kebutuhan fungsional................................................................. 29
Tabel 4.3 Daftar kebutuhan non-fungsional ......................................................... 30
Tabel 4.4 Daftar penyakit pada kelenjar endokrin ............................................... 32
Tabel 4.5 Daftar gejala dari penyakit pada kelenjar endokrin .............................. 32
Tabel 4.6 Keterkaitan antara penyakit, gejala, dan nilai kepercayaan ................. 35
Tabel 4.7 Aturan(Rule) .......................................................................................... 38
Tabel 4.8 Perhitungan Dempster-Shafer dua gejala awal .................................... 42
Tabel 4.9 Perhitungan Dempster-Shafer gejala ke-3 ............................................ 43
Tabel 4.10 Perhitungan Dempster-Shafer gejala ke-4 .......................................... 43
Tabel 4.11 Perhitungan Dempster-Shafer gejala ke-5 .......................................... 44
Tabel 5.1 Spesifikasi perangkat keras ................................................................... 50
Tabel 5.2 Spesifikasi perangkat lunak ................................................................... 50
Tabel 6.1 Pengujian validasi .................................................................................. 59
Tabel 6.2 Pengujian akurasi .................................................................................. 61
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A DATA GEJALA PENYAKIT ENDOKRIN.................................................71
-
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang
hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan dari sekresi tersebut adalah hormon. Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah ke jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk melakukan tindakan tertentu. Sistem endokrin sangat berpengaruh pada banyak proses kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis.
Meskipun berperan sangat penting dalam tubuh, ada banyak gangguan kelenjar endokrin yang belum diketahui. Salah satu gangguan pada kelenjar endokrin adalah Diabetes Melitus. Dari data yang diperoleh Riskesdas, menunjukkan peningkatan jumlah prevalensi Diabetes di Indonesia dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun 2013. Menurut Data International Diabetes Federation tahun 2015, jumlah penderita Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta jiwa. Di Indonesia sendiri, menurut Data Sample Registration Survey tahun 2014 telah menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Selain Diabetes, penyakit tiroid menempati urutan ke-2 daftar penyakit endokrin yakni sekitar 10%-20% (Arisandi, 2016).
Dengan adanya program kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dari pemerintah, dokter umum dijadikan pintu utama untuk diagnosis penyakit ataupun menentukan apakah harus dirujuk ke dokter spesialis. Dalam kasus penderita penyakit endokrin sangat berbahaya apabila tidak ditangani sejak dini sedangkan proses rujukan ke dokter spesialis atau rumah sakit membutuhkan waktu yang tidak sedikit karena pasien yang datang terlalu banyak. Salah satu solusi untuk memberikan penanganan dini sebelum ditangani dokter spesialis adalah dengan menggunakan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan adalah salah satu cabang ilmu komputer yang membuat komputer dapat meniru cara berfikir manusia sehingga diharapkan komputer dapat melakukan penyelesaian masalah seperti manusia (Kusumadewi, 2003).
Salah satu cabang dari kecerdasan buatan adalah sistem pakar. Cara kerja sistem pakar adalah dengan mempelajari bagaimana meniru cara berpikir seorang pakar dalam menyelesaikan suatu permasalahan, membuat keputusan maupun mengambil kesimpulan dari beberapa fakta. Kajian utama dalam sistem pakar adalah bagaimana suatu komputer bisa bekerja seperti seorang pakar seperti melihat beberapa fakta, menganalisis, dan membuat suatu keputusan atau kesimpulan seperti seorang pakar (Dahria, 2011). Sehingga sistem pakar ini bisa dijadikan salah satu solusi tepat untuk diagnosis penyakit pada sistem endokrin.
-
2
Dalam dunia kedokteran, diagnosis medis haruslah tepat dan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi. Pada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
Diagnosa Penyakit Malaria dengan Metode Dempster-Shafer menghasilkan hasil uji dengan tingkat akurasi dari sistem pakar mencapai 90% (Digdaya, 2016). Hal ini membuktikan bahwa tingkat akurasi yang dihasilkan sangat bagus sehingga teori Dempster Shafer akan digunakan pada penelitian ini dan diharapkan mendapatkan hasil yang optimal.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian sebelumnya, penulis mengusulkan
dengan Metode Dempster-Shafer ni akan memberikan fasilitas informasi tentang diagnosis penyakit pada kelenjar endokrin berdasarkan gejala-gejala yang ada. Dengan adanya penelitian ini, dokter umum ataupun tenaga medis diharapkan mampu mempermudah proses diagnosis dan mengatasi berbagai jenis penyakit yang ada pada sistem endokrin manusia.
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana memodelkan sistem pakar untuk diagnosis penyakit pada sistem endokrin manusia dengan menerapkan metode Dempster Shafer?
2. Bagaimana hasil pengujian dari pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit pada sistem endokrin manusia dengan metode Dempster Shafer?
1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menerapkan metode Dempster Shafer ke dalam pemodelan sistem pakar untuk diagnosis penyakit pada sistem endokrin manusia.
2. Menguji pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit pada sistem endokrin manusia.
1.4 Manfaat Dengan adanya pemodelan sistem pakar, manfaat yang diharapkan dapat
membantu dokter umum sebagai pintu utama diagnosis penyakit dapat memberikan diagnosis awal dan penanganan dini pada penderita penyakit kelenjar endokrin ketika dalam proses rujukan ke rumah sakit atau dokter spesialis yang menangani.
1.5 Batasan masalah Agar penelitian ini lebih terarah dari rumusan masalah, maka batasan masalah
dari penelitian ini adalah :
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari pakar yaitu dokter penyakit dalam dr. Hernowo Aris Munandar, MA., Sp.PD.
-
3
2. Data yang digunakan sebagai masukan ke sistem adalah data gejala penyakit yang sudah disediakan oleh sistem.
3. Pengujian yang dilakukan ke sistem adalah menguji sistem secara fungsional dan juga menguji tingkat keakuratan sistem.
4. Sistem yang dibuat merupakan sistem berbasis web menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan framework CodeIgniter dan database MySQL.
5. Penyakit yang dibahas pada penelitian ini tentang kekurangan atau kelebihan hormon dan diagnosis penyakit dilakukan pada orang dewasa.
6. Pengambilan data penyakit dilakukan pada September 2016.
1.6 Sistematika pembahasan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada pendahuluan ini, berisi tentang latar belakang dari permasalahan yang ada, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat dari penelitian yang dilakukan, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi berbagai macam teori-teori dan konsep dasar yang mana berkaitan dengan penelitian ini. Teori dan konsep dasar dari bab dua berfungsi untuk memudahkan dan membantu proses penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian dan menjelaskan secara garis besar tahapan-tahapan penelitian seperti penggunaan metode, alur penelitian, dan skema perancangan sistem.
BAB IV PERANCANGAN
Pada bab ini membahas apa saja yang dibutuhkan untuk merancang sistem yang akan dibuat dimulai dari pengumpulan data, penyusunan cara berpikir sistem, metode yang digunakan, hingga perancangan antarmuka.
BAB V IMPLEMENTASI
Pada bab implementasi adalah untuk mengimplementasikan sistem dari perancangan yang sebelumnya sudah dibuat.
-
4
BAB VI PENGUJIAN DAN ANALISIS
Padi bab ini dilakukan proses pengujian sistem dan analisis hasil pengujian sistem.
BAB VII PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk pengembangan sistem agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
-
5
BAB 2 LANDASAN KEPUSTAKAAN
2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai sistem pakar untuk diagnosis penyakit pada sistem
endokrin manusia dengan metode Dempster-Shafer bukanlah baru pertama kali dilakukan, sebelumnya sudah ada penelitian yang terdahulu mengenai diagnosis suatu penyakit. Pada penelitian Arisandi (Mendiagnosa Gangguan Kelenjar Tiroid Menggunakan Metode Forward Chaining dan Dempster Shafer membahas tentang gangguan penyakit pada kelenjar tiroid dilihat dari gejala-gejala yang nampak. Kelenjar tiroid sendiri merupakan salah satu sistem endokrin pada manusia. Dari penelitian tersebut juga didapatkan kesimpulan bahwa pemanfaatan mesin inferensi forward chaining dan Dempster Shafer memperkuat hasil diagnosis yang dihasilkan. Namun sayangnya, pada penelitian tersebut tidak diperlihatkan berapa tingkat akurasi dari sistem pakar yang telah dibuat dengan hasil sebenarnya.
Pada penelitian lain yang berkaitan dengan metode Dempster Shafer yang ditulis oleh (Digdaya, 2016) Penyakit Malaria dengan Metode Dempster Shaferdengan tingkat akurasi dari sistem pakar mencapai 90%. Dari dua penelitian tersebut dapat dijadikan informasi dan referensi untuk penelitian saat ini. Selain itu, terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian diatas dengan penelitian ini
Dempster Shafer
2.2 Pemodelan Menurut Julius Marlissa dalam Digdaya (2016) pemodelan merupakan proses
untuk membuat suatu model. Pengertian dari model adalah representasi sebuah bentuk nyata dan pengertian dari sistem adalah hubungan antar elemen yang membangun sebuah kesatuan dan dibangun untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi pemodelan sistem adalah suatu gambaran dengan bentuk nyata yang dimodelkan secara lebih sederhana, menggambarkan konstruksi integrasi hubungan antar elemen, fitur-fitur, dan bagaimana sistem bekerja.
Sebuah model sistem bertujuan untuk menganalisis dan memberi prediksi yang mendekati kenyataan sebelum sebuah sistem nantinya di implementasikan. Secara umum, model merupakan rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, ataupun konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan. Bentuk dari model bermacam macam seperti dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar, komputerisasi,grafis), atau rumusan matematis.
Dalam membuat sebuah model sistem yang baik ada berberapa kriteria di dalam yang harus dipenuhi:
a. Mudah untuk dimengerti pemakainya
-
6
b. Mempunyai tujuan yang jelas c. Mudah dikontrol dan dimanipulasi oleh pemakai d. Dinyatakan secara jelas dan lengkap e. Mengandung pemecahan masalah yang penting f. Dapat berkembang dari sederhananya menuju kompleks g. Mudah diubah, mempunyai prosedur modifikasi
Proses pembuatan pemodelan sistem pakar bertujuan untuk menganalisa dan memberi prediksi yang sangat mendekati kenyataan sebelum sebuah sistem diimplementasikan. Model dari sistem pakar harus mudah dimengerti oleh pemakainnya, mudah dikontrol oleh pemakainya, dapat berkembang dari yang sederhana menuju ke kompleks dan harus mempunyai tujuan yang jelas.
2.3 Sistem Pakar Secara umum sistem pakar dapat diartikan sebagai suatu sistem yang dibuat
agar sistem tersebut mempunyai keahlian seperti seorang pakar. Sistem pakar dibuat dengan tujuan agar sistem bisa melakukan pemecahan masalah layaknya seorang pakar dalam bidang tertentu. Sementara pakar merupakan orang yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus yang mana orang lain tidak mengetahui atau tidak menguasai dalam suatu bidang ilmu.
Menurut Giarratano & Riley dalam Hartati & Iswanti (2008), sistem pakar merupakan cabang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang menggunakan pengetahuan khusus yang dimiliki oleh seorang pakar atau ahli untuk melakukan penyelesaian masalah dalam suatu bidang tertentu. Menurut Martin dan Oxman dalam Hartati & Iswanti (2008) sistem pakar merupakan sistem berbasis komputer yang menggunakan fakta, pengetahuan, dan teknik penalaran dalam melakukan pemecahkan masalah dimana masalah tersebut hanya dapat diselesaikan oleh pakar dalam suatu bidang tertentu.
Secara tidak langsung, dapat diketahui bahwa sistem pakar adalah suatu sistem yang dibuat dengan tujuan agar sistem memiliki cara berfikir seperti seorang pakar dalam melakukan pemecahan masalah yang cukup rumit. Dengan adanya sistem pakar, orang awam dapat mengetahui ataupun melakukan penyelesaian masalah yang cukup sulit atau rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan pakar yang mempunyai keahlian tertentu.
2.3.1 Struktur Sistem Pakar Menurut Dahria (2013) Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu
lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan (consultation environment). Lingkungan pengembangan digunakan untuk memasukkan ataupun mentransfer pengetahuan ataupun cara berfikir dari seorang pakar kedalam lingkungan sistem pakar. Selanjutnya adalah lingkungan konsultasi (consultation environment), lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna (user) dari sistem pakar yang bukan pakar untuk memperoleh
-
7
pengetahuan pakar. Pembagian dua lingkungan pada sistem pakar digambarkan pada gambar 2.1.
Pemakai
Antarmuka
Aksi yangdirekomendasikan
FasilitasPenjelasan
Mesin Inferensi
Workplace
Basis Pengetahuan :Faktadan Aturan
KnowledgeEngineer
Pakar
PerbaikanPengetahuan
Fakta tentangKejadian tertentu
LINGKUNGAN KONSULTASI LINGKUNGAN PENGEMBANGAN
Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar
Sumber: Dahria (2011)
Penjelasan masing-masing komponen dari sistem pakar pada gambar 2.1 adalah sebagai berikut:
1. Antarmuka (User Interface) adalah komunikasi antara sistem dengan pemakainya, antarmuka juga menerima informasi dari pengguna sistem dan kemudian merubahnya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh sistem.
2. Basis pengetahuan (Knowledge Base) adalah kumpulan pengetahuan pada bidang tertentu dengan tingkatan pakar pada suatu format tertentu dimana pengetahuan (knowledge) diperoleh dari pengetahuan pakar ataupun sumber pengetahuan lainnya seperti buku, jurnal ilmiah maupun dokumentasi tercetak.
3. Mesin inferensi (Inference Machine) merupakan otak dari sistem pakar berupa perangkat lunak yang melakukan tugas melakukan inferensi penalaran dari sistem pakar. Penalaran yang dilakukan menggunakan pengetahuan yang ada untuk menghasilkan hasil akhir ataupun kesimpulan.
-
8
4. Memori kerja (Working Memory) adalah bagian sistem pakar yang menyimpan fakta yang diperoleh saat proses konsultasi dilakukan. Fakta-fakta yang diperoleh ini, akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan basis pengetahuan yang telah disimpan. Konklusinya bisa berupa hasil diagnosis, tindakan, dan juga akibat.
5. Fasilitas penjelasan (Explanation facility) adalah informasi yang diberikan kepada pengguna sistem pakar karena tidak semua pengguna sistem pakar bukan ahli atau bahkan tidak mengerti sama sekali tentang bidang tersebut. Fasilitas penjelasan ini memberikan informasi kepada pengguna mengenai jalannya penalaran sistem pakar sehingga dihasilkan suatu kesimpulan ataukeputusan.
6. Fasilitas akuisisi pengetahuan (Knowledge acquisition facility) merupakan perangkat lunak sistem pakar yang menyediakan fasilitas dialog antara sistem dengan pakar. Tujuan dari fasilitas akuisisi adalah untuk memasukkan fakta-fakta ataupun kaidah-kaidah sesuai dengan perkembangan ilmu yang terbaru sehingga sistem pakar dapat dikembangkan agar lebih baik lagi.
2.3.2 Keuntungan dan Kekurangan Sistem Pakar Kemampuan sistem pakar dalam memecahkan suatu masalah yang cukup
rumit dapat diandalkan. Berikut ini beberapa keuntungan penerapan sistem pakar (Dahria, 2011):
1. Memungkinkan orang awam dapat mengerjakan pekerjaan para ahli di bidangnya.
2. Tidak memerlukan biaya saat tidak digunakan, sedangkan pada pakar manusia, memerlukan biaya.
3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian dari para pakar.
4. Meningkatkan produktivitas.
5. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya.
6. Dapat memecahkan masalah lebih cepat dan efisien daripada kemampuan manusia dengan menggunakan data yang sama.
7. Bisa melakukan proses secara berulang dan otomatis.
8. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan dengan waktu yang sedikit dan biaya yang sedikit.
9. Mampu untuk bekerja dengan informasi yang kurang atau tidak lengkap dan mengandung kepastian.
10. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.
11. Mampu mengambil dan menyimpan keahlian para pakar.
Selain memiliki beberapa manfaat seperti yang telah disebutkan, sistem pakar juga memiliki beberapa kelemahan seperti berikut (Kusumadewi, 2003):
-
9
1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan proses pemeliharaanya sangat mahal.
2. Sulit dikembangkan, karena ketersediaan pakar yang juga kurang.
3. Sistem pakar tidak 100 % bernilai benar. Yang berarti masih ada kemungkinan kesalahan dalam sistem pakar.
2.3.3 Aturan (Rule) pada Sistem Pakar Sistem pakar yang dibuat merupakan sistem yang berdasarkan pada aturan-
aturan (rule) dimana program disimpan dalam bentuk aturan-aturan sebagai prosedur untuk melakukan proses pemecahan masalah. Aturan tersebut biasanya berbentuk IF-THEN (Dahria, 2011). Pada bagian THEN bernilai benar jika satu atau lebih dari sekumpulan fakta atau hubungan antar fakta diketahui bernilai benar, memenuhi bagian IF. Bila merupakan IF premis, dan merupakan THEN konklusi, maka untuk premis yang berjumlah lebih dari satu, dapat dihubungkan dengan operator OR ataupun AND.
2.3.4 Mesin inferensi Mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan metodologi
untuk melakukan penalaran tentang informasi yang terdapat dalam basis pengetahuan dan dalam workplace, yang bertujuan untuk mendapatkan kesimpulan (Turban, 1995).
Pada kebanyakan sistem pakar yang ada, menggunakan aturan inferensi yang dinamakan modus ponen, yaitu IF A THEN B, dari aturan tersebut diketahui bahwa jika A bernilai benar, maka B juga bernilai benar. untuk inferensi dengan modus ponen dinyatakan dalam bentuk [A AND B)] B dengan A dan A B merupakan proposisi-proposisi dalam basis pengetahuan (Dahria, 2012).
Terdapat dua metode inferensi yaitu (Dahria, 2011):
1. Forward Chaining
Forward chaining atau runut maju memulai proses pencarian dengan data atau disebut juga dengan data-driven. Forward chaining merupakan strategi pencarian yang memulai proses pencarian dari sekumpulan data atau fakta, dari data-data atau fakta-fakta yang ada tersebut dicari suatu kesimpulan yang menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi. Mesin inferensi mencari kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang terdapat dalam basis pengetahuan yang premisnya sesuai dengan data-data tersebut, kemudian dari kaidah-kaidah atau aturan-aturan tersebut diperoleh suatu kesimpulan.
2. Backward Chaining
Backward Chaining atau runut balik merupakan strategi pencarian yang arahnya kebalikan dari runut maju. Backward Chaining bisa disebut juga dengan goal-driven karena Pposes pencarian dimulai dari tujuan terlebih dahulu, yaitu kesimpulan yang menjadi solusi permasalahan
-
10
yang dihadapi. Mesin inferensi mencari aturan-aturan yang ada dalam basis pengetahuan yang kesimpulannya merupakan solusi yang ingin dicapai, kemudian dari kaidah-kaidah(rule) yang diperoleh, masing-masing kesimpulan dirunut balik jalur yang mengarah ke kesimpulan tersebut. Apabila informasi-informasi atau nilai dari atribut-atribut yang mengarah ke kesimpulan tersebut sesuai dengan data yang diberikan, maka kesimpulan tersebut merupakan solusi yang dicari. Dan apabila tidak sesuai, maka kesimpulan tersebut bukan solusi yang dicari.
2.4 Teori Dempster Shafer Teori Dempster Shafer merupakan teori matematika untuk melakukan
pembuktian berdasarkan fungsi kepercayaan (Belief functions) dan pemikiran yang masuk akal (Plausible reasoning). Belief dan Plausibility ini digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (evidence) untuk menghitung tingkat kemungkinan dari suatu peristiwa. Teori ini dikembangkan oleh Arthur P. Dempster dan Glenn Shafer. Secara umum Teori Dempster-Shafer ditulis dalam suatu interval (Kusumadewi, 2003):
[Belief, Plausibility]
Belief (Bel) atau nilai kepercayaan adalah ukuran kekuatan dari suatu evidence (bukti) dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka menunjukkan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 maka mengindikasikan adanya kepastian.
Plausibility (Pl) akan mengurangi tingkat kepastian dari evidence. Plausibility juga bernilai 0 sampai 1. Nilai Plausibility juga dinotasikan sebagai Pl(X) = 1-Bel(-x). Dimana jika yakin akan X maka dapat dikatakan bahwa nilai Bel(X)=1, sehingga nilai dari Pl(X)=0.
Menurut Giarratano dan Riley dalam (Prijodiprojo & Wahyuni, 2013) fungsi Belief dapat diformulasikan seperti pada persamaan 2.1.
(2.1)
Sementara untuk Plausibility dinotasikan pada persamaan 2.2.
(2.2)
Dimana:
Bel (X) = Belief (X)
Pls (X) = Plausibility
m(X) = Mass function dari (X)
m(Y) = Mass function dari (Y)
Pada teorema Dempster-Shafer terdapat frame of discernment yang Frame of discernment ini adalah semesta pembicaraan dari
-
11
sekumpulan hipotesis atau bisa disebut juga dengan environment yang dapat dilihat pada persamaan 2.3.
(2.3)
Dimana :
= Frame of discernment atau environment
, N = element/unsur bagian dalam environment
Environment terdiri dari elemen-elemen yang menggambarkan kemungkinan sebagai jawaban, dan hanya ada satu saja yang sesuai dengan jawaban yang dibutuhkan. Kemungkinan ini dalam teori Dempster-Shafer disebut dengan power-set dan dinotasikan dengan P, setiap elemen dalam power-set ini memiliki interval nilai antara 0 sampai 1.
Mass function(m) dalam teori Dempster-Shafer merupakan tingkat kepercayaan dari evidence, sering disebut juga dengan evidence measure sehingga dinotasikan dengan (m). Hal ini bertujuan untuk mengaitkan tingkat ukuran kepercayaan dari elemen-elemen . Tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Untuk itu diperlukan adanya probabilitas fungsi densitas (m). Nilai m tidak hanya mendefinisik saja, namun juga dengan semua subset-nya. Sehingga jika berisi n elemen maka subset dari adalah 2n. Jumlah seluruh nilai m dalam subset sama dengan 1. Dan apabila tidak ada informasi apapun untuk memilih hipotesis maka nilai dari m dapat dilihat pada persamaan 2.4.
(2.4)
Apabila diketahui X merupakan subset dari dengan m1 sebagai fungsi densitasnya dan Y juga merupakan subset dari dengan m2 sebagai fungsi densitasnya maka dapat dibuat sebuah fungsi kombinasi dari m1 dan m2 yang akan menghasilkan fungsi kombinasi baru yaitu m3, yang ditunjukkan pada persamaan 2.5.
(2.5)
Dimana
m1(X) = ukuran kepercayaan evidence X
m2(Y) = ukuran kepercayaan evidence Y
m3(Z) = ukuran kepercayaan evidence Z
-
12
2.5 Sistem Endokrin Sistem Endokrin adalah sistem yang terdiri dari kelenjar endokrin buntu atau
tanpa saluran yang tersebar pada bagian tubuh (Sherwood, 2010). Kelenjar endokrin ini melaksanakan fungisnya dari dalam tubuh dengan cara memproduksi hormon yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melalui saluran. Sementara hormon merupakan zat kimia hasil dari sekresi oleh suatu sel yang mempengaruhi sel lainya. Hormon hasil sekresi dari kelenjar endokrin ini pada umumnya berfungsi sebagai homeostasis atau menyeimbangkan fungsi dari dalam tubuh. Banyak sekali yang dipengaruhi oleh hormon hasil sekresi dari kelenjar endokrin , antara lain adalah pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, fungsi seksual, mood, ketahanan tubuh, pernafasan, suhu tubuh, detak jantung dan metabolisme.
Peran dari kelenjar endokrin sangatlah vital, sehingga apabila terserang suatu penyakit akan sangat berbahaya bagi kehidupan, dan pada sub-bab selanjutnya akan dibahas tentang bagian-bagian kelenjar endokrin dan juga penyakit pada kelenjar endokrin.
2.5.1 Bagian Kelenjar Endokrin Pada manusia, terdapat tujuh kelenjar endokrin utama yang mempunyai peran
penting dalam tubuh, yaitu kelenjar pineal, kelenjar pituitari atau hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, timus, kelenjar adrenal, kelenjar pankreas, dan kelenjar kelamin yaitu ovarium pada wanita serta testis pada pria.
2.5.1.1 Kelenjar Hipofisis Kelenjar hipofisis atau pituitari adalah sebuah kelenjar kecil yang ada pada
lubang kecil dibawah hipotalamus yang terdapat di otak. Kelenjar hipofisis ini terhubung dengan dengan hipotalamus, dan terletak didekat saraf optik manusia (Sherwood, 2010). Kelenjar hipofisis ini merupakan bagian terpenting diantara kelenjar endokrin yang lain, karena kelenjar hipofisis ini menghasilkan hormon yang mempengaruhi kelenjar lain agar menghasilkan ataupun mengurangi hormon tertentu dalam tubuh. Sementara hipotalamus bertugas untuk melepaskan hormon yang mempengaruhi kelenjar hipofisis anterior.
Kelenjar Hipofisis terbagi menjadi 2 bagian, yakni hipofisis anterior dan posterior. Fungsi dari kedua lobus tersebut adalah sebagai berikut
1. Hipofisis Posterior atau biasa disebut hormon steroid, menghasilkan 2 hormon yakni vasopressin (antidiuretic hormone atau ADH) dan oksitosin. vasopressin ini menargetkan ke ginjal untuk mengingkatkan proses reabsorbsi air. Sementara hormon oksitosin berguna untuk kontraksi pada rahim dan juga merangsang produksi susu pada wanita.
2. Hipofisis Anterior atau adenohipofisis menghasilkan hormon ACTH, TSH, FSH, LH, GH, Prolaktin. Hormon-hormon tersebut sangat berguna untuk sekresi, mempengaruhi hormon pada kelenjar tiroid, hormon
-
13
pertumbuhan pada manusia, dan juga mempengaruhi produksi sperma pada pria ataupun sekresi hormon estrogen pada wanita.
Dua bagian hipofisis sangatlah penting, sehingga apabila terjadi penyakit ataupun gangguan akan sangat fatal akibatnya pada tubuh.
2.5.1.2 Kelenjar Pineal Kelenjar pineal juga terletak pada otak, menghasilkan hormon melatonin yang
mempengaruhi otak, hipofisis anterior, organ reproduksi dan sistem kekebalan tubuh. Kelenjar ini berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh anti-oksidan dan mempengaruhi ritme biologis tubuh seperti bangun tidur secara ototmatis (alarm alamiah). Tingkat hormon melatonin yang dihasilkan kelenjar pineal ini juga terkait dengan kematangan individu secara seksual. Sebagai contoh adalah ketika mengatur hormon reproduksi wanita, termasuk juga ketika wanita mengalami menstruasi.
2.5.1.3 Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang ada pada bagian trakea dan dibawah
larink. Kelenjar ini memproduksi dua hormon yang mengandung iodin yang merupakan turunan dari asam amino tirosin. Dua hormon ini adalah tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan triiodotironin (T3), dua hormon ini juga dikenal sebagai hormon tiroid yang mempunyai peran sangat penting dalam mengatur metabolisme dalam tubuh (Sherwood, 2010). Apabila kelenjar tiroid ini menghasilkan hormon tiroksin maka akan terjadi penyakit hipotiroidisme, sementara bila menghasilkan hormon yang berlebih maka akan terjadi hipertiroidisme. Dua penyakit tersebut akan dibahas pada sub-bab selanjutnya mengenai penyakit-penyakit pada kelenjar endokrin.
2.5.1.4 Kelenjar Timus Kelenjar timus adalah sebuah kelenjar limfoid yang terletak pada garis tengah
didalam rongga dada diatas hati yang berfungsi untuk memproses limfosit T dan menghasilkan hormon timosin, yang berfungsi untuk kelangsungan hidup sel T. (Sherwood, 2010). Kelenjar timus ini memiliki peran sangat penting ketika manusia masih kecil, kemudian fungsi kelenjar timus ini menurun seiring bertambahnya usia manusia. Dengan kata lain sel-T yang dihasilkan ketika kita masih muda dan semakin bertambahnya usia kita maka sel-T yang dihasilkan pun menjadi matang. Dan ketika dewasa kelenjar timus ini lebih berkurang fungsinya daripada ketika kita muda. Sel-T Hasil sekresi dari kelenjar timus ini sangatlah penting untuk sistem kekebalan tubuh yang merupakan pertahanan terhadap virus dan kanker.
2.5.1.5 Kelenjar Adrenal Didalam tubuh manusia, terdapat dua kelenjar adrenal, yang tiap kelenjar
tersebut terletak tepat diatas ginjal yang dibungkus oleh jaringan lemak. kelenjar adrenal berasal dari kata ad yang artinya didekat dan renal yang artinya ginjal. Selain berjumlah dua buah, kelenjar adrenal juga terdapat dua bagian penting
-
14
yakni korteks adrenal yang mensekresi steroid hormon dan medula adrenal yang mensekresi katekolamin (Sherwood, 2010).
Korteks adrenal menghasilkan tiga hormon penting yakni :
1. Mineralkortikoid : yang paling penting adalah aldosteron yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit yakni NA+ dan K+.
2. Glukokortikoid : terutama menghasilkan hormon kortisol yang mempunyai peran penting dalam metabolisme glukosa dalam tubuh, begitu juga dengan metabolisme protein dan lipid dan untuk adaptasi dari stress
3. Hormon seks : hormon ini mirip dengan hormon yang diproduksi oleh kelenjar gonad yang merupakan testis pada pria dan ovarium pada wanita. Yang paling melimpah dan penting adalah menghasilkan dehydroepiandrosterone yang merupakan androgen atau hormon seks
Sementara medula adrenal menghasilkan katekolamin, termasuk didalamnya epinefrin, norepinefrin dan sejumlah kecil dopamin. Hormon ini bertanggung jawab untuk respon stres yang ada. Hormon ini juga bisa mengatur tekanan darah dalam tubuh. Stres dapat meningkatkan produksi hormon adrenalin, hormon ini disekresikan ketika kita dalam situasi yang menegangkan, ketakutan, ataupun marah. Dalam kadar yang tepat, hormon adrenalin ini mempunyai efek positif, yakni bisa membuat manusia lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu, akan tetapi jika berlebih, maka bisa berakibat juga pada fisik dan mudah kelelahan hingga menimbulkan depresi.
2.5.1.6 Kelenjar Paratiroid Kelenjar paratiroid merupakan empat kelenjar kecil yang terletak pada
permukaan kelenjar tiroid yang mensekresi hormon paratiroid atau PTH (Sherwood, 2010). Kelenjar paratiroid terdapat pada leher, tempatnya sangat berdekatan dengan kelenjar tiroid namun ukurannya lebih kecil dari kelenjar tiroid sehingga sering disebut kelenjar anak gondok. Secara umum fungsi dari kelenjar paratiroid ini adalah mengatur kadar kalsium dalam darah dan juga mengatur metabolisme fosfor.
2.5.1.7 Kelenjar Pankreas Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari eksokrin dan jaringan endokrin.
Tugas pankreas sebagai eksokrin yakni mensekresi cairan pencernaan melalui saluran pankreas ke saluran pencernaan (Sherwood, 2010). Kelenjar Pankreas menghasilkan hormon dalam sel-sel endokrin, sel-sel ini berkumpul di suatu tempat dengan nama pulau langerhans untuk mengontrol apa yang terjadi didalam darah.
Insulin merupakan hormon yang paling penting dari hasil sekresi kelenjar pankreas. Insulin ini dilepaskan oleh sel beta dari pulau langerhans untuk merespon makanan yang masuk dalam tubuh. Insulin berperan dalam
-
15
menurunkan glukosa dalam darah dan menyimpannya apabila belum diperlukan. Selain memproduksi Insulin ada hormon penting lain yang dihasilkan, yakni glukagon. Glukagon sendiri berkebalikan dengan insulin dalam hal cara kerja, bila insulin menurunkan kadar gula darah, maka glukagon berfungsi untuk menaikkan kadar gula darah.
2.5.1.8 Kelenjar Gonad Kelenjar Gonad merupakan kelenjar yang mempengaruhi proses reproduksi
pada manusia. Ada dua jenis kelenjar gonad yakni testis pada laki-laki dan ovarium pada wanita. Pada pria testis menghasilkan hormon testosteron yang secara umum fungsinya adalah untuk memproduksi sperma dan juga mengatur tingkat libido laki-laki. Selain itu testosteron ini juga bisa mempengaruhi struktur tulang pada laki-laki yakni meningkatkan pertumbuhan laki-laki ketika masa pubertas. Dan juga yang mengatur penutupan lempeng epifisis pada tulang.
Sementara ovarium pada wanita menghasilkan hormon estrogen yang menentukan ciri-ciri tanda seks sekunder pada wanita seperti terjadinya proses menstruasi dalam pembentukan sel telur, dan pertumbuhan payudara. Estrogen juga mempengaruhi tulang pada wanita, yakni penutupan lempeng epifisis. Selain ada hormon estrogen, hormon lain yang dihasilkan dari ovarium ini adalah progesteron, dimana hormon ini berada di uterus yang berfungsi untuk persiapan kehamilan (Sherwood, 2010).
2.5.2 Penyakit pada Kelenjar Endokrin Kelainan pada kelenjar dapat terjadi dari berbagai faktor, dan gangguan
endokrin yang paling umum terjadi adalah hasil sekresi dari kelenjar endokrin tidak normal dari hormon yang ada, entah itu terlalu banyak mensekresi hormon (hipersekresi) ataupun hormon yang dihasilkan terlalu rendah(hiposekresi). Kadang-kadang, disfungsi endokrin juga muncul karena sel target kurang responsif terhadap hormon yang dihasilkan, meskipun tingkat sekresi hormon berada pada tingkat normal (Sherwood, 2010).
Pada kelenjar endokrin terdapat banyak sekali penyakit, untuk mengetahui lebih jelas penyakit-penyakit tersebut akan dibahas pada sub-bab selanjutnya.
2.5.2.1 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme tubuh dengan naiknya gula darah (hiperglikemia) karena kekurangan hormon insulin. Yang mungkin juga terjadi karena hormon insulin tidak bekerja dengan semestinya (Gardner & Shoback, 2011). Diabetes mellitus sendiri dibagi menjadi dua, yakni karena gangguan autoimun karena kelenjar pankreas tidak dapat mensekresi hormon insulin yang biasa disebut dengan diabetes tipe 1. Sementara diabetes tipe 2 terjadi karena tubuh seseorang tidak menerima insulin dalam jumlah yang cukup sehingga fungsinya tidak optimal yang menjadikan tubuh kurang peka terhadap insulin (terjadi resistensi insulin). Dari dua tipe penyakit diabetes mellitus diatas,
-
16
yang sering terjadi adalah diabetes tipe 2 yang awal mulanya disebabkan karena pola hidup yang kurang sehat.
Salah satu gejala yang muncul dari penderita Diabetes Melitus adalah munculnya bisul seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Gejala bisul pada penderita Diabetes Mellitus
Sumber : Frykberg (2010)
Salah satu solusi untuk penderita penyakit Diabetes Mellitus adalah dengan membatasi konsumsi karbohidrat agar tidak terlalu berlebihan (Gardner & Shoback). Dan juga untuk obatnya menggunakan obat golongan Sulfonilurea (Glibenklamid).
2.5.2.2 Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus merupakan suatu gangguan penyakit yang disebabkan oleh gangguan tingkat sirkulasi pada hormon ADH (anti-diuretic hormone) yang berfungsi untuk mengatur cairan dalam tubuh (Gardner & Shoback, 2011). Hormon ADH ini adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
Penyebab utama terjadinya diabetes inspidus ini adalah produksi hormon ADH berkurang atau ketika ginjal kurang merespon terhadap hormon ADH yang ada dan berakibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan urin yang dihasilkan menjadi tidak pekat. Untuk solusi dari Diabetes Insipidus menggunakan Desmopressin sebelum tidur yang berfungsi untuk mengurangi urin yang dihasilkan.
2.5.2.3 Hipotiroid
Hipotiroid adalah penyakit yang terjadi karena kurangnya hormon tiroksin yang diproduksi dari kelenjar tiroid (Sherwood, 2010). Hipotiroid menyebabkan beberapa kelainan pada tubuh karena hormon dari kelenjar tiroid ini bertugas mengatur metabolisme dalam tubuh. Apabila terjadi kekurangan hormon, maka fungsi metabolisme tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya. Akibat dari
-
17
hipotiroid ini seperti berat badan meningkat tanpa alasan yang jelas, sangat mudah lelah, kurangnya kesadaran diri (merasa bingung) dan mudah lupa.
Jika hipotiroid ini terjadi karena penyakit bawaan lahir, maka akan terjadi kretinisme, dimana perkembangan fisik dan mental pada masa anak-anak menjadi terhambat. kretinisme pada anak ini dapat ditandai dengan tubuhnya yang kecil, bentuk kepala yang agak menonjol, tangan dan kaki pendek, dimana gejala-gejalanya mirip dengan dwarfisme. Pada orang dewasa, gejala yang terlihat adalah wajah yang terlihat sembab, dan juga rambut yang rontok ketika menderita hipotiroid yang dapat dilihat pada gambar 2.3 dimana gambar sebelah kiri adalah ketika menderita penyakit dan sebelah kanan setelah mendapat pengobatan.
Gambar 2.3 Penderita Hipotiroid dengan wajah sembab dan rambut rontok
Sumber: Sturgis (2011)
Selain dari wajah yang terlihat sembab, bisa juga muncul benjolan pada leher seperti penyakit tiroid pada umumnya. Gambar dari munculnya benjolan pada leher dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Pembesaran kelenjar leher
Sumber : Sherwood (2010)
-
18
Perawatan pada pasien penderita penyakit Hipotiroid, obat yang harus dikonsumsi adalah Levothyroxine. Untuk konsumsi obat levothyroxine, pada pasien dewasa diperkirakan sekitar 25 hingga 50 miligram/hari (Gardner & Shoback, 2011).
2.5.2.4 Hipertiroid
Hipertiroid merupakan kebalikan dari Hipotiroid dimana apabila hipotiroid disebabkan kurangnya hasil sekresi hormon pada kelenjar tiroid, maka hipertiroid adalah terlalu banyaknya hormon tiroid yang dihasilkan. Pada kebanyakan kasus yang terjadi hipertiroid.penyebab utamanya adalah penyakit graves. Penyakit graves sendiri merupakan penyakit auto-imun dimana tubuh memproduksi TSI (thyroid stimulating immunoglobulin) juga dikenal sebagai LATS (long-acting thyroid stimulator), yang merupakan antibodi yang menuju reseptor TSH (thyroid stimulating hormon) pada sel tiroid (Sherwood, 2010).
Gejala yang nampak pada penyakit ini bisa seperti pada gambar 2.4, yang juga merupakan gejala dari penyakit hipotiroid. Selain itu, gejala yang bisa dikenali dari hipertiroid adalah mata yang terlihat menonjol keluar seperti pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Mata menonjol keluar karena Hipertiroid
Sumber : Sherwood (2010)
Penanganan pada penderita hipertiroid salah satunya adalah dengan menggunakan obat anti-tiroid (Gardner & Shoback, 2011). Untuk obat anti-tiroid salah satunya adalah propiltiourasil (PTU).
2.5.2.5 Penyakit Addison
Penyakit addison merupakan penyakit yang terdapat pada kelenjar adrenal. Hal ini karena korteks adrenal menghasilkan hormon yang terlalu sedikit dari seharusnya. Penyebab utama pada penyakit addison ini merupakan kelainan autoimun dimana terjadi kesalahan pada produksi hormon aldosteron dan kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal menjadi terlalu sedikit. Selain hal tersebut penyebab lain dari penyakit addison ini berasal dari kondisi kelenjar pituitari yang kurang memproduksi hormon adrenokortikotropik (ACTH), dimana yang berakibat pada kurangnya hormon kortisol saja, karena sekresi hormon aldosteron ini tidak bergantung pada ACTH (Sherwood, 2010).
-
19
Salah satu gejala yang terlihat pada penyakit Addison adalah hiperpigmentasi. hiperpigmentasi merupakan penggelapan warna kulit secara tidak merata. Contoh dari hiperpigmentasi dapat ditunjukkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Hiperpigmentasi kulit
Sumber : Kumar et al. (2008)
Solusi pada penderita penyakit Addison adalah dengan penggantian hormon kortisol salah satunya yaitu Hydrocortisone.
2.4.2.6 Sindrom Cushing
Sindrom Cushing merupakan penyakit karena sekresi yang berlebih dari hormon kortisol. Penyebab sindrom Cushing ini ada tiga, yang pertama adalah karena rangsangan yang terlalu berlebih dari korteks adrenal dengan jumlah hormon CRH dan/atau ACTH yang berlebih. Kedua yaitu karena terdapat tumor pada kelenjar adrenal yang mengakibatkan kesulitan dalam mensekresi hormon kortisol ACTH. Yang terakhir adalah karena terdapat tumor yang mensekresi hormon ACTH selain dari kelenjar pituitari, yang biasanya terdapat pada paru-paru.
Selain ketiga faktor diatas, konsumsi obat yang mengandung kortikosteroid juga bisa memicu sindrom cushing ini. Sindrom Cushing ini dapat diketahui dengan mudah apabila seorang pasien memang mengonsumsi obat yang mengandung kortikosteroid sejak lama (Gardner & Shoback, 2011). Solusi sementara bagi penderita sindrom cushing adalah dengan menggunakan obat yang memblokir sintesis steroid seperti metirapone dan ketoconazole. Gejala seperti membulatnya wajah, munculnya guratan-guratan pada tubuh, serta penumpukan lemak merupakan gejala yang terlihat dari penderita sindrom Cushing seperti pada gambar 2.7.
-
20
Gambar 2.7 Penderita Sindrom Cushing
Sumber : Nitihardjo (2013)
2.5.2.7 Sindrom Adrenogenital
Sekresi hormon androgen yang terlalu berlebih menyebabkan penyakit sindrom adrenogenital ini. Hormon androgen yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal ini merupakan hormon yang lebih mempengaruhi pria. Apabila seorang wanita menghasilkan hormon androgen yang terlalu berlebih maka akan berakibat wanita tersebut bisa mempunyai ciri-ciri fisik seperti laki-laki. Pada pria, kelebihan hormon androgen ini akan sulit dideteksi kecuali pada pria ketika masih dalam masa puber dimana terjadi pembesaran suara, pertumbuhan jenggot, dan munculnya hasrat berhubungan. Kelebihan androgen pada pria dewasa bisa tidak terlalu berpengaruh karena hormon ini merupakan hormon untuk pria (Sherwood, 2010).
Pada pasien penderita sindrom Adrenogenital membutuhkan perawatan khusus dari para spesialis dan alat yang memadai. Untuk solusi sementara, pasien diberikan deksametason untuk menormalkan hormon androgen.
2.6 PHP PHP merupakan salah satu bahasa pemrogaman yang merupakan server-side
scripting yang menjadi satu dengan HTML digunakan untuk membuat halaman web yang dinamis. Pembuatan website menggunakan PHP sebagai bahasa pemograman dan HTML sebagai pembangun halaman web. PHP merupakan bahasa berbentuk script yang ditempatkan pada server. Selanjutnya diproses oleh server kemudian hasilnya dikirim ke client. Client menerima hasil yang dikirimkan oleh server dengan menggunakan web browser (Haryana, 2008). Terdapat beberapa alasan penggunaan PHP diantaranya:
1. PHP merupakan bahasa pemograman open source sehingga bisa didapatkan dengan mudah dandigunakan tanpa harus mengeluarkan biaya.
2. PHP dapat digunakan pada bermacam-macam sistem operasi seperti Linux, MicrosoftWindows, Solaris, Open BSD, Mac OS X, dan RISK OS.
3. PHP didukung oleh beberapa web server seperti Personal WebServer, Apache dan Internet Information Server.
-
21
4. PHP mendukung beberapa database seperti Sybase, Oracle, MySQL, Interbase, PostgreSQL, SQLite, Informix, dan ODBC.
5. PHP memberikan kemudahan dalam menampilkan berbagai macam teks, gambar dan file PDF.
2.7 Basis Data Database atau basis data dapat diartikan sebagai suatu pengorganisasian data
dengan bantuan komputer yang memungkinkan data dapat diakses dengan mudah dan cepat. Dalam hal ini, pengertian akses dapat mencakup pemerolehan data maupun pemanipulasian data seperti menambah serta menghapus data (Kadir, 2003).
Dengan adanya komputer, data dapat disimpan dalam media pengingat yang disebut hard disk. Dengan menggunakan media ini kehadiran kertas yang digunakan untuk menyimpan data dapat dikurangi. Prinsip utama dari basis data adalah pengaturan data/arsip yang bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dan kecepatan dalam mengambil kembali data/arsip. Ada satu hal yang harus diperhatikan, bahwa basis data tidak hanya sekedar penyimpanan data secara elektronis. Jadi, tidak semua bentuk penyimpanan data secara elektronis bisa disebut basis data. Sebagai contoh, ketika menyimpan dokumen berisi data dalam suatu file teks atau lainnya, tetapi tidak dapat disebut sebagai basis data karena didalamnya tidak ada pengelompokan dan pemilahan data sesuai dengan jenis ataupun fungsi data sehingga akan menyulitkan pencarian data.
Dalam basis data, yang ditonjolkan adalah pengelompokan, pengaturan, pemilahan, dan pengorganisasian data yang akan disimpan sesuai jenis dan fungsinya. Pemilahan data dapat berbentuk sejumlah file/tabel terpisah atau dalam bentuk pendefinisian kolom-kolom ataupun field-field data dalam setiap tabel.
-
22
BAB 3 METODOLOGI
Pada bab metodologi akan dijelaskan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian tentang pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit pada kelenjar endokrin manusia dengan metode Dempster-Shafer. Untuk alur dari penelitian yaitu meliputi studi literatur, pengumpulan data, analisis kebutuhan perancangan sistem, implementasi sistem, pengujian, dan kemudian kesimpulan. Secara garis besar blok diagram dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.
Studi Literatur
Perancangan Sistem
Analisis Kebutuhan Sistem
Pengujian dan Analisis Sistem
Implementasi Sistem
Kesimpulan
Pengumpulan Data
Gambar 3.1 Blok Diagram penelitian
3.1 Studi Literatur Pada studi literatur ini berfungsi untuk mendapatkan kajian pustaka sebagai
acuan pada penulisan skripsi dan juga untuk mengimplementasikan pada aplikasi. Kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi:
-
23
Pemodelan
Sistem Pakar
Teori Dempster-Shafer
Sistem Endokrin
Bagian pada kelenjar Endokrin
Penyakit pada kelenjar endokrin
PHP
Selain melakukan studi untuk penelitian, penulis juga melakukan pengkajian pada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.2 Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini, data yang dikumpulkan adalah data dari
penyakit dan juga gejala-gejala dari penyakit pada kelenjar endokrin. Data dari penyakit dan gejala-gejalanya, pada awalnya diperoleh dari referensi buku dan juga dari internet. Namun untuk memastikan data-data tersebut memang valid maka diperjelas dengan wawancara dengan pakar. Sumber data seorang pakar diperoleh dari dr. Hernowo Aris Munandar, MA., Sp.PD. Selain data penyakit dan gejala, data lain yang dibutuhkan adalah data nilai kepercayaan dari tiap gejala.
Dari hasil wawancara dengan pakar, data keseluruhan yang diperoleh meliputi, data penyakit endokrin, data gejala endokrin, dan nilai kepercayaan dari tiap-tiap gejala untuk perhitungan Dempster-Shafer.
3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Analisis kebutuhan pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mendapatkan apa saja yang diperlukan dalam penelitian ini. Mulai dari kebutuhan data, hingga kebutuhan software dan hardware yang akan digunakan pada penelitian ini. Untuk kebutuhan data, yang pertama diperlukan adalah pengumpulan data dari penyakit-penyakit pada kelenjar endokrin. Setelah terkumpul data-data tentang penyakit pada kelenjar endokrin, data selanjutnya yang dibutuhkan adalah data mengenai gejala-gejala dari penyakit tersebut. Selain mencari data dari penyakit pada kelenjar endokrin, selanjutnya dibutuhkan juga data pembobotan dari tiap-tiap gejala penyakit yang nantinya akan digunakan pada perhitungan Dempster Shafer.
Pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit pada kelenjar endokrin ini nantinya akan berbasis web, untuk hardware yang digunakan pada penelitian ini adalah PC atau laptop dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. CPU Intel I7 Q 740 1.73 GHz
2. RAM 4GB
-
24
3. VGA 2GB
4. Harddisk 500GB
Sedangkan untuk spesifikasi software adalah sebagai berikut:
1. Windows 8 64-bit sebagai sistem operasi
2. Microsoft Office Word 2013
3. MySQL sebagai database
4. Dreamweaver sebagai aplikasi untuk pembuatan sistem.
5. Notepad++
6. XAMPP sebagai localhost
Selain beberapa kebutuhan perangkat, terdapat juga kebutuhan fungsional yang dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Daftar kebutuhan fungsional
No Keterangan Deskripsi Aktor
1 Informasi penyakit
Sistem menyediakan informasi mengenai jenis-jenis penyakit pada kelenjar endokrin
User/Admin
2 Login Sistem mampu melakukan login ke halaman admin
Admin
3 Diagnosis penyakit
Sistem mampu melakukan diagnosis penyakit berdasarkan gejala yang telah diinputkan oleh pengguna menggunakan metode Dempster-Shafer
User/Admin
4 Mengelola data penyakit
Sistem mampu mengelola data dari penyakit mulai dari merubah nama penyakit, menambah penyakit baru, dan menghapus data tentang penyakit endokrin
Admin
5 Mengelola data gejala
Sistem mampu mengelola data dari gejala seperti merubah data gejala, menambahkan, dan menghapus data gejala yang tidak dibutuhkan.
Admin
6 Rekam pasien
Sistem mampu merekam data pasien yang telah melakukan diagnosis. Data yang tersimpan adalah biodata dan hasil diagnosis dari pasien
Admin/User
-
25
Dan juga kebutuhan non-fungsional yang dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Daftar kebutuhan non-fungsional
No Parameter Deskripsi
1 Security Sistem aplikasi dan database dilengkapi dengan password agar data lebih aman.
2 Compatibility Sistem dapat dijalankan di berbagai PC dengan sistem operasi minimum Windows 7 32-bit
3 Usability Sistem mempunyai tampilan antarmuka yang nyaman untuk dioperasikan oleh pengguna
3.4 Perancangan Sistem Pemodelan sistem pakar ini dibuat untuk diagnosa penyakit pada kelenjar
endokrin manusia. Pada bab perancangan sistem ini akan dilakukan perancangan yang dimulai dengan pembuatan flowchart sebagai alur dari aplikasi yang akan dibuat. Pada flowchart tersebut, secara garis besar isinya adalah mulai dari langkah awal pada aplikasi hingga tampilan setelah aplikasi tersebut selesai digunakan oleh seorang user.
Setelah alur program berhasil dibuat, langkah selanjutnya yaitu membuat rancangan basis data yang akan digunakan untuk aplikasi. Secara garis besar rancangan basis data tersebut pada awalnya akan berisi tentang gejala-gejala serta penyakit-penyakit pada kelenjar endokrin. Setelah pembuatan flowchart dan desain basis data, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan rancangan yang telah dibuat agar menjadi suatu aplikasi.
3.5 Implementasi Sistem Implementasi sistem disini adalah setelah langkah dari perancangan sistem
selesai dilakukan. Implementasi sistem ini meliputi:
1. Implementasi desain database untuk membuat database baru menggunakan MySQL.
2. Mengimplementasikan atau memasukkan gejala-gejala, penyakit, dan juga nilai kepercayaan dari penyakit ke dalam database.
3. Implementasi flowchart untuk membuat aplikasi diagnosis penyakit pada kelenjar endokrin manusia, termasuk didalamnya sudah menggunakan metode Dempster Shafer untuk perhitungannya. Dan juga memberi penjelasan dari source code yang dibuat.
Setelah semua selesai mengimplementasikan pada aplikasi, maka hasil yang diharapkan adalah suatu aplikasi diagnosis penyakit kelenjar endokrin pada manusia.
-
26
3.6 Pengujian dan Analisis Sistem Tahap pengujian sistem ini dilakukan tingkat uji akurasi dari sistem yang telah
dibuat. Pengujian sistem dilakukan dengan cara mendeteksi apakah sistem sudah bekerja dengan benar, terutama dalam penerapan metode Dempster-Shafer supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Selain melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat, selanjutnya adalah pengujian tingkat akurasi dari sistem ini dimana hasil dari sistem ini nantinya akan dicocokan dengan pakar. Diharapkan hasil uji tingkat akurasi antara sistem dan pakar ini memiliki tingkat kecocokan yang tinggi sehingga sistem bisa digunakan dengan layak.
3.7 Pengambilan Kesimpulan Pengambilan kesimpulan dilakukan setelah semua langkah-langkah penelitian
telah selesai dilakukan dimulai dari studi literatur, perancangan sistem, implementasi, dan pengujian sistem. Kesimpulan dari penelitian ini akan diambil dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan. Terdapat saran juga pada akhir penelitian ini. Saran tersebut bisa digunakan untuk pengembangan penelitian.
-
27
BAB 4 PERANCANGAN
Diagnosis Penyakit Kelenjar Endokrin dengan Metode Dempster-Shaferbab ini terdapat dua tahapan utama yaitu perancangan perangkat lunak yang terdiri dari deskripsi umum sistem, identifikasi pengguna, analisis kebutuhan fungsional, dan analisis kebutuhan non-fungsional. Tahapan utama yang selanjutnya adalah perancangan sistem pakar. Pada perancangan sistem pakar terdapat empat bagian yaitu akuisisi pengetahuan, basis pengetahuan, representasi pengetahuan, dan mesin inferensi. Pohon perancangan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1.
PERANCANGAN
Perancangan Perangkat Lunak
Perancangan Sistem Pakar
Deskripsi Umum Sistem
Identifikasi Aktor
Analisis Kebutuhan Masukan
Analisis Kebutuhan Proses
Akusisi Pengetahuan
Basis Pengetahuan
Representasi Pengetahuan
Mesin Inferensi
Analisis Kebutuhan Keluaran
Perhitungan Dempster-Shafer
Perancangan Antarmuka
Gambar 4.1 Pohon Perancangan
-
28
4.1 Perancangan Perangkat Lunak Pada perancangan perangkat lunak ini terdapat empat bagian penting deskripsi dari sistem, identifikasi aktor, analisis kebutuhan masukan, analisis kebutuhan proses, dan analisis kebutuhan keluaran. Perancangan perangkat lunak ini ditujukan untuk menganalisis apa saja kebutuhan-kebutuhan yang harus disediakan pada saat merancang sistem pakar.
4.1.1 Deskripsi Umum Sistem
Pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit pada sistem endokrin manusia merupakan sebuah sistem yang bertujuan untuk bisa mendiagnosis penyakit pada kelenjar endokrin dan metode yang digunakan adalah teori Dempster-Shafer untuk melakukan perhitungan. Secara umum sistem ini haruslah mampu untuk mendiagnosis penyakit pada kelenjar endokrin dan hasil yang diharapkan adalah sistem mampu menyamai kemampuan pakar dalam proses diagnosis penyakit. Alur utama untuk proses diagnosis penyakit dari sistem ini digambarkan pada gambar 4.2.
Input Biodata
Perhitungan Gejala dengan Dempster-Shafer
Hasil Diagnosis : P01, P02,...,P07
Mulai
Pilih GejalaG01, G02,...,Gn
Selesai
Simpan
Gambar 4.2 Diagram alir proses diagnosis penyakit
-
29
4.1.2 Identifikasi Aktor
Tahap identifikasi aktor ini bertujuan untuk melakukan identifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit kelenjar endokrin dengan metode Dempster-Shafer. Pada tabel 4.1 dijelaskan siapa saja aktor dari sistem dan juga deskripsi dari aktor yang terlibat.
Tabel 4.1 Identifikasi aktor
Aktor Deskripsi
User Aktor yang dapat menggunakan pemodelan sistem pakar untuk melakukan diagnosis penyakit kelenjar endokrin. Aktor ini adalah seorang dokter umum ataupun tenaga medis.
Pakar Aktor yang dapat mengakses semua fitur dari sistem dengan cara login sebagai admin. Dapat melakukan perubahan pada data yang ada.
4.1.3 Analisis Kebutuhan Masukan
Kebutuhan masukan yang dibutuhkan oleh sistem terdiri dari dua, yaitu masukan dari pakar dan juga masukan dari user. Untuk masukan dari pakar antara lain:
1. Data penyakit dan juga gejala yang belum ada pada sistem. Data penyakit ini termasuk didalamnya ID gejala, nama gejala, id penyakit dan nama penyakit.
2. Data penyakit baru apabila ada perubahan pengetahuan.
Selain dari pakar data lainnya merupakan masukan dari user :
1. Data biodata dari pengguna yang akan melakukan diagnosis
Pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit pada kelenjar endokrin dengan metode Dempster-Shafer menyediakan beberapa fungsi utama yang dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Daftar kebutuhan fungsional
No Keterangan Deskripsi Aktor
1 Informasi penyakit
Sistem menyediakan informasi mengenai jenis-jenis penyakit pada kelenjar endokrin
User/Admin
2 Login Sistem mampu melakukan login ke halaman admin
User/Admin
-
30
Tabel 4.2 Daftar kebutuhan fungsional (lanjutan)
No Keterangan Deskripsi Aktor
3 Diagnosis Penyakit
Sistem mampu melakukan diagnosis penyakit berdasarkan gejala-gejala yang telah diinputkan oleh pengguna. Diagnosis yang dilakukan sistem adalah dengan menggunakan metode Dempster-Shafer
User
4 Mengelola data penyakit
Sistem mampu mengelola data dari gejala penyakit, mulai dari merubah data gejala, merubah nilai kepercayaan dari gejala, dan menghapus data yang tidak dibutuhkan
Admin
5 Mengelola data gejala
Sistem mampu mengelola data dari gejala seperti merubah data gejala, menambahkan, merubah nilai kepercayaan atau merubah gejala, dan menghapus data gejala yang tidak dibutuhkan.
Admin
6 Rekam pasien
Sistem mampu merekam data pasien yang telah melakukan diagnosis. Data yang tersimpan adalah biodata dan hasil diagnosis dari pasien
Admin/User
Selain kebutuhan fungsional pada pemodelan sistem pakar diagnosis penyakit pada sistem endokrin, terdapat pula kebutuhan non-fungsional yang juga penting. Beberapa kebutuhan non-fungsional diantaranya adalah security, compatibility, dan usability. Deskripsi dan parameter dari kebutuhan non-fungsional disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Daftar kebutuhan non-fungsional
No Parameter Deskripsi
1 Security Sistem aplikasi dan database dilengkapi dengan password agar data lebih aman.
2 Compatibility Sistem dapat dijalankan di berbagai environment, PC ataupun laptop
3 Usability Sistem mempunyai tampilan antarmuka yang nyaman untuk dioperasikan oleh pengguna
-
31
4.1.2 Analisis Kebutuhan Proses
Proses dari sistem ini yang utama adalah melakukan diagnosis penyakit. Hasil diagnosis penyakit ini diperoleh dari masukan berupa gejala-gejala yang dipilih oleh user dimana tampilan gejala-gejala dari penyakit sudah disediakan oleh sistem. Dalam sistem juga telah disediakan aturan basis pengetahuan untuk penelusuran jenis penyakit yang diderita.
4.1.3 Analisis Kebutuhan Keluaran
Data keluaran dari pemodelan sistem pakar ini adalah hasil dari proses diagnosis dimana proses diagnosis tersebut menggunakan metode Dempster-Shafer. Hasil keluaran berupa nama penyakit, nilai dari perhitungan Dempster-Shafer, dan penjelasan dari penyakit yang diderita.
4.2 Perancangan Sistem Pakar Sistem pakar pada penelitian ini digunakan untuk mendiagnosis penyakit pada
kelenjar endokrin. Sedangkan metode untuk pengambilan kesimpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Dempster-Shafer yang menggunakan inferensi forward chaining.
Kebutuhan awal untuk pemodelan sistem pakar ini membutuhkan data dari nama penyakit, kode penyakit, dan juga gejala-gejala dari tiap-tiap penyakit pada kelenjar endokrin. Hasil dari sistem ini berupa penyakit apa yang diderita dilihat dari gejala-gejala yang telah dimasukkan oleh pengguna. Selain menghasilkan kesimpulan berupa penyakit yang diderita, sistem pakar ini juga mampu untuk menampilkan informasi tentang penyakit pada kelenjar endokrin.
4.2.1 Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan dalam sistem pakar merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data ataupun pengetahuan dari pakar. Dalam akuisisi pengetahuan ini bisa menggunakan beberapa cara seperti mengambil referensi dari buku, wawancara, ataupun secara observasi. Pada penelitian ini, cara yang digunakan untuk akuisisi pengetahuan antara lain :
1. Referensi buku
Pada referensi buku, yang dilakukan adalah mencari pengertian tentang penyakit endokrin beserta dengan gejala-gejala dari penyakit pada sistem endokrin. Setelah mendapat cukup referensi dari buku ataupun majalah, langkah selanjutnya yaitu melakukan wawancara dengan pakar untuk mengkonfirmasi ataupun mencocokan apakah pengetahuan yang didapatkan dari buku ataupun media lain sudah cukup memadai.
-
32
2. Wawancara
Wawancara merupakan langkah yang dilakukan dalam penelitian ini setelah memperoleh referensi. Pada wawancara ini penulis mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penyakit kelenjar endokrin dimana pada tahap sebelumnya sudah mencari referensi melalui buku ataupun majalah. Apabila referensi dari tahap sebelumnya menurut pakar masih kurang, maka dalam proses wawancara ini akan ditambahkan beberapa informasi yang kurang sehingga data yang dikumpulkan mengenai penyakit menjadi semakin lengkap. Sumber wawancara penulis adalah dr. Hernowo Aris Munandar, MA., Sp.PD. Wawancara ini menghasilkan data nama penyakit, gejala dari penyakit, solusi sementara, serta penentuan nilai kepercayaan untuk Dempster-Shafer oleh pakar. Nilai kepercayaan yang dimaksud nantinya akan digunakan untuk perhitungan Dempster-Shafer yang berfungsi untuk proses diagnosis penyakit dari gejala yang telah diinputkan oleh pengguna.
Dari langkah akuisisi pengetahuan yang telah dilakukan, didapatkan pengetahuan tentang beberapa penyakit pada kelenjar endokrin dan solusi seperti pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Daftar penyakit pada kelenjar endokrin
Kode Penyakit Solusi
P01 Hipotiroid Levotyroxine 50mg 1x1, 1-2 jam sebelum makan
P02 Hipertiroid PTU 100mg 1x1, Pagi hari sebelum makan
P03 Diabetes Melitus Sulfonilurea(Glibenklamid)2.5mg 1x1 , Setelah makan.
Diet mengurangi konsumsi makanan manis.
P04 Diabetes Insipidus Desmopressin 1x1, Sebelum tidur
P05 Penyakit Addison Hydrocortisone 25mg 1x1, Sebelum makan
P06 Sindrom Cushing Metyrapone 15mg/kg , Sebelum makan
P07 Sindrom Adrenogenital
Deksametason 0.5mg 1x1, Sebelum makan
Selain mendapatkan data penyakit pada kelenjar endokrin, data lain yang dibutuhkan adalah data dari gejala-gejala dari penyakit pada kelenjar endokrin. Data gejala tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Daftar gejala dari penyakit pada kelenjar endokrin
Kode Gejala
G01 Nafsu makan berkurang, berat badan bertambah
G02 Tidak tahan suhu dingin
-
33
Tabel 4.5 Daftar gejala dari penyakit pada kelenjar endokrin(lanjutan)
Kode Gejala
G03 Merasa lemas sepanjang hari/Mudah lelah
G04 Wajah terlihat bengkak/sembab
G05 Konstipasi / sembelit
G06 Penurunan libido
G07 Bengkak di leher/kelenjar leher membesar
G08 Pendengaran terganggu
G09 Rambut rontok tanpa sebab
G10 Kulit kering dan kasar
G11 Susah konsentrasi/kebingungan
G12 Suara serak
G13 Denyut jantung lemah
G14 Penurunan berat badan dengan nafsu makan meningkat
G15 Keringat berlebih
G16 Denyut jantung tinggi
G17 Tremor/gemetaran
G18 Sensitif terhadap suhu panas
G19 BAB lebih sering /Diare
G20 Mata tampak melotot atau menonjol
G21 Mata sensitif terhadap cahaya
G22 Mudah marah dan emosional
G23 Denyut jantung tidak beraturan
G24 Kesemutan pada tangan atau kaki secara tiba-tiba
G25 Penglihatan kabur
G26 Proses penyembuhan luka yang lama
G27 Sering timbul bisul
G28 Sering kencing
G29 Disfungsi ereksi
G30 Selalu merasa haus
G31 Dehidrasi
-
34
Tabel 4.5 Daftar gejala dari penyakit pada kelenjar endokrin(lanjutan)
Kode Gejala
G32 Penurunan berat badan
G33 Demam
G34 Rasa haus hingga minum 5-20 liter per hari
G35 Terbangun pada malam hari karena ingin kencing
G36 Depresi (tidak termotivasi, putus asa)
G37 Nafsu makan makanan asin sangat tinggi
G38 Penurunan nafsu makan dan berat badan
G39 Hiperpigmentasi (warna kulit menjadi lebih gelap)
G40 Mudah pusing atau pingsan
G41 Sakit pada otot atau sakit pada persendian
G42 Tekanan darah rendah
G43 Mual dan muntah yang parah
G44 Wajah tampak membulat (moonface)
G45 Muncul guratan pada kulit (stretch mark)
G46 Penipisan kulit
G47 Bagian tubuh mudah memar
G48 Periode menstruasi tidak teratur
G49 Pembengkakan kaki
G50 Otot terasa lemah pada daerah bahu dan pinggul (miopati proksimal)
G51 Berat badan meningkat dan penumpukan lemak antara area leher dan bahu
G52 Muncul sifat jantan
G53 Tumbuh jenggot
G54 Suara menjadi berat seperti laki-laki
G55 Kebotakan
G56 Pembesaran klitoris
G57 Distribusi rambut pada tubuh dan pubis seperti laki-laki
G58 Otot tampak seperti laki-laki
-
35
4.2.2 Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan dalam sistem pakar ini berisi tentang fakta, pemikiran ataupun prosedur untuk merumuskan dan melakukan penyelesaian masalah. pendekatan dari basis pengetahuan ini terdapat dua metode yaitu case-based reasoning dan juga rule-based reasoning. Dalam penggunaan metode Dempster-Shafer untuk diagnosis penyakit endokrin, data-data yang dibutuhkan adalah data dari penyakit dan juga gejala-gejala dari penyakit tersebut dan nilai perhitungan kepercayaan atau bobot yang diberikan oleh pakar akan dijadikan sebagai bahan perhitungan metode Dempster-Shafer. Sementara untuk pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rule-based reasoning karena awal yang diinputkan berupa gejala-gejala kemudian sistem melakukan perhitungan yang nantinya menghasilkan kesimpulan berupa penyakit apa yang diderita.
Selain mengumpulkan data penyakit dan gejala, data yang diperoleh dari pakar adalah nilai kepercayaan dari tiap-tiap gejala. Nilai Believe atau nilai kepercayaan merupakan ukuran kekuatan evidence dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Nilai kepercayaan bernilai dari 0 yang paling kecil, hingga 1 yang merupakan nilai tertinggi. Dari pengetahuan berupa data penyakit dan gejala-gejala pada kelenjar endokrin, maka dapat dibuat basis pengetahuan tentang keterkaitan antara gejala, penyakit, dan nilai kepercayaan yang dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Keterkaitan antara penyakit, gejala, dan nilai kepercayaan
Kode Gejala
Kode Gangguan/Kode Penyakit Nilai Believe
P01 P02 P03 P04 P05 P06 P07
G01 V 0.4
G02 V 0.3
G03 V V V 0.4
G04 V 0.2
G05 V 0.3
G06 V V V 0.4
G07 V V 0.8
G08 V 0.2
G09 V V 0.3
G10 V V 0.4
G11 V 0.3
G12 V 0.2
G13 V 0.4
-
36
Tabel 4.6 Keterkaitan antara penyakit, gejala, dan nilai kepercayaan (lanjutan)
Kode Gejala
Kode Gangguan/Kode Penyakit Nilai Believe
P01 P02 P03 P04 P05 P06 P07
G14 V V 0.6
G15 V 0.6
G16 V V 0.4
G17 V 0.3
G18 V 0.2
G19 V V 0.3
G20 V 0.6