CVD SI 1
description
Transcript of CVD SI 1
STROKE ISKEMIK
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S H
Jenis Kelamin :perempuani
TTL : Jakarta, 4 April 1954
Umur : 61 tahun 3 bulan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : tamat SD
Agama : Islam
Status Pernikahan : kawin
Alamat : kelapa tiga rt 05 rw 03 jagakarsa, Jakarta selatan
No RM : 01311749
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Lumpuh setengah badan bagian kanan sejak 1 hari SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Fatmawati dengan keluhan kelemahan
pada bagian tubuh sebelah kanan sejak 1 hari SMRS. Lumpuh
dirasakan tiba – tiba. Pasien sulit untuk bangun dari tempat tidur. Saat
dirumah pasien berbicara pelo lalu saat di RS pasien kesulitan untuk
berbicara. Riwayat demam, muntah, sakit kepala, trauma disangkal
keluarga pasien.
Tahun 2014, pasien pernah terkena stroke dengan kelemahan
ditubuh bagian kanan. Setelah dirawat di RS, pasien mengaku tidak
mengalami kelemahan lagi pada bagian tubuh sebelah kanannya.
Pasien rutin kontrol dan minum obat sejak keluar dari rumah sakit
tahun 2014. Riwayat DM disangkal oleh keluarga pasien.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menderita stroke pada tahun 2014. Rutin minum obat
anemolat 1x1, amdixal 1x10 mg, diovan 1x80 mg, simvastatin 1x10
mg, miniaspi 1x80 mg.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah hipertensi
E. Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien jarang berolahraga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 6 Juli 2015
Status Generalis
Keadaan Umum: tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 86 x/menit, regular
Napas : 24 x/menit, regular,
Suhu : 36,5oC
Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
Hidung
Inspeksi : Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret -/-, deviasi septum -.
2
Palpasi : Nyeri tekan sinus (-)
Telinga :
Inspeksi : normotia, secret -/-
Tenggorokan dan Rongga mulut :
Inspeksi : lidah kotor +, Faring: tidak hiperemis, Tonsil : T1/T1
Leher
Perbesaran KGB (-), posisi trakea ditengah,
Thoraks
Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas -/-, retraksi sela iga -/-,
pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis, pola
thorakoabdominal, ekspansi dada sama pada kedua
hemitoraks.
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing-/-, ronki -/-
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terihat
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba 2 jari medial dari linea
midklavikulasinistra ICS V,
Perkusi : Batas jantung kanan ICS V linea parasternalis dextra, batas
jantung kiri ICS V satu jari lateral linea midklavikula sinistra,
Auskultasi : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Auskultasi : BU (+) normal,
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-) , massa (-), hepar dan
lien tidak teraba
3
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
Ekstremitas
Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 3 detik, edema -/-, deformitas (-)
Status neurologis
GCS : E4M6V5 afasia sensorik
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : -
Lasegue : >700 />700
Kernig : >1350 />1350
Brudzinski I : - / -
Brudzinski II : - / -
Saraf-saraf Kranialis:
N.I (olfaktorius) : normosmia/normosmia
N.II (optikus)
Acies visus : kesan baik
Lihat warna : normal
Funduskopi : tidak dilakukan
N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)
Kedudukan bola mata : ortoposisi + / +
Pergerakan bola mata : baik ke segala arah
Exopthalmus : - / -
Palpebra : ptosis (-/-)
Pupil:
o Bentuk : bulat, isokor, Ø 3mm/3mm
o Refleks cahaya langsung : +/+
o Refleks cahaya tidak langsung : +/+
4
N.V (Trigeminus)
Cabang Motorik : normal
Cabang sensorik :
o Ophtalmikus : normal
o Maksilaris : normal
o Mandibularis : normal
N.VII (Fasialis)
Motorik orbitofrontalis : baik / baik
Motorik orbikularis orbita : baik / baik
Motorik orbikularis oris : baik / baik
Pengecapan lidah : tidak dilakukan
N.VIII (Vestibulocochlearis)
Vestibular :
o Nystagmus -/-
Koklearis : baik
N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)
Uvula : tertarik ke kiri
Refleks muntah : (+)
N.XI (Accesorius)
Mengangkat bahu : normal/normal
Menoleh : normal/normal
N.XII (Hypoglossus)
Posisi lidah : saat di dalam mulut lidah miring ke kiri
Pergerakkan lidah : pergerakan lidah saat dijulurkan keluar
miring ke kiri
Atrofi : -
Fasikulasi : -
5
Tremor : -
Paresis N.XII dextra
Sistem Motorik
Ekstremitas atas : 1111/5555
Ekstremitas bawah : 3333/5555
Gerakkan Involunter
Tremor : - / -
Chorea : - / -
Miokloni : -/ -
Atetose : -/ -
Sistem Sensorik
TVD
Fungsi Serebelar
Tes Romberg : Tidak dilakukan
Jari-jari : baik
Jari-hidung : baik
Fungsi Luhur
Astereognosia : (-)
Apraxia : (-)
Afasia : (+)
Fungsi Otonom
Miksi : On DC Pampers
Defekasi : 7 hari (-)
Sekresi keringat : baik
Refleks Fisiologis
Biceps : +3/+2
6
Triceps : +3/+2
Lutut : +3/+2
Tumit : +3/+2
Refleks Patologis
Hoffman Tromer : - / -
Babinsky : - / -
Chaddock : - / -
Oppenheim : - / -
Gordon : - / -
Gonda : - / -
Schaefer : - / -
Klonus lutut : - / -
Klonus tumit : - / -
Keadaan Psikis
Intelegensia : normal
Tanda regresi : normal
Demensia : (-)
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13.3/dl 11.7 – 15.5 g/dl
Hematokrit 41% 33 – 45 %
Lekosit 8.2 ribu/ul 5.0 ribu u/l– 10.0 ribu /
ul
Trombosit
Eritrosit
252 ribu/ul
4.31 juta/ul
150 – 440 ribu/ul
3.80 – 5.20 juta /ul
VER/HER/KHER/
RDW
VER 94.4 fl 80.0-100.0 fl
7
HER 31.0 pg 26.0-34.0 pg
KHER 32.8 g/dl 32.0-36.0 g/ dl
RDW 14.2 % 11.5-14.5 %
Hitung jenis
Basophil 0 % 0 – 1 %
Eusinofil 2 1 – 3 %
Netrofil 60 50 – 70 %
Limfosit 30 20 – 40 %
Monosit 7 2 – 8 %
Luc 2 < 4.5 %
Fungsi hati
SGOT 26 U/l 0 – 34 U/l
SGPT 19 U/l 0 – 40 U/l
Fungsi Ginjal
Asam urat darah
Ureum
Kreatinin
4.8 mg/dl
19 mg/dl
0,6 mg/dl
<7 mg/dl
20 – 40 mg/dl
0,6 – 1,5 mg/dl
Diabetes
GDS 81 mg/dL 70-140 mg/dL
GD 2 JPP 136 mg/dl 80 – 145 mg/dl
Lemak
Trigliserida 97 mg/dl <150 mg/dl
Kolesterol total 142 mg/dl <200 mg/dl
Kolesterol HDL 30 mg/dl 37 – 92 mg/dl
Kolesterol LDL direk 103 mg/dl <130
Elektrolit
Na 142 mmol/L 135 – 147 mmol/L
K 3.52 mmol/L 3,10 – 5,10 mmol/L
Cl 109 mmol/L 95 – 108 mmol/L
1. CT SCAN 27 Juni 2015
Kesan: infark dikortikal subkortikal lobus temporo parietal kiri
Atrofi cerebri senilis
8
Sinusitis maksilaris kiri
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RS Fatmawati dengan keluhan kelemahan pada
bagian tubuh sebelah kanan sejak 1 hari SMRS. Lumpuh dirasakan tiba –
tiba. Pasien sulit untuk bangun dari tempat tidur. Saat dirumah pasien
berbicara pelo lalu saat di RS pasien kesulitan untuk berbicara. Riwayat
demam, muntah, sakit kepala, trauma disangkal keluarga pasien.
Tahun 2014, pasien pernah terkena stroke dengan kelemahan ditubuh
bagian kanan. Setelah dirawat di RS, pasien mengaku tidak mengalami
kelemahan lagi pada bagian tubuh sebelah kanannya. Pasien rutin kontrol
dan minum obat sejak keluar dari rumah sakit tahun 2014. Riwayat DM
9
disangkal oleh keluarga pasien. Minum obat anemolat 1x1, amdixal 1x10
mg, diovan 1x80 mg, simvastatin 1x10 mg, miniaspi 1x80 mg. TD 150/100
mmHg, napas 24 x/menit, GCS E4M6V5 afasia sensorik. Hemiparese n. VII,
IX dan XII dextra, sistem motorik ekstremitas atas :1111/5555, ekstremitas
bawah : 3333/5555, system sensorik TVD, reflex fisiologis : biceps : +3/+2,
triceps : +3/+2, lutut : +3/+2, tumit : +3/+2, defekasi 7 hari (-), ureum darah
19 mg/dl, Kolesterol HDL 30 mg/dl, cl 109 mmol/dl, CT SCAN 27 Juni
2015 kesan: infark dikortikal subkortikal lobus temporo parietal kiri, atrofi
cerebri senilis, sinusitis maksilaris kiri.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Diagonis neurologis
Diagnosis klinis : hemiparese dextra, parese N VII, IX, XII sentral
dextra
Diagnosis etiologis : trombosis
Diagnosis topis : subkorteks
Diagnosis Kerja
- Recurrent CVD SI
- Hipertensi Grade II
VII. Penatalaksanaan
Aspilet 1 x 1 tab
Asam Folat 2 x 1 tab
Ramipil 1 x 5 mg
Neurotum 1 x12 mg
VIII. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cerebrovascular disease / Stroke
2.1.1. Definisi
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab
lain selain vaskuler.
2.1.2. Faktor Resiko Stroke
Yang dapat diubah :
Hipertensi,
DM,
merokok,
penyalahgunaan alkohol dan obat,
kontrasepsi oral,
bruit karotis asimptomatis,
dislipidemia.
2.1.3. Klasifikasi
Pada praktis klinis, klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi
modifikasi Marshall, yaitu :
1. Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya
a. Stroke Iskemik
i. Transient Ischemic Attack ( TIA)
ii. Trombosis serebri
iii. Embolia serebri
b. Stroke Hemoragik
i. Perdarahan intraserebral
ii. Perdarahan subarachnoid
2. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu
11
a. TIA
b. Stroke-in-evolution
c. Completed Stroke
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebro-basilar
2.1.4. Patofisiologi
Berkurangnya aliran darah akibat sumbatan atau sebab lain akan
menyebabkan iskemia di suatu daerah otak. Terdapatnya kolateral
di daerah sekitarnya disertai mekanisme kompensasi fokal berupa
vasodilatasi, memungkinkan terjadinya keadaan berikut :
1. Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam
waktu singkat dapat dikompensasi dengan mekanisme
kolateral dan vasodilatasi lokal. Secara klinis gejala yang
timbul adalah TIA, yang timbul dapat ebrupa hemiparesis
sepintas atau amnesia umum sepintas, yaitu selama ≤ 24
jam.
2. Bila sumbatan agak besar, daerah iskemia menjadi lebih
luas. Penurunan CBF regional lebih besar, tetapi dengan
mekanisme kompensasi masih mampu memulihkan fungsi
neurologik dalam waktu beberapa hari sampai dengan 2
minggu. Mungkin pada pemeriksaan klinik ada sedikit
gangguan. Keadaan ini secara klinis disebut Reversible
Ischemic Neurologic Deficit. (RIND)
3. Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia
yang luas sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi
tak dapat mengatasinya. Dalam keadaan ini timbul defisit
neurologis yang berlanjut.
12
Pada iskemia otak yang luas, tampak daerah yang tidak homogen
akibat perbedaan tingkat iskemia, yang terdiri dari 3 lapisan area
yang berbeda:
1. Lapisan inti yang sangat iskemik (ischemic-core) terlihat
sangat pucat karena CBF-nya paling rendah. Tampak
degenerasi neuron, pelebaran pembuluh darah tanpa adanya
aliran darah. Kadar asam laktat didaerah ini tinggi dengan
PO2 yang rendah. Daerah ini akan mengalami nekrosis.
2. Daerah disekitar ischemic core yang CBF-nya juga rendah,
tetapi masih lebih tinggi daripada CBF di ischemic core.
Walaupun sel-sel neuron tidak sampai mati, fungsi sel
terhenti, dan terjadi function paralysis. Pada daerah ini PO2
rendah, PCO2 tinggi dan kadar asam laktat meningkat.
Tentu saja terdapat kerusakan neuron dalam berbagai
tingkat, edema jaringan akibat bendungan dengan dilatasi
pembuluh darah dan jaringan berwarna pucat. Disebut
sebagai ischemic penumbra. Daerah ini masih mungkin
diselamatkan dengan resusitasi dan manajemen yang tepat.
3. Daerah disekiling penumbra tampak berwarna kemerahan
dan edema. Pembuluh darah mengalami dilatasi maksimal,
PCO2 dan PO2 tinggi dan kolateral maksimal. Pada daerah
ini CBF sangat meninggi sehingga disebut sebagai daerah
dengan perfusi berlebihan (luxury perfusion) karena
melebihi kebutuhan metabolik, sebagai akibat mekanisme
sistem kolateral yang mencoba mengatasi keadaan iskemia.
2.1.5. Diagnosis Stroke
Beberapa sifat klinik yang spesifik pada proses penyumbatan
pembuluh darah adalah :
1. Timbul mendadak
13
2. Menunjukkan gejala-gejala neurologis kontralateral
terhadap pembuluh darah yang tersumbat.
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada
perdarahan otak. Sedang pada stroke iskemik lebih jarang
terjadi penurunan kesadaran.
Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan neurologik, dan penunjang.
A. Anamesis
Gejala yang bisa ditemukan kelumpuhan anggota gerak
sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini
timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun tidur,
mau solat , selesai solat, sedang bekerja atau istirahat.
RPD : riwayat penyakit kencing manis, darah tinggi dan
penyakit jantung, obat yang sedang dipakai, riwayat
keluarga dan penyakit lainnya.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada prinsipnya, tentukan keadaan umum , kesadaran
pasien, dan tanda vital pasien seperti tekanan darah
kanan dan kiri, nadi, pernapasan. Jika kesadaran
menurun, tentukan skor dengan Skala Koma Glasgow
agar pemantauan selanjutnya lebih mudah. Pada pasien
dengan kesadaran menurun, lakukan pemeriksaan
refleks-refleks batang otak yaitu :
- Reaksi pupil terhadap cahaya
- Refleks kornea
- Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat
pernapasan cheyne-stokes, hiperventilasi neurogen,
kluster, apneustik dan ataksik. Setelah itu tentukan
kelumpuhan yang terjadi pada saraf-saraf otak dan
anggota gerak.
14
C. Gejala Klinik
Manifestasi klinis stroke sangat tergantung kepada
daerah otak yang terganggu aliran darahnya dan fungsi
daerah otak yang menderita iskemia tersebut.
Berdasarkan vaskularisasi otak, maka gejala klinik
stroke dapat dibagi atas 2 golongan besar yaitu :
Stroke pada sistem karotis atau stroke hemisferik
- Daerah otak yang mendapat darah dari a.karotis
interna terutama lobus frontalis, parietalis, basal
ganglia dan lobus temporalis. Gejala yang timbul
sangat mendadak berupa hemiparesis,
hemihipestesi, bicara pelo dan lain-lain.
- Kesadaran penderita stroke iskemik jarang
mengalami gangguan atau penurunan kesadaran
kecuali pada stroke yang luas. Hal ini disebabkan
karena formatio reticularis digaris tengah dan
sebagian besar terletak dalam fossa posterior.
- Tekanan darah biasanya tinggi
- Tanda vital umumnya baik. Jantung harus diperiksa
teliti untuk mengetahui kelainan yang
menyebabkan emboli.
- Pemeriksaan neurovaskuler : langkah pemeriksaan
yang khusus ditujukan pada keadaan pembuluh
darah ekstrakranial yang mempunyai hubungan
dengan aliran darah otak yaitu: pemeriksaan
tekanan darah pada lengan kiri dan kanan, palpasi
nadi karotis pada leher kiri dan kanan, a.
Temporalis kiri dan kanan dan auskultasi nadi pada
bifurcatio karotis komunis dan karotis interna di
leher, dilakukan juga auskultasi nadi karotis interna
15
pada orbita, dengan tujuan mencari kemungkinan
kelainan pembuluh ekstrakranial.
- Pemeriksaan neurologi : pemeriksaan saraf otak :
pada stroke hemisferik saraf otak yang sering
terkena adalah :
1. Gangguan n. fasialis dan n.hipoglosus
Tampak paresis n.fasialis tipe sentral (mulut
mencong) dan paresis n.hipoglosus tipe
sentral (pelo) disertai deviasi lidah bila
dikeluarkan dari mulut.
2. Gangguan konjugat pergerakan bola mata
antara lain deviatio-konyugae, gaze paresis
ke kiri atau kekanan dan hemianopia.
Kadang- kadang ditemukan sindroma
horner pada penyakit pembuluh karotis.
3. Gangguan lapangan pandang tergantung
pada letak lesi dalam jaras perjalanan
visual, hemianopia kongruen atau tidak.
Adanya hemianopia merupakan salah satu
faktor prognostik yang kurang baik pada
penderita stroke.
- Pemeriksaan Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan sebelah anggota
badan (hemiparesis). Jika ada perbedaan
kelumpuhan yang jelas antara lengan dan tungkai
hampir bisa dipastikan kelainan aliran darah otak
berasal dari daerah hemisferik (kortikal),
sedangkan jika kelumpuhan sama , gangguan
aliran darah dapat terjadi di subkortikal atau pada
daerah vertebrobasilar.
- Pemeriksaan sensorik dapat terjadi hemisensorik
tubuh.
16
- Pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis :
pada fase akut refleks fisiologis pada sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan muncul kembali didahului
dengan refleks patologis.
- Kelainan fungsi luhur : manifestasi gangguan
fungsi luhur pada stroke iskemik berupa disfungsi
parietal baik sisi dominan maupun nondominan.
Disfasi campuran adalah kelainan yang paling
sering. Selain itu dapat juga terjadi
agnosia,apraxia dan sebagainya.
Stroke pada sistem vertebro-basilar atau stroke
fossa posterior
- Bila gangguan vaskularisasi terjadi pada cabang-
cabang panjang misalnya a.serebelar inferior
posterior akan memberikan gejala sindroma
wallenberg yaitu infark di daerah bagian dorso-
lateral tegmentum medulla oblongata
- Cabang paramedian : sumbatan cabang yang lebih
pendek memberikan gejala klinis berupa sindroma
weber, hemiparesis alternans dari berbagai saraf
kranial dari mesensefalon atau pons.
- Cabang perforated (menembus) : memberikan
gejala yang sangat fokal seperti Internuclear
Ophtalmoplegie .
- Diagnostik kelainan sistem vertebrobasilar adalah:
1. Penurunan kesadaran yang cukup berat
2. Kombinasi berbagai saraf otak yang
terganggu disertai vertigo, dipoplia dan
gangguan bulbar
a. Kombinasi beberapa gangguan saraf otak
dan gangguan “long-tract” sign pada kedua
17
sisi : vertigo + parestesi keempat anggota
gerak (ujung-ujung distal)
Jika ditemukan “long tracts” signs pada
kedua sisi maka penyakit vertebrobasilar
hampir pasti.
3. Gangguan bulbar juga hampir pasti
disebabkan karena stroke vertebrobasilar .
beberapa ciri khusus lain adalah : parestesia
perioral, hemianopia altitudinal, dan skew
deviation merupakan ciri disfungsi vaskuler
sistem vertebrobasilar.
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah lengkap
1. Gula darah sewaktu
a. Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia
reaktif. Gula darah dapat mencapai 250 mg
dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun.
2. Cholesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi
hati, enzym SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid
( trigliserida, LDH-HDL cholesterol serta total
lipid)
3. Pemeriksaan hemostasis ( darah lengkap)
a. Waktu protrombin
b. APTT
c. Kadar fibrinogen
d. D-dimer
e. INR
f. Viskositas plasma
4. Pemeriksaan Radiologi
18
a.CT-Scan otak :
Pemeriksaan ini sangat penting karena
perbedaan manajemen perdarahn otak dan
infark otak. Pada infark otak, pemeriksaan CT
–Scan otak mungkin tidak menunjukan
gambran jelas jika dikerjakan pada hari-hari
pertama, biasanya tampak setelah 72 jam
serangan. Jika ukuran cukup besar dan
hemisferik , perdarahan/infark di batang otak
sangat sulit diidentifikasi, oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan
proses patologik di batang otak.
Selain CT Scan maka dapat digunakan :
Algoritme Stroke Gajah Mada
Siriraj Stroke Score:
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) +
(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan diastolik) -
(3 x petanda ateroma) -12
keterangan:
derajat kesadaran : 0 kompos mentis; 1
somnolen; 2 sopor/koma
vomitus : 0 tidak ada; 1 ada
nyeri kepala : 0 tidak ada; 1 ada
ateroma : 0 tidak ada; 1 salah satu atau
lebih: DM, angina, penyakit pembuluh darah
2.1.6. Tatalaksana Stroke Iskemik Fase Akut
a. Terapi umum
Bebaskan jalan napas
Menilai pernapasan
Stabilisasi sirkulasi penting untuk perfusi organ-organ
tubuh yang adekuat
19
b. Terapi khusus
Reperfusi
o Antitrombotik (antiplatelet: aspirin, dipiridamol,
tiklopidin, klopidogrel, cilostazol, dan antikoagulan:
heparin, LMWH, warfarin)
Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-
48 jam setelah onset stroke dianjurkan untuk setiap
stroke iskemi akut.
Pemberian antikoagulan tidak dilakukan sampai ada
hasil pemeriksaan imaging memastikan tidak ada
perdarahan intrakranial. Terhadap penderita yang
mendapat pengobatan antikoagulan perlu dilakukan
monitor kadar antikoagulan
o rtPA
Neuroproteksi:
o Citicholin : Dengan memperbaiki membran sel dengan
cara menambah sintesa phospatidylcholine,
menghambat terbentuknya radikal bebas dan juga
menaikan sintesis asetilkolin suatu neurotransmitter
untuk fungsi kognitif.
o Nimodipin: Blok channel calsium, bermanfaat pada
stroke iskemik kurang meyakinkan.
o Statin : Mempunyai sifat neuroprotektif untuk iskemia otak dan stroke.
Mempunyai efek antioksidan downstream dan mengurangi pelepasan plak
tromboemboli dari arteri ke arteri. Efek upstream adalah memperbaiki
pengaturan eNOS, mempunyai sifat anti trombus, vasodilatasi dan anti
inflamasi, menghambat iNOS, anti inflamasi dan anti oksidan.
20