Cultural Approach to Organizations.docx

10
TUGAS MATAKULIAH KOMUNIKASI ORGANISASI Pendekatan Budaya dalam Organisasi Clifford Geertz, seorang antropologis, memaparkan bahwa manusia layaknya hewan yang tergantung dalam jaring-jaring makna yang ia pintal. Ia menggambarkan bahwa budaya ialah jaring-jaring tersebut. Budaya ialah makna, interpretasi, dan penalaran yang dibagi. Geertz melakukan riset di dua tempat, yakni sebuah pulau di Indonesia dan dataran tinggi Maroko. Dua lokasi tersebut merupakan wilayah pedesaan yang jauh dari aktivitas industrial. Salah satu monograf Geertz yang terkenal ialah analisis simbolik mendalam dalam aktivitas sabung ayam di Bali. Geertz memang tidak pernah menulis mengenai profit ataupun menguraikan makna yang ada dalam lingkungan perkantoran. Akan tetapi, meski Geertz tidak membahas topik dalam dunia bisnis, pendekatan interpretif Geertz telah terbukti berguna dalam melihat aktivitas organisasi. Dalam bidang komunikasi, pendiri University of Colorado, Michael Pacanowsky, menerapkan wawasan Geertz mengenai budaya dalam kehidupan organisasional. Ia mengungkapkan bahwa budaya terdiri dari jaringan makna yang manusia pintal, dan jaringan tersebut akan

description

Cultural Approach to Organizations

Transcript of Cultural Approach to Organizations.docx

Page 1: Cultural Approach to Organizations.docx

TUGAS MATAKULIAH KOMUNIKASI ORGANISASI

Pendekatan Budaya dalam Organisasi

Clifford Geertz, seorang antropologis, memaparkan bahwa manusia

layaknya hewan yang tergantung dalam jaring-jaring makna yang ia pintal. Ia

menggambarkan bahwa budaya ialah jaring-jaring tersebut. Budaya ialah makna,

interpretasi, dan penalaran yang dibagi.

Geertz melakukan riset di dua tempat, yakni sebuah pulau di

Indonesia dan dataran tinggi Maroko. Dua lokasi tersebut merupakan wilayah

pedesaan yang jauh dari aktivitas industrial. Salah satu monograf Geertz yang

terkenal ialah analisis simbolik mendalam dalam aktivitas sabung ayam di Bali.

Geertz memang tidak pernah menulis mengenai profit ataupun menguraikan

makna yang ada dalam lingkungan perkantoran. Akan tetapi, meski Geertz tidak

membahas topik dalam dunia bisnis, pendekatan interpretif Geertz telah terbukti

berguna dalam melihat aktivitas organisasi.

Dalam bidang komunikasi, pendiri University of Colorado, Michael

Pacanowsky, menerapkan wawasan Geertz mengenai budaya dalam kehidupan

organisasional. Ia mengungkapkan bahwa budaya terdiri dari jaringan makna yang

manusia pintal, dan jaringan tersebut akan mengarahkan tindakan-tindakan

kaitannya dengan aktivitas ‘pemintalan’ tersebut. Bagi Pacanowsky, fokus kajian

tidak hanya pada struktur dari jaringan budaya, namun juga pada proses

pemintalan jaringan tersebut. Proses pemintalan berlangsung melalui komunikasi.

Komunikasilah yang membentuk dan menciptakan realitas dunia.

A. Budaya sebagai Metafor dari Kehidupan Organisasional

Organisasi akan sangat berbeda satu dengan yang lainnya tergantung

pada struktur budaya yang dimaknai oleh orang-orang didalamnya. Dewasa ini,

istilah budaya perusahaan (corporate culture) dapat diartikan berbeda oleh

berbagai pihak. Sebagian observer menggunakan istilah budaya perusahaan untuk

menggambarkan lingkungan sekeliling yang membatasi kebebasan bertindak

perusahaan. Sebagian lainnya menggunakan istilah budaya perusahaan dengan

Page 2: Cultural Approach to Organizations.docx

merujuk pada kualitas atau properti/kepemilikan dari organisasi. Mereka

mengungkapkan bahwa budaya sama artinya dengan citra, karakter, atau iklim.

Akan tetapi, Pacanowsky tetap menggunakan pendekatan simbolik

Geertz dalam memahami budaya perusahaan. Ia mempertimbangkan budaya

sebagai lebih dari satu variabel dalam penelitian organisasional.

Pacanowsky menjelaskan budaya perusahaan atau organisasi sebagai

berikut : “Budaya organisasional tidak hanya potongan puzzle, namun ia adalah

puzzle itu sendiri. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki organisasi, budaya ialah

organisasi itu sendiri”.

B. Apakah Budaya; Apa yang Bukan Budaya

Geertz mengakui bahwa konsep budaya sebagai sistem pembagian

makna adalah rancu dan sulit untuk dicerna. Tidak seperti pengertian yang lazim,

dimana budaya identik dengan hal-hal seperti konser dan museum seni, Geertz

menolak untuk menghubungkan kata budaya dengan hal yang bermakna

‘primitif’. Tidak ada antropologis modern yang ingin terjebak untuk

mengkelompokkan manusia sebagai ‘berbudaya tinggi – berbudaya rendah’.

Budaya bukan merupakan satu kesatuan atau tidak terbagi-bagi. Geertz

menunjukkan bahwa suatu masyarakat yang hubungannya erat pun memiliki sub-

budaya atau kontra-budaya dalam lingkungan mereka.

Bagi Pacanowsky, jaring budaya organisasi adalah hasil dari usaha para

pekerja – dimana para pekerja membuat dan menerapkan budaya mereka terhadap

diri mereka sendiri dan terhadap sesama mereka.

Sifat budaya yang sulit dipahami mendorong Geertz untuk menyebut

ilmu ini sebagai ‘soft science’ ( ilmu lunak ). Ilmu ini bukanlah ilmu

eksperimental dalam kajian ilmu hukum, namun merupakan ilmu interpretasi

dalam kajian arti. Pengamat perusahaan adalah setengah ilmuwan dan setengah

kritikus drama.

Page 3: Cultural Approach to Organizations.docx

C. Deskripsi Mendalam – Apa yang Dilakukan Etnographer

Geertz menyebut dirinya sebagai seorang Ethnographer. Layaknya

Geographer yang memetakan daerah, Ethnographer memetakan masalah-masalah

sosial untuk menemukan ‘apa yang orang pikir tentang diri mereka, tentang apa

yang mereka lakukan dan untuk tujuan apa’. Ethnographer memerlukan waktu

yang tidak sedikit untuk mengamati interaksi secara lengkap. Interaksi-interaksi

yang terkumpul tersebut menjadi amat penting sebagai bahan baku yang akan

diinterpretasikan.

Meskipun harus sangat intim dengan organisasi yang diobservasi,

seorang etnographer juga harus menjaga sikap naif dan membiarkan diri mereka

merasakan pengalaman kehidupan organisasional dari sudut pandang ‘orang

asing’.

Ethnographer selalu mengisi buku catatannya dengan catatan tentang

observasi intensif yaang dilakukannya. Oleh karena itu Geertz menyebut

Ethnography sebagai ‘Deskripsi Mendalam’. Deskripsi ini menggambarkan

jalinan lapisan makna umum yang mendasari bagaimana orang berkata dan

bertindak.

Analisis dari budaya perusahaan memerlukan interpretasi, tidak hanya

menyajikan salinan memo kantor atau membuat transkrip dari meeting. Deskripsi

mendalam mencatat untaian-untaian dalam jaringan budaya dan melacak makna

yang berkembang.

Deskripsi mendalam dimulai dengan adanya kebingungan. Kemudian

satu-satunya cara untuk mengurangi kebingungan tersebut ialah dengan

mengobservasi layaknya orang asing di tempat yang baru. Hal ini dapat menjadi

sukar bagi manajer yang telah terperangkap dalam budaya perusahaan tertentu. Ia

dapat mengabaikan banyak tanda yang mengarah pada interpretasi umum.

Dalam mengamati budaya organisasi, Pacanowsky sangat sensitif dan

memberi perhatian pada bahasa yang digunakan, cerita-cerita yang disampaikan,

serta tata cara ataupun ritual nonverbal yang dilakukan. Bentuk-bentuk

komunikasi tersebut akan sangat membantu menunjukkan pembagian makna yang

unik dalam organisasi.

Page 4: Cultural Approach to Organizations.docx

D. Metafor : Menganggap Bahasa sebagai Sesuatu yang Serius

Ketika digunakan oleh anggota organisasi, metafor dapat menjadi titik

awal yang baik untuk menilai makna yang dibagi dalam budaya perusahaan. Dari

hasil risetnya di Perusahaan W.L. Gore & Associates, Pacanowsky

mengemukakan tiga metafor yang berbeda untuk menggambarkan ciri krusial dari

budaya yang unik. Tiga metafor tersebut ialah sebagai berikut :

1. Cluster of Peasant Village

Pacanowsky menggambarkan organisasi sebagai kelompok desa

petani (cluster of peasant village), kaitannya dengan semangat

organisasi akan desentralisasi dan bahasa yang tidak biasa.

2. Large Improvisational Jazz Group

Metafor sebagai grup jazz yang gemar berimprovisasi digunakan

untuk menggambarkan organisasi yang senang membuat sesuatu

yang baru namun tetap ingin cocok dan disukai oleh yang lain.

3. Faction in Colonial Amrerica

Metafor tersebut digunakan karena sebagai anggota organisasi

menganggap bahwa bagian terbaik dari organisasi ialah inovasi.

Baik untuk menemukan budaya organisasi dan untuk melihat

komunikasi dari budaya perusahaan, metafor merupakan hal yang bernilai bagi

etnographer.

E. Interpretasi Simbolis dari Sebuah Cerita

Cerita yang diceritakan dan terus diceritakan kembali akan membuka

jendela untuk melihat jaringan budaya perusahaan. Pacanowsky fokus pada

kualitas naskah naratif yang menekankan pada peran karyawan dalam perusahaan.

Meskipun pekerja memiliki ruang untuk berimprovisasi, pekerja juga harus tetap

di dalam jalur peran yang telah ditetapkan untuk mereka.

Pacanowksy menjabarkan tiga tipe cerita yang muncul dalam kehidupan

organisasional, yakni :

Page 5: Cultural Approach to Organizations.docx

1. Cerita perusahaan (corporate stories)

Cerita perusahaan mengusung ideologi manajemen dan menguatkan

kebijakan perusahaan.

2. Cerita pribadi (personal stories)

Ialah ketika anggota perusahaan bercerita tentang dirinya sendiri,

dan seringkali mendeskripsikan bagaimana ia ingin dilihat dalam

organisasi.

3. Cerita kolegial (collegial stories)

Merupakan anekdot positif dan negatif yang menceritakan orang

lain dalam organisasi.

F. Ritual

Sebagian ritual ialah ‘teks’ yang berbicara mengenai beragam aspek

dalam kehidupan berbudaya. Ritual bersifat sakral, dan segala upaya untuk

mengubahnya akan menghadapi resistensi atau perlawanan.

Tradisi atau tata cara yang ada dalam organisasi dapat membangun

suatu budaya organisasi. Akan tetapi, seringkali tata cara ini berkurang dan

cenderung ditinggalkan karena kesenangan akan sesuatu yang baru serta karena

adanya tuntutan untuk berinovasi. Dari sudut pandang manajemen, tata cara

memastikan bahwa tidak akan ada kejutan dalam kehidupan organisasional.

Dengan demikian, manajemen dapat memiliki waktu untuk mempersiapkan

berbagai hal yang akan terjadi.

G. Manager dan Perubahan Budaya

Merebaknya metafor budaya dalam perusahaan tidak terlepas dari

keinginan para pimpinan bisnis untuk membentuk interpretasi dalam perusahaan.

Simbol digunakan sebagai alat manajemen. Jajaran manajemen mulai merancang

visi, menetapkan tujuan, memproses informasi, mengirimkan memo, dan terlibat

dalam perilaku simbolik lainnya. Jika manajemen percaya bahwa budaya ialah

kunci bagi komitmen pekerja, produktivitas, dan penjualan, maka kemungkinan

untuk merubah budaya menjadi sebuah ide yang menarik. Menciptakan metafor

Page 6: Cultural Approach to Organizations.docx

yang menyenangkan, menanamkan cerita perusahaan, dan membangun ritual atau

tata cara akan menjadi cara yang ideal untuk menciptakan mitos korporat, dimana

mitos korporat tersebut akan menjembatani kepentingan manajerial yang ada.

Lebih lanjut, Geertz menyatakan bahwa interpretasi yang dibagikan

muncul secara natural dari seluruh anggota kelompok, ketimbang dirancang

secara sengaja oleh pemimpin. Kemudian, budaya yang ada dalam organisasi sulit

untuk diubah. Sekalipun ia dapat diubah, tetap akan meninggalkan pertanyaan

mengapa budaya tersebut harus diubah.

Bicara mengenai perubahan budaya, seorang pengamat budaya atau

etnographer juga harus berhati-hati dalam proses pengamatannya. Ditekankan

bahwa ia tidak diperkenankan mencampuri budaya yang ada dalam organisasi.

H. Kritik

Kritik terhadap teori ini muncul dari beberapa peneliti yang tidak

setuju terhadap pendekatan budaya interpretif seperti Geertz dan Pacanowsky

yang menolak untuk mengevaluasi model yang mereka gambarkan.

Selain itu, penting untuk dijadikan catatan bahwa berlawanan dengan

tujuan dari konsultan yang dibiayai oleh organisasi yang mereka teliti, tujuan dari

etnografi bukanlah untuk mengubah organisasi atau menekan manajer untuk

memberikan kontrol lebih. Etnografi tidak juga bertujuan untuk memberikan

penilaian terhadap moralitas. Tujuan dari analisis simbolik ini ialah untuk

menciptakan pemahaman yang lebih baik mengenai apa yang diperlukan agar

organisasi dapat berfungsi efektif dalam budaya organisasi. Kemudian pada

kebanyakan organisasi, dimana anggota bebas untuk memutuskan dimana mereka

akan berada, analisis kultural yang sensitif dapat membantu mereka untuk

membuat pilihan yang cerdas.

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam penelitian

mengenai budaya ialah bahwa kekuatan analisis etnografi akan bergantung pada

bagaimana etnographer dapat menuliskan dengan baik hasil pengamatannya.

Etnographer harus memiliki kemampuan bercerita yang baik sehingga hasil

pengamatannya dapat dibaca dan dipahami.