CUBE COLD

11
CUBE COLD Bumi semakin aneh. Dari hari ke hari udara terasa lebih dingin. Kakiku juga sering kram jika malam datang. Kuduga itu karena udara yang terlalu dingin. Aku harap bukan karena faktor usia dan terlalu sering keluar sore, kebanyakan berlari saat membawa jalan-jalan anjing kesayanganku, Billy. Hari ini aku membeli dua buah selimut tebal tambahan untukku dan Billy. Tinggal di tempat tropis yang tiba-tiba menjadi seperti kutub utara saat malam, membuatku ingin bertransformasi menjadi beruang kutub atau makhluk berbulu tebal lainnya supaya tak lagi kedinginan. Dunia membingungkan. Di abad dua satu pemanasan global menjadi topik hangat. Berita-berita mengenai efek pemanasan global, seperti pencairan gunung es, bertambahnya debit air di permukaan bumi, dan cuaca yang berubah ekstrim. Membuat orang- orang beramai-ramai membentuk organisasi peduli bumi. Mereka yang berasal dari berbagai organisasi serupa menyuarakan ke seluruh dunia untuk kembali menanam pohon, melakukan penghematan air dan energi lainnya, memakai tas belanja daripada kantung plastik, mengurangi polusi dari kendaraan pribadi, dan sempat ada isu untuk memusnahkan bangunan rumah kaca yang ada--yang terakhir ini pernah kubaca di salah satu majalah bernama Redykulus. Terlalu aneh dan ekstrim, menurutku. Aku betul-betul tak mengerti. Pe-ma-na-san glo-bal. Kueja itu berkali kali, tapi tetap saja arti yang kutangkap adalah pemanasan, bukan pendinginan global. Di negaraku, Inraia, sampai abad dua satu kemarin adalah negara tropis yang memiliki dua musim, panas dan hujan. Dan di abad dua dua, ketika aku ada, musim bertambah satu. Dingin serta angin gurun pada malam hari. Musim dingin tak berarti salju. Yang turun dari langit saat malam hari adalah butir-butir kristal es yang cukup membuat berisik saat jatuh ke atap rumah. Sedangkan angin gurun yang kubilang, adalah terpaan angin kencang di antara jam satu atau dua malam. Kurasa angin itu mampu menerbangkan kucing kurus milik tetangga sebelah yang selalu bertengkar dengan anjing

description

WEIRD

Transcript of CUBE COLD

Page 1: CUBE COLD

CUBE COLD

Bumi semakin aneh. Dari hari ke hari udara terasa lebih dingin. Kakiku juga sering kram jika malam datang. Kuduga itu karena udara yang terlalu dingin. Aku harap bukan karena faktor usia dan terlalu sering keluar sore, kebanyakan berlari saat membawa jalan-jalan anjing kesayanganku, Billy. Hari ini aku membeli dua buah selimut tebal tambahan untukku dan Billy. Tinggal di tempat tropis yang tiba-tiba menjadi seperti kutub utara saat malam, membuatku ingin bertransformasi menjadi beruang kutub atau makhluk berbulu tebal lainnya supaya tak lagi kedinginan.

 Dunia membingungkan. Di abad dua satu pemanasan global menjadi topik hangat. Berita-

berita mengenai efek pemanasan global, seperti pencairan gunung es, bertambahnya debit air di permukaan bumi, dan cuaca yang berubah ekstrim. Membuat orang-orang beramai-ramai membentuk organisasi peduli bumi. Mereka yang berasal dari berbagai organisasi serupa menyuarakan ke seluruh dunia untuk kembali menanam pohon, melakukan penghematan air dan energi lainnya, memakai tas belanja daripada kantung plastik, mengurangi polusi dari kendaraan pribadi, dan sempat ada isu untuk memusnahkan bangunan rumah kaca yang ada--yang terakhir ini pernah kubaca di salah satu majalah bernama Redykulus. Terlalu aneh dan ekstrim, menurutku.

 Aku betul-betul tak mengerti. Pe-ma-na-san glo-bal. Kueja itu berkali kali, tapi tetap saja

arti yang kutangkap adalah pemanasan, bukan pendinginan global. Di negaraku, Inraia, sampai abad dua satu kemarin adalah negara tropis yang memiliki dua musim, panas dan hujan. Dan di abad dua dua, ketika aku ada, musim bertambah satu. Dingin serta angin gurun pada malam hari.

 Musim dingin tak berarti salju. Yang turun dari langit saat malam hari adalah butir-butir

kristal es yang cukup membuat berisik saat jatuh ke atap rumah. Sedangkan angin gurun yang kubilang, adalah terpaan angin kencang di antara jam satu atau dua malam. Kurasa angin itu mampu menerbangkan kucing kurus milik tetangga sebelah yang selalu bertengkar dengan anjing kesayanganku. Aku sendiri pernah merasakannya saat keluar untuk membuang sampah di tong sampah depan rumah. Benar-benar dingin dan kencang. Aku buru-buru masuk ke dalam rumah lagi.

 Aku pengangguran dan tak bisa diam. Selalu berada di rumah membuatku jenuh.

Menonton televisi, makan, tidur, melamun, sungguh bukanlah hal yang dapat menghibur. Dua minggu lalu aku dipecat dari laboratorium Mr. Edna karena hampir membakar seluruh laboratorium. Waktu itu percobaanku untuk membuat serum yang mampu menumbuhkan pohon jati dalam beberapa hari gagal total, dan karena banyaknya hasutan dari orang-orang yang tidak menyukaiku akhirnya Mr. Edna memecatku.

 Sekarang aku sedang mengetik lamaran kerja. Memberi keterangan, seperti nama

lengkapku, Thomas Kitt, umur dua puluh satu, alamat lengkapku di St. Catarina, pendidikan terakhir, yaitu sarjana jurusan teknik dan biofisika dengan nilai yang cukup memuaskan.

 Aku memandang Billy yang sedang meringkuk di bawah selimut barunya. Ia tidur dengan

begitu damai. Sebentar aku mengusap kepalanya lembut, lalu kembali mengalihkan pandanganku

Page 2: CUBE COLD

ke meja komputer dan melihat dompetku yang tergeletak lemas. Lemas karena hampir kosong. Uang yang tersisa di dompet tinggal dua ratus lima puluh ruki. Aku tak bisa meminta uang pada Ayah yang tinggal di desa dan bekerja sebagai petani. Aku harus mendapat kerja bagaimanapun caranya.

 Sampai larut malam, aku telah mengirim dua puluh lamaran ke berbagai email perusahaan

di mana aku punya banyak koneksi. Kuhabiskan satu botol susu yang tersisa di dalam kulkas lalu pergi tidur pukul dua pagi, sambil berharap esok ada berita baik yang mampir.

 ***

 Seminggu kemudian aku sudah kembali bekerja. Aktivitasku kembali normal. Bangun

pukul lima, mandi, sarapan, pamitan dengan Billy, lalu melangkah di trotoar St.Catarina pukul delapan. Matahari baru terbit. "Pagi yang cukup cerah setelah malam yang buruk," gumamku sambil berjalan. Semalam angin kencang sampai merobohkan pohon-pohon tetangga seberang rumahku. Mereka sedang membersihkan kebun kecil mereka ketika aku menyapa mereka dalam perjalanan ke kantor.

Belakangan ini, hampir setiap hari waktu Inraia juga bergerak tak menentu. Kadang malam bertambah satu atau dua jam, kadang senja bertambah tiga jam. Mula-mula penduduk Inraia tak menyadarinya, tapi semakin lama perubahan dapat dirasakan. Koran-koran mengangkat berita mengenai perubahan ini. Beberapa pakar menjawab bahwa ini adalah fenomena biasa, mungkin akibat adanya pemanasan global, meskipun mereka tidak yakin sepenuhnya.

 Walaupun waktu bergerak aneh, tak ada yang berubah. Jam kerja masih pada jam biasa,

kecuali adanya penyesuaian untuk jalur penerbangan dan pelayaran.  Professor Jonathan memanggilku saat aku baru tiba di ruang kerja. Ia atasan baruku . Aku

buru-buru ke ruangannya. Ia paling tidak suka menunggu lama. Laporan yang ia minta sudah siap di tanganku.

 "Bagaimana? Apakah sudah selesai?" tanyanya langsung padaku. Professor Jonathan

adalah seorang pria bertubuh lebih tinggi sepuluh senti dariku. Berbadan tegap, memiliki mata yang tajam di balik kacamata bulatnya, dengan rambut agak botak di bagian depan.

 Perlu diketahui bahwa aku tak lagi bekerja di laboratorium, tapi di bengkel CG atau

Control of Galaxy, lembaga rahasia pemerintah yang menangani masalah-masalah yang terjadi di luar angkasa. Semua terjadi begitu cepat. Aku diterima kerja karena Ayah yang merekomendasikanku untuk masuk di CG. Sungguh hal yang aneh seorang petani mengetahui lembaga ini, tapi kemudian ia membongkar rahasianya. Petani adalah pekerjaan bayangannya. Sebenarnya, Ayah berada di desa untuk mengamati pergerakan makhluk asing yang sering datang ke desa Fiuri, tempat Ayah tinggal. Ia menyamar supaya bisa membaur dan mengetahui apa yang membuat makhluk dari Gutery--planet ke seratus satu setelah bumi--tertarik mengunjungi Fiuri beberapa puluh tahun lalu.

 

Page 3: CUBE COLD

Aku ditugasi hal penting oleh Professor Jonathan, yaitu meneliti Cube Cold dan memberikan laporan padanya mengenai Deep Digger dua hari sekali. Cube Cold atau Kotak Dingin adalah bongkahan es raksasa bersuhu kurang lebih minus 2000 derajat celcius. Berasal dari planet Friza sebagai hasil polusi.

Kotak Dingin terlepas ke luar angkasa lima puluh tahun sekali dan memiliki daya hambat yang besar. Celakanya, Kotak Dingin masuk ke lintasan perputaran bumi. Seperti selop karat, bongkahan es itu memperlambat putaran bumi. Ini yang membuat malam di Inraia dan di beberapa negara lain terkadang lebih lama, atau terkadang siang lebih lama. Selain itu, Kotak Dingin juga memengaruhi suhu udara bumi. Butiran kristal es yang jatuh tiap malam di Inraia berasal dari sana. Angin dari segala arah terdorong ke Inraia. Kotak Dingin ini juga diduga bisa bertumbuh lebih besar dalam kediamannya. Sungguh berbahaya dan dapat mengancam kehidupan manusia.

 Karena itu, lembaga CG sekarang sedang sibuk mengurusi Deep Digger, alat untuk

mengebor Kotak Dingin. Rencananya Kotak Dingin akan dibor dengan kedalaman sekitar satu meter di beberapa tempat. Lalu akan ditaruh Flash, tabung panas yang mampu melelehkan Kotak Dingin.

Sebenarnya ada solusi lain, yaitu menggunakan peledak. Tapi itu terlalu banyak resiko. Efeknya bisa mengguncang bumi, terjadi gempa, bahan kimianya bisa saja jatuh ke bumi dan merusak. Jadi satu-satunya cara adalah menggunakan Flash. Mungkin butuh sedikit lebih lama, tapi dipastikan berhasil.

 "Aku dapat kabar bahwa Cube Cold semakin membesar," ucap Professor Jonathan penuh

cemas. Aku membenarkan. "Fred mengatakan Kotak Dingin bisa menjadi lubang hitam. Tapi ia

masih ragu untuk hal itu," tambahku. Professor menggeleng tak percaya. "Kita harus segera menyelesaikan Deep Digger. Lalu,

apakah kalian sudah mencari siapa yang akan melakukan pengeborannya?" "Sudah ada dua calon, Prof. Aku dan Fred," kataku mantap.

Professor terbelalak. "Kau dan Fred?!" Aku tersenyum lalu mengangguk. "Dari kualifikasi yang ada, kami bisa melakukannya,

Prof. Lagi pula perlu orang yang benar-benar mengerti Deep Digger untuk melakukannya. Dan karena kami juga bersama-sama yang merancangnya, aku dan Fred sudah setuju pergi dan melakukan pengeboran."

 Dari wajahnya kulihat Professor masih tak percaya. Tapi ia juga tak membantah. Deep

Digger akan meluncur sebulan lagi. Aku terlalu sibuk mengurusi hal lainnya. Tak sempat mencari orang yang rela pergi dan menghancurkan Kotak Dingin. Setelah sedikit bicara di sela-sela kesibukan, aku dan Fred sepakat untuk menyelamatkan Inraia dan Bumi. Meskipun ada

Page 4: CUBE COLD

resiko yang harus kami tanggung. Kalau sampai pemanas gagal bekerja atau molekul Kotak Dingin lebih banyak dan lebih kuat, kami terpaksa harus meledakkannya. Tapi, itu berarti juga kami akan ikut meledak. Peledak yang diberi nama Death Angel oleh Fred ini diatur untuk meledak dalam sepuluh detik. Karena, kalau lebih lama lagi peledak bisa beku dan usaha kami akan gagal total. Dan sepuluh detik bukan waktu yang cukup untuk meloloskan diri, kembali ke Inraia dengan selamat.

 ***

 Beberapa minggu berlalu. Banyak yang terjadi. Ayah melaporkan makhluk Gutery

memanfaatkan waktu malam yang lebih lama untuk mencari informasi dan bekerja sama dengan kepala desa setempat. Mereka membayar kepala desa dengan batu-batuan berkilau seperti berlian. Kepala desa akhirnya ditangkap dan setengah desa dikosongkan. Para anggota SANFA (Saving Nation From Alien) termasuk Ayahku, mengisi rumah-rumah yang kosong sekaligus rumah kepala desa. Mereka mencoba menjebak alien.

 Pada malam yang sama dengan waktu penjebakan, aku dan Fred bersiap-siap untuk

berangkat. Untuk kami waktu berjalan dengan sangat cepat. Ada perasaan takut dan ingin mundur, tapi ada perasaan juga yang menguatkan untuk tetap maju demi negara dan Bumi. Persiapan kami sudah tujuh puluh persen untuk berangkat. Semua alat sudah siap, tinggal mental kami yang perlu ditambah supaya semua persiapan menjadi seratus persen. Belakangan ini aku sering melihat Fred membaca kitab sucinya, berdoa di setiap kesempatan dan menyenandungkan lagu rohani sebisanya. Aku sendiri tak jauh berbeda dengannya, ditambah aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Billy untuk jalan-jalan. Bahkan, aku tidur satu ranjang bersamanya semalam.

 Ayah yang memang berjiwa nasionalis mendukungku seribu persen. Kadang aku

menganggapnya 'tidak sayang anak' karena tidak ada kekhawatiran dari wajahnya yang tampak setiap kali aku menemuinya di akhir pekan.

 Aku dan Fred sedang dalam ruangan untuk mengganti baju. Kami menggantinya dengan

baju dan sepatu tahan panas juga dingin. Baju yang dibuatkan teman kami, Ern, bisa mempertahankan suhu tubuh kami, sehingga nanti kami tidak akan merasa panas karena harus meletakkan Flash atau juga dingin karena menginjak Cube Cold. Untuk sampai di luar angkasa, dekat bongkahan es raksasa, kami naik pesawat NFF-1. Sebelum berangkat, Fred memberitahuku bahwa NFF adalah singkatan dari kata Not For Fall.

 "Pesawat ini dibuat oleh Gurdy Hanster tahun 2086. Dia teman ayahku. Seorang yang

humoris dan baik hati. Waktu aku masih kecil, setiap dia datang ke rumah, dia pasti membawakanku oleh-oleh robot," kata Fred dengan nada senang.

 Kami sepakat untuk tidak membicarakan mengenai hal-hal yang menyedihkan. Entah ini

perjalanan menuju kebebasan atau maut, tapi kami tetap yakin pada akhirnya Bumi akan membaik.

 

Page 5: CUBE COLD

"Kau mau?" Aku menyodorkan Fred bolu cokelat berlapis emas sekembalinya dari ruang ganti. Dua jam lagi kami akan sampai di luar Bumi.

 "Dari mana kau mendapatkannya?" tanyanya padaku sambil menaikkan alis. Aku mengangkat bahu. "Aku memintanya pada Professor Jonathan. Aku bilang mungkin

ini perjalanan terakhir. Jadi aku meminta apapun yang bisa kuminta," kataku dengan senyum mengembang. "Hari ini ulang tahunmu kan, Fred? Dan kau ingin sekali makan bolu cokelat lapis emas buatan Debby. Apa tebakanku benar?"

 Fred tersenyum, matanya berkaca-kaca memandangku. “Terima kasih,” ucapnya. Aku menepuk-nepuk punggungnya. Aku tahu ada banyak pertimbangan yang ia pikirkan

sebelum pergi. Terlebih ia berat meninggalkan tunangannya, Debby, kepala pastry di restoran kue St.Catarina. Tapi, itu sudah dipikirkannya. Ia sudah rela apapun yang harus terjadi nanti. Aku sendiri tidak terlalu banyak berpikir. Aku belum punya pacar apalagi bertunangan. Ayahku juga mendukungku melakukan hal ini seratus persen. Aku hanya mengkhawatirkan hal buruk yang bisa terjadi nanti, pada diriku dan sahabat terbaikku, Fred.

 Saat Fred mengambil semua bolu cokelatnya, aku hanya bisa tersenyum. Itu memang

haknya. Kami masing-masing kembali ke tempat duduk. Waktu berjalan cepat untukku yang

dalam perjalanan terus berusaha menenangkan diri sambil mendengarkan musik.

*** Kotak Dingin ternyata benar-benar besar. Lebih besar dari rumah dan kebun ayahku di

desa. Setelah mendaratkan NFF di bagian utara Cube Cold, kami mulai menjelajah. Kami mencari tempat-tempat di mana kami bisa mengebor dan menaruh Flash. Terutama kami harus menemukan titik pusatnya untuk menaruh beberapa Flash sekaligus.

 Beberapa titik di barat dan timur sudah kami bor. Titik sentral sudah kami temukan dan

sudah kami bor juga. Lima belas menit kami menunggu di kompartemen pesawat sambil memantau lewat monitor. Belum ada perubahan signifikan yang bisa terlihat.

 "Ayo kita kembali," ajakku. Kami turun. Cube cold yang mencair belum sampai setengahnya. "Gawat. Coba kita masukkan lagi beberapa flash," kata Fred. Kami kembali pada titik-titik bor yang kami buat tadi. Flash kami masukkan lima

sekaligus ke dalam masing-masing titik. 

Page 6: CUBE COLD

"Ayo kembali. Kita tunggu sampai lima belas menit lagi. Kalau belum juga cair, terpaksa kita pakai cara terakhir," gumamnya pelan, pada nada terakhir penuh kepahitan.

 Kami kembali. Lima belas menit menjadi tiga puluh menit. Kami mengulur waktu menuju

akhir yang mengenaskan. "Sepertinya kita perlu memakai Death Angel…" kata Fred.

Setelah kata-kata itu, semua terjadi begitu cepat. 

*** Aku tak bisa lagi merasakan tubuhku. Aku sudah menjadi roh. Aku merasa aku sedang

berbaring, tapi entah di mana. Mungkin di surga, karena cahaya begitu menyilaukan mataku. Aku berusaha mencari sosok Fred. Aku menengok ke kanan dan kiri dengan kesadaran yang masih rendah. Tapi, yang bisa kulihat lagi-lagi hanya cahaya.

 Ah, mana bisa kutemukan Fred kalau ini surga. Kupikir kalaupun bertemu, kami tidak

akan saling mengenali. Aku merasa pecahan-pecahan ingatan menusuk-nusuk kepalaku. "Sepertinya kita harus memakai Death Angel…" "Kalau memang kita harus.” "Baiklah. Tapi, sebelum itu ada yang harus kukatakan padamu," kata Fred. "Apa?" "Sebenarnya…Menurutku… Professor Jonathan sudah menduga bahwa Flash tidak cukup

mampu untuk meledakkan Cube Cold. Dan dia ingin menyingkirkan kita, maka itu dia tidak mencegah kita pergi. Kau ingat perdana menteri Anderson beberapa waktu lalu menjanjikan kita jabatan yang sama dengan Professor, jika kita bisa menghancurkan Cube Cold ini?”

“Professor takut kita kalahkan. Tapi, dengan kemampuannya sendiri ia tidak bisa menghancurkan Cube Cold."

 "Kau tidak boleh berprasangka buruk,” sergahku. "Tepat sejam sebelum kita pergi, aku mendengarnya sendiri. Apa kau tak percaya padaku,

sahabatmu ini?" "Baiklah. Aku percaya. Tapi, kita sudah sampai di sini. Kita juga sudah berkomitmen

menyelamatkan Inraia. Tak mungkin kita kembali dan membiarkan Kotak Dingin ini," kataku. Sebenarnya ada rasa kesal mengetahui niat jahat Professor Jonathan, tapi itu tidaklah penting lagi sekarang.

 

Page 7: CUBE COLD

"Tapi aku punya sesuatu yang lain.” Fred pergi sebentar lalu membawa sesuatu. "Aku menciptakan ini." Ia menunjukkan dua buah robot berbentuk manusia padaku. "Bisa

dikontrol dalam jarak jutaan ribu kilometer," ucapnya sambil tersenyum penuh kebanggaan. "Bisa melakukan apa saja yang manusia lakukan, kecuali melahap bolu cokelat atau minum soda tentunya. Pernah kucoba langsung. Terakhir kali saat Mario pergi ke bulan dua bulan lalu dan berhasil. Robot masih bisa kukendalikan."

  "Jadi, kita tidak perlu mati meledakkan diri seperti orang bodoh," tambah Fred sambil

terkekeh.

"Kita akan kembali dan memberi Professor Jonathan pelajaran.” Setelah meletakkan dua robot ajaib penemuan luar biasa Fred di atas Cube Cold, kamipun

kembali menaiki NFF-1. Tak ada yang tahu kami kembali karena monitor yang menghubungkan kami dengan CG telah mati sejak kami mendarat di Kotak Dingin. Kami meledakkan Death Angel di tengah perjalanan.

 Tapi, sayangnya saat akan mendarat di salah satu padang gurun di Afrika kami membentur

suatu yang keras. Entah apa. Pesawat oleng, lalu menabrak batu sebesar gunung. Kami terpental, dan hilang…

  Aku memegangi kepalaku yang terasa lebih sakit dari sebelumnya. Sampai aku merasa

mendengar siulan. Siulan yang biasa Fred lakukan. Aku membuka mataku lagi. Kali ini semua terlihat lebih jelas. Ada lampu di atas yang tadi menyilaukanku. Ada Fred di sebelah kananku. Ia memakai tongkat untuk menyangga kakinya. Aku bukan roh!

 "Fred?" Aku menggumamkan namanya dengan nada tak percaya.  Aku bangun dan bersandar. Ia melihat mataku menjelajahi ruangan tempat kami berada.

"Rumah sakit St. Mungo, Afrika,” katanya singkat.

Aku tersenyum senang sekaligus tak percaya. "Kukira aku sudah di surga tadi. Dan kau mungkin sudah jadi malaikat juga. Hehe …" Aku berusaha berseloroh meski pinggangku rasanya seperti ingin copot.

 Hening sebentar sebelum Fred berkata. "Surga belum siap menerimaku… tapi … mungkin

sudah siap menerimamu," lanjutnya. Pecahan ingatan lain menyeruak. Fred pernah mengatakan hal yang sama di atas

pesawat… sambil mengacungkan pistol kepadaku… sebelum pesawat menabrak. "Apa kau tidak ingat sesuatu?" katanya lagi. Ada iblis dalam matanya. Saking kentaranya

aku sampai bisa melihatnya dengan jelas. 

Page 8: CUBE COLD

Aku ingat. Dia bilang aku tak pantas menempati posisi Professor Jonathan bersama dengannya. Ada orang lain yang lebih pantas. Ia membawaku sampai ke Bumi karena NFF tidak bisa dikendarai seorang diri. Karena itu pula ia memilih mendarat di Afrika yang letaknya jauh dari Inraia, supaya semuanya bisa beres di sini.

 Yang terjadi kemudian adalah pergulatan. Ia menyerang dan aku bertahan. Aku berusaha

merebut pistol berperedam miliknya. Bunyi tembakan terdengar dua kali. Aku bersimpuh di dekat Fred dengan pistol di tangan kanan.

 Ponsel Fred berbunyi. Aku mengambil dan membacanya. Sebuah pesan dari Ern, katanya,

"Apa kau sudah berhasil melenyapkannya? Aku sudah di luar bersama seorang kepala rumah sakit yang akan mengurusnya." 

 Tangerang. June 15, 2012