CRS_ISK

28
BAB I PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering ditemukan. ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala in yang disertai adanya mikroorganisme patogenik pada urin, uretra, kandung kemih, atau ginjal. ISK disebabkan infeksi mikroorganis gr negatif terbanyak e.coli. Bisa juga oleh gram positif seperti iru jamur. ! Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang se ditemukan dalam masyarakat "alaupun perkembangan teknologi dan pengobatan di bidang kesehatan seperti penggunaan antibiotik sudah cukup maju dan be luas di masyarakat. Secara epidemiologis, hampir #$%&$' perempuan de"asa pernah mengalami ISK selama hidupnya. i Amerika Serikat, terdapat * jut kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum. # Sebagian besar kejadian infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakte Escherichia coli yang melakukan inasi secara asending ke saluran kemih d menimbulkan reaksi peradangan. Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, kelainan pada saluran kemih, kateterisasi, penyakit diabetes, kehamilan, dan lain%lain. Ilmu kesehatan saat ini telah memudahkan diagnosis dan terapi infeksi saluran kemih sehi dengan deteksi dini faktor predisposisi dan pengobatan yang adekuat denga antibiotik yang sesuai maka pasien dapat sembuh sempurna tanpa komplikasi & 1

description

gana

Transcript of CRS_ISK

BAB IPENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering ditemukan. ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik pada urin, uretra, kandung kemih, atau ginjal. ISK disebabkan infeksi mikroorganis gram negatif terbanyak e.coli. Bisa juga oleh gram positif seperti virus dan jamur.1Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan dalam masyarakat walaupun perkembangan teknologi dan pengobatan di bidang kesehatan seperti penggunaan antibiotik sudah cukup maju dan beredar luas di masyarakat. Secara epidemiologis, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum.2Sebagian besar kejadian infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yang melakukan invasi secara asending ke saluran kemih dan menimbulkan reaksi peradangan. Kejadian infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, kelainan pada saluran kemih, kateterisasi, penyakit diabetes, kehamilan, dan lain-lain. Ilmu kesehatan modern saat ini telah memudahkan diagnosis dan terapi infeksi saluran kemih sehingga dengan deteksi dini faktor predisposisi dan pengobatan yang adekuat dengan antibiotik yang sesuai maka pasien dapat sembuh sempurna tanpa komplikasi.3

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 Identitas PasienNama: Ny. R Umur: 36 Tahun Pekerjaan: IRT Agama: Islam Alamat: Mendalo Kec. Jaluko MRS: 9 Oktober 2013

2.2 Anamnesa (Autoanamnesa dan alloanamnesa, 10 September 2013)1. Keluhan UtamaPasien datang dengan keluhan demam 3 hari SMRS dan Sakit saat Buang Air Kecil.

2. Riwayat Penyakit Sekarang 3 Hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan demam. Demam dirasakan terus menerus, keluhan demam dirasa berkurang dengan minum obat penurun panas atau paracetamol. Demam tidak disertai dengan timbulnya bintik kemerahan pada kulit, menggigil (-), berkeringat (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), muntah darah (-), BAB darah (-), nyeri tenggorokan (-), sakit menelan (-), batuk (-), nyeri pinggang (-), gatal, bengkak dan kemerahan pada kemaluan (-) pasien tidak sedang hamil (-).Pasien juga mengeluhkan nyeri saat berkemih yang dirasakan sejak 3 hari SMRS, keluhan disertai dengan rasa panas pada saat berkemih namun tidak disertai dengan darah. Pasien juga mengeluhkan saat ia berkemih terasa tidak puas dan sering bolak balik ke kamar mandi untuk berkemih. Dalam satu hari pasien bisa BAK sebanyak 8 - 9 kali. Pasien masih dapat menahan pada saat ingin berkemih. Pancaran pada saat berkemih tidak ada perubahan dibandingkan dengan saat belum terdapat keluhan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kencing manis disangkal Riwayat darah tinggi disangkal Riwayat malaria disangkal Riwayat sering menahan kencing disangkal Riwayat nyeri pinggang disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga disangkal Riwayat penyakit kencing manis disangkal Riwayat penyakit darah tinggi disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik (10 Oktober 2013)1. Keadaan umum: Tampak sakit sedang2. Kesadaran: Composmentis, GCS : 153. Tanda Vital: TD = 110/70 RR = 19 x/i N = 76 x/i T = 38,10C

4. Status GiziBB: 60 kgTB: 160 cmBBI: (TB - 100) kg 10% (160-100) kg 10% (60-6) (60+6) = 54 66 kgIMT: 60/(1,6)2 = 23,4 Normoweight5. Kulit Warna: Sawo matang Efloresensi: (-) Pigmentasi: Hiperpigmentasi (-), Hipopigmentasi (-) Jaringan parut/koloid: (-) Pertumbuhan rambut: Normal Lembab Kering: Kulit kering (+) Turgor: < 2 detik

6. Kepala dan leher Rambut: Warna hitam, lurus, tidak mudah dicabut Kepala: Bentuk simetris, tidak ada trauma maupun memar Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), Pupil isokor diameter : 2 cm Hidung: Nafas cuping hidung (-), Epistaksis (-), sekret (-) Mulut: Bentuk normal, bibir sianosis (-), bibir kering (-), kemerahan (-), mudah terkelupas (-), stomatitis (-) Tenggorokan: Faring dan tonsil hiperemis (-), Tonsil T2-T1 Leher: Pembesaran KGB (-), pembesaran kel. Tyroid (-), JVP (5-2)cmH2O, kaku kuduk (-), pulsasi vena jugularis (-).

7. ThoraksParu Inspeksi: Simetris kanan dan kiri, thoracoabdominal, sela iga melebar (-), sela iga menyempit (-) Palpasi: Vocal fremitus sama kanan dan kiri Perkusi: Sonor, batas paru hati ICS VI linea midclavicularis dekstra Auskultasi: Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)Jantung Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V di linea midklavikula sinistra sekitar 1 jari kearah medial, tidak kuat angkat Perkusi: Batas atas jantung ICS II linea parasternal sinistra Batas jantung kanan linea parasternal dekstra Batas jantung kiri ICS V sekitar 1 jari kearah medial Pinggang jantung ICS III linea parasternal sinistra Auskultasi: BJ1 BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen Inspeksi: Datar, jaringan parut (-), venektasi (-), striae (-) Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan suprapubis (+), defans muskuler (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok CVA (-), ballotement (-). Perkusi: Timpani, shifting dullness (-) Auskultasi: Bising usus (+) normal

9. Genitalia dan anus : Tidak diperiksa

10. Ekstremitas Superior: Akral hangat, edema (-/-), capillary refill time < 2 detik, clubbing finger (-/-), palmar eritem (-/-) Inferior: Akral hangat, pitting edema pretibial (-/-) Dextra : Tes sensibilitas (+), refleks fisiologis (+), pemeriksaan arteri dorsalis pedis pulsasi baik Sinistra : Tes sensibilitas (+), refleks fisiologis (+), pemeriksaan arteri dorsalis pedis pulsasi baik2.4 Pemeriksaan Penunjang1. LaboratoriumDarah Rutin (Tanggal 10 Oktober 2013) WBC: 15 103/mm3(3,5-10,0 103/mm3) RBC: 4,7 103/mm3(3,80-5,80 106/mm3) HGB: 13,7 g/dl(11,0-16,6 g/dl) HCT: 41 %(35,0-50,0%) PLT: 291 103/mm3(150-390 103/mm3) PCT: .167 %(0,100-0,500%) MCV: 87 m3(80-97m3) MCH: 30,4 pg(26,5-33,5 pg) MCHC: 32,6 g/dl(31,5-35,0 g/dl) RDW: 14,3 %(10,0-15,0%) MPV: 6,7 m3(6,5-11,0 m3) PDW: 11,9 %(10,0-18,0%)

Diff count % LYM:34,0 % (17,0-48,0 %) % MON:6,6 %(4,0-10,0 %) % GRA:56,5 %(43,0-76,0 %) # LYM:1,5 103/mm3(1,2-3,2 103/mm3) # MON:0,8 103/mm3 (0,3-0,8103/mm3) # GRA:4,5 103/mm3(1,2-6,8 103/mm3)

GDS (Tanggal 10 Oktober 2013) : 146 mg/dlKimia Darah Ureum: 19,2 mg/dl (15-39 mg/dl) Kreatinin: 0,9 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl)

Analisa Urin Rutin Warna: Kuning Berat Jenis: 1015 pH: 7,2 Protein: (-) / Negatif Glukosa: (-) / NegatifSedimen Sel Lekosit: 6-8 / lpb Sel Eritrosit: 1-2 / lpk Sel Epitel: 1-2 / lpk

1.5 Diagnosis Kerja Cystitis Akut

1.6 Diagnosis Banding1. Cystitis akut 2. Pyelonefritis akut 3. vesicolitiasis

1.7 TatalaksanaTatalaksana awal di IGD : IVFD RL 20 gtt/i Paracetamol tab 3 x 1 Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gram Ranitidin 2 x 1

Tatalaksana awal di ruangan : IVFD RL 20 tetes/menit Infus Ciprofloxacin 2 x 200 mg Paracetamol tab 3 x 1 Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

Pemeriksaan yang disarankan : Kultur urine dan uji resistensi jika memungkinkan USG Abdomen

1.8 PrognosisQuo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad fungtionam : dubia ad bonam

1.9 Follow UpTanggal 11 Oktober 2013S : Demam (+), Mual (+), nyeri saat BAK (+), BAK terasa panas (+), nyeri di supra pubis (+) O: TD = 110/70 mmHg N = 82 x/i, irama regular, isi dan tegangan cukup RR = 20 x/i T = 37,90C A : Cystitis akutP : IVFD RL 20 tetes/menit Infus Ciprofloxacin 2x200mg Inj. Ranitidin 2x1 ampul Paracetamol tab 3 x 1Rencana : USG Abdomen, kultur urin dan uji resistensi jika memungkinkan

Tanggal 12 Oktober 2013S : Demam (+), mual (-), nyeri saat BAK (-), BAK terasa panas (+), nyeri pada simpisis pubis (+)O : TD = 120/70 mmHg N = 68 x/i irama regular, isi dan tegangan cukup RR = 18 x/i T = 37,10C A : Cystitis akut

P : Infus RL 20 tetes/menit Infus Ciprofloxacin 2x200 mg Inj. Ranitidin 1x1 ampul Paracetamol tab 3 x 1

Tanggal 13 Oktober 2013S : Demam (-), mual (-), nyeri saat BAK (-), BAK terasa panas (-), nyeri pada simpisis pubis (+)O : TD = 120/70 mmHg N = 72 x/i irama regular, isi dan tegangan cukup RR = 18 x/i T = 36,40CA : Cystitis akutP : Ciprofloxacin tab 3x500 mg

Pasien mintak pulang APS

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi dan FisiologiSistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra. System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh. Ginjal berfungsi untuk membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih lainnya berfungsi untuk mengekskresikan atau mengeliminasi urin. Sel-sel tubuh memproduksi zat-zat sisa seperti urea, kreatinin dan ammonia yang harus diekskresikan dari tubuh sebelum terakumulasi dan menyebabkan toksik bagi tubuh. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk regulasi volume darah tubuh, regulasi elekterolit yang terkandung dalam darah, regulasi keseimbangan asam basa, dan regulasi seluruh cairan jaringan tubuh. Saluran kemih bagian atas adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra merupakan saluran kemih bagian bawah.4,5

Gambar 1. Struktur saluran kemih manusia Sumber: www.kidney.org

Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung kemih.4,5Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.4,5 Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).4,5

Gambar.2 Struktur anatomi ginjalSumber: Essential of Anatomy and Physiology 5th edition, 2007

Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan luar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang kira-kira 17-20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis.4,5 Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris.4,5.

Gambar 3. Vesika urinaria dan uretra pada perempuan dan laki-lakiSumber: Essential of Anatomy and Physiology 5th edition,20073.2 DefenisiInfeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan klinis akibat berkembangbiaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada saluran kemih.1Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. Kuman mencapai saluran kemih melalui cara hematogen dan asending.9

3.3 EpidemiologiInfeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi.1 Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai faktor predisposisi.1Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki 8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting organism). Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x) dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100% untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung untuk melihat bakteri gram negatif dan gram positif. Sensitivitas sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan hasil positif palsu sebesar 10%10.

2. Uji Biokimia8Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria.3. Renal Imaging Procedures1Renal imaging procedures digunakan untuk mengidentifikasi faktor predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen, pielografi intravena, micturating cystogram dan isotop scanning. Investigasi lanjutan tidak boleh rutin tetapi harus sesuai indikasi antara lain ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria, hematuria), hematuria persisten, mikroorganisme jarang (Pseudomonas spp dan Proteus spp), serta ISK berulang dengan interval 6 minggu.

3.10 Terapia. Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 1Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48 jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut. The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.

Tabel Antimikroba pada ISK Atas Akut BerkomplikasiAntimikrobaDosisInterval

SefepimCiprofloxacinLevofloksasinOfloksasinGentamisin (+ ampisilin)

Ampisilin (+ gentamisin)Tikarsilin-klavulanatPiperasilin-tazobaktamImipenem-silastatin1 gram400 mg500 mg400 mg3 - 5 mg/kgBB1 mg/kgBB1 2 gram3,2 gram3,375 gram250 - 500 mg12 jam12 jam24 jam12 jam24 jam8 jam6 jam8 jam2 8 jam6 8 jam

b. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan, pemberian antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat 16-20 gram per hari1,8Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil bakteriogram4.

Tabel Antimokroba pada ISK Bawah Tidak BerkomplikasiAntimikrobaDosisLama Terapi

Trimetoprim SulfametoksazolTrimetoprimCiprofloxacinLevofloksasinSefiksimCefpodoksim proksetilNitrofurantoin makrokristalNitrofurantoin monohidratAmiksisilin / Klavulanat2x 160/800 mg2 x 100 mg2 x 100 250 mg2 x 250 mg1 x 400 mg2 x 100 mg4 x 50 mg2 x 100 mg2x 500 mg3 hari3 hari3 hari3 hari3 hari3 hari7 hari7 hari7 hari

3.11 KomplikasiKomplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated).1a. ISK sederhana (uncomplicated)ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama.b. ISK tipe berkomplikasi (complicated)ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus (LFG).

3.12 PrognosisPrognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan utama.8Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan diberantas.8

BAB IVANALISA KASUS

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan klinis akibat berkembangbiaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada saluran kemih. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi. Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.Pada laporan kasus ini, pasien Ny. R (36 tahun) didiagnosa dengan Cystitis akut. Dasar diagnosa Cystitis akut pada pasien ini adalah sebagai berikut : 1. Anamnesis : Demam mendadak dan hilang timbul disertai nyeri saat berkemih, rasa panas pada saat berkemih dan urin menjadi agak keruh namun tidak disertai dengan darah. BAK terasa tidak puas dan sering bolak balik ke kamar mandi untuk berkemih. Nyeri pada supra simpisis (+). Bintik kemerahan pada kulit, menggigil (-), berkeringat (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), muntah darah (-), BAB darah (-), nyeri tenggorokan (-), sakit menelan (-), batuk (-), nyeri pinggang (-). 2. Pemeriksaan Fisik Tanda Vital: TD = 110/70 RR = 19 x/i N = 76 x/i T = 38,10C

Abdomen Inspeksi: Datar Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan supra pubis (+), nyeri ketok CVA (-). Perkusi: Timpani, shifting dullness (-) Auskultasi: Bising usus (+) normalPemeriksaan Laboratorium :Darah Rutin WBC: 15 103/mm3(3,5-10,0 103/mm3)Kesan : LeukositosisKimia Darah Ureum: 19,2 mg/dl (15-39 mg/dl) Kreatinin: 0,9 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl)Kesan : NormalUrin Rutin Sel Lekosit: 6-8 / lpb

Diagnosa cystitis akut dapat ditegakkan pada pasien ini karena sesuai dengan kepustakaan gejala klinis pada cystitis yaitu frekuensi BAK yang meningkat, disuria, polikisuria, rasa panas saat BAK, disertai demam, hematuri (-) dan dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan suprapubik. Hasil laboratorium berupa leukositosis juga mendukung diagnosa pasien ini. Wanita sangat sering mengalami sistitis karena uretra wanita lebih pendek dibanding pria. Selain itu sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat bersifat bakterisidal.Diagnosa banding berupa pielonefritis akut dan vesikolitiasis dapat disingkirkan karena pada pasien tidak ditemukan keluhan menggigil, nyeri ketok CVA (-).

Pengobatan pada ISK berupa terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Untuk terapi farmakologis pasien dianjurkan untuk banyak minum agar menjaga fungsi ginjal tetap baik, terutama pada wanita agar menjaga kebersihan genitalia eksterna.Tujuan terapi ISK adalah mencegah atau mengobati akibat sistemik dari infeksi, membunuh mikroorganisme penyebab infeksi dan mencegah terjadinya infeksi ulangan.Terapi farmakologis ISK yaitu diberikan antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada. Bila hasil tes resistensi kuman sudah ada, pemberian antimikroba disesuaikan. Pada pasien ini diberika ciprofloxacin infus 2 x 200 mg. Mekanisme kerja ciprofloxacin adalah menghambat aktifitas DNA gyrase bakteri, bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif. Ciprofloxacin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna, bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. Metabolismenya dihati dan diekskresi terutama melalui urin.Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain trimetoprim sulfametoksazol, nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G. Penggunaan kombinasi trimetoprim sulfametokazol (cotrimoksazole) merupakan pilihan yang paling banyak digunakan. Aktivitas kombinasi antimikroba cotrimoksazole berdasarkan atas kerjanya pada dua tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat. Sulfometoksazol menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul Asam folat dan Trimetropim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari Asam dihidrofolat menjadi Tetrahidrofolat. Trimetropim menghambat enzim Dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel manusia

Edukasi yang dapat diberikan pada pasien ini agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat dilakukan hal-hal berikut:1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.2. Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.3. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.4. Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.5. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.

BAB VKESIMPULAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria patogen bermakna dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105 disertai manifestasi klinik. ISK lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra perempuan lebih pendek dibandingkan laki-laki. Adapun faktor predisposisi ISK antara lain: litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, DM, nefropati analgesik, senggama, kehamilan, kontrasepsi, dan kateterisasi.Sebagian besar ISK disebabkan oleh invasi bakteri Escherichia coli secara asending ke saluran kemih. Patogenesis ISK dipengaruhi oleh patogenisitas bakteri (perlekatan mukosa dan faktor virulensi), faktor tuan rumah (host) dan bacterial entry.ISK terbagi menjadi infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut dan pielonefritis kronik) serta infeksi saluran kemih bawah (sistitis akut, sistitis kronik, sindrom uretra akut, uretritis, epididimitis). ISK akut belum menimbulkan kelainan struktural atau radiologis dengan gejala awitan akut seperti demam, nyeri pinggang, nyeri suprapubik, disuria, polakisuria, stranguria, nokturia. Sedangkan ISK kronik sudah menimbulkan kelainan struktural atau radiologis dan biasanya kurang bergejala.Pilihan terapi untuk pasien ISK adalah antibiotik yang sensitif terhadap kuman patogen penyebab. Penanganan yang dini dan sesuai dapat menghindari komplikasi dan pasien dapat sembuh sempurna.

15