Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

17
LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI PENENTUAN JUMLAH SEL LEUKOSIT OLEH : NUR ALIMIN [0901037] KELOMPOK V-A/ GANJIL TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 6 DESEMBER 2012 DOSEN PEMBIMBING: ADRIANI SUSANTY, M.Farm.,Apt. ASISTEN : ALFIONITA SERAGIH ONA SISCANOVA SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PEKANBARU 2012

description

imunologi

Transcript of Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

Page 1: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI

PENENTUAN JUMLAH SEL LEUKOSIT

OLEH :

NUR ALIMIN [0901037]

KELOMPOK V-A/ GANJIL

TANGGAL PRAKTIKUM :

KAMIS, 6 DESEMBER 2012

DOSEN PEMBIMBING:

ADRIANI SUSANTY, M.Farm.,Apt.

ASISTEN :

ALFIONITA SERAGIH

ONA SISCANOVA

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

PEKANBARU

2012

Page 2: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

PENENTUAN JUMLAH SEL LEUKOSIT

1. TUJUAN PERCOBAAN

– Menghitung jumlah sel leukosit pada mencit dengan pewarnaan

giemsa

2. TINJAUAN PUSTAKA

1. Leukosit

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit

ini sebagaian besar diproduksi di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit

limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah

dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk

digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah kebanyakan

ditranport ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi,

sel-sel tersebut dapat menyediakan pertahanan terhadap semua hal yang infeksius.

Terdapat enam macam sel darah putih yang secara normal ditemukan di

dalam darah. Keenam sel tersebut adalah netrofil polimorfonuklear, basofil

polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, monosit, limfosit dan terkadang sel

plasma. Ketiga tipe pertama dari sel yaitu sel-sel polimorfonuklear, seluruhnya

memiliki gambaran granular, sehingga sel-sel tersebut disebut granulosit.

Pada manusia dewasa, leukosit dapat dijumpai sekitar 7000 sel per

mikroliter darah. Presentasi normal dari sel darah putih kira-kira sebagai berikut:

Tabel presentasi normal sel leukosit pada manusia dewasa

Nama Sel Leukosit Presentasi

Netrofil polimorfonuklear 62,0%

Eosinofil polimorfonuklear 2,3%

Basofil polimorfonuklear 0,4%

Monosit 5,3%

Limfosit 30,0%

Page 3: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

Pembentukan sel darah putih dimilai dari diferensiasi dini dari sel stem

hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem committed. Selain sel-sel

committed tersebut, untuk membentuk eritrosit dan membentuk leukosit. Dalam

pembentukan leukosit terdapat dua tipe yaitu mielositik dan limfositik.

Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang berupa

mieloblas sedangkan pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel

muda yang berupa limfoblas.

Granulosit dan monosit banyak ditemukan di sumsum tulang. Limfosit dan

sel plasma diproduksi terutama dalam organ-organ limfogen, seperti kelenjar

limfe, limpa, timus, tonsil dan berbagai kantong jaringan limfoid dalam sumsum

tulang dan plaque payeri.

Leukosit yang dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama granulosit,

disimpan dalam sumsum sampai sel-sel tersebut diperlukan dalam sirkulasi.

Kemudian, bila kebutuhannya meningkat, beberapa faktor seperti sitokin-sitokin

akan dilepaskan. Dalam keadaan normal, granulosit yang bersirkulasi dalam

seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini

sesuai dengan persediaan granulosit selama enam hari. Sedangkan limfosit

sebagian besar akan disimpan dalam berbagai area limfoid kecuali pada sedikit

limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah.

Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya

4-8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4-5 jam berikutnya dalam jaringan. Pada

keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan sering kali

berkurang. Hal ini dikarenakan granulosit dengan cepat menuju jaringan yang

terinfeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu

sendiri harus dimusnahkan.

Monosit memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada di

dalam darah sebelum berada dalam jaringan. Begitu masuk ke dalam jaringan,

sel-sel ini membengkak sampai ukurannya yang sangat besar untuk menjadi

makrofag jaringan. Dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup hingga

berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Makrofag jaringan ini akan menjadi

Page 4: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

dasar bagi sistem makrofag jaringan yang merupakan sistem pertahanan lanjutan

dalam jaringan untuk melawan infeksi.

Limfosit terus menerus memasuki sistem sirkulasi bersama dengan

pengaliran limfe dari nodus limfe dan jaringan limfe lain. Kemudian, setelah

beberapa jam, limfosit berjalan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis dan

selanjutnya kembali memasuki limfe dan kembali ke jaringan limfoid atau ke

darah lagi demikian seterusnya. Limfosit memiliki masa hidup

berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, tetapi hal ini

tergantung pada kebutuhan tubuh akan sel-sel tersebut.

2. Jenis jenis Leukosit

2.1. Granulosit

Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki

diameter sekitar 10 -12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit dibagi

menjadi tiga kelompok berikut :

2.1.1. Neutrofil

Neutrofil memiliki granula yang tidak bewarna, mempunyai inti sel yang

terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik

halus atau granula, serta banyaknya sekitar 60 -70 % (Handayani, 2008).

Gambar Neutrofil (Hoffbrand, 2006)

Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Sel ini

memiliki masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Sekitar 50 %

neutrofil dalam darah perifer menempel pada dinding pembuluh darah. Neutrofil

Page 5: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

memasuki jaringan dengan cara bermigrasi sebagai respon terhadap kemotaktik

(Hoffbrand, 2006).

Neutrofil pada manusia dan hewan menunjukkan perbedaan berdasarkan

sintesis protein, ekspresi receptor, metabolisme oksidatif, fungsi dan pewarnaan

sitokimia. Neutrofil yang cacat dapat dilihat dari jumlah maupun bentuknya.

Bentuk maupun jumlahnya berpotensi untuk menjelaskan tingkat infeksi. Jumlah

neutrofil pada mencit yaitu 0,3- 2,5 103/ μl. Neutrofilia merupakan peningkatan

jumlah neutrofil. Penurunan jumlah sel neutrofil di dalam sirkulasi (neutropenia)

pada hewan domestik dapat terjadi karena adanya peningkatan destruksi sel

neutrofil di dalam peredaran darah, peningkatan pengeluaran neutrofil ke dalam

jaringan tanpa diimbangi oleh pemasukan ke dalam sirkulasi darah dan penurunan

produksi sel neutrofil di sumsum tulang ( Feldman, 2000).

2.1.2. Eosinofil

Eosinofil memiliki granula bewarna merah dengan pewarnaan asam,

ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam

sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24 % (Handayani, 2008).

Gambar Eosinofil (Hoffbrand, 2006)

Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi.

pelepasan isi granulnya ke patogen yang lebih besar membantu dekstruksinya dan

fagositosis berikutnya (Hoffbrand, 2006). Fungsi utama eosinofil adalah

detoksifikasi baik terhadap protein asing yang masuk ke dalam tubuh melalui

paru-paru ataupun saluran cerna maupun racun yang dihasilkan oleh bakteri dan

Page 6: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

parasit. Eosinofilia pada hewan domestik merupakan peningkatan jumlah

eosinofil dalam darah. Eosinofilia dapat terjadi karena infeksi parasit, reaksi alergi

dan kompleks antigen-antibodi setelah proses imun (Frandson, 1992).

2.1.3. Basofil

Basofil memiliki granula bewarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini

lebih kecil daripada eosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di

dalam protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar, banyaknya kira-kira

0,5 % di sumsum merah (Handayani, 2008).

Gambar Basofil (Hoffbrand, 2006)

Jumlah basofil di dalam sirkulasi darah relatif sedikit. Di dalam sel basofil

terkandung zat heparin (antikoagulan). Heparin ini dilepaskan di daerah

peradangan guna mencegah timbulnya pembekuan serta statis darah dan limfe,

sehingga sel basofil diduga merupakan prekursor bagi mast cell. Basofilia

meupakan peningkatan jumlah basofil dalam sirkulasi. basofilia pada hewan

domestik dapat terjadi karena hipotirodismus ataupun suntikan estrogen.

Penurunan jumlah sel basofil dalam sirkulasi darah atau basopenia dapat terjadi

karena suntikan corticosteroid pada stadium kebuntingan (Frandson, 1992).

2.2. Agranulosit

2.2.1. Limfosit

Limfosit memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian besar

sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7 sampai

dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya membunuh dan memakan

bakteri masuk ke dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T

dan limfosit B (Handayani, 2008).

Page 7: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

Gambar Limfosit (Hoffbrand, 2006)

Sistem imun tubuh terdiri atas dua komponen utama, yaitu limfosit B dan

limfosit T. Sel B bertanggung jawab atas sintesis antibodi humoral yang

bersirkulasi yang dikenal dengan nama imunoglobulin. Sel T terlibat dalam

berbagai proses imunologik yang diperantarai oleh sel. Imunoglobulin plasma

merupakan imunoglobulin yang disintesis di dalam sel plasma. Sel plasma

merupakan sel khusus turunan sel B yang menyintesis dan menyekresikan

imonoglo-bulin ke dalam plasma sebagai respon terhadap pajanan berbagai

macam antigen (Murray, 2003).

Semua sel darah (limfosit, granulosit,eritrosit dan megakariosit) berasal

dari sejenis sel (stem cell) dalam sumsum tulang. Sebagian dari sel-sel limfosit

yang baru terbentuk dari "stem cells" akan mengalir menuju kelenjar thymus.

Dalam thymus sel-sel limfosit ini akan mengalami semacam proses pematangan

menjadi sel limfosit yang nantinya akan berfungsi dalam reaksi imunitas seluler

(cellular immunity). Sel limfosit yang telah diproses dalam kelenjar thymus ini

dinamakan sel limfosit T. Sel limfosit yang tidak mengalami proses pematangan

dalam kelenjar thymus, mengalami proses pematangan dalam sumsum tulang dan

mungkin dalam kelenjar getah bening. Sel-sel yang disebut terakhir ini setelah

mengalami proses pematangan akan mempunyai kemampuan untuk membentuk

antibodi dalam reaksi imunitas. Sel ini dinamakan sel limfosit B. Sel lomfosit T

dan limfosit B yang baru terbentuk akan mengalir dalam pembuluh darah dan

pembuluh limfe seperti terlihat dalam gambar di bawah ini (Harryadi, 1980).

Page 8: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

Gambar. Bagian sirkulasi limfosit (Harryadi, 1980)

Limfosit merupakan komponen yang beradaptasi dengan sistem imun.

Beberapa bagian limfosit telah dijelaskan dan sel-sel tersebut mengatur

pembentukan antibodi (Feldman, 2000).

Sebagian besar dari sel limfosit (T dan B) akan masuk ke dalam kelenjar

getah bening dan menetap sementara di dalamnya, sedang sebagian lain akan

meninggalkan kelenjar getah bening dan masuk kembali dalam sirkulasi. Begitu

masuk ke dalam kelenjar getah bening sel limfosit ini akan langsung menempati

tempat-tempat yang telah ditentukan untuk masing-masing sel T dan sel B.

Limfosit B akan masuk ke dalam folikel sedang limfosit T menempati daerah

para-cortex dan medulla (Harryadi,1980).

Jika ada antigen masuk ke dalam tubuh kita maka limfosit T juga akan

bertransformasi menjadi imunoblast. Sedangkan pada limfosit B, rangsangan

antigen menyebabkan transformasi sel yang akhirnya menghasilkan sel-sel

plasma. Sel plasma inilah yang membentuk antibodi ("reaksi immunitas

humoral"). Sel plasma yang merupakan produk akhir dari limfosit B tidak lagi

memiliki imunoglobulin pada permukaan selnya. Sel-sel ini juga tidak memiliki

reseptor terhadap komplemen, namun sebaliknya ia memiliki imunoglobulin

intraseluler (intracytoplasmic immunoglobulin).

Limfosit T :

Page 9: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

Limfosit T merupakan ekspresi dari TCR (T-cell Receptor) yang memberikan

antigen yang unik dan spesifik pada sel. Sel limfosit yang belum dewasa

dikeluarkan dari sumsum sehingga mengalami perkembangan dan maturasi dalam

timus. Sel limfosit CD4+ atau CD8+ yang telah dewasa meninggalkan timus dan

menyebar ke jaringan peripheral limfoid, bagian tertentu lymph node paracortex,

splenic periarteriolar lymphoid sheath atau daerah perrifolicular dari hubungan

antara jaringan mukosa dan limfosit. Limfosit T memiliki kebutuhan untuk

aktivasi. Antigen utuh secara umum tidak mampu merangsang sel T. Aktivasi sel

T membutuhkan pengiriman sinyal intrasitoplasmik setelahnya:

• Pengenalan peptide antigen dan residu MHC dari TCR

• Interaksi seluruh APC dan sel T pada permukaan molekul yang lain

• melepaskan costimulatory cytokines APC yang mengikat reseptor

cytokine pada sel T

Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama, kemudian

bermigrasi menuju ke timus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini beredar

dalam darah sampai mereka bertemu dengan antigen-antigen dimana mereka telah

diprogram untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya, sel-sel ini

menghasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan

memberitahu sel-sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi (Handayani,

2008).

Limfosit B :

Limfosit B terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai

menjumpai antigen dimana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada

tahap ini, limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut menjadi sel plasma serta

menghasilkan antibodi (Handayani, 2008). Setiap antibodi bersifat spesifik untuk

antigen tertentu. Hal ini disebabkan oleh struktur unik antibodi yang tersusun atas

asam-asam amino pada bagian yang dapat berubah dari kedua rantai ringan dan

berat. Susunan asam amino tersebut memiliki bentuk yang berbeda untuk setiap

spesifisitas antigen (Guyton, 1983).

Page 10: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

2.2.2. Monosit

Monosit memiliki ukuran yang lebih besar daripada limfosit,

protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik

sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang. Monosit dibentuk di dalam

sumsum tulang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk imatur dan mengalami

proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan. Fungsiya

sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih

(Handayani, 2008).

Gambar Monosit (Handayani, 2008)

Monosit adalah leukosit terbesar yang berdiameter 15 sampai 20 μm dan

berjumlah 3 sampai 9% dari seluruh sel darah putih. Terdapat kesulitan dalam

identifikasi monosit dengan adanya bentuk transisi antara limposit kecil dan besar,

karena terdapat kemiripan satu sama lain. keadaan ini jelas bila mempelajari

sediaan ulas darah sapi. Uraian tentang bentuk transisi akan diberikan pada

pembahasan tiap spesies yang berbeda. Sitoplasma monosit lebih banyak dari

limfosit, dan berwarna biru abu-abu pucat. Sering tampak adanya butir azurofil

halus seperti debu. Inti berbentuk lonjong , seperti ginjal atau mirip tapal kuda,

jelasnya memiliki lekuk cukup dalam. Kromatin inti mengambil warna lebih pucat

dari limfosit. Inti memiliki satu sampai tiga nukleus, tetapi tidak tampak pada

sediaan ulas yang diwarnai. Monosit darah tidak pernah mencapai dewasa penuh

sampai bermigrasi ke luar pembuluh darah masuk jaringan. Selanjutnya dalam

jaringan menjadi makrofag tetap, seperti pada sinusoid hati, sumsum tulang,

Page 11: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

alveoli paru-paru, dan jaringan limfoid. Sering terletak berdekatan dengan endotel

pembuluh darah. Dalam jaringan limfoid sumsum tulang dan sinusoid hati,

makrofag tetap lazimnya melekat pada penjuluran dendritik dari sel retikuler

(Anonim, 2009).

Monoblas adalah sel progenitor yang hampir identik dengan mieloblas,

dilhat dari ciri morfologinya. Diferensiasi selanjutnya menghasilkan promonosit,

yakni suatu sel besar (berdiameter sampai 18 μm) dengan sitoplasma basofilik

dengan sebuah inti besar yang sedikit berlekuk. Kromatinnya jarang dan anak

intinya jelas. Promonosit membelah dua kali dalam perkembangannya menjadi

monosit. Monosit matang memasuki alitran darah, beredar sekitar 8 jam dan

kemudian memasuki jaringan ikat, tempat sel ini mengalami pematangan menjadi

makrofag (Junqueira, 2007).

Makrofag terutama berasal dari sel precursor dari sum-sum tulang, dari

promonosit yang akan membelah menghasilkan monosit yang beredar dalam

darah. Pada tahap kedua monosit berimigrasi kedalam jaringan ikat tempat mereka

menjadi matang dan inilah yang disebut makrofag. Di dalam jaringan makrofag

dapat berproliferasi secara lokal menghasilkan sel sejenis lebih banyak (Effendi,

2003).

Sel-sel sistem makrofag terdapat pada:

1. Jaringan ikat Inggar berupa makrofag atau histiosit

2. Didalam darah berupa monosit

3. Didalam hati melapisi sinusoid dikenal sebagai sel Kupffer

4. Makrofag perivaskuler sinusod limpa, limfonodus, dan sum-sum tulang.

5. Pada susunan syaraf pusat berupa mikroglia yang berasal dari mesoderm.

(Effendi, 2003).

Page 12: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

3. ALAT & BAHAN

a. Alat

– objek gelas

– pipet tetes

– silet

– mikroskop cahaya

b. Bahan

– pewarna giemsa

– methanol

– alkohol 70%

– air suling

– larutan NaCl fisiologis

– buffer posfat pH 6.8-7.8

– oil emersi

– darah mencit putih jantan

4. CARA KERJA

– bersihkan ekor mencit dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol 70%

– potong ekor mencit sepanjang 1 cm, darah tetesan pertama dibuang dan

satu tetes berikutnya diteteskan pada salah satu ujung dari objek gelas

– ratakan dengan ujung objek gelas yang lain dengan membentuk sudut 30°,

lalu tarik dengan cepat dan tekan sama, sehingga diperoleh lapisan darah

yang rata (metoda hapus darah)

– biarkan kering

– tetesi dengan methanol sehingga membasahi seluruh permukaan darah

pada objek gelas, biarkan 5 menit

– tambahkan satu tetes larutan giemsa : buffer posfat pH 6.8-7.8 (1:19),

biarkan 20 menit

Page 13: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

– cuci dengan air suling, keringkan, teteskan 1 emersi oil dan lihat di bawah

mikroskop. Sel yang akan terlihat adalah sel neutrofil batang, neutrofil

sekmen, monosit, limfosit dan eusinofil

– hitung sel fagosit dengan total 100 sel, sehingga masing-masing jenis sel

leukosit dapat ditentukan secara persentase

5. Hasil & Pembahasan

A. Hasil pengamatan

Tabel pengamatan semua kelompok praktikum kelas A

Kel.

Jenis Sel Leukosit

Granulosit Agranulosit

Neutrofil Eusinofil Basofil Limfosit Monosit

1 ~ - - 40 3

2 ~ - 3 60 -

3 ~ - 11 53 -

4 ~ - 6 55 4

5 ~ - - 45 7

Catatan :

~ = jumlah sel tak hingga - = sel tidak terlihat

B. Pembahasan

Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6-8 µm yang berfungsi

membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.

Page 14: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

Gambar sel darah

Jumlah limfosit ditentukan dengan menghitung limfosit yang dapat dilihat pada

setiap 100 sel leukosit . Sehingga sel limfosit total pada pengamatan kelompok

V-A/ Ganjil (ditandai dengan high light abu-abu pada tabel pengamatan) dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini :

Limfosit Total=JumlahSel LeukositPersentasi Limfosit

×Sel Limfosit Terhitung

Limfosit Total=100 sel

20×45 Sel

Limfosit Total=225Sel

Hasil dari limfosit total yang didapat, akan digunakan sebagai pembanding karena

pada pengamatan jumlah sel neutrofil (jenis sel leukosit granulosit) jumlahnya tak

hingga. Jadi pembandingnya sebanyak 225 sel limfosit.

Persen Limfosit=Sel Limfosit Terhitung

Limfosit Total×100 persen

Persen Limfosit=45Sel225 Sel

×100 persen

Persen Limfosit=20Persen

Neutrofil memiliki nukleus yang terdiri dari tiga samapi lima lobus. Sel-sel ini

berukuran sekitar 8 µm dalam keadaan segar. Neutrofil bersifat fagosit dengan

cara masuk ke jaringan yang terinfeksi.

Dalam diktat penuntun praktikum Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, range/ jarak

persentasi untuk sel neutrofil sebesar 60-70%. Pada perhitungan dibawah ini

Page 15: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

menggunakan batas maksimum neutrofil dengan menggunakan persamaan

dibawah ini.

Neutrofil Total=PersenNeutrofil×Sel Limfosit Total

Neutrofil Total=70100

×225Sel

Neutrofil Total=157.5 Sel dianggapmenjadi 157 Sel

Sel neutrofil total dalam perhitungan didapat sebanyak 157,5 sel. Disederhanakan

menjadi 157 sel karena dihitung sel yang bulat (keadaan sempurna) bukan dalam

kondisi separoh/ setengah.

Kemudian untuk menentukan persen neutrofil dihitung menggunakan persamaan

dibawah ini.

PersenNeutrofil=Sel Neutrofil Terhitung

Limfosit Total×100 persen

PersenNeutrofil=∞Sel

225Sel×100 persen

PersenNeutrofil=∞

Persen neutrofil tidak didapatkan karena dalam pengamatan jumlah sel neutrofil

terhitung terlalu banyak/ sulit dihitung (jumlahnya tak hingga) sehingga dalam

perhitungan kali ini besar persentasi didapat tidak bisa ditafsirkan.

Monosit memiliki satu nukleus besar dan berbentuk bulat telur atau seperti ginjal.

Diameter monosit berukuran 9-12 µm. Monosit dapat berpindah dari aliran darah

ke jaringan . Di dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit menjadi

makrofag. Makrofag ini bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama,

paling efektif, dan berumur panjang.

Sel monosit merupakan jenis leukosit agranulosit. Perhitungan monosit total

menggunakan persamaan di bawah ini dengan persentasi 34%.

Monosit Total=Persen Monosit×Sel Limfosit Total

Monosit Total=34100

×225 Sel

Monosit Total=76.5Sel dianggapmenjadi 76Sel

Sel monosit total dalam perhitungan didapat sebanyak 76,5 sel. Disederhanakan

Page 16: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

menjadi 76 sel karena dihitung sel yang bulat (keadaan sempurna) bukan dalam

kondisi separoh/ setengah.

Kemudian untuk menentukan persen neutrofil dihitung menggunakan persamaan

dibawah ini.

PersenMonosit=Sel Monosit Terhitung

Limfosit Total×100 persen

PersenMonosit=7 Sel

225 Sel×100 persen

PersenMonosit=3.11Persen

Persen didapatkan pada percobaan kali ini sebesar 3.11 % masuk pada range

normal.

Tabel batas normal hitung jenis sel leukosit (Hari Saktiningsih, S.Pd.Bio Juni

2012 diposkan di http://aaknasional.wordpress.com)

Jenis Nilai normal

Basofil 0-1 %

Eosinofil 1-3%

Neutrofil batang 1-5 %

Neutrofil segmen 50-70 %

Limfosit 20-40%

Monosit 2-8%

6. KESIMPULAN

– Dari pengamatan yang dilakukan perhitungan jumlah sel limfosit total,

neutrofil total, sel monosit total dan persen sel monosit berturut-turut

sebesar 225 sel, 157 sel, 76 sel dan 3.11 % (normal).

Page 17: Cover Laporan Imunologi Jumlah sel leukosit.pdf

DAFTAR PUSTAKA

– Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9.

Jakarta: EGC: 543-45; 1265-69.

– Aryulina, Ph.D, Diah dkk. 2004. Biologi SMA. Jakarta: esis, 112-113.

– Farhana, Nur. 2001. Hubungan Pemberian Beras Angkak Merah

(Monascus purpureus) Terhadap Hitung Limfosit Pada MENCIT Balb/C

Model Sepsis. Skripsi FK Universitas Sebelas Maret .Surakarta.

– Dian Natalia Eka Saputri, Awik Puji Dyah N, S.si, M.si, Dra. Nurlita

Abdulgani, M.si. 2011. JUMLAH TOTAL DAN DIFERENSIAL

LEUKOSIT MENCIT (Mus Musculus) PADA EVALUASI IN VIVO

ANTIKANKER EKSTRAK SPONS LAUT Aaptos Suberitoides .Program

Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo: Surabaya.

– http://aaknasional.wordpress.com/2012/06/09/leukosit/