Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

11
LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI CROSS MATCHING (RUTIN) OLEH : NUR ALIMIN [0901037] KELOMPOK II-A/ GANJIL TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 22 NOVEMBER 2012 DOSEN PEMBIMBING: ADRIANI SUSANTY, M.Farm.,Apt. ASISTEN : ALFIONITA SERAGIH ONA SISCANOVA SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PEKANBARU 2012

description

Imunologi

Transcript of Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

Page 1: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI

CROSS MATCHING (RUTIN)

OLEH :

NUR ALIMIN [0901037]

KELOMPOK II-A/ GANJIL

TANGGAL PRAKTIKUM :

KAMIS, 22 NOVEMBER 2012

DOSEN PEMBIMBING:

ADRIANI SUSANTY, M.Farm.,Apt.

ASISTEN :

ALFIONITA SERAGIH

ONA SISCANOVA

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

PEKANBARU

2012

Page 2: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

CROSS MATCHING (RUTIN)

1. TUJUAN PERCOBAAN

– Untuk memastikan ada atau tidaknya allo-antibodi pada darah resipien

yang akan bereaksi dengan darah donor bila ditransfusikan atau

sebaliknya

– Untuk menentukan cocok tidaknya darah donor dengan darah

penerima untuk persiapan transfusi darah.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis

darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah

berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar

disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel

darah merah.

Singkatnya berdasarkan panduan dari apa yang telah dilakukan oleh

Landsteiner, pada 1907 sejarah mencatat kesuksesan transfusi darah pertama yang

dilakukan oleh Dr. Reuben Ottenberg di Mt. Sinai Hospital, New York.

Berkat keahlian Landsteiner pula banyak nyawa dapat diselamatkan dari

kematian saat terjadi Perang Dunia I, dimana transfusi darah dalam skala lebih

besar mulai dilakukan. Kemudian, Karl Landsteiner memperoleh penghargaan

Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya

menemukan cara penggolongan darah ABO.

Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan

resipien (penerima) adalah sangat penting. Darah donor dan resipien harus sesuai

golongannya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor.

Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan

reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok,

dan kematian. Hemolisis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin

akan terpisah dari eritrosit.

Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif.

Page 3: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi perang.

Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari

donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus

negatif termasuk minoritas.

Uji silang serasi (Crossmatch) digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

antibodi, baik antibodi komplet (IgM) maupun antibodi inkomplet (IgG) yang

terdapat dalam serum atau plasma pasien (resipien) maupun dalam plasma donor,

memastikan bahwa transfusi darah yang diberikan sesuai atau kompatibel dan

tidak menimbulkan reaksi apapun pada pasien serta sel-sel darah dapat mencapai

masa hidup maksimum setelah diberikan serta cek akhir uji kecocokan golongan

darah ABO. Pemeriksaan ini dilakukan dalam tiga fase serta dilakukan pula uji

validitas. Fase I ini dapat mendeteksi: Antibodi komplet (IgM /Antibodi dingin),

seperti : anti-A, anti-B (ketidakcocokan pada penetapan golongan darah ABO

serta adanya antibodi komplet lain seperti: anti-M, anti- Lewis, anti-N, anti-P1,

anti-A1, anti-H, anti-I). Pada fase II, antibodi inkomplet dapat mengikat sel darah

merah, sehingga pada fase III dengan bantuan penambahan Coombs serum terjadi

reaksi positip, contohnya : anti-D, anti-E, anti-e, anti-C, anti-c, anti-Kell,

anti-Kidd, anti-S. Pada fase III, semua antibodi inkomplet yang terikat pada sel

darah merah di fase II akan beraglutinasi (positif) setelah penambahan Anti

Human Globulin (Coomb’s serum), contoh : anti-Fya , anti-Fyb, anti-Kell,

anti-Rhesus.

Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase 1 sampai fase 3 tidak

menunjukkan reaksi aglutinasi dan atau hemolisis, hasil diinterpretasikan

kompatibel (cocok). Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase 1 sampai fase 3

menunjukkan adanya reaksi aglutinasi dan atau hemolisis, hasil diinterpretasikan

inkompatibel (tidak cocok). Inkompatibel pada major crossmatch maka darah

donor tidak dapat diberikan kepada pasien. Untuk UTD/ Bank darah yang sudah

mempunyai sel panel dapat melakukan skrining dan identifikasi antibodi terhadap

darah pasien, kemudian baru mencari darah donor yang sesuai dengan darah

pasien tersebut. Inkompatibel pada minor crossmatch maka darah donor masih

Page 4: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

dapat diberikan kepada pasien (Packed Red Cell). Bagi UTD yang sudah

mempunyai sel panel dan sudah melakukan skrining darah donor terhadap allo

antibodi, maka pemeriksaan minor test tidak perlu dilakukan lagi. Hasil positif

atau negatif palsu pada pemeriksaan crossmatch dapat dihindari dengan cara yaitu

menggunakan saline yang bersih, jernih, tidak bewarna dan tidak terkontaminasi

dengan serum, suhu inkubator harus 37°C serta waktu inkubasi harus tepat.

Gambar : Skema penentuan kompatibilitas uji crossmacth sederhana

Kondisi-kondisi berikut ini berhubungan dengan hasil yang mungkin

didapatkan pada pemeriksaan pre transfusi :

Skrining Antibodi Negatif dan Uji Silang Serasi sistem sentrifugasi inkompatibel ;

kemungkinan bisa disebabkan karena :

✔ Kesalahan mendeteksi golongan darah donor sistem ABO pada fase

sebelumnya bisa karena kesalahan saat pemeriksaan maupun saat

pemberian label pada kantong darah.

Page 5: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

✔ Kesalahan mendeteksi golongan darah donor sistem ABO karena memang

tidak terdeteksinya Antigen yang lemah pada sel darah merahnya.

✔ Sel darah merah donor tergolong sel yang cenderung mengalami

poliaglutinasi

✔ Adanya Anti-A1 pada serum resipien

✔ Alloantibodi lain (seperti Anti-M) yang sangat mungkin reaktif hanya

pada suhu kamar

✔ Formasi Reuleoux

✔ Autoantibodi Dingin (anti-I), terutama jika sentrifugasi tidak dilakukan

sempurna dan skrining antibodi juga meragukan.

Skrining Antibodi Negatif disertai inkompatibilitas uji silang serasi tahap

antiglobulin ; keadaan-keadaan yang beresiko menyebabkan hal ini :

✔ Sel darah merah donor memiliki hasil tes antiglobulin direk yang positif

✔ Terjadi reaksi antibodi oleh sel darah merah resipien yang memiliki

antigen khusus pada dosis terapi (misal Rh, Kidd, Duffy, dan MN)

✔ Reaksi antibodi resipien oleh suatu antigen pada sel darah merah donor

yang jarang ditemukan

✔ Adanya aliran antibodi pasif dari proses transfusi sebelumnya meskipun

pada transfusi tersebut hasil uji silangnya adalah kompatible

✔ Adanya Auto-Anti-IH

✔ Adanya Anti-LebH.

✔ Adanya Antibodi dependen pada diluent sel regeansia

✔ Adanya antibodi heterozigot pada serum resipien

✔ Alloantibodi yang berlebihan pada serum resipien

Page 6: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

Beberapa Kondisi yang berhubungan dengan Inkompatibilitas darah Janin dan Ibu

sistem ABO :

✔ Inkompatibilitas pada golongan darah ABO terjadi jika: Ibu golongan

darah O mengandung janin golongan darah A atau B

✔ Golongan darah ABO yang memiliki ibu golongan O dan janinnya A atau

B ada 15-20 %. Namun insiden inkompatibilitas ABO: 3 %.

✔ Hemolisis pada ABO jarang karena antibodi ibu alamiah. Janin yang

sampai harus ditransfusi tukar ada 1 dari 1000-4000 kehamilan

inkompatibilitas

✔ Frekuensi terjadinya pada kehamilan pertama sama besar resikonya

dibandingkan dengan kehamilan berikutnya.

Beberapa hal terkait hemolisis sistem Rhesus :

✔ Hemolisis yaitu hancurnya/ destruksi sel darah merah janin karena reaksi

antigen antibodi. Pada bayi tanpa komplemen

✔ Pada sistem Rhesus terjadi Iso imunisasi Rhesus, yaitu ditemukannya

antigen D dari eritrosit janin yang masuk ke sirkulasi darah ibu Rh negatip

✔ Destruksi oleh anti-D dapat dilihat dari darah yang telah dilabel dengan Cr

51, yang dapat diikuti hemolisis ekstra vaskularnya sampai Lien

✔ Kecepatan penghancuran tergantung dari jumlah anti-D dan kapasitas RES

(Hati dan Lien)

Hal-hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan hemolisis sistem ABO :

✔ Ibu golongan darah O dapat membentuk anti-A dan anti-B

✔ Destruksi pada eritrosit janin bergolongan darah A atau B tergantung dari

kekuatan antigen A dalam eritrosit

✔ Hemolisis pada sistem ABO terjadi pada bayi baru lahir. Bayi berwarna

kuning, karena bilirubin manifes ke kulit. Berat ringannya bayi kuning

tergantung dari kadar IgG

Page 7: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

✔ Ciri khas destruksi: Mikro sferositosis menyebabkan fragil osmotik,

volume sel kecil, protein lipid membran sedikit sehingga aglutinasi mudah

terjadi

3. ALAT & BAHAN

a. Alat

– tabung reaksi 10 ml

– rak tabung reaksi

– sentrifuse

– pipet tetes

– inkubator

b. Bahan

– bovine albumin

– reagen Comb

– darah resipien

– darah donor

– NaCl fisiologis (cairan saline)

4. CARA KERJA

– tahap mayor : 2 tetes serum resipien albumin ditambah 1 tetes eritrosit 5%

donor, kemudian ditambahkan lagi 2 tetes bonvine albumin

– tahap minor : 2 tetes serum donor albumin ditambah 1 tetes eritrosit 5%

resipien, kemudian ditambahkan lagi 2 tetes bonvine albumin

– aduk masing-masing tahap, tahap mayor dan tahap minor, lalu sentrifugasi

pada kecepatan 1000 rpm selama satu menit

– amati hasilnya (bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut inkompatibel,

pengujian tidak perlu dilanjutkan, dan bila reaksi negatif, reaksi

dilanjutkan)

Page 8: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

– inkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit, lalu disentrifugasi lagi pada

kecepatan 1000 rpm selama satu menit

– amati hasilnya (bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut inkompatibel,

pengujian tidak perlu dilanjutkan, dan bila reaksi negatif, reaksi

dilanjutkan)

– cuci dengan larutan NaCl fisiologis sebanyak 3-4 kali.

5. Hasil & Pembahasan

A. Hasil pengamatan

Tabel pengamatan uji crossmatch kelompok praktikum ganjil

No./Kel.Variabel Mayor Variabel Minor Hasil pengamatan

Hasil yangdiharapkan

I II*Sera R Erit D Sera D Erit R I II*

1 X Y Y X [+] [+] [-] [-]

2 Y X X Y [+] [+] [-] [+]

3 Y Y Y Y [+] [+] [+] [-]

4 Y X X Y [+] [+] [-] [+]Catatan :Hasil [+] = menggumpal atau terjadi reaksi aglutinasi Hasil [-] = tidak menggumpal atau tidak terjadi reaksi aglutinasi Sera R = sera resipienSera D = sera donorErit R = suspensi eritrosit 5% resipienErit D = suspensi eritrosit 5% donorII* = pada percobaan kedua, digunakan sera yang sama pada semua

kelompok perlakuan.

B. Pembahasan

Pada percobaan kali ini, uji silang serasi (Crossmatch) digunakan untuk

mendeteksi ada tidaknya antibodi, baik antibodi komplet (IgM) maupun antibodi

inkomplet (IgG) yang terdapat dalam serum atau plasma pasien (resipien) maupun

dalam plasma donor, memastikan bahwa transfusi darah yang diberikan sesuai

atau kompatibel dan tidak menimbulkan reaksi apapun pada pasien serta sel-sel

darah dapat mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan.

Page 9: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

Penafsiran:

➢ Bila aglutinasi dan hemolisis negatif [-] maka darah dapat ditransfusikan

➢ Bila aglutinasi dan hemolisis positif [+] maka darah tidak dapat

ditransfusikan (tidak cocok).

Menurut Gantini, walaupun golongan darah donor dan pasien sama,

ternyata dapat terjadi ketidakcocokan (inkompatibilitas) pada uji silang serasi

(crossmatch).

Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibodi

kelas IgM yang kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen

yang relevan secara nyata, tetapi antibodi yang lemah sulit dideteksi. Banyak

antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi

itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama

menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eritrosit.

Tahapan selanjutnya, sel eritrosit dan serum kemudian diinkubasi selama

15 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu

ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan

eritrosit donor maka terjadi gumpalan, pengamatan dengan marking [+]/ positif

aglutinasi, yang artinya inkompatibel (tidak cocok).

Pada percobaan kelompok II (tabel dengan grey light) dapat diperkirakan

golongan darahnya berdasarkan reaksi aglutinasi, baik tabung mayor dan

minor-nya menurut tabel dibawah ini :

\EritrositSera \

A B AB O

A [-] [+] [+] [-]

B [+] [-] [+] [-]

AB [-] [-] [-] [-]

O [+] [+] [+] [-]Keterangan :Hasil [+] = menggumpal atau terjadi reaksi aglutinasi Hasil [-] = tidak menggumpal atau tidak terjadi reaksi aglutinasi

Cara pembacaan hasil pengamatan dengan tabel ini yaitu dengan

melakukan kecocokan kolom dan baris, misalnya untuk uji tabung mayor

Page 10: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

kelompok II A/ ganjil dengan variabel sera resipien Y dan variabel eritrosit 5% X

selama pengamatan terjadi aglutinasi [+], berarti bila sera resipien A maka untuk

eritrosit 5% X adalah B dan AB, karena golongan darah B dan AB akan

teraglutinasi dengan adanya antibodi A. begitu seterusnya dalam penentuan

variabel X dan Y dalam menentukan kompatibilitas berdasarkan reaksi aglutinasi

yang terjadi.

6. KESIMPULAN

– Menurut Gantini, walaupun golongan darah donor dan pasien sama,

ternyata dapat terjadi ketidakcocokan (inkompatibilitas) pada uji silang

serasi (crossmatch). Dan pada percobaan kali ini, pada semua kelompok

perlakuan mengalami aglutinasi selama pengamatan, padahal perancangan

uji crossmacth kali ini hanya pada violet light saja (pada tabel

pengamatan).

– Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan kali ini adalah

kerusakan pada suspensi eritrosit, karena eritrosit yang digunakan

merupakan hasil percobaan minggu sebelumnya. Kerusakan eritrosit juga

bisa mungkin disebabkan karena suhu penyimpanan yang tidak sesuai,

masa hidup dari sel darah merah, ataupun pemberian pengawet selama

pemurnian tidak diberikan untuk memberi masa hidup yang lebih lama.

Page 11: Cover Laporan Imunologi Crossmatch.pdf

DAFTAR PUSTAKA

– Gantini , Ria Syafitri Evi. 2004. Analisis berbagai kasus inkompatibilitas

pada transfusi darah. Tesis. Perpustakaan Universitas Indonesia; Jakarta..

– Anonim. 2011. Uji Silang Serasi (CrossMatch) I & Uji Silang Serasi

(CrossMatch) II. Laboratorium Poltekkes Denpasar ; Bali.16; 23 Maret.

– http://labku1rskd.wordpress.com/tag/crossmatch-reaksi-silang-serasi/

posted; 13 Februari 2012 diakses tanggal 25 November 2012.

– http://ocw.tufts.edu/Content/38/lecturenotes/427478/427508

diakses tanggal 25 November 2012

– http://kabeemkoe.wordpress.com/tag/darah/

posted; 18 Juni 2011 diakses tanggal 27 November 2012