CORONAVIRUS-virologi
description
Transcript of CORONAVIRUS-virologi
CORONAVIRUS
1) Pendahuluan
Coronavirus merupakan virus RNA beramplop besar. Coronavirus adalah
virus yang umumnya menyerang manusia maupun hewan secara sadar atau
tidak sadar. Pada manusia, coronavirus biasanya menyerang saluran
pernapasan, sehingga dapat menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan
atas mulai dari infeksi saluran pernapasan ringan sampai infeksi saluran
pernapasan sedang. Coronavirus pada manusia juga dapat menyebabkan
salesma dan berimplikasi dalam gastroenteritus pada bayi. Sedangkan pada
hewan atau sejumlah kecil spesies yang sejenis. Coronavirus pada hewan
yang lebih rendah menetap sebagai infeksi persisten pada inang alami
mereka.
Coronavirus sendiri diberi nama seperti itu karena pada bagian tubuhnya
virus ini memiliki ujung seperti mahkota paku pada permukaannya.
Coronavirus pada manusia, pertama kali diidentifikasi pada pertengahan
tahun 1960. Ada lima jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
yaitu Alpha coronavirus 229E dan NL63, Beta coronavirus OC43, HKU1, da
SARS-COV. Kelima jenis coronavirus ini dapat menyebabkan sindrom dapat
menginfeksi hewan, termasuk monyet, anjing, dan hewan pengerat. Pada
kenyataannya, virus-virus manusia sulit dibiakkan sehingga penentuan ciri
khas menjadi sulit dilakukan.
2) Morfologi dan Sifat
Coronavirus berupa partikel yang beramplop dengan ukuran 80-220 nm
dan mengandung suatu genom yang tidak bersegmen dari RNA positif –
sense untai tunggal (20-30 kb ; BM 5-6 x 106). Genom tersebut merupakan
genom terbesar diantara virus-virus RNA. RNA genom yang diisolasi bersifat
infeksius.
Coronavirus memiliki nukleokapsid heliks yang berdiameter 9-11 nm.
Pada virus ini terdapat proyeksi berbentuk gada dengan panjang 20 nm dan
terlihat seperti kelopak bunga yang berjarak lebar pada permukaan luar
amplop yang menggambarkan corona matahari. Protein struktural virus
termasuk suatu nukleokapsid (N) terforforilasi yang berukuran 50-60 kDa.
Terdapat pula protein membran (M) yang berukuran 20-30 kDa yang
berperan sebagai protein matriks. Dimana protein ini terpancang dalam dua
lapisan lipid amplop dan berinteraksi dengan nukleokapsid dan glikoprotein
spike/ duri (180-200 kDa) yang membentuk peplomer seperti kelopak bunga.
Beberapa virus yang yang termasuk coronavirus manusia OC43 mengandung
suatu glikoprotein yang menyebabkan hemaaglutinasi dan mempunyai
aktivitas asetil esterase.
Berikut ini merupakan sifat-sifat penting dari coronavirus, diantaranya:
a. Virion : berbentuk bulat dengan diameter 80-220 nm dan
mempunyai nukleokapsid heliks
b. Genom : RNA untai tunggal, lurus, tidak bersegmen, positif sense,
20-30 kb, BM 50-60 juta, bertutup dan terpoliadenilasi
infeksius
c. Protein : dua glikoprotein dan satu fosfoprotein
d. Amplop : mengandung duri-duri seperti gada, terlihat seperti
kelopak bunga, besar dan berjarak
e. Replikasi : sitoplasma; partikel matur melalui penuntasan dalam
retikulum endoplasma dan golgi
f. Ciri khas : menunjukkan rekombinasi yang sangat tinggi dan sulit
tumbuh dalam biakan sel serta merangsang fusi sel dengan
perantara glikoprotein S pH 6,5 atau lebih
3) Cara Penularan
Cara coronavirus menyebar ke manusia belum banyak diteliti dan
diketahui. Namun besar kemungkinan, coronavirus pada manusia menyebar
melalui orang yang sudah terinfeksi kepada orang lain dengan:
Udara (melalui batuk dan bersin)
Kontak pribadi yang dekat (seperti saling bersentuhan atau berjabat
tangan)
Menyentuh benda atau barang yang sudah terkontaminasi coronavirus
kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata
Tinja yang terinfeksi menyebar ke udara dan orang yang menghirup udara
yang tercemar ini dapat terinfeksi juga
Hewan sebagai penyebar potensial
Peneliti mempelajari, dengan mengenali sumber penularan sangat penting
dan membantu untuk melakukan pencegahan terhadap penularan virus yang
dimaksudkan.
4) Patogenesis
Coronavirus cenderung sangat spesifik-spesies. Sedikit diketahui tentang
patogenesis penyakit akibat coronavirus yang menyerang manusia.
Coronavirus pada manusia biasanya terbatas pada saluran pernapasan atas.
Virus ini masuk ke tubuh dengan tiga tahapan yaitu replikasi virus,
hiperaktif kekebalan tubuh dan kerusakan paru. Kerusakan paru yang terjadi
telah dikaitkan dengan kerusakan alveolar virus difus, proliferasi sel epitel
dan peningkatan makrofag. Multinukleat infiltrat dari makrofag ataupun
epitel telah dikaitkan dengan pembentukan sinsitium seperti diduga sebagai
karakteristik dari infeksi coronavirus.
Selain pada saluran pernapasan, coronavirus dapat menyebabkan
gastrointestinal atrofi limpa, limfadenopati maupun diare. Coronavirus
beremplikasi di enterosit dengan gangguan minimal dari arsitektur usus.
Adalagi yang memiliki peran patogenesis pada coronavirus yaitu sitokin
proinflamasi oleh makrofag dirangsang di alveoli. Infeksi makrofag pada
coronavirus secara in vitro menyebabkan inisiasi replikasi virus dan sintesis
protein virus, tapi replikasi dan tidak ada partikel virus yang dihasilkan.
Pada 10 hari pertama, tubuh melakukan penghindaran kekebalan tubuh
dengan coronavirus. Kurangnya respon IFN-β dalam sel coronavirus
terinfeksi telah dilaporkan secara in vitro menggunakan sel myeloid yang
diturunkan dendritik dan sel epitel.
Glikoprotein dari coronavirus adalah protein fusi virus kelas I yang
menengahi virus mengikat dan fusi yang memungkinkan virus untuk
memasuki sel inang. Seperti protein kelas I fusi lainnya, glikoprotein dari
coronavirus berisi dua domain fungsional, yaitu S1 dan S2. Virus
diperkirakan masuk ke dalam sel dengan mengikat reseptor seluler, masuk ke
sel oleh endositosis dan pembelahan virus oleh protease seluler cathepsin-L
menyebabkan penataan S1 dan S2 subunit menghasut virus dan membran fusi
menyetorkan virus tersebut (genom/nukleokapsid) ke dalam sitoplasma
dimana terjadi replikasi.
5) Respon Imun
Peran respon imun terhadap infeksi coronavirus dalam pemberantasan
virusnya ditandai dengan baik. Antibodi (respon kekebalan tubuh) yaang
dimediasi sel yang diperlukan untuk melindungi terhadap infeksi coronavirus,
yaitu CD8 dan CD4 sel T bertanggung jawab untuk memberantas virus
selama infeksi akut.
Sel CD8 epitop spesifiknya sebelum infeksi, mengurangi replikasi virus
dan penyebaran antigen virus selama infeksi akut. Secara signifikan, CD8
menurunkan jumlah demielinisasi yang dikembangkan 4 minggu setelah
infeksi.
CD8 telah diidentifikasi dalam protein nukleokapsid dan CD4 telah
diidentifikasi di spike dan nukleokapsid. Virus dibersihkan oleh respon imun
yang diperantarai sel dengan tidak adanya sel-sel B. Antibodi sangatlah
penting untuk mencegah timbulnya kembali virus setelah sel T dimediasi.
Imunitas terhadap antigen projeksi permukaan lebih penting untuk
perlindungan. Resistensi pada reinfeksi bisa berlangsung beberapa tahun
namun pada reinfeksi dengan strain yang sama dapat sering terjadi.
6) Gambaran Klinis
Beberapa gejala yang diakibatkan oleh coronavirus adalah demam, batuk,
napas yang pendek-pendek, dan flu. Namun terkadang, demam baru muncul
setelah coronavirus menjadi infeksi saluran pernapasan berat.
Mula-mula, gejalanya seperti flu biasa namun mencakup demam, batuk,
myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, radang tenggorokan dan gejala
nonspesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering muncul dan sering
dialami penderitanya adalah demam di atas 38 oC dan meluas hingga ke sesak
napas. Gejala ini muncul biasanya 2-10 hari setelah terekspos, namun pada
kebanyakan kasus gejala ini hanya berlangsung selama 2-5 hari dan biasanya
berakhir sekitar satu minggu.
Infeksi coronavirus yang menyerang anak-anak penderita asma dapat
mengalami serangan mengi (wheezing) dan penyakit paru-paru kronis pada
orang dewasa dapat mengalami eksaserbasi gejala pernapasan.
Tanda-tanda fisik awalnya tidak begitu jelas atau kelihatan. Namun,
setelah mencapai infeksi berat, tachypnea, lethargym crackle pada
auscultation terlihat dengan jelas.
Infeksi coronavirus seperti infeksi pernapasan akut berat dapat terjadi
pneumonia, perikarditis dan pula menyerang saluran percernaan hingga
menimbulkan diare bahkan gagal ginjal. Kaitannya dengan sel darah, limfosit
dan atau trombosit penderita akan menurun jumlahnya.
7) Pemeriksaan Laboratorium
a. Bahan pemeriksaan
Jenis pemeriksaan
- Pemeriksaan langsung
Menggunakan bahan pemeriksaan saluran pernapasan dan feses
- Isolasi dan identifikasi virus
Menggunakan bahan pemeriksaan biakan sel saraf
- Serologi
Menggunakan bahan pemeriksaan serum
Cara pengambilan bahan pemeriksaan
- Pengambilan darah vena
1) Siapkan peralatan sampling: spuit, tourniquet, plester, tabung
vakum, dan kapas alcohol 70%
2) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah,
usahakan pasien senyaman mungkin. Misalnya: senyum,
salam, menanyakan keadaan pasien, dll
3) Identifikasi ulang pasien dengan benar sesuai dengan data
formulir permintaan
4) Verifikasi ulang keadaan pasien, misalnya puasa atau
konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak
puasa dsb
5) Minta pasien meluruskan lengannya
6) Minta pasien mengepalkan tangan
7) Pasang tali pembendung (tourniquet) kira-kira 10 cm diatas
lipat siku
8) Pilih bagian vena median cubital atau cephalis. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba
seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal
9) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi
10) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap
keatas. Jika jarum telah masuk kedalam vena, akan terlihat
darah masuk ke jarum biarkan darah mengalir. Lalu lepaskan
tourniquet.
11) Setelah volume darah dianggap cukup, minta pasien
membuka kepalan tangannya
12) Letakkan kapas ditempat suntikan lalu segela lepaskan/tarik
jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu diplester
13) Jangan lupa beri etiket/label pada spuit (meliputi: nama,
umur, NRM)
14) Setelah selesai jelaskan pada pasien waktu pengambilan hasil
dan ucapkan terima kasih
- Pengambilan feses
1) Siapkan peralatan yaitu wadah fispot dan kertas karton bersih
2) Beritahu pasien bahwa wadah fispot digunakan untuk
menampung feses
3) Terlebih dahulu letakkan kertas karton diletakkan di lantai
sebagai alas supaya feses yang akan keluar tidak mengotori
lantai
4) Letakkan wadah fispot di atas kertas
5) Kemudian biarkan pasien BAB di atas wadah fispot itu,
jangan tercampur dengan urine
6) Usahakan wadah fispot yang digunakan memiliki mulut yang
lebar
7) Apabila pasien sudah selesai BAB, segera tutup wadah
fispotnya
8) Beri etiket/label pada wadah fispotnya (meliputi: nama,
umur, NRM)
9) Ucapkan terima kasih
- Biakan sel saraf
Isolasi menggunakan biaka sel saraf masih sangat sulit.
Laboratorium penelitian telah berusaha melakukan tetapi
metodenya tidak dipakai secara umum.
- Pengambilan sputum
1) Siapkan peralatan yaitu pot sputum
2) Berikan penjelasan kepada pasien bahwa pasien akan diambil
sputum/dahaknya
3) Terlebih dahulu, pasien kumur-kumur dengan air biasa
4) Setelah itu minta pasien untuk menarik napas dalam-dalam
kemudian keluarkan dahaknya
5) Tampung di pot sputum dan tutup rapat
6) Beri label/etiket (meliputi: nama, umur, NRM)
7) Ucapkan terima kasih
8) Apabila pasien susah mengeluarkan dahaknya, dapat dibantu
nebulasi dengan NaCl 3 %
Cara pengolahan
Serum dari darah vena
1) Darah yang sudah didapatkan dituangkan ke dalam tabung
reaksi biarkan membeku ± 30 menit
2) Setelah darah membeku, putar darah yang beku tersebut
menggunakan sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama
5-15 menit
3) Pisahkan serum dari darah
4) Serum siap digunakan untuk pemeriksaan
Feses dan sputum
1) Tidak perlu dilakukan pengolahan khusus, karena bahan
pemeriksaan langsung digunakan dalam pemeriksaan
Cara pengiriman
1) Spesimen yang telah didapatkan, harus segera dikirimkan ke
laboratorium
2) Pastikan identitas pasien pada etiket/label sesuai dengan formulir
permintaan pasien
3) Untuk spesimen sputum harus sudah sampai di laboratorium < 4
jam
4) Untuk spesimen serum harus sudah sampai di laboratorium < 2
jam
5) Untuk spesimen feses harus sudah sampai di laboratorium < 1 jam
Stabilitas penyimpanan bahan pemeriksaan
Serum
1) 4 jam pada suhu 2-8 oC atau 18-24 oC
2) 2 minggu pada suhu -20 oC
3) 6 bulan pada suhu -70 oC
b. Metode pemeriksaan
Jenis pemeriksaan yang sering dilakukan
- Pemeriksaan langsung
Kelebihan
1) Coronavirus enterik dapat terdeteksi dengan pemeriksaan
sampel feses melalui mikroskop elektron
2) Asam nukleat dapat terdeteksi dalam sampel sekresi
pernapasan dan dalam bentuk feses dengan pengujian
secara PCR
Kekurangan
1) Kesediaan alat PCR dan mikroskop elektron masih sulit
2) Pembiayaannya mahal
- Pemeriksaan serologi
Kelebihan
1) Dapat menggunakan tes ELISA dan hemaaglutinasi
2) Infeksi oleh strain 229E dimungkinkan dengan
menggunakan tes hemaaglutinasi karena sel darah merah
yang diselubungi oleh antigen coronavirus diaglutinasi
oleh sera yang mengandung antibodi
Kekurangan
1) Infeksi oleh strain lait kecuali sulit terdeteksi
2) Sera masa akut dan masa pentembuhan hanya satu-
satunya dasar untuk memastikan infeksi coronavirus
Metode yang lazim digunakan
Metode yang lazim digunakan untuk mendeteksi coronavirus adalah
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay)
Prinsip metode ELISA
Antibodi yang terdapat di dalam serum dimasukkan dalam antigen
yang sudah difiksasi pada plat mikrotiter diinkubasi pada waktu yang
sudah ditentukan dan plat mikrotiternya dicuci untuk menghilang
antibodi yang berlebih. Kemudian ditambahkan ke plat mikrotiter
antibodi anti spesies yang dikonjugasi dengan enzim. Aktivitas enzim
ditentukan setelah ditambahkan substrat chromogenic spesifik.
Intensitas warna dari reaksi yang terjadi sesuai dengan jumlah substrat
yang didegradasi dan sebanding dengan jumlah antibodi yang terdapat
dalam serum.
Teknik pemeriksaan
- Alat
1) Mikroplat
2) Mikropipet
3) Tip (blue tip/yellow tip)
4) Waterbath
5) Sentrifuge
6) Container plastik
7) Wadah pembuangan limbah
- Reagen
1) Phosphate buffered salin (PBS)
Dapat dibuat dengan NaCl (80 gr), Na2HPO12H2O (11,33
gr), KH2PO4 (2 gr) dan air destilata sampai menjadi volume 1
liter. Autoclave 120 oC selama 20 menit dan didelusi 1/10
sebelum digunakan
2) Larutan PBS-susu
Larutan ini tidak dibuat dengan menambahkan bubuk susu
skimmed ke dalam buffer pencuci PBS dengan konsentrasi 5
% untuk menghindari terjadinya kontaminasi perlu
ditambahkan merthiolate sampai konsentrasi akhir mencapai
0,2 %
3) Konjugat
Banyak perusahaan menyediakan antibodi IgM anti human
yang dipasangkan dengan peroksidase kemudian diencerkan
1/500 atau disesuaikan berdasarkan hasil titrasi blok (buffer
susu PBS) sebelum digunakan
4) Komponen substrat
Substrat yang sering digunakan adalah 2,2 bis azin (3-ethyl
benzilpthia zoine 6-sulforic acid) dalam bentuk garam
ammonium. Larutan stek dibuat dengan melarutkan 0,219 gr
ke dalam 10 ml air destilata.
Buffer sulfat terdiri dari sodium acetat (13,6 gr), HaH2PO4
(6,9 gr), ditambahkan air sampai volume 1 liter. Autoclave
pada 100 oC.
- Prosedur kerja
Mempersiapkan antigen
1) Gunakan kultur virus. Tambahkan formaldehyd sampai
konsentrasi akhir 0,2 % dan biarkan di atas meja selama
3-4 jam
2) Masukkan ke dalam waterbath pada temperatur 100 oC
selama 30 menit
3) Sesuaikan pH sampai 9,6sentrifuge dengan kecepatan
10.000 x g selama 30 menit
4) Ambil supernatannya karena mengandung antigen
Melapisi plat dengan antigen
1) Sumur mikroplat diisi dengan 150 µL antigen yang telah
diencerkan dengan buffer pH 9,6
2) Simpan pada temperatur 37 oC selama 3-5 hari sampai
terjadi evaporasi lengkap
3) Plat dapat disimpan ditempat gelap di dalam kotak yang
tidak tembus udara atau didalamnya kontainer plastik
dengan tutup rapat
Mensaturasi situs yang tidak spesifik
1) Cuci plat tiga kali dengan susu PBS sesaat sebelum
digunakan
2) Biarkan sumur kontak dengan susu PBS selama satu
malam pada temperatur 4 oC atau selama 1 jam pada
temperatur 37 oC
3) Kosongkan sumur dengan membalikkan mikroplat dan
keringkan dengan menghisap plat menggunakan kertas
filter
Mendistribusikan serum yang dites
1) Masing-masing serum diencerkan 1/400 dalam susu
PBS; dites duplikat
2) 8 sumur mikroplat disiapkan untuk batas pengenceran
(positif) dar 1/400 sampai 1/51200
3) 2 sumur disiapkan untuk serum kontrol nilai ambang
4) 1 sumur disiapkan untuk kontrol antigen
5) Inkubasi plat pada temperatur 37 oC selama 1 jam
c. Pengendalian mutu
Pre analitik
- Permintaan pasien
Dalam formulir permintaan pasien, pasien diminta untuk mengisi
data dengan lengkap diantaranya sebagai berikut:
1) Nama lengkap
2) Umur/tanggal lahir
3) Jenis kelamin
4) No. Telp/HP
5) Alamat lengkap
6) Diagnosa
7) Dokter yang meminta pemeriksaan
8) Tanggal permintaan pemeriksaan
9) Tanda tangan dan nama dokter yang meminta pemeriksaan
- Persiapan pasien
Sebelum melakukan persiapan pasien, petugas laboratorium wajib
mengetahui jenis pemeriksaan yang diminta dokter. Sehingga,
petugas dapat memberikan penjelasan kepada pasien, tujuan dari
dilakukan pemeriksaan tersebut. Pada saat memberikan
penjelasan kepada pasien berkaitan persiapan pasiennya, petugas
harus menggnakan bahasa yang baik, benar, dan mudah
dimengerti oleh pasien. Dengan memberikan penjelasan dengan
baik, pasien akan mengerti yang harus dilakukan untuk
pemeriksaan dengan sebelumnya melakukan persiapan pasien
sesuai jenis pemeriksaannya
- Identifikasi pasien
Perhatikan formulir permintaan pemeriksaan, lihat kelengkapan
data, yaitu nama pasien, umur, jenis kelamin, ruangan, jenis
pemeriksaan, dan dokter yang meminta pemeriksaan. Kemudian
cocokkan identitas pasien pada formulir permintaan dengan
menanyakan langsung kepada pasien. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dalam pemeriksaan dan hasil
pemeriksaannya. Dan juga, petugas harus mencantumkan nama
petugas dan waktu pengambilan di formulir permintaan pasien.
- Pengambilan spesimen
Pengambilan darah vena
1) Wadah dan alat yang digunakan harus bersih, steril dan
masih dalam keadaan tertutup/segel (spuit,tabung reaksi)
2) Tidak menggunakam antikoagulan, karena bahan
pemeriksaan menggunakan serum
3) Pemilihan lokasi pengambilan
Darah vena umumnya di median cubiti, vena cephalica
atau vena basilica. Tidak dianjurkan mengambil pada
jalur infus atau transfusi bekas luka, hematoma, atau
edema
4) Posisi pasien
Apabila pasien rawat inap, posisi pasien terbaring dan
santai (jangan tegang) supaya petugas tidak kesulitan
menemukan venanya
5) Pemasangan torniquet
Diharapkan jangan terlalu ketat dan lama
Waktu pemasangan manset < 1 menit
Pada saat disinfeksi, manset dilonggarkan, setelah
darah mengalir manset dilepaskan
6) Waktu pengambilan
Sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sebelum
melakukan aktivitas
7) Volume spesimen
Volume yang didapatkan diharapkan sesuai dengan jenis
pemeriksaan
Pengambilan feses
Wadah yang digunakan untuk menampung feses diharapkan
harus bersih, bermulut lebar dan bertutup
Pengambilan sputum
1) Wadah yang digunakan sebaiknya plastik dan harus
bersih, steril, dan bertutup
2) Apabila psien tidak dapat mengeluarkan sputum/dahak,
nebulasi pasien dengan NaCl 3 %
- Pengiriman spesimen
Spesimen yang didapatkan harus segera dikirimkan ke
laboratorium. Namun sebelumnya pastikan terlebih dahulu
spesimen telah memiliki persyaratan (volume harus cukup dan
wadah yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan). Apabila
spesimen tidak memenuhi persyaratan, harus dilakukan
pengambilan spesimen ulang. Kemudian cocokkan pada identitas
pasien pada bahan pemeriksaan (label/etiket) dengan formulir
permintaan pasien.
Untuk spesimen sputum harus sampai di laboratorium < 4 jam
Untuk spesimen serum harus sampai di laboratorium < 2 jam
Untuk spesimen feses harus sampai di laboratorium < 1 jam
- Penyimpanan/stabilitas
Serum
1) 4 jam pada suhu 2-8 oC atau 18-24 oC
2) 2 minggu pada suhu -20 oC
3) 6 bulan pada suhu -70 oC
Analitik
1) Metode yang digunakan telah tervalidasi dan terverifikasi
2) Pemantapan mutu internal yang dilakukan sebelum pemeriksaan
sampel dapat diterima
3) Menggunakan kontrol positif dan negatif saat pemeriksaan
sampel dilakukan
Pasca analitik
1) Pencatatan dan pelaporan hasil pasien dan spesimen harus tepat.
Hasil pemeriksaan dicatat dan dilaporkan dalam bentuk blanko
hasil yang ditandatangani penanggung jawab/penyelia
laboratorium yang memeriksa
2) Peyalinan hasil pemeriksaan disimpan dalam bentuk dokumentasi
yang rapi
3) Penyerahan hasil dilakukan segera setelah pemeriksaan selesai
pada pasien yang tepat atau keluarga pasien yang tepat, hasil yang
yang tepat dan dalam waktu yang tepat
Daftar Pustaka
F. Geo Brooks, S. Janet Butel, dan A. Stephen Morse. Mikrobiologi Kedokteran
2. 2005. Jakarta: Salemba Medika
Soedarto. 2010. Virologi Klinik. Jakarta: Sagung Seto