Coretan Prop 1

download Coretan Prop 1

of 6

description

as

Transcript of Coretan Prop 1

Obesitas adalah kondisi penumpukan lemak di jaringan adiposa secara berlebihan yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Obesitas pada seseorang dapat diidentifikasi dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh), nilai IMT 30 menunjukkan bahwa seseorang mengalami obesitas. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir cenderung mengalami peningkatan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 prevalensi nasional obesitas dan kelebihan berat badan pada penduduk kelompok umur diatas 18 tahun adalah 21,9%, dengan prevalensi tertinggi berada di provinsi Sulawesi Utara sebesar 37,1%. 1 2 Obesitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan, termasuk didalamnya masalah dalam pemilihan jenis makanan, pola makan, porsi perkali makan dan tingkat aktivitas pada masing-masing individu.Obesitas atau kegemukan adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Obesitas sudah mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa saat ini obesitas telah menjadi epidemik global, sehingga sudah merupakan suatu masalah kesehatan yang harus segera ditangani. Peningkatan prevalensi obesitas tidak saja terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang. Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Rusia 10%, Cina 3,4% dan Inggris 10-17%. Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007 menunjukkan angka Indonesia untuk kejadian berat badan lebih pada anak usia sekolah mencapai 15,9%. Dari angka tersebut, angka prevalensi kejadian obesitas pada anak usia sekolah untuk Provinsi Sumatera Selatan telah melebihi dari angka nasional yaitu mencapai 27,0%. Berdasarkan pemantauan status gizi anak sekolah dasar yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 9,79%. Angka ini tersebar di 14 Kecamatan yang ada di Kota Palembang. Angka terbesar kejadiannya terdapat di Kecamatan Ilir Timur I pada wilayah kerja Puskesmas Dempo Palembang dengan persentase sebesar 25.2%. Didalam wilayah kerja Puskesmas Dempo Palembang terdapat beberapa sekolah dasar yang memiliki angka persentase untuk kejadian gizi lebih. Persentase terbanyak untuk kejadian gizi lebih terdapat pada SDK Frater Xaverius 2 Palembang yakni 48,9% pada 2008 dan 42,1% pada tahun 2009.(2) Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak dapat beresiko tinggi untuk menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga kegemukan pada masa anak menyebabkan semakin banyaknya jumlah sel otot dan tulang rangka sedangkan obesitas pada orang dewasa hanya terjadi pembesaran sel-sel saja sehingga kemungkinan penurunan berat badan ke normal akan lebih mudah. Anak yang mengalami obesitas pada masanya 75% akan menderita obesitas pula pada masa dewasanya dan berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus dan akibat yang ditimbulkan obesitas ini akan mempunyai dampakDiabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan kadar glukosa/gula darah (hyperglikemi) kronik akibat berkurangnya atau tidak adanya insulin. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga menghasilkan energi atau disimpansebagaicadanganenergi . Diabetes melitus adalah serangkaian gangguan atau sindroma di mana tubuh tidak mampu mengatur secara tepat pengolahan atau metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Ini disebabkan oleh kekurangan baik sebagian maupun mutlak hormon insulin yang dihasilkan dan dilepas oleh sel-sel beta yang terletak di bagian pankreas (Mc.Wright, 2008). Pankreas merupakan sebuah kelenjar yang terletak di antara duodenum (usus dua belas jari) dengan limpa dan berada di belakang perut dengan panjang sekitar 15 cm. Pankreas mengandung 2 jenis sel utama di mana keduanya menghasilkan sekresi (penggetahan). Kelompok pertama mengeluarkan sekresi enzim-enzim pencernaan yang terlibat dalam mengurai makanan dan yang kedua terdiri dari himpunan sel-sel yang disebut islet of langerhans (kelompok sel-sel pankreas yang mengeluarkan getah insulin dan glukagon) yang menghasilkan hormonhormon. Sebagaimana yang dinyatakan di atas, sel-sel beta adalah sel-sel yang menghasilkan dan melepas insulin, sedangkan sel-sel alpha adalah sel-selyangmengeluarkangetahhormonyangdisebutglukagonyangjuga terlibat dalam pengaturan kadar gula darah. Glukagon pada dasarnya bekerja pada proses-proses yang terjadi di hati dan berperan penting dalam mencegah hipoglisemia. Hipoglisemia merupakan salah satu ciri-ciri utama kondisi diabetes yang memerlukan terapi insulin (Mc.Wright, 2008).Penelitian yang di lakukan Damayanti dkk di sekolah dasar disepuluh kota besar Indonesia periode 2002-2005 dengan metode acak. Hasilnya menunjukkan prevalensi obesitas pada anak-anak usia sekolah dasar secara berurutan dari yang tertinggi ialah Jakarta (25%), Semarang (24.3%), Medan (17.75%), Denpasar (11.7%), Surabaya (11.4%), Padang (7.1%), Manado (5.3%), Yogya- karta (4%) dan Solo (2.1%). Rata-rata pre- valensi obesitas disepuluh kota besar tersebut mencapai 12.2%

Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdasnas) tahun 2010, prevalensi kegemukan pada anak umur 13-15 tahun adalah 2,5%. Ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan pada anak 13-15 tahun di atas prevalensi nasional, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua. Untuk prevalensi kegemukan pada anak 16-18 tahun adalah 1,4%. Terdapat 11 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan pada anak 16-18 tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua

Resistensi insulin adalah kerusakan patofisiologi umum ditemukan pada orang obesitas, dan merupakan prediktor penting untuk kemajuan untuk diabetes tipe 2. Angka kejadian obesitas dan resistensi insulin terkait telah meningkat secara dramatis dalam 20 tahun terakhir dan memahami jalur mendorong perkembangan resistensi insulin adalah sangat penting. Peradangan jaringan sekarang diakui sebagai penyebab utama gangguan sensitivitas insulin pada obesitas [2,3] dan telah diamati di semua jaringan target insulin klasik termasuk lemak, hati dan otot. Interleukin 1 beta (IL-1b) merupakan sitokin proinflamasi penting yang mengikat dengan jenis 1 IL-1 Receptor (IL-1R1) dan telah dijelaskan dengan baik efek proinflamasi [4]. Transduksi sinyal yang ditimbulkan oleh interaksi dari IL-1R1 dengan protein aksesori (IL-1RAcP) [5,6]. Endogen antagonis IL-1R Antagonist (IL-1Ra), juga mengikat IL-1R1 tetapi tidak melakukan transduksi sinyal [7]. IL-1Ra adalah klasik dipandang sebagai sitokin anti-inflamasi yang bertindak sebagai selektif, antagonis reseptor kompetitif di IL-1R1 dengan menghalangi tindakan IL-1b [8] dan keseimbangan dalam ekspresi antara IL-1b dan IL-1Ra adalah penting dalam banyak penyakit inflamasi [9]. Sementara peran anti-inflamasi IL-1Ra di pankreas adalahmapan di kedua tikus [4,10,11] dan manusia [12,13], peran IL-1Ra di jaringan target insulin lain dan peran umum tingkat sistemik IL-1Ra dalam pengembangan obesitas dan insulinresistensi masih belum jelas. Sejumlah penelitian selama dekade terakhir telah memunculkan pertanyaan apakah tingkat tinggi IL-1Ra diamati pada obesitas dapat berkontribusi terhadap perkembangan resistensi insulin. Secara keseluruhan penelitian kami menunjukkan bahwa pengurangan tingkat IL-1Ra (kira-kira setengah tingkat sirkulasi yang normal pada tikus obesitas) meningkatkan sensitivitas insulin hati.Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Indeks massa tubuh (BMI) adalah indeks sederhana berat-untuk-height yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Hal ini didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi dalam meter (kg / m2).Dari definisi WHO,BMI lebih dari atau sama dengan 25 adalah kelebihan berat badan (overweight) sedangkan BMI lebih besar dari atau sama dengan 30 adalah obesitas.

BMI menyediakan pengukuran tingkat populasi yang paling berguna dari kelebihan berat badan dan obesitas karena adalah sama untuk kedua jenis kelamin dan untuk semua usia dewasa. Namun, harus dianggap sebagai panduan kasar karena mungkin tidak sesuai dengan tingkat yang sama kegemukan pada individu yang berbeda.Urinary tract infection (UTI) is one of the most common bacterial infections affecting children. Early recognition and prompt treatment of UTIs are important to prevent progression of infections and to avoid late sequeale. The aim of the study was to identify the bacterial agents of urinary tract infections in children and to study sensitivity to antibiotics. Urinary specimens were collected from children suffering from urinary tract infections, who were either inpatients or outpatients between January 1999 and December 2003. Of a total of 563 urine specimens, bacteriuria was found in 276 (49.02%) of patients. Females showed a higher prevalence of infection (51.1%) than males (48.9%). Mean age was 63 months, median age was 60 months (range 1 month to 12 years). The microorganisms isolated from children included Escherichia coli (48.9%), Acinetobacter anitratus (9.8%), Klebsiella pneumoniae (9.4%), Staphylococcus positive coagulase (5.8%), Proteus mirabilis (4.7%), others (21.4%). Escherichia coli was sensitive to nitrofurantoin (74.8%), nalidixic acid (69.6%), cefotaksim (48.9%), Amoxcillin clavulanat acid (37.8%), fosfomicin (35.6%), gentamicin (34.1%), ceftriaxone (31.8%), amikacin (19.2%), cotrimoxazole (15.6%), ciprofloxacin (11.1%), cefuroxim (3.7%), netilmicin (8.9%), amoxcilin (2.9%), chloramphenicol (2.2%), ampicilin (2.2%). Resistant to ampicillin dan chloramphenicol 97.8%. Acinetobacter anitratus sensitive to nalidixic acid (62.96%), Amoxcillin clavulanat acid (48.15%), gentamicin (40.74%), co-trimoxazole (33.33%), nitrofurantoin (25.93%), amoxcilin (25.93%), amikacin (11.11%), netilmycine (11.11%), ampicillin (7.40%), ciprofloxacin (7.40%), cefotaxim (7.4%), ceftriaxon (7.4%), cefuroxim (3.7%). Resistant to chloramphenicol dan fosfomicin 100%. Klebsiella pneumoniae sensitive to netilmicin (73.08%), nalidixic acid (69.23%), nitrofurantoin (46.12%), gentamicin (30.77%), ceftriaxon (26.92%), Amoxcillin clavulanat acid (26.92%), cefotaxim (25.07%), amikacin (23.07%), co-trimoxazole (23.07%), ciprofloxacin (23.07%), fosfomicin (19.23%), cefuroxim (3.85%), amoxicilin (1.35%). Resistant to chloramphenicol dan ampicilin 100%. Escherichia coli was responsible for 48.9% of all infections and sensitve to nitrofurantoin, nalidixic acid, cefotaxim and amoxicillin-clavuanat, but resistant to ampicillin and chloramphenicol. Keywords: Urinary Tract Infection, bacterial agents, sensitivity to antibiotics ABSTRACT

Urinary Tract Infection (UTI) is a bacterial infection of urinary tract that antibiotic was the first step on therapy. Antibiotic usage at hospitalized patients in developing country is 30-80%, but from all of that 20-65% antibiotic usage was considered inappropriate. It can raise resistance symptoms. This research is aimed to find out the rational of antibiotics usage including right indication, drug, dosage, frequency and duration in UTI patients. This research was descriptive research which was done retrospectively by looking at medical records of UTI patients, in order to explain or to illustrate the characteristics of each of the variables on this study including: patient characteristics, clinical characteristics and rationality of drug usage. The outcome of this study were as follow: Rationality treatment was 96.5 % in precise indications, right drug was 66.7%, right dosage was 53%, right frequency of antibiotic was 53%, and appropriate duration of antibiotic usage was 49.4 % . The use of antibiotic on UTI patients at Undata Palu Hospital in 2012, it could not be clasified as rational use yet.

KEY WORDS : Rational antibiotic usage, Urinary tract infection

ABSTRAK

ISK merupakan infeksi bakteri pada saluran kemih, dimana antibiotik merupakan terapi lini pertamanya. Penggunaan antibiotik di Negara berkembang pada pasien rawat inap sebesar 3080%, 20-65% penggunaannya dianggap tidak tepat, sehingga dapat menimbulkan gejala resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi dan durasi pemberian pada pasien ISK. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dikerjakan secara retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien ISK untuk menjelaskan atau memberikan gambaran karakteristik setiap variabel penelitian meliputi: Karakteristik pasien, Karakteristik klinis dan Rasionalitas penggunaan obat. Hasil rasionalitas pengobatan yang didapatkan adalah sebagai berikut : tepat indikasi 96,5%, tepat obat 66,7%, tepat dosis 53%, tepat frekuensi pemberian antibiotik 53% dan tepat durasi penggunaan antibiotik 49,4%. Penggunaan antibiotik pada pasien ISK di instalasi rawat inap RSUD Undata Palu tahun 2012 belum dapat dikatakan rasional.

KATA KUNCI : Rasionalitas penggunaan antibiotik, Infeksi saluran kemih

Abstract: The most common hospital-acquired infection is urinary tract infection (UTI) resulting in significant morbidity and occasional mortality. Pattern of germs especially bacteries that cause UTI will contribute to the success of the treatment of UTI. The wide scale spectrum of the causative organisms, and least of clinical trials that have been done are make the forming of the selected antimicroba that will used for the therapy of UTI more difficult. The purpose of this study was to determine the pattern of germs that cause UTIs, which are important in improving the quality of health care in the Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital. This study uses a prospective study that analyzed descriptively on 30 urinary samples in November until December 2012 at Installation of Medical Emergency Care of Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital. Results of this research showed the highest incidence of UTI is in the age group 50-59 years. Women suffer from UTI more often than men. In this research, Escherichia coli is the most common microorganisms that cause UTI. Keywords: bacteries, pattern germs, urinary tract infection.

Abstrak: Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang paling umum didapat di RS yang mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Pola kuman penyebab ISK akan berperan penting dalam keberhasilan pengobatan ISK. Bervariasinya penyebab ISK, luasnya spektrum organisme yang menjadi penyebab, serta sedikitnya uji klinis yang telah dilaksanakan, mempersulit penyusunan antimikroba pilihan yang dapat digunakan dalam terapi ISK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kuman khususnya bakteri penyebab ISK, yang merupakan hal penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode penelitian prospektif yang dianalisis secara deskriptif pada 30 sampel urin selama bulan November sampai Desember 2012 di Instalasi Rawat Darurat Medik RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa insidensi ISK tertinggi adalah pada kelompok umur 50-59 tahun. Perempuan lebih sering menderita ISK daripada laki-laki. Dari penelitian ini, Escherichia coli merupakan mikroorganisme tersering yang menyebabkan ISK. Kata Kunci: Bakteri, Infeksi saluran kemih, Pola kuman.