contoh operan rumah sakit

download contoh operan rumah sakit

of 25

description

bagus

Transcript of contoh operan rumah sakit

KARSINOMA SERVIKS

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KARSINOMA SERVIKS

I. Pengertian

Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina ).

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks.

Kanker serviks biasania menyerang wanita berusia 35 55 tahun. 90 % dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

II. Etiologi

Kanker serviks terjadi jika sel sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks.

Penyebab terjadinya kelainan pada sel sel serviks tidak diketahui secara pasti , tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :

a. HPV ( Human Papiloma Virus )

HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.

b. Merokok

Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

c. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini

d. Berganti ganti pasangan seksual

e. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.

f. Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.

g. Pemakaian pil KB

h. Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun.

i. Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu melakukan pap smear secara rutin )

XII. Manifestasi Klinik

Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan

Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)

Pendarahan yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan III)

Pendarahan spontan saat defekasi

Pendarahan spontan pervaginaan

Anemia akibat pendarahan berulang

Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

III. Stadium Karsinoma Serviks

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :

Tahapan LesiLokasiDeskripsi

Tahap 0

Tahap 1

Tahap 1A

Tahap 1B

Tahap II

Tahap IIA

Tahap IIB

Tahap III

Tahap IIIA

Tahap IIIB

Tahap IVKarsinoma in situ

Karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks

Kanker vagina

Kanker mengenai 1/3 bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis

Perluasan kandung kemih

Perluasan rectal penyebaran jauhKanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.

Ukuran bukan merupakan kriteria

Makroinvasi

Secara klinis jelas merupakan tahap I

Lesi telah menyebar di luar serviks hingga mengenai vagina (bukan 1/3 bagian bawah) atau area paraservikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.

Hanya perluasan vagina

Perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina.

Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.

Meluas sampai 1/3 bagian bawah vagina saja

Metastase karsinoma terisolasi yang diraba pada dinding pelvis.

Bukti bahwa karsinoma mengenai kandung kemih tampak pada pemeriksaan sitoskopi atau oleh adanya fistulasi vesiko vagina.

Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya.

IV. Patofisiologi / Pathways

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.

2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.

3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus.

Periode laten dari NIS I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 20 tahun (rata-rata 5 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.

Pathways

V. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pap Smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun sampai lebih dari 50 %. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali / tahun.

Jika selam 3 kali berturut turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bias dilakukan 1 kali / 2 3 tahun.

Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :

displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )

displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )

karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )

kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam / ke organ tubuh lainnya )

2. Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound

Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan evaluasi respon pada pengobatan.

3. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)

Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.

4. Penanda tumor

Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum (CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.)

5. Tes kimia skrining

6. HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat.

7. Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

VI. Penatalaksanaan

1. Pada lesi precursor (lesi intra-epitel squamosa) tingkat rendah atau tingkat tinggi ditemukan maka pengangkatan non bedah konservatif, kriterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser, konisasi (pengangkutan yang berbentuk kerucut dari serviks).

2. Pada kanker servikal invasif dilakukan radiasi atau histerektomi radikal.

3. Pada paisen dengan kekambuhan kanker servikal dipertimbangkan untuk menjalani ekstenterasi pelvis dimana bagian besar isi pelvis diangkat.

VII. Penyebaran

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu :

a. Ke arah fornises dan dinding vagina

b. Ke arah korpus uterus.

c. Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandungkemih.

VIII. Klasifikasi

1. Kanker Serviks Pre-Invasif

Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi :

a. CIN I displasia ringan

b. CIN II displasia sedang

c. CIN III displasia berat dan karsinoma insitu

Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah papanikolaou (PAP) Test.

PAP test terdiri dari 5 kategori.

a. Stadium I : Tidak ada sel abnormal

b. Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi harus diukur.

c. Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal

d. Stadium IV : Sel Malignan karsinoma insitu

e. Stadium V : Sel malignan kanker invasif

2. Kanker Serviks invasif

Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif

a. Karsinoma mikroinvasif

Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih dari 3 mm di bawah membran basal tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler.

b. Karsinoma invasif

Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker serviks invasif tidak menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah pendarahan yang terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta pendarahan rektal serta obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi.

3. Kanker Serviks Lanjut dan Berulang

Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif, mempunyai penyakit berulang atau persisten setelah terapi.

IX. Perencanaan Terapi Radiasi

1. Terapi Radiasi Eksternal

a. Perawatan sebelum pengobatan

Kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur.

b. Selama Terapi

Pilihlah kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik dan deodoran.

Pertahankan keadekuatan nutrisi.

c. Perawatan Post Pengobatan

Hindari infeksi

Laporkan tanda-tanda infeksi

Monitor intake cairan dan juga keadekuatan nutrisi.

Beri tahu efek radiasi peresisten selama 10-14 hari sesudah pengobatan.

Lakukan perawatan kulit dan mulut.

2. Terapi Radiasi Internal

a. Pertimbangan Perawatan Umum

Teknik isolasi

Membatasi aktivitas

b. Perawatan Pre Insersi

Turunkan kebutuhan untuk enema atau BAB, selama beberapa hari.

Pasang kateter sesuai indikasi

Puasakan malam hari sebelum prosedur dilakukan

Latih nafas panjang, latih ROM

Jelaskan tentang pembatasan pengunjung.

c. Selama Terapi Radiasi

Monitor TTV tiap 4 jam

Latih ROM aktif dan nafas dalam setiap 2 jam

Beri posisi semi fowler

Beri makanan berserat dan cairan parenteral s/d 300 ml

Kateter tetap terpasang

Monitor intake dan output

Monitor tanda-tanda pendarahan

Beri support mental.

d. Perawatan Post pengobatan

Hindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis emboli pulmonal dan pneumonia)

Hindari komplikasi akibat pengobatan itu sendiri (pendarahan, reaksi kulit, diare, disuria dan distansia vagina)

Monitor intake dan output cairan.

3. Teknik Kombinasi Radiasi Eksternal dan Intrakaviter

Stadium I dan II:Aplikasi radium 6500 rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal : 5000 rad / 5 minggu.

Stadium III:Radiasi eksternal seluruh pelvis 2000-3000 rad kemudian 4500-5000 rad.

Stadium IV: Hanya radiasi eksternal untuk pengobatan paliative.

XIII. Sitostatika dalam Ginekologi

Penggolongan obat sitostatika :

1. Golongan yang terdiri atas obat-obat yang mematikan semua sel pada siklus ( obat-obat non spesifik

2. Golongan obat yang mematikan pada fase tertentu dari mana proliferasi ( obat fase spesifik.

3. Golongan obat yang merusak semua sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar ( obat-obat siklus spesifik.

Macam macam obat :

1. Obat dengan Komponen Alkil (Alkilating Agent)

Obat ini melepas alkil dalam selnya, menyebabkan gangguan pembentukan RNA. Obat ini mempengaruhi proliferasi dan interface. Efek toksik adalah : depresi sumsum tulang dengan gejala neutropeni dan trombositopeni dan pengaruh terhadap traktus digestivus dan folikel rambut (alopesia).

2. Obat Anti Metabolit

Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang sama, akan tetapi menghalangi berfungsinya metabolit tersebut, sehingga akan mengganggu siklus dalam sel.

3. Obat Antibiotik

Obat ini berkhasiat spesifik terhadap siklus sel.

4. Obat alkaloid

Golongan ini menghentikan proses mitosis pada fase metastasis.

5. Obat Hormon

Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam keadaan normal, rentan terhadap hormon tertentu, dapat dipengaruhi oleh hormon dari luar.

Cara Pemberian Obat

1. Pemberian Oral

Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut dalam lemak. Perlu diperhatikan bahwa pemberian obat oral dapat menyebabkan kerusakan sel epitelium sehingga mengakibatkan ulkus yang disertai depresi sumsum tulang. dapat disertai pendarahan.

2. Pemberian Intramuskuler

Kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan nekrosis, pendarahan lokal yang sukar dihentikan.

3. Pemberian intravena

Pemberian intravena dapat dilakukan dengan penyuntikan langsung secara bolus atau per infus.

4. Pemberian intrapleura

Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi produksi cairan pleura dan membunuh sel kanker.

5. Pemberian intraperitoneal

Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi cairan asites, obat ini diberikan intraperineum.

Syarat Pemberian Sitostatika

1. Keadaan umum harus baik

2. Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang terjadi.

3. Faal ginjal dan hati baik.

4. Diagnosis histopatologik diketahui.

5. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi.

6. Hb > 10 gr%.

7. Leukosit > 5000/ml.

8. Trombosit > 100.000/(l.

Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian pengobatan.

1. Mempunyai pengetahuan sitostatika dan manajemen kanker.

2. Dilengkapi secara sarana laboratorium yang lengkap.

Efek toksik yang paling cepat tampak adalah efek pada traktus digestivus yaitu :

2. Gingivitis

3. Diare

4. Rasa mual

5. Muntah

6. Pendarahan usus

7. Anemia

8. Leukopenia

9. Trombositopenia

10. Kenaikan suhu

11. Hiperpigmentasi

12. Gatal - gatal

13. Kenaikan kadar ureum dan kreatinin.

XII. Pencegahan

Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks yaitu :

1. Mencegah terjadinya infeksi HPV

2. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur

Pap smear ( tes papanicolau ) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang dibuat dari kayu / plastik ( yang dibedakan bagian luar serviks ) dan sebuah sikat kecil ( yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ).

Sel sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.

24 jam sebelum menjalani pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian / pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon.

Pap smear sangat efektif dalam mendeetksi perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukkan displasia/ serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kalposkopi dan biopsi.

Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur :

1. setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun

2. setiap tahun untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual / pernah menderita infeksi HPV / kutil kelamin

3. setiap tahun untuk wanita yang memaaakai pil KB

4. setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut turut menunjukkan hasil negatif / untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker

5. sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal

6. sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pre kanker maupun kanker servik

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya :

1. anak perempuan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual

2. jangan melakukan hubungan seksual pada penderita kutil kelamin/ gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin

3. jangan berganti ganti pasangan seksual

4. berhenti merokok

5. pemeriksaan panggul ( pap smear ) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual / pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi

XIII. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama klien

Alamat

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Suku bangsa

Diagnosa medik

Nama penanggung jawab

Alamat

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Suku bangsa

2. Keluhan utama

3. Status kesehatan

a. Gejala yang dirasakan

1) Gejala awal

2) Timbulnya gejala

faktor yang memperbaiki gejala

faktor yang memperburuk gejala

3) Deskripsi gejala

lokasi

kualitas

kuantitas

4) Efek pada gaya hidup

b. Riwayat Ginekologi

Karakteristik menstruasi

Menarche

Periode menstruasi terakhir

Pengalaman menstruasi

Pendarahan tengah siklus

Menopause

Kontrasepsi

Usia pada saat kehamilan pertama

Penyakit menular seksual

c. Status Obstetrik P . A..

4. Riwayat Medis Masa Lalu

a. Penyakit dan Pengobatan

b. Alergi

c. Penyakit masa kanak-kanak dan imunisasi.

d. Penyakit dan pembedahan sebelumnya

e. Kecelakaan atau cedera

f. Perilaku yang berisiko

gaya hidup

konsumsi kafein

mengonsumsi alcohol

obat-obatan

praktik seks yang tidak aman

g. Riwayat penganiayaan

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Penyakit keturunan

b. Penyakit saat ini dalam keluarga

c. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga

d. Genogram

6. Riwayat psikososial

a. Koping individu

Kesadaran diri dan harga diri

Penatalaksanaan stress

Penyalahgunaan zat

b. Pola kesehatan

Sirkulasi

Gejala palpitasi

Perubahan tekanan darah

Aktifitas istirahat dan tidur

Kelemahan

Perubahan pola istirahat dan tidur

Adanya faktor faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur misalnya : nyeri, kecemasan, keringat malam dll

Integritas ego

Factor stress ( perubahan peran, pekerjaan )

Cara mengatasi stress misalnya merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius dll

Masalah tentang perubahan penampilan misalnya alopesia, luka cacat, pembedahan, menyangkal, menarik diri, marah dll

Nutrisi

Keluhan mual

Muntah

Kebiasaan diet buruk : bahan pengawet, zat adiktif

Anoreksia

Kekurangan masa otot

Perubahan BB

Kakeksia

Eliminasi

Perubahan pola defekasi

Perubahan bising usus

Distensi abdomen

Neurosensori

Pusing

Sinkop

Nyeri / kenyamanan

Ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat dihubungkan dengan proses penyakit

Keamanan

Pemajanan terhadap kimia toksik, karsinogen,

Ruam kulit

Demam

ulserasi

Interaksi social

Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran

seksualitas

dampak pada hubungan, perubahan fungsi seksualitas

c. Spiritual

Agama

Praktik agama

7. Pemeriksaan Fisik

a. keadaan umum

b. head to toe

8. Pemeriksaan penunjang

9. Data pendukung lain

10. Kesimpulan

B. Diagnosa Keperawatan - Intervensi

1. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatannya brehubungan dengan tidak mengenal sumber informasi Tujuan :

Klien tercukupi kebutuhan pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

Klien mengungkapkan informasi akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan pada tingkat kesiapan diri sendiri

Melakukan dengan benar prosedur yang dilakukan

Mampu menjelaskan alasan tindakan

Intervensi :

Tinjau ulang tingkat pengetahuan klien tentang prognosa penyakit dan pengobatan

Tanyakan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker serta pengalaman klien sendiri / orang lain yang pernah terkena kanker

Beri informasi yang jelas dan akurat dengan cara yang nyata

Berikan pedoman antisipasi pada pasien / orang terdekat mengenai protocol pengobatan, terapi, hasil yang diharapkan, kemungkinan efek samping

2. Kecemasan b.d. ancaman kematian, ancaman perubahan status kesehatan, fungsi peran dan pola interaksi

Tujuan :

Kecemasan hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil:

Klien mengatakan perasaan cemasnya hilang / berkurang

Tampak rileks

TTV dalam batas normal

Intervensi :

Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya

Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan / menolak untuk bicara

Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan menyentuh pasien

Bantu pasien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut

Beri informasi akurat, konsisten mengenai prognosis, pengobatan serta dukungan orang terdekat

Jelaskan prosedur bahkan kesempatan untuk bertanya

Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang

Waspadai tanda depresi

3. Nyeri b.d. penekanan sel kanker pada saraf, kematian sel.

Tujuan :

Nyeri hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang dengan skala nyeri 0 3

Ekspresi wajah rileks

TTV dalam batas normal

Intervensi :

Tentukan riwayat nyeri : lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan tindakan penghilang yang digunakan

Berikan tindakan kenyamanan dasar ( reposisi, gosok punggung, aktifitas hiburan, musik, tertawa dll )

Evaluasi penghilangan nyeri

Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. metabolisme tubuh meningkat, nafsu makan turun.

Tujuan :

Status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

Konjungtiva tidak anemis

Sclera tidak ikterik

BB dalam batas normal

Hasil laboratorium dalam batas normal : Hb

Intervensi :

Pantau masukan makanan setiap hari

Ukur BB setiap hari / sesuai indikasi

Dorong klien untuk makan makanan tinggi kalori, kaya nutrien

Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

Dorong penggunaan tehnik relaksasi, visualisasi sebelum makan

Identifikasi adanya mual, muntah, anoreksia

Dorong makan sedikit tapi sering

Kolaborasi :

Pemberian obat obatan sesuai indikasi : fenotiazin, kortikosteroid, vitamin, antasid

Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb

5. Resiko tinggi infeksi b.d. ketidakadekuatan pertahanan sekunder adanya imunosupresi, supresi sumsum tulang ( efek dari pembatasan dosis baik kemoterpi maupun radiasi, malnutrisi

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda tanda infeksi

TTV dalam batas normal

Hasil laboratorium dalam batas normal : lekosit

Intervensi :

Tekankan pada pentingnya hygiene personal, hygiene oral

Pantau TTV

Berikan perawatan dengan prinsip aseptic

Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi

Kolaborasi pemeriksaan : kultur

Kolaborasi pemberian antibiotik

Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : lekosit

6. Resiko tinggi injury b.d. kelelahan, kelemahan fisik.

Tujuan :

Tidak terjadi injury setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil :

Klien berada pada kondisi yang jauh dari injury

Klien atau keluarga dapat mendemonstrasikan tindakan pencegahan diri dari injury.

Intervensi :

Kaji mental klien

Pantau status neuromuskuler

Kaji kemampuan AKS, latihan dan ambulansi

Pertahankan lingkungan yang aman

Orientasikan terhadap lingkungan sekitar

Sediakan peralatan yang dibutuhkan dan tempatkan dalam jangkauan

Pertahankan pagar tempat tidur

Beri penerangan yang adekuat

Bantu klien dalam AKS

7. Gangguan bodi image b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan bodi image setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

Klien mengatakan dapat menerima perubahan pada tubuhnya

Klien dapat berinteraksi dengan baik terhadap semua orang

Klien dapat menggunakan sistem pendukung keluarga dan masyarakat

Intervensi :

Tentukan persepsi klien tentang perubahan citra tubuh

Anjurkan mengungkapkan emosi seperti marah, takut, frustrasi, dan cemas

Beri umpan balik yang realistik

Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam pengobatan

Beri reinforcement positif atas usaha-usahanya untuk meningkatkan citra tubuh

Kaji respon adaptif

Tunjukkan empati

Kaji perilaku merusak diri

Jaga kebersihan sekitar genitalia

Berikan suport mental

8. Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.

Tujuan :

Pola seksual tidak mengalami perubahan / gangguan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

Klien/pasangan dapat mengungkapkan penerimaan akan perubahan pola seksual

Intervensi :

Jelaskan efek penyakit, kesehatan terhadap fungsi seksual

Diskusikan perasaan klien terhadap fungsi seksual

Diskusikan masalah tersebut dengan pasangan

Beri waktu tersendiri untuk klien membicarakan masalah pola seksual.

9. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energi, hipermetabolik

Tujuan :

Klien tidak mengalami intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

Klien mampu melakukan aktifitas sesuai kemampuan klien

TTV dalam batas normal

Intervensi :

Rencanakan tindakan keperawatan yang memungkinkan periode istirahat

Buat tujuan aktifitas realistis dengan klien

Dorong klien untuk melakukan aktifitas apa saja bila mungkin ( duduk, berjalan, bangun )

Tingkatkan aktifitas sesuai kemampuan

Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas

Kaji respon TTV tiap 4 jam

10. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d. radiasi, kemoterapi, penurunan imunologis

Tujuan :

Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil :

Integritas kulit utuh

Intervensi :

Kaji kulit dengan efek samping terapi kanker

Gunakan air hangat dan sabun ringan waktu mandi

Anjurkan klien untuk menghindari mengaruk

Ubah posisi / alih baring sesering mungkin

Hindari untuk memakai krim apapun kecuali dengan resep dokter

Anjurkan klien untuk memakai pakaian lembut dan longgar

Kaji efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi

Kolaborasi untuk pemberian salep topikal.

11. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui rute normal, abnormal, mual, muntah, perdarahan

Tujuan :

Klien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

Membran mukosa lembab

Turgor baik

TTV stabil

Intake dan output seimbang

Intervensi :

Pantau masukan dan haluaran, berat jenis

Tinbang BB sesuai indikasi

Pantau TTV

Evaluasi nadi perifer dan pengisian kapiler

Kaji turgor kulit dan kelembapan membran mukosa

Dorong peningkatan masukan cairan sesuai toleransi klien

Observasi adanya mual, muntah, perdarahan

Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai indikasi

Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

Ca Serviks

Virus herpes simplex

Sito megalo virus

Virus HPV

Faktor-faktor resiko

Penekanan sel Ca pada saraf

Psikologis

Pendarahan

Bau busuk

Pengobatan

Nyeri

Kurang pengetahuan

Cemas/Takut

Hipovolemi

Anemia

Ggn. Bodi image

Ggn. Pola Seksual

Resti Infeksi

Intoleransi aktifitas

Eksternal radiasi

Kulit merah, kering

Depresi sumsum

tulang

Mulut kering stomatitis

Hb (

Anemia

Sel-sel kurang O2

Gastrointestin kurang O2

Mual, muntah

Nutrisi kurang

Kelemahan/kelelahan

Daya tahan tubuh berkurang

Resiko tinggi infeksi

Resiko injury

Resti kerusakan integritas kulit

Resti kekurangan volume cairan

PAGE 2