CONTOH LAPORAN BLOK ASUHAN GIZI KLINIK
-
Upload
carissa-wityadarda -
Category
Documents
-
view
2.279 -
download
96
description
Transcript of CONTOH LAPORAN BLOK ASUHAN GIZI KLINIK
Penatalaksanaan Diet Pada Pasien CKD st V ec. Dalam
Pelacakan, DM 2 NO, CHF cf III ec. Susp. HHD/IHD
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
1
BAGIAN 1. ASSESSMENT
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Bpk. S No RM : 1-22-70-35
Umur : 54 tahun Ruang : B1/4 kelas 2
Sex : Laki-laki Tgl Masuk : 23 November 2009
Pekerjaan : PNS Tgl Kasus : 26 November 2009
Pendidikan : SLTA Alamat : Mungkid Magelang
Agama : Islam Diagnosis medis : CKD st V ec. Dalam pelacakan,
DM 2 NO, CHF cf III ec. Susp. HHD/IHD
2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Utama Sesak nafas
Riwayat Penyakit
Sekarang
Os adalah penderita DM ± 4 th yang lalu. Terapi dengan
novorapid 10-10-8 namun tidak rutin
6 BSMRS os mulai mengeluh BAK ↓ ± 700 cc/24 jam,
kaki bengkak, os periksa pada SSppD-KGH, dan
dikatakan sakit hipertensi dan gagal ginjal kronik
2 BSMRS os merasa keluhan menetap, os periksa ke poli
ginjal, saat itu os disarankan untuk rawat inap karena
anemia dan gagal ginjal, namun os menolak karena
alasan sibuk
1 BSMRS mengeluh sesak nafas (+), batuk (+) dahak
warna putih (+), bengkak kaki (+), dahak berdarah (-), PD
(+), PP (-), PNDS (-), demam (-), mual (-), muntah (-),
BAB dan BAK ↓ ±1 gls/hari
1 MSMRS keluhan memberat, sesak nafas (+), batuk (+),
dahak warna putih (+), mual (+), oedema pulmo (+)
Riwayat Penyakit
Dahulu
Hipertensi
Riwayat Penyakit
Keluarga
-
2
3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi
Data Sosio
ekonomi
Penghasilan : menengah ke atas
Suku : Jawa
Aktifitas fisik Jumlah jam kerja : 9 jam
Jumlah jam tidur sehari : 8 jam
Jenis olahraga : jalan kaki
Frekuensi : 2 minggu sekali
Alergi makanan Makanan : - penyebab : -
Masalah
gastrointestinal
Nyeri ulu hati (tidak), Mual ( tidak ), Muntah (tidak),
Diare (tidak), Konstipasi (ya), Anoreksia (ya)
Perubahan pengecapan/penciuman (tidak )
Penyakit kronik Jenis penyakit : - modifikasi diet :-
Jenis dan lama pengobatan : -
Kesehatan mulut Sulit menelan (ya), Stomatitis (tidak), Gigi lengkap
(ya)
Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : -
Fekuensi dan jumlah : -
Perubahan berat
badan
Tidak diketahui
Mempersiapkan
makanan
Fasilitas memasak : disiapkan oleh istri
Fasilitas menyimpan makanan : almari
Riwayat / pola
makan
Frekuensi makan 3 kali / hari, makanan selingan jarang
Makanan pokok : nasi 3 kali / hari (@ 1 centong), kadang-
kadang konsumsi singkong dan ubi.
Sumber protein hewani : ayam dan sapi (setiap hari)
Sumber protein nabati : tahu dan tempe (setiap hari)
Sayur : semua jenis sayur (tumis maupun kuah)
Buah : pepaya, melon, apel dan semua jenis buah
Minum : air putih, teh manis, dan teh tawar (sehari 3
gelas)
3
Kesimpulan :
Pasien berumur 54 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama
sesak nafas. Sejak 4 tahun yang lalu pasien sudah menderita DM. Enam
BSMRS pasien didiagnosis medis terkena hipertensi dan gagal ginjal kronik.
Satu BSMRS mengeluh sesak nafas, batuk, dahak warna putih, dan oedema
tungkai. Satu MSMRS pasien mengeluh sesak nafas, batuk dahak warna
putih. Selain itu, pasien juga mengalami oedema pulmo. Berdasarkan riwayat
penyakit dahulu pasien mengalami hipertensi. Pasien didiagnosis medis DM
2 NO, CKD st V ec. dalam pelacakan, CHF cf III ec. susp. HHD/IHD.
Munculnya CKD dan CHF dimungkinkan sebagai komplikasi DM yang telah
menahun (Ganong, 2003).
Pembahasan anamnesis :
Pasien didiagnosis medis DM 2 NO, CKD st V ec. dalam pelacakan,
CHF cf III ec. susp. HHD/IHD. Pasien memiliki keluhan utama sesak nafas,
batuk, sulit menelan, bengkak pada kaki, anoreksia, dan mual.
Adanya sesak nafas, batuk, dan sulit menelan akan mengganggu
asupan makan pasien, khususnya bila disajikan dalam bentuk makanan
padat (nasi). Akibatnya diperlukan pemberian makanan dalam bentuk lunak
(bubur) agar mempermudah pasien untuk makan dan diharapkan dapat
mencukupi kebutuhan gizi pasien. Bentuk makanan pasien akan diubah
secara bertahap sesuai kondisi pasien. Jika sesak nafas, batuk, dan
kesulitan menelan pasien sudah membaik, bentuk makanan akan diubah
agar dapat memenuhi (sesuai) kebutuhan gizi pasien.
Adanya bengkak pada kaki menandakan adanya penahanan Na dan
atau cairan dalam tubuh sehingga pasien perlu membatasi asupan Na
(garam) dan atau cairan.
Adanya anoreksia dan mual juga akan mengganggu asupan makan
pasien sehingga makanan yang disajikan haruslah ditata lebih menarik dan
menghindari bahan makanan yang dapat menyebabkan mual.
B. Antropometri
TB LLA BB Ideal
4
152 cm
27,5 cm
52 kg
Kesimpulan :
Status gizi berdasarkan LLA adalah : (27,5 : 32,2) x 100% = 85,40 %
Pembahasan :
Berdasarkan LLA, pasien memiliki status gizi normal karena persentase LLA
pasien > 85 % (Samkony, dkk., 2003).
C. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan
urin/darah
Satuan/
Nilai Normal
Awal Masuk
Tanggal 23/11/09
Awal Kasus
Tanggal 25/11/09
Total protein 6,4 – 8 g/dL 6,32 (rendah) -
Albumin 3,5 - 5 g/dL 3,07(rendah) -
BUN 7 - 18 mg/dL 103 (tinggi) 43,1 (tinggi)
Kreatinin 0,6-1,3 mg/dL 9,43 (tinggi) 4,51 (tinggi)
Gula darah
sesaat
80-140 mg/dL 224 (tinggi) 256 (tinggi)
Uric 2,6 – 7,2 mg/dL 8,1 (tinggi) 3,5 (normal)
Hb 14-18 g/dL 6,6 (rendah) 9,2 (rendah)
RBC 4,7-6,1 x 10.e6/µL - 3,24 (rendah)
Chole 0 - 200 mg/dL - 277 (tinggi)
HDL 41,5–66,7 mg/dL - 36,9 (rendah)
LDL 0-130 mg/dL - 200 (tinggi)
TG 0-200 mg/dL -- 147 (normal)
Na / Sodium 137-145 mmol/L 135,1 (rendah) 136 (rendah)
K 3,6-5 mmol/L - 3,1 (rendah)
Cl 14-18 mmol/L - 98 (tinggi)
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan biokimia pada awal kasus (25 November 2005),
diketahui bahwa pasien mengalami peningkatan kadar GDS, BUN, kreatinin,
5
klorida (hiperkloremia), kolesterol, dan LDL. Selain itu, juga terjadi penurunan
kadar natrium, kalium, Hb, RBC.
Pembahasan :
Adanya peningkatan kadar GDS berkaitan dengan riwayat DM
(gangguan toleransi glukosa) pada pasien. Adanya peningkatan kadar BUN,
kreatinin, klorida, kolesterol, dan LDL berkaitan dengan riwayat gangguan fungsi
ginjal pada pasien sehingga tubuh pasien tidak bisa membersihkan racun tubuh
secara maksimal (Ketut, 2006).
Penurunan kadar natrium (hiponatremia) dan kalium (hipokalemia)
disebabkan karena adanya gangguan fungsi ginjal. Begitu pula penurunan
kadar Hb dan RBC juga disebabkan karena adanya gangguan kemampuan
ginjal, khususnya dalam menghasilkan eritropoietin (Ketut, 2006). Anemia
(rendahnya kadar Hb) merupakan salah satu tanda uremia yang merupakan
salah satu gejala gangguan fungsi ginjal.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan Umum : keadaan umum sedang, CM, ada edema, sesak nafas
2. Vital Sign : TD 180/90 (tinggi), R 28 (tinggi), N 84 (normal), t 37,1º C
(Normal)
3. Kepala / abdomen / ekstremitas, dll :
Kepala : C K SK VI JLLM < 5 S1 -2 murni bising (-)
Mata : ODS tanda perdarahan retina
Thorax : oedema pulmonalis dengan plural reaction bilateral cardiomegali
Abdomen : DP//PD, supel NTE (-) H/L H (-)
P sonor, vesikuler, RBB +/+ RVS -/-
Oedema - -
+ +
Kesimpulan :
Dari kesan umum, pasien terlihat compos mentis (sadar), terdapat oedema
pada tungkai, dan mengalami sesak nafas.
6
Dari tanda vital, tekanan darah dan laju respirasi pasien tinggi. Tingginya
tekanan darah dikarenakan pasien mengalami hipertensi. Tingginya laju
respirasi dikarenakan pasien mengalami sesak nafas.
Dari bagian ekstremitas lainnya terlihat bahwa pada bagian mata, terjadi
perdarahan. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya komplikasi DM. Dari
bagian thorax terlihat bahwa terdapat oedema pada paru-paru pasien. Hal ini
disebabkan adanya gagal jantung pada pasien. Dari bagian anggota tubuh
yang lain, terlihat adanya oedema tungkai kanan dan kiri. Hal ini dikarenakan
adanya gangguan fungsi jantung dan gangguan fungsi ginjal.
E. Pemeriksaan Penunjang
23 November 2009
EKG STC HR 104x/mnt, iskemik anterolateral cardiomegali, VES jarang
USG : diketahui adanya cronic renal disease bilateral
BNO : tidak tampak batu opaq
Renogram : penurunan fungsi berat kedua ren sampai fungsi minimal
Kesimpulan : berdasarkan hasil EKG diketahui bahwa denyut nadi pasien
mencapai 104 kali. Hal ini dimungkinkan karena adanya hipertensi dan gagal
jantung pada pasien. Berdasarkan hasil USG, BNO, dan renogram diketahui
bahwa terjadi kerusakan ginjal kronik.
F. Asupan Zat Gizi
Hasil Recall 24 jam diet : rumah sakit
Tanggal : 25 November 2009
Diet RS : Diet DM 1500 RP35RG
Bentuk : Bubur
Pemberian: Oral
Implementasi Energi (kcal) Protein (g) KH (g) Lemak (g)
Asupan oral dari RS 1523 34,6 245 53
Asupan oral dari luar RS - - - -
Standar RS 1523 34,6 245 53
% Asupan 100% 100% 100% 100%
7
Kesimpulan :
Dari anamnesis diet pasien di atas diketahui bahwa persentase asupan pasien
untuk energi, protein, lemak, dan karbohidrat adalah 100%, termasuk dalam
kategori baik (Roedjito, 1989).
Pembahasan Asupan Zat Gizi :
Asupan gizi pasien tergolong baik, yaitu 100% karena semua makanan yang
disajikan oleh rumah sakit dikonsumsi oleh pasien. Pasien juga tidak
mengonsumsi makanan dari luar.
G. Terapi Medis
Jenis Obat/tindakan
FungsiInteraksi dengan
zat giziSolusi
O2 3 LPM Pemberian bantuan gas oksigen 3 liter/menit untuk :- Memenuhi kekurangan O2
- Membantu metabolisme- Tindakan pengobatan- Mencegah hipoksia- Mengurangi beban kerja
alat nafas dan jantung
- -
Infus CaCl 0,9
Mempertahankan elektrolit tubuh, untuk hipokalemia, sebagai elektrolit yang esensial bagi tubuh untuk mencegah kekurangan ion kalsium yang menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.Farmakologi : penting untuk fungsi integritas dari saraf muskular, sistem skeletal, membran sel dan permeabilitas kapiler
Injeksi kalsium dilaporkan inkompatibel dengan larutan IV yang mengandung banyak zat aktif
-
Si Lasix Meningkatkan produksi urine - -As.folat Sebagai suplementasi Berinteraksi
dengan Zn, asamDiberikan setelah dan atau sebelum makan
CaCo3 Baik digunakan pada keadaan hiperpospatemia
Mengendap bersama oksalat,
Diberikan sebelum makan
8
guna menyeimbangkan perbandingan posfat dan kalsium
absorpsi meningkat dengan bantuan asam lambung
Vasantar - - -Allopurinol Allopurinol dan metabolitnya
oxipurinol (alloxanthine) dapat menurunkan produksi asam urat dengan menghambat xantin-oksidase. Dengan menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah dan urin, allopurinol mencegah atau menurunkan endapan urat sehingga mencegah terjadinya gout artritis dan urate nephropathy.
Allopurinol dapat menghambat metabolisme obat di hati, misalnya warfarin.
Allopurinol dapat memperpanjang waktu paruh klorpropamid dan meningkatkan resiko hipog-likemia, terutama pada penderita dengan gang-guan fungsi gin-jal.
Diberikan setelah makan
9
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI
1. NI-3.2 : Intake cairan yang berlebih berkaitan dengan penurunan kebutuhan
cairan akibat gangguan fungsi jantung ditandai oleh adanya edema tungkai dan
edema pulmo
2. NI-5.4. : Penurunan kebutuhan zat gizi (protein) berkaitan dengan gangguan
fungsi ginjal ditandai oleh kreatinin tinggi (4,51) dan BUN tinggi (43,1).
3. NI-5.4. : Penurunan kebutuhan zat gizi (Na) berkaitan dengan gangguan fungsi
jantung ditandai oleh tekanan darah tinggi.
4. NI-53.3 : Ketidaksesuaian asupan karbohidrat berkaitan dengan gangguan
toleransi glukosa (diabetes mellitus) ditandai oleh kadar gula darah sesaat tinggi
(256)
5. NC-1.1 : Kesulitan menelan berkaitan dengan gangguan fungsi jantung ditandai
oleh sesak nafas.
10
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Terapi Diet :
a. Jenis diet : DJ 2 DM 1700 RP40RG
b. Bentuk makanan : Lunak
c. Cara pemberian : Oral
2. Tujuan Diet :
a. Mengurangi progresivitas gagal ginjal
b. Membantu mencapai kadar gula darah normal
c. Mengurangi retensi air dan garam
d. Memberikan makanan tanpa memperberat kerja jantung
3. Syarat / prinsip Diet :
a. Energi cukup
b. Protein rendah, yaitu 0,8 gr/kg BB/hari
c. Karbohidrat rendah, yaitu 60% dari total kebutuhan energi
d. Lemak cukup
e. Cairan sebanyak jumlah urine yang keluar ditambah 500 cc
f. Natrium dibatasi
g. Bentuk makanan lunak
h. Porsi kecil dan sering
4. Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi
Kebutuhan kalori :
BB ideal : 52 kg 52 x 30 kcal = 1560 kcal
Koreksi umur 5 % x 1560 kcal = 78 kcal -
1482 kcal
Aktifitas fisik 10% x 1482 = 148,2 kcal +
Total energi 1630,2 kcal
Protein = 0,8 gr / kg BB = 0,8 gr x 52
= 41,6 gr
11
= 166,4 kcal
KH = 60% x 1630,2 kcal = 978,12 kcal
= 244,53 gr
Lemak = 1630,2 - 166,4 - 978,12 = 485,68 kcal
= 53,96 gr
Na 1 gram garam dapur mengandung 400 mg Na. Asupan Na maksimal
pasien adalah 1,5-2 gram (1500-2000 gram) sehingga garam dapur yang
dapat digunakan adalah 3,75 gram – 5 gram garam dapur (1 sdt) dalam
sehari.
Cairan 500 cc + jumlah urine dalam sehari
500 cc + 500 cc
1000 cc (4-5 gelas)
Adapun kebutuhan cairan pasien adalah 1000 cc atau identik dengan 2-3
gelas sehari (500 cc) dan 500 cc lagi berasal dari makanan.
Pembahasan Preskripsi Diet :
Perhitungan energi menggunakan berat badan ideal. Koreksi umur 5%
karena usia lebih dari 40 tahun. Aktifitas fisik menggunakan 10% karena os
bed rest. Jumlah energi yang dibutuhkan adalah 1630,2 kcal, protein 41,6 gr,
lemak 53,96 gr, dan karbohidrat 244,53 gr. Diet yang mendekati dengan
perhitungan kebutuhan tersebut adalah diet DM 1700 RP 40 RG. Protein
yang diberikan adalah 40 gram karena pada hari sebelumnya (25 November
2009) pasien melakukan HD untuk pertama kalinya (bukan HD rutin)
sehingga protein yang digunakan adalah 0,8 g/kg BB.
Rekomendasi Diet
REKOMENDASI STANDAR DIET
Makan Pagi Bubur 300 g
Ayam bumbu kuning 25 g
Sayur brongkos labu siam 100 g
Lalap tomat 25 g
Selingan pagi Kentang goreng 200 g
12
Makan siang Bubur 300 g
Putih telur bumbu ungkep 25 g
Sayur lodeh terong 50 g
Ca wortel 25 g
Semangka 150 g
Selingan siang Mie goreng 1 ps
Makan sore Bubur 300 g
Daging bacem 25 g
Ca sayuran 50 g
Tumis buncis 25 g
Pepaya 100 g
Selingan malam -
Nilai gizi Energi 1622.6 kcal
Protein 41.3 g
Lemak 48.4 g
Karbohidrat 257.1 g
Natrium 108.7 mg
Perbandingan Rekomendasi Diet dengan Kebutuhan Diet
Energi Protein Lemak KH Na
Rekomendasi 1622.6 41.3 48.4 257.1 108.7
Kebutuhan 1630.2 41.6 53.96 244.53 1500
% 99.53 99.28 89.69 105.14 7.25
5. Rencana monitoring dan evaluasi
Anamnesis Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target
Antropometr
i
BB,LILA Saat pulang BB normal, LILA
normal
Biokimia Total protein, Alb, Cre,
Uric, BUN,GDS, Hb,
Na, K, Cl
Sesuai keputusan
dokter
Normal
Fisik dan Respirasi, Nadi, suhu, Sesuai keputusan Normal
13
Klinis TD, edema
Keluhan
dokter
Membaik
Asupan Gizi Energi, Karbohidrat,
Protein, Lemak, Na,
cairan
Setiap hari Asupan minimal
80%
6. Rencana Konsultasi Gizi
Sasaran : Pasien dan anggota keluarga
Waktu : Saat di bangsal
Tempat : Bangsal Bougenville
Media : Leaflet diet
Metode : Konsultai gizi (Konseling)
Masalah gizi : Pembatasan asupan protein, karbohidrat, Na, dan cairan,
dan kesulitan menelan
Tujuan : Pengaturan pola makan yang baik dengan cara membatasi asupan
protein, karbohidrat, Na, dan cairan.
Konseling gizi :
a. Memberikan pengetahuan mengenai makanan / diet rendah protein (diet
gagal ginjal)
b. Memberikan pengetahuan mengenai makanan / diet rendah karbohidrat
(diet gangguan toleransi glukosa)
c. Memberikan pengetahuan mengenai makanan / diet rendah Na (diet
gagal jantung)
d. Memberikan pengetahuan mengenai pengaturan cairan
e. Memberikan pengetahuan mengenai makanan yang tidak memperberat
kerja ginjal
14
BAGIAN 5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan LLA, status gizi pasien termasuk baik (normal).
2. Dari hasil pemeriksaan biokimia pada awal kasus (25 November 2005),
diketahui bahwa pasien mengalami peningkatan kadar GDS, BUN,
kreatinin, klorida (hiperkloremia), kolesterol, dan LDL. Selain itu, juga terjadi
penurunan kadar natrium, kalium, Hb, RBC.
3. Dari data fisik/klinis, pasien terlihat compos mentis (sadar), terdapat
oedema pada tungkai, dan mengalami sesak nafas. Dari tanda vital,
tekanan darah dan laju respirasi pasien tinggi.
4. Asupan gizi pasien tergolong baik, yaitu 100% karena semua makanan
yang disajikan oleh rumah sakit dikonsumsi oleh pasien. Pasien juga tidak
mengonsumsi makanan dari luar.
B. SARAN
1. Memotivasi pasien untuk menjaga asupan makan selama di rumah sakit
dan di rumah.
2. Memotivasi pasien untuk mempertahankan status gizi.
3. Memotivasi pasien untuk membatasi makanan yang dapat meningkatkan
progresifitas gagal ginjal, mengganggu keseimbangan kadar gula darah,
serta makanan yang dapat memperberat kerja jantung.
15
BAGIAN 6. TINJAUAN TEORI
1. CHF
16
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer, 2001). Menurut Brunner
dan Suddarth (2002), CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan O2 dan nutrisi.
Cara terbaik untuk menjaga tubuh dari serangan jantung adalah mengubah gaya
hidup dengan menjalankan diet seimbang. Diet seimbang bisa juga dikatakan
sebagai makanan seimbang, yaitu makanan sehari-hari yang mengandung
berbagai zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh untuk hidup sehat secara optimal. Komposisinya terdiri dari karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, dan mineral (yayasan jantung Indonesia, 2008).
Bahan makanan yang mengandung karbohidrat adalah beras, jagung, sagu, ubi
dan hasil olahannya. Sumber protein nabati dapat diperoleh dari tempe, tahu,
kacang-kacangan, sedangkan protein hewani dari daging, telur, ayam dan ikan.
Sedangkan sumber zat pengatur didapat dari sayur dan buah-buahan.
Kelengkapan asupan nutrisi dan gizi tersebut merupakan keharusan, untuk
menjaga metabolisme tubuh tetap baik. Sedangkan jumlah dan banyaknya
makanan yang dimakan tergantung dari umur, jenis kelamin, dan aktivitas
sehari-hari. Setidaknya, konsep makanan seimbang ini harus dimulai dari
sekarang dengan menghindari berbagai makanan yang dapat meningkatkan
kadar lemak dalam dan kolestrol dalam tubuh (yayasan jantung Indonesia,
2008).
Lemak tak jenuh tunggal mempunyai pengaruh sedikit terhadap peningkatan
kadar kolesterol darah, terdapat pada minyak zaitun, minyak biji kapas, minyak
wijen dan minyak kelapa sawit. Sedangkan lemak tak jenuh ganda, yang
berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah terdapat pada minyak
jagung, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak bunga matahari dan
minyak ikan. Konsumsi kacang-kacangan seperti kacang kedelai, ikan, dan biji
bunga matahari yang mengandung asam lemak omega-3 (lenoleat) dan omega
6 (linoleat) harus ditingkatkan. Begitu pula dengan sayur, buah, jagung, ubi-
ubian yang mengandung serat. Serat pada buah-buahan secara efektif dapat
menurunkan kadar kolesterol LDL (yayasan jantung Indonesia, 2008).
17
Beberapa makanan tersebut di atas juga mengandung vitamin C dan E yang
dapat mencegah penyakit jantung. Vitamin C berperan dalam pembentukan
kolagen dan merupakan faktor positif untuk mencegah serangan jantung
koroner. Kekurangan vitamin C menyebabkan kerusakan susunan sel arteri
sehingga dapat terisi kolesterol dan menyebabkan aterosklerosis atau proses
pengapuran dan penimbunan elemen kolesterol (yayasan jantung Indonesia,
2008). Sedangkan vitamin E merupakan antioksidan yang berperan mencegah
terjadinya proses oksidasi dalam tubuh, di mana kolesterol LDL yang menembus
dinding arteri dapat menyumbat pembuluh darah setelah mengalami oksidasi.
Vitamin E dapat ditemukan di minyak nabati (minyak kedelai, minyak jagung dan
minyak biji bunga matahari), kacang-kacangan, biji-bijian dan padi-padian.
Pada pasien jantung, metode pemasakan makanan pun harus diperhatikan.
Cara yang terbaik adalah dengan ditumis, diungkep, dikukus, rebus, bakar atau
panggang (yayasan jantung Indonesia, 2008).
2. Penyakit Ginjal (CKD)
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I, II,
III, IV, dan V. Pada stasium IV dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat
tetapi belum menjalani terapi pengganti dialisis biasa disebut kondisi pre dialisis.
Umumnya pasien diberikan terapi konservatif yang meliputi terapi diet dan
medikamentosa dengan tujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara
perlahan akan masuk ke stadium V atau fase gagal ginjal. Status gizi kurang
masih banyak dialami pasien PGK. Penelitian keadaan gizi pasien PGK dengan
Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mt yng diberikan terapi konservatif di Poliklinik
Ginjal Hipertensi RSCM, dijumpai 50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang.
Faktor penyebab gizi kurang antara lain adalah asupan makanan yang kurang
sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian
melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh
tim kesehatan. Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal,
menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai
kualitas hidup yang cukup baik.
18
Penatalaksanaan Diet pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik pre dialisis stadium IV
dengan TKK < 25 ml/mt pada dasarnya mencoba memperlambat penurunan
fungsi ginjal lebih lanjut dengan cara mengurang beban kerja nephron dan
menurunkan kadar ureum darah. Standar diet pada Penyakit Ginjal Kronik Pre
Dialisis dengan terapi konservatif adalah sebagai berikut (Kresnawan, tanpa
tahun) :
1. Syarat Dalam Menyusun Diet
a. Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup 30
kkal/kg BB, dengan ketentuan dan komposisi sebagai berikut:
b. Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60 % dari total kalori
c. Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang
rusak sebesar 0,6 g/kg BB. Apabila asupan energi tidak tercapai, protein
dapat diberikan sampai dengan 0,75 g/kg BB. Protein diberikan lebih
rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet
Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi
tinggi/hewani hingga ≥ 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50
%.
d. Protein hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang
berasal dari olahan kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu.
e. Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan ± 30 % diutamakan
lemak tidak jenuh.
f. Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari
ditambah IWL ± 500 ml.
g. Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan
cairan dalam tubuh. Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara
dengan 1000-3000 mg Na/hari.
h. Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70
meq/hari
i. Fosfor yang dianjurkan ≤ 10 mg/kg BB/hari
j. Kalsium 1400-1600 mg/hari
2. Bahan Makanan yang Dianjurkan
a. Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti, kwethiau,
kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
19
b. Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam.
c. Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani.
d. Hasil olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat
dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai
sebagai variasi menu atau untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan
protein tetap diperhitungkan.
e. Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine
rendah garam, mentega.
f. Sumber Vitamin dan Mineral
g. Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hiperkalemi perlu
menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus
yaitu dengan cara merendam sayur dan buah dalam air hangat selama 2
jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur / buah dicuci kembali dengan
air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah /
coktail buah.
3. Bahan Makanan yang Dihindari
a. Sumber Vitamin dan Mineral
b. Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami hiperkalemi.
Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah bayam, gambas, daun
singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang, durian, dan nangka.
c. Hindari / batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan
asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin,
penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan, dan
diasinkan.
3. DM 2 NO
Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula
dalam darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat di-
gunakan oleh tubuh. Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan
penyakit gula darah atau kencing manis yang mempunyai jumpah penderita
yang cukup banyak di Indonesia juga di seluruh dunia. Pada orang yang sehat
karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan diubah menjadi glukosa yang
akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan
20
insulin. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke
dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya
kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek
samping yang bersifat negatif atau merugikan (Kurnia, 2009).
Penyakit yang akan ditimbulkan oleh penyakit gula darah ini adalah gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh
darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang bagi penderita yang parah bisa am-
putasi anggota tubuh karena pembusukan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan
melakukan perawatan dengan Obat Diabetes & Obat Diabetes Melitus yang
serius bagi penderita serta melaksanakan / menjalani gaya hidup yang sehat dan
baik bagi yang masih sehat maupun yang sudah sakit (Kurnia, 2009).
Terdapat dua tipe diabetes mellitus, DM tipe 1 adalah di mana tubuh kekurangan
hormon insulin atau istilahnya Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan
DM tipe 2 di mana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan se-
mestinya atau istilahnya Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Dia-
betes bukan 100% penyakit turunan. Diabetes mellitus bisa disebabkan riwayat
keturunan maupun disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Setiap orang bisa
terkena penyakit kencing manis baik tua maupun muda (Kurnia, 2009).
Menurut Almatsier (2006), tujuan diet penyakit diabetes mellitus adalah untuk
membantu pasien mengendalikan kadar gula darah, sedangkan tujuan diet dia-
betes mellitus dengan nefropati adalah untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi normal serta menghambat laju kerusakan ginjal dengan cara mengen-
dalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah, mencegah menurunnya fungsi
ginjal, dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ada 8 jenis diet
Diabetes Mellitus rendah protein, yaitu 30 g, 40 g, dan 50 g. Diet diberikan
sesuai dengan kebutuhan energi dan kemampuan fungsi ginjal pasien.
21
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta : Gramedia
Ganong, Wiliam F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh H.M.
Djauhari Widjajakusumah. Jakarta : EGC
Kresnawan, Triyani. Tanpa tahun. Diet Rendah Protein dan Penggunaan Protein
Nabati Pada Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta : FK-UI RSCM
Kurnia, Julius. 2009. Informasi DM. Diakses dari http://juliuskurnia.wordpress.com
pada tanggal 28 November 2009 pukul 19.55 WIB
Lubis, Harun Rasyid. 2006. Penyakit Ginjal Diabetik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Editor : Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus Simadibrata, dan Siti Setiati. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Samkony, dkk. 2003. Dietetik 12. Bandung : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Bandung
Suwitra, Ketut. 2006. Penyakit Ginjal Kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Editor : Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi,
Marcellus Simadibrata, dan Siti Setiati. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Yayasan Jantung Indonesia. 2008. Jantung. Diakses dari http://www.inaheart.or.id/
pada tanggal 28 November 2009 pukul 19.50 WIB
22
Lampiran. Hasil Perhitungan Rekomendasi Standar Diet
=====================================================HASIL PERHITUNGAN DIET
=====================================================Nama Makanan Jumlah ________________________________________________________ makan pagibubur nasi 300 g ayam 25 g minyak kelapa 3 g labu siam mentah 100 g minyak kelapa 5 g tomat muda 25 g Meal analysis: energi 384.2 kcal (24 %), karbohidrat 53.5 g (21 %)
selingan pagikentang 200 gminyak kelapa 5 g Meal analysis: energi 229.1 kcal (14 %), karbohidrat 43.2 g (17 %)
makan siangbubur nasi 300 g telur ayam bagian putih 25 g minyak kelapa 3 g terong putih mentah 50 g santan (kelapa dan air) 50 g wortel 25 g minyak kelapa 3 g semangka 150 g Meal analysis: energi 402.7 kcal (25 %), karbohidrat 65.7 g (26 %)
selingan siangmie basah 100 g minyak kelapa 5 g Meal analysis: energi 184.1 kcal (11 %), karbohidrat 28.3 g (11 %)
makan sorebubur nasi 300 g daging sapi 25 g gula merah 5 g minyak kelapa 3 g Ca sayuran 50 g buncis mentah 25 gminyak kelapa 3 g pepaya 100 g Meal analysis: energi 422.5 kcal (26 %), karbohidrat 66.5 g (26 %)
23
================================================================HASIL PERHITUNGAN
================================================================Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase nilai nilai/hari pemenuhan___________________________________________________________________energi 1622.6 kcal 1630.2 kcal 99.53 % protein 41.3 g 41.6 g 99.28 % lemak 48.4 g 53.96 g 89.70 % karbohidrat 257.1 g 244.53 g 105.14 % Na 108.7 mg 1500 mg 7.24 %
24