Contoh Audit Lingkungan

74
MAKALAH TUGAS AUDIT LINGKUNGAN Studi Kasus : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Akibat Pertambangan Nikel, Sorowako, Sulawesi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2013 Nama : 1. Desta Sandi Putra P (19310866) 2. Punto Ajie Ramadhan (19310906) Prodi/ Semester : Teknik Sipil/ Sembilan (IX) Dosen Pembimbing : Dr. Ruswandi Tahrir

Transcript of Contoh Audit Lingkungan

Page 1: Contoh Audit Lingkungan

MAKALAH

TUGAS AUDIT LINGKUNGAN

Studi Kasus : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Akibat

Pertambangan Nikel, Sorowako, Sulawesi Terhadap Lingkungan dan

Masyarakat

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK

2013

Nama : 1. Desta Sandi Putra P (19310866)

2. Punto Ajie Ramadhan (19310906)

Prodi/ Semester : Teknik Sipil/ Sembilan (IX)

Dosen Pembimbing : Dr. Ruswandi Tahrir

Page 2: Contoh Audit Lingkungan

2

BAB 1

PENDAHULUAN

Masalah-masalah lingkungan yang muncul di tingkat global, nasional atau

bahkan ditingkat lokal dewasa ini merupakan wacana untuk melakukan koreksi

terhadap paradigma pembangunan. Meluasnya krisis atas kondisi lingkungan di

Indonesia diduga disebabkan oleh rencana pembangunan yang masih sangat

terfokus pada aspek pertumbuhan ekonomi daripada kelestarian lingkungan.

Indikasinya adalah adanya degradasi kualitas dan daya dukung lingkungan yang

terjadi baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Bencana alam seperti banjir,

tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, degradasi tanah dan keanekaragaman

hayati, dan juga pencemaran sungai, laut dan udara, tampaknya terjadi secara

periodik antara satu dengan yang lain. Akibatnya, biaya untuk memulihkan

dampak lingkungan negatif yang ditanggung oleh masyarakat setempat dan

pemerintah pun menjadi sangat tinggi.

Berlakunya Undang-Undang tentang Perlindungan Manajemen

Lingkungan Hidup (PMLP) Nomor 32 pada Oktober 2009 harus diikuti dengan

implementasi peraturan, pengembangan kapasitas dan penegakan hukum.Salah

satu bagian penting dari pelaksanaan peraturan adalah pengembangan tata ruang

yang memperhitungkan pertimbangan lingkungan dan prinsip-prinsip

keberlanjutan.

Berkenaan dengan Rencana Tata Ruang KSN Sorowako, pembentukan

Sorowako sebagai Kawasan Startegis Nasional terkandung dalam Peraturan

Page 3: Contoh Audit Lingkungan

3

Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, di mana

peraturan ini merupakan penerapan Sorowako dan daerah sekitarnya sebagai

Kawasan Strategis Nasional. Notasi ini menunjukkan bahwa tahap-tahap

pembentukan Kawasan Strategis Nasional Sorowakoakan dimulai pada

Pembangunan Tahap I (2010-2014) dengan fokus "Rehabilitasi dan Pembangunan

Daerah Strategis Nasional" dengan kepentingan "Penggunaan Teknologi Canggih

terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Alam".

1.1 LATAR BELAKANG

Sorowako adalah desa di Kecamatan Nuha, Luwu Timur, Sulawesi

Selatan, Indonesia.Berada di ketinggian 1388 kaki dpl. Desa-desa di sekitar

Sorowako yang termasuk dalam Kecamatan Nuha adalah: Desa Nuha, Desa

Matano, Desa Magani, dan dusun di sekitarnya antara lain: Pontada, Salonsa, Old

Camp, dan Lawewu.

Gambar 1.1 Kawasan Strategis Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 4: Contoh Audit Lingkungan

4

Sekarang area Sorowako sudah berkembang dan dipecah menjadi 3 desa,

yaitu Desa Sorowako, Kelurahan Magani, dan Desa Nikel. Hingga sekarang

dengan adanya perusahan PT. Vale Indonesia, Tbk. yang dulunya PT. INCO, Tbk.

beroperasi di daerah ini, menjadikan Sorowako yang dulunya sedikit (tahun

1968), sekarang (2013) sudah bertambah banyak karena sebagian besar karyawan

berdomisili di daerah ini. Hampir 70% penduduk di Sorowako adalah pendatang

yang berasal dari hamper semua provinsi di Indonesia dan sebagian kecil berasal

dari kaum ekspatriat. Selain itu Sorowako juga mempunyai penduduk asli yang

bahasa aslinya adalah Soroako.

Selain terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah, Sorowako juga

terkenal dengan sumber daya mineralnya terutama logam dan besi laterit dengan

deposit yang terbesar di dunia.Hingga saat ini potensi ini sebagian telah

dieksplorasi dan dieksploitasi oleh berbagai perusahaan penambangan. Salah satu

yang terbesar adalah PT. Vale Indonesia, Tbk.

Peta Persebaran Potensi Sumber Daya Mineral Nikel dan Potensi

Sumberdaya dan Cadangan Nikel di Kawasan Sorowako dan Sekitarnya, dapat

diketahui bahwa sebaran batuan ultra basa yang diperkirakan mengandung

mineral-mineral laterit (diantaranya nikel) membentang dari arah utara Kabupaten

Banggai dan Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah) sampai dengan ke arah selatan

Kabupaten Konawe dan Konawe Utara (Provinsi Sulawesi Tenggara).

1.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah audit lingkungan ini adalah sebagai

berikut :

Page 5: Contoh Audit Lingkungan

5

1. Mengetahui studi AMDAL yang digunakan oleh perusahaan pertambangan

nikel di Sorowako.

2. Menganilisis dampak terhadap lingkungan dan masyarakat akibat

pertambangan nikel di Sorowako.

1.3 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Sorowako sebagai lokasi pengashil barang tambang logam nikel terbesar

di dunia, bukan tanpa masalah di dalam pengelolaannya. Penambangan di

Sorowako ini telah menyebabkan berbagai kerusakan alam karena sejak awal pada

saat eksplorasi hingga pemanfaatan potensi sumber daya mineral di Sorowako

belum memperhatikan dampak lingkungan dan juga belum berdasarkan prinsip

KLHS dalam mengelola sebuah lokasi pertambangan. Masalah-masalah terkait

dengan penambangan nikel di Sorowako adalah sebagai berikut :

1. Daya Dukung Dan Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Nikel

Kegiatan utama yang pertambangan nikel menggunakan sumber daya

pertambangan nikel tersebar meluas pada KSN Sorowako. Pemberian ijin

yang tidak terencana, akan mempercepat kerusakan ekosistem yang

ditimbulkan dari kegiatan pertambangan nikel yang sporadis dan meluas serta

tidak bertanggung jawab.

2. Penurunan Kinerja Layanan/ Jasa Ekosistem Hutan Hujan Tropis

Terjadinya perubahan bentang alam akibat adanya deforestasi dan perusakan

kawasan hutan lindung dari kegiatan penambangan terbuka. Perubahan

bentang alam ini akan meningkatkan ketidakstabilan tanah.

Page 6: Contoh Audit Lingkungan

6

3. Penurunan Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS)

DAS yang melingkupi KSN Sorowako telah mengalami masalah kemunduran

fungsi DAS yaitu adanya erosi tanah dan sedimentasi akibat tanah hasil

pengupasan penambangan.Hal ini mempengaruhi pula kuantitas resapan air

serta mengganggu habitat perairanpada DAS.

4. Kapasitas Daya Dukung Dan Daya Tamping Air Permukaan Dan Air Tanah

Pendangkalan mengurangi kapasitas daya tampung danau dan sungai.

Pencemaran air akibat proses pengolahan nikel berpotensi mengganggu

kebutuhan konsumsi air penduduk, mengganggu mata pencaharian perikanan

masyarakat dan mengancam kepunahan spesies biota air tawar endemik di

danau dan sungai bahkan mangrove dan terumbu karang pada pantai.

5. Dampak Dan Resiko Pencemaran Udara

Pencemaran udata diakibatkan oleh proses pengolahan nikel, sehingga proses

dan teknologi pengolahan berperan dalam menurunkan dampak dan resiko

pencemaran udara.

6. Terancamnya Tingkat Ketahanan Dan Potensi Keanekaragaman Hayati

Perubahan bentang alam dalam bentuk deforestasi serta penurunan ekosistem

DAS mengakibatkan terancamnya kelestarian keanekaragaman hayati, baik

flora dan fauna daratan dan perairan sungai/ danau/ laut. Jenis-jenis biota darat

dan perairan yang merupakan spesies endemik wallacea Sulawesi beberapa

sudah punah dan tidak ditemukan lagi.

Page 7: Contoh Audit Lingkungan

7

7. Tingkat Kerentanan Dan Kapasitas Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Tingkat kerentanan adaptasi perubahan iklim ini potensial terjadi akibat

adanya deforestasi dan perubahan bentang alam yang menghilangkan pohon-

pohon yang memiliki kemampuan untuk menyerap CO2.

Belum selesai sampai di situ, kini Matano terancam mengalami kerusakan

yang serupa. Hal ini dikarenakan tambang nikel di Desa Sorowako sudah hampir

habis dan pada Danau Matano terdapat potensi sumber nikel dengan deposit yang

besar.

Page 8: Contoh Audit Lingkungan

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GAMBARAN UMUM KSN SOROAKO

Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

mengamanatkan penetapan kawasan strategis nasional dalam Rencana Tata Ruang

Nasional (RTRW) yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai

pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan

dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk

wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Sebagai tindak lanjut

penetapan kawasan strategis nasional, dalam Peraturan Pemerintah No 26 tahun

2008 tentang RTRWN, Kawasan Sorowako dan sekitarnya ditetapkan menjadi

Kawasan Strategis Nasional yang dilihat dari sudut kepentingan pertumbuhan

ekonomi yang memilki basis ekonomi pertambangan.

2.1.1 Lokasi

Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sorowako secara umum adalah

wilayah kontrak karya pertambangan nikel yang meliputi beberapa kecamatan

yang ada di Kabupaten Luwuk Timur (Provinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten

Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah), Kabupaten Konawe dan Konawe Utara,

serta Kabupaten Kolaka Utara (Provinsi Sulawesi Tenggara). Dengan Demikian

KSN Sorowako ini secara geografis merupakan kawasan yang berbatasan dengan

3 provinsi yang berada di Pulau Sulawesi. Delineasi wilayah perencanaan

Page 9: Contoh Audit Lingkungan

9

mengacu pada Materi Teknis Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan

Sorowako tahun 2008 yang ditetapkan berdasarkan :

1. Sebaran potensi pertambangan (Wilayah Inti).

2. Sebaran wilayah kontrak kerja dan kuasa pertambangan (Wilayah Inti).

3. Sebaran sarana dan prasarana pertambangan serta pendukungnya (Wilayah

pengaruh).

Provinsi Kabupaten Kecamatan Luas (km2)

Sulawesi Selatan Luwuk Timur Towuti

Nuha

Nasuponda

Malili

angkona

Tomoni

Tomoni Timur

Mangkutana

Kalaena

Wotu

Burau

1,820.48

808.27

1,244.00

921.2

147.24

168.09

105.91

1,300.96

41.96

130.52

256.23

Sulawesi Tengah Morowali Bungku Tengah

Bahodopi

Bungku Selatan

1,112.80

1,080.98

1,271.19

Sulawesi

Tenggara

Konawe Routa 2,188.58

Konawe UtaraWiwirano

Linggikima

1,505.09

476.75

Kolaka UtaraBatu Putih

Porehu

558.53

647.23

Total 1,576.01

Tabel 2.1 Wilayah Perencanaan KSN Soroako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 10: Contoh Audit Lingkungan

10

Secara administratif lingkup wilayah perencanaan mencakup kedalam 3

(tiga) wilayah Provinsi, 5 (lima) wilayah kabupaten, dan 19 wilayah kecamatan,

dengan luas total 15.786,01 km2. Menurut Rencana Tata Ruang Kawasan

Strategis Nasional Sorowako, wilayah perencanaan dibagi menjadi wilayah inti

dan wilayah pengaruh, dimana wilayah inti adalah wilayah yang termasuk dalam

kontrak karya dan kuasa pertambangan (kawasan pertambangan). Sedangkan

wilayah pengaruh adalah wilayah diluar wilayah inti (kawasan non pertambangan)

yang merupakan wilayah pengaruh atau daerah pendukungnya.

2.1.2 Potensi Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh KSN Sorowako yang

unggulan adalah pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan-kelautan.

Namun sektor pariwisata juga merupakan potensi besar untuk dikembangkan,

karena adanya obyek wisata alam yang dapat dijadikan sebagai tujuan wisata

untuk domestic dan mancanegara. Berikut ini beberapa potensi sumber daya alam

yang dapat dikembangkan diwilayah ini.

1. Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Potensi perkebunan dan kehutanan juga Nampak amat menonjol di KSN

Sorowako. Jens komoditas yang potensial untuk dikembangkan dan banyak di

usahakan oleh masyrakat antara lain kelapa sawit, kakao, cengkeh, dan vanili.

2. Perikanan dan Kelautan

Luas areal pertambakan (budidaya air payau) khusu hanya di Kabupaten Luwu

Timur mencapai 3.475 Ha. Komoditas yang di usahakan antara lain udang

Page 11: Contoh Audit Lingkungan

11

windu, ikan banding, rumput laut, dan kepiting bakau, dewngan total produksi

mencapai 945 ton. Selain itu, luas areal kolam air tawar, minapadi, budidaya

laut, dan budidaya danau masing-masing mencatat angka luasan sebesar 175

Ha, 223 Ha, 2,5 Ha, 14 Ha.

3. Pariwisata

KSN Sorowako memiliki potensi tempat wisata yang indah, tak hanya wisata

budaya wisata alam menjadi incaran wisatawan asing. Kondisi geografis KSN

Sorowako dengan jumlah kawasan pegunungan dan hutan lindung menjadikan

daerah ini untuk mengembangkan sektor wisata.

4. Pertambangan/ Mineral

Potensi sumberdaya mineral terutama logam yaitu nikel dan besi laterit di

KSN Sorowako diperkirakan mengandung deposit yang besar. Hingga saat ini

potensi ini sebagian telah dieksplorasi maupun dieksploitasi oleh berbagai

perusahaan penambangan.

Khusus terkait dengan sumber daya alam mineral/tambang yang dimiliki

oleh kawasan ini, berdasarkan data dari Kementerian ESDM, sebagaimana terlihat

pada Gambar 3.1.2. Peta Persebaran Potensi Sumber Daya Mineral Nikel dan

Potensi Sumberdaya dan Cadangan Nikel di Kawasan Sorowako dan Sekitarnya,

dapat diketahui bahwa sebaran batuan ultrabasa yang diperkirakan mengandung

mineral-mineral laterit (diantaranya nikel) membentang dari arah utara Kabupaten

Banggai dan Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah) sampai dengan ke arah selatan

Kabupaten Konawe dan Konawe Utara (Provinsi Sulawesi Tenggara).

Page 12: Contoh Audit Lingkungan

12

Gambar 2.1 Peta Administrasi Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Gambar 2.2 Peta Persebaran Nikel di Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 13: Contoh Audit Lingkungan

13

NO PROVINSI LOKASI

SUMBER DAYA NIKEL (TON) CADANGAN (TON)

HIPOTETIK TEREKA TERUNJUK TERUKUR TERDUGA TERBUKTI

ORE METAL ORE METAL ORE METAL ORE METAL ORE METAL ORE METAL1 Sulawesi

SelatanB. Petea - - - - - - - - - - 19,000,000 271,700

Soroako east block - - - - 7,200,000 128,160 - - 16,500,000 293,700 10,200,00 179,520

Soroako hpal - - 108,300,000 1,462,050 - - - - - - - -

Soroako outer soa - - 104,400,000 1,889,640 - - - - - - - -Soroako westblock

- - 2,100,000 38,010 400,000 6,480 300,000 5,190 24,400,000 461,160 42,600,009 813,660

2 SulawesiTengah

Bahodopi b1&b2 - - 54,700,000 738,450 48,200,000 848,320 - - - - - -

Bahodopi b4 - - 7,400,000 123,580 - - - - - - - -

Bahodopi b3 - - 5,400,000 93,420 - - - - - - - -

Bahodopi b3&b4 - - 14,500,000 256,650 - - - - - - - -3 Sulawesi

TenggaraManiang - - - - - - - - - - 450,000 10,170

Tapunopaka - - - - - - - - 3,800,000 76,000 - -

Pomala b5 - - - - - - - - - - 1,060,000 24,380

Pomala b4 - - 23,000,000 317,400 - - - - - - - -

Pomala b3 - - 8,000,000 116,800 - - - - - - - -

Pomala b2 - - 900,000 11,250 - - - - - - - -

Pomala b1 - - 53,000,000 773,800 - - - - - - - -

Pomala - - - - - - - - - - 3,600,000 68,400

Mandiodo b1 - - - - 21,600,000 324,000 5,450,000 81,750 - - - -

Mandiodo b2 - - - - 5,700,000 125,400 - - - - - -

Iwoikondo 64,617.00 801.25 - - - - - - - - - -

Bahubulu b1 - - - - 20,600,000 309,000 5,200,000 78,000 - - - -

Bahubulu b2 - - - - 10,000,000 180,000 8,400,000 151,200 - - - -

Tapunopaka b2 - - - - - - - - 9,950,000 159,200 - -

Pomala b1 feni - - 18,000,000 432,000 - - - - - - - -

Tabel 2.2 Potensi Sumberdaya dan Cadangan Nikel di Kawasan Soroako dan Sekitarnya

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 14: Contoh Audit Lingkungan

14

2.1.3 Pengelolaan Kegiatan Pertambangan Soroako

Pengelolaan tambang dilakukan oleh badan usaha yang berizin. Izin Usaha

Pertambangan yang selanjutnya disebut (IUP) adalah izin untuk melakukan usaha

pertambangan. Pemegang IUP ini dapat berupa Wilayah badan usaha, koperasi

dan perseorangan. Pemegang IUP ini selanjutnya disebut sebagai Kuasa

Pertambangan. Kuasa Pertambangan ini selanjutnya memiliki wewenang untuk

melakukan kegiatan pertambangan umum yang mencakup kegiatan penyelidikan

umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan serta

penjualan bahan galian.

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, yaitu Peta Wilayah Kuasa

Pertambangan (Gambar 3.2 dan Gambar 3.3) dapat diketahui bahwa terdapat 3

(tiga) Perusahaan Kuasa Pertambangan yakni PT. Inco, PT Aneka Tambang dan

PT. Rio Tinto. Dari ketiga perusahaan pertambangan tersebut PT. Inco memiliki

luas wilayah kontrak karya yang terbesar dengan wilayah tersebar di 14 blok di

tiga provinsi sedangkan PT. Rio Tinto dan PT. Aneka Tambang terletak

berdekatan dengan wilayah kontrak karya PT. Inco. Wilayah kuasa pertambangan

yang dimiliki PT. Rio Tinto berada di Kecamatan Bungku Tengah dan Bahodopi,

Kabupaten Morowali. Sedangkan wilayah kuasa pertambangan yang dimiliki PT.

Aneka Tambang berada di Kecamatan Bungku Selatan, Kabupaten Morowali.

PT International Nickel Indonesia Tbk (PT Inco Tbk) merupakan salah

satu produsen nikel utama di dunia saat ini. Kontribusi sektor pertambangan

terhadap PDRB Kabupaten Luwu Timur maupun terhadap PDRB Nasional cukup

signifikan. Begitu juga halnya dengan ekspor (terutama ekspor hasil

pertambangan nikel), daya serap terhadap investasi (baik PMDN maupun PMA),

Page 15: Contoh Audit Lingkungan

15

penyerapan tenaga kerja, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di

sekitarnya.

PT. Inco adalah pemegang Kontrak Karya generasi I yang ditandatangani

pada tanggal 27 Juli 1968, untuk bahan galian nikel dan mineral pengikutnya.

Wilayah Kontrak Karya PT Inco di Pulau Sulawesi meliputi 3 provinsi dengan

luas total ± 218.529 ha terdiri dari 36.635 ha (17%) di Provinsi Sulawesi Tengah,

118.387 ha (54%) di Provinsi Sulawesi Selatan, serta 63.506 ha (29%) sisanya

berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kontrak Karya ini berlaku sejak produksi

komersil tanggal 1 April 1978 hingga 31 Maret 2008. Saat ini Kontrak Karya

tersebut telah diperpanjang selama 30 tahun berlaku efektif dari tanggal 29

Desember 1995 hingga 28 Desember 2025. Keseluruhan wilayah Kontrak Karya

tersebut terbagi menjadi 14 (empat belas) blok.

PT. Inco merupakan salah satu produsen nikel dunia yang melakukan

penambangan, pengolahan dan peleburan nikel secara terpadu dari cadangan bijih

nikel laterit di sekitar wilayah Sorowako. Kepercayaan dari Pemerintah Indonesia

kepada PT. Inco untuk mengelola cadangan bijih nikel di Pulau Sulawesi telah

berlangsung selama empat dekade. Kepercayaan ini diwujudkan dalam bentuk

kontrak karya antara Pemerintah Indonesia dengan PT. Inco. Melalui kontrak

karya pertama yang ditandatangani pada tanggal 27 Juli 1968. Kontrak Karya ini

berlaku sejak produksi komersil tanggal 1 April 1978 hingga 31 Maret 2008. Saat

ini Kontrak Karya tersebut telah diperpanjang selama 30 tahun berlaku efektif dari

tanggal 29 Desember 1995 hingga 28 Desember 2025. Keseluruhan Wilayah

Kontrak Karya PT Inco terbagi menjadi 14 (empat belas) blok yang tersebar di

Pulau Sulawesi meliputi 3 provinsi dengan luas total ± 218.529 ha terdiri dari

Page 16: Contoh Audit Lingkungan

16

36.635 ha (17%) di Provinsi Sulawesi Tengah, 118.387 ha (54%) di Provinsi

Sulawesi Selatan, serta 63.506 ha (29%) sisanya berada di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Perincian lokasi dan luas masing-masing blok seperti terlihat pada

Tabel 2.3 sebagai berikut :

Provinsi Blok Kabupaten KecamatanLuas

(Ha)

Sulawesi Tengah

(36,635 Ha/ 17%)

Kolonodale

Bahodopi Morowali Bungku Tengah

4,512

32,123

Sulawesi Selatan

(118,387 Ha/ 54%)

Matano

Bulubalang

Lingke

Sorowako-

Towuti

Luwu Timur

Luwu Timur

Luwu Timur

Luwu Timur

Konawe

Nuha

Malili

Towuti

Towuti

Routa

6,176

2,249

1,584

108,377

Sulawesi Tenggara

(63,506 Ha/ 29%)

Latao

Matarape

Lasolo

Torobulu

Pomalaa

Paopao

Sua-sua

Malapulu

(Kabaena)

Kolaka Utara

Konawe Sel

Kolaka Utara

Bombana

Buton

Batu Putih 3,148

1,680

4,087

13,817

20,286

6,786

10,372

3,330

Total 153,657

2.1.4 Undang – Undang KSN Soroako

Kawasan Sorowako dan Sekitarnya sebagaimana diamanatkan dalam PP

No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai

Tabel 2.3 Wilayah Kontrak Karya PT. INCO di Sulawesi

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 17: Contoh Audit Lingkungan

17

Kawasan Strategis Nasional dengan sudut kepentingan Pendayagunaan

Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi, sehingga untuk itu Rencana Tata Ruang

nya merupakan rencana rinci dari RTRWN.

Berdasarkan RTRWN, Kawasan Strategis Nasional (KSN) merupakan

wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan

keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/lingkungan termasuk wilayah

yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kawasan ini merupakan kawasan yang

memiliki nilai strategis nasional, yaitu kemampuan kawasan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah disekitarnya serta mendorong

pemerataan perkembangan wilayah. Penetapan suatu kawasan menjadi Kawasan

Strategis Nasional dilakukan berdasarkan kepentingan-kepentingan sebagai

berikut :

1. Pertahanan dan keamanan.

2. Pertumbuhan ekonomi.

3. Sosial budaya.

4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi.

5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional ini menetapkan Kawasan Sorowako dan Sekitarnya sebagai

Kawasan Strategis Nasional dengan notasi (I/D/2). Notasi tersebut menunjukkan

bahwa pengembangan Kawasan Strategis Nasional Sorowako dilakukan pada

tahapan pengembangan I (2010–2014) dengan fokus pengembangan “Rehabilitasi

Page 18: Contoh Audit Lingkungan

18

dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional” dengan sudut kepentingan

“Pendayagunaan Sumberdaya Alam dan/atau Teknologi Tinggi”, khususnya

pengembangan/peningkatan kualitas kawasan. Terkait dengan hal ini, maka dapat

diketahui bahwa KSN Sorowako dan Sekitarnya merupakan kawasan strategis

dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi

tinggi. Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional karena

memiliki sumber daya alam strategis nasional berupa sumber daya mineral nikel

yang keberadaannya mampu mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.

2.2 KONDISI LINGKUNGAN

Kondisi lingkungan di sekitar KSN Sorowako meliputi Kondisi Geofisik

yaitu iklim, topografi, geologi, kawasan rawan bencana, hidrologi, kualitas air

serta pemanfaatan dan tutupan lahan.

2.2.1 Iklim

KSN Sorowako merupakan wilayah dengan curah hujan pertahunnya

berkisar antara 1.000 – 4.850 mm yang berarti intensitasnya cukup tinggi. Musim

hujan terjadi pada bulan November–Maret, yang disebabkan oleh pengaruh angin

yang bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik setelah melewati beberapa

lautan banyak mengandung uap air dan jatuh di wilayah ini. Sedangkan pada

musim pancaroba terjadi pada Bulan April, disebabkan oleh arah angin dan

kecepatan angin yang tidak menentu, sehingga curah hujan tidak merata, hal ini

merupakan musim peralihan antara musim hujan dan musim kemarau. Adapun

musim kemarau terjadi sekitar Bulan Mei–Oktober, disebabkan oleh pengaruh

Page 19: Contoh Audit Lingkungan

19

angin yang bertiup dari arah timur (Benua Australia), dimana hampir tidak

mengandung uap air. Ditinjau dari intensitas dan frekuensi hujan serta distribusi

bulanan yang merata di KSN Sorowako, maka secara agroklimatologi. Wilayah

ini sangat potensial untuk pengembangan berbagai jenis komoditas pertanian.

Selain itu, curah hujan dapat dijadikan sebagai masukan (sumber air) pada danau-

danau yang ada.

2.2.2 Topografi

Morfologi wilayah KSN Sorowako cukup bervariasi mulai dari datar

sampai dengan bergunung. Kondisi areal datar sampai dengan landai terutama di

daerah sekitar pantai/teluk. Sedangkan wilayah yang bergelombang dan

bergunung terdapat di semua kecamatan yang tercakup dalam wilayah

perencanaan. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 10 mdpl hanya terdapat di

beberapa desa di Kecamatan Malili, Towuti, dan Bahodopi. Sedangkan kawasan–

kawasan yang ketinggiannya melebihi 2.000 mdpl terdapat pada kawasan–

kawasan perbatasan kabupaten, antara lain perbatasan Kabupaten Luwuk Timur

dengan Luwuk Utara, Palu, dan Morowali. Tingkat kelerengan di wilayah

perencanaan didominasi oleh tingkatan kemiringan terjal/curam–sangat

terjal/curam, (>40%), yakni lebih dari 70 %, dengan sebaran utama di sepanjang

Pegunungan Verbeck. Wilayah yang relatif datar/landai hanya di sekitar Malili,

pantai barat Kolaka Utara, dan pantai timur Bahodopi.

Page 20: Contoh Audit Lingkungan

20

2.2.3 Geologi

Wilayah perencanaan berdasarkan pada pembagian Mandala Sulawaesi

menurut Sukamto, 1975, dapat dibedakan menjadi 2 mandala geologi, yaitu :

1. Mandala Sulawesi Barat : didirikan oleh suatu kompleks alas batuan

metamorfosis yang tertindih oleh batuan-batuan sedimen dan gunung api.

Terobosan tertier terjadi pada Mandala ini.

2. Mandala Sulawesi Timur : sebagian besar terdiri dari batuan basa dan

ultrabasa dan sekis yang menyertainya.

Struktur Geologi yang dominan dipengaruhi oleh Sesar Palu Koro yang

merupakan kelanjutan Sesar Sorong yang melibatkan Kerak Samudra Pasifik.

Adapun beberapa pola arah kelurusan sesar/patahan yang diperkirakan pada dapat

dikelompokan menjadi :

1. Arah Barat Laut Tenggara merupakan arah dari pola pergerakan Sesar Palu

Koro yang membentuk Danau Towuti, Danau Matano, dan Danau Poso di

sebelah utara. Kemudian di bawahnya berkembang Sesar Lasolo pada arah

yang sama kemudian menjadi titik intensif di bagian selatan. Sesar Lasolo ini

diperkirakan masih aktif, terbukti dengan munculnya mata air panas di batu

gamping terumbu yang berumur holosen pada jalur sesar tersebut di tenggara

Tinobu, Kecamatan Lasolo.

2. Arah Timur Laut–Barat Daya yang berkembang tidak seintensif arah Barat–

Tenggara, tampak merupakan orde selanjutnya karena memotong arah Barat

Laut–Tenggara, juga berkembang luas di sebelah utara dan pantai barat

mendekati Teluk Bone.

Page 21: Contoh Audit Lingkungan

21

2.2.4 Kawasan Rawan Bencana

Dengan masih adanya sesar aktif seperti Sesar Lasolo maka beberapa

wilayah di KSN Sorowako ini dapat dikategorikan sebagai kawasan rawan

bencana gempa tektonik dan pergerakan tanah. Kawasan rawan bencana gempa

khususnya pada wilayah–wilayah yang berada di sepanjang/sekitar zona sesar

tersebut. Berdasarkan peta zona gempa Indonesia KSN Sorowako mempunyai

kategori Zona D yang berarti koefesien gempanya cukup tinggi (zona A paling

kecil/aman sampai dengan zona F paling besar).

Batuan yang tersingkap adalah formasi Latimojong, Formasi Matano,

bantuan Ultramafik dan Komplek Pompangeo. Formasi Latimojong terdiri dari

Gambar 2.3 Peta Zona Gempa Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 22: Contoh Audit Lingkungan

22

perselingan batusabak, filit, wacke, kuarsit, batu gamping dan batulanau, sisipan

konglomerat dan rijang, dan umumnya termalihkan lemah. Formasi matano yang

berumur Kapur Atas disusun oleh batu gamping hablur dan kalsilutit, napal,

serpih, sisipan rijang dan batusabak, formasi ini di endapkan dilingkungan laut

dalam. Terakhir Batuan Ultramafik berbatasan sesar naik dengan Formasi

Matano, dicirikan oleh suatu lajur batuan tersepentinkan dengan ketebalan

mencapai puluhan meter.

Pada sabuk ultrabasa terdapat endapan nikel laterit yang potensial

memanjang > 120 km dan lebar >60 km. Batuan Ultramafik yang dianggap

sebagai “source” merupakan akibat dari pergerakan tektonik lempeng pada jaman

kapur–Tersier ketika lempeng pasifik bergerak menujam kebawah Lempeng

Eurasia. Batuan tersebut terserpentinitkan oleh pelapukan tropis selama kurun

waktu yang amat panjang, menghasilkan endapan laterit-nikel-kobalt. Nikel dan

Gambar 2.4 Profil Stratigrafi Nikel di KSN Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 23: Contoh Audit Lingkungan

23

kobalt dalam mineral garnierite dan mangan oksida terkonsentrasi terutama pada

lapisan saprolit. Lapisan endapan ini umumnya terdiri atas beberapa meter tanah

pusuk, 5-15 m laterit dan 10-20 m saprolit yang merupakan lapisan bijih nikel.

Di wilayah Soroako dsk (KK PT. Inco Tbk) bijih laterit nikel dibedakan

menjadi 2 tipe, yaitu Blok Barat yang dicirikan oleh lapisan limonit yang tebal.

Lapisan limonit merupakan lapisan penutup (overbourden) yang diperlakukan

sebagai waste (material buangan). Karena kedua tipe bijih juga memiliki

karakteristik fisik dan kimia yang berbeda, maka diperlakukan berbeda dalam

sistem pengolahan, yaitu di stasiun penyaringn. Hal ini dilakukan agar proses

peningkatan kadar bijih per ton dapat di optimalkan.

2.2.5 Hidrologi

Pada Kawasan Strategi Nasional (KSN) Sorowako terdapat 4 Wilayah

Sungai (WS) yaitu :

1. WS Pompengan – Larona (WS lintas provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Selatan

dan Sulawesi Tenggara).

2. WS Laa – Tambalako (Provinsi Sulawesi Tengah).

3. WS Lasolo – Sampara (WS lintas provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara).

4. WS Toeari – lasusua (Provinsi Sulawesi Tenggara).

Beberapa DAS yang berukuran besar pada KSN Sorowako di antaranya

adalah DAS Larona (367.303 Ha), DAS Lasolo (706.493 Ha), DAS Konaweha

(672.496 Ha), dan DAS Kaalena. Karakteristik umum arah aliran adalah sungai-

Page 24: Contoh Audit Lingkungan

24

sungai yang ada di Kabupaten Morowali, Konawe dan Konawe Utara bermuara di

Teluk Tolo, sedangkan sungai yang berasal dari Kabupaten Luwu Timur dan

Kolaka Utara bermuara di Teluk Bone. Sungai – sungai yang ada mempunyai

banyak fungsi, yaitu sebagai lahan budidaya perikanan juga untuk alur pelayanan

sungai serta untuk air baku minum bagi PDAM, di Kabupaten Luwu Timur,

sungai Larona dijadikan sebagai sumber energi pembangkit listrik (PLTA).

Sedangkan Sungai Malili di bagian muara dan sekitarnya digunakan sebagai alur

pelayanan dan pelabuhan. KSN Sorowako mempunyai tiga danau alami, yaitu

Danau Matano (16.350 Ha), Danau Mahalona (2.348 Ha), dan danau Towuti

(56.670). danau–danau ini mempunyai potensi untuk pengembangan budidaya

perikanan, pembangkitan listrik, dan kegiatan pariwisata serta alur pelayaran yang

menghubungkan antar desa ataupun antar kota dan provinsi. Potensi sumberdaya

air terutama air permukaan relatif melimpah.

Sungai yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan energi listrik adalah

Sungai Larona dengan adanya PLTA larona I dengan kapasitas listrik 165 MV,

Larona II (Balambano) dengan kapasitas listrik 110 MV, dan karebbe (tahap

pembangunan) dengan rencana kapasitas listrik 90 MV. Pembangunan dan

pengelolaan PLTA ini dilakukan oleh PT. Inco Tbk. Guna menunjang produksi

pengolahan timah, kebutuhan Kawasan PT. Inco Tbk dan masyarakat Sorowako.

2.2.6 Kualitas Air

Penambangan terbuka (strip mining) di kawasan Soroako dengan curah

hujan relatif tinggiakan menyebabkan tanah dari bukit-bukit dengan mudah

mengalir ke danau ketika hujan turun, yang mengakibatkan perubahan warna air

Page 25: Contoh Audit Lingkungan

25

danau, serta mengakibatkan pula pendangkalan danau akibat endapan lumpur.

Selain itu, kadar bakteri E-coli di Danau Matano terus meningkat dan telah

mencapai lebih dari 2.400 ppm, dari kadar toleransi yang hanya 200 ppm. Belum

lagi adanya dugaan pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dari

PT. INCO, setelah ditemukannya beberapa lokasi pembuangan limbah yang

dilakukan secara terbuka.

Proses yang dapat menjadi sumber pencemaran air dari kegiatan

pertambangan nikel adalah proses hidrometalurgi yang dapat menghasilkan bahan

pencemar dalam bentuk cair yang akan terbuang ke kolam penampung tailing, jika

tidak digunakan kembali (recycle). Penggunaan bahan kimia seperti sianida,

merkuri dan asam kuat dalam proses pengolahan akan menyebabkan air yang

mengandung bahan kimia berbahaya tersebut terbawa ke perairan.Hasil

pengolahan limbah kegiatan tambang dan pabrik pengolahan nikel disalurkan

melalui saluran terbuka ke Danau Matano, bersama dengan limbah kota.

Penduduk desa yang menggunakan air danau untuk keperluan minum dan

mencuci kemudian banyak yang mengalami diare dan penyakit kulit akibat

mengkonsumsi air yang tercemar. Pencemaran air danau juga berdampak

langsung pada hilangnya mata pencaharian penduduk nelayan di sekitar danau.

Hal ini disebabkan semakin berkurangnya hasil tangkapan ikan dan kerang yang

merupakan potensi alami Danau Matano. Pencemaran air danau juga telah

mengakibatkan hilangnya keaneragaman hayati yang berupa spesies ikan langka,

yaitu spesies butini.

Sampel air yang diambil oleh BAPEDALDA Kabupaten Luwu Timur

pada bulan November 2011 di beberapa titik (Danau Towuti, Sungai Mata Buntu,

Page 26: Contoh Audit Lingkungan

26

Sungai Malili, Sungai Angkona, Sungai Kalaena, Sungai Tomoni, Sungai Lagego,

dan Sungai Singgeni) menunjukkan bahwa kualitas air di sungai-sungai tersebut

telah sesuai dengan standar baku mutu kualitas air Kelas II (standar baku mutu air

untuk rekreasi air: kegiatan, budidaya perikanan, pencaharian, irigasi, dan tujuan

lainnya yang serupa), sesuai dengan SK Gubernur No 69 Tahun 2010 mengenai

Standar Baku Mutu dan Kriteria untuk Kerusakan Lingkungan.

2.3 KEANEKARAGAMAN HAYATI

Di KSN Sorowako ini terdapat beberapa kawasan hutan lindung dan cagar

alam seperti CA Morowali (luas 209.400 Ha), CA Peg. Faruhumpenai (luas

101,453.89 Ha), Kawasan Taman Buru Landusa Tomata di Morowali (luas 5.000

Ha) dan Taman Nasional Rawa Aopa (Kab. Konawe) serta kawasan konservasi

perairan di kawasan danau besar Malili (Danau Mahalona, Danau Towuti dan

Danau Matano). Danau-danau yang merupakan gugusan danau tektonik ini dihuni

berbagai jenis flora dan fauna endemik yang masih terjaga dengan baik. Suaka

margasatwa laut juga terdapat di wilayah Konawe Utara yang merupakan bagian

dari Kawasan Taman Wisata Alam Laut Teluk Lasolo (81.800 Ha).

2.3.1 Flora dan Fauna

Pada Danau Towuti terdapat beberapa pulau dan diantaranya yang terbesar

adalah Pulau Loeha. Danau ini merupakan habitat alami dari 14 jenis ikan air

tawar endemik Sulawesi. Danau Towuti juga merupakan habitat alami dari 87 %

dari 27 jenis Moluska air tawar endemik Sulawesi (Whitten et al, 2002). Danau

ini merupakan habitat Crocodylus porosus, Hydrosaurus amboinensis, serta

Page 27: Contoh Audit Lingkungan

27

berbagai jenis satwa liar lainnya. Wilayah daratannya merupakan habitat

Babyrousa babirussa, Bubalus quarlesi, dan lain-lain. Kawasan perbukitannya

dengan pepohonan yang rimbun merupakan tempat hidup berbagai jenis Aves. Di

kawasan ini juga terdapat tipe ekosistem Hutan Hujan Tropis Pegunungan Bawah

di mana jenis fauna yang dapat atau pernah dijumpai dari kawasan ini, antara lain

Anoa quarlesi, Babyrousa babirussa, Sus celebensis, Strigocuscus celebensis,

Rhyticeros cassidix, Penelopides exarhatus, dan lain sebagainya.

Sementara di kawasan Danau Mahalona, terdapat habitat Buaya Muara

Crocodylus porosus dan Soa-soa Hydrosaurus amboinensis serta 8 jenis ikan air

tawar endemik. Enhydris matannensis merupakan jenis ular air tawar yang hidup

di danau ini. Jenis aves yang dapat dengan mudah dijumpai antara lain Pecuk Ular

Anhinga melanogaster yang menyelam ke danau untuk mencari ikan dan

kemudian mengeringkan bulunya pada pucuk-pucuk pohon. Pada aliran sungai

dengan lebatnya pepohonan pada sisi sungai, pernah dijumpai Babyrousa

babirussa dan burung endemik Sulawesi dari famili Bucerotidae. Pada kawasan

danau ini dan empat danau di sekitarnya (Matano, Towuti, Wawontoa dan

Taparan Masapi) pernah diintroduksi jenis ikan konsumsi Karper Cyprinus carpio

dan Sepat Trichogaster trichopterus yang berasal dari Asia Tengah pada awal

abad ke-20 (Whitten et al, 2002).

Danau Matano merupakan habitat alami dari 13 jenis ikan air tawar

endemik Sulawesi. Danau Matano juga merupakan habitat alami dari 76 % dari 27

jenis Moluska air tawar endemik Sulawesi (Whitten et al, 2002). Danau ini

merupakan habitat Crocodylus porosus, Hydrosaurus amboinensis & Enhydris

matannensis. Jenis Brownish-grey freshwater snake Enhydris matannensis hanya

Page 28: Contoh Audit Lingkungan

28

diketahui dari 2 speciemen yang pernah dikumpulkan, satu dari Danau Matano

dan satu lagi dari sebuah tempat pelelangan ikan di dekat Raha Pulau Muna

(Iskandar, 1979). Di kawasan ini juga terdapat ekosistem Hutan Pamah yang di

dominasi oleh jenis-jenis pepohonan yang tinggi dan jenis-jenis perdu. Pada

beberapa bagian kawasan terdapat hamparan padang yang ditumbuhi oleh

rerumputan (Poaceae) dan merupakan habitat Cervus timorensis.

Di Kawasan Cagar Alam Morowali, terdapat ekosistem yang sebagian

besar didominisai oleh jenis-jenis flora sebagai berikut :

1. Hutan Mangrove, Jenis yang dominan seperti (Rhizophora bruguiera sp.,

Cedops sp., Pandanus sp.) dan lain-lain.

2. Hutan Alluvial Dataran Rendah Didominir oleh Callophyllum sp, Alstonia sp.,

Garcinia sp., Palaqulum dan Santiria.

3. Hutan Pegunungan, Jenis Castanopsis sp., Palaqulum sp. Pangium edule dan

Lithocarpus sp. banyak mendominir tipe hutan ini juga terdapat Agathis sp.,

Diospyros sp. dan Parinari sp.

4. Hutan Lumut, Tipe ekosistem ini terdapat pada ketinggian 1.600 m dari

permukaan laut. Pohon-pohon yang tumbuh pendek dan terlihat kerdil atau

kurang baik pertumbuhannya. Didominir oleh jenis Querqus sp, Litocarpus sp,

Tristania sp. Pada tipe ini lumut banyak ditemukan bergantungan pada jalinan

cabang-cabang pohon dan Nepenthes sp. (kantung semar) yang besar-besar

banyak dijumpai dipuncak-puncak pegunungan.

Sementara habitat fauna yang mendiami kawasan ini terdiri sebagai

berikut :

Page 29: Contoh Audit Lingkungan

29

1. Mamalia, Kebanyakan mamalia besar Sulawesi, termasuk Anoa

pegunungan/dataran tinggi yang endemik (Bubalus quarlessi), Babirusa

(Babyroussa babirusa), Kera (Macaca tonkeana), Kus-kus beruang (Phalanger

ursinus), Babi hutan (Sus scrofa), Rusa (Cervus timorensis) dan Musang abu-

abu (Viverra tangalunga), Tarsius sp.

2. Burung, Morowali memiliki habitat yang kaya, sehingga mempunyai fauna

burung yang paling representatif. Jenis-jenis elang laut paruh putih

(Haliaetusleucogaster), Belibis (Dendrocygna so.), Kum-kum hijau (Ducula

aenea) dan Kum-kum putih (Ducula sp.). Burung pelatulk endemik dan

Coracias temminckii yang endemilk. Jenis Megapodius seperti Maleo

(Macrocephalon maleo) dan burung Gosong (Megapodius frycinet) banyak

dijumpai di tepi S. Morowali, lembah Masoyo dan lembah Sumara serta

beberapa sungal kecil.

3. Reptilia, Beberapa jenis Bengkarung, Ular Sanca (phyton reticulatus), Ular

rumput (Natrixsp,) serta Ular hijau kepala segitiga. (Trimesurus wagleri).

Biawak dan Kura-kura juga terdapat dalam kawasan ini.

Hutan bakau juga ditemukan di selat Luwu Timur (Selat Bone) dengan

besar area 3,545 ha. Beberapa spesies bakau yang tumbuh di daerah itu antara lain

Rhizopora sp., Avicennia marina, Nypa fruticans, Sonneratia alba, Sonneratia

caseolaris, Rhizopora apiculata, Bruguiera gymnoriza, Xylocarpus sp.

Page 30: Contoh Audit Lingkungan

30

2.3.2 Rumput Laut

Ekosistem Rumput Laut di pantai Timur Kabupaten Luwu Timur

ditemukan di perairan pesisir kecamatan Wotu, Angkona, dan Malili, dengan luas

total 12.785 m2. Sebuah hamparan luas padang seagrass terletak di muara Sungai

Langkara di Angkona Kecamatan dengan luas 11.000 m2. Dari 12 spesies

seagrass yang ditemukan di Indonesia, 7 spesies ditemukan di perairan pesisir

Timur Kabupaten Luwu: Enhallus acoroides, Thallasia hemprichii, Halodule

uninervis, Halophylla minor, Halophylla ovalis, Cymodocea serrulata, dan

Syringodium. Kondisi tutupan seagrass di Kabupaten Luwu Timur bervariasi

dengan lokasi mulai dari rusak berat hingga baik atau alami. Padang seagrass

umumnya menghadapi ancaman kekeruhan tinggi.

2.3.3 Terumbu Karang

Kawasan ekosistem di Kabupaten Morowali memiliki potensi terumbu

karang di kawasan pesisirnya. Ekosistem pantai lainnya yang terdapat di wilayah

kecamatan yang memiliki garis pantai adalah terumbu karang, yang diperkirakan

memiliki luas 46.686,301 ha. Ekosistem tersebut terdapat di pantai Kecamatan

Bungku Utara sampai Kecamatan Petasia. Kondisi terumbu karang umumnya

dalam kategori baik, namun demikian terdapat sebagian kecil yang dalam kondisi

buruk seperti di Kecamatan Bahodopi sebagai akibat pemanfaatan sebagai bahan

bangunan.

Terumbu karang juga ditemukan di Kabupaten Luwu Timur di kecamatan

Wotu, Burau, dan Malili, dengan total luas 8.150 m2. Wilayah terumbu karang

terbesar, dengan luas 7.000 m2, ditemukan di Kecamatan Wotu diikuti oleh

Page 31: Contoh Audit Lingkungan

31

Kecamatan Burau (900 m2) dan Kecamatan Malili (250 m2). Sebagian besar

terumbu karang di Kabupaten Luwu Timur adalah terumbu karang tepi. Kondisi

terumbu karang bervariasi dari rusak berat hingga baik. Sebagian besar terumbu

karang di Kecamatan Wotu rusak parah. Kerusakan pada terumbu karang

disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penambangan karang besar, penggunaan

bahan peledak dalam penangkapan ikan, dan sedimentasi.

2.4 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT

Kondisi sosial masyarakat meliputi pembahasan jumlah dan pertumbuhan

penduduk Sorowako, distribusi kepadatan penduduk, social budaya masyarakat

dan ketenagakerjaan masyarakat.

2.4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk KSN Sorowako pada tahun 2006 sebanyak 783.483

jiwa. Pertumbuhan penduduk kawasan ini antara tahun 2005 – 2006 kabupaten

cukup tinggi dengan rata-rata sebesar 3,28%. Secara lengkap data tersebut

disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4 Jumlah dan Perkembangan Penduduk KSN Sorowako 2004-2006

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 32: Contoh Audit Lingkungan

32

2.4.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Pada KSN Sorowako, kecamatan terluas adalah Kecamatan Rauta dan

jumlah penduduknya paling sedikit (hanya 0,44% dari total penduduk KSN

Sorowako), maka kecamatan ini adalah kecamatan yang paling jarang

penduduknya untuk setiap Km²nya yaitu hanya 1 orang. Kecamatan Wotu adalah

kecamatan terpadat dengan tingkat kepadatan 252 jiwa jiwa/ Km², disusul

Kecamatan Urau dan Tomoni masing-masing 211 jiwa/ Km² dan 143 jiwa/ Km².

Berikut ini disajikan distribusi dan tingkat kepadatan daerah-daerah yang masuk

dalam Kawasan Strategis Nasional Sorowako.

Tabel 2.5 Distribusi dan Kepadatan Penduduk KSN Sorowako 2004-2006

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 33: Contoh Audit Lingkungan

33

2.4.3 Sosial – Budaya

Suku bangsa asli masyarakat Kabupaten Luwu Timur khususnya

penduduk asli yang mendiami daerah sekitar Danau matano, Mahalona dan

Towuti yaitu suku Padoe, Karunsi’e dan Tambe’e. Sebagai penduduk asli yang

merasa pewaris tanah luwu mereka membuat suatau organisasi yang bernama

Pasitabe untuk memperjuangkan eksistensi dan mempertahankan adat budaya

mereka. Disamping suku asli, penduduk asli dari suku lain yang mendiami

Kabupaten Luwu Timur adalah suku-suku yang umumnya pendatang karena

faktor ekonomi dan transmigrasi. Suku-suku tersebut adalah Bugis, Jawa, Bali,

dan suku-suku lainnya.

Aktivitas sosial budaya masyarakat KSN Sorowako sebagaimana juga

masyarakat lainnya lebih cenderung dipengaruhi oleh kondisi alam. Kondisi

geografis Kabupaten Morowali yang terdiri daerah pantai, daratan dan

pegunungan, maka kondisi sosial dan budaya masyarakatnya dapat

dikelompokkan menjadi tiga, antara lain :

1. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir pantai adalah masyarakat yang tinggal di pesisir pantai di

Kecamatan Parehu, Malili, Batuputih, Bungku Tengah, Bahudopi, dan

Bungku Selatan. Masyarakat pesisir pada umumnya adalah nelayan dan

pedagang. Masyarakat pesisir yang menjadi pedagang biasanya yang tinggal

di perkotaan, disamping juga bekerja di sektor jasa. Masyarakat sekitar danau

pekerjaan utamanya adalah petani.

Page 34: Contoh Audit Lingkungan

34

2. Masyarakat Pedalaman

Masyarakat pedalaman adalah masyarakat yang hidup jauh dari pantai, Secara

etnis masyarakat pedalaman adalah masyarakat asli wilayah tersebut, namun

demikian karena adanya program transmigrasi khususnya di Kecamatan Malili

dan Kecamatan Bahudopi dan Bungku Tengah, maka kini masyarakat

pedalaman juga berasal dari berbagai etnis. Pekerjaan utama masyarakat

pedalaman ini adalah bercocok tanam dan berkebun.

3. Masyarakat Pegunungan

Masyarakat pegunungan pada umumnya masyarakat dari etnis asli. Kehidupan

mereka adalah menjadi peladang berpindah. Sebagian dari mereka masih

menjadi masyarakat yang terisolir masyarakat di Desa Rente, Topogaro,

Tondo/Watukonjo di wilayah Kecamatan Bungku Tengah.

2.4.4 Ketenagakerjaan

Berdasarkan data tahun 2006, kabupaten yang masuk dalam KSN

Sorowako terdapat tingkat penganguran sebagai berikut : Kabupaten Luwu Timur

mempunyai tingkat pengangguran tertinggi yaitu 14,27% atau sebanyak 13.314

jiwa, disusul Kabupaten Konawe sebesar 9,37 % dan Kabupaten Kolaka Utara

sebesar 9,18% atau 4.861 jiwa. Tingkat penganguran tersebut berbanding terbalik

dengan kesempatan kerja yang ada dimana di Kabupaten Malili hanya 85,73%,

Kabupaten Konawe 90,63% dan Kabupaten Kolaka Utara 90,82%. Sementara jika

dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja, Kabupaten Kolaka Utara adalah

kabupaten dengan TPAK tertinggi yaitu 62,34% disusul Kabupaten Luwu Timur

62,13% dan terakhir Kabupaten Konawe 53,59%, sedangkan Kabupaten

Page 35: Contoh Audit Lingkungan

35

Morowali tidak tersedia data. Secara lengkap prosentase penduduk usia kerja

ketiga kabupaten tersebut disajikan dalam tabel berikut ini.

2.5 PEREKONOMIAN MASYARAKAT

Perekonomian masyarakat berhubungan langsung dengan pertumbuhan

ekonomi/ kegiatan sektoral penduduk Sorowako. Adapun perekonommian ditinjau

langsung melalui laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan

masyarakat.

2.5.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Dalam menganalisis laju pertumbuhan ekonomi penduduk sorowako,

terbagi menjadi tiga (3) yaitu :

1. KSN Sorowako Dskt

Berdasarkan harga berlaku, nilai tambah bruto atau PDRB (termasuk nikel)

KSN Sorowako telah bertambah dari Rp. 6.332 Miliar pada tahun 2003

menjadi Rp. 10.339 Miliar pada tahun 2006. Sedangkan berdasarkan harga

konstan 2000 terjadi peningkatan PDRB dari 5.748 miliar menjadi Rp. 7.022

Miliar. Peningkatan sebesar ini telah menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi

di Kawasan Sorowako sebesar 8.01% pada tahun 2004, lalu meningkat

menjadi 6,12% pada tahun 2005 dan 6,58% pada tahun 2006. meskipun

berfluktuasi, Namun KSN Sorowako mampu mengoperasikan laju

pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,90% pertahun selama periode 2004-2006.

Page 36: Contoh Audit Lingkungan

36

2. Kawasan Inti

Jika Kawasan Inti disini dibatasi sebagai sebuah kawasan yang telah

meghasilkan nilai tambah pertambangan nikel, maka dapat dikatakan bahwa

hingga tahun 2006 lalu nilai tambah pertambangan nikel di KSN Sorowako

Dskt baru dihasilkan oleh empat kecamatan di Kabupaten Luwu Timur, Yakni

Malili, Towuti, Nuha, dan Wasuponda. Adapun nilai tambah bruto (NTB)

yang dihasilkan oleh keempat kecamtaan ini dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

3. Kawasan Pengaruh

Kawasan pengaruh disini adalah wilayah KSN Sorowako Dskt yang tidak

menghasilkan nilai tambah pertambangan nikel. Besarnya nilai tambah bruto

yang dihasilkan oleh kawasan pengaruh pada tahun 2006 mencapai Rp.

5.269.436 juta ( 50,97% dari total bruto KSN Sorowako Dskt) menurut harga

berlaku atau Rp. 3.235.875 juta (46,08%) menurut harga konstan 2000. Nilai

tambah sebanyak sebanyak Rp. 5.269.436 juta tadi sebagian besar (60,65%)

berasal dari kontribusi sector pertanian, setelah itu di ikuti sektor perdagangan,

hotel, dan restoran sekitar 11,91%, sektor jasa sebesar 11,71% dan sektor

bangunan sebesar 5,78%. Sementara itu, kontribusi sector pertambangan dan

pengalian sebesar 1,06% berasal dari hasil pertambangan dan penggalian

bukan nikel.

2.5.2 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Dalam menganalisis tingkat kesejahteraan masyarakat penduduk

sorowako, terbagi menjadi tiga (3) yaitu :

Page 37: Contoh Audit Lingkungan

37

1. KSN Sorowako Dskt

Berdasarkan harga berlaku, pada tahun 2003 pendapatan perkapita masyarakat

di KSN Sorowako Dskt mencapai sekitar Rp. 36.100.322, jauh lebih besar

dibandingkan masyarakat di gabungan tiga provinsi maupun Indonesia,

dimana masing-masing sebesar Rp. 16.438.972 dan Rp. 9.429.479. dengan

demikian, tingkat kesejahteraan masyrakat di KSN Sorowako Dskt 3,82 kali

dan 2,28 kali lebih tinggi dibandingkan kesejahteraan masyarakat Indonesia

maupun gabungan tiga provinsi. Selanjutnya, jika dilihat dari pendapatan per

kapita riil, maka tingkat kesejahteraan masyarakat di KSN Sorowako Dskt

masing-masing adalah 4,42 kali dan 2,43 kali tingkat kesejahteraan

masyarakat Indonesia dan masyarakat gabungan tiga provinsi.

2. Kawasan Inti

Tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan inti KSN Sorowako Dskt sangat

dipengaruhi oleh hasil pertamangan niel. Hal ini terlihat dari perbandingan

antara nilai PDRB perkapita termasuk nikel dan nilai PDRB perkapita tanpa

nikel. Jika termasuk nikel, maka secara nomial tingkat kesejahteraan

masyrakat di kawasan inti mencapai Rp. 17.062.297 pda tahun 2003 dan

kemudian terus meningat hingga Rp. 26.358.147 pada tahun 2006, yang

berarti itumbuh 15,85% setahun. Sedangkan secara riil pendapatan masyarakat

di kawasan inti melaju sekitar 3,13% pertahun, tepatnya Rp. 17.775.962

menjadi Rp. 19.588.635 selama periode 2002-2006. Akan tetapi, apabila nikel

tidak dimasukkan, maka pendapatan masyarakat di Kawasan inti turun dratis,

dimana nominal dan riil merosot hingga masing-masing menjadi Rp.

5.001.101 dan Rp. 3.568.450 pada tahun 2006. sepanjang kurun waktu 2003-

Page 38: Contoh Audit Lingkungan

38

2006, tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan inti tanpa nikel hanya

mencatat pertumbuhan masing-masing 8,45% menurut harga berlaku dan

2,49% menurut harga konstan 2000.

3. Kawasan Pengaruh

Dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat inti KSN Sorowak

Dskt tanpa nikel, maka tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan pengaruh

berada di posisi yang lebih baik. Secara nominal, pada tahun 2003 pendapatan

perkapita masyarakat di kawasan pengaruh mencapai Rp. 6.346.008,

kemudian bertambah besar menjadi Rp. 9.170.897 pada tahun 2006, atau

melaju 13,07% per tahun.

2.6 KEGIATAN PERTAMBANGAN

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, yaitu Peta Wilayah Kuasa

Pertambangan dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) Perusahaan Kuasa

Pertambangan yakni PT. Inco, PT Aneka Tambang dan PT. Rio Tinto. Dari ketiga

perusahaan pertambangan tersebut PT. Inco memiliki luas wilayah kontrak karya

yang terbesar dengan wilayah tersebar di 14 blok di tiga provinsi sedangkan PT.

Rio Tinto dan PT. Aneka Tambang terletak berdekatan dengan wilayah kontrak

karya PT. Inco. Wilayah kuasa pertambangan yang dimiliki PT. Rio Tinto berada

di Kecamatan Bungku Tengah dan Bahodopi, Kabupaten Morowali. Sedangkan

wilayah kuasa pertambangan yang dimiliki PT. Aneka Tambang berada di

Kecamatan Bungku Selatan, Kabupaten Morowali.

PT International Nickel Indonesia Tbk (PT Inco Tbk) merupakan salah

satu produsen nikel utama di dunia saat ini. Kontribusi sektor pertambangan

Page 39: Contoh Audit Lingkungan

39

terhadap PDRB Kabupaten Luwu Timur maupun terhadap PDRB Nasional cukup

signifikan. Begitu juga halnya dengan ekspor (terutama ekspor hasil

pertambangan nikel), daya serap terhadap investasi (baik PMDN maupun PMA),

penyerapan tenaga kerja, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di

sekitarnya.

PT. Inco adalah pemegang Kontrak Karya generasi I yang ditandatangani

pada tanggal 27 Juli 1968, untuk bahan galian nikel dan mineral pengikutnya. PT.

Inco merupakan salah satu produsen nikel dunia yang melakukan penambangan,

pengolahan dan peleburan nikel secara terpadu dari cadangan bijih nikel laterit di

Gambar 2.5 Peta Kuasa Pertambangan Nikel oleh PT. INCO di KSN Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 40: Contoh Audit Lingkungan

40

sekitar wilayah Sorowako. Kontrak Karya ini berlaku sejak produksi komersil

tanggal 1 April 1978 hingga 31 Maret 2008. Saat ini Kontrak Karya tersebut telah

diperpanjang selama 30 tahun berlaku efektif dari tanggal 29 Desember 1995

hingga 28 Desember 2025. Keseluruhan Wilayah Kontrak Karya PT Inco terbagi

menjadi 14 (empat belas) blok yang tersebar di Pulau Sulawesi meliputi 3 provinsi

dengan luas total ± 218.529 ha terdiri dari 36.635 ha (17%) di Provinsi Sulawesi

Tengah, 118.387 ha (54%) di Provinsi Sulawesi Selatan, serta 63.506 ha (29%)

sisanya berada di Provinsi Sulawesi Tenggara.

2.7 SARANA DAN PRASARANA WILAYAH

Sarana dan prasarana wilayah merupakan jalur transportasi penghubung

antara kegiatan pertambangan dengan kegiatan penduduk setempat. Sarana dan

prasarana ini meliputi :

2.7.1 Jaringan Transportasi

Yang termasuk kedalam jaringan transportasi meliputi jaringan jalan dana

jalan khusus pertambangan. Adapun direncanakan sebagai berikut :

1. Jaringan Jalan

Ditinjau dari kewenangannya, Kawasan Inti di KSN Sorowako saat ini hanya

dilayani oleh jalan kabupaten dengan fungsi arteri sekunder sedangkan jalan

nasional berada di sekeliling kawasan inti. Jalan nasional dengan fungsi arteri

primer terdapat di kawasan pengaruh. Jalan di Kawasan inti ini awalnya

adalah jalan khusus pertambangan yang kemudian dijadikan jalan umum

seperti : Malili – Sorowako, Nuha – Beteleme. Untuk menghubungkan Nuha

Page 41: Contoh Audit Lingkungan

41

dengan Sorowako adalah melalui penyebarangan danau Matano. Saat ini

outlet dari Kawasan Inti adalah :

a. Gerbang udara : Bandara Nuha (bandara khusus)

b. Gerbang laut : Pelabuhan Laut balantang (pelabuhan, khusus, pengapalan

bijih nikel/ matte), pelabuhan laut Mangkasa (terminal minyak yang

dihubungkan dengan pipa ke Sorowako), Pelabuhan Laut Malili

(Pelabuhan Umum).

c. Gerbang darat dari kawasan inti adalah Sorowako dan Malili.

2. Jalan Khusus Pertambangan

Jalan khusus pertambangan umumnya dihubungkan ke Sorowako. Jalan

eksplorasi utama yang dibangun oleh PT. Inco menghubungkan antara

kawasan eksplorasi yang satu dengan lainnya dari Sorowako keluar wilayah

Sorowako seperti : Petan, Mahalona, Towuti, Lingke, dan blok-blok lain yang

tercakup dalam wilayah Kontrak Karya PT. Inco. (Blok Timur dan Blok

Barat) Penambangan di luar kontrak karya PT. Inco merupakan penambangan

kecil-kecil, dengan jalan khusus yang dibangun sendiri dan relatif kecil. Total

pembukaan lahan unuk jalan tambang adalah 135,58 ha dari seluruhnya

4.153,13 ha lahan pertambangan yang dibuka hingga tahun 2006 (sekitar 3

persen). Pemanfaatan jalan khusus yang dibangun adalah untuk keperluan :

a. Mobilisasi alat-alat berat kegiatan penambangan dan pembangunan

fasilitas produksi.

b. Pengangkutan bijih dari area tambang ke lokasi penyaringan

c. Pengangkutan bijih hasil penyaringan ke lokasi penimbunan.

Page 42: Contoh Audit Lingkungan

42

d. Pengangkutan bahan baku berupa batubara, sulfur, silika dan bahan baku

penunjang lainnya.

e. Pengangkutan bijih dari lokasi penimbunan ke lokasi pemrosesan.

f. Pengangkutan bijih hasil pemrosesan ke pelabuhan untuk dikapalkan

2.7.2 Jaringan Pipa dan Terminal Minyak Mengkasa

Adapun direncanakan jaringan pipa dan terminal minyak mengkasa

sebagai berikut :

1. Jaringan Pipa

Jalur pipa minyak terbentang dari terminal Minyak Mangkasa sampai

Sorowako sepanjang 48,2 km yang ditanam dibawah permukaan tanah.

2. Terminal Minyak Mengkasa

Mangkasa Point terletak sekitar 54 km dari Sorowako. Terminal tersebut

digunakan untuk kegiatan bongkar muat bahan bakar minyak diesel dan HSFO

((High Sulphur Fuel Oil) yang kemudian dipompakan kedalam tangki

penyimpanan yang juga terletak di Mangkasa Point. Bahan bakar dari tangki

penyimpanan kemudian dipompakan dan dialirkan melalui pipa ke pabrik

pengolahan bijih nikel di Sorowako.

2.7.3 Prasarana Pelabuhan

Adapun prasarana pelabuhan meliputi pelabuhan laut lampia, pelabuhan

laut malili dan pelabuhan khusus balatang sebagai berikut :

1. Pelabuhan Laut Lampia

Page 43: Contoh Audit Lingkungan

43

Pelabuhan Laut Lampia, disamping sebagai pelabuhan angkutan barang dan

penumpang, juga akan berfungsi sebagai penghubung bagi Kabupaten Luwu

Timur dengan daerah belakangnya (hinterland), khususnya kawasan-kawasan

yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Pelabuhan Laut Malili

Tercatat terdapat 259 kapal pelayaran dalam negeri dan 75 kapal pelayaran

luar negeri yang melakukan bongkar muat barang di Pelabuhan Malili.

Sebanyak 448.003 ton atau rata-rata 37.334 ton per bulannya dan untuk muat

barang sebanyak 8 125 Ton per tahunnya. Untuk pelayaran luar negeri

Gambar 2.6 Peta Jaringan Jalan KSN Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 44: Contoh Audit Lingkungan

44

sebanyak 376.080 ton atau rata-rata 31.340 ton per bulannya, untuk muat

barang sebanyak 111.005 ton per tahunnya.

3. Pelabuhan Khusus Balatang

Pelabuhan Balantang merupakan pelabuhan khusus yang terletak sekitar 60

km arah Barat Sorowako. Pelabuhan ini digunakan PT Inco untuk keperluan

ekspor–impor yang merupakan tempat bongkar muat persediaan batubara,

sulfur, silika dan bijih dari daerah tambang lain untuk keperluan pengolahan

bijih nikel PT Inco serta ekspor produk nikel dalam matte ke konsumen.

Pelabuhan Balantang juga menjadi tempat penyimpanan persediaan (stockpile)

batubara, silika, bijih dari area lain dan sulfur sebelum diangkut ke fasilitas

pengolahan bijih dengan menggunakan transportasi darat (truck). Untuk

mendukung peningkatan kapasitas produksi, PT Inco akan mengembangkan

kapasitas handling dari 340.000 ton/tahun menjadi 1.080.000 ton/tahun,

meningkatkan kapasitas stockpile untuk batubara, silika dan bijih nike dari

lokasi lain serta kapasitas IPAL-nya.

2.7.4 Prasarana Bandara

Bandara Sorowako berlokasi di Desa Magani Kecamatan Nuha. Bandar

udara ini merupakan bandar udara khusus, terletak sekitar 20 km dari pabrik

pengolahan bijih nikel PT Inco. Bandar udara tersebut hanya digunakan oleh PT

Inco untuk jalur penerbangan Sorowako–Makassar pergi pulang.

Page 45: Contoh Audit Lingkungan

45

2.7.5 Pembangkit Listrik

Prasarana kelistrikan di wilayah ini masih terbatas. Saat ini pembangkit

listrik mampu memproduksi listrik sebesar 22.859,99 MWh. Di beberapa desa

sudah teraliri listrik, namun masih terdapat beberapa desa yang belum teraliri

listrik. PT Inco telah membangun 3 unit PLTA (satu masih belum beroperasi).

2.7.6 Jaringan Irigasi

Sebagai daerah pertanian khususnya pertanian tanaman pangan, maka

keberadaan jaringan irigasi sangat berpengaruh terhadap produksi yang

dihasilkan. Jaringan irigasi di Kabupaten Luwu Timur pada Tahun 2005 terdiri

dari irigasi teknis seluas 11.557 ha (49,66%), semi teknis seluas 575 ha (2,47%)

dan sisanya dengan jenis pengairan sederhana, irigasi desa/non PU, dan tadah

hujan. Sedangkan pada tahun 2007, irigasi teknis berkurang menjadi 8.650 ha,

namun semi teknis meningkat menjadi 4.820 ha. Jaringan irigasi berdasarkan jenis

pengairan serta luas lahan sawah yang diairi di Kabupaten Luwu Timur secara

lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.6 PLTA di KSN Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 46: Contoh Audit Lingkungan

46

2.7.7 Jaringan Penyedia Air Bersih

PT. Inco telah membangun jaringan penyedia air bersih untuk memenuhi

kebutuhan : proses pengolahan di pabrik, operasional kantor, air pendingin

(cooler), dan pemadam kebakaran.

2.7.8 Prasarana Lain

Prasarana lain yang juga dibutuhkan dalam operasional tambang Nikel

antara lain adalah :

1. Tangki Penyimpanan BBM Cair dan Bengkel alat berat (10 ha).

2. Gudang penyimpanan bahan peledak di 2 lokasi : di Betsy, Sorowako untuk

keperluan penambangan dan di Desa Balambano, Nuha untuk pembangunan

konstruksi PLTA.

3. Perumahan karyawan di Salonsa, Malili, Potonda, Old Camp adalah sebanyak

643 rumah keluarga, 335 buruh tunggal, akomodasi 950 karyawan serta

perumahan di Sumasang.

4. Lapangan Golf 9 hole seluas 75 ha.

5. Rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur 42.

6. Fasilitas Pembibitan (Nursery) : gudang benih, ruang penyiapan media, ruang

fasilitas perbanyakan tanaman lokal secara vegetatif, ruang fasilitas

penyapihan bibit, ruang fasilitas stressing bibit sebelum ditanam.

Page 47: Contoh Audit Lingkungan

47

BAB 3

ANALISIS DAMPAK, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

3.1 KEBIJAKAN, RENCANA DAN PROGRAM PENYEBAB DAMPAK

Kajian atas kebijakan, rencana, dan program ditujukan untuk

menginventarisasi kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengembangan

kegiatan pada wilayah KSN Sorowako baik yang dikeluarkan oleh pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah. Kebijakan yang dimaksud di sini adalah yang

meliputi pengembangan kegiatan pertambangan yang merujuk pada beberapa

perundang-undangan terkait.

Penetapan kebijakan, penyusunan rencana dan program yang dilakukan

didasarkan atasfakta bahwa Kawasan Pertambangan Sorowako merupakan

kawasan pertambangan yang memproduksi nikel dunia yang melakukan

penambangan, pengolahan dan peleburan nikelsecara terpadu dari cadangan bijih

nikel laterit di sekitar wilayah Sorowako. Potensi dan Cadangan Nikel yang ada di

wilayah perencanaan adalah terbesar di Indonesia sehingga dapat meningkatkan

pendapatan negara, daerah maupun masyarakat serta mendukung pemerataan

ekonomi yang diperkirakan belum habis dalam puluhan hingga seratus tahun

mendatang.

3.1.1 Pengelolaan pertambangan Nikel di KSN Sorowako

Kebijakan penambangan pada dasarnya merujuk pada Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009tentang Pertambangan Mineral dan batubara. Dalam undang-

Page 48: Contoh Audit Lingkungan

48

undang tersebut tujuanpengelolaan minarel dan batubara diantaranya adalah

menjamin efektifitas pelaksanaan danpengendalian kegiatan usaha pertambangan

secara berdaya guna, berhasil guna, danberdaya saing, serta menjamin

pemanfaatan pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan hidup.

Ijin pertambangan nikel Sorowako dikeluarkan oleh Kementrian ESDM

yang telah ditetapkan seiring dengan tujuan pengembangan KSN Sorowako yaitu

terwujudnya kawasan pertambangan yang produktif dan berdaya saing

internasional, dan berwawasan lingkungan berkelanjutan dalam rangka

perkembangan perekonomian nasional untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, terdiri dari 3 kebijakan :

1. Kebijakan tentang fungsi kawasan pertambangan.

2. Kebijakan tentang potensi kawasan non pertambangan.

3. Kebijakan tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan.

3.1.2 Strategi Pengembangan KSN Sorowako

Untuk mencapai tujuan pengembangan KSN Sorowako seiring dengan

kebijakan yang ditetapkan telah disusun strateginya :

1. Strategi pengembangan KSN Sorowako seiring dengan kebijakan yang telah

ditetapkan yaitu untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan

pertambangan yang produktif dan berdaya saing internasional untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 49: Contoh Audit Lingkungan

49

2. Strategi untuk pengembangan potensi kawasan non pertambangan sebagai

kegiatan pendamping untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat

dengan memanfaatkan potensi sumber daya secara optimal dan berkelanjutan.

3. Strategi yang ditetapkan seiring dengan kebijakan pelestarian dan peningkatan

fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati,

mempertahankan dan meingkatkan fungsi perlindungan kawasan dan

melestarikan keunikan bentang alam.

3.2 DAMPAK POTENSIAL LINGKUNGAN HIDUP

Berdasarkan uraian Kebijakan, Rencana dan Program (KRP)

pengembangan KSN Sorowako, dapat diidentifikasi dampak potensial yang akan

terjadi akibat implementasi KRP yang berinteraksi dengan komponen lingkungan

hidup. Dampak yang ditimbulkan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 5

di bawah ini, mempengaruhi secara langsung komponen lingkungan hidup :

Bentang Alam, Tutupan Lahan, Air Permukaan, Udara dan

Kebisingan,Transportasi, Alih Fungsi Lahan, Kesempatan Kerja dan Kesempatan

Usaha.

Berdasarkan diagram alir dampak tersebut di bawah, komponen

lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak akibat pengembangan kawasan

KSN Sorowako dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Bentang Alam, termasuk tutupan lahan, erosi, banjir dan perubahan ekosistem;

2. Pencemaran air, baik penurunan kuantitas maupun kualitas, pada air

permukaan dan air tanah;

Page 50: Contoh Audit Lingkungan

50

3. Ancaman kepunahan dan penurunan keanekaragaman hayati;

4. Pencemaran udara dan kebisingan;

5. Dampak-dampak sekunder seperti kekeringan, banjir dan adaptasi perubahan

iklim;

6. Dampaknya terhadap kondisi kesehatan dan perekonomian masyarakat.

3.3 PERUBAHAN BENTANG ALAM

Kegiatan pertambangan sistem terbuka akan merubah bentang alam karena

terdapat kegiatan pengerukan tanah penutup dan penggalian sumberdaya tambang.

Gambar 5.1 Diagram Alir Dampak Potensial Pengembangan KSN Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 51: Contoh Audit Lingkungan

51

Dampak berupa perubahan bentang alam ini akan menimbulkan dampak turunan

terhadap komponen lingkungan hidrogeologi, yang berpotensi mempengaruhi

kuantitas air permukaan. Pada kondisi tertentu, perubahan hidrogeologi akan

merubah pola alirandan pada saat curah hujan tinggi dapat menimbulkan banjir.

Pertambangan dapat mengubah bentuk bentang alam, merusak dan atau

menghilangkan vegetasi, menghasilkan limbah tailing, maupun batuan limbah,

serta menguras air tanahdan air permukaan. Jika tidak direhabilitasi, lahan-lahan

bekas pertambangan akanmembentuk kubangan raksasa dan hamparan tanah

gersang yang bersifat asam.

Gambar 5.2 Peta Overlay TGHK dengan KP KSN Sorowako dan Sekitarnya

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 52: Contoh Audit Lingkungan

52

3.3.1 Tutupan Lahan

Dampak terhadap tutupan lahan disebabkan oleh pengembangan pusat

kegiatan pertambangan dan pengembangan kawasan non pertambangan Kegiatan

pertambangan berupa pembersihan lahan dan pembukaan tanah penutup pada

proses awal kegiatan , akan merubah tutupan lahan. Perubahan tutupan lahan,

akan mempengaruhi aliran permukaan (surface run off), dan meningkatkan tingkat

erosi dan sedimentasi yang kemudian akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas

air permukaan. Disisi lain, pembukaan lahan dalam luasan yang luas akan

mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman flora dan fauna serta

mengancam kepunahan flora dan fauna langka atau yang dilindungi.

3.3.2 Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan yang menjadi perhatian adalah alih fungsi lahan yang

disebabkan oleh pengembangan sarana dan prasarana transportasi darat, sarana

sumberdaya air dan pengembangan kawasan non pertambangan. Alih fungsi lahan

yang terjadi dapat tidak sejalan dengan pengembangan fungsi kawasan

pertambangan, dan apabila terjadi di lahan yang tingkat produktifitas tinggi maka

dapat mempengaruhi produktifitas lahan.

3.3.3 Keasaman Tanah

Kondisi tanah pasca penambangan nikel, tanah menjadi masam (pH

rendah), keracunan logal Al dan Fe Tanah juga mengalami defisiensi P dan

rendahnya aktivitas mkroba dan juga mengalami stress air. Kondisi tanah

rehabilitasi memiliki pH berkisar antara 6,5 – 6,7 dan kandungan logal Al tidak

Page 53: Contoh Audit Lingkungan

53

teramati atau sangat kecil, dan kandungan P rendah hingga sedang, serta tekstur

tanah berupa lempung berdebu.

3.3.4 Deforestasi dan Perusakan Hutan Lindung

Kondisi tanah pasca penambangan nikel, tanah menjadi masam (pH

rendah), keracunan logal Al dan Fe Tanah juga mengalami defisiensi P dan

rendahnya aktivitas mkroba dan juga mengalami stress air. Kondisi tanah

rehabilitasi memiliki pH berkisar antara 6,5 – 6,7 dan kandungan logal Al tidak

teramati atau sangat kecil, dan kandungan P rendah hingga sedang, serta tekstur

tanah berupa lempung berdebu.

Deforestasi, selain menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor dan

terancamnya kelestarian flora dan fauna juga akan mengganggu keseimbangan

vegetasi hutan hujan tropis. Apalagi dengan isu perubahan iklim yang terjadi saat

ini akan semakin diperparah dengan aktivitas manusia yang tidak peduli dengan

Lingkungan. Hutan yang menjadi tumpuan hidup sehari-hari kaum marjinal akan

hilang fungsinya. Hal ini yang mempercepat hilangnya keanekaragaman hayati

flora dan fauna karena laju depresiasi mempengaruhi kesuburan tanah, suhu dan

kelembaban. Oleh karena itu, sebelum melakukan eksplorasi seharusnya

dilakukan mitigasi dan manajemen dalam pengelolaan flora dan fauna. Jenis-jenis

flora fauna harus dihitung sebelum eksplorasi dan sesudah operasi penambangan,

maka akan diketahui jenis-jenis flora fauna yang jumlahnya berkurang atau

bahkan punah.

Page 54: Contoh Audit Lingkungan

54

3.4 DAYA DUKUNG AIR PERMUKAAN DAN AIR TANAH

Dampak terhadap air permukaan disebabkan oleh kegiatan pertambangan

dan kegiatanpengolahan secara langsung, dan disebabkan oleh dampak turunan

dari perubahanbentang alam dan perubahan tutupan lahan. Disisi lain, program

pengelolaan danperlindungan lingkungan hidup dan pengembangan sarana

sumberdaya air yangditetapkan dalam perencanaan tata ruang akan berdampak

positif terhadap airpermukaan.

Model penambangan terbuka (strip mining) di kawasan dengan curah

hujan relatif tinggi,seperti Sorowako, akan menyebabkan tanah dari bukit-bukit

dengan mudah mengalir kedanau ketika hujan turun, yang mengakibatkan

perubahan warna air danau, sertamengakibatkan pula pendangkalan danau akibat

endapan lumpur. Selain itu, kadarbakteri E-coli di Danau Matano terus meningkat

Gambar 5.3. Deforestasi di Sorowako

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 55: Contoh Audit Lingkungan

55

dan telah mencapai lebih dari 2.400ppm, dari kadar toleransi yang hanya 200

ppm. Belum lagi adanya dugaan pencemaranlimbah bahan berbahaya dan beracun

(B3) dari PT. INCO, setelah ditemukannyabeberapa lokasi pembuangan limbah

yang dilakukan secara terbuka.

Pencemaran air danau juga berdampak langsung pada hilangnya mata

pencaharian penduduk nelayan di sekitar danau. Hal ini disebabkan semakin

berkurangnya hasiltangkapan ikan dan kerang yang merupakan potensi alami

Danau Matano. Pencemaranair danau juga telah mengakibatkan hilangnya

keaneragaman hayati yang berupaspesies ikan langka, yaitu spesies butini.

Limbah hasil tambang, dikenal dengan istilah tailing, mengandung banyak

bahan kimi berbahaya, diantaranya arsenik, merkuri, dan proses kimiawi seperti

minyak, asam dan sianida. Limbah batuan, batuan ikutan dari bijih, umumnya

mengandung asam dan kontaminan beracun. Buangan tailing ini menyebabkan

Gambar 5.4 Spesies Endemik Ikan Air Tawar yang Punah

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 56: Contoh Audit Lingkungan

56

polusi di perairan, termasuk air minum, sumber makanan dan kesehatan penduduk

maupun ekosistem air.

3.5 KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN

Pusat kegiatan pertambangan, akan meningkatkan kadar debu yang

mempengaruhi kualitas udara. Kebisingan akan meningkat akibat pengoperasian

alat-alat berat. Demikian juga terhadap rencana pengembangan sarana transportasi

darat dan pusat kegiatan pengolahan tambang, akan mempengaruhi kualitas udara

dan tingkat kebisingan. Dampak terhadap komponen lingkungan udara berupa

Gambar 5.5 Peta Overlay Hidrologi Dengan Infrastruktur Air

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 57: Contoh Audit Lingkungan

57

penurunan kualitas dapak menimbulkan dampak turunan terhadap kesehatan

masyarakat.

Pengolahan bijih tambang pada umumnya terdiri atas proses benefication

yaitu proses pengolahan bijih tambang menjadi konsentrat bijih untuk diolah lebih

lanjut atau dijual langsung, diikuti dengan pengolahan metalurgi dan refining.

Proses benefication umumnya terdiri atas kegiatan persiapan, penghancuran dan

atau penggilingan, peningkatan konsentrasi dengan gravitasi atau pemisahan

secara magnetis atau dengan menggunakan metode flotasi (pengapungan), yang

diikuti dengan dewatering dan penyaringan. Hasil dari proses ini adalah

konsentrat bijih dan limbah dalam bentuk tailing serta emisi debu. Tailing

biasanya mengandung bahan kimia sisa proses dan logam berat. Tailing kering

yang terbawa angin berpotensi menimbulkan pencemaran udara. Pengolahan

metalurgi bertujuan untuk mengisolasi logam dari konsentrat bijih dengan metode

pyrometallurgi, hidrometalurgi atau elektrometalurgi baik dilaku-kan sebagai

proses tunggal maupun kombinasi. Proses pyrometalurgi seperti roasting

(pembakaran) dan smelting menyebabkan terjadinya gas buang ke atmosfir

(misalnya, sulfur dioksida, partikulat dan logam berat) serta slag.

3.6 TRANSPORTASI

Pemenuhan sarana dan prasarana tranportasi (darat, laut dan udara),

seiring denganpengembangan KSN Sorowako akan berdampak positif terhadap

aktifitas massyarakatkarena kemudahan dan kelancaran arus barang serta

percepatan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, kondisi tersebut dapat memicu

Page 58: Contoh Audit Lingkungan

58

perubahan peruntukan lahan di sepanjangjalur transportasi darat, misalnya berupa

tumbuhnya pemukiman.

3.7 DAMPAK TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

Adapun dampak yang ditimbulkan dari pertambangan nikel terhadap

social ekonomi masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Kesempatan Kerja

Pengembangan KSN Sorowako, akan membuka kesempatan kerja dalam

jumlah signifikan, bukan hanya di pusat kegiatan pertambangan namun juga di

pusat kegiatan non pertambangan.

2. Pengasingan masyarakat local

Kegiatan pertambangan ini dalam kasus PT. INCO yang menyebabkan

terjadinya praktekalienasi (pengasingan) terhadap penduduk-penduduk asli

Sorowako dari tanah-tanahmereka (land alienation) yang merupakan warisan

leluhur.

3. Kesenjangan masyarakat lokal dan pendatang.

Keadaan Kota Sorowako menggambarkan perbedaan menyolok antara

kehidupan penduduk asli dengan kehidupan karyawan pertambangan.

Sebahagian penduduk asli terpaksa harus membangun rumah di atas danau,

karena tidak tersedia lahan yangcukup. Sebaliknya, rumah para karyawan

punya halaman yang luas. Jalanan diSorowako Tua tidak beraspal, berbeda

dengan jalanan beraspal di pemukiman karyawan. Para penduduk lokal

umumnya sebagai pekerja-pekerja kasar sementara pekerja-pekerja dengan

kualifikasi lebih baik berdatangan dari luar Sorowako.

Page 59: Contoh Audit Lingkungan

59

BAB 4

ISU-ISU STRATEGIS UTAMA DAN AUDIT LINGKUNGAN

4.1 KAJIAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN

Berdasarkan hasil identifikasi KRP penyebab dampak dan jenis dampak

yang ditimbulkan, maka penilaian isu-isu penting lingkungan hidup akan

mempertimbangkan perkiraan besaran dampak yang timbul dan berdasarkan

kondisi eksiting, melalui metode diskusi, wawancara dan professional judgement.

Hasil penilaian isu penting ini akan diusulkan isu yang dianggap strategis untuk

kemudian dibahas melalui metoda parsisipatif yang melibatkan berbagai

stakeholder. Penilaian terhadap isu lingkungan hidup yang terjadi diuraikan dalam

matrik berikut :

Page 60: Contoh Audit Lingkungan

60

Penyebab DampakPenilaian Kondisi dan Dampak

yang Ditimbulkan

Isu Penting Lingkungan

Hidup

Kebijakan :Pengembangan danpeningkatan fungsikawasan pertambanganyang produktif dan berdayasaing internasional untukmeningkatkankesejahteraan masyarakat.

Penentuan prioritas pengembanganakan menomorduakan

pengembangan potensi lain ataupengembangan potensi lain tersebutharus mendukung pengembangan

prioritas. Dalam kondisi inideliniasi lahan prioritas

pengembangan harus didasari datayang memadahi dan perhitungan

untung-rugi (kelayakan) yang tepat.Dengan demikian potensi cadangan

SDA tambang, dan tingkatproduktifitas lahan menjadi isu

utama

1. Daya Dukung SDATambang

2. Daya Dukung Lahan3. Efisiensi pemanfataan

SDA

Kebijakan:Pengembangan potesikawasan non pertambangansebagai kegiatanpendamping untukmendukung pengembanganekonomi masyarakatdengan memanfaatkanpotensi sumber daya secaraoptimal dan berkelanjutan

Sinergitas pengembangan kawasannon pertambangan denganpengembangan prioritas menjadi halyang sangat penting. Deleniasikawasan non pertambangan selainpertimbangan potensilahan/sumberdaya alam, jugamempertimbangkan kondisi pascatambang, dimana diharapkankawasan non pertambangan akanmampu mendukung kehidupanmasyarakat pasca tambang. Dengandemikian diharapkan pemanfaatansumberdaya dapat optimal danberkelanjutan.

1. Pertumbuhan Penduduk2. Daya Dukung Lahan

Kebijakan:Pelestarian danpeningkatan fungsi dandaya dukung lingkunganhidup untukmempertahankan danmeningkatkankeseimbangan ekosistem,melestarikankeanekaragaman hayati,mempertahankan danmeningkatkan fungsiperlindungan kawasan danmelestarikan keunikanbentang alam.

Untuk mendukung kebijakanPengelolaan dan PerlindunganLingkungan Hidup (PPLH) KNSSorowako, maka deleniasi kawasankonservasi, cachment area, dan arealindung harus dihitung dengan tepatagar mencapai keseimbanganekosistem yang diharapkan.Dalam rangka mempertahankankeanekaragaman hayati, makapengkayakan jenis lokal di lahankonservasi menjadi hal pentinguntuk mengantisipasi berkurangnyakeanekaragaman hayati akibatkegiatan pertambangan.

1. Biodiversity2. Resiko Lingkungan3. Kinerja Layanan/Jasa

Ekosistem

Tabel 4.1 Isu-Isu Penting Lingkungan Terkait Dengan Kebijakan

Sumber : ESP KSN Soroako, 2010

Page 61: Contoh Audit Lingkungan

61

Lingkungan Fisik(Physical Environmental)

Lingkungan Biologi(Bio Environmental)

Lingkungan Sosial(Social Environmental)

Peru

baha

n B

enta

ng A

lam

Fisi

k-

Kim

ia T

anah

Air

Tan

ah

Air

Per

muk

aan

Penc

emar

an U

dara

Peru

baha

n Ik

lim

Sedi

men

tasi

Kes

tabi

lan

Tan

ah

Eko

sist

em D

anau

Eko

sist

em S

unga

i

Eko

sist

em H

utan

Faun

a

Flor

a

Kes

ehat

an M

asya

raka

t

Mat

a Pe

ncah

aria

n

Eko

nom

i Reg

iona

l

Pem

ukim

an

Kul

tur

Bud

aya

Mig

rasi

/ Urb

anis

asi

Rencana Sistem Pusat KegiatanPemanfaatan SDA

Pusat Kegiatan Penambangan Pusat Kegiatan Pengolahan Pusat Kegiatan DistribusiRencana Sistem Sarana dan Prasarana

Sistem Jaringan Jalan Arteri PrimerKab Luwu Timur - Kolaka Utara

Sistem Jaringan Jalan Arteri PrimerKab Kolaka Utara

Sistem Jaringan Jalan Arteri PrimerKab Morowali

Sistem Jaringan Jalan KolektorPrimer Sorowako - Bahodopi

Pengembangan PelabuhanPengumpan Primer Malili

Pengemban Bandar UdaraPengumpan Malili dan Sorowako

Tabel 4.2 Matriks Analisis Dampak Pertambangan Nikel Sorowako Terhadap Lingkungan

Page 62: Contoh Audit Lingkungan

62

Lingkungan Fisik(Physical Environmental)

Lingkungan Biologi(Bio Environmental)

Lingkungan Sosial(Social Environmental)

Peru

baha

n B

enta

ng A

lam

Fisi

k-

Kim

ia T

anah

Air

Tan

ah

Air

Per

muk

aan

Penc

emar

an U

dara

Peru

baha

n Ik

lim

Sedi

men

tasi

Kes

tabi

lan

Tan

ah

Eko

sist

em D

anau

Eko

sist

em S

unga

i

Eko

sist

em H

utan

Faun

a

Flor

a

Kes

ehat

an M

asya

raka

t

Mat

a Pe

ncah

aria

n

Eko

nom

i Reg

iona

l

Pem

ukim

an

Kul

tur

Bud

aya

Mig

rasi

/ Urb

anis

asi

Rencana Sistem Jaringan Energi

Pusat Kegiatan Penambangan Pusat Kegiatan Pengolahan

Pusat Kegiatan DistribusiRencana Sistem Jaringan SD AirSistem Jaringan Irigasi Pengendalian Banjir Pengaman Pantai

Penyediaan Air Minum (SPAM)

Drainase Jaringan Limbah Domestik Jaringan Limbah Talling Sistem Pengolahan Persampahan

Tabel 4.3 Matriks Analisis Dampak Pertambangan Nikel Sorowako Terhadap Lingkungan

Page 63: Contoh Audit Lingkungan

63

4.2 ISU-ISU STRATEGIS UTAMA

Terhadap isu-isu penting lingkungan hidup, ditetapkan isu-isu yang

dianggap strategi yang penanganannya akan menentukan keberlanjutan

pengembangan KSN Sorowako sesuai dengan amanat pembangunan

berkelanjutan. Isu-isu strategis tersebut meliputi :

1. Daya Dukung Dan Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Nikel

Kegiatan utama yang telah berjalan dan akan terus dikembangkan pada

wilayah KSN Sorowako adalah kegiatan pertambangan nikel. Sumber daya

pertambangan nikel tersebar meluas pada KSN Sorowako, meliputi wilayah

yang telah menjadi kawasan konsesi pertambangan serta kawasan lain yang

saat ini digarap oleh banyak Kuasa pertambangan lokal. Pemberian ijin yang

tidak terencana, akan mempercepat kerusakan ekosistem yang ditimbulkan

dari kegiatan pertambangan nikel yang sporadis dan meluas serta tidak

bertanggung jawab.

2. Penurunan Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem Hutan Hujan Tropis

Ekosistem hutan hujan tropis yang terdapat pada wilayah KSN Sorowako jika

berfungsi dengan baik dapat memberikan pelayanan: (1) kemampuan adaptasi

terhadap perubahan iklim, (2) pengaruh kestabilan DAS; (3) memberi

perlindungan tanah dan kesuburan; (4) memiliki keanekaragaman hayati dan

cadangan genetik; (5) penopang kehidupan bagi makhluk hidup termasuk

penduduk asli; (6) keterkaitan ekologis; dan (7) memiliki nilai pengetahuan,

estetika dan spriritual.

Namun masalah yang dihadapi oleh ekosistem hutan hujan tropis yang telah

ditetapkan sebagai hutan lindung di KSN Sorowako adalah terjadinya

Page 64: Contoh Audit Lingkungan

64

pengupasan akibat kegiatan penambangan nikel terbuka (stripp mining), yang

mengakibatkan terjadinya perubahan bentang alam dan tutupan lahan yang

menyebabkan deforestasi dan perusakan kawasan hutan lindung dari kegiatan

penambangan terbuka. Perubahan bentang alam ini akan meningkatkan

ketidakstabilan tanah yang dapat mengakibatkan longsor, meningkatkan erosi

dan sedimentasi. Sedangkan deforestasi ini juga mengakibatkan rusaknya

keseimbangan ekosistem flora dan fauna setempat, dan akan mengganggu

fungsi lindung khususnya tata air. Dengan demikian perubahan bentang alam

dan dampak turunannya beserta deforestasi hutan lindung, akan mengurangi

kemampuan fungsi lindung terhadap tata air, sehingga tidak akan dapat

menjamin ketersediaan air yang berkualitas baik dalam jumlah memadahi

untuk kebutuhan ekosistem setempat.

3. Penurunan Kestabilan Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS)

Ekosistem DAS terbentuk scara spesifik yang dipengaruhi oleh kelerengan,

jenis batuan, iklim dan curah hujan. Terbentuknya DAS secara alamiah akan

membentuk keseimbangan ekosistem dalam wilayahnya. Keseimbangan

ekosistem sangat tergantung dari fungsi hidrologis DAS yaitu mengalirkan air,

mengendalikan aliran air, memelihara kualitas dan kuantitas air,

mengendalikan erosi.

Kegiatan penambanangan di KSN Sorowako akan mengganggu fungsi

hidrologis DAS yang tentunya mengganggu keseimbangan ekosistem. Pada

saat ini KSN Sorowako telah mengalami masalah kemunduran fungsi DAS

yaitu adanya erosi tanah dan sedimentasi akibat tanah hasil pengupasan

Page 65: Contoh Audit Lingkungan

65

penambangan. Hal ini mempengaruhi pula kuantitas resapan air serta

mengganggu habitat perairan pada DAS.

4. Kapasitas Daya Dukung Dan Daya Tampung Air Permukaan Dan Air Tanah

Adanya erosi dan sedimentasi akibat kegiatan penambangan, akan

mempengaruhi kapasitas daya dukung dan tampung ketiga danau di KSN

Sorowako (Danau Matano, Mahalona, dan Towuti). Daya tampung ketiga

DAS tersebut mengalami penurunan secara terus-menerus karena adanya

pendangkalan. Hal serupa terjadi pada sungaisungai utama di KSN Sorowako,

terutama Sungai Larona. Sedangkan penurunan kualitas air, baik akibat erosi

maupun, akibat limbah tailing dari penambangan telah mempengaruhi kualitas

air di wilayah tersebut, ditambah dengan limbah domestik yang dibuang ke

danau, mempengaruhi penurunan kualitas air permukaan dan air tanah.

Pencemaran air akibat proses pengolahan nikel berpotensi mengganggu

kebutuhan konsumsi air penduduk, mengganggu mata pencaharian perikanan

masyarakat dan mengancam kepunahan spesies biota air tawar endemik di

danau dan sungai bahkan mangrove dan terumbu karang pada pantai.

5. Dampak Dan Resiko Pencemaran Udara

Pencemaran udata diakibatkan oleh proses pengolahan nikel, sehingga proses

dan teknologi pengolahan berperan dalam menurunkan dampak dan resiko

pencemaran udara. Begitu pula dengan upaya buffer zone antara lokasi

kegiatan pengolagan dengan permukiman penduduk. hal ini untuk mencegah

pengaruh buruk pencemaran udara industri pertambangan pada kesehatan

masyarakat.

Page 66: Contoh Audit Lingkungan

66

6. Terancamnya Tingkat Ketahanan Dan Potensi Keanekaragaman Hayati

Perubahan bentang alam dalam bentuk deforestasi serta penurunan ekosistem

DAS mengakibatkan terancamnya kelestarian keanekaragaman hayati, baik

flora dan fauna daratan dan perairan sungai/danau/laut. Jenis-jenis biota darat

dan perairan yang merupakan spesies endemik wallacea Sulawesi beberapa

sudah punah dan tidak ditemukan lagi. Dari belasan kekayaan

keanekaragaman hayati ikan air tawar endemik pada wilayah KSN, beberapa

telah punah seperti: spesies ikan butini (mugligogios butini) dan hydrosaurus

emboinensis.. Lalu pada habitat fauna daratan dari hutan hujan tropis terdapat

anoa (bubalus quarlesi), kuskus (strigocuscus clebensis) serta kera hitam

(macaca tonkeana) untuk fauna hutan hujan tropis. Juga beberapa spesies aves

yang telah hilang diantaranya adalah pecuk ular (anhinga melanogaster) dan

burung endemik sulawesi dari famili bucerotidae.

7. Tingkat Kerentanan Dan Kapasitas Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Tingkat kerentanan adaptasi perubahan iklim ini potensial terjadi akibat

adanya deforestasi dan perubahan bentang alam yang menghilangkan pohon-

pohon yang memiliki kemampuan untuk menyerap CO2.

Dampak perubahan iklim seperti kekeringan, akan diperparah oleh penurunan

fungsi hidrologis DAS di KSN Sorowako, dimana DAS di wilayah tersebut

tidak mampu menyediakan air yang memadahi akibat kegiatan pertambangan

yang menimbulkan perubahan bentang alam dan penutupan lahan dalam

luasan yang cukup besar.

Page 67: Contoh Audit Lingkungan

67

4.3 AUDIT LINGKUNGAN

Di dalam memberikan analisis terhadap identifikasi usulan isu strategis

beserta dampak pontensial yang muncul dari pada kebijakan, rencana dan

program dari Rencana Tata Ruang KSN Sorowako, metode kajian yang sesuai

serta yang dapat menunjukkan kedalaman analisis atas isu diperlukan. Dalam

kaitan tersebut, beberapa usulan metode kajian terhadap usulan isu strategis

dikembangkan. Metode metode berikut sebagian besar berhubungan dengan

kondisi biofisik kawasan yang masih mungkin mengalami penambahan dan

penyesuaian berdasarkan progres dari informasi baseline yang juga akan terus

disempurnakan dalam proses KLHS ke depannya. Adapun usulan metode kajian

atas isu-isu strategis adalah sebagai berikut :

4.3.1 Kualitas Air

Nilai kualitas air diambil dari beberapa situasi existing sungai, danau dan

perairan pesisir, sebagai contoh dengan kualitas baku mutu untuk perairan pesisir

sebagaimana tertuang dalam Permen LH No.27/2009. Analisis lebih lanjut akan

ditentukan oleh kualitas air di kondisi ke depannya.

4.3.2 Kualitas Udara

Data mengenai nilai kualitas udara di beberapa lokasi di Sorowako akan

dikaji lebih lanjut dengan perbandingan antara standar kualitas yang dikenal

dengan Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak, sebagaimana tertuang dalam SK

Kementerian Lingkungan Hidup No. Kep-13/MENLH/3/1995 terkait dengan baku

Page 68: Contoh Audit Lingkungan

68

mutu untuk Sumber Bergerak. Nilai eksisting akan diambil dari data sekunder dan

informasi akan diestimasikan untuk pengembangan KSN Sorowako ke depan.

Metode kajian berikutnya adalah dengan mengidentifikasi fasilitas

penambangan utama (PT INCO, ANTAM dan Rio Tinto) beserta nilai produksi

tahunan mereka di dalam kawasan KSN Sorowako. Data produktivitas

dikumpulkan dari beberapa sumber, yang mencakup :

1. Tinjauan informasi yang tersedia di internet.

2. Laporan perusahaan yang diterbitkan untuk publik seperti laporan AMDAL.

3. Informasi ekonomi yang didapatkan di dalam kawasan KSN.

Perkiraan akan dibuat di mana terdapat produktivitias spesifik di setiap

perusahaan tambang. Perkiraan ini didasarkan pada informasi kabupaten atau kota

yang dipublikasikan dan informasi statistik industri serta perkiraan produksi dari

Studi Kelayakan atau laporan lainnya.

Produksi pencemaran terkait dengan kegiatan penambangan akan

dikekompokkan sesuai dengan sistem Standar Internasional Klasifikasi Industri

(ISIC), berdasarkan atas produk keluaran utamanya. Total produktivitas atas

setiap kelas ISIC merupakan input ke dalam program modeeling ‘Decision

Support System for Industrial Pollution Control’ yang dikembangkan oleh Bank

Dunia dan WHO/Pan American Health Organisation 1995 (dibiayai oleh

pemerintah Belanda). Program ini digunakan untuk memperkirakan emisi udara,

limbah padat dan arus tercemar air (water effluent streams) dari masing masing

kelompok industri, di setiap kawasan.

Page 69: Contoh Audit Lingkungan

69

4.3.3 Sumber Daya Air

Terdapat beberapa kawasan daerah aliran sungai (DAS) di dalam kawasan

KSN Sorowako. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa terdapat beberapa

ketidaksesuaian antara wilayah DAS dengan batasan kuasa pertambangan. Untuk

itu analisis lanjutan diperlukan dalam rangka mempelajari ini lebih dalam. Terkait

dengan hal tersebut permasalahan yang ada dipertimbangkan mempunyai prioritas

tinggi berdasarkan salah satu atau lebih dari kriteria berikut : Potensi Sumber

Daya Air (Besaran), termasuk kawasan danau dan populasi penduduk yang besar

di kawasan terkait, dan juga dampak terhadap sosio-ekonomi-ekologi di dalam

kawasan KSN.

Beberapa isu yang terkait dengan penggunaan air tawar dan ketersediaan

untuk masa depan akan dideskripsikan lebih detil. Analisis deskriptif atas sistem

air tanah di dalam kawasan KSN Sorowako juga akan dideskripsikan lebih lanjut

secara rinci, termasuk status atas dam, reservoir dan danau. Perkiraaan untuk

keseimbangan air di beberapa sumber air tanah juga akan dijelaskan lebih lanjut.

Data dan informasi terkait dengan kualitas air akan dikumpulkan dari Balai Besar

Sumber Daya Air atau sumber informasi lainnya.

4.3.4 Kajian Kerentanan Terhadap Perubahan Iklim

Dampak yang terjadi meliputi kerusakan hutan yang meluas sebagai akibat

dari pembebasan lahan, pertanian lahan kering tanpa air dan beberapa ukuran

konservasi tanah, dan berakibat kepada air limpasan dan air pasang di sungai yang

mana dapat memicu terjadinya banjir. Untuk itu sebuah analisis yang menyeluruh

tentang dokumen AMDAL dari kegiatan penambangan di Sorowako perlu untuk

Page 70: Contoh Audit Lingkungan

70

dilakukan, sebagai langkah untuk memahami dampak masa depan dari

pembebasan lahan dan perencanaan rehabilitasi dari perusahan-perusahaan terkait

serta dampaknya terhadap banjir dan kekeringan. Dengan demikian, maka

informasi awal rona lingkungan tentang banjit dan kekeringan perlu untuk

dikumpulkan.

Laporan Status Lingkungan Hidup tahun 2008 di Indonesia menyebutkan

bahwa kualitas air di sungai, daerah aliran sungai dan danau kecil terus

mengalami pencemeran yang disebabkan oleh limbak domestik dan industri, di

lain sisi air tersebut juga menjadi sumber dari air minum masyarakat setempat.

Hasil temuan dari laporan – berdasarkan survei di 33 sungai di 30 provinsi se-

Indonesia – menunjukkan bahwa sebagian besar sungai telah terkontaminasi baik

dari level wajar/moderat sampai yang terparah. Banjir sebagian besar disebabkan

oleh kerusakan di DAS, hilangnya kapasitas reservoir, karakteristik fisik dari

sungai, sungai sungai yang sempit dan dangkal, sebagaimana juga sistem drainase

yang tidak memenuhi kebutuhan.

Beberapa isu yang terkait dengan pengendalian kekuatan desktruktif air

yang merusak perlu untuk dilihat lebih dalam lagi, antara lain :

1. Penebangan liar, tata guna lahan yang tidak sesuai, yang mana menyebabkan

erosi, sedimentasi, dan penurunan catchment area.

2. Okupasi atas dataran banjir untuk pemukiman dan kegiatan komersiil lainnya,

menurunnya fungsi sarana dan prasanan pengendali banjir, menurunnya

kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase (menyempitnya sungai,

dangkalnya anak sungai, dan terhambatnya struktur sumber daya air)

Page 71: Contoh Audit Lingkungan

71

3. Pendudukan atas kawasan penyimpanan untuk pemukiman, yang

meningkatkan resiko banjir.

4. Pendudukan atas dataran banjir/daerah rawan banjir untuk pemukiman tanpa

mencegah banjir.

5. Pembuangan limbah ke saluran drainase dan anak sungai yang menghambat

aliran air dan menyebabkan banjir.

6. Tanah longsor di beberapa lokasi.

7. Pergeseran situ (danau kecil) beserta sarana dan prasarananya.

8. Terbatasnya dana untuk rehabilitasi sarana dan prasarana publik pada paska

banjir.

Dampak pasti dari perubahan iklim terhadap sistem perairan dan isu isu

terkait air untuk kawasan proyek masih belum jelas. Meskipun demikian, hal

berikut bisa disimpulkan mengenai dampak umum dari perubahan iklim terhadap

sistem perairan : secara umum, perubahan umum dapat menurunkan kadar

perkiraan iklim dan cuaca serta meningkatkan keekstriman, baik secara minimal

dan maximal. Ini akan meningkatkan resiko terhadap kawasan yang sudah rawan

sebelumnya, kelompok sosial dan sistem dan infrastruktur produksi pangan.

Beberapa analisis akan dikembangkan untuk menangani permasalahan

perubahan iklim seperti halnya (namun tidak terbatas kepada): dampak dari

permasalahan sekarang, analisis trend, perbandingan dengan beberapa referensi,

dampak dari pertumbuhan penduduk dan sistem perairan, penjelasan atas dampak

terhadapa perekonomian sekaligus implikasi atas kombinasi trend terhadap

kebutuhan pengelolaan air.

Page 72: Contoh Audit Lingkungan

72

BAB 5

KESIMPULAN

Kebijakan, rencana dan program Kawasan Strategis Nasional Sorowako

yang difokuskan pada pembangunan pertambangan yang produktif dan berdaya

saing internasional, dalam pelaksanaannya akan berinteraksi dengan komponen

lingkungan hidup Geo-Fisik-Kimia, Biologi dan Sosial-ekonomi-budaya dan

kesehatan masyarakat. Interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen

lingkungan hidup akan menimbulkan dampak yang perlu dikaji lebih lanjut

terutama terhadap dampak yang menyebabkan perubahan mendasar komponen

lingkungan tersebut dan yang bersifat negatif yang berpotensi menimbulkan

kerugian ataubencana.

Demikian juga terhadap kebijakan, rencana dan program pengembangan

potesikawasan non pertambangan sebagai kegiatan pendamping untuk

mendukungpengembangan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi

sumber daya secara optimal dan berkelanjutan, akan menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup. Untuk itu dapat disimpulkan terdapat 3 aspek penting

yang harus diperhatikan dalam mengelola KSN Sorowako, antara lain :

1. Kebijakan pengelolaan pertambangan nikel pada Sorowako.

Kebijakan penambangan pada dasarnya merujuk pada Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batubara. Undang-

undang tersebut menekankan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya

Page 73: Contoh Audit Lingkungan

73

mineral dan batubara secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

hidup.

2. Strategi Pengembangan KSN Sorowako

Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap memperhatikan

batasan-batasan lingkungan dan keselamatan kerja dengan prinsip konservasi

dan kemanfaatan ekonomi serta mengembangkan kegiatan penunjang dan atau

kegiatan turunan dan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi

lingkungan.

3. Perencanaan Tata Ruang KSN Sorowako

Perencanaan pengembangan KSN Sorowako mencakup perencanaan struktur

ruang dan perencanaan pola ruang. Rencana Struktur Ruang Kawasan

Sorowako dan sekitarnya mencakup pengaturan sistem pusat kegiatan

pemanfaatan sumber daya alam beserta kegiatan pendukungnya dan

pengaturan sistem sarana dan prasarana yang terkait dengan upaya

pemanfaatan sumber daya alam yang menjadi kewenangan nasional dari hulu

ke hilir.

Page 74: Contoh Audit Lingkungan

74

DAFTAR PUSTAKA

Environmental Support Programme (ESP). 2010. Laporan Pra – Pelingkupan

KLHS (KSN Sorowako), SEA for Spatial Planning. Jakarta : PT.

Sucofindo (Persero).

Vale. 2011. Usaha Yang Terus Berkembang (Growing Stronger Sustainably).

Jakarta : PT. Vale Indonesia Tbk.

Abubakar, Fikri. 2009. Evaluasi Tingkat Keberhasilan Revegetasi Lahan Bekas

Tambang Nikel di PT. INCO Tbk, Sorowako, Sulawesi Selatan. Bogor :

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB).