Contingency Planning - System Failure (BANK)
-
Upload
andy-wijaya -
Category
Documents
-
view
115 -
download
6
description
Transcript of Contingency Planning - System Failure (BANK)
Tugas Individu
Sistem Informasi Manajemen Disusun Oleh :
Andy Wijaya
Kelas 8A-BPKP
NPM 134060018259
Email [email protected]
CONTINGENCY PLAN UNTUK SYSTEM FAILURE PADA PERBANKAN
A. Pendahuluan
Bisnis bergerak sangat cepat dan hampir semua kegiatan dan bisnis komersial
sangat bergantung pada aktivitas dan layanan perbankan. Oleh karena itu,
ketersediaan layanan yang berkelanjutan dan kesinambungan perbankan sangat
diperlukan. Layanan perbankan yang mampu beroperasi dalam kondisi
apapun/dalam situasi dalam gangguan (kondisi offline dll) dibutuhkan untuk
menjaga tingkat kepuasan pelanggan dan mempertahankan imej bank yang
bersangkutan.
Karena dituntut untuk berperforma cepat untuk memenuhi kebutuhan bisnis
nasabah, layanan perbankan sangat bergantung pada jaringan internet agar
dapat beroperasi secara realtime dan berkelanjutan. Namun sebagian besar
Bank yang beroperasi di Indonesia tidak memiliki rencana kontinjensi yang jelas
apabila terjadi kegagalan sistem. Misalnya, jika terjadi internet network failure
atau electrical failure maka segala bentuk layanan tidak dapat dilakukan dan
segala kegiatan otomatis berhenti.
Berikut akan dibahas beberapa hal penting terkait dengan infrastruktur
pendukung layanan perbankan serta langkah kontinjensi yang diperlukan
apabila terjadi suatu gangguan atau interupsi didalam pelaksanaan kegiatan
layanan perbankan.
B. Infrastruktur Pendukung Layanan Perbankan
Untuk melayani nasabah yang banyak, jenis layanan yang beragam dan
kegiatan kegiatan perbankan lainnya, suatu bank harus memiliki infrastruktur
sistem informasi yang mapan, artinya segala layanan perbankan harus didukung
dengan infrastruktur yang sesuai dan terjaga keberlangsungannya. Berikut
adalah spesifikasi minimum yang harus dipenuhi suatu bank :
1. Data Center Bank-Wide Cadangan
Untuk mengantisipasi chaos yang ditimbulkan oleh kegagalan/kerusakan
Data Center Pusat, sebaiknya Bank memiliki Data Center Cadangan
(Disaster Recovery Center) yang terletak terpisah dari Data Center Pusat.
Data Center Pusat dan Data Center Cadangan merupakan dua sistem yang
saling berhubungan dan saling berintegrasi. Data Center diperlukan untuk
menjalankan data sebagai pusat data aktivitas perbankan yang bersifat
kontinyu dan real time.
2. Provider Internet.
Bank berkerja sama dengan 2 (dua) provider internet yang berbeda. Yaitu
jaringan yang melalui kabel (modem dan di-share melalui LAN) dan jaringan
nirkabel (modem dikoneksikan dengan wireless LAN). Jaringan yang melalui
kabel dan disebar dengan LAN merupakan jaringan internet utama, dan
yang terhubung dengan wireless LAN merupakan jaringan internet
cadangan backup.
Kedua bentuk jaringan tersebut masing-masing terhubung dengan UPS, dan
UPS tersebut terhubung dengan Generator.
3. Software dan Branch Data Center
Software yang digunakan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu desktop dan web-
based, tetapi diantara keduanya dapat disinkronisasikan sehingga
menghasilkan output pada branch data centre yang sama (offline banking –
branch) serta terhubung dengan data center pusat sehingga dapat
terhubung dengan unit dan cabang bank lainnya
4. Hardware
Setiap komputer yang digunakan oleh tiap karyawan, terhubung dengan
UPS yang berbeda-beda dan setiap UPS tersebut terhubung dengan
generator yang menghasilkan tegangan yang sama pada keadaan normal.
Selain itu seluruh komputer yang digunakan oleh karyawan dapat terhubung
dengan jaringan internet dengan menggunakan kabel atau nirkabel.
C. Antisipasi dan Rencana Kontinjensi Pada Layanan Perbankan
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa layanan perbankan sangat erat dan
sangat membutuhkan jaringan internet. Oleh karena itu, musuh besar dari bank
adalah system failure yang mengakibatkan jaringan offline. System failure dapat
disebabkan apa saja, seperti bencana alam, human error atau bahkan tidak
diketahui apa sebabnya. Hal ini berdampak sangat signifikan pada bank, oleh
karena itu bank harus memiliki langkah-langkah antisipasi untuk mengatasi hal
tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa ada 3 (tiga) hal yang menyebabkan
system offline pada bank, yaitu 1. Electrical Failure, 2.Internet Connection
Failure dan 3. Kombinasi Keduanya.
Setiap penyebab tentu harus diperlakukan dengan cara yang berbeda-beda,
adalah langkah-langkah antisipasi dan rencana kontinjensi untuk system failure
dan offline.
1. Electrical Failure
Electrical failure dapat diartikan sebagai kegagalan dalam
mendapatkan/pasokan listrik yang diterima default dari PLN, atau pasokan
listrik tiba-tiba terputus/padam.
a. Ketika pasokan listrik terputus, dibutuhkan waktu untuk memindahkan
sumber tlistrik ke generator
b. Selama pemindahan sumber listrik, UPS menopang beban daya
komputer dan perangkat lainnya sekitar 10-15 menit. Karyawan yang
melayani nasabah dapat membackup pekerjaannya dan antrian layanan
berhenti untuk sementara.
c. Apabila ternyata waktu pemindahan sumber listrik lebih lama dari pada
jangka waktu penggunaan UPS, segala bentuk layanan dan kegiatan
perbankan dihentikan untuk sementara sampai dengan listrik
tersambung kembali dengan generator
d. Setelah generator tersambung, dibutuhkan waktu untuk merestart
perangkat yang ada dan establish internet connection, karyawan dapat
membuka antrian kembali.
e. Generator digunakan/bekerja sampai dengan listrik (PLN) tersambung
kembali. Pemindahan sumber listirk dari generator ke PLN, langkah-
langkahnya sama seperti di atas.
2. Internet Connection Failure
Kegagalan koneksi internet disini berarti kegagalan yang disebabakan oleh
ketidakmampuan provider mitra bank dalam menyediakan akses/jaringan
internet untuk sementara waktu. Oleh karena itu, untuk mencegah hal ini,
dibutuhkan provider jaringan cadangan/backup agar aktifitas/kegiatan
perbankan tetap berjalan.
a. Ketika jaringan internet utama (kabel - LAN) terganggu, dilakukan
pengalihan dari penggunaan jaringan internet dari kabel – LAN ke
wireless LAN.
b. Proses pemindahan membutuhkan sedikit waktu, karena dilakukan
secara manual dan tidak mungkin satu perangkat dapat terhubung
dengan dua jaringan internet sekaligus.
c. Jika setiap SDM di Bank dapat mengoperasikan komputer dan dapat
melakukan pengalihan jaringan internet secara personal/pribadi, maka
waktu yang digunakan untuk pengalihan akan jauh lebh sedikit, artinya
hampir tidak ada gangguan yang berarti terhadap kegiatan perbankan.
d. Jika setiap SDM tidak dapat melakukan pengalihan jaringan internet,
berarti diperlukan suatu jabatan sejenis IT Specialist yang bertugas
untuk itu. Dan waktu yng dibutuhkan untuk pengalihan menjadi lebih
besar, kecuali jumlah IT Specialist tersebut diperbanyak.
e. Jika yang terjadi adalah kondisi poin d, maka segala aktifitas yang
memerlukan jaringan/koneksi internet untuk sementara waktu
dihentikan.
3. Kombinasi keduanya (Electrical Failure dan Internet Connection Failure)
Adanya kegagalan listrik dan kegagalan koneksi internet secara kumulatif,
merupakan akibat dari adanya musibah/bencana alam yang dialami pada
wilayah yang berdekatan dengan suatu bank.
a. Jika hal ini terjadi, listrik untuk operasional bank masih dapat ditopang
dengan UPS dan generator, tetapi untuk koneksi internet tidak dapat
diganti/dialihkan dengan jaringan lainnya.
b. Jika bank memiliki offline banking - branch seperti yang tersebut di atas,
maka untuk sementara waktu, bank dapat melakukan layanan
perbankan secara lokal terlebih dahulu, sampai dengan jaringan online
kembali.
Perlu diatur lebih lanjut layanan perbankan apa saja yang dapat
diintegrasikan dalam offline banking – branch ini, karena tidak semua
layanan yang dapat diberikan kepada nasabah dengan tidak
menggunakan koneksi internet serta tidak dapat dilakukan secara terus
menerus tanpa ada batasan waktu maksimal. Contoh penggunaan
offline banking ini misalnya untuk nasabah yang ingin menabung, atau
ingin mengapply tabungan baru.
c. Jika ternyata pemulihan kegagalan listrik dan koneksi internet lebih lama
dari yang diperkirakan sebelumnya, maka untuk sementara waktu bank
tidak beroperasi.
d. Melakukan kerjasama (kontrak) baru dengan provider yang bersedia
menjadi mitra sementara dalam penyediaan jaringan internet sampai
dengan kondisi kembali normal
D. Upaya Pencegahan, Pelatihan dan Pembiasaan
Agar tidak panik pada saat kejadian tersebut di atas terjadi, maka diperlukan
suatu pelatihan dan pembiasaan. Upaya pelatihan dan pembiasaan ini juga
merupakan bentuk usaha untuk mendeteksi kondisi-kondisi tambahan dan
mengurangi dampak yang mungkin akan terjadi. Upaya-upaya tersebut dapat
berupa :
1. Melakukan kerjasama dengan provider baru jika terjadi system failure
2. Menyusun dan membuat suatu sistem backup data harian
3. Testing backup – recovery dan restore process secara periodik
4. Infrastruktur sistem informasi perbankan dilindungi dengan sumber daya
yang mumpuni
5. Menetapkan koordinator rencana kontinjensi bank
6. False Alarm/Fake Disaster Event, dan distribusi langkah-langkah antisipasi
serta rencana kontinjensi bank kepada :
Seluruh karyawan
Jajaran direksi
Tim Manajemen
Administrator jaringan
Pegawai pemelihara fasilitas server – sistem informasi
REFERENSI
Business Continuity Plan. Morrison, Oklahoma. Citizens State Bank. 23 Juli 2005
Business Contingency Planning - If Disaster Strikes Will Your Business Survive?
Contingency Planning Data Processing. Alan J. Lyons