coba2 KIA

24
Tabel 5.2 Identifikasi masalah program satus gizi di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat (Dinkes, 2015). No Indikator Targe t % Capaia n % Masala h % 1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 96 2. Cakupan pemberian Vit A Ibu Nifas 95 3. Cakupan Imunisasi TT 2+ pada Ibu Hamil 96 4. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani 98 5. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 96 6. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani 95 7. Cakupan kunjungan Neonatus 95 8. Cakupan kunjungan bayi 80 9. Cakupan pelayanan Anak Balita 80 10. Cakupan Kepesertaan KB Aktif 70 25

description

silahkan

Transcript of coba2 KIA

Page 1: coba2 KIA

Tabel 5.2 Identifikasi masalah program satus gizi di UPTD Puskesmas Kecamatan

Pontianak Barat (Dinkes, 2015).

No IndikatorTarget

%Capaian

%Masalah

%1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 962. Cakupan pemberian Vit A Ibu Nifas 953. Cakupan Imunisasi TT 2+ pada Ibu

Hamil 96

4. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani

98

5. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

96

6. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani

95

7. Cakupan kunjungan Neonatus 958. Cakupan kunjungan bayi 809. Cakupan pelayanan Anak Balita 8010. Cakupan Kepesertaan KB Aktif 70

25

Page 2: coba2 KIA

26

Variabel Pemantauan Gizi Kurang dan Gizi Buruk dengan Faktor Terkait dengan

Berat Badan

No.

Variabel

1. Cakupan Balita yang Dipantau Pertumbuhan (D/S)

2. Cakupan Balita yang Naik BB (N/D)

3. Cakupan ASI Ekslusif

Tabel 5.4 Penetapan Prioritas Masalah

No. Daftar MasalahImportance

T RJumlahP=

I x T x RP S RI DU SB PB PC

1. Cakupan Balita

yang Dipantau

pertumbuhan D/S

5 5 5 3 5 4 5 5 5 800

2. Cakupan Balita yang

Naik BB (N/D)3 3 2 4 4 5 3 5 5 625

3. Cakupan ASI

Eksklusif5 4 3 5 5 4 5 5 5 775

Cakupan Balita menjadi prioritas masalah karenaketerkaitannya dengan

masalah-masalah lain seperti cakupan Balita yang naik berat badan (N/D) dan

juga cakupan ASI Eksklusif.

Page 3: coba2 KIA

27

Besarnya masalah (Prevalence = P) dan akibat yang ditimbulkan masalah

(severity) = S, beberapa alasan terkait dengan dasar pemenuhan prioritas masalah

dimana keakuratan data D/S dapat menjaring gizi buruk secepat mungkin, data

yang dimiliki didapat bahwa angka capaian menurun dalam tiga tahun terakhir

bahkan target yang ditetapkan oleh Kota Pontianak turun 10%. Target capaian

D/S sendiri turun menjadi 70% pada tahun 2013 dan 2014 dari target pada tahun

2012 80%, hal ini dikarenakan kurangnya capaian D/S. Rendahnya angka cakupan

balita yang ditimbang di Puskesmas Saigon merupakan masalah yang menjadi

prioritas, dikarena rendahnya angka cakupan tersebut menggambarkan banyaknya

bayi yang tidak ditimbang. Indikator ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi

pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta

pelayanan prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan cakupan D/S yang rendah

cakupan N/D, cakupan vitamin A, cakupan imunisasi, cakupan Bawah Garis

Merah (BGM), dan cakupan gizi buruk tidak akan mencapai nilai yang baik pula

Karena itulah masalah ini diberikan nilai P dan S paling maksimal 5.

Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) = RI, hal ini didasarkan pada

cakupan D/S selama 3 tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan

dari 83,84% pada tahun 2012, turun menjadi 76,68% pada tahun 2013, dan

53,88% pada tahun 2014, maka nilai 5 terkait dengan rendahnya capaian ini akan

mengakibatkan besarnya masalah perbaikan gizi.

Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet needs) =

DU, pendasaran ini terkait dengan keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi

(DU) karena secara umum sebagian besar ibu/keluarga ingin balitanya ditimbang,

namun beberapa ibu/keluarga tidak menganggap D/S merupakan hal yang

penting, maka dari itu nilai 3 kami berikan terkait dengan dasar diatas.

Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) = SB, hal ini

didasarkan pada permasalahan penimbangan, jika masalah D/S ini dapat teratasi

maka masalah-masalah lain seperti BGM, gizi buruk dapat segera teratasi atau

minimal terskrining sejak awal.

Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) = PB, dilihat

dari data diatas dan beberapa aspek diskusi melalui pembuat program dan

Page 4: coba2 KIA

28

lokakarya mini dapat dilihat dimana masih banyak ibu/keluarga yang tidak mau

melakukan penimbangn balita secara rutin setiap bulan.

Suasana politik (political climate) = PC, Suasana politik diberi nilai 5 karena

dukungan dari pemerintah berupa optimalisasi posyandu, program Kesehatan Ibu

dan Anak(KIA), dan pembiayaan agar cakupan D/S dapat mencapai target

setinggi mungkin.

Kelayakan teknologi (technical feasibility) = T , secara umum fasilitas untuk

memantau pertumbuhan balita seperti dacin, meteran, Kartu Menuju Sehat

(KMS), adalah alat yang sederhana dan sudah pasti tersedia.

Sumber daya yang tersedia (Resources availability) = R, penguatan sumber

daya yang tersedia, permasalahan kebutuhan sumber daya setiap tahunnya

menjadi masalah yang selalu dibicarakan maka dengan berbagai pertimbangan,

diberikan nilai 5 karena ketersedian kader untuk melaksanakan D/S masih belum

memenuhi kriteria minimal jumlah kader yang terdapat di posyandu.

Penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria diatas maka prioritas masalah

yang dipilih adalah Cakupan Balita yang dipantau pertumbuhan (D/S). Adapun

urutan prioritas masalah yang berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :

1) Cakupan balita yang dipantau pertumbuhan D/S

2) Cakupan ASI Ekslusif

3) Cakupan balita yang naik BB (N/D)

5.3 Identifikasi Penyebab Masalah

5.3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep disusun berdasarkan diskusi dengan penanggung jawab

bagian status gizi, kader posyandu pelaksana kegiatan, kepala puskesmas

dan dokter penanggung jawab, serta hasil lokakarya mini di Puskesmas

Saigon Kecamatan Pontianak Timur serta hasil pemikiran dan observasi

penulis. Kerangka konsep tersebut tertera di bawah ini:

Page 5: coba2 KIA

Lingkungan

Letak posyandu yang kurang strategis

Pengetahuan, siakp, perilaku, sosial ekonomi dan pendidikan orang tua balita

Pelayanan kesehatan lain yang dilakukan penimbangan

pengorganisasian

Perekrutan

Struktur organisasi

Koordinasi pembagian tugas

perencanaan

Waktu

Tempat

Target

pelaksanaan

Koordinasi

sweeping

Sosialisasi

Pencatatan dan pelaporan

Proses

Cakupan balita yang dipantau pertumbuhan D/S

Umpan Balik

Hasil pencatatan dan pelaporan D/S

Alat non medis

DanaSarana

Promkes

Alat medis

InputTenaga kesehatan

Kualitas

Kuantitas

Metode

PelatihanPenyuluhanpenghargaan

29

Page 6: coba2 KIA

30

Gambar 5.1. Diagram fishbone

Dari diagram fishbone diatas, masih diperlukan penentuan penyebab-

penyebab masalah yang paling memiliki peranan dalam mencapai

keberhasilan program.

5.3.2 Estimasi Penyebab Masalah

Masalah dalam kurangnya cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS)akan dibahas sesuai dengan pendekatan sistem yang

mempertimbangkan seluruh faktor baik dari unsur man, money, method,

machine. Daftar masalah berdasarkan kerangka konsep yaitu:

a. Letak posyandu yang kurang strategis.

b. Kurangnya jumlah kader karena kurangnya kesadaran masyarakat

secara sosial untuk ikut berpartisi.

c. Kurangnya dukungan dari tokoh masyarakat akan pentingnya

posyandu diwilayah setempat terkait dengan sasaran berdasarkan

batas wilayah.

d. Kurangnya kesadaran orang tua balita tentang pentingnya pemantauan

pertumbuhan, sehingga sebagian besar kegiatan posyandu dilakukan

dengan kunjungan rumah.

e. Masih kurang optimalnya kinerja kader di posyandu, seperti masih

banyaknya format 6 yang tidak terisi.

Page 7: coba2 KIA

31

f. Kurangnya koordinasi pelaporan penimbangan balita di fasilitas

kehehatan lain untuk melaporkan hasil penimbangan balita yang

termasuk masyarakat wilayah kerja Puskesmas Saigon.

g. Masih banyak kader yang belum mengerti dengan batas wilayah kerja

posyandu, jumlah sasaran balita, ibu hamil, dll, sehingga saat

penentuan besarnya cakupan seperti (D/S) jumlah (S) sasaran balita

posyandu masih di kira-kira.

Berdasarkan hasil analisa estimasi penyebab masalah tersebut,

diketahui terdapat 5 penyebab masalah yang kemudian masalah tersebut

dipilih berdasarkan sistem skoring oleh seluruh anggota kelompok.

Masing-masing anggota kelompok memilih estimasi penyebab masalah

tersebut dengan penetapan peringkat, dimana setiap penyebab masalah

yang berada di peringkat pertama memiliki skor5, peringkat kedua

memiliki skor4, dan seterusnya hingga peringkat lima memiliki skor1.

Sistem skoringyang telah dilakukan dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 5.5 Estimasi Penyebab Masalah

No Daftar MasalahSkor Total

1 2 3 4

1 Letak Posyandu yang kurang strategis. 2 3 1 1 72 Motivasi kader 5 5 5 4 19

3Kurangnya dukungan dari tokoh masyarakat

1 1 2 2 6

4Kurangnya kesadaran orang tua balita tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan

4 4 4 5 17

5Masih banyak kader yang belum mengerti dengan batas wilayah kerja posyandu

3 2 3 3 11

Berdasarkan sistem skoringyang telah dilakukan, didapatkan tiga

penyebab masalah yang memiliki skorpaling tinggi, yang kemudian

dilakukan perhitungan penentuan prioritas penyebab masalah berdasarkan

tabel di bawah ini yaitu:

Page 8: coba2 KIA

32

Tabel 5.6 Prioritas Masalah Berdasarkan Estimasi Penyebab Masalah

No Daftar Masalah

Importance

T R

Jumlah

P=

I x T x RP S RI DU SB PB PC

1 Motivasi kader 5 5 5 5 5 4 5 3 5 910

2

Kurangnya kesadaran

orang tua balita tentang

pentingnya pemantauan

pertumbuhan

5 5 3 3 5 4 4 3 4 348

3

Masih banyak kader yang

belum mengerti dengan

batas wilayah kerja

posyandu

4 4 3 4 4 3 5 3 5 405

Berdasarkan besarnya masalah yang menjadi prioritas masalah adalah

motivasi kader dikarenakan berpengaruh terhadap kinerja kader dan pada

akhirnya berhubungan dengan capaian program.

Besarnya masalah (Prevalence = P) diberikan nilai 5 dikarenakan

motivasi kader merupakan hal yang penting yang berhubungan dengan

kinerja kader. Meskipun dengan jumlah kader yang sedikit, namun

memiliki motivasi yang besar, maka target akan tercapai. Hal ini

merupakan masalah yang penting karena semakin sedikitnya masyarakat

yang mau bekerja sukarela sebagai kader posyandu, terutama di daerah

perkotaan.

Akibat yang ditimbulkan masalah (severity) = S diberikan nilai 5

karena motivasi kader yang rendah akan berakibat rendahnya kinerja

kader, hal ini akan berakibat sulitnya posyandu mencapai target capaian

D/S meskipun dengan jumlah kader yang mencukupi dalam setiap

posyandu.

Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) = RI, jumlah kader

tidak bertambah dan berkurang secara signifikan setiap tahunnya, namun

Page 9: coba2 KIA

33

capaian target tiga tahun terakhir semakin menurun. Hal ini menunjukkan

motivasi kader semakin menurun dari tahun ke tahun.

Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) = SB

diberikan nilai 5 dikarenakan jika permasalahan motivasi kader ini dapat

diatasi, maka dengan kader yang terbatas, capaian D/S diharapkan akan

meningkat dan mencapai target. Karena motivasi mempengaruhi kinerja

seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya, maka dengan memperbaiki

motivasi kerja kader, akan memperbaiki kinerja kader dalam melakukan

penimbangan bayi.

Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet

needs) = DU diberikan nilai 5 dikarenakan, masyarakat pasti

menginginkan pelayanan yang maksimal dalam di setiap pelayanan

kesehatan. Kurangnya motivasi kader dalam memberikan pelayanan akan

berakibat pada tidak optimalya kerja kader, yang mengakibatkan

ketidakpuasan masyarakat ketika dating ke Posyandu. Karena hal ini,

masyarakat akan berpikir dua kali untuk datang ke posyandu karena malas

untuk mengantri.

Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) = PB

diberikan nilai 4 dikarenakan, dalam hal ini kader merupakan anggota

dalam wilayah itu sendiri, dimana memerlukan tingkat kepedulian sosial

yang tinggi untuk menjadi pekerja sukarela di posyandu. Jika masyarakat

tidak peduli, maka akan berakibat pada kurangnya masyarakat yang

bersedia menjadi pekerja sukarela sehingga sulit untuk mencari sumber

daya manusia sebagai kader yang memiliki motivasi yang tinggi.

Suasana politik (political climate) = PC diberikan nilai 5 dikarenakan

untuk melihat keseriusan pemerintah daerah berkeinginan posyandu

menjadi garda utama pelayanan kesehatan masyarakat, karena posyandu

langsung terjun dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Dalam hal

ini suasana politik mendukung.

Sumber daya yang tersedia (Resources availability) = R diberikan

nilai 5 dikarenakan permasalahn utama adalah kurangnya jumlah kader,

Page 10: coba2 KIA

34

maka sudah jelas bahawa sumber daya manusia yang mau dan bisa

menjadi kader dinilai masih kurang sehingga penting unuk dicari

pemecahan masalahnya.

Kelayakan teknologi (technical feasibility) = T , secara umum

fasilitas yang digunakan untuk menambah jumlah kader yang optimal

diperlukan.

5.4 Perencanaan Penyelesaian Masalah, Alternatif, dan Penentuan Prioritas

Penyelesaian Masalah

Beberapa alternatif penyelesaian masalah dapat diajukan untuk menyelesaikan

permasalahan mengenai rendahnya persentase(%) cakupan balita yang dipantau

pertumbuhan D/S. Kurangnya kader yang berpartisipasiAlternatif penyelesaian

masalah dapat diajukan untuk menyelesaikan permasalahan adalah sebagai

berikut:

5.4.1 Lokakarya mini tingkat kelurahan.

a. Tujuan:

1) Capaian target terpenuhi.

2) Mengetahui permasalahan dilapangan.

3) Silaturahmi antara puskesmas dan kader-kader.

4) Mengetahui informasi terbaru mengenai jumlah sasaran dan

perkebangan wilayah dilapangan

b. Sasaran: Kader posyandu dan pelaksana gizi

c. Bentuk kegiatan:

1. Pemaparan hasil capaian, masalah, evaluasi kegiatan setiap

posyandu oleh kepala puskesmas dan pelaksana kegiatan gizi.

2. Diskusi dengan kelurahan dan RT/RW, terkait kerjasama dengan

kader dalam pelaksaan kegiatan terutama pembahasan mengenai

sasaran di wilayah kerja.

3. Diskusi dengan seluruh kader mengenai hambatan dalam

pelaksanaan dan intervensi terhadap evaaluasi pelaksaan yang

terhambat.

Page 11: coba2 KIA

35

5.4.2 Penyuluhan mengenai pentingnya partisipasi kader, pembaharuan

teknologi dalam kegiatan dan silaturahmi antar kader.

a. Tujuan:

1) Meningkatkan motivasi kader

2) Memberikan semangat kepada kader mengenai pentingnya kader

dilapangan

3) Mempermudah kader dalam bekerja di lapangan dan mendapatkan

info-info dari puskesmas terkait dengan kegiatan.

4) Mempertahankan semangat kader dan kegiatan lain yang bisa

menjaga silaturahmi.

b. Sasaran: Kader dan bapak/ibu rumah tangga, RT terkait

c. Bentuk Kegiatan:

1) Penyuluhan mengenai tata cara pencatatan yang baik dan benar

2) Penyuluhan pentingnya rasa sosial untuk meningkatkan kesehatan

di wilayah dan mencegah angka kesakitan dan kematian balita

akibat gizi buru, melalui penyuluhan dan leaflet.

3) Penggunaan gadget, sosial media dan media-media elektronik

ataupun internet dalam menjaring kader setempat dan

mengoptimalkan kerja kader melalui teknologi

4) Arisan kader, masak-memasak, acara keagamaan dan acara-acara

perlombaan untuk mempererat hubungan silaturahmi dan

menjaring kader baru.

5.4.3 Membuat acara tahunan berupa penghargaan kader terbaik dan posyandu

terbaik.

a. Tujuan:

1) Untuk menjaring kader-kader baru agar mau ikut berpartisipasi

sebagai tenaga suka rela di posyandu

Page 12: coba2 KIA

36

2) Untuk memberikan motivasi kader agar bekerja lebih baik dari

sebelumnya

3) Untuk memberikan motivasi pada posyandu agar memberikan

pelayanan yang lebih baik pada masyarakat

4) Menghargai kerja keras para kader

b. Sasaran: posyandu, kader, dan masyarakat

c. Bentuk kegiatan:

1) Penilaian kinerja kader yang dilakukan oleh petugas puskesmas

setiap pelaksanaan posyandu.

2) Melakukan evaluasi masing-masing posyandu berdasarkan jumlah

capaian.

3) Memberikan penghargaan berupa alat-alat rumah tangga dan

sembako kepada pemenang.

5.5 Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah

Penentuan prioritas penyelesaian masalah dilakukan untuk memilih alternatif

penyelesaian masalah yang paling menjanjikan. Sebelum melakukan pemilihan

sebaiknya dicoba memadukan berbagai alternatif penyelesaian masalah terlebih

dahulu. Bila tidak dapat dilaksanakan barulah dilakukan pemilihan. Cara

pemilihan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan teknik kriteria matriks.

Kriteria yang dimaksud adalah:

5.5.1 Efektivitas penyelesaian masalah

Cara ini dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk alternatif

penyelesaian masalah yang paling tidak efektif sampai nili 5 untuk yang

paling efektif. Untuk menentukan efektivitas ini digunakan kriteria

tambahan sebagai berikut:

a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan/M (magnitude)

Page 13: coba2 KIA

37

b. Pentingnya penyelesaian masalah yang dikaitkan dengan

kelanggengan selesainya masalah/I (importance)

c. Sensitivitas, yang dikaitkan dengan kecepatan dalam menyelesaikan

masalah/V (vulnerability)

5.5.2 Efisiensi penyelesaian masalah

Nilai efisiensi dikaitkan dengan biaya/C (cost) yang diperlukan untuk

melaksanakan penyelesaian masalah. Semakin besar biaya dianggap

semakin tidak efisien (dinilai sampai dengan 5), sedangkan makin kecil

biaya dianggap semakin efisien (diberi nilai 1). Prioritas didapatkan

dengan membai hasil perkalian nilai MxIxV dengan nilai C. Penyelesaian

masalah dengan nilai P tertinggi adalah prioritas penyelesaian masalah

yang dipilih.

Setelah dijelaskan mengenai alternatif penyelesaian masalah yang

dapat dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas

alternatif penyelesaian masalah dengan menggunaan tabel matriks berikut:

Tabel 5.7 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah

Alternatif Pemecahan MasalahEfektivitas

Efisiensi (C)Jumlah

(MxIxV/C)M I V

1. Lokakarya mini 2 3 4 3 8

2. Penyuluhan mengenai pentingnya

partisipasi kader, pembaharuan

teknologi dalam kegiatan dan

silaturahmi antar kader.

5 5 3 4 18,5

3. Membuat acara tahunan berupa

penghargaan kader terbaik dan

posyandu terbaik

5 4 4 5 16

Dari tabel diatas bahwa yang mendapat nilai terbesar adalah alternatif

jalan keluar pertama, yaitu mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya

Page 14: coba2 KIA

38

partisipasi kader, pembaharuan teknologi dalam kegiatan dan silaturahmi

antar kader di wilayah kerja Puskesmas Saigon.

Pemilihan/penentuan prioritas cara pemecahan masalah ini dilakukan

dengan memakai teknik kriteria matriks. Dari berbagai alternatif cara

pemecahan masalah yang telah dibuat maka akan dipilih satu cara

pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan.

Untuk nilai efektivitas (M), angka 5 diberikan pada alternatif kedua

dan ketiga. Angka ini diberikan atas penimbangan bahwa alternatif kedua

dan ketiga dapat menyelesaikan masalah lebih baik daripada alternatif

petama. Dengan pengadaan penyuluhan mengenai pentingnya partisipasi

kader, pembaharuan teknologi dalam kegiatan dan silaturahmi antar kader

dapat memberikan wawasan dan perbandingan dengan kader-kader yang

kerjanya lebih baik, di harapkan memberikan nilai postif bagi kader-kader

yang lain. Selain itu perlu adanya penghargaan terhadap kerja keras kader.

Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan motivasi kader untuk bekerja

lebih baik akan meningkat.

Untuk nilai efektivitas (I), angka 5 adalah diberikan pada alternatif

kedua. Alternatif kedua mendapat angka 5 karena dengan penyuluhan

mengenai pentingnya partisipasi kader, pembaharuan teknologi dalam

kegiatan dan silaturahmi antar kaderdapat meningkatkan motivasi kader

secara lama dibandingkan alternatif ketiga. Kader yang termotivasi hanya

mengejar penghargaan akan bertahan sebentar dikarenakan motivasi kader

yang datang dari diri sendiri.

Untuk nilai efektivitas (V), angka 4 diberikan pada alternatif ke-1 dan

ke-3. Hal ini dikarenakan alternatif ke-1 dan ke-3 dirasa akan lebih mudah

dan cepat untuk dilaksanakan, disbanding alternatif kedua yang perlu

persiapan yang lebih lama. Angka 3 diberikan pada alternatif ke-2, karena

untuk menagadakan penyuluhan memerlukan banyak tenaga, waktu dan

melibatkan banyak pihak terkait dibandingkan dengan alternatif ke-1 dan

ke-3 yang memerlukan tenaga dan waktu yang lebih sedikit.

Page 15: coba2 KIA

39

Angka 3 diberikan pada alternatif ke-1untuk nilai efisiensi. Angka ini

diberikan karena alternatif ke-1 tersebut dinilai cost effective yaitu biaya

pengadaan lokakarya mini murah dibanding biaya pengadaan suatu

penyuluhan dan pengadaan suatu acara penghargaan.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa

penyuluhan mengenai pentingnya partisipasi kader, pembaharuan

teknologi dalam kegiatan dan silaturahmi antar kader merupakan prioritas

penyelesaian masalah yang diharapkan menigkatkan motivasi kader untuk

bekerja di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kec. Pontianak Timur.

Contoh program bank sampah secara umum

Tujuan :

a. Menarik motivasi kader untuk lebih giat

b. Menarik minat kader lain untuk ikut berpartisipasi

c. Ikut serta dalam kebersihan lingkungan

d. Memperoleh dana tambahan untuk kader

Sasaran : Kader dan warga

Bentuk kegiatan :

a. Puskesmas memfasilitasi penggunaan posyandu dalam

kaitannya dengan penggunaan fasilitas untuk pihak ketiga

b. Posyandu menjadi bank sampah di wilayah kerja posyandu

tersebut

c. Pihak ke 3 akan membeli sampah plastik dengan harga

kesepakatan, yang dikumpulkan kader dan warga

d. Kader dapat mengumpulkan setiap sampah plastic jika

berkunjung ke rumah warga

e. Warga yang membawa sampah akan mendapatkan kupon

yang nantinya akan ditukarkan dengan sejumlah uang

f. Kader mendapatkan uang dari hasil bank sampah

Page 16: coba2 KIA

40

Contoh program sponsorship

Tujuan :

a. Menarik motivasi kader untuk lebih giat

b. Menarik minat kader lain untuk ikut berpartisipasi

Sasaran : Kader

Bentuk kegiatan :

a. Puskesmas memfasilitasi dalam pertemuan puskesmas dan

sponsor atau badan, atau pihak swasta yang ingin melakukan

kegiatan sosial di wilayah puskesmas.

b. Puskesmas memberikan legalitas terkait penggunaan

posyandu dalam kegiatan terkait sponsorship

c. Bekerjasama terkait lamanya waktu yang dibutuhkan sponsor

dan reward yang diberikan sponsor kepada kader