CITRA TUBUH
-
Upload
ambar-rahman -
Category
Documents
-
view
201 -
download
6
Transcript of CITRA TUBUH
CITRA TUBUH
1. Pengertian
Gambaran diri atau citra tubuh merupakan komponen konsep diri yang
paling utama dari komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah persepsi individu
terhadap dirinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian dirinya meliputi:
persepsi atau perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Gambaran
diri atau citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan perubahan yang terjadi secara
konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005)
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal
maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada
tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).
Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari
maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu dan sekarang megenai ukuran,
bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh (Sulisyiwati,2005).
Citra tubuh positif apabila seseorang memandang realistis, menerima dan
menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat
merubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain di lingkungan seseorang
terhadap dirinya turut mempengaruhi penerimaan klien terhadap dirinya.
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses
dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005).
Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan distress personal, yang
didefinisikan oleh individu, yang mengindikasikan bahwa tubuh mereka tidak lagi
mendukung harga diri dan yang disfungsional, membatasi interaksi social mereka dengan
orang lain (suliswati, 2005)
Komponen Citra Tubuh
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh. Salah
satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima komponen citra tubuh,
yaitu :
a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu mengenai
keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak menarik,
memuaskan atau tidak memuaskan.
b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap
penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan penampilan dirinya.
c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan individu
terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh
bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan
keseluruhan tubuh.
d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan menjadi
gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet ketat, dan
membatasi pola makan.
e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan
penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan
sampai kelebihan berat badan.
Komponen citra tubuh menurut Keaton, Cash, dan Brown (Tresnanari, 2001)
mengatakan citra tubuh berkaitan dengan dua komponen yaitu:
a. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi fisiknya yaitu
mengukur tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuh
seperti tinggi atau pendek, cantik atau jelek, putih atau hitam, kuat atau lemah.
b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan individu
terhadap bagian-bagian tubuh yang meliputi wajah, bibir, hidung, mata, rambut dan
keseluruhan tubuh yang meliputi proporsi tubuh, bentuk tubuh, penampilan fisik
2. Penyebab Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi seseorang tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
objek yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan citra tubuh merupakan suatu
keadaan ketika individu mengalami atau beresiko untuk mengalami gangguan dalam
penerapan citra diri seseorang (Lynda Juall,2006).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh
a. Sosialkultural: budaya serta adat-istiadatberpengaruh terhadap citra tubuh
seseorang melihat di Indonesia terdapat beraneka ragam budaya dan adat
b. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan memiliki citra tubuh yang berbeda
tergantung dari tiap-tiap individu.
c. Status hubungan
d. Agama
4. Tanda dan Gejala Terjadinya Gangguan Citra Tubuh
a. Menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yang berubah
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
c. Mengurangi kontak social sehingga terjadi menarik diri
d. Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuh
e. Mengungkapkan keputusasaan
f. Mengungkapkan ketakutan ditolak
g. Menolak penjelasan tentang oerubahan tubuh
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Citra Tubuh
I. Kasus (masalah utama)
Ibu X usia 45 tahun seorang pembantu rumah tangga, mengalami cacat pada
wajah karena disiram air panas oleh majikannya. Sejak kejadian itu ia tidak mau keluar
kamar dan berinteraksi dengan orang lain. Hasil wawancara dengan perawat diperoleh
data bahwa klien merasa malu dengan kondisi wajahnya dan takut akan dibicarakan
orang. Selain itu, klien berkata kalau dia menyesal tidak mendengar nasehat suaminya
supaya berhenti dari pekerjaannnya itu. Berdasarkan pengamatan, klien lebih banyak
melamun, diam dan tidak mau melihat wajahnya dicermin.
II. Proses terjadinyamasalah
Ibu X tersiram air panas
Cacat wajah
Malu dengan kondisinya, takut menjadi bahan pembicaraan
Tidak mau berinteraksi dengan orang lain, tidak mau melihat wajahnya dicermin
Lebihbanyakmelamundanmenyalahkandirisendiri
III. Pohonmasalah
Isolasisosial Hargadirirendah
Klien tidak mau berinteraksi Klien tidak mau melihat dengan orang lain wajahya dicermin
Klien malu dengan kondisinya Klien kehilangan kepercayaan diri
Perubahan bentuk tubuh: cacat wajah
Kekerasanfisik
IV. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
DS :
Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya
dan takut menjadi bahan pembicaraan
orang.
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan
berinteraksi dengan orang lain karena cacat
pada wajahnya, klien tidak mau melihat
wajahnya dicermin.
Kekerasanfisik
Perubahan bentuk
tubuh: cacat wajah
Gangguancitratubuh
Gangguan citra
tubuh
DS :
Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya
dan takut menjadi bahan pembicaraan
orang.
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan
berinteraksi dengan orang lain karena cacat
Kekerasan fisik
Perubahan bentuk
tubuh: cacat wajah
Gangguan citra tubuh
Harga diri
rendah
Gangguan citra tubuh
pada wajahnya, klien tidak mau melihat
wajahnya dicermin.
Klien kehilangan
kepercayaan diri
Klien tidak mau melihat
wajahnya dicermin
Hargadirirendah
DS :
Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya
dan takut menjadi bahan pembicaraan
orang.
DO :
Klien tidak mau keluar kamar dan
berinteraksi dengan orang lain karena cacat
pada wajahnya, klien tidak mau melihat
wajahnya dicermin.
Kekerasan fisik
Perubahan bentuk
tubuh: cacat wajah
Gangguan citra tubuh
Klien malu dengan
kondisinya
Klien tidak mau
berinteraksi dengan
orang lain
Isolasi sosial
Isolasi sosial
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri: harga diri rendah
2. Gangguan citra tubuh
3. Isolasi social:menarik diri
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh
Tujuan:
Setelah pemberian asuhan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan
peningkatan harga diri.
Kriteria Hasil:
- Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
- Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
- Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
- Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi
tubuh.
- Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.
- Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.
Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya :
a. Bimbing klien mengungkapkan
perasaannya
b. Gunakan pertanyaan terbuka
c. Dengarkan ungkapan klien
dengan aktif
2. Beri respon yang tidak menghakimi:
a. Tidak menyalahkan pendapat
klien
b. Menerima pendapat klien
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
dengan cara mengurangi stimulus
eksternal yang berlebihan dalam
interaksi
4. Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien
1. Dengan mengungkapkan
perasaannya beban klien akan
berkurang
2. Respon menghakimi dapat
merusak hubungan saling
percaya dan menurunkan harga
diri klien
3. Lingkungan yang tenang mampu
membantu klien dalam
memfokuskan pikiran
4. Memotivasi klien memandang
dirinya secara positif, Penilaian
negatif semakin menambah rasa
tidak percaya diri klien
2. Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh
Tujuan: setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan
citra tubuh menurun
Kriteria hasil:
Gambaran diri meningkat
Gambaran diri sesuai
Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya
Intervensi Rasional
1. Binalahhubungan saling percaya
antara klien dengan perawat
2. Berikan kesempatan
pengungkapanperasaan
3. Bantu klien yang
cemasmengembangkan
kemampuanuntuk menilai diri dan
mengenalimasalahnya
4. Dukung upaya klien
untukmemperbaiki citra diri
5. Dorong klien agar
bersosialisasidengan orang lain
1. Dasar mengembangkan tindakan
keperawatan
2. Klien membutuhkan pengalaman
didengarkan dan dipahami
3. Menetralkan kecemasan yang tidak
perlu terjadi dan memulihkan
realitas situasi, ketakutan merusak
adaptasi klien
4. Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi
5. Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi
3. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial b.d perubahan fisik
Tujuan: setelah pemberian asuhan selama 4x4 jam klen dapat bersosialisasi
Kriteria hasil: - klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain
- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi
Intervensi Rasional
. 1. Bina hubungan saling percaya :
Sapa klien dengan ramah baik
verbal maupun non verbal.
Perkenalkan diri dengan sopan.
Tanyakan nama lengkap dan
1. Hubungan saling percaya
sebagai dasar interaksi yang
terapeutik perawat-klien.
nama panggilan yang disukai
klien.
Jelaskan tujuan pertemuan /
interaksi.
Jujur dan menepati janji.
Pertahankan kontak mata,
tunjukkan rasa empati dan
dorong serta berikan
kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
2. Kaji pengetahuan klien tentang
menarik diri.
Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik
diri.
Diskusikan dengan klien
tentang perilaku menarik
dirinya.
Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkannya.
Diskusikan tentang manfaat
berhubungan dengan orang
lain.
Dorong klien untuk
menyebutkan kembali manfaat
berhubungna orang lain.
Beri pujian terhadap
kemampuan klien dalam
2. Mengetahui sejauh mana
pengetahuan klien yang
menarik diri sehingga perawat
dapat merencanakan tindakan
selanjutnya.
Untuk mengetahui alasan
klien menarik diri.
Meningkatkan pengetahuan
klien dan mencari
pemecahan bersama tentang
masalah klien.
Meningkatkan harga diri
klien berani bergaul dengan
lingkungan sosialnya.
Meningkatkan pengetahuan
klien tentang perlunya
berhubungan denga orang
lain.
Untuk mengetahui tingkat
permohonan klien terhadap
menyebutkan manfaat
berhubungan dengan orang
lain.
Dorong klien untuk
menyebutkan cara
berhubungan dengan orang
lain.
Libatkan klien dalam kegiatan
TAK dan ADL ruangan.
3. Reinforcement positif atas
keberhasilan yang telah dicapai
klien.
informasi yang telah
diberikan.
Reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri
klien.
Untuk mengetahui
pemahaman dengna
informasi yang telah
diberikan.
Membantu klien dalam
mempertahankan hubungan
interpersonal.
3. Reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri klien.
EVALUASI
1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
- Klien dapat menerapkan perubahan
- Klien memiliki beberapa cara mengatsi perubahan yang terjadi.
- Klien beradaptasi dengan cara yang dipilh dan digunakan.
2. Gangguan citra tubuh
- Klien mengatakan dapat menerima keadaan tubuhnya
- Klien dapat mengaplikasikan strategi koping
3. Isolasi sosial b.d perubahan fisik
- klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain
- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi