CITRA TUBUH

14
CITRA TUBUH 1. Pengertian Gambaran diri atau citra tubuh merupakan kompone n konsep diri yang paling utama dari komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah persepsi individu terhadap dirinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian dirinya meliputi: persepsi atau perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Gambaran diri atau citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan perubahan yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005) Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005). Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tu buhnya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu dan sekarang megenai ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh (Sulisyiwati,2005). Citra tubuh positif apabila seseorang memandang realistis, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat merubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain di lingkungan seseorang terhadap dirinya turut mempengaruhi penerimaan

Transcript of CITRA TUBUH

CITRA TUBUH

1. Pengertian

Gambaran  diri  atau  citra  tubuh  merupakan  komponen  konsep   diri   yang 

paling  utama dari  komponen konsep diri   lainnya,  cita   tubuh adalah persepsi   individu 

terhadap dirinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian dirinya meliputi: 

persepsi atau perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Gambaran 

diri atau citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan perubahan yang terjadi secara 

konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005)

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal 

maupun   eksternal.   Persepsi   ini  mencakup   perasaan   dan   sikap   yang   ditujukan   pada 

tubuh.   Citra   tubuh   dipengaruhi   oleh   pandangan   pribadi   tentang   karakteristik   dan 

kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Citra  tubuh  merupakan  sikap  individu  terhadap  tubuhnya  baik  disadari 

maupun   tidak   disadari  meliputi   persepsi  masa   lalu   dan   sekarang  megenai   ukuran, 

bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh (Sulisyiwati,2005).

Citra   tubuh   positif   apabila   seseorang   memandang   realistis, menerima dan 

menyukai   bagian   tubuh   akan  memberi   rasa   aman,   terhindar   dari   rasa   cemas   dan 

meningkatkan harga diri.  Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat 

merubah   citra   tubuh   secara   dinamis.   Persepsi   orang   lain   di   lingkungan   seseorang 

terhadap dirinya turut mempengaruhi penerimaan klien terhadap dirinya.  

Individu  yang  stabil,  realistis  dan  konsisten  terhadap  gambaran  dirinya akan 

memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses 

dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005).

Perubahan   citra   tubuh   adalah   suatu   keadaan   distress   personal,   yang 

didefinisikan   oleh   individu,   yang   mengindikasikan   bahwa   tubuh   mereka   tidak   lagi 

mendukung harga diri dan yang disfungsional, membatasi interaksi social mereka dengan 

orang lain (suliswati, 2005)

Komponen Citra Tubuh

Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh. Salah 

satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima komponen citra tubuh, 

yaitu :

a. Appearance  Evaluation   (Evaluasi  Penampilan),   yaitu  penilaian   individu  mengenai 

keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya,  apakah menarik  atau tidak menarik, 

memuaskan atau tidak memuaskan.

b. Appearance   Orientation   (Orientasi   Penampilan),   perhatian   individu   terhadap 

penampilan   dirinya   dan   usaha   yang   dilakukan   untuk   memperbaiki   dan 

meningkatkan penampilan dirinya.

c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan individu 

terhadap  bagian   tubuh   secara   spesifik,   seperti  wajah,   rambut,   payudara,   tubuh 

bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan 

keseluruhan tubuh.

d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan menjadi 

gemuk,  kewaspadaan  individu  terhadap  berat  badan,  melakukan  diet  ketat,  dan 

membatasi pola makan.

e. Self-Clasified   Weight   (Persepsi   terhadap   Ukuran   Tubuh),   yaitu   persepsi   dan 

penilaian   individu   terhadap berat  badannya,  mulai  dari  kekurangan berat  badan 

sampai kelebihan berat badan.

Komponen  citra   tubuh  menurut  Keaton,  Cash,  dan  Brown  (Tresnanari,   2001) 

mengatakan citra tubuh berkaitan dengan dua komponen yaitu:

a. Komponen   persepsi,   bagaimana   individu   menggambarkan   kondisi   fisiknya   yaitu 

mengukur tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuh 

seperti tinggi atau pendek, cantik atau jelek, putih atau hitam, kuat atau lemah.

b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan individu 

terhadap bagian-bagian tubuh yang meliputi wajah, bibir, hidung, mata, rambut dan 

keseluruhan tubuh yang meliputi proporsi tubuh, bentuk tubuh, penampilan fisik

2. Penyebab Gangguan Citra Tubuh

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi seseorang tentang tubuh yang 

diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan 

objek   yang   sering   kontak   dengan   tubuh.   Gangguan   citra   tubuh   merupakan   suatu 

keadaan  ketika   individu  mengalami  atau  beresiko  untuk  mengalami  gangguan  dalam 

penerapan citra diri seseorang (Lynda Juall,2006).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh

a. Sosialkultural:   budaya   serta   adat-istiadatberpengaruh   terhadap   citra   tubuh 

seseorang melihat di Indonesia terdapat beraneka ragam budaya dan adat

b. Jenis   kelamin:   laki-laki   dan   perempuan  memiliki   citra   tubuh   yang   berbeda 

tergantung dari tiap-tiap individu.

c. Status hubungan

d. Agama

4. Tanda dan Gejala Terjadinya Gangguan Citra Tubuh

a. Menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yang berubah

b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh

c. Mengurangi kontak social sehingga terjadi menarik diri

d. Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuh

e. Mengungkapkan keputusasaan

f. Mengungkapkan ketakutan ditolak

g. Menolak penjelasan tentang oerubahan tubuh

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Citra Tubuh

I. Kasus (masalah utama)

Ibu X usia 45 tahun  seorang  pembantu  rumah  tangga,  mengalami  cacat  pada 

wajah karena disiram air panas oleh majikannya. Sejak kejadian  itu  ia tidak mau keluar 

kamar dan berinteraksi dengan orang lain.  Hasil wawancara dengan perawat diperoleh 

data bahwa  klien  merasa  malu  dengan  kondisi  wajahnya  dan  takut  akan  dibicarakan 

orang. Selain  itu, klien berkata kalau dia menyesal tidak mendengar nasehat  suaminya 

supaya  berhenti  dari  pekerjaannnya  itu.  Berdasarkan  pengamatan,  klien  lebih  banyak 

melamun, diam dan tidak mau melihat wajahnya dicermin.

II. Proses terjadinyamasalah

Ibu X tersiram air panas

Cacat wajah

Malu dengan kondisinya, takut menjadi bahan pembicaraan

Tidak mau berinteraksi dengan orang lain, tidak mau melihat wajahnya dicermin

Lebihbanyakmelamundanmenyalahkandirisendiri

III. Pohonmasalah

Isolasisosial Hargadirirendah

         Klien tidak mau berinteraksi                                             Klien tidak mau melihat                    dengan orang lain                                                           wajahya dicermin

Klien malu dengan kondisinya                           Klien kehilangan kepercayaan diri

Perubahan bentuk tubuh: cacat wajah

Kekerasanfisik

IV. Analisa Data

Data Etiologi Masalah 

keperawatan

DS :

Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya 

dan takut menjadi bahan pembicaraan 

orang.

DO :

Klien tidak mau keluar kamar dan 

berinteraksi dengan orang lain karena cacat 

pada wajahnya, klien tidak mau melihat 

wajahnya dicermin.

Kekerasanfisik

Perubahan bentuk 

tubuh: cacat wajah

Gangguancitratubuh

Gangguan citra 

tubuh

DS :

Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya 

dan takut menjadi bahan pembicaraan 

orang.

DO :

Klien tidak mau keluar kamar dan 

berinteraksi dengan orang lain karena cacat 

Kekerasan fisik

Perubahan bentuk 

tubuh: cacat wajah

Gangguan citra tubuh

Harga diri 

rendah

Gangguan citra tubuh

pada wajahnya, klien tidak mau melihat 

wajahnya dicermin.

Klien kehilangan 

kepercayaan diri

Klien tidak mau melihat 

wajahnya dicermin

Hargadirirendah

DS :

Klien merasa malu dengan kondisi wajahnya 

dan takut menjadi bahan pembicaraan 

orang.

DO :

Klien tidak mau keluar kamar dan 

berinteraksi dengan orang lain karena cacat 

pada wajahnya, klien tidak mau melihat 

wajahnya dicermin.

Kekerasan fisik

Perubahan bentuk 

tubuh: cacat wajah

Gangguan citra tubuh

Klien malu dengan 

kondisinya

Klien tidak mau 

berinteraksi dengan 

orang lain

Isolasi sosial

Isolasi sosial

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan harga diri: harga diri rendah 

2. Gangguan citra tubuh

3. Isolasi social:menarik diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa  keperawatan:  gangguan  harga  diri   rendah  berhubungan  dengan 

gangguan citra tubuh

Tujuan:

Setelah   pemberian   asuhan   selama   3   x   24   jam   klien   menunjukkan 

peningkatan harga diri.

Kriteria Hasil:

-     Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.

-     Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.

-     Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.

-     Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi 

tubuh.

-     Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.

-     Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.

Intervensi Rasional

1. Beri kesempatan klien 

mengungkapkan perasaannya :

a. Bimbing klien mengungkapkan 

perasaannya

b. Gunakan pertanyaan terbuka

c. Dengarkan ungkapan klien 

dengan aktif

2. Beri respon yang tidak menghakimi:

a. Tidak menyalahkan pendapat 

klien

b.  Menerima pendapat klien

3. Ciptakan lingkungan yang tenang 

dengan cara mengurangi stimulus 

eksternal yang berlebihan dalam 

interaksi

4. Diskusikan kemampuan dan aspek 

positif yang dimiliki klien

1. Dengan   mengungkapkan 

perasaannya   beban   klien   akan 

berkurang

2. Respon   menghakimi   dapat 

merusak   hubungan   saling 

percaya   dan  menurunkan   harga 

diri klien

3. Lingkungan yang tenang mampu 

membantu   klien   dalam 

memfokuskan pikiran

4. Memotivasi klien memandang 

dirinya secara positif, Penilaian 

negatif semakin menambah rasa 

tidak percaya diri klien

2. Diagnosa keperawatan:  Gangguan citra tubuh

Tujuan: setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan 

citra tubuh menurun

Kriteria hasil:

Gambaran diri meningkat

Gambaran diri sesuai

Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya

Intervensi Rasional

1. Binalahhubungan saling percaya 

antara klien dengan perawat 

2. Berikan kesempatan 

pengungkapanperasaan

3. Bantu klien yang 

cemasmengembangkan 

kemampuanuntuk menilai diri dan 

mengenalimasalahnya

4. Dukung upaya klien 

untukmemperbaiki citra diri

5. Dorong klien agar 

bersosialisasidengan orang lain

1. Dasar mengembangkan tindakan 

keperawatan

2. Klien membutuhkan pengalaman 

didengarkan dan dipahami

3. Menetralkan kecemasan yang tidak 

perlu terjadi dan memulihkan 

realitas situasi, ketakutan merusak 

adaptasi klien

4. Membantu meningkatkan 

penerimaan diri dan sosialisasi

5. Membantu meningkatkan 

penerimaan diri dan sosialisasi

3. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial b.d perubahan fisik

Tujuan: setelah pemberian asuhan selama 4x4 jam klen dapat bersosialisasi

Kriteria hasil: - klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain

- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi

Intervensi Rasional

.  1. Bina hubungan saling percaya :

Sapa   klien   dengan   ramah   baik 

verbal maupun non verbal.

  Perkenalkan diri dengan sopan.

Tanyakan   nama   lengkap   dan 

1. Hubungan   saling   percaya 

sebagai   dasar   interaksi   yang 

terapeutik perawat-klien.

nama   panggilan   yang   disukai 

klien.

   Jelaskan   tujuan   pertemuan   / 

interaksi.

  Jujur dan menepati janji.

Pertahankan   kontak   mata, 

tunjukkan   rasa   empati   dan 

dorong   serta   berikan 

kesempatan   klien   untuk 

mengungkapkan perasaannya.

2.   Kaji   pengetahuan   klien   tentang 

menarik diri.

Beri   kesempatan   pada   klien 

untuk   mengungkapkan 

perasaan   penyebab   menarik 

diri.

Diskusikan   dengan   klien 

tentang   perilaku   menarik 

dirinya.

Beri   pujian   terhadap 

kemampuan   klien 

mengungkapkannya.

Diskusikan   tentang   manfaat 

berhubungan   dengan   orang 

lain.

Dorong   klien   untuk 

menyebutkan kembali manfaat 

berhubungna orang lain.

Beri   pujian   terhadap 

kemampuan   klien   dalam 

2. Mengetahui   sejauh   mana 

pengetahuan   klien   yang 

menarik diri sehingga perawat 

dapat merencanakan tindakan 

selanjutnya.

Untuk   mengetahui   alasan 

klien menarik diri.

Meningkatkan   pengetahuan 

klien   dan   mencari 

pemecahan bersama tentang 

masalah klien.

Meningkatkan   harga   diri 

klien  berani  bergaul  dengan 

lingkungan sosialnya.

Meningkatkan   pengetahuan 

klien   tentang   perlunya 

berhubungan   denga   orang 

lain.

Untuk   mengetahui   tingkat 

permohonan   klien   terhadap 

menyebutkan   manfaat 

berhubungan   dengan   orang 

lain.

Dorong   klien   untuk 

menyebutkan   cara 

berhubungan   dengan   orang 

lain.

Libatkan   klien   dalam   kegiatan 

TAK dan ADL ruangan.

3.   Reinforcement   positif   atas 

keberhasilan yang telah dicapai 

klien.

informasi   yang   telah 

diberikan.

Reinforcement   positif   dapat 

meningkatkan   harga   diri 

klien.

Untuk   mengetahui 

pemahaman   dengna 

informasi   yang   telah 

diberikan.

Membantu   klien   dalam 

mempertahankan   hubungan 

interpersonal.

3.   Reinforcement   positif   dapat 

meningkatkan harga diri klien.

EVALUASI

1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh

-       Klien dapat menerapkan perubahan

-       Klien memiliki beberapa cara mengatsi perubahan yang terjadi.

-       Klien beradaptasi dengan cara yang dipilh dan digunakan.

2. Gangguan citra tubuh

- Klien mengatakan dapat menerima keadaan tubuhnya

- Klien dapat mengaplikasikan strategi koping

3. Isolasi sosial b.d perubahan fisik

 -  klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain

- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi