BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra...

18
BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuh Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli mengenai citra tubuh. Cash (1994) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap karakteristik dirinya, bisa dikatakan bahwa investasi dalam penampilan merupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang. Cash dan Pruzinsky (1990) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan gabungan dari gambaran, fantasi, dan pemaknaan individu tentang bagian dan fungsi tubuh yang dimiliki yang merupakan bagian dari komponen gambaran diri dan dasar representasi diri. Schilder mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran tentang tubuh individu yang terbentuk dalaam pikiran kita, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri (Glesson & Frith, 2006). Rudd dan Lennon (2000) menyatakan bahwa citra tubuh adalah gambaran mental yang kita miliki tentang tubuh kita. Gambaran mental ini meliputi dua komponen, yaitu komponen perseptual (ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performansi tubuh) dan komponen sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku). Grogan (1999) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Citra Tubuh

1. Definisi citra tubuh

Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli mengenai citra tubuh.

Cash (1994) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan evaluasi dan pengalaman

afektif seseorang terhadap karakteristik dirinya, bisa dikatakan bahwa investasi

dalam penampilan merupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang. Cash dan

Pruzinsky (1990) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan gabungan dari

gambaran, fantasi, dan pemaknaan individu tentang bagian dan fungsi tubuh yang

dimiliki yang merupakan bagian dari komponen gambaran diri dan dasar

representasi diri.

Schilder mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran tentang tubuh individu

yang terbentuk dalaam pikiran kita, atau dengan kata lain gambaran tubuh

individu menurut individu itu sendiri (Glesson & Frith, 2006). Rudd dan Lennon

(2000) menyatakan bahwa citra tubuh adalah gambaran mental yang kita miliki

tentang tubuh kita. Gambaran mental ini meliputi dua komponen, yaitu komponen

perseptual (ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performansi tubuh)

dan komponen sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana

perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku). Grogan (1999) menyatakan bahwa

citra tubuh merupakan persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang terhadap

tubuhnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan

gabungan dari gambaran mental, fantasi, sikap, pikiran, perasaan, pemaknaan, dan

persepsi serta ealuasi seseorang mengenai tubuhnya yang meliputi bentuk, ukuran,

berat, karakteristik, dan performansi tubuh. Individu dapat memiliki penilaian

positif maupun negatif terhadap citra tubuh diri.

2. Perkembangan model citra tubuh

Pemikiran bahwa tubuh yang kurus sebagai tubuh ideal banyak dipengaruhi

oleh nilai dari kebudayaan Amerika. Nilai kebudayaan Amerika mengajarkan

individualitas, kerja keras, kontrol diri, dan kesuksesan. Individu mendapat pesan

bahwa dengan melakukan diet dan olahraga yang cukup, segala sesuatu bisa

diatasi. Perempuan terkhususnya mendapat pesan bahwa dengan tubuh yang

sempurna, pekerjaan dan kehidupan pribadinya akan sukses (Barnard, 1992).

Standard kecantikan tubuh terus menerus berubah. Setiap zaman memiliki

model citra tubuh tersendiri. Seiring dengan berubahnya gambaran tentang

kecantikan, tubuh wanita juga diharapkan berubah sesuai dengan gambaran tubuh

yang ideal pada zaman tersebut. Cohen (2001) memberikan gambaran tentang

perubahan model citra tubuh yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik

di Amerika, yaitu;

a. Pada abad ke-18, tubuh ideal wanita yaitu tubuh yang berotot, besar, kuat, dan

sangat subur.

b. Pada abad ke-19, tubuh ideal wanita, yaitu tubuh yang lemah, lesu, dan pucat.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

c. Pada abad ke-20, tubuh ideal wanita mengalami perubahan beberapa kali,

yaitu mulai dari langsing, kuat dan berotot, keibuan, subur, serta sangat kurus

dengan payudara yang besar.

d. Pada abad ke-21, gambaran tubuh ideal wanita adalah tubuh yang kurus,

seperti seorang model. Tubuh yang kurus menjadi standard ideal. Tidak

jarang wanita melakukan sedot lemak untuk membuat bagian pinggul dan

bokong terlihat lebih kurus.

Hernita (2006) mengemukakan bahwa perkembangan standard ideal tubuh

yang terus menerus dipaparkan oleh media berdampak bagi para wanita di

berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tubuh ideal yang ditunjukkan oleh

media di Indonesia saaat ini, yaitu tubuh yang langsing dan berkulit putih bersih.

3. Komponen citra tubuh

Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh.

Salah satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima komponen

citra tubuh, yaitu :

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu

mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau

tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan.

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap

penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan penampilan dirinya.

c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan

individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut,

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah

(pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.

d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan

menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet

ketat, dan membatasi pola makan.

e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan

penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat

badan sampai kelebihan berat badan.

Berdasarkan pendapat Cash yang dikemukakan di atas mengenai komponen

citra tubuh, maka dapat disimpulkan bahwa komponen citra tubuh meliputi

evaluasi dan orientasi individu terhadap penampilan tubuh, kepuasan pada bagian

tubuh tertentu, serta persepsi dan penilaian terhadap berat badan

4. Pengaruh citra tubuh terhadap perkembangan kepribadian

Citra tubuh, yaitu perasaan individu yang bersifat subjektif terhadap tubuh

diteorikan sebagai komponen utama kepribadian (Freud dalam Rierdan & Koff,

1997). Citra tubuh dianggap sebagai dasar dari perkembangan kepribadian. Hal ini

menyebabkan variasi dalam citra tubuh dihubungkan dengan perbedaan individu

dalam hal kepribadian dan pengalaman hidup. Peto (dalam Rierdan & Koff,

1997), sebagai contoh, mengemukakan teori bahwa perbedaan citra tubuh

dihubungkan dengan perbedaan tingkat harga diri dan tingkat depresi individu.

Individu yang memiliki citra tubuh positif cenderung memiliki harga diri yang

lebih tinggi serta kecenderungan depresi yang lebih rendah dibandingkan dengan

individu yang memiliki citra tubuh negatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

Sejalan dengan itu, Keliat (1992) menyatakan bahwa citra tubuh berhubungan

dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang

penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistis terhadap diri serta

kemampuan menerima keadaan tubuh akan membuat individu terhindar dari rasa

cemas dan meningkatkan harga diri individu. Pernyataan ini dikuatkan dengan

penelitian oleh Casper & Offer (1990) bahwa pada wanita, keinginan untuk

mengubah tubuh dan penampilan diasosiasikan dengan menurunnya tingkat harga

diri. Hal ini bisa mendorong munculnya gangguan makan. Dalam beberapa kasus,

gangguan ini bisa berkembang menjadi patologis, seperti anorexia atau bulimia

(Casper & Offer, 1990). Persepsi negatif terhadap tubuh membuat wanita tidak

bisa menghargai diri mereka sendiri. Wanita yang fokus hanya fokus pada

tubuhnya tidak akan mampu menggunakan energinya untuk aspek lain dalam

hidupnya. Usaha yang terus menerus untuk mencapai tubuh yang ideal bisa

menimbulkan obsesi terhadap makanan. Selain itu, timbul masalah psikologis

lainnya, seperti mudah marah, merasa gagal dan inferior, masalah ingatan,

kecemasan, dan gangguan penyesuaian (Barnard, 1992).

Berscheid (Papalia & Olds, 2004) menyatakan bahwa wanita yang memiliki

persepsi positif terhadap citra tubuh lebih mampu menghargai dirinya. Individu

tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang degan kepribadian cerdas,

asertif, dan menyenangkan. Dacey dan Kenny (1994) mengemukakan bahwa

persepsi negatif remaja terhadap citra tubuh akan menghambat perkembangan

kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif

dengan remaja lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh individu

memiliki pengaruh terhadap kepribadian. Individu yang memiliki citra tubuh

positif cenderung memiliki kepribadian sehat yang diasosiasikan dengan

peningkatan kualitas hidup, seperti peningkatan harga diri, kepercayaan diri, dan

kesehatan mental. Sebaliknya, individu yange memiliki citra tubuh negatif

cenderung mengembangkan kepribadianya yang tidak sehat, seperti penurunan

harga diri, kemampuan interpersonal yang buruk, bahkan dalam banyak kasus

berkembang menjadi patologis, seperti anorexia dan bulimia.

B. Penyesuaian Diri

1. Definisi penyesuaian diri

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjusment atau

personal adjustment. Haber & Runyon (1984) memberikan pengertian

penyesuaian diri sebagai tingkah laku yang ditunjukkan seseorang yang

disesuaikan dengan tuntutan situasi yang dialami. Schneiders (1984)

mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup

respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar

berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialami

dalam dirinya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, adalah orang

yang dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap

dirinya, dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta

dapat menyelesaikan konflik, frustrasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan

sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

Corsini (2002) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan modifikasi

dari sikap dan perilaku dalam menghadapi tuntutan lingkungan secara efektif.

Grasha dan Kirschenbaum (1980) mengemukakan bahwa penyesuaian diri adalah

tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang yang disesuaikan dengan tuntutan

situasi yang dialami.

Gerungan (1988) mendefenisikan penyesuaian diri secara aktif dan pasif.

Secara aktif, yaitu ketika individu mempengaruhi lingkungan sesuai dengan

keinginannya. Sedangkan secara pasif, yaitu ketika kegiatan individu dipengaruhi

lingkungannya. Tidjan (dalam Kristiyanti, dkk, 1990) mengemukakan bahwa

penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk mengubah tingkah laku agar

terjadi hubungan yang lebih baik antara dirinya dengan lingkungan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah

suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku yang

merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, tuntutan,

ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialami dalam dirinya secara matang,

bermanfaat, efisien, efektif, dan memuaskan yang disesuaikan dengan tuntutan

situasi yang dialami individu. Individu dapat mempengaruhi lingkungan secara

aktif dan pasif.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Menurut Schneiders (1984), ada lima faktor yang dapat mempengaruhi

penyesuaian diri, yaitu:

a. Faktor kondisi fisik, yang meliputi faktor kesehatan, keturunan, bentuk tubuh,

dan hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik. Individu yang memiliki tubuh

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

yang sehat akan lebih baik dalam penyesuaian dirinya. Selain itu, masalah

fisik merupakan sesuatu yang bersifat genetis atau diturunkan. Kondisi fisik

yang baik akan mendorong penyesuaian diri yang lebih baik. Persepsi

seseorang terhadap bentuk tubuh dan nilai estetika tubuhnya juga

mempengaruhi penyesuaian diri individu.

b. Faktor perkembangan dan kematangan, yang meliputi perkembangan

intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional.

c. Faktor psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustrasi, dan

konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang dalam

penyesuaian diri.

d. Faktor lingkungan, yaitu kondisi yang ada pada lingkungan, seperti kondisi

keluarga, ekonomi, kondisi rumah, dan sebagainya.

e. Faktor budaya, termasuk adat istiadat dan agama yang turut mempengaruhi

penyesuaian diri seseorang.

3. Karakteristik penyesuaian diri

Haber dan Runyon (1984) mengemukakan beberapa karakteristik individu

yang dapat menyesuaikan diri, yaitu:

a. Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas

Hampir semua orang setuju bahwa persepsi yang akurat terhadap realitas

merupakan prasyarat terhadap penyesuaian diri yang baik. Individu harus tetap

mengingat bahwa persepsi setiap individu dipengaruhi oleh adanya keinginan atau

motivasi yang berbeda-beda dari setiap persepsi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

Individu yang memiliki penyesuaian diri akan membuat tujuan yang realistis

yang sesuai dengan kemampuan dan kenyataan yang ada. Hambatan dalam

lingkungan dan kesempatan membuat individu menemukan bahwa individu harus

mengubah tujuannya.

b. Mampu mengatasi atau menangani stress dan kecemasan

Individu tidak dapat selalu memenuhi suatu kebutuhan dengan segera, oleh

karena itu individu harus belajar untuk dapat bertoleransi terhadap pemenuhan

kebutuhan. Individu yang dapat mengatasi hal tersebut akan mampu melakukan

penyesuaian diri karena individu tersebut mampu mengatasi masalah dan konflik

yang ada dalam diri sendiri.

c. Memiliki citra diri (self image) yang positif

Penyesuaian diri ditunjukkan dengan citra diri yang positif. Citra diri yang

positif menyebabkan individu tidak kehilangan pandangan tentang kenyataan diri

sendiri. Individu harus mau mengakui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.

Individu juga harus mendasarkan persepsi dirinya dengan pandangan tentang

seberapa dekat dirinya dengan orang lain dan bagaimana orang lain

memperlakukannya.

d. Mampu mengekspresikan perasaan

Orang yang sehat secara emosi dapat merasakan dan mengekspresikan emosi

serta perasaan. Emosi yang ditunjukkan adalah sesuatu yang sesuai dengan

tuntutan situasi dan secara umum berada di bawah kontrol individu.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

e. Memiliki hubungan antar pribadi yang baik

Setiap orang pasti menginginkan hubungan pribadi yang baik dengan orang

lain. Individu yang memiliki penyesuaian diri menyukai dan menghormati orang

lain serta memberikan kegembiraan dengan membuat orang lain nyaman dengan

keberadaannya.

C. Remaja

1. Definisi remaja

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence berasal dari bahasa

Latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut

Mappiare (Mubin & Cahyadi, 2006), masa remaja berlangsung antara usia 12

tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi

pria.

Jersild mengatakan bahwa masa remaja diartikan sebagai,

” a period during which growing person makes the transition from chidhood to adulthood. ”

Dari definisi Jersild ini dapat dilihat bahwa masa remaja merupakan periode

transisi dari anak-anak menuju dewasa (Mubin & Cahyadi, 2006). Piaget

(Hurlock, 1980) mengemukakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah

usia dimana individu berintegrasi dalam masyarakat dewasa. Hall (Dacey &

Kenny, 2004) menyatakan bahwa masa remaja merupakan suatu tahap

perkembangan yang dikarakteristikkan sebagai “storm and stress’, tahap dimana

remaja sangat dipengaruhi oleh mood dan remaja tidak dapat dipercaya. Remaja

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

berada diantara masa kanak-kanak dan orang dewasa dengan kondisi yang masih

belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya secara maksimal

sehingga mereka masih terus berusaha menemukan posisi yang tepat di

masyarakat. Menurut Calon (Monks dkk, 1988), masa remaja menunjukkan

dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum

memperoleh status orang dewasa, tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak.

Menurut Monks (2001), remaja adalah individu dengan batasan usia 12 tahun

sampai 21 tahun yang dibagi dalam tiga fase, yaitu:

a. Fase remaja awal : usia 12 tahun sampai 15 tahun

b. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun

c. Fase remaja akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun

Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja

adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai dari

usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun

bagi pria yang dibagi ke dalam tiga fase, yaitu remaja awal, pertengahan, dan

akhir dimana individu mengalami masa storm and stress serta belum mampu

menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya secara maksimal.

2. Perkembangan fisik remaja

Perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya suatu periode yang

disebut pubertas. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam

memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones)

yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:

a. Follicle-Stimulating Hormone (FSH)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

b. Luteinizing Hormone (LH)

Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang perkembangan dua

jenis hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan progesteron. Pada anak laki-laki,

Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone

(ICSH) merangsang perkembangan testosteron.

Perkembangan secara cepat dari hormon-hormon tersebut menyebabkan

terjadinya perubahan sistem biologis seorang anak. Pada anak perempuan,

peristiwa pertama yang terjadi adalah telarke, yaitu terbentuknya payudara, diikuti

oleh pubarke, yaitu tumbuhnya rambut pubis dan ketiak, lalu menarke, yaitu

periode haid pertama (Ganong, 1997). Haid merupakan tanda bahwa sistem

reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga pertumbuhan otot yang cepat,

tumbuhnya rambut pubis, dan suara yang semakin halus.

Anak laki-laki juga mengalami perubahan fisik, seperti suara yang semakin

berat, pertumbuhan otot, dan pertumbuhan rambut tubuh. Perkembangan fisik

remaja akan berlangsung sangat cepat sejak awal terjadinya pubertas

(Dacey&Travers, 2004). Perubahan dan perkembangan fisik yang pesat ini

membuat remaja memperhatikan tubuhnya yang mempengaruhi interaksinya

dengan orang lain di sekitarnya, terutama teman sebayanya.

3. Citra tubuh pada remaja

Stereotype mengenai citra tubuh sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak.

Anak laki-laki dibentuk dengan pola pikir bahwa tubuh yang ideal bagi laki-laki

adalah mesomorf. Pola pikir ini terus terbawa hingga memasuki masa remaja

sehingga persepsi negatif terhadap citra tubuh cenderung terbentuk jika tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

memiliki bentuk tubuh ideal yang diharapkan. Sedangkan pada anak perempuan,

sejak masa anak-anak, pola pikir individu sangat dipengaruhi oleh media. Hal ini

terus terjadi hingga remaja sehingga individu melakukan identifikasi terhadap

figur tubuh ideal yang selalu ditampilkan oleh media (Ferron, 1997).

Pubertas, jenis kelamin, dan usia mempengaruhi citra tubuh remaja. Pada

kenyataannya, remaja putera cenderung merasa lebih puas dengan perubahan

tubuhnya dibandingkan dengan remaja puteri. Remaja putera mengasosiasikan

perubahan tubuhnya dengan peningkatan kemampuan fisik dan efisiensi tubuh

(Ferron, 1997). Remaja laki-laki yang telah mengalami pubertas cenderung

memiliki self-esteem dan kepercayaan diri yang tinggi dalam mengendalikan diri

mereka (O’Dea & Abraham, 2000).

Berbeda dengan remaja putera, remaja puteri mengasosiasikan perubahan

tubuhnya dengan attractiveness, apakah terlihat lebih menarik atau tidak (Ferron,

1997). Remaja puteri yang telah mengalami pubertas cenderung merasa tidak puas

dengan ukuran dan bentuk tubuh. Ketidakpuasan ini bisa menyebabkan

munculnya perasaan tidak adekuat, kehilangan kendali diri, dan rendahnya self-

esteem (O’Dea & Abraham, 2000).

Heilbrun dan Friedberg (Dacey & Kenny, 2001) menyatakan bahwa remaja

puteri pada awal pubertas atau pada tahap remaja awal belum bisa menerima

perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Pada tahap remaja tengah dan akhir,

remaja puteri sudah mulai bisa menerima perubahan tubuhnya, namun

ketidakpuasan terhadap penampilan fisik masih umum terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

4. Dinamika penyesuaian diri remaja

Penyesuaian diri bukan merupakan sesuatu yang bersifat absolut atau mutlak.

Tidak ada individu yang dapat melakukan penyesuaian dengan sempurna.

Penyesuaian diri bersifat relatif artinya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan

kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan terhadap dirinya (Agustiani, 2006).

Dinamika penyesuaian diri melibatkan sejumlah faktor psikologis dasar yang

mengantarkan individu kepada penyesuaian diri yang baik (adjustive behavior).

Menurut Ali dan Asrori (2004) ada sejumlah faktor psikologis dasar yang

memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika penyesuaian diri remaja, yaitu:

1. Kebutuhan (need)

Kebutuhan yang dimaksud merupakan kebutuhan yang bersifat internal. Dari

faktor ini, penyesuaian diri ditafsirkan sebagai suatu jenis respon yang diarahkan

untuk memenuhi tuntutan yang harus diatasi oleh individu. Tuntutan-tuntutan

untuk mengatasinya dalam sebuah prosesnya didorong secara dinamis oleh

kebutuhan-kebutuhan internal yang disebut dengan need tersebut.

2. Motivasi (motivation)

Penafsiran terhadap karakter dan tujuan respon individu dan hubungannya

dengan penyesuaian tergantung konsep-konsep yang menerangkan hakekat

motivasi, seperti melalui teori stimulus-respon, teori fisiologis, teori intrinsik,

teori motivasi tidak sadar, dan teori hedonistik.

3. Persepsi (perception)

Setiap individu dalam menjalani hidupnya selalu mengalami apa yang disebut

persepsi sebagai hasil penghayatannnya terhadap berbagai jenis perangsang

(stimulus) yang berasal dari lingkungan. Tidak jarang persepsi dipahami sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

suatu pencerminan yang sempurna tentang realitas. Padahal, sebenarnya tidaklah

demikian. Davidoff (1981) mengemukakan 3 (tiga) alasan yang mendukung

bahwa persepsi itu bukanlah cermin dari realitas, yang pertama, indra yang

dimiliki manusia tidak dapat memberikan respon terhadap semua aspek yg berada

di lingkungan. Kedua, manusia seringkali melakukan persepsi terhadap stimulus

yang pada kenyataannya tidak ada. Ketiga, persepsi manusia tergantung pada apa

yang diharapkan, pengalaman yang dialaminya, dan motivasi yang ada pada

dirinya. Atkinson dan Hilgard (1983) mengatakan bahwa perspesi merupakan

proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang

berasal dari lingkungan.

Persepsi remaja memiliki pengaruh yg berarti terhadap dinamika penyesuaian

diri karena perspesi memiliki peranan penting dalam perilaku, yaitu:

a. Sebagai bagian pembentukan pengembangan sikap terhadap suatu objek atau

peristiwa yang berarti akan berpengaruh terhadap perilaku penyesuaian diri yg

lebih terarah.

b. Sebagai pengembangan fungsi kognitif, afektif, dan konatif sehingga

berpengaruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh dan proporsional sesuai

dengan pertimbangan dan pengalaman-pengalaman yang relevan.

c. Meningkatkan keaktifan, kedinamisan, dan kesadaran terhadap lingkungan

sehingga dapat menggerakkan motivasi untuk penyesuaian diri secara lebih

sadar.

d. Meningkatkan pengamatan dan penilaian secara objektif terhadap lingkungan

sehingga perilaku penyesuaian diri lebih rasional dan realistis.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

e. Mengembangkan kemampuan pengelolaan pengalaman dalam kehidupan

sehari-hari secara berkelanjutan sehingga dapat mendorong ke arah proses

sosialisasi yg semakin mantap.

4. Kemampuan (capacity)

Perkembangan kemampuan remaja dalam aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotor juga dapat mewarnai dinamika penyesuaian diri remaja. Dinamika

penyesuaian diri remaja akan berlangsung baik jika ketiga aspek ini berkembang

dan berjalan secara harmonis.

5. Kepribadian (personality)

Remaja yang sedang menghadapi perkembangan yang pesat dari segala

aspeknya, kepribadiannya pun menjadi sangat dinamis. Kedinamisan kepribadian

remaja itu akan sangat mewarnai dinamika penyesuaian dirinya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa penyesuaian diri remaja

bersifat multifaktor, artinya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tuntutan dari

lingkungan, terutama teman sebaya menuntut remaja untuk mampu menyesuaikan

diri. Persepsi remaja sangat mempengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu dan

caranya dalam menyesuaikan diri. Kemampuan untuk menyesuaikan diri akan

terus berkembang seiring dengan perkembangan remaja. Kepribadian dan

motivasi ikut terlibat dalam mempengaruhi penyesuaian diri remaja.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

D. Pengaruh Citra Tubuh dengan Penyesuaian Diri Remaja Putri

Citra tubuh merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan remaja. Hal

ini merupakan konsekuensi dari pubertas yang dialami (Birraux, dalam Ferron,

1997). Remaja, baik laki-laki maupun perempuan sangat memperhatikan citra

tubuh mereka (Winship dalam Dacey & Kenny, 1997). Remaja memperhatikan

dan mengembangkan image tentang seperti apa tubuh mereka. Pada umumnya,

remaja puteri lebih merasa tidak nyaman dengan dirinya dan memiliki citra tubuh

yang lebih negatif dibandingkan dengan remaja putera selama masa pubertas

(Brooks-Gunn & Paikoff, dalam Dacey & Kenny, 1997).

Heilbrun dan Friedberg (dalam Dacey & Kenny, 2001) menyatakan bahwa

remaja puteri pada awal pubertas atau pada tahap remaja awal belum bisa

menerima perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Pada tahap remaja tengah dan

akhir, remaja puteri sudah mulai bisa menerima perubahan tubuhnya, namun

ketidakpuasan terhadap penampilan fisik masih umum terjadi. Dacey & Kenny

(1994) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap citra tubuh akan

menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan

membangun hubungan yang positif dengan remaja lain. Hal ini bisa mengganggu

penyesuaian diri remaja.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Schneider (1984),

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah

persepsi terhadap tubuh. Persepsi positif terhadap tubuh akan mendorong

penyesuaian diri yang baik, sebaliknya persepsi negatif akan mendorong

penyesuaian diri yang buruk.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuhrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23054/3/Chapter II.pdf · 3. Komponen citra tubuh Ada beberapa ahli yang mengemukakan

Berdasarkan uraian dari berbagai teori para ahli yang telah dikemukakan di

atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh memiliki pengaruh terhadap

penyesuaian diri remaja puteri. Persepsi positif terhadap citra tubuh akan

berkembangnya kepribadian yang sehat. Sebaliknya, persepsi negatif terhadap

citra tubuh akan menyebabkan munculnya persepsi negatif terhadap dirinya

sehingga dapat menghambat penyesuaian dirinya dengan orang lain, terutama

dengan teman sebaya.

E. Hipotesa

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh citra

tubuh dengan penyesuaian diri pada remaja puteri. Semakin positif citra tubuh

remaja puteri, maka semakin baik penyesuaian dirinya.

Universitas Sumatera Utara