CINA
-
Upload
nickysapoetra4971 -
Category
Documents
-
view
498 -
download
7
description
Transcript of CINA
CINA
Negeri Cina menjadi salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Sisa peradaban
itu ditemukan di lembah Sungai Kuning (Huangho), Sungai Yangtze, dan Sungai Huai.
Ketiga lembah sungai itu sering dilanda banjir. Endapan lumpur membuat daerah itu
menjadi subur. Di tempat itulah manusia tinggal.
Peta daratan Cina
(The Ancient World, Longman: 1987)
Peradaban Cina lahir dari kandungan Zaman Shang, sepanjang sejarah Cina sejak
awal perkembangan peradaban Cina di zaman Chou (1027-256?221 SM), suku-suku
bangsa dari daerah padang rumput sebelah utara dan barat Laut merupakan musuh-musuh
besar Cina. Peradaban Cina yang lahir di dataran daerah Sungai Kuning dan Sungai Wei
adalah peradaban yang tumbuh atas dasar perekonomian dari masyarakat agraris dengan
sistem pengairan dan dalam perkembangan lebih luas terjadi ekspansi kolonisasi
pertanian. Para petani menjadi barisan perintis dalam perluasan daerah peradaban Cina.
Pada hakikatnya sejarah ekspansi Cina Asli adalah ekspansi tanah pertanian. Kolonisasi
pertanian pada masa Chou dilakukan secara terorganisir di bawah pimpinan pemerintah.
Pada awalnya masyarakat Cina terbentuk dikelilingi masyarakat bukan Cina. Apa yang
tumbuh di Cina Utara adalah peradaban Cina dengan bahasa, isi kerohanian dan
organisasi kemasyarakatannya diibaratkan sebagai pulau di tengah laut anasir-anasir
bukan Cina. Apa yang bercorak Cina dan jadi sifat Cina ialah segala anasir yang ada dan
dapat menyesuaikan diri dengan organisasi pertanian intensif dengan teknik pengairannya
dan dengan demikian dalam politik dan ideologi menerima pimpinan dari pemerintah
pusat. Anasir-anasir yang tidak dapat menyesuaikan diri ditolak dan anasir-anasir yang
demikian itu terdapat pada apa yang lazimnya oleh bangsa Cina disebut “suku barbar”
untuk membedakan dengan peradaban Cina. Suku-suku barbar tersebut tinggal di Utara
dan barat laut terutama suku-suku nomad peternak. Inti dari peradaban Cina kuno terletak
di dataran Sungai Kuning, tanah luas di daerah itu sangat subur, tetapi memerlukan air.
Sejak dahulu dibuat terussan-terusan dan bendungan-bendungan untuk mengatur irigasi.
Pengontrolan air menuntut adanya organisasi, pimpinan organisasi ada ditangan negara.
Cina pada masa Chou terdiri dari negara-negara federal di abawah pimpinan raja pusat.
Negara menarik pajak yang dibayar dengan hasil pertanian, yaitu gandum. Untuk
menyimpan gandum banyak didirikan lumbung yang untuk pengamannya didirikan
tembok-tembok, maka dengan demikian berdiri kota-kota berdinding tembok. Tiap kota
yang dikelilingi tembok dan daerah pertanian di sekitarnya disebut negara kota. Lambat
laun daerahnya meluas dan lambat laun terbentuk kesatuan negara yang lebih besar.
Tanah sangat berharga dalam kehidupan Cina, dalam kehidupan Cina tidak ada tempat
untuk berburu, beternak dan pertanian yang ekstensif. Pada masa Chou musuh-musuh
besar Cina datang dari suku-suku Jung dan Ti, suku nomad peternak kuda yang tinggal di
daratan Shensi sekarang. Mereka dapat dianggap sebagai pendahulu dari bangsa
Hsiungnu (Huna), yang mungkin berasal dari pencampuran keturunan suku-suku Jung
dan Ti dengan suku-suku Proto-Turki dan Proto Mongolia. Sebenarnya semua suku
barbar nomad dari daerah padang rumput oleh Bangsa Cina disebut dengan istilah umum
Hsiungnu. Menurut teori Wolfram Eberhard (dalam bukunya A History of Cina) serbuan-
serbuan mereka ke kerajaan Chou merupakan akibat dari ekspansi kolonisasi pertanian
Cina. Mulanya mereka di samping beternak juga melakukan pertanian ekstensif, tetapi
karena perampasan tanah mereka oleh petani-petani Cina, mereka kemudian menjadi
suku nomad sempurna. Pada masa Chou Timur (772-256 SM) mereka merupakan
ancaman besar, sehingga pada masa Chou barat (1027-772 SM) mereka bersikap ofensif
terhadap mereka dan bersikap defensif pada masa Chou Timur. Sekitar 500 SM dibangun
tembok besar di sebelah Utara dan Barat Laut di tempat-tempat yang terancam bahaya.
Pada kira-kira waktu itu dimulai kehadiran bangsa Hsiungnu dalam sejarah Cina.
Serangan-serangan mereka itu makin membahayakan Cina sehingga, sehingga kaisar
Shih Huang Ti (221-209 SM) dari dinasti Chin (221-207 SM) yang melakukan unifikasi
Cina mendirikan “Dinding Tembok Besar Cina”.
Dinding tembok itu bagi dinasti chin mempunyai tiga fungsi yaitu:
1. sebagai batas tegas yang memisahkan daerah Cina dan daerah nomad.
2. sebagai benteng pertahanan dan
3. sebagai lambang kebesaran dari kebesaran kekuasaan Chin yang pertama.
Tetapi tujuan utamanya adalah untuk menahan serbuan bangsa Hsiungnu. Dinding
tembok besar Cina itu sebenarnya penyempurnaan dari dinding tembok yang sudah
dibangun pada masa Chou Timur. Dinding tembok yang sudah ada disambung jadi satu,
diperkuat dan diperpanjang. Pada akhir abad kedua SM dinding tembok itu diperpanjang
lagi, tetapi bentuk dan kleadaannya sekarang merupakan peninggalan dari hasil pekerjaan
penyempurnaan masa Ming (1368-1644 M). Bangunan raksaas ini panjangnya kira-kira
2500 KM, memanjang dari Shanhaikuan di pantai Timur Laut Liaotug ke Asia Tengah
melalui tanah tandus di atas punggung pegunungan-pegununagn. Tingginya antara 6 dan
8 M, lebar alasnya 8 M dan lebar di atasnya 5 M. dinding tembok ini mematung kedua
belokan sungai kuning sehingga daerah padang rumput Ordos di antara kedua belokan
sungi itu ada di sebelah luar tembok. Pada jarak-jarak yang tidak teratur sama jauhnya
ada kubu-kubu dengan menara-menara, semuanya ada 40.000 menara, tetapi yang masih
agak utuh (sekarang) ada kurang lebih 20.000. dinding itu berakhir di Tunghuang di
propinsi Kansu, sebelah barat dekat perabatasan dengan provinsi Sinkiang di Asia tengah.
Di lintasan dengan jurang-jurang yang dilalui oleh kafilah ada pintu gerbang dan pada
lintasan dengan jalan-jalan penting dibuat beberapa tembok. Bangunan raksasa ini dibuat
dari tanah yang ditumbuk padat dengan diberi kerangka dari kayu atau bambu dan
diluarnya diperkuat dengan batu-batu besar. Sekarang sudah banyak yang rusak, terutama
bagian-bagian yang dibuat dari tanah saja, sekarang tinggal puing-puing saja.
Arti Zaman Klasik Cina
Zaman Chou Timur (771-256 SM) dan kelanjutannya sampai berdirinya dinasti
Chin (221-207 SM) adalah zaman klasik Cina. Pergolakan sosial dan politik
menimbulkan banyak masalah untuk dipecahkan. Hal itu merupakan dorongan untuk
mengadakan pemikiran, bagaimana mengatasi krisis-krisis moral dan politik, yang timbul
di zaman itu. Maka lahirlah berbagai ajaran filsafat. Di zaman itu juga dimulai
perkembangan kesusasteraan yang menghasilakan yang menghasilkan kitab-kitab
mengenai filsafat, sejarah, adat-istiadat dan pemerintahan. Sekumpulan buku-buku
dijadikan buku-buku klasik oleh bangsa Cina berikutnya dan dimuliakan sebagai buku-
buku suci, yang merupakan pegangan dalam hidup dan pemerintahan. Dua macam buku-
buku klasik disebut Wu ching atau lima (buku) klasik dan Sze Shu atau Empat Kitab.
Buku-buku ini dengan buku-buku tafsirannya sejak zaman han (206-220 M) sampai
permulaan abad ke-20 merupakan buku-buku tuntunan bagi kaum literati .
Wu ching terdiri dari:
1. Shu Ching (buku sejarah, The Book of History)
2. Shih Ching (buku syair, The book of Songs)
3. I Chi (buku tentang upacara-upacara, The book of Rites)
4. Ch’un Ch’iu (buku catatan musim semi dan musim gugur, The annals of spring
and autumn)
Yang disebut Sze Shu ialah:
1. Lun Yu (annalects atau kumpulan percakapan-percakapan dari Confusius)
2. Neng Tzu Shu (The Mencius atau buku Neng Tzu)
3. Chung Yung (ajaran jalan tengah yang tepat, The Doctrine of the Mean).
Ajaran-ajaran filsafat itu berkembang, terutama di zaman Chang Kuo (480-221 SM)
mempunyai pengaruh yang sangat penting dan fundamentil kepada pembentukan
mentalitas Cina sampai pada akhir abad ke-19, karena banyak sekali timbul ajaran
filsafat, yang bersainganberebut pengaruh, maka dipakai sebutan “seratus Ajaran
Filsafat”. Kegiatan intelektuil di zaman klasik itu melahirkan berbagai pemikiran
mengenai moral dan politik. Masalah terbesar bagi kebanyakan ahli pikir di zaman itu
ialah penyelamatan masyarakat yang sedang ada adalam krisis. Banyak pemikir dari
zaman itu yang tidak diketahui nama yang sebenarnya.
Kebudayaan Cina lahir dan tumbuh di Cina Utara di daerah aliran sungai Kuning dan
anak sungainya. Kira-kira ½ juta tahun yang lau didaerah itu hidup manusia Peking.
Mereka hidup dari berburu dan tinggal di gua-gua. Bekas-bekas mereka menunjukan
bahwa mereka hidup pada zaman neolitikum. Kehidupan di Cina dari melinium ketiga
atau kedua sebelum masehi sampai berkembangnya kebudayaan zaman neolitikum di
Cina Utara tidak banyak yang diketahui. Pada zaman neolitikum nenek moyang bangsa
Cina hidup dalam masyarakat pertanian. Dalam buku-buku Cina kuno terdapat cerita
tokoh-tokoh mitologi dan legendaris dari zaman ini, yang paling terkenal adalah cerita
Huang dan Wuti ( tiga raja dan lima kaisar) yang berlanjut sampai zaman Hsia. Menurut
cerita Cina kuno, dinasti yang pertama didirikan adalah Dinasti Hsia ( menurut tarikh
panjang memerintah tahun 2205-1766 SM, menurut tarikh pendek tahun 1989-1558 SM).
Kebanyakan para sarjana barat menganggap cerita tersebut hanya dongeng. Tidak
ditemukan bekas-bekas peninggalan dari dinasti Hsia, tetapi para sarjana Cina tidak
menyangsikan Historistas atau nila sejarah dinasti ini memerintah pada zaman pra-
sejarah.
Pada zaman neolitikum di Cina, pada awalnya hidup masyarakat komunal, secara
bertahap menjadi masyarakat berburu dan pengumpul, dan beralih menjadi masyarakat
setengah petani dan setengah peternak (semipagtoralagricultural life). Dengan bertahap
pula timbul kepemilikan pribadi dan terjadi perbedaan antara orang kaya dan orang
miskin. Kekayaan dan harta benda dijadikan dasar kekuasaan. Pada zaman Hsia mulai
terbentuk masyarakat yang mengadakan produksi atas dasar perbudakan. Pertanian
dikerjakan oleh budak utuk para bangsawan yang menguasai tanah dan penduduknya.
Golongan bangsawan mempunyai organisasi kekerabatan berdasarkan sistem clan, tiap
clan menguasai daerah tertentu dengan tanah dan penduduknya. Kerajaan Hsia
merupakan kerajaan federasi dari clan-clan dan rajanya harus dianggap sebagai Primus
Inter Pares. Wilayah kerajaan meliputi daerah aliran sungai Kuning. Ditengah-tengah
masyarakat yang berkebudayaan neolitik itu tumbuh masyarakat yang berkebudayaan
perunggu, yang mengahasilkan barang-barang ukiran dan pahatan yang bernilai seni
tinggi, menemukan sistem tulisan dan menggunakan kereta kuda (pada masa dinasti
Shang). Menurut cerita tradisi, raja terakhir dinasti Hsia bernama Chieh, dia dikalahkan
oleh Chen Tang (pemimpin Shang) (Dasuki dan Rochiati, :30).
Catatan tertua mengenai sejarah Cina berasal dari Dinasti Shang. Catatan itu
ditulis di atas bejana perunggu, tempurung kura-kura, dan tulang binatang. Pusat
pemerintahannya berada di lembah Sungai Huangho.
Wilayah kerjaan Shang diperluas ke sebelah Timur sampai Hilir Sungai Kuning dan Ke
Barat sampai kedaerah yang sekarang menjadi propinsi Shensi. Raja yang meninggal
digantikan oleh saudara atau anak laki-lakinya. Menurut Wolfram Eberhard sitem
kekerabatan bangsawan Shang berdasarkan sistem Clan Matrilineal. Selama ± 300 tahun
setelah dinasti itu berdiri ibukotanya dipindahkan sampai lima kali. Pemindahan ibukota
itu disebabkan oleh banjir, pemindhan ibukota terakhir terjadi pada masa raja Pang Keng
(pada abad ke 14/13 SM), yaitu dari Po ke Yin. Kerajaan itu wilayahnya diperluas
membentang dari kaki gunung Shansi ke dataran rendah Shantung yang meliputi Shansi
Timur, Honan Utara, Hopei dan Shantung.
Benda-benda perunggu yang dihasilkan pada zaman Shang adalah peninggalan
yang paling bagus di Cina. Kebudayaan perunggu hanya dimiliki oleh para bangsawan,
petani masih menggunakan alat-alat dari zaman batu neolitikum sampai ± tahun 500 SM
(Ketika zaman berperunggu beralih kezaman besi). Pada zaman Shang sudah terdapat
banyak kota, yang menjadi pusat kehidupan aristokrat. Di kota-kota sudah terdapat
industri kerajinan tangan, yang melayani kebutuhan hidup rumah tangga penguasa (raja
dan bangsawan). Untuk keperluan tersebut terjadi perdagangan barang-barang mewah
dan pemakaian tenaga budak untuk produksi .Tenaga kerja pertanian dan buruh industri
diambil dari budak-budak raja dan bangsawan. Di ibukota Yin, istana raja dan rumah
para bangsawan terletak ditengah kota dan dikelilingi oleh para tukang dan para petani
tinggal dipinggiran kota. Rakyat berstatus sebagai budak. Kota dikelilingi oleh tembok
dari tanah yang ditumbuk padat, diluarnya terdapat sawah dan tegalan. Pada musim
dingin petani tinggal di pinggiran kota (dalam tembok). Pada awal musim semi mereka
pindah keluar dan tinggal diluar untuk mengolah tanah, mereka tinggal disana sampai
musim panen. Para petani menanam gandum dan pohon kertau (murbai/kebesaran) untuk
memelihara ulat sutera, juga memelihara sapi, babi, biri-biri dan kuda. Kain sutra ditenun
untuk pakaian bangsawan, sedangkan rakyat berpakaian dari bahan kasar yang di tenun
dari urat tumbuhan. Teknik menenun sudah maju, industri kerajinan juga sudah maju,
hasilnya sudah mendekati keramik porselen. Keramik dipakai dalam kehidupan sehari-
hari sedangkan perunggu dipakai untuk upacara-upacara keagamaan. Perunggu juga
merupakan harta kekayaaan yang hanya dimiliki oleh bangsawan. Bahan pembuatan
perunggu sangat terbatas dan hanya terdapat di Cina Utara. Industri keramik di zaman
Shang bermutu tinggi sehingga di Cina diperoleh kepandaian untuk membuat barang-
barang porselain.
Peradaban Shang dan penerusnya merupakan peletak dasar perkembangan
peradaban Cina yang agraris dengan sistem pengairan. Kebudayaannya dibangun dari
hasil kerja peetani. Dalam kehidupan agraris itu berkembang peradaban dan masyarakat
yang menganut sistem clan dan berkembang sampai abad ke-20. Pada zaman Shang
diadakan pemujaaan terhadap dewa-dewa kesuburan dan hal ini dipelihara terus di
kerajaan Cina. Pada dasarnya kultus kesuburan itu sesuai dengan kehisupan agraris dari
masyarakat petani. Pada zaman Shang digunakan penanggalan untuk keperluan pertanian
Dari bangsa Proto Turki kerajaan Shang meniru penggunaan kereta perang beroda yang
ditarik oleh kuda. Ekspansi kekuasaan dilakukan sampai ke Shensi, tetapi pada tahun
1028 SM dinasti ini dihancurkan oleh satu serangan dari lembah sungai Wei di Shensi.
(Dasuki dan Rochiati, :31-32). Tahun 1122 SM, Dinasti Shang dihancurkan oleh
Dinasti Chou yang menguasai wilayah barat Cina, di lembah Sungai yangtze.
DINASTI CHOU ( 1027-256 SM )
Suku bangsa yang menghancurkan dinasti Shang, mendirikan dinasti Chou.
Mereka mula-mula hidup sebagai bangsa semi nomad yang lebih mengutamakan
peternakan tapi juga sudah mengenal pertanian. Sistem pembagian tanah sumur-tegalan
(sistem Ching Tien) di Cina berasal dari zaman Chou. Menurut Wolfram Eberhard
bangsa Chou berasal dari percampuran suku proto Turki dan proto-Tibet dan kebudayaan
mereka adalah kebudayaan Yangshao. Mereka datang dari daerah Shensi di Barat Chou
Yuan atau dataran Chou di propinsi Shensi sekarang. Dinasti Chou menetapkan hukum
warisan berdasarkan keturunan laki-laki sehingga di zaman ini terbentuk masyarakat Cina
yang terdiri dari keluarga-keluarga Patrichal. Anak laki-laki tertua menggantikan
kedudukan ayah sebagai raja ataupun kepala keluarga. Semua anggota keluarga harus taat
kepada Peter Pamilies (kepala keluarga), yang dalam keluarga mempunyai kekuasaan
sangat besar mempunyai berbagai fungsi ( fungsi politik, yuridis, ekonomis, sakral dll ).
Keluarga itu adalah keluarga besar, beranggotakan ratuisan orang, terdiri dari sejumlah
soamah (ayah, ibu plus anak) Dalam satu keluarga besar itu hidup bersama dalam satu
organisasi rumah tangga seperti kakek, nenek, ayah. Ibu, anak dan cucu. Anggota
keluarga laki-laki tertua menjadi kepala keluarga. Hubungan antar keluarga atau
kekerabatan diatur menurut sistem Clan Patrilical. Keluarga dalam kerajaan Cina dahulu
merupakan satuan inti dari negara, karena itu dipakai istilah “ kerajaan dari keluarga
seratus “ (seratus disini artinya banyak) (Dasuki dan Rochiati, :32).
Pada zaman Chou terjadi sinkritisme agama, terjadi penggabungan pemujaan
terhadap nenek moyang, yang menjadi dasarnya dan disatukan dengan kultus kesuburan
pemujaan langit. Di langit bersemayam Shang Ti, yaitu dewa tertinggi. Dalam kerajaan
Cina, sejak zaman Chou kultus langit adalah agama negara. Pemujaan langit dilakukan
dibawah pimpinan “ Putera Langit “ (T’ien Tzu), sebutan untuk kaisar-kaisar Cina.
Pemerintahan menganut sistem feodalisme zaman Shang yang disempurnakan pada
zaman ini. Konsolidasi kekuasaan pada zaman Chou dilakukan berkat bantuan saudara
Wu Wang, yang menjadi penasehatnya, yang bernama Tan. Dalam sejarah Cina ia
terkenal dengan sebutan Chou Kung (Duke of Chou).
Chou Kung dianggap sebagai konseptor ideologi kerajaan Cina. Dasar
fundamental dari ideologi itu ialah doktrin T’ien Ming, yaitu teori tentang mandat dari
langit ( The toory of the Decree of Heaven ) dan jadi sumber otoritas bagi pemerintahan.
Menurut teori ini penguasa tertinggi di bumi (raja/kaisar Cina) mengemban amanat dari
dewa tertinggi di langit. Ia adalah manusia pilihan T’ien Hsia (dibawah langit artinya
dunia). Sebagai wakil dari langit ia diberi gelar T’ien Tzu (putera langit/Son of Heaven).
Selama raja-raja dari suaru dinasti yang memerintah di Cina dipercaya masih mengemban
mandat dari langit, maka dinasti itu akan terus berdiri. Tetapi bila kelaliman merajalela di
kerajaan, mandat tersebut dicabut dan dipindahkan pada orang lain. Tanda-tanda
pencabutan T’ien Ming itu bermanifestasi kedalam gejala-gejala dan peristiwa yang
menunjukan keruntuhan dinasti T’ien Ming dipindahkan kepada pemimpin pemerintahan
yang berhasil mendirikan dinasti baru. Pada zaman ini timbul ajaran filsafat dan mulai
berkembang kesusastraan Cina.
Ajaran-ajaran filsafat itu, diantaranya adalah:
CONFUCIANISME
Filsuf Cina dari zaman klasik yang paling mashur namanya ialah K’ung Tzu atau
K’ung Fu-Tzu (confucius). Nama yang sebenarnya ialah K’ung Chung-ni, ia diberi
julukan Fu Tzu, yang artinya pujangga besar. Ia termasuk ke dalam golongan pemikir
yang di zamannya sendiri tidak mendapat penghargaan. Ia berasal dari negara Lu
(terletak di Shantung), keturunan bangsawan tidak mampu, mungkin masih keturunan
bangsawan-bangsawan dari zaman Shang. Tempat kelahirannya ialah Chu-Fu, menurut
keterangan dari cerita tradisi ia hidup di masa tahun 551-479 SM. Ajarannya merupakan
reaksi terhadap krisis moral dan politik yang terjadi di dalam masyarakat di zamannya.
Dalam usaha dan tujuannya menyelamatkan masyarakat dari krisis-krisis itu ia berpaling
kebelakang, yaitu meninjau zaman-zaman yang sudah silam. Ia mempelajari sejarah, ia
bercermin kepada zaman-zaman yang lampau atau kepada sejarah. Ia bercita-citakan
suatu masyarakat yang ideal. Ia tidak membanggakan dirinya sebagai pemikir yang
melahirkan gagasan baru, melainkan ia mengaku sebagai penghubung atau penyambung
dari zaman yang lampau. Gagasan-gaagasannya sudah ada sejak permulaan zaman Chou,
yaitu konsepsi mengenai masyarakat, terutama tentang keluarga, negara dan
pemerintahan. Yang dianggap sebagai pendiri dari tradisi pemikiran “Confucianis” ialah
Chou kung. Confucianis hanya melanjutkan dan memelihara tradisi pemikiran itu. Ia
membela dasar-dasar masyarakat feodal,ajarannya tenteang moral adalah untuk golongan
atas yang memerintah. Dalam pandangannya, rakyat biasa hanya berfungsi untuk
mengabdi belaka. Ia meyakini bahwa hidup dan mati dari golongannya terikat bersama-
sama dengan sistem feodalisme, karena itu ia berusaha untuk mempertahankan sistem
pemerintahan feodalisme. Chou yang harus mempunyai pemerintahan pusat yang kuat
dan ditaati.
Dintara pengikut-pengikut dari pemikiran confosius, yang biasanya disebut sebagi
murid-muridnya, ada dua orang yang sangat terkemuka, Ia adalah Meng Tzu alias K’o
dan Hsun Tzu atau Hsun K’uang. Menurut keterangan dari tradisi Meng’Tzu (Mencius)
hidup dimasa tahun 372-268 B.C. Pendapat Mencius mengenai pemerintahan terkenal
dalam ungkapannya “Min Wei Kuei” atau “Rakyatlah Yang Terutama”, maksudnya :
“Dalam pemerintahan suara rakyatlah yang menentukan dan harus didengar. Tetapi
sebenarnya Mencius bukanlah pendekar untuk demokrasi, karena yang disebutkan rakyat
dalam pemerintahan itu masih golongan lapisan atas dalam masyarakat. Ia dengan tegas
membenarkan berdasarkan teori T’ien Ming hak rakyat untuk memberontak terhadap
pemerintahan yang lain. Sangat penting pendapatnya mengenai pembawaan manusia
dengan tesisnya, bahwa manusia dilahirkan dengan bakat baik. Buah pikirannya dibuat
dalam Meng Tzu atau buku Mencius, terdiri dari tujuh buku. Bertentangan dengan
pendapat Mencius mengenai bakat manusia ialah Hsun Tzu, bahwa bakat manusia itu
jahat, tetapi dapat diperbaiki dengan peradaban melalui pendidikan. Barangkali ia hidup
di masa tahun 300-233 SM.
Confucianisme itu disebut oleh orang Cina sendiri Ju-Chiau atau agama kaum
terpelajar, tetapi sebenarnya bukan agama, melainkan suatu ajaran filsafat tentang moral,
walaupun ada juga mengandung dengan terang unsur-unsur keagamaan. Di dalamnya ada
anasir-anasir dari kultus astral zaman Chou yaitu kultus pemujaan langit. Dasar dari
ajarannya ialah konsepsi tentang Tao, yang boleh dianggap sebagai hukum universal.
Ialah konsepsi. Langit adalah manifestasi atau perwujudan dari sistem yang sah
berdasarkan konsepsi itu. Semua benda dilangit dan dibumi ada dalam harmoni dengan
Tao. Manusia perseorangan harus berkelakuan dalam harmoni dengan masyarakat yang
berintikan keluarga Pastriarciah. Negara itu tersusun dari keluarga-keluarga demikian .
Ikatan-ikatan dalam keluarga semacam itu bersifat unilateral (kesatu pihak) ; ikatan ayah
dengan anak, dimana anak itu tanpa bersyarat harus patuh kepada ayah dan mempunyai
hak-hak sendiri, ikatan suami dengan istri (tanpa hak-hak sendiri dari istri), ikatan
saudara (laki-laki) dengan saudara lebih muda dan seterusnya. Diluar keluarga ada
hubungan antara kawan-kawan yang disesuaikan dengan ikatan antara saudara-saudara.
Akhirnya diatas keluarga ada satu-satunya ikatan, yang mempersatukan semua keluarga
dalam negara, yaitu hubungan raja (pemerintah) dengan rakyat. Hubungan-hubungan
dalam negara adalah replika atau tiruan dari hubungan-hubungan dalam keluarga. Raja
(kaisar) adalah kepala dari “keluarga seratus” dipikul oleh kaisar (Raja). Kerajaan Cina
dulun itu adalah suatu negara patrimonial dengan raja (kaisar) sebagai bapak patriarciah.
Raja itu juga berfungsi sebagai pendeta tertinggi dalam kebaktian kepada Hou t’ien
Shang ti (atau Shangti dilangit yang tinggi). Ia disebut T’ien Tzu (Putera langit). Dalam
confusianisme itu dipaukan jadi satu kultus pemujaan langit, sistem keluarga dan negara.
Di atas dasar konsepsi tentang Tao diletakan prinsip-prinsip sosial untuk membina
masyarakat dan negara. Dalam konsepsi itu masyarakat dan negara diletakan dalam
hubungan sebagai satu bagian dari kosmos. Dalam Confusianisme ketertiban hubungan
sosial dibagi ke dalam lima hubungan yang disebut Wu Lun :
Hubungan antara raja atau pemerintah dengan rakyat;
Ayah-Anak
Suami-Istri
Abang-Adik, dan
Kawan-kawan.
Pemerintahan yang baik dirumuskan oelh confusius dalam ungkapan : “Chun-chun,
Chen-chen, Tzu-tzu” yang maksudnya : “raja hendaknya berlaku sebagai raja, menteri
sebagai menteri, ayah sebagai ayah, dan anak sebagai anak.
Jon, I, Li, Shin, Chih merupakan lima prinsip dasar lima sila dari Confusiunisme. Di atas
dasar itu harus dipelihara lima hubungan sosial, yang bukan hanya semata-mata
merupakan ketertiban sosial, tetapi merupakan sebagian dari akibat dari tata tertib agung
dalam kosmos yaitu ketertiban kosmis yang suci. Melalui susunan sosial yang
berharmoni dengan Tao. Susunan keluarga itu juga suci, karena sebagai inti dari
masyarakat adalah juga sebagian dari kosmos. Memelihara dan menghormati ketertiban
susunan keluarga berarti pula memelihara dan menghormati susunan kosmis yang suci.
Ke dalam konsepsi keluarga itu juga termasuk leluhur yang sudah meninggal. Hubungan
dengan leluhur tidak boleh terputus dan karena itu adalah tugas kewajiban suci
memelihara kelangsungan hidup tidak terputus dengan jalan mengadakan keturunan.
Kepada keturunan laki-laki dipikulkan tugas menyelenggarakan kebaktian memuja nenek
moyang, karena itu anak laki-laki dianggap sebagai kurnia paling berharga. Kebaktian
anak disebut Hsiao dan meliputi kasih sayang dan hormat kepada orang tua dengan
segala ketulusan hati. Hsiao dianggap sebagai akar dari segala kebajikan.
Dalam negara yang ideal meenurut yang dicita-citakan oleh confusius pegawai-
pegawai pemerintahan harus mempunyai budi luhur, yang bertingkah laku dan berbuat
sebagai bangsawan sejati dalam arti yang sedalam-dalamnya “yaitu bangsawan bukan
karena keturunan darah melainkan karena kemuliaan budinya. Mereka itu disebut “Chun-
Tzu”. Teori T’ien Ming menurut anggapan adalah suatu konsepsi hasil gagasan dari Chou
Kung. Nama Chou Kung sangat dimuliakan sebagai tokoh sejarah Cina, karena menurut
anggapan yang ditradisikan daripadanya berasal gagasan-gagasan tertentu yang
fundamentil dalam tradisi pemikiran Confusianis. Menurut hipotesa dari H.G.Greal teori
T’ien Ming atau teori mandat dari langit (The theory of the Decree of Heaven) diciptakan
dalam kebutuhan dinasti Chou untuk mengkonsolidasikan perampasan kekuasaan oleh
Chou dari Shang. T’ien Ming dipindahkan dari Shang kepada Chou karena raja Shang
terakhir tidak berkelakuan seperti putera langit.
Di dalam konsepsi kosmis-religio-magis susunan masyarakat dan negara posisi
kaisar Cina bersifat universalitis. Ia adalah satu-satunya penguasa di dunia dengan gelar
T’ien Tzu sebagai wakil dari langit. Susunan negara dan masyarakat merupakan replika
atau tiruan susunan di langit. Shang Ti bersemayam di pusat langit (bintang kutub) dan
T’ien Tzu bersemayam di Chung Kuo.
Confusius mempunyai cita-cita sosial yang disebut Ta Tung (persamaan luhur),
suatu utopia tentang altruisme sedunia yaitu dunia yang merupakan rumah tangga besar
dimana orang-orang pandai dan bijaksana bekerjasama untuk merealisasikan
kesejahteraan dan kasih sayang bagi segenap umat manusia.
Di jaman Chin (221-207 SM) dialami bencana paling besar oleh Confusianisme,
tetapi di jaman Han (206 SM- 220 M) dicapai kemenangan oleh Confusianisme. Pada
dinasti Han Confusianisme dijadikan sebagai ideologi negara dan berlaku sampai tahun
1912. Sampai tahun 1912 semangat ajaran Confusianisme meresapi kitab-kitab filsafat,
kesusastraan dan hukun dalam kerajaan Cina. Dalam jaman Sung (960-1280)
Confusianisme mengalami pembaharuan atas usaha pemikir-pemikir besar dari jaman itu.
Setelah disistematisasikan pembaharuan itu oleh Chu Hsi ( 1130-1200) hasilnya terkenal
dengan sebutan neo Confusianisme atau sebagai Confusianisme tafsiran Chu Hsi tetapi
orang Cina menyebutnya Mazhab Li.
Confusianisme juga mengandung unsur-unsur keagamaan tetapi yang diutamakan
ialah hubungan tata tertib antara manusia. Hubungan itu merupakan bagian dari tata tertib
agung dalam kosmos. Ketertiban dalam masyarakat bukan hanya semata-mata ketertiban
sosial, tetapi ketertiban kosmis yang suci. Di atas dasar konsep tentang Tao diletakan
prinsip-prinsip sosia. Dengan menyempurnakan tingkah lakunya manusia memberi
sumbangan kepada susunan sosial dan Tao. Keluarga juga merupakan susunan kosmis
yang suci. Hubungan dengan leluhur tidak boleh putus dan dipelihara melalui pemujaan
nenek moyang. Sejak jaman Han Confusianisme dijadikan agama negara dalam bentuk
pemujaan langit. Bangunan suci terpenting ialah altar langit tempat menjadikan kurban
dalam upacara kebaktian memuja langit.
TAOISME
Sebagai pendirinya disebut Lao Tzu ( Laocius) sebuah kitab yang menurut tradisi
karangan dari Lao Tzu bernama Tao Tee Ching atau buku tentang Tao dan T intisari dari
ajaran Lao Tzu bertujuan memelihara harmoni antara kehidupan manusia didunia dengan
hukum universal alam jagat raya yaitu Tao. Ajarannya terutama mendapat pengikut
dikalangan orang-orang yang dikecewakan dalam hidup di masyarakat ramai yang muak
terhadap ekses-ekses kebendaan duniawiah dan sebagai reaksinya mencari keheningan
atau kesunyian yang tenang dengan cara hidup seperti dalam askese atau tapa. Pada
mistikus yang telah mencapai penyatuan dengan Tao timbul suatu kesadaran yang tidak
mengenal kontradiksi-kontradiksi. Di kalangan orang-orang yang demikian itulah
rupanya dihasilkan Tao Tee Ching dengan kekuatan mistik diadakan renungan mengenai
penyatuan dengan Tao. Sebagai kristalisasi dari perenungan itu dilahirkan doktrin Wu
Wei : “berbuat segalanya tanpa perbuatan apa-apa”. Kedengarannya sangat paradoksal
tetapi yang dimaksudkan bahwa segala sesuatu akan berjalan beres dengan sendirinya,
asal tidak berbuat apa-apa yang bertentangan dengan Tao itu.
Menurut anggapan Lao Tzu apabila doktrin Wu Wei dipraktekan dalam
pemerintahan, akan tercipta suatu keadaan ideal dalam masyarakat. Ajaran Lao Tzu
dilanjutkan oleh Chuan Tzu yang disebut juga Chuang Chou baik Lao Tzu maupun Kung
Tzu memaknai konsepi tentang Tao. Mereka bermaksud mancari harmoni atau
keselarasan dengan Tao, tetapi cara-cara penyelesaian mereka berbeda. Tetapi dalam
Taoisme pemikiran dipusatkan kepada hubungan antara manusia dengan pencipta.
Hakekat dari Tao itu diselami oleh Lao Tzu dengan jalan mistik dicari persatuan dengan
Tao sebagai kekuatan yang mencipta (atau kekeuatan dari pencipta), sehingga ajarannya
lebih bersifat agama. Ia mencari lebih dalam mengenai hakekat Tao dan mencari
hubungan dengan pencipta. Tao itulah satu-satunya yang ada,ialah harmoni yang
sempurna dan kesatuan yang abadi. Kearifan tertinggi ialah mengenali diri dengan Tao,
mencapai Tao dengan membebaskan diri dan melalui askese bersatu dengan Tao.
MOHISME
Tidak lama sepeninggal Confusius dilahirkan seorang ahli pikir bernama Mo Li
atau Mo Tzu ( Mocius ) ajarannya disebut mohisma, Ia mempunyai pandangan
revolusioner mengenai susunan masyarakat, sehingga ia kontras dengan Confusius yang
konservatif. Ia mau merubah susunan masyarakat, menghapuskan perbedaan-perbedaan
azasi antara golongan-golongan dan mengamati prinsip-prinsip fundamentil dalam
masyarakat dari zamannya. Mo Tzu mengajarkan prinsip-prinsip dari You dan I juga
dipakai konsepsi dari Tao yang dimaknakan sebagai sifat kepribadian dari sang pencipta
yang baik dan tanpa batas. Berdasarkan konsepsi Tao yang bercorak atheisme itu
diajarkan etika sosial. Tuhan pencupta segenap manusia, semua manusia adalah sama dan
harus sayang menyayangi. Ia juga menganut utilitarisme, yaitu teori mengenai prinsip-
prinsip kegunaan atau kefaedahan. Ia mencela keborosan, juga menentang perang, karena
bertentangan dengan prinsip-prinsip kasih sayang umum diantara sesama manusia. Tetapi
dibenarkannya perang untuk membela diri. Hidup sederhana, hemat dan cermat jadi moto
ajarannya. Penganut-penganut mohisme melakukan cara hidup dalam semacam
masyarakat pertapaan dengan disiplin keras dan kepatuhan kepada pemimpin.
Dinasti Chou memerintah Cina sampai tahun 256 SM. Selama masa pemerintahan
Dinasti Chou, seni dan sastra. Cina berkembang pesat. Pemikir besar seperti Kong Hucu
(konfusious) dan Laotse, meletakkan dasar filsafat Cina yang berpengaruh di Asia Timur.
Sejak awal pemerintahannya, Dinasti Chou hanya menguasai wilayah utara Cina.
Pemerintahan wilayah timur diserahkan kepada beberapa pengikutnya yang setia. Mereka
mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Chou. Dinasti Chou terpaksa
meninggalkan ibu kota pada tahun 771 SM. Pada umumnya ajaran-ajaran filsafat itu
bertujuan mencari jalan untuk mengatasi krisis dalam masyarakat.
Pada awalnya Ch’in adalah negara kecil yang terbentuk sekitar tahun 900 SM
sebagai negara Wei Kuo dalam kerajaan Chou letaknya. Tahun 221 SM, penguasa Chin
dari wilayah timur berhasil mengalahkan semua saingannya. Dinasti Chin berkuasa
sampai tahun 202 SM. Kaisar Chin pertama adalah Shi Huang Ti. Ia membangun sistem
pemerintahan terpusat. Shi Huang Ti, melakukan penetapan atau pedoman ukuran dan
sistem penulisan. Ia memerintahkan pembangunan Tembok Besar Cina sepanjang 6400
km. Tembok itu didirikan untuk mencegah masuknya bangsa Mongol dari wilayah barat.
Gambar Tembok Besar Cina
(Ensiklopedi Nasional Indonesia
Tira Pustaka, 1989)
Untuk membiayai angakatan perangnya, Shi Huang Ti membebani rakyatnya
dengan pajak tinggi. Akibatnya, timbul pemberontakan yang membuat kekuasaan Dinasti
Chin menjadi lemah. Sebelum meninggal, Shi Huang Ti memerintahkan para seniman
membuat 8000 buah patung tentara serta sejumlah patung kuda dan kereta dari terakota
(tanah liat yang dibakar).
Patung tentara itu tingginya rata-rata 190 sentimeter. Ada yang membawa panah,
tombak, dan pedang. Sebagian lagi dalam sikap siaga dengan gaya silat tangan kosong.
Semua patung terakota itu ditemukan di dekat makam kaisar Shi Huang Ti. Makam itu
berbentuk bukit setinggi 46 meter. Luasnya tidak kurang dari 250.000 meter persegi.
Gambar sisa kereta kuda kaisar Shi Huang Ti
(The Ancient World, Longman: 1987)
Pada tahun 359 SM, pada masa pemerintahan Hsiao dilakukan perubahan besar
dalam organisasi sosial dan politik, yang dilakukan oleh perdana menteri Shan Yang
(359-338 SM). Sistem pembagian tanah Ching Tien dihapuskan dan diganti dengan
pemilikan tanah oleh petani. Organisasi yang dilaksanakan Shang Yang di Chin disusun
menjadi negara militer, dengan tujuan untuk menguasai seluruh Cina. Setelah selesai
menyatukan Cina dalam satu kerajaan, Yin Cheng memakai gelar Shih-Huang Ti atau
lengkapnya Ch’in Shih Huang Ti (221-209 SM) artinya kaisar agung pertama dari dinasti
Ch’in (Shih artinya yang pertama).
Kaisar berkuasa mutlak, penasihat dan pembantunya yang pertama ialah Li Szu.
Perubahan penting pertama dalam revolusi Chin adalah penghancuran feodalisme, artinya
kekuasaan bangsawan di daerah-daerah dihapuskan, tanah milik mereka disita oleh
negara dan dibagikan pada petani. Disusun sistem pemerintahan sentralisasi. Pada tahun
221 SM dikeluarkan dekrit, bahwa kerajaan dinagi dalam 26 Chun (teritorium), kemudian
jumlah Chun ditambah menjadi 42 masing-masing Chun terbagi atas Hsien (distrik).
Peristiwa penting ketiga yang terjadi pada masa Chin adalah pembangunan “
Tembok Besar Cina “ yang dimulai pada tahun 220 SM. Pekerjaan ini merupakan
penyelesaian dan penyempurnaan dari tembok yang sudah ada dijadikan satu, tembok ini
memanjanng dari Sanhaikuan (pantai pulau Liaotum) sampai kedaerah ordos, kemudian
diperpanjang sampai ke Tunghuang di Khansu. Panjang seluruhnya kira-kira 2500 SM.
Dinding tembok ini merupakan batas Cina asli dengan daerah suku-suku nomad di
Padang rumput sebelah utara dan barat laut. Pembuatan tembok ini diselesaikan dibawah
pengawasan panglima perang yang bernama jenderal Meng Tien.Shing Huang Ti oleh
Otto perangke digolongkan sebagai “empire builders” atau pendir kerajaan-kerajaan
besar (Otto, perangke, Gescehitedes Chehinessischan Reiches, jilis satu tahun 1930), dua
tahun 1936, tiga tahun 1937). Dia dididik dalam ideologi legalisme, setiap hari membaca
120 pon surat (pada waktu itu surat ditulis dalam kepingan bambu atau kayu. Shih Huang
Ti memerintah dengan tangan besi, setiap oposisi ditindas dengan kejam, senjata ditangan
rakyat harus diserahkan dan bekas bangsawan diperintahkan untuk tinggal di Hsien Yang.
Semua jalan kecuali legalismee dilarang, orang-orang confusianis ditindak pada tahun
213 SM atas anjuran Li Szu dilakukan pembakaran buku-buku, dikelarkan larangan
menyimpan buku yang memuat ajaran filsafat terlarang. Semua anal harus diserahkan dan
dibakar, kecuali anal dari Chin, buku-buku legalisme, buku tentang teknologi pertanian,
obat-obattan dan pernujuman yang dianggap berguna untuk dinasti Chin. Orang yang
melanggar dihukum mati tetapi ada sejumlah buku yang disembunyikan
Di bekas ibukota Hsien didirikan ibukota baru, bernama Chang-an. Pada masa ini
timbul golongan tuan tanah yang bercorak baru yang kemudian mempunyai pengaruh
besar dalam pemerintahan, golongan ini disebut kaum Gentry. Zaman Han terbagi dua
oleh interregnum dari dinasti Hsin, seorang kaisar bernama Wangmang (8-14 M).
Dengan demikian ada dua dinasti Han : Hsia han atau Han Barat (206SM) dan Tung Han
atau Hang Timur (25-220M).
Unifikasi Cina oleh Chin sejalan dengan kemajuan dalam perdagangan. Banyak
saudagar kaya sejak awal abad ke-5 SM posisi para saudagar makin kuat, sedang para
bangsawan mengalami kemunduran. Pada masa Chin kaum bangsawan tuan tanah telah
lenyap. Pemilikan tanah jadi bebas, sehingga tanah boleh diperjualbelikan. Banyak
saudagar kaya membeli tanah yang luas ada juga petani yang beruntung mendapat tanah
luas sebagai warisan melalui perkawinan atau pengangkatan anak atau juga membuka
lahan baru. Maka timbul tuantuan tanah bercorak baru dan di jaman Han kedudukan
mereka makin kuat.
Orang-orang terpelajar yang pandai dalam pengetahuan buku-buku klasik
diangkat menjadi pejabat pemerintah, mereka umumnya berasal dari kaum gentry, karena
merekalah yang pada umumnya mempunyai biaya dan waktu yang cukup untuk belajar.
Pada jabatan pemerintahan sipil (Civil cervice examination) dan didirikan akademi
Confusianisme . Dari lulusan civil itu dihasilkan suatu golongan yang membentuk kaum
literate confusianis atau para sarjana sastra confusianis. Mereka membentuk kelas baru
dalam masyarakat yang memonopoli jabatan-jabatan birokrasi dalam administrasi
pemerintahan Cina. Umumnya mereka berasal dari keluarga tuan tanah. Melalui
Confusianisme Cina dijaman Han terbentuk kelas gentry terpelajar atau scolar gentry
(Shen Shi).
Pada masa Han Wu Ti di Cina terbentuk dari negara gentry. Kaum gentry
merupakan kelas feodal yang menggantikan kaum bangsawan jaman Chou. Ideologi
Confusianisme dijadikan dasar ideologi kerajaan Cina. Kaisar pertama HanTimur
terkenal dengan nama kuil Kuang Wu Ti (25-57M). Pada zaman han terjadi kegiatan
ilmiah . Beberapa sarjana melakukan penelitian bumi dan alam, diciptakan seismograf
yang pertama, yaitu alat pencatat gempa, dibuat genomon atau alat penunjuk kedudukan
matahari untuk menentukan waktu. Berdasarkan genomon dibuat alat penunjuk waktu.
Penemuan yang sangat penting adalah kepandaian membuat kertas (tahun 105 SM).
Zaman Enam Dinasti.
Yang pertama menggantikan dinasti Han adalah dinasti Wei (220-265 SM)
dengan ibukota di Lo Yang, tetapi disaingi oleh Wu (220-280 M) dengan ibukota di
Nanking (ibukota selatan) dan oleh Shu (220-265 M) dengan ibukota di Ch’eng Tu.
Zaman tiga kerajaan ataun jaman Sankuo ini (220-265 M) merupakan bagian dari jaman
enam dinasti. Sejak kehancuran dinasti Han seluruhnya ada enam dinasti Cina yang
dianggap sah memerintah, karena jaman itu disebut jaman enam dinasti. Keenam dinasti
itu adalah Wei 9220-265 M), Ts’in (265-420 M), Liu Sung (420-477 M), Chi (479-502
M), Liang (502-556 M) dan Chen (557-589 M)
Ditinjau secara sosiologis dijaman ini terjadi persaingan antara kaum gentry Cina
dengan kaum bangsawan nomad dari Utara. Di Cina selatan mereka tetap berkuasa tetapi
mendapat corak sebagai golongan penjajah, menjadi tuan tanah yang menguasai tanah-
tanah yang luas.
Dinasti Han menggantikan Dinasti Chin. Ajaran Kong Hucu dijadikan dasar
pemerintahan. Untuk pengangkatan pejabat pemerintahan, diadakan sistem ujian. Ujian
itu dapat dikuti oleh semua lapisan masyarakat.
Hubungan dagang dengan Eropa dilakukan melalui jalan darat. Kesenian,
pendidikan, dan ilmu pengetahuan maju pesat. Pada tahun 150, bangsa Cina menemukan
cara membuat kertas. Agama Buddha masuk ke Cina dari India.
Akhir masa pemerintahan Dinasti Han diwarnai dengan pemberontakan dan
kecurangan dalam administrasi. Pejabat wilayah mulai tidak setia kepada kaisar. Dinasti
Han runtuh tahun 220. Setelah itu, Cina terpecah-pecah selama beberapa abad.
Zaman Dinasti Sui dan Tang (589-906 M).
Dinasti Sui berhasil menyatukan Cina kembali. Dinasti Sui membangun kanal
besar yang menghubungkan lembah Sungai Yangtze dengan wilayah utara. Penggantinya
adalah Dinasti Tang, memerintah Cina hampir 300 tahun lamanya. Pada zaman itu, Cina
mengalami kemakmuran. Kebudayaan berkembang dengan pesat. Akan tetapi,
pemberontakan menjadikan Dinasti Tang lemah. Tahun 907, Dinasti Tang runtuh.
Setelah itu,terjadi perebutan kekuasaan antara lima dinasti dan sepuluh kerajaan. Tahun
960 Dinasti Sung dapat mempersatukan kembali wilayah Cina. Selain itu, banyak
penemuan penting pada zaman itu, seperti magnet dan alat cetak. Seni pembuatan
porselen dan seni lukis pemandangan berkembang baik pula.
Tahun 1126 bangsa Mongol, di bawah pimpinan Kubilai khan, merebut wilayah
utara Cina. Ibu kota kekaisaran Sung dipindahkan dari Kaipeng ke Hangchou di lembah
sungai Yangtze yang subur. Dinasti ini kemudian dikenal sebagai Dinasti Sung Selatan.
Sekitar tahun 1200 bangsa Mongol memperluas wilayahnya di Cina Utara.
Kubilai Khan lalu mendirikan Dinasti Yuan. Pada masa itu Cina untuk pertama kalinya
diperintah oleh bangsa asing. Kubilai Khan memperluas kekuasaannya ke seluruh Asia
Tenggara, termasuk Indonesia.
Dinasti Sui (589-906 M) mempersatukan kembali Cina mempelopori dinasti
timyang lebih besar, yaitu tang (618-906 M).
Puncak kejayaan jaman tang dicapai pada masa pemerintahan cucu Kao Tsung,
yaitu Ming Huang (712-756 M). Pada masa ini Cina mencapai wilayah yang luas, di
Barat berbatasan dengan kejayaan Abasiah, dialami masa keemasan kesenian Cina,
terutama puisi. Pada masa ini hidup penyair-penyair mashur seperti LI Po atau Li tai Po
Tu Pu dll. Sesudah masa Ninghuan masih ada seorang penyair yang dapat digolongkan
dengan Li Po dan Tu Pu, yaitu Po Chu I (772-846 M). Seni lukis dan bangunan-bangunan
mengahasilkan karya-karya indah. Pada bagian terakhir masa pemerintahan Ming
Huang terjadi pemberontakan (755-757 M) dari seorang jenderal bernama An Lushan.
Pemberontakan itu hampir merubuhkan dinasti Tang.
Selama berdirinya tiga abad dinasti Tang mempunyai 21 kaisar tetapi sesudah
Ming Huang mengalami kemunduran. Cina selatan seluruhnya dimasukkan ke dalam
kebudayaan Cina. Orang Cina Selatan dan perantauan di Asia Tenggara membanggakan
diri dengan sebutan Tang Lang atau orang Tang. Pada jaman ini dimulai perkembangan
percetakan dan mungkin sudah ada percobaannya di jaman Sui. Untuk pertama kalinya
digunakan uang kertas. Agama Budha mencapai klimaks kemajuan, rahib-rahib Budha
yang terkenal ialah Hsuantsang dan I Tsing, yang mengadakan perjalanan ziarah ke India.
Ke Cina juga masuk agama asing lain. Seperti Kristen, Nestorianisme. Agama Budha
pengaruhnya dikalangan rakyat dapat pulih kembali karena sudah berurat berakar dalam
kehidupan rakyat Cina. Keselarasan terjadi antara confusianisme , Taosianisme dan
Budhisme sehingga ada ungkapan “tiga Agama satu Agama”.
Zaman Lima Dinasti dan Shung (907-1280 M).
Di Cina Utara terjadi pergantian pemerintahan lima dinasti, Sedang Cina Selatan
terpecah-pecah dalam kerajaan-kerajaan kecil. Nama dinasti dipakai berdasarkan situasi
politik di Cina Utara. Cina diserang oleh bangsa Mongolia, dan kemudian dapat
dipersatukanoleh dinasti Shung (907-1227 M), tetapi tidak seluas Cina asli, bahkan
makin susut oleh suku Tangut dari Tibet.
Meskipun pada masa Shung lemah dalam bidang politik dan wilayah kekuasaanya
kecil tetapi mencapai kegemilangan dalam bidang kebudayaan. Percetakan yang sudah
sinulai pada masa Tang, semakin berkembang pada masa lima dinasti. Buku-buku banyak
dicetak pada jaman Sung, sehingga kesempatan belajar bagi rakyat makinluas, karena
harga buku menjadi murah. Seni lukis mencapai jaman keemasan Di Zaman Tang telah
sampai puncaknya pada masa Sung. Barang-barang porselin dibuat dengan mutu yang
sangat tinggi dan keindahan yang membuktikan keahlian yang sangat matang dan selera
yang halus. Confusianisme dari Chu-His atau dari Mazhab Li berkembang.
Di zaman Sung terjadi pemilikan tanah besar-besaran oleh tuan tanah dari kaum
gentry. Hal ini sangat merugikan petani kecil, karena dua hal yaitu : 1) Para pegawai
diberikan pengahasilan tambahan dari tanah dan dibebaskan pajaknya dan mereka
berusaha memiliki tanah sebanyak-banyaknya. 2) Sistem pajak disederhanakan dan hanya
berdasarka luas tanah tetapi dalam prakteknya pajak itu dibebankan pada petani kecil.
Keungan negara makin buruk, penggelapan pajak oleh pemilik tanah makin merajalela.
Terjadi krisis ekonomi untuk mengatasinya diangkat Wang An Shih (1021-1086 M)
sebagai menteri keungan tahun 1056 M. Ia berasal dari keluarga gentry yang miskin di
Kiang Shi, ia pembela petani kecil dan pedagang kecil. Ia membuat rencana pembaharuan
politik ekonomi yang terdiri dari : 1) Merubah ekonomi pengangkutan . 2) Mengadakan
monopoli perdagangan dan pengangkutan oleh negara . 3) Mendirikan bank petani untuk
memberikan pinjaman kepada petani kecil. 4) Mengganti sitempajak dan mengahapuskan
pembebasan pajak tanah dan mengajukan gaji pegawai. 5) Memperbaharui sistem ujian
dan 6) Melakukan milisi rakyat. Unrtuk melaksanakan pembaharuan politik ekonomi itu
diangkat seorang istimewa dalam urusan keuangan dan dibentuk suatu “brain trust”.
Spekulasi dan penimbunan barang oleh pedagang besar tidak dimungkinkan. Pemberian
kredit oleh bank pada petani kecil diatur oleh “Peraturan Tunas Hijau”. Petani bisa
meminjam dan hutang dibayar sehabis panen dengan bunga rendah. Juga dibentuj
semacam “dewan pengawasan keuangan” dan “bori ekonomi”.
Menurut Wang An Shih kelemahan negara disebabkan oleh pendidikan para
pegawai yang kurang sempurna. Pembaharuan Wang An Shih ditentang oleh berbagai
golongan yaitu kaum gentry dan pedagang. Tahun 1076 Ia harus mengundurkan diri dan
tahun 1086 peraturan pembaharuannya dihapuskan.
Zaman Kekuasaan Mongolia (1260-1368 M).
Pada abad ke-12 bangsa Mongolia masih merupakan suku-suku yang tercerai-
berai. Kemudian dipersatukan oleh Yusigei yang mendirikan pusat kekuasaan di sungai
Onon.Untuk pertama kalinya seluruh Cina diperintah oleh dinasti asing, dengan Khubilai
Khan sebagai kaisar pertamanya (1260-1294 M). Didirikan ibukota baru bernama
Khabalik (kota Khan), letaknya dibekas kota Yen King, dulunya ibukota kerajaan chin
dan sekarang menjadi kota Peking. Kekuasaan bangsa Mongolia sampai pada puncak
kebesarannya.
Zaman Dinasti Ming ( 1368-1644 M).
Pada pertengahan abad ke-13 bangsa Mongol berhasil diusir dari Cina oleh
Dinasti Ming. Pada saat itu Cina mencapai puncak kejayaannya. Pengaruhnya sampai ke
Asia Timur. Kaisar Ming mengirim ekspedisi maritim ke Asia Tenggara, Asia Selatan,
dan Afrika Timur pada abad ke-15. Bangsa Eropa mengenal Cina dari pedagang Venesia,
terutama Marcopolo. Menurut laporan Marcopolo, di daerah Timur ada negara yang
berkebudayaan tinggi, yang disebut Chathay. Pada abad ke-16 dan 17, Cina mulai
dikunjungi pedagang Eropa Barat. Tahun 1581, Diansti Ming digantikan oleh Dinasti
Ching.
Chu Yuan Chang mendirikan dinasti Ming dan Ia sebagai kaisar pertamanya,
terkenal dengan nama Hung Wu (1368-1398 M). Pada zaman ini terdapat gejala-gejala
baru yang menurut wolfram Eberhard menandakan dimulainya zaman modern dalam
sejarah Cina. Dalam perkembangan masyarakat dimulai pembentukan golongan kaum
gentry masih tetap sebagai kelas yang memerintah, tetapi dengan semakin majunya
industri kerajinan tangan, terutama porselen, perdagangan the (mulai zaman Chang),
pertambangan, penanaman kapas (untuk pertama kali secara besar-besaran pada zaman
Yuan) dan makin majunya perdagangan dengan luar negeri, maka golongan perdagangan
dan pengusaha kerajinan mencapai kedudukan kuat dan menjadi kelas menegak borjui.
Kaisar terbesar dinasti Ming adalah kaisar ketiga yaitu kaisar Yung Lo (1403-
1424 M). IA merampas kekuasaan dari Hui Ti (1398-1403 M). Dimasa pemerintahannya
dilakukan ekspedisi pelayaran besar-besaran mulai tahun 1405 di bawah pimpinan Cheng
Ho. Disamping itu juga diperbaharui hubungan perdagangan Cheng Ho mengunjungi
Indonesia, Malaka, Srilangka, India, Persia, Tanah Arab, dan Afrika Timur.
Zaman Dinasti Manchu (1644-1912 M).
Untuk kedua kalinya pemerintah Cina diperintah oleh diansti asing. Bangsa
Manchu adalah lanjutan dari bangsa Jurchid yang setelah dikalahkan bangsa Mongol
tahun 1234 mundur ke Utara sungai Amur. Di bawah pimpinan Nurchi (1559-1626 M)
mereka menjadi kuat. Pada masa pemerintahan kaisar kedua, yaitu kang Hsi (1662-1722
M) dan cucunya kaisar keempat yaitu Chien Liung, dinasti ini mencapai masa kejayaan.
Seluruh asia tengah ditaklukan termasuk Tibet, selain itu Korea Indo Cina, Burma,
Bhatan, Sikim dan Neval mengakuinya sebagai negara Vazal. Para pedagang asing
dilarang mengadakan hubungan langsung dengan rakyat, tetapi harus melalui perantara
saudagar Kehong,yaitu golongan saudagar Cina tertentu yang ditetapka oleh pemerintah
mengurus perdagangan dengan orang asing.
Rangkuman
Cina seperti Eropa sebelum dan setelah puncak kejayaan kekaisaran Romawi,
adalah sebuah gabungan dari negara-negara kota bercirikan feodalisme yang diperintah
oleh para jenderal perang yang saling berseteru. Negara-negara ini hanya bersatu di
bawah sebuah kebudayaan bersama yang muncul selama dinasti Chou, yang berpusat di
sungai Yangtze setelah tahun 770 SM dan memancarkan pengaruh kebudayaan, jika
bukan politik, ke seluruh daratan Cina.
Barangkali pengaruh terbesar atas kebudayaan Cina selama periode ini dan
mungkin bahkan selamanya adalah tulisan-tulisan dari filsuf Kung Fu tze (551-479 SM),
yang lebih dikenal dengan nama latinnya, yaitu Confucius. Filosofinya, yang masih
dianut sebagai agama oleh sekitar 5,2 juta orang, menekankan pentingnya ketertiban
sosial yang harmonis di tingkat nasional maupun pribadi.
Setelah kematiannya, Cina terpecah secara politis selama masa peperangan antar
negara (sekitar 403-221 SM). Periode ini berakhir dengan munculnya dinasti Chin (221-
210 SM), pada saat mana kaisar Shih Huang Ti (259-210 SM) dikenal sebagai “kaisar
pertama” berhasil menyatukan Cina untuk pertamakalinya dalam sejarah. Ia
memperkenalkan pemerintahan terpusat, melaksanakan sensus penduduk dan
membakukan mata uang negara, bahasa tertulis, UU, dan timbangan serta ukuran. Ia juga
mengawali pembuatan Tembok Besar Cina, proyek rekayasa terbesar yang pernah
dikerjakan oleh tangan manusia sebelum pertengahan abad ke-19. namun pada sisi
buruknya, Shih Huang Ti dianggap sebagai seorang despot otoriter yang melakukan
upaya terencana untuk enghapuskan Konfusianisme, sebuah usaha yang hanya sebagian
saja yang berhasil.
Pemerintahan shih Huang Ti kemudian digantikan oleh dinasti Han, yang
diuntungkan oleh sistem sentralisasinya, namun yang secara bertahap menghidupkan
kembali Konfusianisme. Dinasti Han juga membentuk sistem sosial dan politik
Mandarin, yang tetap bertahap sebagai dasar masyarakat Cina bahkan di bawah dinasti
Ching (Manchu) (1644-1922) sampai kaum komunis merebut kekuasaan pada tahun
1949. dinasti Han itu sendiri berlangsung selama lebih dari 400 tahun, hingga tahun 220.
selaam masa ini, kesenian dan ilmu pengetahuan dari sastra dan melukis, hingga
astronomi dan matematik berkembang pesat.
Soal:
1. Identifikasilah latar belakang timbulnya peradaban Lembah Sungai Huang-Ho!
2. Mengapa sistem pemerintahan yang dianut pada waktu itu selalu silih berganti?
3. Buatlah suatu bahan tentang perbandingan sistem pemerintahan yang berlangsung
setiap dinasti!
4. Apa yang anda ketahui mengenai tokoh-tokoh di bawah ini
a. Kung-Fu-Tze
b. Meng-Tze
c. Lao-Tze
d.Shi-Huang Tie
5. Uraikanlah pemahaman anda mengenai ajaran-ajaran filsafat di bawah ini!
a. Confucianisme
b. Taoisme
c. Mohisme
6. Jelaskan arti ungkapan “Tiga Agama Satu Agama”!
7. Klasifikasikanlah hasil-hasil peninggalan kebudayaan Lembah Sungai Huang Ho!
Tugas:
Bentuk kelompok diskusi kelas, kemusdian buatlah makalah dengan salah satu judul di
bawah ini:
a. Dinasti Shung
b. Dinasti Chin
c. Dinasti Ming
d. Dinasti Chou
e. Dinasti Tang
f. Dinasti Han
Kemudian presentasikan serta diskusikanlah makalah anda tersebut!