ANALISIS Filsafat Cina
description
Transcript of ANALISIS Filsafat Cina
Analisis Filsafat Zen Tokoh “Po” dalam Film Kungfu Panda 2
A. Sinopsis Fim Kungfu Panda 2
Film animasi ini
menceritakan tentang Po
dan 5 Pendekar Naga
dalam menyelamakan Cina
dari ambisi Shen, seorang
pangeran yang ingin
menguasai daratan Cina.
Namun pada kenyataannya,
Po adalah pendekar muda
yang masih perlu banyak
latihan. Po telah berlatih berbagai teknik daan jurus kungfu, dan ia harus
mencapai level keterampilan tertinggi, yaitu latihan mengendalikan diru
untuk menemukan kedamaian jiwa.
Master Shifu mengajarkan kepada Po, bahwa salah satu level kemampuan
tertinggi seorang master kungfu adalah saat ia bisa menemukan “kedamaian
jiwa” (inner peace) dalam dirinya. Saat seseorang mampu menemukan
kedamaian jiwa ini, maka ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Tidak
ada lagi batas ataupun rintangan yang mampu menghalanginya.
Ketika Po melawan Shen, Po tidak bisa mengendalikan emosinya hingga
terlempar ke sungai. Po terombang – ambing di aliran sungai, antara hidup
dan mati. Justru di saat itulah, ia mulai bisa belajar di alam bawah sadarnya
untuk bisa mengendalikan diri dan membersihkan jiwanya. Saat bertempur
melawan Shen, ia selalu terbawa masa lalunya, dan dirinya dipenuhi dendam
kepada orang tuanya, karena ia merasa bahwa orang tuanya membuang
dirinya. Ia tidak tahu, bahwa orang tuanya begitu sayang kepadanya. Mereka
menyembunyikannya di kotak sayuran justru untuk menyelamatkannya dari
kejaran pasukan Shen yang akan memusnahkan mereka.
Dendam akan masa lalu itulah yang terus menghantui hidupnya.
Perasaannya tidak pernah lepas dari dendam tersebut, dan selalu terbawa-
bawa setiap ia akan bertempur atau melakukan aktivitas. Perasaan dendam
akan masa lalu itulah yang akhirnya menjadi kelemahan dirinya,
menghalanginya untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
Po ditemukan oleh peramal kerajaan yang bijaksana di tepian hutan.
Peramal itupun mengobati luka – luka Po, sekaligus menasehatinya untuk
bisa keluar dari masa lalunya. Po mulai berlatih dengan alam untuk
menemukan kedamaian dalam dirinya. Ia melatih pikiran dan perasaannya,
membiarkannya mengalir bersama nafas dan gerakan tubuhnya. Dendam itu
lama kelamaan mulai mengalir, perasaan sakit hati itupun luruh bersama
penerimaan dirinya secara total terhadap alam dan kehidupan yang telah ia
terima. Ia menjadi ikhlas dalam hidup, menemukan kembali kedamaian dalam
dirinya. Ia belajar, bagaimana mengalirkan embun, menjadi sebuah lingkaran
air yang tidak pecah ketika terjatuh, dan kemudian mengalirkannya di antara
dedaunan. Ia belajar menyerap energi alam, dan mengendalikannya sesuai
dengan apa yang ia inginkan.
Film ini berakhir dengan kemenangan Po, 5 Pendekar Naga, Master Shifu,
dan 2 Pendekar Kungfu Legendaris setelah mengalahkan Shan dan
pasukannya.
B. Analisis Zen Tokoh “Po” dalam Film Kungfu Panda 2
A. Ketenangan yang meningkat, tak peduli bagaimanapun besarnya gangguan
emosi atau keraguan
Dalam menemukan sebuah kedamaian jiwa, diperlukan ketenangan
agar dapat fokus pada tujuan. Ketenangan tersebut telah dilakukan oleh
Master Shifu yang berusaha untuk mencapai kedamaian jiwa. Ia bertapa di
gua yang jauh dari keramaian. Dengan kedamaian jiwa tersebut, ia berhasil
mengendalikan embun, seperti dalam cuplikan berikut :
“Setiap master harus menemukan arahnya pada kedamaian jiwa.
Beberapa memilih untuk bermeditasi selama lima puluh tahun di
gua seperti ini, tanpa sedikitpun makanan dan minuman. Beberapa
bisa melalui”. (Master Shifu, 05:14)
B. Ada perasaan ringan yang timbul dari pelepasan beban diri dan keinginan
Ketika kita melepaskan suatu beban dan keinginan dari dalam diri,
perasaan ringan akan tumbuh. Tidak akan ada beban yang menghalangi
untuk tetap mencapai tujuan. Seperti Po yang mulai berlatih dengan alam
untuk menemukan kedamaian dalam dirinya. Dendam itu lama kelamaan
mulai mengalir, perasaan sakit hati itupun luruh bersama penerimaan
dirinya secara total terhadap alam dan kehidupan yang telah ia terima. Ia
menjadi ikhlas dalam hidup, menemukan kembali kedamaian dalam
dirinya.
C. Ada perasaan kembali, perasaan telah menemukan kembali kesederhanaan
alami hidup yang bersemi dari penemuan kembali sebuah hakikat pikiran.
Setelah melepaskan beban dalam diri, ada perasaan telah
menemukan kesederhanaan alami. Seperti ketika Shan mengalami
kekalahan dan menyadari keburukan yang selama ini menguasai dirinya.
Hal yang sama juga pernah dialami oleh Po ketika dendam masa lalu
keluarganya membuat Po tidak bisa mengendalikan emosi.
“Kamu dapat meninggalkan tingkatan dari yang lalu, karena itu
tidak masalah. Hal yang terpenting adalah apa yang kamu pilih
sekarang.” (Po, 01:15:55)
D. Segala tindakan dilakukan karena “benar” untuk dilakukan tanpa
memandang akibat dan pamrihnya
Di akhir cerita, Shen mengakui kesalahannya. Namun dibalik itu, ia
kembali ingin menyerang Po. Tiba – tiba, tiang kapal oleng dan akan jatuh
tepat diatas Shen. Namun Po malah menyelamatkannya tanpa memikirkan
balasan dari Shen.
Daftar Rujukan:
Tim Ekayana. 1996. Zen. Bandung: Ekayana
Analisis Ajaran Konfusianisme dalam Film “Confucius”
A. Sinopsis Film Confucius
Confucius merupakan sebuah film
bertema sejarah asal Tiongkok. Confucius
sendiri merupakan seorang tokoh sejarah
asal Tiongkok yang sangat berpengaruh
hingga sekarang.
Confucius (Kong Qiu) dilahirkan pada
masa dinasti yang saling berperang.
Karena kecakapannya dalam ilmu
pengetahuan dan strategi milite, Kong Qiu
diminta oleh raja dinasti Lu untuk
membantunya. Selama menjadi menteri,
Kong Qiu banyak membuat gebrakan, seperti menghilangkan kebiasaan adat
untuk ikut mengubur orang – orang yang dekat dengan raja ketika raja telah
meninggal. Selain itu, salah satu tipuan Kong Qiu yang paling menakjubkan
adalah ketika berhasil menggertak penguasa negeri Qi yang ingin menguasai
negerinya. Saat itu, ia menggunakan 100 gerobak sapi yang dikesankannya
adalah kereta perang untuk menakuti 500 kereta perang musuh.
Sayangnya, gebrakannya tidak disukai 3 keluarga bangsawan yang
berpengaruh di negara itu. Maka, Perdana Menteri yang juga kepala salah
satu keluarga pun mempengaruhi raja yang berakibat sang raja memecatnya.
Kong Qiu pun kemudian mengasingkan diri sendirian. Yang mengharukan,
para muridnya kemudian menyusul sang guru dan ikut dalam perjalanan
mengasingkan diri. Bertahun – tahun Kong Qiu dan para muridnya
mengembara dari kerajaan satu ke kerajaan lainnya sambil terus
mengamalkan ilmunya.
Rombongan tersebut kelaparan dan mengalami kesulitan karena diusir dari
berbagai dinasti. Kesedihan Kong Qiu memuncak ketika kehilangan murid
utamanya yang berupaya menyelamatkan naskah – naskah ajaran sang guru
saat keretanya tenggelam ke dalam danau es yang pecah.
Film ini diakhiri dengan kembalinya Kong Qiu dan para muridnya ke
dinasti Lu atas permintaan Perdana Menteri yang mengakui kesalahannya.
B. Analisis Ajaran Konfusianisme dalam Film Confucius
1. Cinta Kasih (Ren)
Menurut Konfusius manusia yang bermartabat adalah manusia
yang memiliki 'Ren' atau Cinta Kasih. Konsep 'Ren' merupakan pusat
kualitas moral manusia intisari dari cinta terhadap sesama,
perikemanusiaan, hati nurani, keadilan, dan kasih sayang.
Di dalam film ini, Kong Qiu menunjukkan cinta kasih yang begitu
tinggi ketika membela seorang budak kecil yang akan dibunuh karena ia
adalah budak kesayangan Perdana Menteri Ji Yiru yang telah meninggal.
Kong Qiu menentang kebiasaan adat untuk ikut mengubur orang – orang
yang dekat dengan raja ketika raja telah meninggal, karena upacara yang
membunuh tetap merupakan sebuah pembunuhan.
“Menteri Ji, kebajikan adalah cinta bagi kita umat manusia.
Upacara yang membunuh tetap saja pembunuhan.” (Kong Qiu,
17:08)
2. Bijaksana (Zhi)
Zhi secara harafiah artinya kearifan atau kebijaksanaan, juga berarti
kecerdasan atau kepandaian. Maka seseorang dapat dikatakan bijaksana
kalau setiap hari memiliki kesadaran atau selalu sadar.
Dikisahkan dalam film ini bahwa Kong Qiu merupakan seorang
yang cerdas dan berpendidikan, sehingga apa yang beliau katakan
mengandung pengertian yang sangat dalam.
“Perkataan orang yang berpendidikan memang begitu dalam.”
(Raja Lu, 19:27)
Kecerdasan Kong Qiu juga nampak ketika beliau mengantisipasi
hal buruk yang akan menimpa raja kerajaan Lu ketika menghadiri
undangan raja kerajaan Qi. Beliau meminta bantuan Jendral Gong untuk
mengirim prajuritnya mengamankan raja, namun ternyata tidak ada
satupun yang berangkat. Akhirnya, Kong Qiu memerintahkan untuk
menjalankan rencana kedua, yaitu menggunakan 100 pasukan
menggunakan gerobak sapi untuk menakut – nakuti 500 pasukan kereta
perang kerajaan Qi. Saat hampir terjadi peperangan, akhirnya rencana
kedua beliau berhasil.
“Guru selalu bilang, rencana kemiliteran harus inovatif dan
muncul dengan kejutan”. (Murid Kong Qiu, 36:37)
Kebijaksanaan Kong Qiu masih nampak pada kata – kata yang
beliau utarakan menjelang ajalnya. Beliau memahami bahwa tidak semua
orang sejalan dengan apa yang beliau katakan, sehingga beliau tidak ingin
memaksa agar semua orang menyayanginya.
“Jika dunia ingin mengenalku, mereka bisa mengetahuinya melalui
buku ini. Jika mereka merasa tidak sepaham denganku, semuanya
juga bisa melalui buku ini”. (Kong Qiu, 2:00:25)
3. Tenggang Rasa (Zhong Shu)
Tenggang Rasa adalah perbuatan yang muncul dari hati. Menurut
Kong Qiu, suatu tindakan harus dilakukan atas dasar ketulusan, bukan
untuk saling menguasai.
“Aliansi diantara kita harus diciptakan atas dasar ketulusan.”
(Kong Qiu, 33:13)
Daftar Rujukan:
Megamarintini, Anita. dkk. 2012. Perkembangan filsafat Cina: Tinjauan
Perkembangan Sosial Religi masyarakat Cina, (online),
(http://sukmazaman.blogspot.com/2012/06/perkembangan-filsafat-cina-
tinjauan.html , diakses 31 Mei 2015)
Analisis Buddhism pada Tingkatan Bangungan Candi Borobudur
A. Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di Indonesia yang
terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi ini didirikan oleh para penganut
agama Buddha Mahayana sekitar abad 8 Masehi pada masa pemerintahan
Wangsa Syailendra.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14
seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta
mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan
bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang
saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu
Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan
pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982
atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs
bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.
B. Periode Kehidupan dalam Buddhisme
Anggota kalangan atas di India terutama kaum Brahmana, membagi masa
kehidupannya menjadi 4 periode yang berbeda. Periode pertama adalah
periode brahmacarin atau masa belajar. Periode ini dimulai ketika berusia 7 -
8 tahun dan berlangsung selama 12 tahun. Mereka belajar tentang doktrin dan
pengalaman Buddhisme. Selanjutnya adalah periode grihasta. Periode
berlangsung selama 30 tahun dan sekaligus menjadi periode yang paling
lama, dimana seseorang akan menjalani kehidupan rumah tangga. Periode
selanjutnya adalah vanaprastha. Periode ini dijalani dengan masuk ke hutan
untuk melakukan refleksi terhadap kehidupan yang sudah dijalani. Terakhir
adalah periode sannyasin, dimana seseorang akan berpindah dari satu tempat
ke tempat lainnya tanpa uang dan menggantungkan diri dari sedekah orang
lain saja.
C. Bagian Bangunan Candi Borobudur sebagai Lambang Periode
Kehidupan
Bentuk bangunan candi ini terbagi menjadi 3 bagian yang melambangkan
sebuah tingkatan periode kehidupan dalam Buddhisme.
1. Kamadhatu
Kamadhatu merupakan bagian paling luar, yang artinya susunan paling
bawah di Candi Borobudur. Kamadhatu melambangkan ranah dari hawa
nafsu, tempat bersemayamnya manusi awam.
Di candi Borobudur, kehidupan manusia mendapatkan tempat paling
bawah, karena kehidupan manusia mengandung hawa nafsu yang
bertentangan dengan Buddha. Tingkatan ini juga disebut brahmacarin atau
masa belajar. Secara simbolis mengandung arti tingkat manusia dalam usia
anak – anak, yang masih tergoda oleh kesenangan duniawi. Sehingga,
mereka masih perlu belajar banyak tentang doktrin dan pengalaman
Buddhisme. Setelah menerima banyak pelajaran, manusia tersebut akan
masuk ke tingkatan grihasta, dimana kesenangan duniawi manusia dapat
diandalkan seperti kehidupan rumah tangga.
2. Rupadhatu
Rupadhatu merupakan tingkatan kedua dalam susunan Candi
Borobudur. Rupadhatu lebih tinggi daripada Kamadhatu. Tingkatan ini
mengandung arti dunia yang sudah membebaskan diri dari hawa nafsu,
namun masih diikat oleh rupa dan bentuk. Rupa dan bentuk berarti masih
terikat dalam bentuk fisik manusia. Tingkatan ini juga disebut
vanaprastha. Tingkatan ini dijalani dengan masuk ke hutan untuk
melakukan refleksi terhadap kehidupan yang sudah dijalani.
3. Arupadhatu
Arupadhatu merupakan tingkatan paling tinggi dengan luas paling kecil,
melambangkan tempat berdiamnya para dewa. Bagian Arupadhatu
berbentuk lingkaran dan sama sekali tidak memiliki hiasan atau relief di
batu – batunya. Tingkatan ini juga disebut sannyasin, dimana manusia
tidak lagi mementingkan hawa nafsu. Dinding candi yang tidak memiliki
relief melambangkan kesucian dari sang Buddha, setelah mendapatkan
kebahagiaan sejati.
Daftar Rujukan:
Koesbyanto, J.A.D dan Yuwono, F.A. 1996. Pencerahan – Suatu Pencarian
Makna Hidup dalam Zen Buddhisme. Yogyakarta: Kanisius.
Kids, Tian. 2013. Makna 3 Susunan Candi Borobudu, (online),
(http://www.teruskan.com/7172/makna-3-susunan-candi-borobudur.html,
diakses 1 Juni 2015).
Wikipedia Indonesia. Borobudur, (online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur , diakses 1 Juni 2015)
Analisis Feminisme Wu Zetian Kaisar Perempuan Pertama dalam Sejarah
Dinasti Cina
A. Biografi Wu Zetian
Wu Zetian lahir pada tahun 624
(lebih tua 4 tahun dari Kaisar Tang
Gaozong). Ayahnya adalah perwira
tinggi pasukan Dinasti Sui, kemudian
ikut Li Yuan (Kaisar pertama Dinasti
Tang) memberontak. Ia juga pernah
menjabat sebagai menteri
pembangunan, mendapatkan anugerah
sebagai Bangsawan Yinggugong.
Setelah ayahnya wafat, sebagai anak
perempuan dari selir, maka ia hidup
bersama ibu, janda bermarga Yang dan mengalmi intimidasi serta perlakuan
yang tidak manusiawi dari saudaranya yang merupakan keturunan sah dari
istri utama. Pengalaman pahit yang ia alami inilah yang membuatnya
bertekad kelak harus dapat mengubah nasib sehingga tidak perlu mengulang
penderitaan yang ia alami saat itu.
Ketika menjadi istri dari Kaisar Tang Gaozong, jasa besar Kaisar Tang
Gaozong bagi dinasti tidak bisa dipisahkan dari jasa Permaisuri Wu Zetian.
Ketika Tang Gaozong mengalami sakit parah, Permaisuri Wu Zetian selalu
hadir dalam rapat kerja dinasti mendampingi Kaisar dan para menteri di aula
istana membantu Kaaisar Tang Gaozong memberesi urusan negara. Semua
urusan yang diusulkan atau dipertanyakan oleh para menteri ditanggapi dan
diputuskan oleh Permaisuri Wu Zetian sehingga para menteri pun menyebut
pasangan kaisar dan permaisuri ini sebagai ersheng yang berarti
“Dwitunggal”.
Karena penyakit Kaisar semakin parah, akhirnya segala kekuasaan
diberikan kepada Permaisuri Wu Zetian. Suatu hari Kaisar pernah berpikir
untuk menyerahkan tahta kepada Permaisuri, namun pikiran itu diurungkan
karena para menteri menghalangi dan menghimbau Sang Kaisar membatalkan
keputusan tersebut. Pada Desember 683, Kaisar meninggal dunia. Putra
ketiga dari Permaisuri akhirnya naik tahta.
Namun karena begitu besarnya kuasa yang dimiliki Permaisuri, akhirnya ia
melengserkan putra ketiganya dan menggantinya dengan putra keempatnya.
Dengan mudahnya ia melengserkan pula putra keempatnya dan akhirnya
Permaisuri Wu Zetian sendiri yang memimpin dinasti. Padahal, di Cina,
seorang wanita yang melakukan hal tersebut adalah suatu tindakan yang
melanggar adat istiadat. Akibatnya, dimana – mana terjadi pemberontakan
terhadap Ratu.
Pada masa awal pemerintahan, ia memberantas semua lawan politiknya,
dan hanya mempekerjakan pejabat yang jujur, setia, dan bertalenta sehingga
masa pemerintahan Ratu Wu Zetian sangat gemilang. Jumlah penduduk pun
kian bertambah karena perkembangan ekonomi yang sangat pesat di bidang
agraria. Kesejahteraan dan keamanan rakyat pun terjamin.
B. Kaisar Wu Zetian dan Feminisme
Dengan berkuasanya Permaisuri Wu Zetian dari Dinasti Tang dalam
sejarah Cina, membuat terangkatnya derajat wanita pada masa itu.
Menurut dasar pemikiran feminisme liberal yang dikemukakan oleh Gadis
Arivia (2003:189) yang berbunyi, “Dengan akal, manusia mampu memahami
prinsip – prinsip moralitas dan kebebasan individu”. Permaisuri Wu Zetian
yang terkenal sangat cerdik mampu memahami keadaan rakyatnya yang
sangat percaya dengan aliran Taoisme dan Buddhisme. Dengan
memanfaatkan kepercayaan itu, ia menyatakan bahwa dirinya adalah
penjelmaan dari ibu Surgawi yang merupakan ibu dari Lao Tzu, pendiri
Taoisme, serta memerintahkan agar patungnya ditempatkan di tiap – tiap kuil
taois. Wu juga memanfaatkan sejilid kitab Buddhis berjudul Sutra Awan
Agung yang isisnya meramalkan bahwa Maitreya, budha yang akan datang
akan terlahir sebagai wanita dimana pada zamannya panen akan berlimpah
dan begitu pula dengan kebahagiaan tanpa batas. Untuk menjaga
eksistensinya, Kaisar Wu Zetian berusaha menjadi seorang Kaisar yang
agung dan berusaha untuk mewujudkan keadaan seperti yang diramalkan oleh
kitab Budhhism.
Dengan akalnya pula Permaisuri Wu Zetian dapat mewujudkan impiannya
ketika ia sedang terpuruk. Pengalaman buruk ketika ayahnya telah meninggal
dan mendapat intimidasi dari saudara yang merupakan anak dari istri sah
ayahnya. Hal tersebut membuat Wu Zetian menderita dan akhirnya bertekad
agar kejadian tersebut tidak akan terulang lagi.
Dengan akalnya ia juga mampu menunjukkan kebebasan sebagai seorang
individu. Ketika Wu Zetian menjadi seorang Kaisar, ia dapat bebas memilih
dan menyingkirkan pejabat yang akan bekerja sama dengannya. Dengan
pemikirannya, akhirnya ia menyingkirkan semua pejabat yang menjadi lawan
politiknya.
Daftar Rujukan:
Arivia, Gadis. 2003. Filsafat Berperspektif Feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal
Perempuan
Hendri, Yusin. 2014. Sang Naga dari Timur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Analisis Taoisme pada Lagu ”Jiàn xīn”
A. Makna Lagu Jiàn xīn (Hati Pedang)
Jiàn xīn merupakan satu dari beberapa lagu yang dinyanyikan oleh
penyanyi Tiongkok, Zhāngjié pada tahun 2014. Lagu ini mengisahkan
tentang seseorang yang mencoba untuk tetap bertahan dari keterpurukan yang
sedang ia alami. Berikut ini adalah lirik lagunya:
Zhang Jie – Hati Pedang
Jiwa berdebu yang terbaring diantara bintang-bintang, matahari dan bulan
Terbangun oleh igauan mimpi buruk ketidakberdayaan.
Mengungkap benang peristiwa takdir ini,
Tidak bisa lepas dari kesepian seumur hidup ini.
Di belakangku adalah kabut suram; di depanku adalah gunung menghadang.
Ingin melarikan diripun tidak bisa.
Terlepas dari bagaimana nasib mengatur, hati terus-menerus tidak akan berubah.
Tidak peduli berapa banyak waktu berlalu dan berapa banyak perubahan dunia.
Mendengarkan suara sedih dari guqin itu, tidak bisa melupakan apa yang harus
dilupakan.
Dunia mortal menjebak masa mudaku.
Maafkan keegoisanku yang sudah jelas telah kusembunyikan dalam hatiku.
Pergi ke dalam pertempuran menghadapi luas dan agungnya langit dan bumi.
Hidup ini juga sepi. sangat menarik, seperti kobaran api menderu terbakar.
Masa lalu yang dilalui penuh penderitaan/pasang surut.
Menggunakan ujung pisau dingin dan kesendirian guqin ini, menulis peristiwa masa
lalu dan saat ini.
Pedang tunggal dan ujung jari, berbicara dan tertawa.
Adakah obat penawar antara hati nurani manusia
Yang dapat meredam perebutan hak, kesalahan, balas budi dan dendam?
Pedang fenji yang telah disarungkan
Tidak akan dapat menggoyahkan hebatnya keteguhan seumur hidup ini.
B. Analsis Taoisme berdasarkan Lirik Lagu
1. Filsafat Taoisme yang Bersifat Naturalistik
Pemikiran kefilsafatan Taoisme yang bersifat naturalsitk tidak
memusatkan perhatian pada persoalan tentang keseluruhan struktur
semesta alam. Substansi pemikiran Taoisme berupa pemahaman prinsip
hukum alam yang dapat diorientasikan ke dalam ajaran etikanya, misalnya
tentang keseimbangan kehidupan, kejujuran, ketulusan, ketaatan, keadilan
dan kesederhanaan.
Dalam lirik “Jiwa berdebu yang terbaring diantara bintang-bintang,
matahari dan bulan” pada lagu tersebut menjelaskan kesadaran tentang
posisi manusia yang sangat kecil dibandingkan dengan alam semesta,
sehingga kita harus memiliki sifat sederhana dalam hidup ini.
2. Setiap manusia memiliki kodrat (pembawaan) alamiahnya sendiri
Taoisme berpandangan, bahwa setiap manusia memiliki kodrat
(pembawaan) alamiahnya sendiri. Untuk itu, segala sesuatu mempunyai
jalannya masing – masing. Jalan setiap individu adalah kodratnya,
kebiasaannya, hukum perkembangannya.
Lirik dibawah ini merupakan keadaan yang membuat seseorang tidak
bisa melupakan masalahnya, sehingga berusaha untuk mencari sumber dari
kesedihannya selama ini. Kodrat untuk selalu berusaha tidak menyerah
dalam mencari akar permasalahan adalah kebiasaan dari si pelaku.
Mengungkap benang peristiwa takdir ini
Tidak bisa lepas dari kesepian seumur hidup ini
3. Lao Tzu ingin menanamkan sikap hidup manusia agar dapat berserah diri
sepenuhnya
Melalui pemahaman cara hidup alamiah ini, Lao Tzu ingin
menanamkan sikap hidup manusia agar dapat berserah diri sepenuhnya,
sehingga tidak mudah mengeluh dalam mengatasi kesulitan hidupnya,
karena harus disadari bahwa segala hal yang terjadi pengenalan jati diri
diatur oleh hukum kodrat.
Lirik “Pergi ke dalam pertempuran menghadapi luas dan agungnya
langit dan bumi” menggambarkan sikap manusia yang berserah diri
sepenuhnya pada kodratnya, sehingga tanpa mengeluh ia siap menghadapi
segala apa yang terjadi dalam hidupnya.
4. Prinsip Kewajaran dalam Taoisme
Prinsip kewajaran dalam Taoisme mengandung pengertian adanya
ukuran normatif dalam cara hidup manusia sehari-hari, yakni manusia
seharusnya tidak bertindak secara berlebihan. Manusia harus melepaskan
sikap perilaku yang semu. Sebab, kepribadian sebagaimana yang terlihat
dari luar itu tidak penting, yang penting adalah pengenalan jati diri. Jadi,
pengertian hidup sewajarnya dapat diartikan sebagai proses pengenalan
atau penemuan jati diri.
Hidup ini juga sepi. sangat menarik, seperti kobaran api menderu
terbakar.
Pelaku menggambarkan kehidupannya dengan kata – kata yang
mengandung kiasan, namun tidak berlebihan. Ia diceritakan sebagai
seorang yang mengalami keterpurukan.
Daftar Rujukan:
Widisuseno, Iriyanto. 2011. “Etika Natural Taoisme dan Kemungkinan
Penerapannya di Indonesia”. Humanika, (online), Jilid 14 No.5,
( http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/4006/3682 ,
diunduh 4 Juni 2015)
Renn. 2014.张杰 - 剑心 , (online), (http://onehallyu.com/topic/85421-jason-
zhang- 张杰 - 剑心 -heart-of-the-sword/ , diakses 4 Juni 2015)