Chapter III

22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gastrointestinal 2.1.1 Pengertian Gangguan Gastrointestinal Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas (Sujono Hadi, 2002). Pencernaan makanan ialah suatu proses biokimia yang bertujuan mengolah makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang mudah dapat diserap oleh selaput- selaput lendir usus, bilamana zat-zat tersebut diperlukan oleh badan(Sujono Hadi, 2002) 2.1.2 Klasifikasi Menurut Linda Chandranata (2000) Klasifikasi gastrointestinal dibagi menjadi dua yaitu Gastrointestinal atas seperti gangguan nafsu makan, mual muntah dan Gastronitestinal bawah yaitu konstipasi, diare. Penyakit gangguan gastrointestinal yang termasuk yaitu Gangguan esofagus, gangguan lambung dan usus, neoplasma intestinal dan proses inflamasi, trauma abdomen, gangguan hepatik dan billiaris. 2.1.3 Patofisiologi Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan dipecah kedalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim- Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter III

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gastrointestinal

2.1.1 Pengertian Gangguan Gastrointestinal

Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan

makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan

penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum),

usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas

(Sujono Hadi, 2002).

Pencernaan makanan ialah suatu proses biokimia yang bertujuan mengolah

makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang mudah dapat diserap oleh selaput-

selaput lendir usus, bilamana zat-zat tersebut diperlukan oleh badan(Sujono Hadi,

2002)

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Linda Chandranata (2000) Klasifikasi gastrointestinal dibagi

menjadi dua yaitu Gastrointestinal atas seperti gangguan nafsu makan, mual

muntah dan Gastronitestinal bawah yaitu konstipasi, diare. Penyakit gangguan

gastrointestinal yang termasuk yaitu Gangguan esofagus, gangguan lambung dan

usus, neoplasma intestinal dan proses inflamasi, trauma abdomen, gangguan

hepatik dan billiaris.

2.1.3 Patofisiologi

Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan

dipecah kedalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-

Universitas Sumatera Utara

enzim pencernaan. Makan, atau bahkan melihat, mencium, atau mencicip

makanan dapat menyebabkan refleks salivasi. Saliva adalah sekresi pertama yang

kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva

pada kecepatan kira-kira 1,5 L setiap hari. Saliva juga mengandung mukus yang

membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan menelan.

Dua pusat dalam inti retikularis medula oblongata adalah zona pencetus

kemoreseptif yaitu uremia, emesis yang diinduksi oleh obat, emesis karena radiasi

dan pusat yang terintegrasi. Jaras eferen muncul dari hampir semua tempat tubuh.

Jaras vagal adalah sangat penting, tetapi vagotomi tidak menghilangkan muntah .

jaras eferen empatik yang memperantarai muntah berkaitan dengan distensi

abdomen.

Muntah terjadi bila kedua jaras eferen somatik dan viseral menyebabkan

penutupan glotis, kontraksi diagfragma mempunyai pilorus dan relaksi lambung

diikut i oleh kontraksi peristaltik yang berjalan dari lambung tengah keujung

insisura dengan kontraksi abdmen, diagfragma, dan interkosta, muntah berkaitan

dengan tanda dan gejala cetusan otonom. Seamua ada kaitan dengan gangguan

traktus gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan obstruksi tinngi akut

menyebabkan muntah dini. Kekacauan otonom, obat-obatan gangguan

psikogenik, dan penelanan bahan-bahan yang berbahaya merupakan menyebab

lain yang sering.

Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke

medula (renjatan, oklusi vaskular, peningkatan tekanan intrakranial). Dapat

menginduksi emesis. Obat-obat emetik menghasilkan efeknya melalui stimulasi

Universitas Sumatera Utara

sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola muntah mendadak,

sering kali proyektil tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab

sentral. Konsekuensi muntah metabolik, dengan muntah hebat terjadi

hipovolemia, hipokalemia, dan alkalosis metabolik serta deplesi natrium total.(

Linda Chandranata, 2000)

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Linda Chandranata (2000), manifestasi klinis gastrointestinal yaitu:

a. Keluhan pada mulut, bau mulut yang tidak sedap, atau rasa tidak enak atau rasa

pahit pada mulut, rasa tidak enak pada mulut yang menetap biasanya

disebabkan karena keluhan psikhis.

b. Anoreksia, keluhan nafsu makan menurun dapat ditemukan pada semua

penyakit, termasuk juga penyakit saluran makan.

c. Disfagia, merupakan keluhan yang disebabkan kelainan pada esofagus, yaitu

timbulnya kesulitan pada waktu menelan makanan atau cairan. Kesulitan

menelan terjadi baik pada bentuk makanan padat maupun cairan, terutama bila

terjadi refluks nasa, berarti adanya kelainan saraf (neuromuscular disorder).

Kesulitan meneruskan makanan dari mulut kedalam lambung biasanya

disebabkan oleh kelainan dalam tenggorokan biasanya infeksi atau tumor di

oropharynx, larynx, spasme dari oto cricopharynx. Rasa terhentinya makanan

didaerah retrosternal setelah menelan makanan, biasanya disebabkan kelainan

dalam esofagus sendiri, yaitu timbulnya regurgitasi, refluks asam, rasa nyeri

didada yang intermiten, misalnya pada akhalasia, karsinoma esofagus, spasme

yang difus pada esofagus.

Universitas Sumatera Utara

d. Nausea, beberapa rangsangan yang dapat menimbulkan rasa mual, rasa mual

diantaranya adalah: rasa nyeri dalam perut, rangsangan labirin, daya ingat yang

tak menyenangkan.

e. Vomitus, timbulnya muntah-muntah sebagai akibat karena kontraksi yang kuat

dari antrum dan pilorus dan timbulnya anti peristaltik yang kuat pada antrum

dengan disertai relaksasi dari otot-otot spinghter kardia, disusul melebarnya

esofagus dan menutupnya glotis.

f. Nyeri tekan, kekakuan, demam, massa yang dapat diraba, bising usus berubah,

perdarahan gastrointestinal, defisit nutrisional, ikterus dan tanda disfungsi

hepar.

2.1.5 Komplikasi

Menurut Linda Chandranata (2000)komplikasi dari gastrointestinal adalah:

a. Kanker esofagus, meliputi disfagia,tidak bisa makan dan perasaan penuh di

perut adalah tidak jelas dan dapat dihubungkan dengan beberapa kondisi lain.

Gejala-gejala ini dapat dengan mudah dihubungkan dengan konsumsi tipe

makanan tertentu (pedas, gorengan, dll)

b. Kanker lambung, rasa tidak nyaman epigastrik, tidak bisa makan dan perasaan

gembung setelah makan.. ini adalah gejala semu yang dengan mud ah

dikaitkan dengan kegagalan lambung.

c. Kanker pankreas, penurunan barat badan, ikterik dan nyeri daerah punggung

atau epigastrik adalah triad gejala yang umum.

d. Kanker hepar, nyeri abdomen yang sangat sakit , tumpul, dan pada kuadran

atas kanan, nyeri bersifat terus menerus, mengganggu tidur dan bertambah

Universitas Sumatera Utara

sakit saat posisi tidur miring kekanan dan mungkin menyebar keskapula

kanan.

e. Kanker kolorektal, perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,

perubahan dalam penampilan fesestenesmus, anemia, dan perdarahan rektal

merupakan keluhan utama yang mungkin mengindikasikan adanya kanker

kolorektal.

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Linda Chandranata (2000), penatalaksanaan penyakit gastrointestinal

yaitu:

a. Pemeriksaan saluran Gastrointestinal atas, seri gastrointestinal atas

memungkinkan pemeriksa untuk mendeteksi atau melihat adanya

ketidakdaruratan anatomi atau fungsi organ gastrointestinal atas atau sfingter,

ini juga membantu dalam mendiagnosis ulkus, varises, tumor, enteritis

regional, dan sindrom malabsorbsi.

b. Pemeriksaan saluran gastrointestinal bawah, untuk mendeteksi adanya polip,

tumor, dan lesi lain dari usus besar serta untuk mendemontrasikan adanya

anatomi abnormal atau malfungsi dari usus.

c. Pembedahan.

2.2 Cairan

Dalam tubuh seorang individu yang sehat sekitar 60% dari berat badannya

terdiri dari air dan secara umum dianggap terdapat dalam dua kompartemen utama

yaitu cairan intraselular dan ekstraselular. Kompartemen cairan ekstraselular dapat

dibagi menjadi cairan interstisial dan intravascular. Kurang lebih 2/3 dari jumlah

Universitas Sumatera Utara

air tubuh adalah cairan intraselular dan sisanya adalah cairan ekstraselular ; 2/3

dari cairan ekstraselular adalah cairan intertisial dan sisanya cairan

intravaskulelar.

Jadi, dalam tubuh seseorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg

mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter, 26,04 liter adalah cairan

intraselular dan 15,96 liter cairan ekstraselular, 12,6 liter adalah cairan interstitial

dan 3,36 liter adalah cairan intravascular (volume plasma) (Norman Muirhead,

2000). Pada orang tua, total body water (TBW) menyusun sekitar 45% sampai

50% berat badan (Narins,1994 dalam buku Sylvia A. Price & dkk, 2006). Setiap

orang mempunyai kebutuhan cairan berbeda-beda. Contoh: dalam tubuh

seseorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg, cairan dalam tubuh 60%

maka mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter. Berat badan 70 kg dibagi

jumlah cairan tubuh 42 menghasilkan 0,6 liter/kg (1 L = 1000 cc; 600cc). Jadi

cairan tubuh yang perlu ditambah agar sesuai dengan kebutuhan adalah 4

ml/KgBB. (Graber, 2003).

Menurut Graber (2003), kebutuhan cairan dalam tubuh setiap orang

berbeda-beda dengan rumus 4 : 2 : 1 dimana rumatan/biasa tanpa dehidrasi, 10 kg

pertama : 4 Ml/Kg/jam ; 11 – 20 Kg : ± 2 Ml/Kg/jam ; > 20 Kg : ± 1 Ml/Kg/jam.

Sebagai contoh berat badan seseorang 60 Kg = ( 4 x 10 ) + ( 2 x 20 ) + ( 1 x 30 ) =

40 + 40 + 30 = 110 Kg/ 1 jam = 2640/24 jam.

Pengertian dari cairan tubuh adalah air dan unsur-unsurnya yang

diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Unsur selain air contohnya adalah ion

tubuh, misalkan ion natrium dan kalium. Cairan tubuh biasanya dibagi menjadi

Universitas Sumatera Utara

dua macam, yaitu cairan yang berada di dalam sel (intraseluler) dan cairan yang

berada di luar sel (ekstraseluler). Cairan intraseluler mengisi sitoplasma dan cairan

ekstraseluler mengisi ruang antar sel dan rongga pembuluh darah. Dalam situasi

normal, kadar cairan dalam tubuh kita berada dalam keseimbangan.

Keseimbangan cairan tubuh memiliki perngertian bahwa jumlah cairan yang

masuk dan yang keluar memiliki jumlah yang sama. Hal ini juga menunjukkan

bahwa jumlah cairan yang ada dalam tubuh akan selalu konstan. Proses fisiologis

tubuh untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit yang ada dalam tubuh inilah

yang dinamakan dengan homeostatis.

Sumber cairan tubuh, cairan pada tubuh kita sebagaimana telah

deskripsikan secara singkat di atas bersumber dari: air minum (1500-2000cc/hari),

air yang ada dalam makanan (700cc/hari), air yang dihasilkan oleh proses

metabolisme (200cc/hari). Jadi total kira-kira ada 2400-2900 cc cairan yang

masuk pada tubuh kita tiap hari. Sedangkan cairan keluar dari tubuh, ekskresi

ginjal, berupa urine (1400-1900 cc/hari), udara ekspirasi pernafasan, berbentuk

uap air (350 cc/hari), kulit ada dua macam: a. difusi (350cc/hari) b. keringat (100

cc/hari), air dalam feces atau tinja (200 cc/hari). Jadi total ada sekitar 2400-2900

cc cairan yang keluar dari tubuh tiap harinya. Jumlah cairan yang masuk dan

keluar memiliki jumlah yang sama pada keadaan normal.

2.3 Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk

menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalan tubuh dan

mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang

makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan

keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. ( Tarwoto &

Wartonah, 2010)

Nutrisi adalah jumlah semua interaksi antara suatu organisme dan

makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah sesuatu yang

dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya. (Kozier, 2010)

Jenis-jenis Nutrisi

Air, air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi makhluk hidup.

Air meliputi 60%-70% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan

bayi.Fungsi air bagi tubuh adalah untuk membantu proses/ reaksi kimia dalam

tubuh serta mengontrol suhu tubuh.

Karbohidrat, karbohidratadalah kelompok nutrien yang penting dalam susunan

makanan.Senyawa ini mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen.

Jenis-jenis Karbohidrat: Monosakarida, Disakarida, Polisakarida

Dalam hal ini, ukuran molekul polisakarida adalah yang paling besar dan

termasuk ke dalam golongan senyawa nongula. Sedangkan monosakarida dan

disakarida termasuk dalam golongan senyawa gula.

Fungsi Karbohidrat, Sebagai sumber energi, Sebagai penghasil lemak, Sebagai

pasangan protein, Sumber Karbohidrat

Serealia dan makanan yang terbuat dari serealia, Gula murni (sukrosa) Sayuran

(mis., kentang), Buah-buahan, Susu.

Universitas Sumatera Utara

Protein, Protein merupakan kelompok nutrien yang sangat penting bagi makhluk

hidup.Senyawa ini dijumpai pada semua sitoplasma semua sel hidup, baik hewan

maupun tumbuhan. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik.

Fungsi protein, Protein menggantikan protein yang hilang, Protein menghasilkan

jaringan baru, Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru,

Protein sebagai sumber energi.

Sumber protein dalam susunan makanan

Kebutuhan protein dapat diperoleh dari sumber pangan hewani dan

nabati.Kandungan protein pangan hewani lebih tinggi dibandingkan pangan

nabati.

Sumber protein ini dapat diperoleh dari daging, ikan, roti, serealia, susu, keju,

telur, dan sayuran.

Lemak, Lemak adalah suatu senyawa yang mengandung unsur karbon, hidrogen,

dan oksigen.Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan.

Lemak dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak.

Fungsi lemak:Sebagai sumber energi, Ikut serta membangun jaringan tubuh,

Perlindungan, Penyekatan/isolasi, Perasaan kenyang, Vitamin larut dalam lemak.

Sumber lemak dalam diet:

Daging, ikan, mentega, margarine, susu, krim, keju, makanan panggang, minyak

dan lemak untuk memasak, telur, serta makanan lain (mis., es krim, cokelat,

kembang gula, biji-bijian, dan kuah salad). Sayur-sayuran dan buah-buahan

mengandung sedikit lemak, kecuali kedelai (24%) dan alpokat (8%).

Universitas Sumatera Utara

Vitamin, Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan

berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.

Jenis-jenis Vitamin

Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K, Vitamin larut air yaitu vitamin B

dan C .

Vitamin A (Retinol): Vitamin A dijumpai pada minyak ikan, hati, mentega, susu,

keju, telur, serta minyak nabati.

Fungsi Vitamin A : Mendukung pertumbuhan dan Metabolisme sel-sel tubuh,

Membantu pembentukan rodopsin, Memelihara kesehatan jaringan permukaan,

Mendukung perkembangan dan pertumbuhan tulang yang baru memiliki sifat

antikanker

Vitamin D: Vitamin D terdapat pada hati ikan, telur, mentega, hati, keju, dan susu.

Fungsi vitamin D : Untuk pertubuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi,

Membantu absorbsi kalsium oleh usus dan penyerapan kalsium dan fosfor oleh

tulang dan gigi.

Vitamin E: Bahan makanan yang mengandung vitamin E antara lain biji gandum,

sayuran hijau, dan minyak sayur.

Fungsi vitamin E bagi tubuh untuk membantu memelihara struktur sel dan

membantu pembentukan sel darah merah.

Vitamin K: Bahan makanan yang mengandung vitamin K antara lain sayuran

hijau, hati, kacang kedelai. Vitamin K sangat penting untuk membantu

pembentukan protombin dalam hati.

Universitas Sumatera Utara

Vitamin B: Senyawa yang termasuk vitamin B antara lain :Tiamin (vitamin B1),

Riboflavin (vitamin B2), Asam nikotinat.

Vitamin C: Vitamin ini banyak ditemukan di hampir semua bahan pangan nabati

seperti sayuran dan buah-buahan segar. Fungsi vitamin C adalah mendukung

pembentukan semua jaringan tubuh.

Mineral, Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim

dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.

Fungsi mineral : Konstituen tulang dan gigi, Pembentukan garam-garam yang

larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh, Bahan dasar enzim dan protein.

2.4 Diit pada pasien Gangguan Gastrointestinal

Makanan khusus diberikan juga pada pasien dengan gangguan sistem

tubuh, hal ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan intake nutrien yang adekuat.

Diit diberikan pada pasien dengan gangguan pada sistem pencernaan, endokrin,

kardiovaskuler, perkemihan dan gangguan metabolisme. Jenis diit yang termasuk

dalam diit gangguan sistem pencernaan yaitu diit lambung, diit rendah sisa, dan

diit tinggi serat.

2.4.1 Diit lambung, Pemberian diit lambung ini bertujuan memberikan makanan

yang adekuat, tidak merangsang, dapat mengurangi pengeluaran sekresi lambung

dan dapat menetralkan kelebihab asam hidroklorid. Diit ini diberikan pada pasien

dengan ulkus peptikum, esofagitis, thipus abdominalis, dan pasien paska bedah

saluran pencernaan.

Universitas Sumatera Utara

Syarat-syarat pemberian diit lambung, yaitu: Mudah dicerna, porsi makan yang

diberikan sedikit dengan frekuensi sering, Cukup protein untuk mengganti

jaringan rusak, Makanan tidak merangsang secara mekanis, termis dan kimia

lambung, Makanan memenuhi kebutuhan gizi normal secara bertahap

Jenis diit lambung

Diit lambung I, Diit ini diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum akut, ulkus

peptikum disertai perdarahan, esofagitis, gastritis akut, dan thypus abdominalis

berat.

Bahan makanan yang diberikan berupa susu bubur susu yang diberikan hanya 2

hari karena makanan ini membosankan dan kandungan kalorinya, zat besi,

thiamin, dan vitamin C sangat kurang. Cara pemberian diit ini dilakukan tiap 3

jam dengan porsi kecil.

Diit lambung II, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit lambung 1, dimana

kondisi pada fase akut telah diatasi, pada pasien dengan thypus abdominalis

dengan suhu tinggi, dan klien dengan paska bedah saluran pencernaan tertentu.

Makanan ini diberikan selama beberapa hari saja, karena membosankan pasien.

Bentuk makanan yang diberikan makanan saring atau cincang dalam waktu 3 jam.

Diit lambung III, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit lambung II, atau

diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum ringan, thypus abdominalis dengan

suhu tunuh yang sudah kembali normal. Kandungan makanan yang ada yaitu

cukup kalori, protein, mineral, vitamin C, tetapi kurang thiamin. Bentuk makanan

yang diberikan makanan lunak.

Universitas Sumatera Utara

Diit lambung IV, Diit lambung ini diberikan sebagai makanan peralihan dari diit

lambung III atau pasien yang mengalamiulkus peptikum ringan, gastritis ringan,

esofagitis ringan dan thypus abdominalis masa penyembuhan. Kandungan

makanan pada diit ini cukup kalori dan semua zat-zat gizi. Bentuk makanan yang

diberikan adalah makanan lunak dan biasa.

2.4.2 Diit rendah sisa, Diit rendah sisa diberikan untuk memberikan makanan

yang cukup dan meminimalkan rangsangan organ pencernaan dan meminimalkan

sisa buangan.

Syarat-syarat pemberian diit ini adalah makanan mudah dicerna, todak

merangsang pencernaan secara mekanis, termis, dan kimia, yakni : Makanan

tinggi serat, Makanan tidak terlalu panas dan terlalu dingin, makanan tidak tinggi

lemak, tidak terlalu manis, tidak terlalu asam dan tidak terlalu berbumbu

merangsang, makanan lunak.

Diit rendah sisa diberikan pada pasien dengan diare berat, ileitis, colitis serosa,

diverkulitis akut, obstruksi sebagian saluran cerna, preoperasi dan postoperasi

hemorrhoid berat, kolon dan rektum.

Dua tingkatan diit rendah sisa yaitu:

Diit rendah sisa I, Bentuk makanan diit rendah sisa yaitu saring. Serat dan

bumbu tidak banyak. Lemak dan gula dalam jumlah terbatas. Susu dihindari. Diit

rendah sisa I diberikan hanya beberapa hari karena asupan kalori, protein,

kalsium, zat besi, thiamin, dan vitamin C rendah.

Nilai gizi yang diberikan : Jumlah kalori 1260 g

Golongan Takaran

Universitas Sumatera Utara

Protein 39 g

Lemak 48 g

Karbohidrat 173 g

Kalsium (Ca) 0,3 g

Zat basi (Fe) 7,0 g

Vitamin A 2330 Sl

Thiamin 0,5 mg

Vitamin C 98 mg

Makanan yang dapat diberikan antara lain:

Sumber karbohidrat: beras bubur disaring, roti dibakar, macaroni, mie, bihun

direbus, biskuit, kraker, tepung-tepungan dibubur atau dibuat puding.

Sumber protein hewani; daging, hati digiling halus, ikan dicincang, telur direbus,,

telur ditim, diceplok air dan dicampur makanan dan minuman

Sumber protein nabati: tahu ditim atau direbus

Lemak:margarine, dan mentega dalam jumlah terbatas

Sayuran: sari sayuran

Buah-buahan: air jeruk

Minuman: teh, sirup, kopi encer

Bumbu-bumbu : garam, vetsin, gula.

Diit rendah sisa II, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit rendah sisa I

ataudiberikan pada pasien dengan diare kronis. Bentuk makanan pada diit ini

dalambentuk cincang atau lunak. Serat, lemak, dan gula dapat diberikan dalam

Universitas Sumatera Utara

jumlah terbatas, namun bumbu yang merangsang tidak diperbolehkan. Diit ini

mengandung cukup kalori dan senua nutrien.

Nilai Gizi yang diberikan : Jumlah kalori 1890 g

Golongan Takaran

Protein 60 g

Lemak 58 g

Karbohidrat 281 g

Kalsium (Ca) 0,8 g

Zat Besi (Fe) 17,5 mg

Vitamin A 6054 Sl

Thiamin 0,8 mg

Vitamin C 110 mg

2.4.3 Diit tinggi serat, Diit ini diberikan bertujuan merangsang peristaltic usus

untuk mengembalikan defekasi normal. Diit ini diberikan pada pasien dengan

obstipasi dan penyakit divertikular.

Syarat-syarat pemberian diit ini:

Makanan cukup kalori dan protein, makanan mengandung tinggi vitamin terutama

thiamin, vitamin B Komples dan mineral, makanan tinggi serat dan dapat

merangsang peristaltik usus, banyak air sebanyak 2-2,5 liter sehari.

Nilai gizi yang diberikan: jumlah kalori 2296 g

Golongan Takaran

Protein 83 g

Lemak 60 g

Universitas Sumatera Utara

Karbohidrat 363 g

Kalsium (Ca) 0,8 g

Zat basi (Fe) 27,3 g

Vitamin A 16788 Sl

Thiamin 1,2 mg

Vitamin C 164 mg

Sumber makanan yang dapat merangsang peristaltik usus antara lain:

Karbohidrat: beras tumbuk,beras ketan hitam, jagung, ubi dan singkong.

Sayuran: yang menimbulakn gas, seperti kol dan sawi

Buah-buahan: jambu biji, apel anggur, pir dan sebagainya

Minyak: makanan yang digoreng atau diberi santan atau makanan lain dengan

menggunakan minyak

Gula dan susu

Bumbu yang merangsang seperti cabe dan merica (Astuti Widya, 2011)

2.5 Faktor-faktor yang memengaruhi nutrisi:

Walaupun kandungan nutrisi dalam makanan adalah pertimbangan penting

dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan kebiasaan individu sering kali

menjadi faktor utama yang memengaruhi asupan makanan aktual. Kebiasaan

makan di pengaruhi oleh pertimbangan perkembangan, jenis kelamin, etnis dan

budaya, keyakinan mengenai makanan, pilihan pribadi, praktik keagamaan, gaya

hidup, medikasi dan terapi, kesehatan, konsumsi alkohol, iklan, dan faktor

psikologi.

Universitas Sumatera Utara

a. Perkembangan

Individu yang sedang berada dalam masa pertumbuhan yang cepat (yaitu,

masa bayi dan remaja) memiliki kebutuhan zat gizi yang meningkat. Disisi lain

lansia memerlukan lebih sedikit kalori dan perubahan diet mengingat risiko

penyakit jantung koroner, osteoporosis dan hipertensi.

b. Jenis kelamin

Kebutuhan zat gizi berbeda bagi pria dan wanita karena komposisi tubuh

dan fungsi reproduksi. Massa otot yang lebih besar pada pria menjelaskan

besarnya kebutuhan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita memerlukan

lebih banyak zat besi dibandingkan pria sebelum menopouse. Wanita hamil dan

menyusui memiliki peningkatan kebutuhan kalori dan cairan.

c. Gaya hidup

Gaya hidup tertentu dikaitkan dengan prilaku terkait makanan. Orang yang

selalu terburu-terburu membeli bahan makanan cepat saji atau memakan makanan

restoran. Orang yang meluangkan banyak waktu dirumah mugkin memerlukan

waktu untuk mempersiapkan makanan ”lebih detail”. Perbedaan individual juga

memengaruhi pola gaya hidup (mis, keterampilan memasak, perhatian mengenai

kesehatan). Beberapa orang bekerja di waktu yang berbeda, seperti jam kerja sore

atau malam hari. Mereka mungkin perlu mengadaptasi kebiasaan makan dengan

jam kerja sore atau malam hari.

d. Kesehatan

Status kesehatan individu sangat memengaruhi kebiasaan makan dan

status nutrisi. Gigi tanggal, gigi goyang, atau sariawan mempersulit mengunyah

Universitas Sumatera Utara

makanan. Kesulitan menelan (disfagia) akibat inflamasi tenggorokan yang

menyakitkan atau karena striktur esofagus dapat menghambat seseorang untuk

mendapatkan nutrisi yang memadai. Proses penyakit dan pembedahan saluran

gastrointestinal dapat memengaruhi pencernaan absorpsi, metabolisme, dan

eksresi zat gizi yang esensial.batu empedu yang dapat menghambat aliran

empedu, merupakan penyebab umum terjadinya gangguan pencernaan lipid.

Proses metabolik dapat terganggu oleh penyakit hati. Penyakit pankreas dapat

memengaruhi metabolisme glukosa atau pencernaan lemak.

2.6 Penilaian Status Nutrisi Secara Langsung

1. Antropometri

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan

asupan protein dan energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan

fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan beberapa

parameter seperti ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain: umur, berat

badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, 2002).

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi

adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),

dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).Penilaian status gizi dengan

antropometri banyak digunakan dalam berbagai penelitian atau survey, baik

survey secara luas dalam skala nasional maupun survey untuk wilayah terbatas

(Supariasa, 2002). Berdasarkan ukuran baku tersebut, penggolongan status nutrisi

Universitas Sumatera Utara

menurut indeks antropometri adalah seperti yang tercantum dalam tabel 2 berikut

ini:

Tabel 2.1: Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri

Status Gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks

BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk

> 80% 61-80% ≤ 60%

> 85% 71-85% ≤ 70%

> 90% 81-90% ≤ 80%

> 85% 71-85% ≤ 70%

>85% 76-85% ≤75%

(Supariasa, 2002).

Beberapa indeks antrometri antara lain:

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa

tubuh.Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,

misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.Berat badan adalah parameter

antropometri yang sangat labil.

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal.Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

bertambahnya umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh

defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif

lama.

c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Universitas Sumatera Utara

Berat badan memliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah

memperkenalkan indeks ini untuk menilai status gizi. Indeks BB/TB merupakan

indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, dan merupakan indeks yang

independen terhadap umur

d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot

dan lapisan lemak bawah kulit.LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun

BB/TB.Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat

sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional.Indeks

lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2

sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar

lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga

digunakan untuk pengukuran status gizi.

e. Tebal lemak dibawah kulit menurut umur

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak dibawah

kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian

lengan atas (Trisep dan bisep), lengan bawah (forearm), tulang belikat

(subcapular), ditengah garis ketiak (midaxilaris), sisi dada (pectord), perut

(abdomen), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatelar), dan pertengahan

tungkai bawah (medial calf)

Universitas Sumatera Utara

f. Indeks masa tubuh (IMT)

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun

keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-

penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,

pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah

satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal

(Supariasa, 2002).

Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal

orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Menurut

FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal

orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Indeks (BMI).Di Indonesia

diartikan sebagai indeks masa tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

IMT=)()(

)(mbadantinggixmbadantinggi

kgbadanberat

Tabel 2.2 Katagori Ambang Batas IMT

Katagori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal >18,5 – 25

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

(Supariasa, 2002)

Universitas Sumatera Utara

2.7 Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui

NGT

Pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang

diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi

terpenuhi( Kozier, 2010)

Penderita Gangguan Gastrointestinal yang hebat biasanya diberi makanan

yang khusus guna mengimbangi cairan dan zat gizi yang hilang. Salah satu cara

khusus untuk memberikan makan kepada orang sakit dalam keadaan seperti ini

adalah pemberian makanan dengan menggunakan NGT. Indikasi pemasangan

NGT adalah pasien tidak sadar (koma), pasien dengan masalah saluran

pencernaan atas seperti penyempitan atau stenosis pada esofagus, tumor pada

mulut, faring atau esofagus, pada pasien yang tidak mampu menelan dan pasien

pascaoperasi pada mulut, faring dan esofagus. Pada penderita penyakit saluran

pencernaan yang baru selasai operasi, pemberian makanan cair juga bertujuan

menunjang tindakan operasi yang diperlukan (Sjahmien Moehyi, 2000). Format

Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT dapat

dilihat di lampiran 6.

Universitas Sumatera Utara