Chapter II 7

13

Click here to load reader

Transcript of Chapter II 7

Page 1: Chapter II 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Lensa Kontak

Lensa kontak adalah penutup dari kaca atau plastik yang melengkung

digunakan langsung diatas bola mata atau kornea mata untuk memperbaiki

kesalahn refraksi mata (Anderson, 2007).

1.2. Klasifikasi Lensa Kontak

Klasifikasi lensa kontak beserta keuntungan dan kelemahannya

berdasarkan American Optometric Association:

1. Rigid gas-permeable (RGP)

Terbuat dari plastik tipis yang fleksibel yang mempermudah masuknya

oksigen ke mata.

Keuntungan: penglihatan lebih baik, waktu berdaptasi pendek, nyaman,

mengoreksi hampir seluruh kelainan refraksi mata, mudah digunakan dan

disimpan, jangka penggunaannya relatif lama, tersedia dalam berbagai

warna, dan bifokal.

Kelemahan: lebih mudah terlepas pada pusat mata daripada tipe yang lain,

debris lebih mudah menempel pada lensa, memerlukan penggunaan yang

konsisten dan pemeriksaan kesehatan mata.

2. Daily-wear soft lens

Terbuat dari plastik yang lembut dan fleksibel, yang mempermudah

masuknya oksigen ke mata.

Keuntungan: waktu beradaptasi sangat pendek, lebih nyaman dan tidak

mudah terlepas seperti RGP, tersedia dalam berbagai warna dan bifokal,

baik untuk yang selalu menjaga penampilan.

Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, penglihatan

tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, lensanya mudah berminyak

dan harus diganti, dan memerlukan perawatan yang intensif.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II 7

3. Extended-wear

Digunakan pada malam hari, tersedia dalam jenis soft lens dan RGP.

Keuntungan: bisa dipakai selama 7 hari tanpa dilepas.

Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, risiko

komplikasi meningkat, memerlukan pemeriksaan kesehatan mata yang

rutin, dan pelayanan yang profesional.

4. Extended-wear disposable

Digunakan dalam waktu berjangka, dari hari pertama sampai 6 hari

kemudian diganti.

Keuntungan: tidak perlu dibersihkan, memiliki risiko yang rendah jika

digunakan sesuai petunjuk, tersedia dalam berbagai warna, bifokal, dan

sebagai lensa cadangan.

Kelemahan: Penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP,

tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih

sulit.

5. Planed replacement

Lensa ini digunakan secara berjangka sebagai pengganti dari soft lens,

kebanyakan digunakan lebih dari 2 minggu, sebulan atau 4 bulan.

Keuntungan: mudah dibersihkan dan tidak mudah terkena infeksi, baik

untuk mata yang sehat, tetapi harus dengan resep dokter.

Kelemahan: penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP,

tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih

sulit.

1.3. Indikasi Penggunaan

Indikasi-indikasi penggunaan lensa kontak:

1. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral, myopia

yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma irreguler. Lensa

kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang memiliki kelainan refraksi

mata dengan tujuan kosmetik.

2. Indikasi terapeutik, yang meliputi:

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II 7

a. Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non-healing,

keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi kornea

yang rekuren.

b. Penyakit pada iris mata, contohnya aniridia, koloboma, albino untuk

menghindari kesilauan cahaya.

c. Pada pasien glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat pengantar

obat.

d. Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi.

e. Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan perforasi

mikrokornea.

3. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi

forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan trichiasis.

4. Indikasi diagnostik, termasuk selama menggunakan gonioskopi,

elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler, fundus

fotografi, dan pemeriksaan goldmann’s 3 bayangan.

5. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi untuk

glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.

6. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan

mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis

bulbi.

7. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan aktor (Kharuna,

2007).

1.4. Kontraindaksi

Pengguanaan lensa kontak dikontraindikasikan pada orang yang memiliki

gangguan mental dan tidak ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuren,

konjungtivitis kronis, dry-eye syndrome, distrofi dan degenarasi kornea mata,

penyakit yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis (Kharuna,

2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II 7

1.5. Dampak Negatif Akibat Penggunaan Lensa Kontak

1.5.1. Ketidakuntungan Penggunaan Lensa Kontak

Penggunaan lensa kontak mempengaruhi mekanik dan metabolik kornea:

1. Pengaruh mekanik terhadap kornea mata adalah mudah untuk terjadinya

perubahan refraksi mata secara transien. Kekaburan kacamata adalah hasil

dari kacamata yang tidak dapat mengoreksi dengan tepat setelah

perubahan lensa mata secara tiba-tiba. Lensa kontak membutuhkan

pembersihan sehari-hari dan desinfeksi dengan hati-hati. Ini lebih sulit,

penggunaannya berperiode, dan lebih mahal dibandingkan menggunakan

kacamata.

2. Pengaruh metabolik terhadap kornea mata adalah bahan-bahan

makromolekular yang terperangkap dan menyerap protein, kemudian

protein memecah bahan-bahan tersebut. Substansi berat molekul yang

rendah seperti obat, desinfeksi, bakteri, dan jamur. Komplikasi yang serius

dapat terjadi jika perawatan sehari-hari lensa kontak tidak adekuat. Lensa

kontak memiliki ambang batas permeabilitas terhadap oksigen, terutama

soft lens, ini akan mempengaruhi metabolisme kornea. Lensa kontak tidak

dianjurkan digunakan pada orang yang memiliki simptom

keratoconjunctivitis sicca (Lang, 2000).

2.5.2. Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada bagian-bagian mata akibat penggunaan lensa

kontak adalah:

1. Kelopak mata

a. Giant papillary conjunctivitis (GPC) adalah komplikasi yang tersering

timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3

faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan lama

pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat.

Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika

tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati

konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di

kelopak mata, dan akan menimbulkan gejala yang relatif

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II 7

asimptomatik. Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan

mengalami iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril.

Lensa yang dianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan

granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk kista.

b. Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan

fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea

mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak

mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopak mata. Ptosis juga

dapat timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis yang berat.

2. Konjungtiva

a. Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak

akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak.

Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya

injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis.

Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema.

b. GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan

simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret

mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur,

dan pergerakan lensa yang berlebihan.

c. Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CL-ISLK)

merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi

klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai

warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi

akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil.

Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa

terbakar, gatal, dan penurunan akuitas visual.

3. Epitelium kornea

a. Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda asing

yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap

mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea.

Jika tidak dikenali dan diobati akan mengakibatkan stres pada epitel

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II 7

yang kronis. Kerusakan epitel akan memudahkan bakteri menempel

pada kornea dan mengakibatkan infeksi stroma, serta menstimulus

sub-epitel fibrosa tanpa adanya infeksi.

b. Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak akan

menimbulkan kerusakan epitel ditandai dengan adanya erosi. Larutan

pembersih surfaktan biasanya akan menyebabkan nyeri, merah,

fotopobia, dan berair, segera setelah dibersihkannya lensa. Gejala ini

akan hilang dalam 1-2 hari. Jika hidroksi peroksida diteteskan ke mata,

maka akan timbul gelembung-gelembung gas pada intra-epitel dan

sub-epitel. Gelembung ini terlihat dan menyebabkan hilangnya

penglihatan secara signifikan yang bersifat temporer, dan hidroksi

peroksida juga menyebabkan perubahan refraksi permanen dan larutan

desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan bersifat

intermiten.

c. Hypoxia. Kebutuhan oksigen di kornea mata dipengaruhi karena

lapisan lensa kontak mengurangi jumlah oksigen yang masuk.

Hipoksia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan penglihatan

kabur yang temporer, sedangkan hipoksia berat akan terjadi kematian

sel-sel epitel dan deskuamasi. Pengguna tidak merasa nyaman,

penurunan penglihatan temporer, dan fotopobia. Salah satu tanda

hipoksia kornea kronis adalah adanya neovaskularisasi superfisial

terutama sepanjang limbus superior. Epitel kornea yang lebih tipis

dibandingkan lensa kontak menyebabkan hipoksia yang kronis dan

menurunkan aktivitas mitosis. Pembentukan sel-sel epitel menurun,

ukurannya membesar, dan memudahkan menempelnya Pseudomonas

aeruginosa pada permukaan sel epitel.

d. Reaksi imun superfisial. Variasi larutan lensa kontak dapat

menimbulkan toksik superfisial atau reaksi imun. Ditandai dengan

adanya keratophati, injeksi konjungtiva, berair, gatal, dan chemosis.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II 7

4. Stroma kornea

a. Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya

keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau

leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan sel mononuklear di perifer

kornea secara tiba-tiba. Berdiameter 0,1-2 mm, tunggal atau

berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel

yang menyebabkan kerusakan epitel. Manifestasi klinisnya adalah

nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan

epitel, kemudian terbentuk ulkus.

b. Infeksi kornea (keratitis). Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa

(acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak

mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu

pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata.

Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan

terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi bakteri pada

sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang

mungkin ada seperti berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri

yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adalah P. aeruginosa,

Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi ini

biasanya berasal dari larutan lensa kontak yang terkontaminasi. Infeksi

bakteri yang akut biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dengan

simptom nyeri, fotopobia, berair, sekret purulen, dan penurunan

penglihatan. Awalnya infiltrat stroma berwarna putih kekuningan yang

berkembang di bawah sel epitel yang rusak diikuti adanya reaksi di

anterior chamber dan injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang

menjadi edema epitel kemudian menjadi nekrosis. Dilaporkan di

United State dan Netherland, bahwa infeksi kornea mata memiliki

risiko yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak

dalam 2 dekade terakhir ini.

c. Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi.

Sumber infeksi ini berasal dari larutan lensa kontak, dimana tempat

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II 7

larutan tersebut telah terkontaminasi oleh acanthamoeba. Manifestasi

klinis awal yang timbul adalah adanya sensasi benda asing,

penglihatan kabur yang ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa

nyeri yang progresif, injeksi konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada

pemeriksaan dengan senter terlihat adanya penebalan saraf-saraf

kornea mata. Infeksi ini bersifat progresif, berat, dan bentuk

infiltratnya seperti cincin di sentral.

d. Mata merah akut (tight lens syndrome). Lensa kontak dapat

menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan

reaksi pada anterior chamber. Manifestasi klinisnya adalah rasa nyeri,

fotopobia, injeksi, dan berair baik akut maupun kronik.

e. Kikisan kornea mata (corneal warpage). Selama menggunakan lensa

kontak akan terjadi perubahan kontur kornea. Corneal warpage

menyebabkan astigmatisma irreguler, dan ini dapat dikoreksi dengan

menggunakan kacamata.

f. Contact lens-induced keratoconus. Hubungan antara keratokonus

dengan lensa kontak masih kontroversi. Persentasi yang tinggi (20-

30%) penderita keratokonus didiagnosis akibat dari penggunaan lensa

kontak, tetapi bagaimanapun tidak ada penyebab yang berhubungan

langsung dengan penyakit tersebut.

5. Endotel kornea mata

Penggunaan lensa kontak juga berhubungan dengan endotel kornea mata.

Pengguna memiliki variasi ukuran sel endotel (polymegethism) dan peningkatan

frekuensi sel non-heksagonal (polymorphism) lebih tinggi daripada yang

menggunakan lensa kontak (Ventocilla, 2010).

2.6. Manajemen

2.6.1. Terapeutik

Dibawah ini obat-obatan yang digunakan, berdasarkan penyebab mikroba

dari infeksi kornea:

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II 7

1. Jika penyebab bakteri tidak teridentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga

sebagai akibat dari nifeksi bakteri, maka diberi moxifloxacin, gatifloxacin,

atau tobramycin dengan cefazolin. Terapi alternatifnya adalah

ciprofloxacin, levofloxacin, oxfloxacin, gentamicin, ceftadizime, atau

ceftacidime.

2. Gram-positif kokus; kapsul berbentuk tajam = S. Pneumponia. Inisial

terapi: moxifloxacin, gatifloxacin, atau cefazolin. Terapi alternatifnya

adalah levofloxacin, oxfloxacin, penicillin G, vancomycin, atau

ceftaxidim.

3. Gram-positif kokus; methacilin-resistant S. aureus (MRSA). Inisial

terapinya adalah vancomycin.

4. Batang gram negatif = Pseudomonas. Inisial terapi adalah moxifloxacin,

gatifloxacin, ciprofloxacin, tobramycin, atau gentamicin. Terapi

alternatifnya adalah golongan fluoroquinolones, polymyxin B, atau

carbenicillin.

5. Batang gram negatif, besar, square-ended diplobasil = Moraxella. Inisial

terapinya adalah moxifloxacin, gatifloxacin, atau ciprofloxacin. Terapi

alternatifnya adalah tobramycin atau gentamicin dengan cefazolin, atau

penisilin G.

6. Batang gram negatif yang lain. Inisial terapi; moxifloxacin, gatifloxacin,

atau tobramycin. Terapi alternatifnya adalah ceftazidim, gentamicin, atau

carbenicillin.

7. Jika penyabab mikroba tidak teridentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga

sebagai akibat dari infeksi jamur, maka diberi; natamycin atau

voriconazole. Terapi alternatif; amphotericin B, nystatin, miconazole, atau

flucytosine.

8. Candida sp adalah organisme mirip seperti ragi. Inisial terapi voriconazole

atau amphotericin B.Terapi alternatifnya adalah amphotericin B, nystatin,

miconazole, atau flucytosine.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II 7

9. Ulkus jamur adalah organisme mirip seperti hifa (benang halus). Inisial

terapi adalah natamycin atau voriconazole. Terapi alternatifnya adalah

amphotericin B atau nystatin.

10. Kista, tropozoit = Acanthamoeba. Inisial terapi; propamidine dan/atau

polyhexamethylene biguanide. Terapi alternatifnya adalah chlorhexidine

atau neomycin (Lange, 2007).

11. Jika mata mengalami keratitis, maka malam hari dapat diterapi dengan

baik dan lindungi kornea mata dari kekeringan. Sebagai tambahan berikan

lubrikasi pada kornea mata berupa tetes mata atau salap mata sebelum

tidur.

12. Jika terjadi reaksi kornea mata terhadap larutan lensa kontak, maka

hentikan segera penggunaan lensa kontak, obati dan lakukan monitoring

(langsung dokter mata yang melakukannya) serta sebagai tambahan

berikan topikal steroid atau NSAID jika diduga tidak ada infeksi pada

mata (Mezu-Nnabue, 2009).

2.6.2. Prevensi

Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak,

ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan menurut American

Optometric Association:

1. Selalu mencuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak.

2. Bersihkan lensa kontak dengan hati-hati secara rutin, gosok lensa kontak

dengan menggunakan jari-jari tangan dan bilas dengan air bersih sebelum

merendam lensa kontak dalam larutan multi-fungsi pada malam hari.

3. Simpan lensa yang digunakan dalam kotak penyimpanan dan ganti kotak

tersebut setiap 3 bulan. Selain itu, bersihkan kotak setelah

menggunakannya.

4. Gunakan produk-produk yang telah disarankan oleh dokter mata anda

untuk membersihkan dan mendesinfeksi lensa kontak anda.

5. Selalu ikuti rekomendasi lensa kontak yang telah direncanakan oleh dokter

mata anda.

6. Lepaskan lensa kontak anda sebelum berenang atau mandi.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II 7

7. Lakukan pemeriksaan mata dan lensa kontak anda secara rutin kepada

dokter mata anda.

2.7. Pengetahuan

2.7.1. Definisi

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman

seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu

ransangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sutau spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan

yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan

pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang

diketahui. Orang telah paham akan objek materi harus mampu

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam

komponen-komponen, dan termasuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II 7

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

(Notoatmodjo, 2003).

2.7.2. Faktor-Faktor Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

b. Umur

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan

tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian

ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan

tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya lebih rendah.

d. Keyakinan

Biasanya keyakinan secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang,

baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

e. Sumber Informasi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II 7

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan

meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

f. Penghasilan

Pengahasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu

untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

g. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan

dengan tingkat-tingkat pengetahuan diatas (Notoatmodjo, 2003).

2.7.3. Indikator Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator

yang dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit,

gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari

pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi

kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok,

minuman keras, narkoba dsb, pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi,

dsb.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih,

cara pembuangan limbah sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan

rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan

(Notoatmodjo, 2003)

Universitas Sumatera Utara