Chapter 1

21
Sociology of Education: A Unique Perspective on Schools A. Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu proses sepanjang hayat.Proses tersebut diawali sejak lahir hingga mati. Pendidikan ada di seluruh masyarakat dan mengambil segala macam bentuk dari apa yang dinamakan sekolah atau pembelajaran dengan pengalaman hingga pembelajaran dalam lembaga formal, dari masyarakat industri maju hingga masyarakat non industri, dari pedesaan hingga perkotaan, dan dari anak-anak hingga orang tua (Ballantine, 2001: 1). Kajian sosiologi pendidikan menekankan pada implikasi dan akibat sosial dari pendidikan dan memandang masalah- masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik, dan ekonomisnya bagi masyarakat (Karsidi, 2007: 1). Lebih lanjut, Karsidi mengemukakan bahwa apabila psikologi pendidikan memandang gejala-gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat.

description

Perspektif-perspektif terhadap sekolah

Transcript of Chapter 1

Page 1: Chapter 1

Sociology of Education: A Unique Perspective on Schools

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu proses sepanjang hayat.Proses tersebut diawali

sejak lahir hingga mati. Pendidikan ada di seluruh masyarakat dan mengambil

segala macam bentuk dari apa yang dinamakan sekolah atau pembelajaran dengan

pengalaman hingga pembelajaran dalam lembaga formal, dari masyarakat industri

maju hingga masyarakat non industri, dari pedesaan hingga perkotaan, dan dari

anak-anak hingga orang tua (Ballantine, 2001: 1).

Kajian sosiologi pendidikan menekankan pada implikasi dan akibat sosial

dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas

lingkup sosial kebudayaan, politik, dan ekonomisnya bagi masyarakat (Karsidi,

2007: 1). Lebih lanjut, Karsidi mengemukakan bahwa apabila psikologi pendidikan

memandang gejala-gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan

pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan sebagai bagian

dari struktur sosial masyarakat.

Dilihat dari objek penyelidikannya, sosiologi pendidikan adalah bagian dari

ilmu sosial, terutama sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga

merupakan bagian dari kelompok ilmu sosial (Ballantine, 2001: 1). Berdasarkan

penjelasan tersebut di atas, maka kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan dapat

digambarkan secara skematis ke dalam bagan sebagai berikut:

Page 2: Chapter 1

Gambar 1 Sosiologi Pendidikan dalam Kelompok Ilmu-ilmu Sosial(Sumber: Karsidi, 2007: 2)

Sosiologi sebagai ilmu sudah memiliki lapangan penyelidikan, sudut

pandang, metode, dan susunan pengetahuan yang jelas. Objek penelitiannya adalah

tingkah laku manusia dan kelompok (Karsidi, 2007: 2). Lebih lanjut, Karsidi

menjelaskan bahwa sudut pandangnya adalah memandang hakikat masyarakat,

kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuannya terdiri

atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial,

kebudayaan dan perkembangan pribadi.

Objek penelitian sosilogi pendidikan adalah tingkah laku sosial, yaitu

tingkah laku manusia dan institusi sosial yang terkait dengan pendidikan

(Ballantine, 2001: 2). Sebagaimana dalam terminologi sosiologi, sosiologi

pendidikan berbicara mengenai pandangan tentang kelas, sekolah, keluarga,

masyarakat desa, kelompok-kelompok masyarakat, dan lain sebagainya yang

masing-masing terangkum dalam wilayah suatu sistem sosial (Karsidi, 2007: 3).

1

SosiologiPendidikan

Ilmu PendidikanSosiologi

Kelompok Ilmu Sosial

Page 3: Chapter 1

Sistem sosial merupakan suatu kesatuan integral yang mendapat pengaruh

dari: 1) sistem sosial yang lain; 2) lingkungan alam; 3) sifat-sifat fisik dari manusia;

dan 4) karakter mental penghuninya. Selaras dengan pandangan tentang sosiologi

pendidikan tersebut di atas, Payne (dalam Salim, 2002: 4) mengemukakan bahwa

dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial dan proses sosial terdapat

hubungan yang saling kait-mengait di mana di dalam interaksi sosial tersebut

individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya.

Mengacu pada latar belakang di atas, tulisan ini membahas mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan ilmu sosiologi pendidikan. Adapun permasalahan yang

dibahas adalah sebagai berikut: 1) apa saja lingkup cakupan bidang sosiologi

pendidikan?; 2) bagaimana pendekatan-pendekatan teoretis yang digunakan dalam

sosiologi pendidikan?; 3) Bagaimana metode yang digunakan dalam sosiologi

pendidikan?; dan 4) Bagaimana pendekatan sistem terbuka yang digunakan dalam

mengkaji masalah pendidikan?

B. Pembahasan

1. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan

Bidang cakupan sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok

sebagai berikut (Ballantine, 2001: 2-5): a) Hubungan sistem pendidikan dengan

aspek-aspek lain dalam masyarakat; b) Hubungan antarmanusia di dalam sekolah; c)

Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/

lembaga pendidikan; dan d) Lembaga pendidikan dalam masyarakat.

a. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat.

1) Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial;

2

Page 4: Chapter 1

2) Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem

kekuasaan;

3) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan;

4) Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau

usaha mempertahankan status quo; dan

5) Fungsi sistem pendidikan formal berkaitan dengan kelompok rasial, kultural,

dan sebagainya.

b. Hubungan antarmanusia di dalam sekolah. Cakupan ini cenderung menganalisis

struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki karakter berbeda dengan relasi

sosial di dalam masyarakat luar sekolah, yaitu antara lain:

1) Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan

di luar sekolah; dan

2) Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain

meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dam pola

kepemimpinan informal sebagaimana terdapat dalam clique serta kelompok-

kelompok murid lainnya.

c. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/

lembaga pendidikan.

1) Peranan sosial guru-guru/ tenaga pendidikan;

2) Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidikan;

3) Pengaruh kepribadian guru/ tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak/

peserta didik; dan

4) Fungsi sekolah/ lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/ peserta didik.

3

Page 5: Chapter 1

d. Lembaga Pendidikan dalam Masyarakat. Dalam cakupan ini dianalisis

mengenai pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan

kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah/

lembaga pendidikan. Hal-hal yang tercakup dalam wilayah ini antara lain

meliputi:

1) Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/ lembaga pendidikan;

2) Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem-sistem sosial dalam

masyarakat luar sekolah;

3) Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan; dan

4) Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan dengan

organisasi sekolah.

Menurut Ballantine (2001: 3) dikatakan bahwa ahli sosiologi

mempelajari tentang orang di dalam berbagai situasi. Dalam kerangka kerja ini,

ada beberapa kekhususan yang dapat dikelompokkan ke dalam kajian-kajian

tentang lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat, kajian tentang proses-

proses sosial, dan kajian tentang situasi-situasi yang ada di dalam kelompok lain

yang terkait. Lebih lanjut, Ballantine (2001: 2) mengemukakan bahwa struktur

masyarakat diwakili oleh enam lembaga utama yang merupakan bidang kajian

dalam sosiologi, yaitu: keluarga, agama, pendidikan, politik, ekonomi, dan

kesehatan. Sedangkan organisasi formal yang kompleks, seperti sekolah

merupakan bagian dari lembaga struktural yang ada di dalam masyarakat.

Proses merupakan tindakan sebagian dari masyarakat yang menjadikan

struktur tersebut hidup. Melalui proses sosialisasi, orang akan belajar tentang

4

Page 6: Chapter 1

peranan apa yang mereka harapkan. Proses stratifikasi menentukan di mana

orang akan menempatkan diri dalam struktur sosial sesuai dengan kondisinya.

2. Pendekatan-pendekatan Teoretis yang Digunakan dalam Sosiologi

Pendidikan

Sosiologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang cukup baru. Pada setengah

abad yang lalu, penekanan diberikan pada pendidikan sebagai suatu lembaga yang

bersifat unik dan merupakan suatu bidang kajian yang bersifat objektif. Dalam masa

itu, kajian difokuskan pada permasalahan sosial di mana pendidikan memainkan

peranan penting, seperti peranan sekolah dalam memberikan peluang bagi kaum

miskin untuk meningkatkan status ekonomi mereka, sistem nilai yang terus menerus

diperdebatkan mengenai apa yang harus diajarkan di sekolah, asimilasi kaum

imigran, dan peranan pendidikan dalam mendorong persamaan (Ballantine, 2001:

6).

Pada abad ke dua puluh satu, karya-karya dalam sosiologi pendidikan dapat

dikelompokkan ke dalam tingkat analisis (levels of analysis) yang berbeda, yaitu

dari tingkatan makro seperti pendidikan sebagai suatu lembaga kemasyarakatan,

hingga ke level mikro tentang interaksi di dalam ruangan kelas (Ballantine, 2001: 6).

Pendekatan teoretis yang digunakan tersebut dapat membantu untuk menentukan

permasalahan yang harus dijawab oleh para peneliti.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam sosiologi pendidikan.

Pendekatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1) teori fungsionalis; 2) teori

konflik; dan 3) teori interaksi dan interpretatif (Ballantine, 2001: 6). Dua pendekatan

yang pertama berfokus pada pandangan-pandangan yang berbeda mengenai

5

Page 7: Chapter 1

bagaimana cara masyarakat bekerja. Sedangkan pandangan yang ketiga berkaitan

dengan interaksi-interaksi dalam situasi-situasi sosial, Ketiga pendekatan tersebut

juga berfokus pada tingkat analisis yang berbeda. Pendekatan fungsional dan konflik

cenderung berkaitan dengan pandangan analisis tentang hubungan-hubungan sosial

dan kultur sekolah tingkat makro; sedangkan pendekatan interaksi lebih berfokus

pada interaksi skala mikro antara individu dengan kelompok-kelompok kecil

(Ballantine, 2001: 7).

a. Teori Fungsionalis

Salah satu pendekatan teoretis utama dalam sosiologi adalah teori

fungsionalisme. Teori ini juga sering disebut sebagai teori fungsionalisme struktural,

konsensus, atau ekuilibrium. Pendekatan ini diawali dengan adanya asumsi bahwa

masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat, seperti

pendidikan, terbentuk dari bagian-bagian yang saling tergantung dan saling bekerja

sama satu sama lain, yang masing-masing saling berkontribusi memberikan aktivitas

yang diperlukan bagi berfungsinya masyarakat secara keseluruhan (Ballantine,

2001: 7).

Pendekatan fungsionalisme sering disamakan dengan berfungsinya tubuh

manusia secara biologis. Masing-masing bagian memainkan suatu peranan penting

dalam sistem keseluruhan dan saling tergantung satu sama lain untuk dapat bertahan

hidup.

Tokoh utama dalam pendekatan ini adalah Emile Durkheim (1858 – 1917)

seorang profesor pedagogy dari Universitas Sorbonne, Perancis. Menurut Durkheim

(dalam Ballantine, 2001: 8) dikatakan bahwa pentingnya pendidikan adalah dalam

6

Page 8: Chapter 1

menciptakan nilai-nilai moral sebagai landasan dalam masyarakat. Secara lengkap

Durkheim menulis sebagai berikut:

“Education is the influence excercised by adult generations on those that are not yet ready for social life. Its object is to arouse and to develop in the child a certain number of physical, intellectual and moral states which are demanded of him by both the political society as a whole and the special milieu for which he is specifically destined.”

Menurut Durkheim dikatakan bahwa pendidikan merupakan pengaruh yang

dilatih oleh generasi dewasa kepada mereka yang belum siap untuk menjalani

kehidupan sosial. Tujuannya adalah untuk membangun dan mengembangkan

sejumlah kondisi fisik, intelektual, dan moral yang diharapkan oleh masyarakat dan

lingkungan tertentu di mana ia secara khusus ditakdirkan untuk berada di dalamnya.

Teori fungsionalisme saat ini memandang bahwa fungsi utama sekolah

adalah sebagai pemberi pengetahuan dan perilaku yang diperlukan untuk

memelihara tatanan yang ada di dalam masyarakat (Ballantine, 2001: 9). Para ahli

teori fungsionalisme memandang lembaga sebagai bagian dari masyarakat secara

keseluruhan atau bagian dari sistem sosial. Bagian-bagian dari sistem tersebut

dibahas dalam hal fungsi mereka di dalam sistem secara keseluruhan. Tingkat saling

ketergantungan antar bagian di dalam sistem tersebut berkaitan dengan tingkat

integrasi yang ada di antara bagian-bagian tersebut. Nilai-nilai yang digunakan

bersama antar anggota kelompok atau konsensus merupakan komponen penting

yang ada di dalam sistem tersebut.

Kelemahan dari teori fungsionalisme menurut beberapa ahli fungsionalisme

adalah sebagai berikut: 1) teori ini gagal untuk mengenali sejumlah kepentingan

yang divergen, ideologi, dan konflik kepentingan kelompok (Hurn , 1993: 50 - 55);

7

Page 9: Chapter 1

2) teori ini menghadapi kesulitan dalam menganalisis interaksi-interaksi yang ada di

dalamnya, seperti dinamika yang ada di dalam ruangan kelas, yaitu hubungan antara

guru dengan siswa dan siswa dengan siswa (Karabel dan Halsey, 1977: 11).

b. Teori Konflik

Teori konflik berangkat dari asumsi awal tentang adanya suatu ketegangan

di dalam masyarakat dan bagian-bagiannya yang tercipta karena adanya kepentingan

yang saling bertentangan dari individu dan kelompok. Teori ini dilandasi dari tulisan

Karl Marx dan Max Weber tentang teori konflik.

Marx mendasari teori konflik dari kondisi sosial para pekerja yang

dieksploitasi di dalam sistem kelas sebagai akibat dari kapitalisme. Marx

menyatakan bahwa kelompok-kelompok masyarakat yang bertentangan, yaitu

kelompok masyarakat ‘kaya’ dan ‘miskin’ berada dalam suatu kondisi ketegangan

yang konstan yang kemungkinan dapat menimbulkan pertentangan. Kelompok

‘kaya’ mengendalikan kekuasaan, kekayaan, barang-barang materi, privilese

(termasuk akses terhadap pendidikan yang terbaik), serta pengaruh; sedangkan

kelompok kaum ‘miskin’ menyajikan suatu tantangan yang bersifat konstan karena

mereka terus berusaha mendapatkan suatu bagian yang lebih besar dari kemakmuran

masyarakat. Pertentangan untuk merebut kekuasaan tersebut membantu menentukan

struktur dan berfungsinya organisasi dan hirarkhi yang muncul sebagai akibat dari

hubungan kekuasaan.

c. Teori Interaksi dan Interpretatif

Teori interaksi dan interpretatif berfokus pada interaksi individu dengan

yang lain. Individu saling berbagi suatu kebudayaan dan mau menginterpretasikan

8

Page 10: Chapter 1

dan menentukan beberapa situasi sosial dengan cara yang sama karena adanya

sosialisasi, pengalaman, dan ekspektasi yang sama. Teori ini berakar dari karya

Mead dan Cooley tentang perkembangan diri melalui interaksi sosial baik di dalam

sekolah maupun situasi lainnya.

Dua teori tentang interaksi yang bermanfaat dalam sosiologi pendidikan

adalah teori labeling dan teori pertukaran. Teori labeling mempunyai proposisi

dasar bahwa perilaku menyimpang mempunyai karakteristik dari suatu transaksi

antara orang yang menyimpang dengan yang lain. Istilah lain untuk teori ini adalah

teori transaksional (Becker, 1952: 471). Perilaku tertentu adalah menyimpang

karena perilaku tersebut didefinisikan demikian oleh kelompok dalam masyarakat,

terutama oleh kelompok yang mempunyai kekuatan untuk menentukan bahwa

definisi yang mereka berikan mempunyai bobot.

Teori pertukaran didasarkan pada asumsi bahwa terdapat biaya dan

penghargaan yang ada di dalam interaksi. Interaksi timbal balik akan mengikat

individu maupun kelompok dengan adanya kewajiban (Bernstein, 1990).

3. Metode-Metode yang Digunakan dalam Sosiologi Pendidikan

Sebelum tahun 1950 beberapa penelitian pendidikan menggunakan standar-

standar dan ukuran yang bersifat objektif. Kemudian secara bertahap penekanan

mulai bergeser ke arah penelitian yang bersifat empiris. Beberapa metode yang

digunakan dalam penelitian sosiologi pendidikan antara lain adalah: observasi

partisipasi, survei, analisis sekunder, penelitian laboratorium terkontrol, dan studi

kasus. Untuk menentukan teknik yang digunakan, peneliti harus menentukan

permasalahan yang hendak dikaji dan menentukan tingkat analisis dan sumber

9

Page 11: Chapter 1

informasi yang ada yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dikaji

tersebut.

4. Pendekatan Sistem Terbuka

Pendekatan sistem terbuka memberikan suatu cara yang bermanfaat dalam

memvisualisasikan berbagai elemen yang ada di dalam sistem tersebut. Model ini

menunjukkan bagian-bagian komponen dari suatu sistem keseluruhan. Model ini

dapat membantu dalam menyusun observasi dan data serta mewakili suatu

gambaran umum mengenai elemen-elemen yang saling berinteraksi.

Teori sistem terbuka memandang suatu organisasi sebagai suatu rangkaian

yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait satu sama lain dan berinteraksi

dengan lingkungan sama seperti layaknya makhluk hidup (Hanson, 1996: 7).

Model sistem persekolahan menurut Olsen (dalam Ballantine, 2001: 18)

digambarkan ke dalam bagan berikut:

Gambar 2 Model Sistem Persekolahan

Gambar tersebut di atas menunjukkan komponen-komponen dasar setiap

sistem sosial.

10

Input OutputORGANISASI:

Struktur dan Proses

143

2LINGKUNGAN

5UMPAN BALIK

Page 12: Chapter 1

C. Penutup

Berdasarkan pembahasan di atas, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

Bidang cakupan sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok

sebagai berikut: a) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam

masyarakat; b) Hubungan antarmanusia di dalam sekolah; c) Pengaruh sekolah

terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/ lembaga pendidikan; dan

d) Lembaga pendidikan dalam masyarakat.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam sosiologi pendidikan.

Pendekatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1) teori fungsionalis; 2) teori

konflik; dan 3) teori interaksi dan interpretatif. Dua pendekatan yang pertama

berfokus pada pandangan-pandangan yang berbeda mengenai bagaimana cara

masyarakat bekerja. Sedangkan pandangan yang ketiga berkaitan dengan interaksi-

interaksi dalam situasi-situasi sosial.

Teori fungsionalisme diawali dengan adanya asumsi bahwa masyarakat dan

lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat, seperti pendidikan, terbentuk dari

bagian-bagian yang saling tergantung dan saling bekerja sama satu sama lain, yang

masing-masing saling berkontribusi memberikan aktivitas yang diperlukan bagi

berfungsinya masyarakat secara keseluruhan. Tokoh utamanya adalah Emile

Durkheim.

Teori konflik berangkat dari asumsi awal tentang adanya suatu ketegangan

di dalam masyarakat dan bagian-bagiannya yang tercipta karena adanya kepentingan

yang saling bertentangan dari individu dan kelompok. Teori ini dilandasi dari tulisan

Karl Marx dan Max Weber tentang teori konflik.

11

Page 13: Chapter 1

Teori interaksi dan interpretatif berfokus pada interaksi individu dengan

yang lain. Individu saling berbagi suatu kebudayaan dan mau menginterpretasikan

dan menentukan beberapa situasi sosial dengan cara yang sama karena adanya

sosialisasi, pengalaman, dan ekspektasi yang sama. Teori ini berakar dari karya

Mead dan Cooley tentang perkembangan diri melalui interaksi sosial baik di dalam

sekolah maupun situasi lainnya. Dua teori tentang interaksi yang bermanfaat dalam

sosiologi pendidikan adalah teori labeling dan teori pertukaran.

Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian sosiologi pendidikan

antara lain adalah: observasi partisipasi, survei, analisis sekunder, penelitian

laboratorium terkontrol, dan studi kasus. Untuk menentukan teknik yang digunakan,

peneliti harus menentukan permasalahan yang hendak dikaji dan menentukan

tingkat analisis dan sumber informasi yang ada yang berkaitan dengan permasalahan

yang hendak dikaji tersebut.

Teori sistem terbuka memandang suatu organisasi sebagai suatu rangkaian

yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait satu sama lain dan berinteraksi

dengan lingkungan sama seperti layaknya makhluk hidup.

12

Page 14: Chapter 1

Daftar Pustaka

Ballantine, Jeanne H., 2001. The Sociology of Education: A Systematic Approach. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Becker, Howard S. 1952. “The Career of Chicago Public Schoolteachers”. American Journal of Sociology Vol. 57, 1952, pp: 470 – 477, http://www.proquest.umi.com diakses pada 3 Juni 2010.

Bernstein, Basil. 1990. Class, Codes, and Control: Vol 4. The Structuring of Pedagogic Discourse. London: Routledge.

Hanson, E. Mark. 1996. Educational Administration and Organizational Behavior. Boston: Alyn and Bacon.

Hurn, Christopher. 1993. The Limits and Possibilities of Schooling: An Introduction to Sociology of Education 3rd Edition. New York: Holt and Rinehart, Inc.

Karabel, Jerome and A. H. Halsey. 1977. Power and Ideology in Education. New York: Oxford University Press.

Karsidi, Ravik. 2007. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press.

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial; Sketsa, Teori dan Refleksi Metodologi Kasus di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.

13