Cerpen Jakarta

download Cerpen Jakarta

of 4

Transcript of Cerpen Jakarta

  • 7/21/2019 Cerpen Jakarta

    1/4

    Cerpen Jakarta

    J A K A R T A

    Totilawati Tjitrawasita

    Ketika penjaga menyodorkan buku tamu, hatinya tersentil. Alangkah anehnya,

    mengunjungi adik sendiri harus mendaftar, padahal seingatnya, dia bukan dokter. Sambilmemegang buku itu dipandangnya penjaga itu dengan hati-hati, kemudian pelan dia bertanya,

    Semua harus mengisi buku ini Sekalipun saudara atau ayahnya, umpamanya!

    "ang ditanya hanya mengangguk, menyodorkan bolpoin. Silakan tulis# nama, alamat,

    dan keperluan,! katanya. Tiba-tiba timbul keinginannya untuk berolok-olok. Sambil menahan keta$a ditulisnya di

    situ# nama# Soeharto %bukan &residen'. Keperluan# urusan keluarga.

    (ukup! katanya sambil menunjukkan apa yang ditulisnya kepada penjaga. )elu*on,lelu*on!. Katanya berulang-ulang sambil menepuk-nepuk punggung penjaga yang terlongok-

    longok heran.+ia tahu, siapa saya! ujarnya menjelaskan.Tanda tangannya belum, Tuan. +an alamatnya!

    etul juga, ada gunanya juga menjelaskan identitasnya agar tuan rumah tahu dan

    memberikan sambutan yang hangat atas kedatangannya. aka ditulisnya di ba$ah tanda tan-

    gannya, lengkap# aluyo A/0T00T0. /ama keluarganya sengaja dibikin kapital semua,diberi garis tebal di ba$ahnya. Sekali lagi dia tersenyum, rasa bangga terukir di $ajahnya.

    egini! tanyanya seperti meminta pertimbangan penjaga.

    Terbayang adik misannya tergopoh-gopoh membuka pintu, lalu menyerbunya dengansegala rasa rindu, sambil melempar ma*am-ma*am pertanyaan kepadanya, agaimana 1mbok,

    apak Tinah, anaknya sudah berapa! Kemudian dilihatnya diri sendiri menepuki punggung

    adiknya dan dengan suara dan gaya orang tua dia bilang, Sehat. Semua sehat. +an mereka kirimsalam rindu kepadamu.!

    Ketika pintu berderit ia tersentak dari lamunannya, dan di saat berdiri hendak menyambut

    adik misannya, ternyata yang keluar bukan dia 2 tapi si penjaga. agaimana! tanyanya tak sabar.

    +uduklah Tuan, duduk saja. &ak Jenderal sedang ada tamu. Tapi saya lihat &ak Jenderal

    heran melihat nama apak di situ.!

    endengar itu dia tersenyum, lalu duduk kembali di kursi. +itepuk-tepuknya debu yangmelekat di *elananya, lantas diambilnya slepi dari sakunya.

    oleh merokok!! tanyanya minta i3in.

    Silakan, silakan,! kata si penjaga dengan ramah. Sikap tamu itu memang merapatkan

    rasa persaudaraan. +ita$arkannya rokok ke ujung hidung si penjaga, au Silakan lho4! yang dija$ab dengan gelengan kepala dan goyangan tangan oleh si

    penjaga. aiklah, tapi jangan panggil saya Tuan, ah. Saya bukan Tuan. 0rang a$am, sama seperti

    Saudara. /ama saya aluyo. 0rang-orang memanggilku 5&ak &ong6. )ihat saja nanti, &ak

    Jenderalmu pasti memanggil aku dengan 5&ak &ong6, 5&ak &ong6 terlalu banyak makan

    singkong, kalau rakus dikasih teletong. 0oh, sejak ke*il kami memang suka berolok-olok.! +iaterta$a lebar, terkenang masa ke*ilnya, ber*anda di atas punggung kerbau. Si penjaga sempat

    men*atat# gigi tamunya ompong semua.

    Tuan, 1h &ak &ong, petani! ujarnya ragu-ragu, takut kalau menyinggung perasaan. &etani Apa potongan saya petani ukan4 Tapi $aktu remaja memang kami suka

    pen*ak silat. Rupanya meninggalkan bekas juga, pada potongan tubuhku. Atau karena bajumodel *ina ini ya Saya, guru S+ di +esa /ggesi. Sekolah ini telah menghasilkan orang-orangbesar. urid saya yang pertama sekolah sudah Kapten, ada juga yang insinyur. +an &ak

    Jenderalmu, murid yang paling jempolan. 0taknya tajam sekali,! katanya sambil menga*ungkan

    ibu jari ke atas, memuji kepandaian adik misannya.

    el yang mendadak menjerit tiga kali menghentikan dongengnya. Tampak olehnyapenjaga itu berdiri dengan tergesa-gesa sambil berkata, Tunggu sebentar, mungkin apak sudah

    diperlukan.!

    +ia melongo, +iperlukan! +iperlukan! ujarnya di dalam hati, tidak mengerti. +isedotnyarokoknya dalam-dalam, asapnya ditiupkan ke atas. Terbayang kembali di depan matanya &aijo

    yang kurus kering, makan satu meja, tidur sepembaringan, adik misannya sendiri. &ernah ada

  • 7/21/2019 Cerpen Jakarta

    2/4

    bisul di pantatnya, lantas ditumbukkan daun ke*ubung untuk obat. aktu tubuh yang kering itu

    disergap kudis, dia bersepeda sepanjang limapuluh kilometer untuk beli obat ke kota buatadiknya itu. &agi dan sore menggerus belerang, merebus air dan merendam &aijo pada kemaron

    yang besar. Tiga puluh lima tahun yang lalu, itu, ketika semua masih anak-anak.

    &ak &ong mau minum apa! Seperti tadi, si penjaganyelonongduduk dan menegurnya,

    membubarkan angan-angan masa silamnya. &ak Jenderal bilang saya harus menemani apak,sebab &ak Jenderal lagi sibuk. Sebentar lagi ada tamu istime$a, &ak enteri. inumnya apa,

    &ak Jui*e (o*a (ola!

    Apa saja, boleh. Kopi kalau ada,! ujarnya merendah. Aih, Jakarta panas, kenapa kopi Tapi apa apak Saudaranya &ak Jenderal! ujar

    penjaga sambil menyorongkan *angkir ke depan tamunya.

    "a, kakak sepupu. Sejak ke*il dia yatim piatu. 7bu bapaknya meninggal kena $abahkolera. +ia dua saudara, adik perempuannya bernama Tinah. )antas keduanya diambil oleh

    orangtua kami, dibesarkan dalam kandang yang sama, di /ggesi. Kami memang keluarga petani,

    tapi dia agak lain, otaknya luar biasa. Sejak ke*il dia sudah menunjukkan bakatnya, selalu saja

    dibuatnya hal-hal yang mengagumkan. Karenanya kami semua bersepakat untuk mengirimnyake kota, sekolah. aktu itu kami menjual sapi dan padi untuk ongkos-ongkosnya. )antas saya

    $aktu sudah jadi guru, saya kirimkan seluruh gaji untuk biayanya, sebab di desa kami kan bisa

    makan apa saja 2. 0oh, apa itu &ak enteri! tiba-tiba dia menghentikan *eritanya, menunjukke jalan.

    Seperti disengat lebah, penjaga yang di dekatnya melon*at bangun, setengah berlari

    menyambut tamu yang baru datang dan bergemetaran ketika membukakan pintu mobilnya. )angsung saja, &ak,! kata si penjaga sambil mengantar &ak enteri ke ruang tamu di

    dalam.

    +ia duduk saja di situ, ter*enung-*enung. +i*atatnya kejadian itu dalam hati# tamunya&aijo, enteri8 langsung bertemu tanpa menunggu. )antas dihitung-hitung sudah berapa tahun

    mereka tidak saling ketemu. Apa &aijo juga gemuk seperti enteri itu Tiba-tiba sema*am

    kerinduan naik men*ekam naik ke dadanya# +ia ingin melihat adiknya4 Serasa hendak

    diterjangnya tembok yang ada di hadapannya. Karena gelisah dia berdiri, berjalan ke arah pintu. Ketika tangannya menyentuh grendel, pintu terdorong dari dalam. +an seseorang mun*ul

    di depannya# si penjaga4 +engan terta$a terkekeh-kekeh ditepuk-tepuknya bahu &ak &ong yang

    tua.Kabar baik, &ak, kabar baik. ereka berdua $ajahnya *erah-*erah. enteri itu banyak

    duit, alamat saya kebagian rejeki. 0o, jadi &ak &ong ini kakak misan &ak Jenderal, ya etul

    mirip memang, dan &ak Jenderal selalu bangga pada keluarganya. +alam pidato-pidatonya selaludisebut-sebutnya# anak desa, penderitaan rakyat, dan perjuangan mela$an elanda,! kata

    penjaga itu men*oba mengingat-ingat kembali apa yang pernah diu*apkan oleh Jenderalnya,

    kepada tamunya.

    "a, betul. Rumah kami pernah dijadikan markas, $aktu 3aman gerilya. asih lama ya,&ak enteri itu! katanya tak sabar lagi.

    Tidak4 asal apak Jenderal mau teken, biasanya urusan selesai. inumnya ditambah

    lagi ya, &ak! +ia menggeleng lesu, dalam hati diumpatnya enteri dan tamu-tamu yang antri di situ,

    merebut $aktu adiknya.

    Karena badan dan pikirannya terlalu *apek, dia mengantuk di situ. Si penjaga tidakmengganggunya, dibiarkan saja tamunya tersandar lemas di kursinya. 1ntah berapa lama dia

    dalam keadaan sema*am itu, dia sendiri tak menyadarinya8 tiba-tiba didengarnya kembali bel

    tiga kali. Si penjaga menggon*ang-gon*ang bahunya. 9iliran untuk &ak &ong. ari, saya antarkan 2.! Ada keramahan yang tulus terlempar

    dari mulut si penjaga. ibirnya menyunggingkan senyum, ikut merasa bahagia. aktu pintu

    ternganga lebar, dia ter*enung di depannya. atanya bergerak ke sana ke mari menatapi apa sajayang dilihatnya. Ruangan itu bagus sekali. :a$a dingin menyentuh kulitnya. Ada kesegaran didalamnya. +i tengah-tengah barang-barang yang serba megah, duduk laki-laki jangkung,

    memakai ke*amata hitam. etulkah itu &aijo

    "a, dia tidak salah# ada tahi lalat di pipinya. aka dia pun menyerbu ke dalam, laludihamburkan kerinduannya, 2 Jo 2,! teriaknya nyaring. Ketika hendak dirangkulnya laki-laki

    yang duduk di belakang meja, dia mendadak menghentikan langkahnya, sebab laki-laki itu

    bukannya berdiri tetapi tetap saja duduk di kursi. )aki-laki jangkung itu melepaskanke*amatanya pelan-pelan, lalu mengulurkan tangannya.

  • 7/21/2019 Cerpen Jakarta

    3/4

    :allo, &ak &ong, apa kabar Saya senang bertemu kakak di sini agaimana 7bu, apak

    dan +ik Tinah!, ujarnya, datar tanpa emosi. )aki-laki yang bernama &ak &ong itu hanya melompong.

    Kakak, 7bu, +ik Tinah! dia sempat men*atat kata-kata baru. ukankah kata-kata itu

    dulu berbunyi, Kakang, simbok, dan gendukku Tinah!

    aik, baik, +ik, semuanya kirim salam rindu padamu,! katanya dengan latah, dik!nyaterasa kaku di lidah. +ulu, orang yang ada di depannya itu dipanggilnya dengan lesaja, ketika

    masih sama-sama memandikan kerbau di sungai, tiap sore.

    Kakak tetap saja# penggembira, a$et muda, bajunya potongan (ina.! ereka terta$aberderai-derai. Tapi laki-laki yang bernama &ak &ong menangkap sesuatu yang lain dari $ajah

    adiknya# ketidak$ajaran.

    aka hilanglah kegembiraannya. Kerinduan yang hendak dia tuangkan dalam banyak*erita, berhenti sampai di tenggorokannya. +ia tenggelam dalam keasingan. Terentang batas di

    depannya. Sekalipun tidak diketahuinya bagaimana $ujudnya, tapi dia dapat merasakannya.

    &ada setiap tarikan napas adiknya terbayang ungkapan kegelisahan adik misannya itu, akan

    kehadirannya.Kakak nginapdi mana! tanya laki-laki yang sejak ke*il dia timang-timang itu, mengiris

    hatinya.

    9ambir. 1ngkau sibuk, +ik Ada titipan dari 7bu, kata-katanya menggeletar, ada rasapenasaran yang ditekannya sendiri di dalamnya. +idengarnya sendiri, betapa lu*unya kata 5ibu6

    terlun*ur dari mulutnya. )ebih dari setengah abad dunia ini dihuninya, baru satu kali itu dalam

    hidupnya ia menyebut ibubuat emboknya. +ari 7bu aiklah, nanti saja8 sebentar lagi saya harus rapat di ina 9raha. Kakak

    nginap di 9ambir Kalau begitu, biarlah penjaga mengantarkan kakak ke sana. /anti malam

    Kakak saya tunggu, makan malam di rumah bersama keluarga.! )aki-laki itu berdiri, mengantarkan kakaknya sampai di pintu, memanggil serta

    memberikan aba-aba pada sopir dan si penjaga. Sesudah itu mobil merah punya &ak Jenderal

    melun*ur melintasi kota, *epat seperti kilat.

    9ambir sebelah mana, &ak! ujar sopir di perjalanan. Stasiun4! ja$abnya tenang.

    Stasiun Kiri apa kanannya, &ak! tanya si penjaga, ingin lebih jelas.

    Tidak, di stasiunnya itulah. Jam berapa kereta meninggalkan Jakarta Saya tidak punyafamili di sini, ke*uali dia. Kasihan adikku, repot sekali kelihatannya. Tentu di rumahnya banyak

    tamu, sehingga saya tidak kebagian ruang dan $aktu. Kasihan adikku, seharusnya saya tidak

    mengganggunya,! ujarnya tulus, tanpa prasangka, pelan seperti bi*ara kepada dirinya sendiri. &ak &ong 2!, sapa penjaga itu dengan lirih. Kalau &ak &ong mau, biarlah kita

    bersempit-sempit di gubuk saya. Kereta meninggalkan Jakarta baru besok pagi, jam lima. Ada

    yang jalan sore, tapi kar*isnya sepuluh ribu.!

    )aki-laki yang dipanggil &ak &ong mengulurkan kedua belah tangannya. erekabersalaman dengan hangat, ditempelkan di dada, bersilaturahmi.

    Alhamdulillah. Kamu tidak keberatan, menerima aku satu malam saja!

    &enjaga itu menggeleng lemah, tanpa berbi*ara. :anya saja mata yang menatap sedih pada orangyang duduk di dekatnya itu.

    alam itu, &ak &ong berjalan kaki, keliling kota Jakarta, di temani si penjaga. Kejadian

    siang tadi sama sekali tidak membekas pada $ajahnya, mukanya tetap berseri-seri. +iterimanyakenyataan itu sebagai hal $ajar# adiknya orang besar, sibuk dan banyak a*ara, mengurus negara.

    Setiap kali melihat mobil merah le$at di dekatnya, tanyanya, ukankah itu mobil &aijo

    Jangan-jangan dia menjemput aku Kami memang sudah berjanji, jam tujuh, makan malam.! Si penjaga menepuk-nepuk bahunya, obil merah ratusan, &ak, jumlahnya di sini. +an

    malam ini &ak Jenderal ada di istana, menyambut tamu dari luar negeri.!

    7stana Rumahnya &residen, maksudmu! matanya terbeliak lebar, mengungkapkankeheranan yang besar. "a, rumah &residen. /ah itu, lampu-lampu yang gemerlapan itu night club. Tahu night

    club?tiba-tiba saja si penjaga merasa berarti, lebih pandai daripada tamunya, kakak sepupu

    Jenderalnya.Night club, &ak, pusat kehidupan malam di kota ini. Tempat orang-orang kaya

    membuang duit mereka. )ampunya lima $att, remang-remang8 perempuan-perempuan *antik,

    minuman keras, tari telanjang, dan musik yang gila-gilaan. &endeknya, yahut4! ujar penjagasambil menga*ungkan jempolnya.

  • 7/21/2019 Cerpen Jakarta

    4/4

    )antas, apa yang mereka bikin, di situ! suaranya ter*ekik membayangkan ketakutan

    yang besar. erdansa. er*umbu. iasa, &ak, Jakarta4! ja$ab si penjaga dengan ringan.

    Astaga 2 9usti &angeran, nyuwun pangapura2. +an adikku apa sering ke situ!

    ujarnya lirih, mengandung sedu.

    Tidak ke situ, ke &aprika. Tapi sama saja. alah kar*isnya mahal di sana, enam ribu4!1nam ribu Sama dengan dua bulan gajiku,! keluhnya pelahan.

    )ampu-lampu yang berkilauan terasa menusuk-nusuk matanya, sedangkan kebisingan kota

    menyayat-nyayat hatinya. Samar-samar dia sadari bah$a dia telah kehilangan adiknya# &aijoter*inta4

    &ak &ong yang malang menatap kota dengan dendam di dalam hati. Jakarta,

    kesibukannya, ina 9raha, gedung-gedung itu, 7stana erdeka, night club,mobil merah telahmemisahkan dia dari adiknya.

    +itatapnya bungkusan ke*il titipan emboknya, lalu diberikannya kepada si penjaga,

    ;ntukmu. Kain yang dibatik oleh tangan orang tuaku. +i dalamnya terukir *inta ibu kepada

    anaknya. (oretan tanah kelahiran yang dikirim untuk mengikat tali persaudaraan4!+ua tetes air mata membasahi pipi yang tua, menandai kejadian $aktu itu.