cerpen 25 judul

76
Sebuah Tanda Cinta Yang Tergeletak di Lantai Seorang pria muda tampak berdiri termanggu di hadapan cermin yang menempel di dinding tembok kamar. Triad, demikan nama pemuda itu. Dia tampak rapih sekali dengan celana jeans kecoklatan dan setelan jas abu-abu melapisi kaos biru tanpa ke arah. Sepasang sepatu kulit warna kecoklatan dipilihnya untuk menunjang penampilannya yang walaupun tidak terlampau formal namun tidak juga terlampau casual. Wangi parfum dengan aroma segar khas lelaki menambah kemaskulinnannya di sore yang cerah ini. “Hidupku pasti akan berubah, hidupku pasti akan lebih berwarna sore ini!” Kata pria itu dengan optimisme yang tinggi. Sore ini memang akan menjadi waktu yang paling bersejarah bagi Triad. Sore ini begitu pentingnya di mata pemuda lajang ini. Sore ini menjadi sore yang paling istimewa sepanjang hidupnya. Mungkin karena faktor inilah, Triad mendadak berubah menjadi pria yang fashionable. Dia ingin penampilannya terkesan berbeda dari penampilan sebelumnya. Sayang karena pengetahuannya di bidang mode adalah nol besar, membuatnya kesulitan untuk mendapatkan penampilan terbaik. Beruntung pilihannya yang secara acak itu tidaklah terlalu buruk. Penampilan busananya masih lumayan sedap dipandang. Sebuah kotak mungil yang berisi cincin berlian diambilnya dari dalam laci lemarinya. Dibukanya kotak itu, diamatinya cincin berlian yang berkilau. Triad tersenyum, sepertinya ia sedang membayangkan hal-hal indah yang bakal ia temui nanti. “Karin, aku sudah tak sabar lagi melihat cicin ini berada di jari manismu” Kata Triad berkhayal seorang diri. “Hampir sepuluh tahun aku menunggu peristiwa ini, dan kau akan segera kumiliki” Kembali dia berkata dalam khayalannya sambil memandangi cicin berlian itu. Cincin berlian ini sepertinya memang sengaja dipersiapkan sebagai Tanda Cinta dari Triad untuk seseorang yang paling spesial dalam hidupnya. Kenangan indah Triad tiba-tiba saja muncul kembali dalam pikirannya. Ya, Karina, perempuan yang telah lama menjadikan dirinya narapidana cinta. Karina jugalah yang membuat dirinya

description

cerpen

Transcript of cerpen 25 judul

Page 1: cerpen 25 judul

Sebuah Tanda Cinta Yang Tergeletak di LantaiSeorang pria muda tampak berdiri termanggu di hadapan cermin yang menempel di dinding tembok kamar. Triad, demikan nama pemuda itu. Dia tampak rapih sekali dengan celana jeans kecoklatan dan setelan jas abu-abu melapisi kaos biru tanpa ke arah. Sepasang sepatu kulit warna kecoklatan dipilihnya untuk menunjang penampilannya yang walaupun tidak terlampau formal namun tidak juga terlampau casual. Wangi parfum dengan aroma segar khas lelaki menambah kemaskulinnannya di sore yang cerah ini.

“Hidupku pasti akan berubah, hidupku pasti akan lebih berwarna sore ini!” Kata pria itu dengan optimisme yang tinggi.Sore ini memang akan menjadi waktu yang paling bersejarah bagi Triad. Sore ini begitu pentingnya di mata pemuda lajang ini. Sore ini menjadi sore yang paling istimewa sepanjang hidupnya. Mungkin karena faktor inilah, Triad mendadak berubah menjadi pria yang fashionable. Dia ingin penampilannya terkesan berbeda dari penampilan sebelumnya. Sayang karena pengetahuannya di bidang mode adalah nol besar, membuatnya kesulitan untuk mendapatkan penampilan terbaik. Beruntung pilihannya yang secara acak itu tidaklah terlalu buruk. Penampilan busananya masih lumayan sedap dipandang.

Sebuah kotak mungil yang berisi cincin berlian diambilnya dari dalam laci lemarinya. Dibukanya kotak itu, diamatinya cincin berlian yang berkilau. Triad tersenyum, sepertinya ia sedang membayangkan hal-hal indah yang bakal ia temui nanti.“Karin, aku sudah tak sabar lagi melihat cicin ini berada di jari manismu” Kata Triad berkhayal seorang diri.“Hampir sepuluh tahun aku menunggu peristiwa ini, dan kau akan segera kumiliki” Kembali dia berkata dalam khayalannya sambil memandangi cicin berlian itu. Cincin berlian ini sepertinya memang sengaja dipersiapkan sebagai Tanda Cinta dari Triad untuk seseorang yang paling spesial dalam hidupnya.

Kenangan indah Triad tiba-tiba saja muncul kembali dalam pikirannya. Ya, Karina, perempuan yang telah lama menjadikan dirinya narapidana cinta. Karina jugalah yang membuat dirinya seperti orang yang kehilangan rasionalitas karena terjebak oleh indahnya asmara. Namun Karina jugalah yang membuatnya sempat kehilangan semangat hidup. Karin jugalah yang membuat hidupnya menjadi hampa. Karina memang sempat menoreh luka dalam hati Triad, namun Karina juga yang membuat hidupnya bisa bahagia.

Karina dan Triad sebenarnya adalah dua orang sahabat akrab sejak kecil. Secara kebetulan mereka selalu bersama sejak duduk di bangku sekolah dasar, SMP dan SMA.Persahabatan mereka berdua yang terbina sejak kecil menjadi sedikit terganggu dengan perubahan sikap Triad terhadap Karina. Seiring dengan usianya yang semakin tumbuh menjadi remaja, benih-benih cinta mulai muncul pada diri Triad.Cinta yang terpaksa hanya dipendamnya selama bertahun-tahun karena perbedaan status sosial yang lebar antara dirinya dengan Karina. Triad menyadari Karina bakal berpikir ulang untuk menerima cintanya dengan kondisinya saat itu, dan ia pun tak mau persahabatannya terganggu gara-gara hal ini.

Page 2: cerpen 25 judul

Jurnal MamaPagi ini aku membuka lemari tua ayahku, setelah kepindahan ku kemari, kepindahan kembali tepatnya. Aku belum sempat melihat-lihat rumah tua ini, selain semak belukar di sekeliling rumah yang berencana akan kupotong nanti. Aku masuk dalam rumahku yang telah lama aku tinggalakan, entah kenapa ruang pertama yang ingin aku masuki adalah kamar Mamaku. Aku melihat isi dalam lemari di dalam kamar mama, debu-debu membuat aku tak bisa bernafas dengan baik. Kapan terakhir ayah membersihkan ini? huh, rumah sebagus ini kenapa dibiarkan terbengkalai begitu saja? Dan saat ku tanya alasannya pasti sama, ayah akan teringat mama saat kemari. Tapi mulai tahun ini kuputuskan untuk kemari, tidak peduli pada ayah, aku rindu rumah ini, hal terakhir yang kuingat, adalah saat aku bermain dengan lumpur di halaman belakang dengan Juno. Mungkin dia juga salah satu alasan kenapa aku kembali kemari. aku selalu tersenyum sendiri jika mengingatnya.

Debu dalam lemari itu mulai beranjak turun tertarik gravitasi, dan aku juga mulai bisa melihat bagian dalam lemari itu, beberapa benda-benda lama tertata di dalam lemari itu, ada beberapa baju-baju lama, mungkin itu baju mama. Jika telah kucuci aku ingin memakainya. patung, guci, mawar kering, cincin, buku diary berwarna biru, aku penasaran, apa yang ditulis mama waktu muda?. Kisah cinta yang romantis, kencan pertama, atau bagaimana ayah menyatakan perasaannya. Aku membuka halaman pertama diary itu.

2 juni 1995Sebaris kata-kata itu terlalu memusingkanku.. sejak kapan aku tak bisa mengeja kata inspirasi dengan benar dalam waktu 5 detik? Seorang dokter bilang gejala ini adalah awal dari sebuah penyakit. Tapi penyakit apa yang membuat kita bodoh perlahan-lahan? Mengingatnya aku ingin tertawa. Memang aku pernah menonton sebuah film, dimana tokoh utama yang berusia lebih dari 60 tahun menderita alzeimer, sejenis penyakit kepikunan, yang pada akhirnya dia menjadi bodoh perlahan-lahan, amnesia tahap demi tahap. Tapi bukankah itu hanya sebuah film? Lagi pula aku 24 tahun. Apa yang kupikirkan… aku hanya tak bisa mengeja inspirasi dengan benar, bukankah itu hal biasa? Semua orang pernah mengalami hal yang seperti itu.

7 agustus 1995Akhir-akhir ini aku sering membuat masalah, sebanyak 12 kali dalam seminggu aku mulai sering melupakan sesuatu, meninggalakan kartu ujian di meja belajar, handphone, tugas, uang saku di depan teras, menggunakan sandal saat ke kantor, meninggalkan dispenser yang masih mengalir airnya, atau hal-hal lainnya. Aku benci dengan itu, aku benar-benar pikun melebihi nenekku yang telah berumur lebih dari 60 tahun.. adikku sering mengkhawatirkanku tentang itu. lebih baik dari sebelumnya yang selalu tak acuh padaku. Bebarapa teman memberi saran agar aku sering mencatat jurnal, tapi itu pun aku sering lupa.

Aku menangis membaca jurnal mama ku ini, ada apa? Aku bahkan tak dapat berkomentar saat membacanya. Aku mebisu, pikiranku terpaku dan kini air mataku mengalir, Tuhan jaga ibuku disana. Hanya itu, apa yang harus kulakukan lagi aku tidak tahu. Yang jelas saat ini aku ingin pulang dan minta maaf pada ayahku, lalu memeluknya erat.Mama… I miss you!

Page 3: cerpen 25 judul

PengkhianatHmmmm, pagi yang indah mentari pagi mulai menyinari indahnya dunia ini, kulihat semua orang bersemangat awali hari yang indah ini. Setiap hari adalah hari baru bagiku dengan semangat dan senyuman menjalani hari ini?.

O iya hari ini tanggal 20 ya? Aku jadi inget dengan nathan hmm iya, tebakan yang benar! Dia memang mantanku, mantan yang pernah singgah dalam hatiku, sekaligus laki-laki penghianat yang pernah kutemui.

Dia memang keren, ganteng, sweet dan pengertian tapi yang ku inginkan bukanlah itu tapi kesetiaan. Hanya itu, emm waktu itu aku punya sahabat namanya natalia dia sahabat ku di smp dulu dia yang selalu menemaniku disaat ku susah senang dan duka, sahabat yang selalu ada buat ku tapi dia sahabat yang tak pernah kuduga kebusukkannya. Hari itu tepat tanggal 20 juli 2013 aku akan bikin surprise buat nathan. Kali ini kita bakal anniversary 1 month, ku ajak nathan di sebuah resto tapi saat itu dia tak mau. Dia ingin kalau aku ajak natalia untuk makan bersama tapi tak mungkin ku ajak natalia karena ini kan anniversary hubungan kita, yang first lagi… Mungkin nathan tak tahu kalau aku merencanakan ini spesial buat anniversary hubungan kita. Tapi ya sudahlah aku tak jadi merayakannya dengan yang spesial aku hanya mengirim surat pendek lewat sms “hay nathan.. Pagi ini indah ya? Pasti kamu tak sadar kalau hubungan kita udah 1 bulan aku senang sekali?. Emm semoga hubungan kita semakin langgeng ya aku seneng banget! Morning… Semangat hari ini!” ku kirim pesan pendek itu ke nathan tak lama dia hanya membalas pesanku dengan jawaban yang sangat singkat. Yaitu “oh y!!” apa karena ngirit pulsa ya? Tapi gak mungkin deh! Atau main ps. Sudah gitu doang.. Apa sibuknya coba?. Aku balas smsnya sekali lagi “singkat banget sih?! Esemesnya? Emm, sibuk ya? Oh ya udah deh maaf kalo ganggu!” smsku segeraku kirim lewat hpku yang tak semahal hpnya nathan yang bermerk nokia lumia 720! Wow! Amazing… Memang nathan adalah anak seorang yang cukup kaya. Anak satu-satunya dari keluarga verodena tapi ibu nathan sudah gak ada sejak ia lahir emm, cukup memperhatinkan tapi dia masih banyak yang merawat ada pembantu-pembantunya dan tante lani yang cukup dekat dengan om vero (papa nathan) tapi kulihat selama tante lani dekat dengan om vero, nathan tak pernah suka dan tak pernah respect dengan tante lani atau apa mungkin nathan tak pernah suka apabila ada pengganti mamanya?

Dan sekarang aku sudah kelas xi aku sangat beruntung sekali ku punya sahabat yang sangat baik denganku dan dibalik kebaikannya itu bukan ada kata nikung melainkan kesetiaan.

Cerpen Karangan: Ineke Yulia MargaretaFacebook: Https://www.facebook.com/margaretha.yulia.7nama ku ineke yulia margareta . hobby ku menulis ini salah satu cerpen pertama ku yg ku kirim ke blog ini .. ) semoga kalian suka, maaf kalau jelek aku hanya penulis pemula . btw follow ya twitterku @inekeyuliam_ mention aja kalo ingin difollback GBU

Page 4: cerpen 25 judul

Pelajaran Dari Pengemis TuaKisah dari pengalaman seorang temanku di sekolah. Waktu itu saat pelajaran Bahasa Indonesia, kami diperintahkan untuk menceritakan pengalaman pribadi masing-masing apa saja terserah apa yang mau diceritakan olah kami semua. Saat keesokan harinya tugas itu pun dikumpulkan, dan kami semua juga diperintahkan untuk membacakannya di depan teman-teman semua.

“Tugasnya sudah dikumpulkan semua ini?”. Kata Bu Tika yang merupakan guru Bahasa Indonesia di kelasku bertanya kepada semua murid di dalam kelas itu.“Sudah Bu”. Kami semua serentak menjawab pertanyaan beliau.“Ibu mau kalian membacakan cerita kalian di depan kelas, agar teman-teman kalian tahu tentang pengalaman kalian, dan sebagai nilai tambah dalam pelajaran Ibu kali ini.

Setelah mendengar perintah tersebut kami semua pun akhirnya mempersiapkan diri untuk bercerita di depan kelas, walaupun ada beberapa dari temanku tidak mau maju ke depan karena malu untuk membacakannya. Tapi tetap saja demi penilaian akhirnya mereka maju untuk menceritakan kisah mereka masing-masing.

“Pada suatu hari saya sedang menemani ibu saya berbelanja buah di sebuah toko buah di daerah rumah saya. Hampir rutin saya berbelanja buah disana. Suatu ketika, di sore hari saya berbelanja buah dengan ibu saya, seusai berbelanja akhirnya saya pun pulang bersama Ibu saya. Tapi saat saya menuju ke luar toko buah tersebut, di sudut toko buah itu terlihat seseorang sedang duduk dengan pakaian yang tidak selayaknya dipakai, perawakan yang agak tua tubuhnya terlihat lemah dan kelihatannya matanya itu buta.”

“Pada akhirnya saya berniat untuk sedikit menyedekahkan uang saya, walaupun itu hanya beberapa rupiah sisa kembalian berbelanja buah tadi, karena saya kasihan terhadapnya dengan ikhlas dan mengaharapkan Ridho Allah saya berikanlah di atas mangkok yang ada di depannya. Bayangkan seorang pengemis tua yang buta duduk di pinggir toko hanya untuk mengaharap belas kasihan setiap pengunjung dan orang-orang yang berlalu lalang disana. Dia pun terlihat senang pada pemberian saya, dan saya juga senang bisa memberikan sedikit rejeki terhadapnya. Hal itu selalu saya lakukan saat berbelanja ke toko buah itu.”

“Namun pada suatu hari, dengan rasa terburu-buru saya berbelanja di toko buah itu. Kebetulan ibu saya memerintahkan saya untuk kesana. Dengan rasa terburu-buru setelah melakukan transaksi di dalam toko itu, keluarlah saya tanpa memberikan sedikit rejeki saya yang biasanya saya berikan pada pengemis tua itu. Namun, ketika saya keluar dari sana. Saya mendengar pengemis itu berkata *Bu haji kok tidak memberikan saya uang, kenapa langsung pergi?*. kata-kata itu mebuat saya terheran-heran, bagaimana dia tahu kalau saya berada di tempat itu sementara matanya saja dalam keadaan buta. Akhirnya dari situ saya merasa diri saya tertipu oleh pengemis itu, dan saya pun bergegas pulang dengan perasaan kesal, tidak percaya dan sangat kecewa. Padahal saya sudah mempercayai pada apa yang diderita pengemis itu, dan saya pun menjadikan semua pelajaran atas apa yang saya alami saat itu.”.

“Tamat”.

Page 5: cerpen 25 judul

Kenapa Harus AkuKehidupan itu sungguh suatu misteri. Banyak kejadian yang tak terduga yang terkadang menimpa kita. Itu lah yang aku rasakan, kejadian demi kejadian yang datang membawa kesedihan.

Aku putra sulung di keluargaku. Sebagai seorang anak aku ingin selalu bersama kedua orang tuaku, mereka yang menjaga dan mendidikku sehingga aku menjadi anak yang berbudi baik. Bahkan, dari tahun ke tahun aku selalu menjadi juara kelas, menjadi kebanggaan guru n di puji kesantunanku oleh orang-orang di sekelilingku. Itu semua berkat kedua orang tuaku…

Tapi keadaan berubah ketika aku duduk di kelas 2 smp. prahara rumah tangga yang membuat kedua orang tuaku harus bercerai. Aku tidak lagi bisa merasakan hangatnya keluarga. Rumah yang dulu bagiku adalah sebuah syurga, kini berubah jadi tempat gelap yang membosankan. Tak ada lagi kedamaian yang aku rasa. Tak ada lagi ayah yang dulu selalu mengajariku banyak hal tentang hidup, mengajariku menjadi lelaki yang tangguh. Tak ada lagi ibuku yang dulu selalu mengingatkanku untuk mengerjakan PR, menyiapkan buku sekolah. Tak bisa lagi aku lihat ibuku memasak makanan untukku…Aku kehilangan semua itu yang harusnya masih aku miliki. Dan aku pun harus melanjutkan hidup tanpa orangtuaku. aku memilih tuk tidak ikut ayah atau ibuku, karena saat itu aku kecewa pada keputusan yang mereka ambil. Entah berapa kali aku menangisi nasibku, aku selalu bertanya kenapa harus terjadi padaku?

Banyak yang berubah dariku saat itu, pergaulanku makin bebas, karena yang aku pikirkan saat itu hanya bagaimana aku bisa melupakan masalah keluargaku. Beberapa guru dari sekolahku juga sempat mencariku karena aku menghilang 1 bulan dari sekolah. Mereka memberiku semangat dan dukungan. Sampai aku lulus, aku mendapat tawaran beasiswa tuk melanjutkan sekolahku. Tapi aku menolaknya. Entah apa yang aku pikirkan saat tu.

Hidup luntang lantung kesana kemari, sudah aku jalani. Kerja serabutan ikut siapa saja yang mau membawaku. Rasa rindu pada keluarga sering kali membuatku lemah. Tapi aku belum ingin kembali pada mereka, aku masih ingin memuaskan diri menikmati pilihanku. Sesekali aku mengunjungi ibuku, tapi lebih sering ke ayah aku.

Setelah sore aku pulang dengan hati yang sedikit lega, karena sudah ngantongin uang tuk beli kaki palsu. Tapi aku tidak menceritakan hal ini pada keluargaku. Besoknya aku bawa uang itu ke rumah sakit dan kekurangan biayanya di tanggung oleh donatur.

Ternyata benar, di setiap musibah ada hikmah yang bisa di ambil. Kita harus ikhlas dan bersabar menghadapinya.Aku bisa belajar banyak hal, banyak pengalaman yang aku dapat dari sana. Sekarang, meski fisikku tidak sempurna, aku bisa menjalani hidup seperti biasa. Aku bekerja di sebuah laundry. Walaupun gajiku terbilang di bawah rata-rata, aku tetap bersyukur masih ada orang yang mau memperkerjakan aku. Selalu yakin dan berusaha sekuat tenaga, tak ada yang tak mungkin.

Page 6: cerpen 25 judul

Bintang Lapangan“Awas.. si buntung mau lewat, beri dia jalan teman teman” teriak seorang anak“Hahaha… dasar buntung” lanjutnya sambil tertawaTak bosan bosannya mereka mengejekku, aku memang sudah terbiasa dengan ejekannya. Tapi… kadang aku merasa merasa menyesal di lahirkan dengan keadaan cacat begini. Aku iri dengan mereka yang terlahir dengan kesempurnaan. Mereka bisa berlari kesana kemari sepuasnya, tapi aku? berjalan saja lambat seperti seekor siput.

Namaku Amir, umurku 15 tahun. Aku duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama. Bapak dan Ibuku adalah seorang petani, kehidupan kami bergantung pada lahan itu. Aku sangat ingin kaki palsu… tapi penghasilan orangtuaku yang pas pasan hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari, mana bisa beli kaki palsu? aku harus mememdan mimipiku dalam dalam.

Banyak anak anak di sekolah menjauhiku, alasanya mereka malu berteman denganku. Tapi Lili dan Wandi berbeda, mereka mau menjadi temanku. Dengan di bantu tongkat kayu aku berjalan menuju kelas, “Amir… amir tunggu” sebuah suara yang tak asing lagi, ya Lili memanggilku. Dengan napas terpenggal penggal, Lili berusaha untuk bicara.“Kenapa berlari seperti itu?” tanyaku penasaran“Ah ngga penting, itu… nama kamu ada di daftar pemain Sepak Bola untuk perlombaan bulan depan” katanya dengan napas yang masih terpenggal“Hahaha, kamu memang ahli bergurau” jawabku sambil tertawa“Kamu tidak percaya? ayo ikut aku ke mading sekolah”

Aku pun mengikuti langkahnya Lili menuju ke mading sekolah. Namaku tertera di daftar itu, percaya tidak percaya… ini sepeti bermimpi. Bagaimana aku bermain Sepak bola dengan keadaanku yang seperti ini? Padahal aku tidak pandai bermain sepak bola.

Adzan zuhur menggema di telingaku, aku mengambil air wudhu untuk menenangkan pikiranku yang kalut ini. Setelah melaksanakan sholat, ada kekuatan yang membuatku percaya diri. 1 bulan aku mendapatkan berbagai macam latihan, awalnya terasa sangat sulit… aku mencoba dan terus mencoba. Hari ini perlombaan di mulai.Keringat dingin bercucuran dari tubuhku, kedudukan kami 2 – 2 momen yang sangat menegangkan. Waktu terus berjalan, detik detik terakhir kami mencetak gol dan akhirnya team kami menang. Kami membawa pulang sebuah Piala dan Uang tunai. Kini aku tau, di dunia ini tak ada kata tidak mungkin selama kita masih berjuang.

cerpen Karangan: AmbarniaFacebook: Ambar NiaKritik dan saran bisa lewat @nia_ambar

Page 7: cerpen 25 judul

Gila RamalanMenurut kalian salah gak sih kalau gue itu tergila-gila sama ramalan? Ehm engga kan ya? Perkenalkan gue cika si ratu ramalan. Temen-temen gue ngasih julukan tersebut ke gue karena setiap hari gue selalu baca ramalan yang ada di majalah, dan internet buat mengetahui apa yang akan terjadi di hari-hari yang akan gue lewatin, hehe gimana gue pinter kan? Kata sahabat gue si kikan gue itu gila. astaga masih waras begini dibilang gila. kata kikan gue gak perlu baca-baca ramalan untuk tau apa yang akan terjadi di hari-hari gue. Gue sempet mikir begitu juga sih tapi anehnya tiap gue baca ramalan mengenai kejadian di hari gue, ramalan itu Wow banget kan kikan. Asik asik gak JOMLO lagi.. #ehh…” kikan mulai cemberut. “trus gue mesti bilang apa? Wow, wiw, wew, atau kopral 100x?” “ya ampun kan sebagai sahabat yang baik lu gak perlu kok ngelakuin itu. hihi. Udah dong jangan cemberut gitu, tar jelek ih..” rayu ku. “berarti selama ini gue cantik dong, asek..” kikan tampak bersemangat. Aku terdiam lalu menjawab “engga sih, orang pesek gitu cantik dari mana ya? Ledekku sambil berpikir. “yeee abg labil dasar.. eh cik lo inget gak hari ini kan ada pr mtk?” tanyanya “pr? Inget kok..” aku menjawab tanpa berpikir panjang “trus lu udah ngerjain?” kikan tampak bingung “belum” kataku cuek dan masih membaca majalahnya. “lo gak inget guru mtk kita killer?” aku terdiam dan seketika itu mukaku berubah menjadi panik.. “astaga gue lupa pr mtk, gimana ini gimana. Help help.. kan jangan diem gitu dong gue liat donggg…! plissss” kikan tertawa melihat tingkah ku. Aku menutup majalah dan fokus dengan PR MTK nya. “DASAR LOLA LO CIK. HAHAHA” kikan meledekku. “bahagia kah kau kikan. hufft whatever you say..” aku cemberut..

Jam pulang sekolah tiba tapi rio tak kunjung menemuiku. gue menunggu, menunggu rio menemuiku tapi ia tak kunjung datang. gue cemberut. Mungkin rio benar-benar lebih mementingkan basket dari padaku. gue kecewa dan mulai menangis.. Hari-hari berlalu gue terus membaca ramalan tapi ramalan itu tak terjadi. Apa ramalan marah pada gue? Aneh, gue hampir gila memikirkannya.. gak tau kenapa akhir-akhir ini gue lebih banyak diam dan melamun. Kikan dan rio bahkan heran melihat tingkahku.. “lo kenapa cik? Pasti karena ramalan ya? Gue udah bilang jangan terlalu percaya sama ramalan. Kenapa sih lo gak mau denger ucapan gue.? Kikan terlihat kesal. gue menoleh dan menghentikan lamunan gue. “kenapa ya ramalan gue kok sekarang gak pernah jadi nyata? ada apa ya kan?” aku mulai bersedih. tiba-tiba rio datang. “oh jadi ini yang buat kamu berubah? kamu tuh aneh ya. coba aku mau tanya kamu punya tuhan gak?” rio terlihat kesal. “punya lah!” aku mencoba menahan tangisku.. “siapa tuhan kamu? RAMALAN hah? kamu tuh orang paling bodoh karena percaya sama ramalan!” rio mulai membentakku dan seketika itu aku mulai menangis. “nangis kan, udah sadar kalau kamu bodoh?” rio menertawaiku tanpa memperdulikan perasaanku. kikan hanya terdiam dan mulai berbicara. “udah stop. rio lo gak boleh begitu, harusnya lo bicara baik-baik jangan asal membentak, cika udah berhenti. jangan menangis, lupakan tentang ramalan inget lo masih punya tuhan yang udah ngetakdirin jalan hidup lo.” kikan berusaha menenangkan aku dan rio. “maafin gue ya, gue baru sadar selama ini gue bodoh banget percaya sama ramalan. gue janji gue gak akan percaya sama ramalan lagi.” aku mengusap airmataku dan mencoba tersenyum. “janji?” kikan bertanya dan aku hanya mengangguk. rio menoleh kearahku dan mulai tersenyum..Sejak saat itu gue udah gak percaya ramalan lagi, gue lebih percaya sama tuhan, sahabat dan pacar gue. hidup itu ternyata lebih indah kok kalau kita percaya tuhan bisa ngasih kita kebahagiaan. daripada percaya sama ramalan, itu kan musyrik.

TAMAT

Page 8: cerpen 25 judul

Sebatas TemanWaktu berjalan bagitu cepat. Hingga dalam waktu 5 tahun rasanya sangat sulit untuk melupakan semua masa laluku. Apalagi sosok seseorang yang pernah hadir dalam hidupku.

Pada suatu hari, aku bertemu dengan dia di suatu tempat yang mana pertemuan ini tanpa aku duga sebelumnya.Aku terus memandang ke arah dia, dan terus memperhatikan seakan-akan aku dia tak asing lagi bagiku.“Sepertinya aku pernah lihat laki-laki itu?” sambil terkejut. O iya, itu kan Revan,” jawabku.“Revan… Revan…” aku berteriak memanggil dia dari jauh.Tapi dia tak tahu bahwa saat ini aku bertemu dengannya. Lalu aku mengejar dan mengikuti dia di tengah keramaian orang-orang lalu lalang.“Revan… Revan…” aku terus berteriak memanggil dia hingga akhirnya ia berhenti.“Siapa yang memanggilku?” tanya dia dalam hati.Kemudian dia membalikkan wajahnya ke belakang dan memandangiku.“Revan… Ini aku Dilla. Kamu masih ingat aku?” tanyaku sambil mendekati dia.“Semoga saja kau masih ingat denganku,” kataku.Dengan sedikit berfikir, dia mencoba untuk mengingat sedikit masa lalunya tentang aku.“Oow… iya. Aku ingat,” kata dia sambil terkejut.“Syukurlah kamu masih mengingatku,” kataku.

Di tempat yang teduh, kami mengobrol dan sedikit mengulas tentang pengalaman masa lalu.“Aku minta maaf jika selama ini aku membuatmu kecewa. Aku ingin jika kita hanya sebatas teman saja. Semoga disana ada seseorang yang lebih baik dariku, yang menanti kehadiranmu.”“Aku sudah berusaha untuk melupakan semua masa lalu itu. Bagiku 5 tahun itu sangat sulit untuk melupakanmu. Aku bisa melepasmu, tapi aku masih belum bisa untuk melupakanmu. Tapi jika memang itu keputusanmu, aku sanggup menerima dengan tulus keputusan ini,” kataku sambil meneteskan air mata.“Terima kasih kamu sudah menghargai keputusanku. Bagiku kamulah satu-satunya orang yang terbaik dalam hidupku,” katanya sambil merendah hati.“O ya aku punya kabar untukmu. Mungkin bulan depan aku akan menikah. Menikah dengan seorang gadis yang baru 1 tahun aku kenal. Dia adalah gadis panti asuhan yang dibesarkan oleh keluarga kaya. Suatu saat setelah aku menikah nanti, aku ingin memperkenalkanmu dengannya.”“Baiklah. Semoga saja gadis baik itu benar-benar jodoh untukmu,” kataku bahagia.

Beberapa jam kemudian kami meninggalkan tempat untuk berpisah.Semoga pertemuan yang singkat ini menjadi sesuatu yang berharga dalam hidupku. Aku senang akhirnya dia bisa bahagia atas pilihannya. Sekarang aku baru bisa menyadari kalau ternyata seseorang yang hadir dalam hidupku belum tentu dia menjadi jodoh untukku. Mungkin Tuhan mempertemukan kami hanyalah sebatas teman dan tidak lebih dari itu.

Cerpen Karangan: Nurfi LailaFacebook: Nurfi Laila

Page 9: cerpen 25 judul

Jendela Kaca Kelas iniDuduk di pojok bangku deretan belakang tepat di samping jendela kaca yang tembus pandang langsung menuju kelasnya. Dari sana pula aku mulai mengenal paras cantiknya dari balik jendela kaca kelas ini. Saat yang aku nantikan akhirnya tiba juga, dia keluar meninggalkan kelasnya. Kedua bola mataku langsung tertuju padanya. Entah mengapa jiwaku tiba-tiba berguncang tak karuan kala ku tatap dia berjalan dengan tenang pergi meninggalkan kelasnya. Itu mungkin karena ku pandang bibir tipisnya yang merah dan selalu basah, serta matanya yang indah itu, yang seakan-akan mengajaku tenggelam ke dalam keindahanya.

“Adi tolong perhatikan ibu jika ibu sedang menerangkan!” ucap ibu Eni dengan lantangnya padaku. Kata-kata tersebut seakan memaksaku untuk memalingkan pandanganku dari DIA.“Iya bu!” jawabku sambil menundukan kepala ke arah meja kayu yang penuh akan coretan-coretan yang tak pernah aku ketahui siapa pengarangnya.

Bell istirahat kedua telah berbunyi, bu Eni pun harus terpaksa mengakhiri pelajaran matematikanya kali ini. para siswa ada yang sebagian pergi kelur kelas“Adi kekantin yuk!” ajak Bagus, teman sebangku ku“Ayo..! aku juga lagi haus nih”

Kami pun pergi menuju kantin, saat berjalan menuju kantin tak ku sangka aku akan bertemu dengan dia. Jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang bagaikan genderang perang dan kepalaku seakan di hujani jutaan ton bongkahan es dari kutub utara, kala melihat dia berjalan ke arahku dan dia menatap wajahku. Mataku seakan tak henti-hentinya memandangi paras cantiknya dan rambutnya yang ia biarkan jatuh bergeraian di keningnya yang menambah elok parasnya bagaikan bidadari surgawi yang jatuh ke bumi. Jarak antara dia dan aku semakin dekat mungkin hanya sekitar dua meter saja. Di dalam otak ku sudah terencana untuk menyapanya namun lidahku seakan sudah mencapai titik bekunya, seakan terasa begitu beku dan begitu sulit untuk menyebut namanya dan hanyalah senyum yang dapat aku layangkan padanya sebagai isyarat cintaku padanya. Tak ku duga dia juga melemparkan senyuman padaku sembari berjalan berpapasan dengan tubuhku. Darahku terasa terpompa begitu keras dan mengalir begitu cepatnya dari ujung kaki ke ujung kepala ketika kulihat senyumnya yang manis itu.

Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi tapi pikiranku masih saja tersandera kejadian pada istirahat kedua itu. Seakan senyumnya tadi tak mau lari dari dalam pikiranku. Sudah tiga bulan aku mengagumi dia dari balik jendela kaca kelas ini, melihatnya tertawa riang bersama teman-temanya. Dan selama tiga bulan ini aku hanya tuhu namanya dan kabar tentang orang tuanya yang sangat kaya, itu pun bukan dari hasil dari perkenalanku atau perbincanganku dengan dia, tetapi hasil mencari tahuku dari teman-temanku. Mungkin rasa cinta ini tak akan pernah tersampaikan padanya, jurang ekonomi di antara dia dan aku terpampang begitu dalamnya. balik jendela kaca kelas ini. Karena cinta terkadang memang tak harus memiliki. Maka biarkanlah hanya aku dan jendela kelas ini yang tahu perasan cinta ini.

Cerpen Karangan: Gaddang AriefFacebook: Arief Van Gaddang

Page 10: cerpen 25 judul

Sebelum SenjaAku berjalan dengan sepatu tanpa tali dan terbang menyusuri ladang jagung, teh dan padi yang mulai tunduk menguning. bersama hembusan angin teduh pagi itu. kemudian hinggap di ranting pohon beringin yang amat ridang yang tampak tak di tumbuhi benalu sedikitpun. di bawahnya terdapat aliran air yang mengalir jernih menuju lautan, di telingaku terngiang nyanyian burung burung pagi ikut menyemarakan pagi itu. kemejaku menarikku untuk menjelejah lebih jauh, aku kembali terbang menyusuri hutan lebih dalam dan sampailah di sebuah perkampungan yang asing menurutku, sangat asing. aku susuri rumah rumah penduduk, semua tampak tak beratap, hanya dinding dan lantai yang sudah di tumbuhi lumut.

Aku kembali meneruskan perjalanan, tepat di arah barat ada sesosok wanita muda sedang menimba air di pinggir sumur, di sampingnya terdapat jeligen berukuran besar dan sebuang corong tepat di lubangnya, di sebelahnya lagi ada sekotak bak yang terbuat dari marmer yang di bentuk sedemikian rupa, indah memang sayangnya bak itu kosong, kering, tak berair. aku perhatikan wanita muda itu, ia tarik tali yang terhubung dengan katrol di atasnya, tak lama ember air muncul di hadapannya, ia ambil ember tersebut. dengan seketika ia siramkan air itu ke seluruh tubuhnya, ia basah kuyup. entah sengaja atau tidak ia menoleh ke arah ku, tatapannya kosong. dan ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan jeligen bercorong dan bak marmer itu.

Aku lihat sopir tadi sedikit berbisik kepada salah seorang laki-laki berkumis, mungkin laki-laki itu pemilik toko tersebut. lelaki berkumis mengangguk seakan mengerti, ia berputar putar mengelilingi toko dan menepuk pundak para pegawainya, dan ia mengambil pecut dari lacinya, ia pecut para pegawai yang diam mematung di tempatnya berdiri.

Lelaki berkumis itu naik ke lantai atas dan berbicara dengan suara lantang di balik mimbar. ia berbicara panjang lebar. kemudian ia terdiam dan memandang ke arah langit, ia meninggalkan mimbar dan mengambil koper besar dengan roda yang menahan beban koper. lelaki berkumis itu beranjak masuk ke pesawat yang telah ia booking. dengan serempak para pegawai berjalan seperti robot menuju truk gandengan. lelaki berkumis melambaikan tangan dari jendela pesawat sambil tersenyum ke arah para pegawai, penghuni gubuk, kepada lelaki buncit, dan termasuk kepadaku yang masih tetap duduk di pangkuan kursi rotan para pegawai masing-masing mengambil sekotak kardus dan pergi meninggalkan tempat itu.

Lelaki buncit itu kembali menghidupkan mesin truk dan di jalankan nya, semakin jauh dan menghilanh di telan jarak. di sana hanya terlihat para penghuni gubuk yang masih menjerit-jerit.

Aku beranjak dari tempat dudukku dengan hati bertanya-tanya “ada apa dengan negeri ini?” meninggalkan para panghuni gubuk dan kembali melewati sumur, jeligen bercorong, dan bak marmer juga kakek yang membuang sandal sebelah kirinya dan pohon beringin yang tadi pagi aku hinggapi. aku kembali di waktu senja hari.

Cerpen Karangan: CasperFacebook: Hilman Muhamad Fahlevimaaf saya penulis amatir, ampuni dosa saya bila karya saya semrawut.

Page 11: cerpen 25 judul

Arti SahabatNamaku altha. aku baru saja lulus SD. perkiraanku jadi anak smp itu asik dan seru. setelah hari pertama aku masuk di smp. rasanya sih biasa saja. mungkin karena aku belum terlalu akrab sama teman baruku kali ya.

Waktu istirahat pun tiba. karena aku tidak terlalu akrab aku hanya bisa duduk duduk saja di lapangan sambil memakan makanan yang baru ku beli dari kantin. tidak lama kemudian ada anak cewek yang mengajakku berkenalan, nama nya sekar.

“hay. kok sendiriann sih.?”aku pun menjawabb “hay juga. iya nih aku belum akrab sama teman baruku”“oh iya. kamu suka foto gak?”“suka banget. aku narsis banget kalau di foto.”“hahah kita sehati dong”.

Pada suatu hari, ada cowok ganteng yang bikin sekar jatuh hati. aku sih hanya bisa tersenyum. ternyata cowok yang disukain sekar itu teman SD nya dia. tapi sekar baru punya rasa semenjak di SMP. nama cowoknya adalah kevin.sekar pun pdkt sama si kevin. dan akhirnya mereka pun jadian.tapi sekar sama kevin itu gak berani ngomong berduaan. dan itu bikin sekar ilfil. dan ketika aku dan sekar sedang istirahat. aku melihat anak yang ganteng banget. yang bikin aku suka pada pandangan pertama. namanya riski. dan aku langsung memukul bahu sekar.“gila. tuh anak ganteng banget sih kar.”“maksut kamu si riski?”“ya mana aku tahu kar. aku aja baru lihat dia”“oalahh. aku saranin kamu jangan suka sama dia.”“lah.kok gitu sih kar?”“soalnya aku suka sama si riski”“kok gitu sih kar.? kan kamu udah punya si kevin?”“udah diemm. pokoknya kalau kamu sampai suka sama si riski. kamu gak usah jadi sahabat aku lagi”“lah kok gitu sih kar?” sekar langsung berlari meninggalkan aku

“sekar. dengerin penjelasan aku dulu”“apalagi yang mau dijelasin tha?”“Aku gak akan suka sama si riski kar”“loh emangnya kenapa tha?”“karena aku sayang sama kamu sekar. aku nggak mau kehilangan sahabatku.”“kamu yakin tha?”“yakin lah.!!! aku lebih baik kehilangan riski daripada kehilangan sahabatku kar. masa gara-gara cowok persahabatan kita rusak?”“kamu memang baik banget tha. makasih ya tha.”

Setelah aku minta maaf kepada sekar. semuanya kembali seperti semula. aku seneng banget bisa bersahabat lagi dengan sekar. karena aku gak mau persahabatan rusak hanya gara-gara cowok.

Page 12: cerpen 25 judul

Pertemuan SingkatHari ini hari sabtu, aku mendapat tugas yang menjenuhkan sekali, aku memutuskan untuk keluar rumah sebentar mencari udara segar agar tidak stress, atau mungkin setelah jalan-jalan aku bisa fresh lagi buat ngerjain tugas yang menjenuhkan ini. aku langsung menuju taman komplek di rumah ku dengan mengendarai sepeda lipat ku. Aku duduk-duduk di taman sambil memakan snack. Aku melihat orang dewasa, remaja dan anak-anak bermain ria di taman itu. Tiba-tiba ada seorang lelaki tampan duduk di sebelah ku. Kemudian dia mengajak ku bicara.“pagi, boleh aku duduk disini?”“boleh saja, silahkan”

Kalau dilihat sepertinya dia mahasiswa baru di kampus ITS. Kebetulan rumah ku di perumahan ITS dekat dengan kampus ITS. Jadi setiap hari selalu bertemu mahasiswa atau pun mahasiswi. Aku tahu kalau dia mahasiswa baru, karena bagi mahasiswa baru di kampus tersebut laki-laki harus dipotong gundul agar terlihat lebih rapi, aku terus berusaha meliriknya untuk memastikan perkiraan ku saja. Tanpa aku sadar dia juga lebih lama meperhatikan ku.

Dia langsung memulai pembicaraan dan memecahkan lamunan ku“hay, kenapa kau terus memandang ku?”“aku tidak memandang mu, aku melihat orang di sekitar mu” mencoba mengelak“tapi, tak ada siapa pun di belakang ku?” sambil menoleh ke belakangAku hanya bisa terdiam dan mencari-cari alasan,“kalau boleh tau nama kamu siapa?, aku Reza mahasiswa baru ITS” ucapnya.“aku Riska” jawab ku singkat, ternyata benar dugaan ku kalau dia mahasiswa baru ITS“kamu mahasiswi baru juga?”“bukan, aku masih siswa SMP” sambil tersenyum kecil“oh maaf, aku pikir kamu mahasisi baru juga, kok bisa ada disini”“iya, rumah ku di sekitar sini, lagi bosen aja di rumah makannya pengen cari udara segar aja”“memangnya rumah kamu dimana?”“di komplek blok u”“kamu habis dari mana?” tanya kak Reza“dari rumah kok, kalau kamu?”“aku habis dari kampus ngumpulin tugas harian ku, karena tadi aku jalan kaki ke kampus, makannya aku disini buat istirahat sebentar.” jelasnya“oh gitu, ngomong-ngomong udah agak siang nih. Aku harus segera pulang, soalnya aku males kalau pulang nya kepanasan, entar haus.” Papar ku“okey”

Sesampainya di rumah aku langsung mencari ayah ku untuk menanyakan mengapa ia mencari ku. Dan ku temukan ayah ku di ruang keluarga sedang menoton televisi. Aku bertanya kepadanya “ada apa yah kok tadi sms aku?”. Dengan entengnya menjawab “nggak, ayah hanya mau menyuruh mu makan sebelum pergi”. Rasa kecewa dan kesal terkumpul di benak ku. Andaikan tadi tak ada sms dari ayah ku, mungkin aku bisa lebih lama mengobrol dengan kak Rea di taman. Karena hanya hal itu yang ingin disampaikan oleh ayah ku, aku langsung saja menuju kamar dan tidur, untuk meredakan lelah ku dan melupakan kesal agar tak berkelanjutan.

Page 13: cerpen 25 judul

Dimana Cinta Berkata Disitulah Semua Berubah

Dari dulu gadis cantik yang sangat sederhana ini tak pernah mempunyai angan-angan untuk mempunyai cowok sombong. Dia menutup diri untuk siapa saja yang bersikap sombong tak terkecuali temannya. Hanya pada satu waktu semuanya berubah ketika dia sudah masuk kuliah pada tahun pertama.

Dhanis enggan berkomentar jauh tentang status hubungannya dengan dennis. Ia tak seperti orang jatuh cinta pada umumnya. Hari-harinya seperti biasa, tak ada yang berubah sejak mereka memutuskan untuk berpacaran. Dhanis tau dia tak seharusnya berpacaran dengan dennis yang angkuh, sombong dan menyebalkan tapi takdir berkata berbeda. Mereka dipertemukan pada waktu tak terduga, saat mereka berdua mengikuti audisi paduan suara tingkat universitas. Keduanya berasal dari fakultas yang saling berbeda. Saat sedang melakukan tes wawancara untuk seleksi pertama, dhanis diantar oleh salah satu panitia yang ada disana untuk diantar keruang wawancara yang cukup besar disana berisikan tiga orang pewawancara dan tiga orang peserta.

Setelah wawancara selesai, tahap seanjutnya yaitu tes vokal. Dengan melangkah sendiri dhanis menuju ruangan tes vokal tersebut. Disana ada sekitar delapan orang yang menunggu gilirannya masuk. Di antara delapan orang tersebut termasuk dennis diantaranya. Tanpa ragu dhanis menegur dennis yang belum dikenal sebelumnya “eh kamu belum masuk tes vokal?” tanya dhanis ingin tahu. “belum nih, lama banget dari tadi, oh iya kenalan dulu. Dennis”. Jawab dennis sambil mengulurkan tangannya. “dhanis” jawabnya singkat dengan menjulurkan tangannya juga. “wah nama kita sedikit mirip ya, haha” celetuknya secara spontan. Mereka berbincang lebih setelah perkenalan tersebut. Di tengah percakapan mereka, mereka saling tahu bahwa ternyata mereka berasal dari kota yang sama yaitu jakarta. Keduanya hijrah ke Malang dengan alasan yang sama, yaitu untuk kuliah. Tapi mereka berdua sama-sama tak punya alasan yang kuat untuk menjawab pertanyaan mengapa harus pilih di Malang.

Saat ulang tahun dhanis, dennis memberi kado dan meminta traktiran dari dhanis. Dhanis gak tau, harus mengajak dennis pergi kemana karena takut dennis tidak suka tempatnya. Akhirnya dhanis bilang kepada dennis untuk dia sendiri yang memutuskan tempatnya. Dennis membawa pergi dhanis ke kafe masih di sekitaran kampus. Di kafe tersebut dennis mengatakan seperti apa yang dia katakan pertama kali saat nembak dhanis. Disitu mereka saling jujur bahwa selama ini mereka saling membutuhkan satu sama lain. Dennis memegang tangan dhanis, dan kali ini dieratkannya langsung pegangan itu oleh dhanis. Di dalam kafe yang nampak sepi, dennis mencuri kesempatan untuk menatap mata dhanis dan mencium keningnya. Aliran itu terasa sangat berbeda sekali dhanis rasa. Mungkin dhanis belum bisa menjawab pertanyaan mengapa dia bisa dekat dengan tipe orang yang dulu dibencinya, tapi dhanis selalu percaya Tuhan pasti ingin menyampaikan maksudnya dibalik semua ini. Mengambil hikmah cara yang paling bijak diambil dari hubungan mereka berdua. Status sosial mereka berdua memang berbeda tapi yang dhanis tau bahwa, ketika logika bermain, realita bisa mengalahkan semuanya.

Page 14: cerpen 25 judul

Tetesan Air Mata TerakhirAni adalah anak bungsu. Setiap hari Ani menjalani hidupnya dengan penuh kecerian, tapi sekarang pupus sudah dengan harapan lebih tak ada artinya. Ani hanya mendapatkan kesedihan yang sangat mendalam. Ia tak bisa merasakan lagi indahnya kehidupan yang pernah ia jalani dulu. Ani mempunyai seorang kakak yang bernama Aini dan adiknya Riko. Setiap harinya Ani menjalani kisah hidup bersama mereka dengan penuh canda dan keharuan namun semenjak sang papa meninggalkan mereka, semua berubah.

Suatu hari, Ani ingin berangkat ke sekolah nya untuk menjalani kehidupan sebagai murid baru. Setiap harinya Ani diantarkan oleh papa dan mamanya, tapi sekarang sudah hilang. Saat Ani ingin pergi, Ani selalu mencium tangan kedua orang tuanya, tapi sekarang Ani tidak dapat lagi, karena kasih sayang itu hilang dan pupus begitu saja kepadanya. Ani kecewa, karena ia hanya mendapat sebuah acuan yang tak lebih dari orang tuanya sendiri. Berbeda dengan kakak dan adiknya sendiri, mereka berdua selalu di sayang, dikasihi dan tak lupa selalu di manja. Ani hanya dapat terdiam.

Disaat kakak, dan adiknya ingin pergi ke sekolah mereka mencium tangan sang mama. Tapi Ani tak sempat, dan ia hanya mendapat senyuman hampa dari sang mama sendiri. Ani hanya bisa diam dan meredamkan perasaan sedihnya dengan raut wajah yang merah. Sebelum ia pergi, ia berkata kepada mamanya “ya udah ma, aku berangkat! Pagi ma, semoga kerja mama lancar!” Ani mengungkapkan dengan hati tulus dan ia langsung meninggalkan sang mama.

Bel masuk pun berbunyi, Ani pun memasuki kelasnya. Namun pada saat Ani ingin memasuki kelasnya, terdengarlah suara seorang guru yang memanggil namanya dengan begitu terburu-buru dan ingin cepat, kaya’nya sang guru membawa kabar baik. Ternyata tanpa disadari sang guru menginginkan Ani untuk tampil dalam pentas seni untuk perpisahan kelas VI nanti. “Ani, ibu sangat bangga dengan prestasi kamu, makanya ibu memanggil kamu untuk mewakili kelas kita dalam pentas seni perpisahan kakak kelas kamu nanti. Apakah kamu mau Ani?” ibu bertanya dengan seriusnya sampai-sampai membuat ia gugup. “bu Ani gak bisa menjawabnya sekarang, Ani butuh waktu bu, apakah boleh bu Ani berpikir terlebih dahulu?” ibu menjawab dengan senyuman “sangat boleh… kabarkan kapan kamu akan menjawabnya Ani, ibu menanti jawaban dari kamu!” Ani membalas “baik bu, akan Ani kabarkan jika sudah terpikir dengan baik” Ani tersenyum sambil menjawabnya dengan senyuman manis yang membuatnya menjadi percaya diri. Tak lama kemudian, Ani memutuskan untuk berpikir panjang, dan ia hanya menjawab saat ia memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Ibu mengerti semua itu, ibu akan menunggu Ani sampai selesai berpikir. Ani pun langsung memasuki ruangan kelasnya. Disana Ani banyak memiliki teman, dari yang usil sampai yang baik. Ani terkesan dengan semua, rasa sedih di hatinya hilang. Ani sempat menuliskan sebuah puisi.Ia sangat menyesal, karena ia tak mengerti akan Ani. Saat itu sang mama sadar bahwa ani adalah yang paling berharga. Akhirnya mama tau, bahwa tetesan air mata ani inilah yang terakhir kalinya.

Kehidupan sang mama menjadi tentram. Dengan itu, mama sadar bahwa, anak itu tak ada bedanya satu sama lain. Mama akan mengenang dan menyimpan semua kenangan yang telah ani buat dalam kalbu sang mama. “I LOVE YOU TO Ani” itulah ungkapan terakhir sang mama kepada Ani, walapun tak secara langsung ia ucapkan kepada Ani.

Page 15: cerpen 25 judul

Maafkan Aku Terlahir PerempuanAku memiliki tiga saudara aku adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Ketiga kakakku ber’v*gina’ semua. Padahal sedari dulu ayah dan ibu mengharapkan bisa punya anak laki-laki. Setelah lahir anak pertama, ayah dan ibu masih merasakan suka cita karena akhirnya mereka punya anak dan lahir dengan sehat normal. Kakak pertama adalah anak kesayangan yang menyusul anak kedua dan juga ber’v*gina’. Harapan ibu sebelum melahirkan anak kedua adalah tetap sama, mengharapkan anak laki-laki. Sementara ayah kabarnya tidak terlalu pusing dengan jenis kelamin apa nanti anaknya lahir. Ibu mengharapkan anak laki-laki sebab kelak anak laki-laki tersebut akan mewarisi seluruh kekayaan dari kakek nenek yang hanya punya anak semata wayang yaitu ayah. Ibuku sedikit gila harta.

Di umur kakak pertama yang 5 tahun, kakak kedua 3 tahun, ibu mengandung lagi. Ibu dengan seluruh harapannya mengerahkan usaha hanya untuk memperoleh anak laki-laki. Setiap saat ibu tak pernah luput dari berdoa, siang malam dan begitu seterusnya. Ibu adalah seorang pegawai negeri sipil, ayah seorang Pustakawan dan juga penulis. Entah bagaimana mereka bertemu, hanya Tuhan yang tahu rahasia pertemuan mereka.

Setelah kehamilan ibu yang lumayan besar, ibu memeriksakan diri ke dokter. Tapi kabarnya, setiap kali melakukan CT-scan untuk ibu hamil, baik dokter mau pun ibu tak pernah tahu aku berjenis kelamin apa. Waktu itu kelaminku seperti terhalang benang-benang laba-laba. Jadilah dokter dan ibu dalam tanda tanya besar yang itu berarti sama sekali tidak memberikan jawaban atas kelamin apa aku ini.

Ibu-ibu itu pergi tanpa peduli lagi denganku, ia masuk ke dalam rumahku. Lalu tergopoh-gopoh kembali keluar rumah dan memanggil beberapa tetangga. Aku mendengar jeritan kakak perempuanku dari dalam rumah. Terjadi sesuatu, pikirku. Entah apa yang merasukiku, saat itu juga aku melompati belukar bunga-bunga itu dan menerobos pintu rumah lalu masuk. Mata ketiga kakakku terpana melihatku tiba-tiba berada di sana. Selama sekian detik mereka mangap lalu bersama-sama menutup mulutnya karena kaget.

Aku tak peduli lagi dengan kekagetan ketiga saudaraku. Aku menuju tempat di mana ibu terbaring. Ia begitu lemah, dadanya naik turun menghadapi maut. Barangkali akulah yang ditunggunya. Ibu ketika melihatku sama kagetnya dan lalu meraih tanganku. Ibu mengucapkan beberapa kalimat dari bibirnya yang sudah tidak terdengar dengan jelas. Tapi aku menangkapnya, menangkap suaranya yang perlahan mengucap “maafkan ibu, nak!”

Aku menangis di hadapannya, itu airmata terbanyakku setelah airmata untuk ayah. Aku bersimpuh di kakinya, menciumi kakinya. Lalu memeluknya untuk yang terakhir kali barangkali. Setelah aku mengucap “Maafkan aku, terlahir perempuan.” Ibu menangis semakin deras dan akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ibuku meninggal di malam ulang tahunku, di malam aku diusir dari rumah dan di malam aku kembali lagi ke rumah.

“Ibu… Maafkan aku, terlahir perempuan”.

Page 16: cerpen 25 judul

EmmilineBurung gagak mulai melantunkan suara menjengkelkannya di kala senja. Tunggu, kenapa ada suara burung gagak di sini? Perasaanku tidak enak.

Kenapa Ayana, sahabat dekatku meninggal tragis secara tiba-tiba, Aku takut. Ini sangat mengganjal dalam benakku. Sungguh.“Meitha! Cepet ke bawah!” kata Melin, kakakku.Aku pun segera turun ke bawah.“Ada apa, kak?” tanyaku.“Teman sekelasmu kembali meninggal.” katanya dengan khawatir.“Apaa? Siapa kak?” Aku kaget setengah mati.“Icha. Dia ditemukan tak bernyawa di kolam renang sekolah tadi pagi. Sama seperti Ayana, ada bekas darah di kaki yang bertuliskan ‘Hell’ (neraka).” Kakakku menunjukkan situs sekolahku yang memaparkan berita kematian itu.Aku sulit bernafas. Ada apa dengan sekolahku?

Keesokan harinya di sekolah..“Icha dan Ayana telah tewas.” sorak anak-anak sekelasku.“Kematiannya selalu tragis.”“Mungkin, ini murni pembunuhan.” Berita ini seakan memanas di telingaku.“Tidak. Ini bukan pembunuhan. “kata Sica, yang bisa merasakan hawa negatif di manapun ia berada.Kelas pun tersentak kaget.“Kalian akan tau, saat melihat korban selanjutnya.” jawabnya pelan.“Apa maksudmu?” tanyaku heran.“Korbannya akan terus bertambah, Mei. Bukan cuma Ayana ataupun Icha.” sambung Sica.“Kenapa selalu ada tulisan darah “Hell” (neraka) di tubuh mereka?” tanyaku.“Dia ingin, mereka yang telah menyakitinya, masuk ke neraka.” jelas Sica.“Dia? Dia siapa?” tanyaku.“Ssst! Jangan keras-keras! Dia tau, kalau kita sedang membicarakannya.” jawab Sica. “Dia adalah Emmiline.”

Aku kembali ke rumah dengan takut. Emmiline? Siapa itu?

Tiba-tiba..Mrs. Vey jatuh, dan kepalanya menimpa lantai. Kepalanya mengalami pendarahan. Oh tidak, dia tewas. Aku pun kembali ke rumah dengan Sica. Kakakku kaget bukan main, karena kematian Mrs. Vey tadi siang.Aku segera membersihkan buku Diary Emmiline, dan mengembalikannya ke tempat seharusnya, di perpustakaan lama sekolahku.

Entah kenapa, setelah hari itu, tak ada lagi korban tewas karena Emm. Apa Emm sudah kembali ke sisi Tuhan tanpa dendam di jiwanya?Kuharap iya. Kini, kenangan berdarah di sekolahku, seakan hilang tak berbekas.

– SELESAI –

Page 17: cerpen 25 judul

Dokter Yang Datang TerlambatRuang tunggu kecil yang terletak di bagian dalam sebuah apotik itu dipenuhi pasien. Mereka duduk di kursi-kursi dan memegang selembar kecil kertas yang bertuliskan nomor antrian dengan wajah gusar. Seorang lelaki tua yang ditemani anak lelakinya duduk dengan mata terpejam dan kepala menyandar ke dinding. Dadanya naik turun dengan tempo cepat. Sementara di sisi lain, seorang wanita paruh baya mengobrol dengan pasien lain sambil sesekali melirik jam tangannya. Seorang pemuda berusia dua puluhan berjalan mondar mandir. Kelihatannya setiap orang dibuat kesal dan marah. Asisten dokter, seorang lelaki berbadan gendut dibungkus kemeja hijau terus menerus mengucapkan lelucon bersama seorang pasien bertubuh kurus. Mereka tampak akrab. Tawa mereka memenuhi ruangan yang pengap itu.

Dua jam berlalu, sang dokter belum juga menunjukan batang hidungnya. Pemuda itu tak mampu lagi menahan gejolak emosinya.“Sudah hampir dua jam aku di tempat ini, kemana dokter itu belum juga datang?” Serunya. Suaranya menyita perhatian orang-orang yang berada di situ.“Aku juga.” Sahut seseorang. “Aku datang kemari ketika belum ada seorang pun. Seharusnya dokter itu tiba satu setengah jam yang lalu.”“Mungkin ia tengah terjebak macet.” Sahut seorang ibu-ibu yang duduk di pojok ruangan.

Asisten dokter itu bangkit dari duduknya. Ia meninggalkan meja kecil yang dipenuhi daftar nama pengunjung hari itu. Tanpa mengacuhkan komentar para pasien, ia berjalan keluar lalu menyalakan rok*k. Ia tampak tak peduli dengan sebagian pasien yang menatap marah. Ia hanya tak peduli. Pemuda tadi mengekor, ia butuh udara segar karena terlalu lama dalam ruangan itu membuat dadanya sesak dan pikirannya panas.

Si asisten merok*k sambil memandangi jalan raya yang penuh oleh kendaraan yang melintas. Malam cerah seperti ini biasanya banyak anak-anak muda tanggung melakukan balapan liar. Terkadang timbul korban jiwa. Dasar bodoh, gumam si asisten.

Si asisten hendak mengatakan sesuatu namun urung dilakukan ketika sebuah mobil Avanza G warna hitam berhenti tepat di depan apotik. Sesosok pria berusia sekitar 50-an muncul dari dalam mobil yang mengkilap dan mulus. Pakaian putih dan stetoskop yang melingkar di lehernya dan tas jinjing berbentuk persegi di tangan kanannya menandakan bahwa ia seorang dokter. Badannya tegap tinggi dengan langkah besar meski rambutnya mulai memutih. Matanya redup dan ia tampak ragu-ragu. Ia melewati si asisten dan pria kurus tanpa berkata.

Si asisten segera kembali ke meja tulisnya meninggalkan pria kurus. Dokter itu membisikan sesuatu padanya. Si asisten mengangguk-angguk sambil melirik ke arah pria kurus. Kemudian, sang dokter masuk ke dalam ruangan pemeriksaan. Si pemuda pun bergegas menyusul ke dalam. Tampaknya, malam ini akan sangat sibuk.

TAMAT

Page 18: cerpen 25 judul

Penyesalan“Yola.. Ambilkan kakek minum” Kakek berteriak dengan suara paraunya. Yola sedang asyik menonton televisi menjadi terganggu. “Kakek, suruh yang lain saja. Aku lagi asyik nih” Yola membantah. Sang kakek menatap Yola haru. “Ya tuhan..” lirihnya. Setetes airmata jatuh. Namun Yola tidak menggubris kakeknya itu.Kakek Idris mengidap penyakit stroke dan tidak bisa berjalan sampai sekarang.

“Kakek, Yola pulang dulu ya” pamit Yola. “Cium tangan kakek dong, nak” suruh Papa. “Huuh, Yola kan ada acara sekarang. Telat gimana?” Yola melangkah masuk mobil dan mengacuhkan kakeknya. “Pak, maafkan Yola ya” maaf Papa Yola kepada Kakek. Kakek hanya tersenyum. Saat itu memang Yola menginap sehari di rumah Kakeknya itu. Mobil Yola segera melaju. Kakek menatap mobil Yola dan melambaikan tangan dari kursi rodanya. Yola hanya menoleh sebentar dan kembali asyik dengan handphonenya.

Kriiinggg… Kringgg… Kringgg… Telepon rumah Yola berdering. Yola tetap asyik menonton televisi. “Yola! Angkat teleponnya!” Mama datang dan memarahi Yola. “Mama aja deh. Yola pegel” sergah Yola sambil tiduran. Mama mengangkat telepon. “Halo… A.. Apa?” Mama kaget dan menjatuhkan gagang telpon. “Kenapa Ma?” Papa datang tergopoh gopoh. “Bapak pa.. Bapak.. Meninggal” Mama terduduk lemas menangis. Papa sedikit syok dan langsung berkata “Yola!!! Cepat siap siap!! Kita ke rumah kakek!!”

Mata Yola sembab. Kali ini ia tak dapat mendengar suara kakeknya lagi. Tak dapat bersenda gurau seperti dulu. Sementara Mama hanya bisa diam sambil terus membacakan ayat ayat suci untuk kakek. Tak sengaja, Yola menemukan sebuah foto di atas meja yang tampak penuh debu. Yola mengambilnya dan menatap foto itu lekat lekat. Foto masa kecilnya yang digendong kakeknya. Mereka tampak bahagia. Tak terasa, airmatanya kembali jatuh. Menyesali kejadian kemarin. Saat dirinya acuh terhadap kakeknya yang sebetulnya sangat ia sayangi itu. “Kakek, Maafkan aku”

TAMAT

Cerpen Karangan: Yurissa RomadhonaFacebook: Yurissa Romadhona Mumtaz

Page 19: cerpen 25 judul

Mantan Kamu Pacar Aku“Ra gue lulus loh masuk USU dan gue bakal ninggalin kota Jambi ini”“Wah serius, Universitas Sumatra Utara (USU) congratulatios ya buat lo Tan. Tapi gue sedih lo bakal tinggalin gue dong, tapi bukan cuma gue yang bakal sedih cowok lo pasti lebih sedih.”“Dion maksud lo? Gue udah putus sama dia”“Kenapa? Karena jarak Padang – Jambi deket Tan nggak bakal nyebrang Pulau masih sama di satu pulau, Pulau Sumatra. Lagian jaman sudah canggih bisa komunikasi lewat handphone, sms, telfon, facebook, twitter, bla… bla… bla” ujar ku panjang lebar.“Iya sih semua yang lo omonggin tu bener, tapi tetap nggak enak aja yang nama nya LDR tu Ra. Mending Dion buat lo aja”“Hahaa, ngeledek lo ya mentang-mentang gue lagi mencoba move on dari Andra” ujar ku lagi sambil tertawa.“Ya nggak papa lah, lagian dulu gue terima dia lantaran kasihan aja.”“Nggak salah Tan, bukan nya dia baik banget ya ke elo?”“Iya dia emang baik, tapi gue nggak ada rasa lebih ke dia”“Jadi selama pacaran lo ke dia cuma pura-pura doang?”“Ya gitu deh, lo tau sedirikan sifat gue gimana?”“Gila, tega banget lo ya”

Percakapan itu, gue nggak bakal pernah lupa. Walaupun sudah sekitar 6 bulan yang lalu. Dan entah sejak kapan Dion justru dekat dengan gue. Awalnya memang dia masih nanyain kabar Intan. Sebagai teman Intan ya gue bilang yang sebenernya gimana kabarnya. Lagian kan cuma sekedar tanya kabar apa salah nya.

Ya itu memang awalnya, akhir cerita siapa yang tau. Dion sering curhat ke gue, sebaliknya gue juga gitu ke dia. Mulai dari cerita tentang mantan-mantan dia sebelum Intan, teman-teman nya semua di obrolin sampai soal politik, artis, olahraga.Yang justru begonya lagi gue ladenin aja tu semua obrolan dia yang ngalor-ngidul nggak jelas, dan itu semua hampir setiap hari.

Entah kenapa gue ngerasa ada yang aneh di hati gue kalau sehari saja gue nggak denger cerita dia atau kabar dari dia. Ah gila, yang bener aja gue kangen Dion.Tan sorry, mantan kamu pacar aku…

TAMAT

Cerpen Karangan: Eki widiyawatiFacebook: Eki widiyawati BE

Page 20: cerpen 25 judul

My New SisterHari ini adalah hari pertamaku menggunakan baju putih abu-abu. Aku merasa senang karena pakaian putih abu-abu adalah pakaian kebanggaan setiap remaja. Dimana seorang remaja akan benar-benar dinamakan remaja atau seseorang yang akan mengalami akhir balig. Dan pakaian ini adalah pakaian terindah yang akan selalu diingat kami hingga tua nanti.

Lebih senangnya lagi, aku diterima di SMA favorit di kotaku. Aku senang sekali. Bukan hanya diriku, tapi semua orang yang diterima di SMA ini pasti akan merasakan hal yang sama dengan diriku. Kecuali dia.

Setelah beberapa hari aku masuk sekolah, aku sering melihatnya. Dia. Entah siapa. Dia adalah seorang gadis manis yang pendiam dan selalu menyendiri. Aku melihat tidak ada tanda-tanda kehidupan dalam dirinya.Aku pikir, dia tidak senang diterima di sekolah ini. Tapi, jika tidak senang untuk apa daftar di sekolah ini?

Aku melihat asal sekolahnya. SMP itu… itu SMP favorit. Bahkah sudah Berstandar Internasional. Mana mungkin dia alumni SMP itu?

Esok harinya, pada saat istirahat aku mencari info tentang Agnes dari teman-teman yang dulu

“Ibuku meninggal saat aku menginjak kelas IX semester II. Saat itu, aku dan ibu sedang bertengkar hebat. Tapi, ketika aku sedang sekolah, ada seorang tetanggaku yang menjemputku untuk pulang — padahal waktu itu jam KBM belum selesai. Setiba di rumah aku melihat banyak orang di rumahku. Aku bingung. Dan betapa terkejutnya aku saat aku masuk ke dalam rumah. Tubuhku langsung lemas tak bertenaga. Aku melihat ibu terbaring tak bernyawa. Ibu tidur dengan tenang sambil tersenyum kepadaku. Padahal saat itu kami sedang bertengkar.” Kata Agnes menyela ucapanku. “Sekarang, kamu udah tau, kan?”

Aku terharu mendengar cerita Agnes. Mungkin ini peristiwa yang akan ia sesali seumur hidupnya. Aku melihat Agnes berdiri dan bergegas pergi.Tapi, tidak semudah itu aku membiarkannya pergi. Aku menahannya. Aku berdiri dan berteriak.

“Aku hanya ingin menjadi temanmu.” Teriakku. Agnes berhenti, dia berdiri membelakangiku. “Aku pengen jadi teman kamu.” Kataku mengulangi.

Sejak saat itu, kami berteman. Aku mengenalkannya pada ayahku.Ternyata, Agnes adalah anak yang baik, pintar, manis dan sifat periang yang dulu hilang dan selalu diinginkan teman-temannya telah kembali.Bahkan Ayah ingin mengadopsi Agnes menjadi anaknya. Mungkin dia merasa aku sangat cocok dengan Agnes. Karena aku anak tunggal dan ibu sudah berpisah dengan ayah, mungkin dia ingin Agnes menemaniku ketika dia sedang pergi bekerja atau keluar kota.

Aku sangat senang sekali akhirnya aku memiliki kakak yang selalu aku inginkan.

SELESAI

Page 21: cerpen 25 judul

KedamaianPetrus mulai menyadari perubahan pada wajah orang itu. Wajahnya berkerut-kerut seperti orang menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya yang redup semakin terlihat gelap tanpa harapan. Meski lelaki itu tetap berusaha berdiri dan menjalankan kewajibannya sebagai pendeta, namun kali ini ia tampak tak lebih baik dari hari-hari kemarin. Petrus duduk di deretan kursi belakang dekat pintu keluar gereja kecil itu, dan ia dapat melihat dengan jelas penderitaan orang itu. Sangat menyedihkan, pikirnya. Seharusnya ia sudahi saja kothbah minggu paginya. Dalam sekejap, Petrus mulai menebak apa yang akan terjadi pada orang itu.

Dua orang pria dan wanita tampak bergandengan tangan memisahkan diri dari lingkaran orang-orang muda yang duduk mengelilingi api unggun. Kedua orang itu tertawa-tawa dan tak peduli dengan sekeliling mereka sementara mereka semakin menjauh. Petrus mengamati hingga keduanya menghilang di balik semak-semak yang gelap. Ia tak pernah punya keberanian melakukan hal semacam itu. Seperti biasa, ia hanya terdiam dan menyimpan pikiran itu dalam daftar panjang hal aneh yang ia jumpai. Lamunannya buyar ketika Franz, teman satu kelasnya, mulai meracau. Alkohol menguasainya hingga ia melakukan hal yang paling bodoh; menjerit-jerit sambil menceritakan pengalaman pertamanya berhubungan s*ks dengan seorang pel*cur di rumah ayahnya dan ia bangga akan hal itu. Mendengar hal itu, teman-teman yang lain tertawa terbahak-bahak. Petrus merasa muak. Ia ingin pergi dari tempat itu. Ia benci menyaksikan kenapa semua orang tak bisa bersenang-senang tanpa melakukan dosa. Ia merasa aneh dan tiba-tiba asing pada diri sendiri. Gadis pujaannya yang sedari tadi duduk di hadapannya di seberang api, menatapnya, lengan kurus seorang pria melingkar di pinggang gadis itu. Petrus tak peduli. Ia beranjak pergi.

Petrus berlari sekencang-kencangnya. Rumahnya masih jauh. Malam ini ia merasa begitu berbeda. Ia berusaha melupakan wajah gadis itu yang selalu menghantuinya dan segala tentang teman-temannya. Ia tak ingin pulang ke rumah, juga tak ingin berada di antara teman-temannya itu Ia ingin bebas. Bebas seperti burung yang terbang menjelajahi angkasa tinggi. Kegelisahannya berangsur menghilang, ia tak lagi berlari, tapi berjalan. Senyuman terkembang di wajahnya yang tirus. Ia menuju sebuah pohon besar yang terletak di atas bukit yang menaungi kota itu. Di sana ia menemukan kedamaian, ketika melepaskan pandangan yang luas dan megah, serta kaki langit yang menyentuh permukaan laut. Seolah semua pikiran yang memenuhi kepalanya menghilang begitu saja.

Petrus menyandarkan tubuhnya yang lelah dan menyeka keringat yang membasahi dahinya. Ia tersenyum ketika sesosok bercahaya putih cemerlang duduk di sampingnya, ikut menikmati pemandangan malam dari atas bukit. Petrus merasa tenang dan damai, bahkan lebih dari yang bisa ia ungkapkan.

TAMAT

Cerpen Karangan: Patrick AndromedaFacebook: Patrick Andromeda

Page 22: cerpen 25 judul

Pacar KhayalanTing… ting… ting… lonceng tanda pelajaran telah usai akhirnya berbunyi. Semua anak langsung bergegas keluar kelas sambil merapikan peralatan tulis menulisnya. Seperti biasa, setelah mendengar ceramah dari guru piket Sari langsung pulang ke rumah. Siang itu agak mendung, sepertinya akan turun hujan. Sari mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai di tempat pemberhentian mobil yang jaraknya kurang lebih 500 m dari sekolahnya.

Sari mengangkat jarinya pada sebuah mobil yang mengarah padanya. Mobil itu pun berhenti tepat di samping Sari. Ia langsung masuk ke dalam mobil dan kemudian pulang. Sari masuk ke kamar, mengganti pakaiannya kemudian ia menuju ke ruang makan. Tiitt.. tiitt.. handphone Sari berbunyi. Namun ia tak menghiraukannya. Ia lebih memilih untuk menghabiskan makanannya terlebih dahulu. Dan byurrr… akhirnya langit pun menangis. Untung, Sari telah tiba di rumahnya.

Selesai makan, baru Sari melihat handphonenya. “Nomor baru lagi” kata Sari dalam hati. Maaf, boleh tau ini dengan siapa? Balas Sari via Message. Ia kemudian menuggu balasan. Tak berapa lama Hpnya berbunyi. Ternyata orang yang mengirim sms tadi adalah Alex kakak kelasnya sendiri. Begitulah namanya. Alex adalah seorang siswa yang berbakat di sekolah. Dia gemar sekali membuat puisi. Ia luga lebih senang menghabiskan waktu luangnya untuk belajar dari pada bermain. Ia berasal dari keluarga yang tak berkecukupan. Ayahnya seorang tukang ojek sedangkan ibunya hanya melakukan pekerjaan rumah tangga saja. Meskipun begitu, Alex tak pernah mengeluh dengan keadaaan keluarganya. Mereka berdua ahirnya berkenalan. “Dapet nomerku dari mana kak?” tanya Sari. Dari teman kelas kakak sendiri” balas Alex. “Oh, gitu ya?” tanya Sari lagi. “Iya” jawab Alex singkat.

Untuk beberapa saat suasana menjadi tenang. Tak ada yang berbicara. “Tidak lagi kak” begitulah kata yang keluar dari bibir mungil Sari. “Makasih banyak ya dik” kata Alex dengan girang. Ia ingin sekali memeluk Sari tapi ia lebih memilih untuk menahan emosinya. “Masih ada lagi yang diomongin lagi tidak kak?” tanya Sari. “Kalau tidak ada, aku pamit pulang ya kak” sambung Sari. “Masih ada dik” jawab Alex. “Kita masih berteman kan? Masih bisa seperti dulu lagi kan?” kini giliran Alex yang bertanya. “Masih kak” balas Sari. “Kamu memang adik yang baik dan paling ku sayang” ungkap pria baik hati ini. Setelah selesai mengobrol, mereka berdua berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.

Sari harus menerima kenyataan bahwa selama ini Alex hanya menganggap dia sebagai adik tersayang. Tidak lebih dari itu. Begitu sakit mendengar kata-kata itu saat pertemuan tadi. Ini memang tak adil, tapi ini juga kenyataannya. Sulit sekali rasanya melepaskan orang yang dia sayang pergi bersama dengan orang lain setelah dia merasa nyaman saat berada bersama Alex. “Jika memang semua harus begini, aku terima walau sakit hati. Kak, kau hanya pacar khayalanku saja. Aku hanya bisa bertemu denganmu lewat angan-anganku aja. Semoga kau bahagia dengan pilihan haitmu sendiri. Sudah cukup bagiku untuk melihatmu tersenyum. Ku titip dia untukmu Nia” seru Sari dalam hatinya.

“Khayalan Terindah”

TAMAT

Page 23: cerpen 25 judul

Kado Natal Yang TerindahHari ini suasana sangat ramai. Semua orang sibuk dengan aktivitasnya. Yandri terus menunggu dengan sabar jemputannya ke kampus. Meski berasal dari keluarga yang berkecukupan, Yandri lebih memilih naik bus ke sekolahnya, daripada diantar oleh pak supirnya dengan mobil mewah. Dengan memakai sweater hitam dan merangkul tas berwarna hijau yang hanya memiliki 1 tali, ia berjalan ke kios yang tak jauh dari terminal untuk membeli kemasan air minum setelah itu ia balik lagi. Terlihat senyuman kecil di wajahnya setelah ia meminum air kemasannya. Air kemasan itu akhirnya bisa menghilangkan rasa dahaganya karena cuaca setempat sangat panas.

Yandri dan Fleming melaksanakan rencana yang telah mereka buat, yakni ke warnet untuk mencari tugas. Mereka menemukan banyak informasi mengenai tugas mereka. Mereka mengumpulkan gambar-gambarnya juga, agar lebih memerjelas tugas tersebut. Setelah selesai keduanya langsung pulang. Karena esok adalah hari minggu, hari di mana semua orang kristiani meluangkan waktu untuk mengucap syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena telah memberkati dan memberi rezeki kepada mereka selama seminggu. Begitu pula Yandri dan keluarganya. Maka Yandri tidur lebih awal agar bangun tidak kesiangan pada keesokan harinya. Ia menyetel wekernya tepat jam 5 pagi agar membangunkannya nanti. Yandri membaringkan badannya, memejamkan mata dan tak lama kemudian ia terlelap dalam mimpi yang indah.

Yandri tak segera pulang melainkan menyempatkan diri untuk berbagi suka cita yang ia alami dengan Fleming sahabatnya. “Begitulah Ming ceritanya” kata Yandri. “Kalau begitu selamat ya atas perjuanganmu. Ternyata tak sia-sia kamu ku bimbing selama ini” jawab Fleming. Keduanya pun tertawa bersama-sama. Meski orang-orang sering memanggil yandri dengan sebutan PemBaLap (Pemuda Berbadan Gelap) namun masih ada orang yang mau mencintainya apa adanya, yakni Clara. Ia tak memandang dari segi fisik melainkan sikap dan pengorbanan yang telah Yandri lakukan. Ia juga beranggapan bahwa fisik belum tentu menggambarkan sifat orang tersebut. Ada orang yang wajahnya tampan, namun hatinya seperti penjahat. Sebaliknya ada orang yang wajahnya jelek, namun hatinya bagaikan malaikat.

Hari itu juga natal telah dekat. Impian Yandri akan terwujud pada tahun ini yakni melewati malam natal bersama dengan seseorang yang ia cintai, yaitu Clara. Ia tak membayangkan hal ini sebelumnya. “Tidak semua hal yang kita inginkan itu baik bagi kita. Sementar itu, hal-hal yang tak terduga kerap kali justru menjadi berkat bagi kita” sahut Yandi dalam bahtinnya. “Tuhan memang Maha Baik. Tahu betul akan apa yang kita mau dan selalu membuatnya indah pada waktunya. Clara adalah kado Natal yang terindah yang pernah aku dapatkan. Semua ini berkat dari Tuhan. Aku patut mensyukurinya” sambung Yandri. Akhirnya, Yandri dan Clara melalui hari Natal dengan penuh suka cita.

TAMAT

Page 24: cerpen 25 judul

Ketika Pacarku Seorang MalaikatMalam ini cukup sunyi bagi intan, seorang gadis cantik yang sedang duduk di pinggiran kolam, hanya suara jangkrik yang terdengar merasuk ke dalam telinganya, ia hanya berfikir apa yang telah terjadi pada kekasih hatinya, akhir-akhir ini ada sedikit kenjanggalan pada sifat imam pacarnya, ia menjadi pendiam, acuh tak acuh kepada semua orang kususnya kepadanya, hanya senyum sinis yang ia lampiaskan saat intan menyapanya.

Intan berjalan cukup cepat, apakah yang di lihatnya itu benar atau hanya hallusinasinya saja“imam!, imam!” sambil mendekat menuju tempat pria itu berdiriTiba-tiba saja pria itu berlari menjauh meninggalkan intan, intan mengejarnya“imam, tungguin aku dong!”Pria itu masuk ke sebuah hutan yang lebat dengan pohon besarnya, intan memasuki hutan dan akhirnya kehilangan sesosok pria itu.

“imam, imam, ini udah kelewatan tau gak!”“kesini, kesini!” Tiba-tiba suara menggema menunjukan kepada susatu tempat membuat bulu kuduk intan berdiri, ia berjalan menuju sumber suara yang aneh itu.

Setelah berjalan cukup lama ia melihat gereja tua yang mungkin menjadi sumber suara itu. Ia merasa bingung apa yang sedang terjadi, ia membuka pintu tua yang sudah kropos di makan rayap. Terlihat bagian gereja itu sepi, sunyi tiada seorang pun, ini mulai janggal, intan mulai menelusuri tiap-tiap tempat di gereja itu, cukup lama ia melihat-lihat bangunan yang berdebu itu ia melihat cahaya di samping patung bunda maria dan di situ pemuda yang tadi ia lihat dari kejauhan intan menunjukan rasa kesal.“eh kamu itu siapa sih!”Pria itu tetap terdiam“kalau nggak jawab juga aku timpuk pakai kayu ni!”“sttt, aku imam!”Betapa kagetnya intan pemuda itu melesat dengan cepat menuju belakang tubuhnya, perlahan intan membalikan tubuhnya dan ia melihat imam, pacarnya berwajah cerah bersinar dan tampan layaknya malaikat.“ii, imam?” tanyanya bingung“ia sayang aku imam pacar kamu!” meyakinkan“tapi gimana bisa terjadi?”Imam menceritakan apa yang telah terjadi minggu-minggu ini,“aku sebenarnya telah mati tapi ruh kudus menghidupkanku kembali dengan seijin tuhan!”“tapi kenapa bisa?”“karena aku mati dengan mulia di hadapanya menolong anak kecil yang terjebak dalam kebakaran di gereja ini, tapi aku hidup tidak akan lama, kudus hanya mengijinkan ku hidup selama seminggu untuk memmbertahukan ini kepadamu, dan sekarang tugas ku telah selesai. aku harus pulang”Intan hanya menangis sepanjang malam hingga ia tertidur di gereja itu, hingga sinar matahari menusuk kelopak matanya pertanda pagi.

Sejak saat itu intan sangat menyukai anak kecil mengingat kekasihnya yang berhati mulia itu.

THE END

Page 25: cerpen 25 judul

Kisah CintakuHai kenalkan nama aku marcella biasa di panggil cella atau marcel tapi lebih sering cella, aku duduk di kelas IX walaupun aku tidak suka membuat cerpen tapi aku ingin mencobanya, ini kisah nyata ku

Waktu aku kelas kelas 2 SMP aku bertemu dengan kakak kelas ku yang sudah masuk SMA namanya rio aku sudah kenal dia saat aku kelas 1 SMP waktu itu aku bertemu dia di salah satu eskul di sekolah ku, dia sebelumnya sudah pernah jujur kepada ku bahwa dia suka dengan ku tapi aku belum yakin akan hal itu karena aku murid baru di situ.

Waktu pun berjalan begitu cepat sekarang dia duduk di bangku SMA dan aku naik ke kelas 2, aku pernah bertanya kepadanya “kak, kakak kenapa gak masuk smk?” karena di sekolah ku SMP dan SMA masuk siang pukul 13.00 dan SMK pagi, dia pun menjawab “kakak gak mau SMK, soalnya kakak mau ketemu kamu lagi”Ternyata itu menjadi kenyataan aku pun bertemu dia lagi, tak lama dia minta nomor telpon ku dan kita pun sering smsan, seiringnya waktu berjalan dia menembakku melalui telpon aku binggung harus menjawab apa, tapi akhirnya aku terima kita pun jadian, tepatnya tanggal 10 desember 2012 aku memulai kisah cinta yang sebenarnya dari dia dan berkat dia aku menjadi lebih semangat.

Tatapi setelah ulang tahunku lewat kita putus aku sebenarnya sangat sedih, dan tuhan menjawab doaku akhirnya kita balikan, kita sebenarnya sudah ke banyak tempat yang tempat paling di kenang adalah bilabong atau sering di sebut bl tetapi sekarang itu sudah menjadi mimpi dan hanya tinggal kenangan aku dan rio sudah putus tepatnya saat hubunganku sudah 8 bulan berpacaran.Andai aku masih bersamanya pasti kita masih sering ke tempat itu, tapi ini cuma mimpi yang menjadi punah

Mungkin hanya itu yang bisa aku sampaikan karena aku belum mahir membuat cerpen dan baru belajar, terimakasih yang sudah membaca cerpen kusalam manis ku marcella ardelia

TAMAT

Cerpen Karangan: Marcella ArdeliaFacebook: Chella Sieh Aloverstwitter @marcellaardeli2

Page 26: cerpen 25 judul

Kesuksesan Tuhan Yang AturKisah ini saya angkat berawal saya masih SD, kejadian ini terjadi pada daerah saya sendiri, yaitu di Sulawesi Tengah (Masadian). Rumahnya tak jauh dari rumahku, sebelum mereka sukses seperti sekarang ini. Dulunya dua orang sepasang suami istri ini hidup apa adanya, bertahun-tahun mereka menjani hidup mereka dan mengharapkan buah hati, tapi sayangnya yang maha kuasa belum menghendaki.

Yang saya herankan dari keluarga ini, bertahun-tahun mereka bersama dan menjalani hidupnya tanpa kehadiran buah hati, hubungan keluarga mereka baik saja tidak seperti keluarga orang lain yang saya saksikan sendiri di kampung saya. Mungkin bisa dikatakan kalau orang lain yang seperti keluarga ini, mungkin sudah lama cerai lantaran sang buah hati tidak ada. Tapi anehnya mereka tak seperti itu bahkan mereka tampil apa adanya dikalangan masyarakat yang ada di desa itu.

Dulunya sang istri dari suami itu, sebelum sukses dia bekerja di sebuah rumah tapi bisa dikatakan rumah itu adalah rumah sepupunya sendiri. Dan suaminya juga bekerja di rumah itu sebagai nahkoda kapal karena rumah itu memiliki kapal untuk selalu pergi belanja memenuhi kebutuhan keluarganya.

Pernah suatu hari saya lihat wanita itu sering disuruh-suruh membuat segala hal yang disukai majikannya. tapi kalau saya pikir kenapa harus dia yang disuruh terus! padahal dia sepupunya, kenapa bukan orang lain saja. Tapi wanita itu tidak ambil pusing dia turuti saja keinginan majikannya itu tanpa berkata apa-apa.

apa adanya kepada warga disitu tidak seperti majikannya… Sebulan berlalu terdengarlah bahwa rumah majikan yang dulu mereka tempai kini sudah dijual dan majikannya pindah ke suatu desa, dan menurut warga disitu mereka menjual rumahnya lantaran mereka tak punya apa-apa lagi selain rumah dan mereka pun menjualnya.

Kini hiduplah sepasang suami istri itu dengan kehidupan yang berkecukupan, meskipun selama ini mereka menantikan sang buah hati tapi belum dikaruniai juga, mereka tetap bersyukur pada sang pencipta karena sudah diberi kebahagiaan yang layak di dunia, mudah-mudahan sampai akhirat. Mereka juga selalu mengujungi kami dan selalu menyedekahkan sebagian hartanya untuk kami dan orang lain yang ada di desa itu.

PESANKUJangalah bangga dengan hasil yang kau dapatkan hari ini tapi syukurilah, karena pasti akan kembali pada pemiliknya. kita hidup didunia ini hanyalah sebagai perantau dan pasti kita akan kembali ke kampung halaman… Gunakanlah waktumu untuk hal-hal yang bermanfaat jangan sampai kamu terjerumus ke lembah kemaksiatan…

SEKIAN

Page 27: cerpen 25 judul

Duh Gusti, Kaktuskanlah Cintaku Ini, Meski Hidup Serelatif Laju MotorkuRelatif. Seperti kecepatan motorku yang melaju di jalanan tiap harinya. Hanya rutinitas untuk memacu motor di jalanan tiap harinya-lah yang agaknya bisa dipredeksi dengan sedikit kepastian, ini pun masih bisa dibilang relatif. Tapi, apakah ada di dunia ini yang tidak relatif, bahkan hukum alam pun mulai bisa berjalan dalam relatifitas manusia.

Manusia, dengan segala kecanggihannya telah mampu melawan gravitasi, menerbangkan material yang puluhan abad lalu dianggap tak kan mampu terbang. Gravitasi bumi mulai beranjak relatif, tergantung pada apa dan siapa yang melawannya. Matematika mengikuti hukum alam, relatif. Ia hanya kesepakatan angka-angka untuk mengukur relatifitas hukum alam. 1 + 1 = 2, 2 – 1 = 1, dst, hanya kesepakatan mutlak, bukan kepastian mutlak. Bagaimana dengan cuaca? Tak ada lagi penanggalan pertanian jawa, semisal bulan Desember adalah gedhe-gedhene sumber, atau seret untuk bulan maret yang berarti memasuki musim panas, tak cocok untuk memulai tanam. Cuaca mulai berjalan relatif juga, tergantung sesuka hati mereka memainkan hujan atau panas ekstrim. Semesta akhirnya relatif. “Hei, kau mengacaukannya. Jangan-jangan kau akan bilang bahwa Tuhan relatif…!!!” sentakan suara mengagetiku. Aku hanya diam mendengarnya. Dalam hati aku menertawainya, mana mungkin aku memasukkan Tuhan dalam keadaaan relatifitas khayalku. Justru hanya Tuhan yang tak kuragukan kemutlakan-Nya.

Oh, cinta – seperti halnya ciptaan Tuhan lainnya, masih berada dalam relatifitas, seperti relatifitas kecepatan motorku, begitulah yang kupahami darinya. Bisa melaju kencang, atau tiba-tiba mengeremnya mendadak, atau berjubel dalam kesemrawutan jalanan macet di perkotaan, atau juga – ini yang menyakitkan, kau mengalami kecelakaan karena tak mampu mengendalikan, akibatnya remuk untuk motor, dan patah untuk hati, laju cintamu terlalu kencang lalu kau sadari kau telah menabrak kenyataan.

Duh Gusti, kaktuskanlah cintaku ini, agar kuat akar-akarnya dalam pencarian air suci-Mu. Kaktuskanlah cintaku, agar sabar menunggu bermekarnya bunga kedamaian-Mu. Kaktuskanlah cintaku, agar ia bertahan dan setia dalam hadirat-Mu meski harus terasing di tanah tandus. Kaktuskanlah cintaku, agar mampu menjaga dirinya sendiri tanpa menipu orang lain. Kaktuskanlah cintaku, untuk kejujurannya menampakkan duri-duri penjaganya agar tak membuat orang lain terluka. Jika saja, Duh Gusti, Engkau ijinkan, mawar, ephorbia, putri malu, dan bunga-bunga lain untuk merasakan, aku ingin Engkau juga mengkaktuskan mereka semua, tentu dengan tetap pada keindahan dan keunikan pribadi mereka. Sehingga aku mampu memilih salah satu dari mereka untuk kuberikan pada kekasihku, bukan kaktus itu sendiri.

TAMAT

Page 28: cerpen 25 judul

Keluarga? Not BadAku hidup dengan keluarga yang sederhana. Hampir setiap pagi, sejak dua tahun lalu aku selalu mendengar perdebatan antara mereka, orang tua ku. Aku bersikap tidak tahu apa-apa penyebab mereka bertengkar, yang jelas sejak setahun lalu aku memberanikan diri hidup sendiri, meninggalkan mereka dengan keramaiannya, dan setelah dua bulan berikutnya aku diberitahu mama dan papa bahwa mereka berpisah. Syukurlah, tidak ada lagi teriakan antara mereka dan aku benar benar menjadi anak broken home, tak apalah, aku tak perduli. Karena mereka juga tak pernah perduli dengan nasihat yang pernah ku ucapkan, mereka tidak pernah mendengarkannya, karena aku hanya dianggap anak kecil bagi mereka, anak kecil yang tak dilindungi oleh mereka. Ah, biarlah, toh sekarang aku sudah terbiasa…

Sebulan kemudian“Ay, minggu depan kan aku merried tuh… dan aku juga bakalan cuti kerja…” Sela Sisil disela makan siang kami“Hmmm…?”“Trus, kamu kapan nyusul?” tanyanya berlagak lugu sambil nyengir. Mata ku melotot ke arahnya. “Hahaa, sorry sorry. Becanda.” Tangan Sisil terangakat membentuk huruf V. “Oya. Bagaimana kalau kamu aku jodohin sama Andra Ay?” Godanya lagi. “Ini, serius!” Sambungnya. Aku menggeleng “Di kemanain pacarnya?” Jawab ku sedikit ingin tau. “Nah, maka dari itu dia balik ke Banjarmasin buat nyari istri. Sepertinya dia tertarik sama kamu” Tambah Sisil. “Ohhh… Trus dibawa ke Jakarta?” Jawab ku asal. Nyari itu ibarat barang, pengucapan yang sangat mudah, nyari. “Ya gak lah, dia kan punya usaha di sini. Mungkin sesekali aja ke Jakarta cuma buat survey…” Jelas Sisil. Andra pengusaha muda yang sukses, dia sarjana Ekonomi sama seperti ku, bedanya aku hanya seorang pegawai biasa… Aku tak pernah berpikir menjalin hubungan, pacaran pun tidak, apalagi nikah, melihat keluarga ku yang berpisah. Apa ada yang mau menerima ku seperti ini? “Kamu tu cantik Ay, baik lagi… tapi cuek!” Tambah Sisil sambil beranjak. “Plus perawan tua! Hahaa” Sialan! Umurku baru 24 tahun dan Sisil 23 tahun, berbeda hanya setahun saja membuatnya bangga. Cih, dasar tu anak!

“Ay, bangun…” Andra menyentuh bahu ku lembut. “Ahh. Sudah sampe ya?” Rupanya aku ketiduran. “Yap! Lumayan.”“Hah, lumayan apa?” tanyaku heran.“Kita sudah sampai Lima belas menit yang lalu Ay” Jelasnya menyadarkan ku. “Ih, kok kamu gak langsung bangunin aku An.” Sahut ku sambil menyampirkan tas. “Hee, kamu sih tidurnya pulas banget jadi gak tega aku bangunin… dan kamu terlihat…”“Ahh, maaf ya udah ngerepotin.” Aku berusaha bersikap biasa dan segera membuka pintu. “Ay…” Andra mendekat ke arah ku. Dan mengecup keningku lembut. “Malam sayang…” Ucapnya pelan. Dia berhasil menghipnotisku. “Malam…” Sahut ku hampir tak terdengar. Dia kembali tersenyum… Aku langsung keluar tanpa menoleh lagi, tak peduli dia memandangku atau tidak. Yang jelas sekarang aku berjalan terasa melayang… Ahh. Andra…

Tamat

Hilangnya Ayat Al-qur’an

Page 29: cerpen 25 judul

Kumandang azan subuh berseru di cuaca pagi buta, matahari masih terselip di ujung ufuk timur. Terdengar Suara ayam berkokok dari balik peraduannya, memberi semangat umat manusia untuk menjalankan kewajibannya, yaitu menunaikan shalat subuh.

Rama terbangun, seketika bergegas mengambil air wudhu. Matanya masih lelah, menahan kantuk yang menyiksanya. Namun bagi Rama itu adalah hal biasanya, karena menjalankan kewajibannya itu lebih berharga dibandingkan menghabiskan waktu subuh dengan terbuang sia-sia. Setelah dirasa semua sudah cukup bersih, Rama melangkahkan kakinya menuju masjid terdekat. Terlihat orang-orang berbondong-bondong menghampiri masjid dengan begitu antusias. Sejenak Rama terkejut tatkala melihat suasana masjid tidak seperti biasanya, masjid yang hanya ramai ketika shalat jum’at saja, kini penuh dan ramai. Tiap shaft terisi penuh tanpa cela. Baris berjejer rapih sampai muka pintu masjid. “biasanya hanya dua sampai tiga shaft saja” bisik Rama dengan ragunya.

Komado Imam sudah menghela, setelah muadzin menyelesaikan iqomahnya. Dalam hati Rama masih merasa ada yang aneh, “masya Allah, Kenapa harus memikirkan semua orang-orang aneh ini” bisiknya. Kembali Rama menghadapkan pandangannya pada kiblat di hadapannya.“Allahhu Akbar” seru Rama mengangkat kedua tanganya, seraya terhanyut dalam khusunya shalat.

Rama menepis semua pikiran-pikirannya itu dengan meraih sebuah Al-qur’an yang berada di atas meja belajarnya. Mungkin dengan membaca Al-qur’an sejenak memberi ketenangan hati untuk tidak memikirkan hal-hal yang sulit dijelaskan. Seketika Rama membuka tiap halaman Al-qur’an dengan lembutnya. Ia terkaget. “masya Allah” ucapnya seketika melihat Al-qur’an digenggamannya itu polos tanda ada bacaan sedikitpun yang tertinggal. Juz al-quran yang berjumlah tiga puluh semuanya lenyap. Ayat yang berjumlah enam ribu enamratus enam puluh enam ayat tak satu pun tertinggal. Surah pun yang berjumlah seratus empat belas juga tak ada lagi. Semuanya menghilang. Rasanya ingin gila. Itulah yang dirasakan Rama seketika melihat semua hal aneh itu.

Menyaksikan semua isi Al-quran menghilang. Rama hanya menyenderkan kepalanya di tembok. sementara malam mulai larut. Rama masih tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi. Apakah semua yang telah berubah di desanya ini ada kaitannya dengan hilangnya ayat dalam Al-qur’an. Sekali lagi rama berfikir, apakan mungkin warga desa sudah mengetahui akan hilangnya ayat dalam Al-quran ini, sehingga mereka semua segera bertaubat. Tapi apakah mungkin sifat-sifat buruk setiap manusia bisa menghilang begitu saja.

Atau mungkinkah sebuah sifat tercela itu adalah suratan dari Sang Khalik. Itulah maksud Allah, raja alam semesta ini menurunkan firman-firmannya. Untuk menuntun umat manusia di sisi jalan yang benar. jika, Allah hanya memciptakan sifat baik saja kepada manusia, maka tidak bergunalah firman-firman Allah itu. begitu pula jika Allah hanya meciptakan sifat buruk saja. Waallahua’lam hanya Allah yang mengetahui itu. namun Rama, sebagai seorang mahluk tuhan yang tidak mengetahui apa-apa hanya bisa terus berasumsi seperti itu. hingga Rama dipanggil di sisi tuhannya, ia tidak sedikitpun mengerti akah hal itu. Andai suatu saat Rama mengerti, mungkin Tuhan pun sudah Tidak jadi Tuhan lagi.

Dream Death

Page 30: cerpen 25 judul

Sore ini cuaca nampak muram. Semilir angin berhembus halus membelai pepohonan. Semua hening, ketenangan menyelimuti dari balik jeritan isak tangis yang teriring.

Aku terbangun di antara keramaian, di antara orang tuaku, sanak saudara dan teman-teman baikku. Aku mencoba berseru namun tak ada yang mampu menjawab bahkan mendengar. Semua seperti membisu di balik tanda tanya di kepalaku. Dimanakah keberadaan diriku sekarang?

Terkaget melihat tubuhku terbaring kaku dan pucat di hadapan ibuku. Tangan halusnya membelai lembut keningku. Isak tangis mengiringinya, meski ia mencoba untuk menahan, namun sesekali air matanya jatuh mengalir membasahi pipinya.

“INALILLAHI WA INAILAIHI RO’JIUN” bisik lembut ayah di telinga tubuhku.

Lagi-lagi aku terkaget. Kali ini bagai tersambar petir. Apa benar aku telah meninggal. Kini tubuhku di hadapan mereka adalah jasadku, dan aku yang menyaksiakan semua ini adalah rohku. Roh terakhirku. lalu, kapankah aku merasakan shakaratul maut, apa mungkin karena terlalu menyakitkannya sehingga aku lupa dengan kejadian itu. astagfirullah, kejadian ini begitu cepat, bahkan aku belum sempat mengucap taubat. Terlebih banyak dosa yang telah aku lakukan terhadap ibundaku.

Aku terbangun dari tidurku dalam tengah malam yang sunyi. Terpaksa terbangun karena mimpi yang menakutkan diriku. Keringat mulai bercucuran di seluruh tubuhku. Mimpiitu benar-benar terasa begitu nyata. Astagfirullah, aku mengucap istigfar berkali-kali. Menyaksikan pemandangan mimpi. Mimpi kematian yang begitu cepat. Bukankah kematian itu memang begitu dekat dengan diriku, bahkan lebih dekat dari nafasku sendiri. Bisa saja Allah memanggil diriku kapan saja, tanpa diduga dan waktu yang direncanakan. Aku tentunya tidak dapat mengelak dan memungkiri takdir itu, hanya saja mungkin aku belum siap dengan dosa yang telah banyak aku lakukan. Tapi semua itu rahasia Allah, yang sama sekali manusia tidak mengetahuinya. Huallah huallam..

Aku membangunkan diri, mimpi tadi membuatku teringat akan kematian yang akan datang. Aku menggambil wudhu, segera melakukan shalat tahajud. Aku ingin berlama-lama merenungi itu, bercinta dengan sang Khalik. Allah Subahanahu Wata A’la.

“ya Allah, jika kau ingin mengambil hambamu ini. Semoga hamba mati dalam keadaan bertaubat padamu, dan dalam keadaan mati yang khusnul khotimah. Amin ya Rabbal alamin.” Ucapku di penghujung sujudku.

Sesungguhnya tidak ada yang tahu akan datangannya kematian. Setiap orang akan menghadapinya dan tidak diketahui kapan itu akan datang. Jangan sampai nantinya kita termasuk orang-orang yang dipanggil Allah dalam keadaan Kafir. Nauzubillahi mindzalik.. semoga dalam keadaan yang khusnul khotimah dan berada pada jalan Allah. Amin,.. aminn,.. aminn ya Rabbal alamin.

Page 31: cerpen 25 judul

Pita Hitam Pada Karangan Bunga2 tahun semenjak kepergianmu, ya aku masih mengingat dengan jelas memori memori kita bersama.

Pagi itu seperti biasa, kenny menjemputku dengan motor kesayangan itu, huh sepertinya dia lebih sayang pada motornya dari pada aku, ya itu katanya, walaupun aku tau itu sebenarnya hanyalah candaan nya. Kami bersekolah di sekolah yang sama, tapi ada yang aneh pagi itu, dia menjemputku dan di perjalanan pun dia tidak berbicara sepatah katapun, perasaan ku tidak enak, aku sempat bertanya, “ada apa sih?” namun dia hanya menjawab dengan “tidak ada apa apa sayang” lalu memberikanku senyuman yang hangat itu.

Ketika istirahat pun tidak biasanya, kali ini dia tidak mengajakku ke kantin, aku datang ke kelasnya ketika sampai di kelasnya aku melihatnya duduk termenung di sudut kelas dekat jendela aku langsung menarik bangku ke sebelahnya “kamu sakit sayang?”, “aku baik baik saja kok” “kenapa sikapmu dingin?” “aku tidak tau” “ceritalah sayang” “tidak ada yang perlu di ceritakan” dengan perasaan yang campur aduk aku langsung pergi dari kelasnya, dan aku sempat mendengar dia memanggil nama ku “dewi..” namun aku tidak menghiraukannya lagi.

Ketika bel pulang berbunyi dia menghampiriku “yuk” aku menggeleng “aku pulang naik taksi saja” lalu aku berjalan cepat ke gerbang sekolah, dan segera memanggil taksi, dia menyusul dengan motornya sambil mengetuk kaca mobil taksi ku, “cepat pak!” akhirnya taksi ini berhasil melewati leo, tiba tiba aku mendengar suara braak yang cukup keras, segera aku menyuruh taksi untuk berhenti dan membayarnya.

Langsung aku berlari ke arah suara itu, dan yang kulihat? leo dengan tubuh bersimbah darah terkapar di jalan, sontak aku menjerit, menangis dan pingsan di tempat, ketika kubuka mataku, yang kulihat hanya ibuku di samping, dia mengatakan “leo sudah tenang nak” langsung saja aku menangis histeris.

Hari ini hari pemakaman mu, aku membawa karangan bunga yang kuikat pada pita hitam, aku tak dapat membendung tangisku ketika peti matimu telah dikubur di dalam tanah, malam malam aku terus bermimpi tentangmu yang mengatakan “jagalah dirimu, aku sayang kamu”.

Hari ini tepat dua tahun kamu meninggalkanku, aku kembali datang ke kuburanmu dengan membawa karangan bunga yang kuikat pada pita hitam, aku masih saja berduka, dan aku masih belum bisa membuka hatiku pada pria lain, kalau saja aku pulang denganmu, aku hanya dapat menyesalinya. Namamu selalu dalam doaku.

Cerpen Karangan: Raisa DiandraFacebook: Raisa Diandra

Ayunda Mengejar Cinta (Part 1)

Page 32: cerpen 25 judul

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, aku terbangun dari tidur pulasku, alarm yang ku pasang malam tadi sudah sangat sukses membuatku terbangun dari mimpi yang menurutku sangat indah untuk menjadi sebuah kenyataan.

Aku sekarang sudah beranjak berdiri di depan pintu kamar mandi yang tepat berada dalam kamar yang identik dengan warna merah, kamarku. Segera aku bergegas masuk kamar mandi dan sekitar 10 menit aku sudah selesai dengan tugasku di kamar mandi, dan seperti hari-hari sebelumnya, setelah selesai mandi aku segera memakai seragam sekolah dan memasangkan dasi yang di lingkarkan di sekitar kerah seragam sekolahku, rambut hitam sebahuku kini kurapihkan dengan sisir berwarna merah milikku. Tak lupa wajah bulat putihku pun, aku poles dengan sedikit bedak bermerek nellco yang beberapa minggu lalu aku beli di supermarket dekat rumahku. Ada aroma harum yang tercium saat aku memoles bedak pada wajahku, saking harumnya aku jadi ketagihan menghirup aroma bedaknya, dan di tambah lagi dengan minyak wangi yang baru saja aku sebarkan ke tubuhku, aromanya harum, bahkan sangat-sangat harum.

“Ayunda, kamu sudah siap-siap untuk pergi ke sekolah” teriakan mamahku dengan suara yang cukup keras dari depan pintu kamarku.“sudah mah, Ayunda sudah siap-siap” jawabku tak kalah keras dengan suara mamah.“Cepatlah keluar, kita sarapan dulu ya sayang, mamah tunggu di bawah”“Baik mah”

“Tadi itu Naina sakit perut, makanya dia minta anter buat beli obat di koprasi Ay” Jawab Zia lagi.“Kenapa tidak dibawa ke uks saja”“Naina tidak mau, dia bilang sakitnya tidak terlalu parah, jadi tidak usah di bawa ke Uks” jelas Zia padaku” Nah tuh orangnya” lanjut Zia sambil menunjuk ke arah Naina dan Safira yang baru saja masuk ke dalam kelas.“Ayunda sudah datang ya” ucap Safira padaku.“Iya Ra, Naina tidak apa-apa” berdiri menghampiri Naina dan Safira.“Tidak, aku sudah tidak apa-apa” jawab Naina sambil melempar senyum padaku.“Sukurlah kalau kamu tidak apa-apa” membalas senyum Naina.

Aku, Naina, dan Safira adalah sahabat yang sangat akrab dan tidak mudah untuk dipisahkan. Kami berkenalan saat pertama kali masuk sekolah ini yaitu saat masa orientasi siswa atau biasa di sebut mos, waktu itu Aku, Naina dan juga safira sedang dihukum oleh osis, karena kesalahan kami masing-masing. Aku yang datang tidak tepat waktu, Naina yang lupa membawa topi, dan safira yang lupa membawa dasi ke sekolah. Saat itu kami di hukum bersamaan, hukuman yang kami terima adalah membersihkan wc perempuan dan harus selesai tepat pada waktunya. kami pun saling berkenalan, dan tak terasa kami menjadi sangat akrab, seperti orang yang sudah lama mengenal satu sama lain. Aku sangat senang bisa mengenal Naina dan Safira, mereka adalah sahabat yang selalu ada untukku, selalu menyemangatiku dan menyayangiku dengan sepenuh hati mereka, begitu pula denganku.

TAMAT

But I Love YouAyu’s POV

Page 33: cerpen 25 judul

Aku menyibak tirai kamarku lalu kubuka jendela kamarku. Aku memandang ke luar, tepatnya ke arah kamar Adin yang ada di seberang kamarku. Kami bertetangga sejak kecil. Dan.. aku menyukainya sejak kami masih duduk di bangku sekolah dasar.Walau bertetangga kami tidak pernah mengobrol. Bisa dibilang aku sama sekali tidak akrab dengannya. Walaupun aku satu sekolah dengannya, tapi tetap saja.. rasanya aku tidak mampu untuk menyapanya, berhadapan dengannya.

Tirai kamar Adin masih tertutup, sepertinya dia masih terlelap. Memang sih, ini masih pagi sekali. Tapi aku sudah biasa bangun jam segini.

Ternyata dugaanku salah. Tirai kamar Adin tiba-tiba terbuka dan muncullah sosok cowok yang kukagumi selama ini. Dia memakai kaus oblong berwarna coklat, rambutnya masih berantakan dan dari ekspresi wajahnya aku tahu kalau dia masih ngantuk.

Dia menatap ke arahku sekilas. Jantungku berdebar-debar, dengan cepat kutup tirai kamarku. Bodohnya aku muncul di hadapannya dengan penampilan yang masih berantakan karena baru bangun tidur. Haah…

“Ada apa?” tanyaku saat menemukan mama yang sedang memasak di dapur.“Itu..,” mama menunjuk sebuah tas plastik yang lumayan besar. Aku menghampiri tas plastik itu dan melihat apa yang dimaksud mama. Beberapa toples yang berisi kue kering ditumpuk dengan rapi dan diberi pita warna-warni. Aku menyerngit heran.“Ma, untuk apa ini semua?” tanyaku.“Ini untuk Bu Yanti..,” jawab mama. Aku mengangguk-angguk. Lalu apa hubungannya denganku?“Lalu apa hubungannya denganku?” tanyaku persis dengan pikiranku.“Antarkan ini ke rumahnya.”

HAAH? Maksudnya diantar ke rumah Bu Yanti, dengan kata lain ke rumah Adin?Oh my…

“Tapi aku kan tidak kenal dengan Bu Yanti,” aku mencoba menolak.“Makanya kenalan. Salah sendiri kau kuper, banyak yang tidak mengenalmu. Sekali-kali cobalah berbaur dan menjalin hubungan dengan orang lain. Setiap manusia pasti membutuhkan manusia lainnya. Kau harus ingat itu Ayu..”

Great. Mama malah menceramahiku.Aku hanya bisa mengangguk lesu dan menjawab. “Oke, akan kuantarkan..”

End Ayu POV

Sehari Tanpa Tawa Sahabat

Page 34: cerpen 25 judul

Pagi ini pagi yang sangat cerah, matahari bersinar begitu indahnya. Aku pun bersiap-siap untuk berangkat sekolah, oh iya namaku Ayu tepatnya Anjani Ayu Widati aku kelas 3 SMP, aku mempunyai sahabat namanya Nia Agustina biasa di panggil Tina. Setiap hari kami berangkat sekolah bersama, Tina adalah sahabat yang sangat mengerti aku, dia selalu menemaniku dalam suka maupun duka.

Selesai sarapan aku pamitan kepada ayah dan ibu untuk berangkat sekolah, sebelum menuju ke sekolah seperti biasa aku menjemput Tina yang kebetulan rumahnya searah dengan arah ke sekolah. Saat sampai di rumahnya aku melihat dia menungguku dengan wajah yang ceria, saat di jalan kami selalu bercanda dan tertawa lepas, ada saja hal-hal lucu yang kami bahas. Waktu pulang sekolah pun juga begitu, jalan yang kita lewati selalu ramai dengan tawaan kami.

Sesampainya di rumah, aku langsung ganti baju dan makan, selesai makan aku minta izin kepada ibu untuk main ke rumah Tina. Di rumah Tina tidak kalah ramai dari waktu kita di jalan, karena di sana juga ada Elin, Elin adalah teman kami biasa bermain, dia juga tidak kalah lucunya dibanding Tina. Rumah Tina menjadi ramai karena ulah kami bertiga.

Esoknya seperti biasa aku menjeput Tina untuk sekolah, tapi ternyata hari ini Tina tidak sekolah karena sakit panas, aku pun langsung masuk ke dalam untuk melihat keadaan Tina. Saat masuk kamar Tina aku melihat dia sedang tidur di atas ranjang dengan keadaan yang lemas dan wajah yang pucat, aku pun langsung mendekat dan duduk di sampingnya sambil bertanya “Apakah kamu baik-baik saja?” “Aku tidak-apa ini hanya sakit panas biasa nanti juga sembuh sendiri”, setelah jawaban itu meyakinkanku aku langsung berpamitan untuk berangkat sekolah.

Saat di jalan terasa sangat berbeda karena tidak ada Tina, jalanan menjadi sepi, yang terdengar hanya suara kendaraan yang lalu lalang. Waktu pulang juga begitu, jalan yang biasanya ramai karena suara tawaan kami kini menjadi sepi.

Sesampainya di rumah aku masih memikirkan keadaan Tina, selesai makan aku bergegas pergi ke rumah Tina untuk menjenguknya. sesampainya di sana ku lihat rumah Tina terlihat sepi, tidak seperti biasanya yang ramai dengan tawaan Tina dan juga Elin.

Saat aku mengetuk pintu rumahnya yang meyambutku adalah kakaknya Tina, tidak seperti biasanya, biasanya Tina yang membukakan pintu dengan wajah yang ceria, waktu masuk ke kamarnya aku melihat Elin sudah berada di situ. Suasana terasa sangat sepi, tanpa ada candaan ataupun tawa, aku merasa sangat sedih. Esoknya ternyata Tina sudah sembuh, dia sudah menantiku di depan rumahnya dengan wajah yang kembali ceria, aku merasa senang sekali, sekarang jalanan yang kemarin sepi menjadi ramai kembali. Ternyata sahabat adalah segala-galanya bagiku.

Cerpen Karangan: Anjani Ayu WidatiFacebook: Anjanie Ayu Widati

Kado Terburuk Dari Orangtuaku

Page 35: cerpen 25 judul

Penderitaan inilah yang tengah aku rasakan. Hidup dan dibesarkan dalam keluarga yang tak pernah mengenal arti kasih sayang. Dan hal itulah yang membuat aku frustasi sekaligus yang mendorongku untuk pergi jauh dari rumah agar aku bisa terbebas dari hiruk pikuk keluargaku yang selalu kacau, di tambah dengan pacarku yang tega pergi meninggalkanku.

Tanggal 15 februari 2013Tak terasa seminggu lagi aku akan genap berusia 17 tahun, tak sabar rasanya ingin segera mendapatkan hadiah dari papah dan mamah. “Kira-kira mamah dan papah ngasih aku kado apa ya? ah aku harap mamah dan papah ngasih aku kado yang berkesan sehingga aku tidak mudah lupa akan kado dari mereka.” pikirku sembari duduk termenung di taman belakang. Tak terasa aku duduk termenung disana sudah hampir setengah jam aku pun beranjak dan pergi meninggalkan taman belakang.

Aku saat ini masih berstatus sebagai seorang pelajar di salah satu sekolah swasta di daerah Jakarta pusat, sekarang aku duduk di kelas 3 SMA yang sedang sibuk sibuknya belajar untuk menghadapi ujian Nasional beberapa bulan ke depan.

Malam ini kami bertiga (aku, papah dan mamah) bererencana untuk makan malam di luar karena sudah lama sekali kami tidak makan di luar, sudah bosan rasanya aku makan masakan bibi setiap hari. Saking semangatnya aku bersiap siap mulai dari pukul 7 malam karena tak sabar ingin segera pergi. Seharusnya kami jalan jalan dulu sebelum makan tetapi berhubungan mempunyai orangtua yang super sibuk dengan pekerjaannya masing masing, akhirnya kami berjanji makan malam pada pukul 8. Jam menunjukan pukul 8 lebih 15 menit, aku masih menunggu dengan tenang di ruang depan “mungkin mereka terjebak macet maklumlah ini kan Jakarta, jarang rasanya Jakarta terhindar dari yang namanya macet.” kataku dalam hati, namun setelah aku menunggu cukup lama dan jam pun sudah menunjukan pukul 10, tetapi mereka tak kunjung tiba juga. Akhirnya kuputuskan pergi ke kamar untuk tidur, karena percuma saja rasanya menungu mereka, toh jam makan malampun sudah terlewat jauh ini.

yang berada jauh dari kota metropolitan. Karena aku frustasi dan stress aku pun terperosok dalam pergaulan yang buruk. Aku mulai memakai nark*tika, menggambari tubuhku dengan tato, bahkan aku menjadi wanita pengh*bur di salah satu club malam di daerah Jakarta pusat umtuk menghidupi diriku sendiri. Sudah 2 tahun aku melakukan hal serupa, namun sampai sekarang aku tidak tahu dan tidak mau tahu tentang kabar berita kedua orangtuaku, entah mereka mencariku atau malah masih sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Begitu juga dengan Hendry pacarku yang sampai saat ini tak ada kabar tentangnya. Mungkin aku akan merasa bahagia apabila mereka semua (mamah, papah, dan Hendry) mati, walaupun hidupku berujung seperti ini. Hidupku seperti ini karena kedua orangtuaku yang menuruti keegoisaannya dan tidak pernah memberikanku kasih sayang. Mungkin menurut mereka aku hanya sebagai hiasan rumah saja tanpa dirawat dan di perhatikan sedikitpun.

TAMAT

Sepeda Kecilku

Page 36: cerpen 25 judul

Hai, nama ku Octya Celline, kalian dapat memanggilku Selin atau Line. Sekarang aku berada di kelas X SMA Frater Don Bosco Banjarmasin. Dimasa SMP, sehari-harinya aku pergi ke sekolah menggunakan sepeda. Sepeda ku menjadi teman sejati yang selalu setia mengantarkan aku ke tempat mana pun yang ingin ku tuju. Masih teringat di benakku, saat pertama kalinya ibu membelikan sepeda baru buatku. Saat itu diriku masih berumur 7 tahun, ibu membelikan sepeda yang memiliki roda tambahan di sisi kiri dan kanan nya. Kalau diingat lagi, diriku saat berusia 7 tahun sangat gigih dalam belajar bersepeda. Saat pertama menaiki sepeda itu diriku merasa sangat takut, tetapi setelah kukayuh kedua pedalnya. Takut ku berangsur-angsur menghilang dan tergantikan dengan rasa gembira. Betapa bodohnya diriku saat itu, aku berpikir sudah mahir bersepeda. Padahal, sepeda itu bisa berjalan seimbang karena ada 2 roda kecil yang terpasang disisi kiri dan kanan nya. Aku menyombongkan kemahiran bersepedaku pada tetangga yang berada tepat di sebelah rumahku. Tanpa mengetahui bahwa sepeda yang mahir ku naiki adalah sepeda yang beroda 4, dia mempercayai semua cerita ku dan mengajakku untuk balapan sepeda dengannya. Aku dengan senang hati menerima tantangan itu.

Hari minggu pun tiba, saat nya untuk balapan dimulai. Dan saat aku mendorong sepeda ku keluar dari rumah, tetangga ku spontan tertawa terbahak-bahak. Aku bingung dan bertanya padanya “hei, mengapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu?”. Dia menjawab dengan tertawa “hahaha, ku kira kau sangat cerdas hingga dapat mengendarai sepeda hanya dengan sekali latihan. Ternyata sepeda yang kau kendarai memiliki roda tambahan, hahaha”.

Sepulang dari bersepada, aku meniatkan diri untuk dapat mengendarai sepeda tanpa bantuan 2 roda kecil yang dimiliki sepedaku. Aku memohon pada ibu agar 2 roda kecil itu dilepaskan dari sepeda ku, tapi ibu menolak dan menawarkan agar aku belajar secara bertahap. Ibu cuma memperbolehkan sepedaku kehilangan 1 roda kecil. Akhirnya aku menurut, ternyata sepeda roda 3 lebih mengasyikan daripada sepeda roda 4. Walau jalannya selalu condong ke arah yang terdapat roda kecil, tapi cara ini sangat ampuh. Selama belajar bersepeda menggunakan sepeda roda 3 aku tak pernah terjatuh, hingga roda ke 3 dilepaspun aku tetap tiada terjatuh.

teringat bahwa ban sepedaku kempis dan harus dipompa. Dengan wajah masam dan hati marah ku dorong sepeda ku hingga menemukan sebuah bengkel. Untungnya, penambalan ban sepedaku cuma memakan waktu 15 menit dan cuma mengocek uang sebesar Rp 3.000. Aku kembali melajukan sepedaku. Ternyata kesialan masih berpihak pada ku, saat ingin menyeberangkan sepeda ku ke seberang jalan tiba-tiba sebuah truk lewat dengan begitu cepat dan membuat aku terkejut sehingga oleng dalam mengendalikan stang sepedaku. Yang lebih sial lagi, ternyata di sisi jalan ada genangan air kotor dan aku terjatuh kedalam genangan itu. Hatiku cuma dapat menggerutu “tadi pagi kau tak mandi, lihatlah kini jalan memandikanmu”.

TAMAT

Misteri Kertas Hilang

Page 37: cerpen 25 judul

Aku, Icha, Anisa, Endhita dan Leony adalah satu regu di ekstra kurikuler sekolahku. Aku dan teman-teman sepakat untuk memberi nama kelompok kita dengan nama “Melati”. Setiap ada kegiatan Pramuka di sekolah kita, kita tidak akan segan-segan untuk mengikutinya, bagi kita Pramuka adalah segalanya.

Pada hari itu adalah hari terakhir kita untuk memasuki kelas 5 SD, karena memang pada hari itu adalah hari untuk pengambilan rapor kenaikan kelas, dan syukurlah di kelas 5A naik 100% dengan nilai yang sangat memuaskan.

“Mif! Aldi lho naik! Pacarmu itu, hehehehe”, kata Endhita yang memang suka sekali menggodaku dengan sebutan ‘pacarnya Aldi’, memang tidak apalah Endhita memanggilku begitu karena memang aku sudah memiliki rasa ke salah satu laki-laki itu.“Loh? Kok penghinaan! Aldi ya pasti naik lah End! Itu loh Oktan?! Naik nggak?”, kataku sambil tidak mau kalah dari Endhita.“Hey End! Mif! Kalian ikut persami nggak?”, tiba-tiba Icha datang dan menghentikan ejekanku dengan Endhita, sebenarnya aku sedikit kesal! Berani-beraninya menghina Aldi? Huh!“Pasti ikut Cha! Kamu?”, tiba-tiba Leony datang dan menjawab pertanyaan Icha, aku bertanya-tanya di dalam hati, sebenarnya siapa yang ditanyai Icha? Aku dan Endhita atau Leony? Huh! Memang sifat Leony ini tidak bisa dihindari, memang sifatnya yang suka memotong pembicaraan orang selalu dilakukannya.“Hey On! Ini sebenarnya siapa sih yang ditanyai?!”, kataku sebal dengan mengerutkan wajah dan meninggalkan kelas, mungkin empat sahabatku heran dengan kelakuanku.

Pada siang hari sekitar pukul 13:00, aku dan teman-teman datang ke sekolah untuk mengikuti persami ke II yang kita ikuti. Pada siang hari kita masih bersiap-siap dan membersihkan kelas yang akan kami gunakan untuk ruang tidur kita.

“Nis! Tolong angkat meja ini yuk sama aku! Aku nggak kuat sendirian!”, kataku sambil merengek meminta tolong kepada Anisa, akhirnya Anisa menolongku.“Iya Mif!”

Aku dan teman-teman mendegar celetuk Icha, yang berkata “Dimana kertas Pos 2? Padahal aku taruh di dalam kertas Pos ke-1?”

Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa bayangan hitam besar yang menarikku? Dimana kertas itu berada? Lalu, apa bunyi kelapa jatuh itu? Tidak mungkin sampai empat kali berturut-turut! Sampai saat ini pun aku dan keempat temanku masih belum menemukan jawabannya.

Cerpen Karangan: Febbianti Mifta SalsabillaFacebook: www.facebook.com/mitta.147Seorang anak kecil yang ingin menjadi seorang penulis berbakat! Idolanya adalah Dee, penulis novel PERAHU KERTAS. Tanggal lahir 14 Februari, masih menjalani SMP dan masih fokus dengan hobby menulisnya! Semoga berhasil Febby!

Rinduku Pada Pelangi

Page 38: cerpen 25 judul

“O, Tuhanku”, akan kuceritakan apa yang membuatku merasakan rindu pada pelangi selama ini. Dengarlah aku karena sesungguhnya engkau Maha mendengar setiap keluh kesah hambaMu.

Di ujung musim hujan, dimana antara cuaca dingin dengan angin yang menyiuhkan daun dedaunan. Aku, betul-betul rindu melihat indahnya pelangi dan kini sudah tak kuat untuk kutahan. Karena itu, aku ingin memecahkan awan, berperang dengan kilat. Tuhanku! Rindu ini membakar nadi, sekujur tubuh dan jiwaku hingga meluap-luap!

Hatiku sungguh tak bisa kubohongi, Tuhanku. Aku ingin mengatakan, “Aku ingin bertemu pelangi”, dengan cara apa pun! sebab dengan inilah rinduku menemukan tempat dan kepuasan.Salahkah ini Tuhanku? Karena aku tak kuat menahan rindu. O… Tuhan lihatlah! Matahari dan bulan silih berganti aku tak akan beranjak pergi. Aku akan selalu menyaksikan kejadian bergantinya matahari menjadi senja dan menuju malam, dan saat itu pula malam menjadi fajar, yang seakan kekal abadi, setia pada tugasnya.Lihatlah Tuhanku dengan pandangan kasihMu. Aku terlanjur rindu! Dan maafkanlah aku.

Senja ini rinduku padamu ibu, yang begitu menggebu-ngebu. Aku rindu dengan dongeng sebelum tidur dari ibu, cerita-cerita yang memberikan semangat. Kini aku tersadar, cerita itu adalah nasihat-nasihat yang telah ibu kemas untuk bekal hidupku mencapai masa depan yang cerah sesuai dengan ajaran agama. Aku selalu berusaha siap menikmati kesendirianku bersama sepi, mungkin ini karena sudah terbiasa, jadi aku siap. Aku sendiri, memang sendiri. Waktu menggelar malam. Menenggelamkan matahari di tempat lain. Kunang-kunang berterbangan di bawah langit semesta. Membuat tiitik-titik cahaya di antara kegelapan. Udara dingin menyeruak, menyusup ke tulang sum-sum. Pandanganku tertuju pada langit-langit seakan ia menggambarkan wajah ibu. Aku teringat dongeng ibu pada aku dan kakak tentang seorang gadis yang lucu berumur 7 tahun yang selalu duduk di samping telaga menunggu datangnya pelangi ketika hujan turun hanya untuk kesenanganya yang tidak di dapat oleh seorang anak.

Lima menit…Empat menit…Tiga menit…Dua menit…Satu menit…Pelangi telah menghilang, hari menuju senja.

Aku akan segera memberitahukan pada kakak, kepada keluarga, dan terutama pada penduduk sekitar sini bahwa Hari ini ibu datang memenuhi kerinduanku… bersama cakrawala ciptaan Tuhan. Dengan tenang, aku menarik napas dan mengeluarkanya. “Tuhanku, maafkanlah aku! Dan terima kasih atas nikmat-Mu! Aku berteriak. Berharap udara menghantarkan suaraku. Aku menunggumu di batas senja”.

Cerpen Karangan: Alif Vidia Septiyani

Page 39: cerpen 25 judul

Selama Kita Masih Memandang Langit Yang Sama“hei” suara Nada mengagetkanku dari lamunanku.“hayo lagi ngapain pagi-pagi udah ngelamun di jendela, nungguin si itu yah? haha”Pertanyaannya langsung membuatku memerah layaknya udang direbus.. yah, tapi memang benar apa yang Nada katakan. Saat ini aku berdiri di depan jendela kelas – tepatnya setiap pagi, sebelum pengajian pagi dimulai – hanya untuk melihat Ashfar kembali ke kelas usai membereskan masjid sekolah.

Setelah Nada menyambarku dengan pertanyaan tersebut aku langsung duduk di kursiku tanpa menggubris pertanyaannya, itu membuatnya semakin antusias menggodaku. Namaku Syifa Nursabila Galen, namun teman-teman akrab memanggilku Sabil, aku sekarang duduk di kelas XII dan tinggal di sebuah pondok pesantren salafi di daerah Kaloran – Serang, Banten. Kami sama-sama duduk di kelas XII Ipa 3, kami sudah cukup lama berteman. Dari kelas X kami duduk satu meja, itu membuat aku dan Nada semakin dekat, terlebih lagi kami memiliki banyak kesamaan hoby dan kebetulan satu komunitas – komunitas film – . yah dialah salah satu sahabat terbaikku, teman suka dan duka, teman curhat segala macam masalah, termasuk kekagumanku terhadap Ashfar, pun dia tahu.

kukenal, kurang lebih seperti ini bunyi pesannya;“assalamu’alaikum. Semoga Allah tetap melindungi kita dalam lindungan-Nya aamiin. Ukh, ini ana Ashfar. ‘afwan ana baru menghubungi antum sekarang. Bagaimana kabar antum? Ana harap kabar antum baik, ana disini Alhamdulillah baik-baik saja. Selamat, ana dengar antum sudah diterima di PTN yang antum mau, semoga semuanya dimudahkan. Syukron atas doa-doanya, Alhamdulillah ana diterima di universitas Al-Azhar Cairo – Mesir, dua bulan kedepan ana berangkat dan besok insyaAllah tasyakurannya dengan teman-teman sebelum mereka berangkat ke kota PTNnya masing-masing. Ana sangat berharap kedatangan antum besok di kediaman ana jam 10.. jazakallahu khoiron katsiron”.Degg.. lagi-lagi perasaanku tak menentu. Aku berulang-ulang membaca pesan itu, tetap saja isinya sama. Aku bangga padanya, namun aku tak bisa menolak kenyataan bahwa dengan demikian kami semakin jauh, apalagi di negri orang, benua yang berbeda. Aku pun langsung menemui ibuku untuk menunjukkan pesan itu pada beliau, aku ceritakan semua isi hatiku terhadap Ashfar pada ibu. setelah ibu membacanya, kemudian ibu memegang wajahku dan mengusap butiran bening di sudut mataku yang sedari tadi turun, dan mengatakan bahwa aku tidak diizinkan untuk menghadirinya karena aku harus tetap berangkat ke Bandung, dengan tersenyum dan tetap tenang ibu berkata “Allah tidak tidur, apa yang ada di hatimu pun Dia tahu. Jika memang dia terbaik untukmu tentu saja Allah akan mendekatkan kalian, di manapun kalian berada dan sebaliknya sedekat apapun kalian jika Allah tidak menghendakinya maka akan terpisah begitu saja. Yakinlah jodoh tak akan kemana, jodoh tak akan salah alamat”. Ibu menyelesaikan nasehatnya dengan memelukku.

Kota Kematian

Page 40: cerpen 25 judul

Ia bergegas mati, meski istrinya minta untuk lima menit saja menundanya. Anaknya yang kecil minta dibuatkan susu. Lelaki itu sudah tak sabar. Nanti saja kalau sudah pulang dari kematian, katanya. Biarkan anak itu menangis, nanti akan diam kalau capai. Katakan saja, nanti dioleh-olehi cincin Sulaiman dari surga. Dia akan diam. Dan istrinya menurut saja perkataan suaminya itu. Benar juga, anak itu diam karena janji oleh-oleh itu. Cincin Sulaiman memang menjadi impian anak itu. Dongeng yang selalu ia dengar dari emak-nya, membuat keinginan untuk memiliki cincin itu membumbung tinggi. Membumbung tinggi, seperti bapak dan emaknya yang kini sudah melesat ke angkasa menuju kematian.Mereka berdua hampir saja tersesat. Jalan-jalan sudah berubah halus dan lebar. Di kiri kanan, gedung-gedung bertingkat berdiri. Tak ada tanah lapang dan kosong lagi. Sepuluh tahun lalu, terakhir dia pergi ke kematian, gedung-gedung itu belum ada. Hanya gubug kardus nampak di sana; carut marut. Jalannya masih sempit dan berlubang. Tanah-tanah masih banyak tak bertuan. Kota kematian itu kini sudah maju pesat. Kalau dulu hanya gerobak yang berlalu lalang, kini kendaraan bermesin. Mewah lagi. Melihat semua itu, lelaki dan istrinya hampir mengambil jalan menuju ke neraka. Kalau tidak membaca papan arah yang berdiri di pertigaan tadi, mereka sudah tersesat ke kampung neraka.“Hampir saja kita tersesat,” ujar lelaki itu sambil garuk-garuk kepalanya yang plontos itu.“Ya, Pak, aku juga tidak mengenali lagi kota ini,” jawab istrinya tak kalah sengitnya.“Untungnya kita sampai juga di kampung surga ini.”“Kita cari toko Sulaiman, Pak. Kita beli dulu cicin untuk si Kecil. Mumpung masih ingat.” Kata istrinya mengingatkan janji lelaki itu pada anaknya yang kecil tadi.“Kalau masih menjualnya. Barang itu diproduksi secara terbatas. Bahkan belinya juga harus menunjukkan identitas diri. Kita kan tidak punya itu.”“Kau kan mempunyai orang dalam. Kita sogok dia agar menjualnya pada kita.”“Kalau dia masih menjadi karyawan. Kalau tidak…”“Semua karyawan sama, Pak. Mudah disogok. Biasanya mereka yang sok alim itu yang mudah kita iming-iming sogokan.” Tukas istrinya.

Itu cerita masa kecilku. Cerita yang begitu menenggelamkan aku ketika itu. Sekarang, semua itu hanya menjadi bahan tertawaku. Pintar juga cara ibuku mendidikku. Dia tak banyak bicara untuk menasehatiku. Dia tak banyak bekata-kata jika melarangku. Cukup menyebut Cincin Sulaiman. Dan aku akan tahkluk dibuatnya. Dan aku akan semangat mendengarnya. Tergantung apa yang ada dalam benakku. Kau mungkin juga mengalami hal yang sama.

Mungkin cerita itu tak masuk akal dalam pikiranmu sekarang. Memang, sebuah cerita mesti tak masuk akal. Ia hanya imajinasi. Ua hanya fantasi. Angan-angan. Ia dibuat bukan dari kenyataan. Ia muncul dari dalam ruang intuisi dari pembuatnya. Tapi kau harus memahaminya dari sudut yang lain. Apa yang kau dengar, hanyalah yang tampak. Yang tampak belum tentu nyata. Di balik fantasi itu ada makna. Di balik imajinasi ada yang nyata. Kalau kau mau menemukan itu, cerita Cincin Sulaiman itu, masih sesuai untuk kita sekarang. Bahkan hingga kita senja, cerita itu masih menjadi magnit dengan daya tarik luar biasa. Bukankah sudah saya katakan sebelum aku bercerita tadi? Kau harus memilih dan memilah, menimbang dan menentukan.

Cerpen Karangan: Suhariyadi

Permintaan Terakhirku

Page 41: cerpen 25 judul

“Ade tolong panggilin ka seno, cepat” pinta mamaku dengan nada agak marah, “iya mah” jawabku, lalu aku beranjak dari sofa dan berhenti baca komik kesukaanku dan mulai menaiki anak tangga satu persatu

tok..tok..tok.. “siapa..?” tanya ka seno “ini aku rachel, kakak dipanggil mamah di bawah tapi kayanya mamah marah deh sama kakak” kataku “oh iya nanti aku ke bawah” jawab ka seno, “cepat yah ka..” balasku lalu kembali ke bawah dan melanjutkan membaca komik tadi

“ada apa mah..?” tanya ka seno yang tiba-tiba muncul di sampingku, “rachel kamu masuk ke kamar dulu yah?” pinta mamaku “iya mah” jawabku, hhmm.. sepertinya pembicaraan mamah dan kakak serius deh, lebih baik aku masuk kamar sajalah

hufftt… nyamanya kamarku aku suka dengan dekorasi kamarku dengan cat dinding warna hijau, glow in the dark yang jumlahnya ada 15, kasur warna hijau dengan sprai hijau dan boneka keropi dan kura-kura, rak coklat dengan isi beberapa buku pelajaran, novel, dongeng dan komik, lemari coklat berkaca besar dan rak penyimpanan sepatu dan sandal, sambil asik membaca komik, tiba-tiba terdengar suara gaduh seperti ada orang bertengkar, lebih baik aku lanjutkan baca komik aja, tiba-tiba terdengar suara hentak kaki orang sedang berjalan, aku mengintip dari pintu kamarku ternyata itu kak seno, sepertinya dia sedang marah lebih baik aku samper dia

tok..tok..tok.. “kak ini aku rachel aku masuk yah?” kataku “masuk aja” jawab kak seno, aku menghampiri kakak sulungku itu “ada apa ka? kayanya tadi kakak bertengkar sama mamah yah?” tanyaku lembut kepada kakakku itu, “enggak ada apa-apa kok chel, mending kamu tidur sana ini udah malem, nanti besok kan kamu sekolah” kata ka seno “tapi bener kakak enggak apa-apa?” tanyaku lagi “iya benar deh” balas kakak ku “oh ya udah deh aku ke kamar yah ka mau tidur” jawabku “iya, sana tidur” kata ka seno dan aku pergi ke kamarku.

kring.. kring.. kring… suara alarm ku bunyi, dan aku beranjak dari tempat tidur dan bersiap mandi, setelah itu ganti baju dan menuju ke bawah, “kamu udah siap chel, kali ini kakak yah yang anter kamu” kata kakakku, tumben-tumbenan kakakku mau nganterin aku ke sekolah, “tumben kak lagi kenapa nih tiba-tiba mau nganterin aku ke sekolah biasanya juga kakak kan paling ogah nganterin aku ke sekolah” kataku “enggak kok cuma lagi pengen nganterin kamu aja” balasnya, “makasih yah kak” kataku “iya sama-sama kamu yang pinter yah sekolahnya” pesanya “okey.. kak aku masuk dulu yah” balasku dan memasuki gerbang sekolah dan masuk kelas

“semuanya duduk” perintah bu maryam, “hari ini saya akan mengumumkan bahwa teman kita yang bernama rachel cornelia sinlae telah membawa nama baik sekolah kita dalam lomba ips tingkat DKI dan mendapatkan juara 1, rachel kemari kamu” pinta bu maryam “selamat yah chel kamu mendapatkan juara 1 tingkatkan terus prestasimu” kata bu maryam sambil menyerahkan piagam untuku “terimaksih bu” jawabku senang, “silahkan duduk kembali” kata bu maryam, aku gak sabar mau kasih tau mamah.

Sahabat Pelangi

Page 42: cerpen 25 judul

Hari ini aku pergi bareng kedua sahabat yang palng aku sayangi, yaitu JIHAN dan PHELSCHA. Sebenarnya sih, gak hari ini saja aku pergi bareng mereka, tapi hampir tiap hari kok. Aku sangat senang punya sahabat seperti mereka, udah cantik, baik, pintar lagi!. Mereka berdua selalu memotivasi aku untuk belajar, maka dari itu aku sangat bangga punya sahabat seperti mereka. JIHAN dan PHELSCHA sudah aku anggap seperti adik aku sendiri.

Dari mulai berangkat sekolah sampai tiba di sekolah hanya wajah Phelscha yang aku pandangi. Terus dari jam pelararan pertama sampai mau yang terakhir hanya wajah Phelscha yang cantik itu yang ku pikirkan, sampai-sampai guru matematika ku menerangkan pelajarannya aja, gak ku perhatikan. Ya ALLAH…..! apa jangan-jangan aku punya rasa sama Phelscha? Oh…, jangan! Jangan sampai itu terjadi, karena Phelscha itu sahabatku. Itu namanya sama saja aku merusak persahabatan ini. Aku gak mau kalau sampai-sampai “SAHABAT PELANGI” itu bubar. “SAHABAT PELANGI” itu adalah nama persahabatan kami yang sudah kami bentuk sejak, kurang lebih sih…! 1 tahun yang lalu. “PELANGI” itu adalah singkatan nama kami bertiga yaitu, PhELscha_jihAN_eGI (aku). Terlepas dari singkatan nama kami bertiga, “PELANGI” itu memiliki arti tersendiri loh…! Yaitu, PELANGI dapat membuat orang yang, melihatnya menjadi senang dan warnanya yang bervariasi membuatnya menjadi indah. Begitu juga dengan kami, meskipun kami memiliki perbedaan, tapi justu perbedaan itu membuat kami saling melengkapi.

‘Gimana keadaan Phelscha, Han?’ Tanya ku pada Jihan.

Tapi Jihan malah menjawab, ‘Gak ada’. Apa itu maksudnya? aku gak ngerti. Aku pun mengulangi pertanyaan yang sama. Tapi Jihan malah menatapku dengan tatapan sinisnya kemudian ia pun berdiri dan mendorongku ke dinding yang ada di samping ku, sambil menarik kedua kerah seragamku memukuliku dan membenturkan ku hingga berkali-kali, sambil mengatakan‘Kembalikan Phelscha!’ berkali-kali.

Dan tiba-tiba saja ia pun ambruk ke lantai. Aku pun bergegas masuk ke ruangan dimana Phelscha dirawat. Namun, ketika aku masuk ke ruangan tersebut, Dokter langsung mengatakan

“MAAF, KAMI SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK. NAMUN, APA DAYA TUHAN BERKEHENDAK LAIN, JADI IKHLASKANLAH”.

Aku pun tak percaya dengan semua keadaan ini, airmataku pun mulai memecahkan kesedihanku. Aku terus memandangi Phelscha, yang sedang diselimuti kain putih nan bersih dan terbaring lemah tak berdaya serta tak bernyawa lagi. Ku terus mencoba membangunkan Phelscha, berharap sebuah Mukjizat datang. Tapi itu semua tak berguna lagi, Karena ALLAH telah memberikan Phelscha tempat yang paling sempurna dari dunia ini, yaitu SURGA. Kini orang yang selalu ada di tiap pagiku, telah pergi untuk selamanya menghadap “YANG MAHA ESA”.

~ SELESAI ~

Dendam Ataukah Karma?

Page 43: cerpen 25 judul

Gadis itu, mengapa bayangannya masih mengganggu setiap tidur malamku? Apakah ini karena aku terlalu merasa bersalah padanya? Ataukah aku yang mulai menyesal karena mengabaikannya? Entahlah.

Perkenalkan namaku davian, aku laki-laki yang kata orang sangat mempesona dengan apa yang aku miliki sekarang, aku bukanlah pria kaya yang bergelimangan harta. Aku hanya pria biasa dengan hidup yang berkecukupan dan memiliki tubuh yang bisa di bilang seperti aktor korea (itu kata orang), yah aku sangat bersyukur dengan anugerah Tuhan yang sangat sempurna untukku. Tentang cinta? Aku sering mengganti-ganti pasangan, walau sebenarnya aku tak terlalu menginginkan mereka, yang ada di fikiranku hanyalah “seorang laki-laki akan merasa hebat jika memiliki banyak mantan pacar” itu kata teman-temanku, hingga aku memberanikan diri untuk berprilaku playb*y, dan sekarang mantan pacarku bahkan tak mampu aku hitung banyaknya. Namun tak satu pun dari mereka yang mampu meraih cinta tulusku, mungkin ini karena mereka memacariku hanya untuk popularitas semata, bukan dengan hati mereka.

Seumur hidupku, sempat ada seseorang yang mampu menggetarkan hatiku, namun dia bukanlah mantan pacarku melainkan seseorang yang sepertinya menyukaiku namun tak bisa berprilaku sebagaimana seorang gadis memendam perasaan kepada seorang laki-laki, yang ia lakukan malah menjauhiku, walau memang aku tak pernah berteman baik bahkan kami tak pernah mengobrol sama sekali, entah apa penyebabnya aku tak tahu. Namanya erena, ku fikir aku bisa melupakan dia seiring dengan berjalannya waktu namun hingga saat ini aku masih tak mampu lepas dari bayangannya.

Astaga apa-apaan ini? Kenapa ia meniggalkan ku sendirian di tempat seperti ini? Seharusnya aku menahannya lalu mengungkapkan isi hatiku kemudian dia menerimaku dan kami berpacaran, tapi apa ini? Aish dia benar-benar tidak peka, bisakah ku katakan dia bodoh?. Dan disinilah aku sekarang yang hanya bisa memperhatikannya dari jauh, rambut panjang ikalnya terurai tertiup angin menambah kesan manis dirinya, dress tertutup yang sangat pas cantik melekat di tubuhnya, senyum yang sedari tadi tak pernah pudar seolah-olah menambahkan poin kesempurnan seorang putri.

Kini aku hanya duduk termangu tak tahu harus berbuat apa, aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Dia, ediva irawati wanita yang telah mengunci hatiku beberapa tahun belakangan ini kini tengah menggandeng tangan seorang laki-laki yang ku akui tak kalah tampan dariku, dan dia adalah seorang pengusaha muda yang tengah sukses namanya amir saqi, bagaimana bisa ini terjadi? Ini bukalah cerita di sebuah iklan sabun dan bukanlah drama korea yang romantis, ini adalah hidupku yang sepertinya tak ada keberuntungan untuk ku yang telah mengabaikan seseorang yang telah tulus mencintaiku dan yang ku lakukan adalah menelantarkan cinta dan perasaan tulusnya. Ediva irawati, apakah apakah sekarang kamu membalasku? Ataukah ini karma?.

The End

Smile

Page 44: cerpen 25 judul

Tersenyum adalah cara termudah untuk bahagia. Aku mengerti konsep itu. Hanya butuh sedikit tarikan simpul manis dari sudut bibirmu dan dunia akan menjadi sedikit lebih indah. Yang tak ku mengerti hanyalah satu hal. Bagaimana cara melakukannya?

Setiap orang yang kutemui selalu punya cara untuk membuat senyum di wajahnya. Sekalipun mereka memberikan senyuman itu pada orang yang tak dikenalnya sama sekali. Itu sesuatu yang sulit, dan menurutku tidak masuk akal. Untuk apa memberikan senyuman pada orang lain yang bahkan tidak kau ketahui asal-usulnya?

Entahlah.. semua masih teka-teki bagiku pribadi. Teman-temanku bilang aku harus hiburan. Aku akui aku memang sangat membutuhkan hal itu. Aku ingat terakhir kali kapan aku pernah bahagia. Tapi aku rasa itu sudah sangat lama.

Sebenarnya aku tak ingin mengingat hari itu. Aku selalu mencoba untuk melupakan hari dimana semua pernah terjadi. Namun nyatanya ingatan dalam kenangan itu jauh lebih kuat dari apa yang kuduga. Semua yang hanya bayang-bayang kelam menjadi semakin jelas berupa kepingan gambar dan bersatu pada satu film berlatar masa lalu.

Film yang tak pernah bisa berhenti sebelum semuanya selesai diputar. Film yang sebenarnya tak pernah ingin kutahu.Semua dimulai sejak pagi itu di bulan Maret yang kelabu. Langit kota Bandung redup tanpa cahaya matahari yang cerah sebagaimana mestinya. Semua kegiatan manusia seperti lumpuh pada satu titik saat sedikit demi sedikit rinai hujan turun di bumi Bandung.Semua manusia, Kecuali aku dan dia. Kami berjanji akan pergi hari itu apapun yang terjadi. Entah kenapa, dia sangat memaksa. Tak seperti biasanya. Aku juga tak curiga sekalipun kalutan batinku mengatakan ada sesuatu yang salah.

Nyaris dua bulan dia menghilang. Seperti kabut yang cepat datang dan lenyap tanpa jejak. Dia tak pernah menghubungi aku atau siapapun yang bisa memberikan berita tentangnya. Sosial media yang ia miliki pun tak punya pembaharuan yang pasti. Semua masih sama seperti beberapa minggu sebelumnya.

Dan salah satu kenangannya ada disini. Di kursi dalam bus ini. Dia pernah duduk tepat di samping kiriku. Dengan senyumannya dan gengaman erat jemarinya di jariku. Kini yang ada hanya seorang pemuda etnis cina. Dia juga tersenyum dan menggenggam tanganku, tapi dia bukan orang yang sama. Bukan orang yang aku harapkan ada.“Jangan ngelamun mulu Lu. Mending dengerin lagu.” Dia memberiku sebuah headset yang mengalunkan melodi kecil. Lagu yang indah tapi menyakitkan. Lagu tentang kenyataan dan keadaanku saat ini.

You know i cant smile without you.. cant smile without you. I cant live and i cant breath.. finally hard to do anything.. you see i feel glad when youre glad. Feel sad when youre sad.. you only knew, when i’m going through.. i just cant smile without you..

Cerpen Karangan: Lukman N.RBlog: hwanglulu.blogspot.com

Gara Gara Diary

Page 45: cerpen 25 judul

Aku melangkah menelusuri jalan setapak yang setiap hari kulewati. Aku menatap rumput-rumput kecil yang melambai-lambai tertiup angin. Jadi teringat pada puisi yang kutulis di diary. Ngomong-ngomong masalah diary. Aku sedikit memutar tubuh dan kulepaskan salah satu penyandang ranselku. Kucari diary-ku di sana, namun aku tak menemukan apa-apa. khawatir, kulepaskan ranselku dan kuletakkan di hadapanku, kali ini aku duduk di tengah jalan setapak yang sepi itu. kucari diary-ku di setiap tempat. Namun lagi-lagi aku tak menemukan apa-apa.

Aku terdiam, sedikitpun tak menikmati degup jantungku yang terasa lebih cepat dari biasanya. Aku mencoba mengingat setiap kegiatan yang aku lakukan tadi di sekolah. hari ini aku memang sengaja membawa diary kecilku itu. karena aku tahu, hari ini tidak ada pelajaran. Aku ingat, seharian di sekolah aku hanya nangkring di perpus menulis diary dan membaca buku. Setelah itu ingatanku tentang diary semakin kabur. Kali ini aku yakin diary-ku tertinggal di perpus.“mampus!” keluhku pelan. Aku yakin malam ini, aku tidak akan mimpi indah. Tuhan, siapa pun yang menemukan diary-ku. Aku harap orang itu bisa menjaga rahasiaku.

Aku berlari pontang-panting melewati jalan setapak. Tidak peduli dengan penampilanku yang mulai berantakan, tidak peduli dengan tubuhku yang penuh dengan keringat. Yang ada dalam otakku kali ini hanyalah nasib diary kecilku.

Tap-tap-tap!Suara langkahku menggema di koridor sekolah yang lengang. Memang masih sepi, karena aku berangkat terlalu pagi. Begitu tiba di bawah tangga perpus. Sejenak aku menarik napas-napas dalam-dalam sambil menatap tangga yang haru kunaiki. Begitu tubuhku kembali berenergi. Aku langsung berlari menaiki tangga. Betapa terkejutnya aku saat kulihat perpustakaan sekolah masih tutup. Aku duduk di kuris panjang tepat di depan pintu perpus.

Sekitar satu setengah jam aku menunggu di sana. Bahkan aku rela telat demi menemukan diary itu.Saat pintu perpus terbuka. Aku langsung menerobos masuk, hanya menyapa Bu Ina dengan senyuman. Lalu melangkah ke ruang belakang. Tempat aku bersantai kemarin. Dan aku tak percaya saat tiba di sana aku tak menemukan apa-apa. aku ternganga. Lama hanya diam, akhirnya aku memaksakan diriku untuk bertanya pada Bu Ina.“permisi, Bu.” Kataku pelan.Bu Ina mendongak menatapku. “ada apa?”“ibu ngeliat Diary warna biru kecil nggak?”Kulihat Bu Ina mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian matanya melebar. “oh, diary?

Cerpen Karangan: Ulfa Nurul HidayahFacebook: Ulfachan Paul/ulfa Chan Ga Sukida

Ku Nanti, Kita Kembali

Page 46: cerpen 25 judul

Raut wajah Nabila, sesaat tertampak seperti monster imut saat ia terbangun dari mimpinya di atas susunan karakter-karakter yang begitu empuk, saat pagi menyapa“Ah, pagi ini tak berbeda dengan kemarin..” sambutnya tanpa semangat,Sesaat teringat olehnya kejadian tadi malam, ketika semua orang sedang berbagi cokelat, ketika semua orang berbicara tentang cinta melebihi kapasitas normalnya, ia justru mendapatkan hal yang bahkan semua orang tak ingin, di saat ia mengharap sebuah kejutan manis, di saat ia merindukan pelukan hangat itu, kenyataan menjawab dengan modus inversnya, Tak terasa, cairan itu pun meleleh lagi di wajahnya, mewakili kesedihannya yang mendalam, di dalam hatinya berkata..“Mengapa harus ditemukan, bila akhirnya terpisah?”.Namun begitu, Nabila tetap berharap cintanya kembali. Hari-hari tetap dilalui Nabila dengan senyuman, sekilas tak tampak aksen sedih di wajahnya…

Di kelas Tasya sahabat Nabila mengambil buku lalu duduk di samping Nabila“Lho, Bil kamu kok fine-fine aja, gak galau nih?” tanyanya sambil menyalin jawaban matematika Nabila,“Ah, ndak Sya, aku yakin dia pasti balik” ucapnya dengan penuh semangat sambil menghirup spray yang dipegangnya,“Em, yakin bener, semangat ya say, kagak usah galau”“Pastinya dong Sya”.

Bel pun berdering tanda waktu istirahat telah usai, satu persatu kawan Nabila pun masuk ke kelas, senyuman Nabila tak lepas dari seorang yang baru saja masuk itu, sorotan senyumannya buyar, ketika seorang itu meliriknya balik dengan wajah cuek, terbesit perih di hatinya, tapi ia anggap ini adalah cobaan untuk dia dan hatinya, seberapa kuat cinta yang dimilikinya, pelajaran pun berjalan seperti biasa, lambat laun Nabila merasa tak nyaman, tapi ia lagi-lagi bersabar, menanti waktu yang diharapnya mungkin terjadi…“Woi, Did tu Nabila lu cuekin gitu sih, bantu dong gak kompak ah, 1 kelompok juga” Teriak Tasya ke Dida yang sedang ngobrol dengan teman-temannya, bermaksud mendekatkan Dida dengan Nabila kembali..“Lu aja Sya, gue sibuk” Teriak Dida balik.“Ah elu, kagak asyik ah,”.“Udah Sya, aku bisa sendiri kok, sini, kamu aja yang bantu aku” ucap Nabila sambil mengambilkan kursi untuk Tasya,“Maaf Bil, aku nggak bisa bawain Dida ke kamu”“It’s ok Sya, gak papa.. ayo kita kerjain tugasnya…”

Setelah pelajaran usai, mereka pun menuju tempat parkir untuk bersiap,“Udah, lu ikut mobil gue aja, ntar mobil lu biar ngikut di belakang mobil gue dibawa supir gue aja” ucap Tasya sinis,“iye dahh.. iye”Dalam perjalanan pulang .

TAMAT

Arloji Pemberi TemanFeby dan Via sedang bermain di pantai yang kebetulan dekat dengan rumah mereka. ya, mereka adalah anak nelayan yang tinggal di pinggir pantai. desa mereka bernama “Ikan

Page 47: cerpen 25 judul

Makmur”. memang nama yang lucu dan aneh untuk sebuah desa. Feby dan Via ini adalah teman akrab sejak mereka masih kecil. mereka adalah sahabat yang setia. walau sifat feby yang tomboy dan sifat Via yang agak feminim gitu tapi mereka tak pernah bertengkar.

Saat feby sedang berlari mengejar via, ia menemukan sebuah arloji yang indah. “vi.. sini bentar deh.. aku nemuin sesuatu nih..” ujar feby. “apaan.. jangan bohong ya.. nanti kamu bohong saja untuk menangkapku.” ujar via. “ih.. ini gak bohong. sini deh..” ujar feby lagi. via pun menghampiri feby. “apa?” tanyanya. “ni lihat aku nemuin arloji yang indah dan ‘cool’ nih.” Jawab feby. “mana mana?” tanyanya. “sabar bro..” lalu feby memperlihatkan arloji itu kepada via. “wih.. cantik banget nih arloji..” ujar via sambil mengedip ngedipkan matanya. “gak, gak cantik tapi cool..” ujar feby. “cantik!” “cool!” “cantik!” “cool!” “ih.. oh, gimana kalau cantik dan cool?” ujar via. “ya…” ujar feby.

Mereka pun membawa arloji yang dibalut warna kuning keemasan itu ke rumah pohon yang dibuat oleh ayah feby. “buka dong..” ujar via. “ia ini juga mau dibuka” ujar feby. “ayo buka..” “sabar dong bro..” saat febi mebuka penutup arloji itu dan keluarlah dua orang yang cukup cantik. mereka pun sempat kaget. “dimana kita?” ujar perempuan yang menggunakan mahkota. “entahlah. sepertinya kita ada di dimensi lain putri.” ujar seorang yang satunyas sambil celingak celinguk. “eh.. eh.. sepertinya itu putri deh..” ujar feby sambil menyenggol tangan via. “iya.. mungkin.” jawab via. “caktik ya..” ujar feby berbisik. “ah.. enggak ah.. lebih cantikkan aku kali..” ujar via. “huu.. dasar..”. tiba tiba seseorang yang memakai mahkota itu bertanya dengan sedikit berteriak dan mengagetkan feby dan via yang sedang berbisik. “siapa kalian?” tanya orang itu. “lah kamu siapa terus ngapain di markas rahasia kami?” tanya via balik. “kami datang kesini karena arloji ajaibku memanggilku.” ujar orang itu. “ohh.. salam kenal aku feby dan ini temanku via yang.. yah.. agak centil dan sok imut.” ujar feby memperkenalkan diri. “oh.. apakah kalian ini manusia dan kami sekarang sedang ada di bumi?” tanya orang yang tidak memakai mahkota itu. “lah, kamu kira kita ini apa? hewan? ya jelas kami manusia! Memangnya kalian apa hah?” ujar via sedikit sewot. “sabar vi..” ujar feby. “kami ini peri.” jawab mereka serempak. “hahahahaha…” feby dan via pun tertawa. “kenapa kalian tertawa? apa ada yang lucu?” tanya orang yang memakai mahkota itu. “hehe.. gak kok.. oh iya kalian belum memperkenalkan diri kalian.” ujar feby. “hhmm…

Saat hari sudah mulai sore, mereka pun berpisah. “hhm.. feby, via terima kasih kalian sudah mengajak kami melihat lihat dimensi kalian.” ujar putri stevhani. “ya putri. oh ya ini arloji punya putri.” ujar feby. “hhmm… putri, icha apa kalian akan pergi.?” tanya via yang nampak sedih. “oh.. arloji ini, simpan saja. siapa tau kita akan bertemu kembali.” ujar putri stevhani. “bener nih? makasih ya putri.” ujar feby. “oh ya satu hal lagi, jangan penggil aku putri dong. panggil aja stevhani.” ujar stevhani. “oh oke put.. eh stevhani.” Jawab via. mereka pun berpisah di pantai itu.

Cerpen Karangan: Febriska Ditiea UtamiFacebook: Https://www.facebook.com/feby.febyutami

Cause Too Much

Page 48: cerpen 25 judul

Saatku mulai membuka mata, tanda akan memulai hal-hal baru yang tidak dapat ku ketebak. Namaku Nia Augustina Valeri. Aku melihat ke jam bekerku, “What, udah jam 6?!”, teriakku. Aku segera bergegas berlari ke wc dan mengambil seragam, dan handukku. Setelah mandi dan berseragam, aku mengambil roti dan selai strawberry. Lalu mengoleskan selai strawberry ke atas roti. Setelah itu, aku pun bergegas pergi ke sekolah menggunakan angkot.

Sekarang aku sudah memasuki kelas 7. Selama hidupku ini aku tidak pernah diantar jemput oleh orang tua ku, orang tua ku sudah meninggal sejak aku masih umur 2 tahun, mereka meninggal akibat tabrakan yang tragis, “ahhh, sudahlah lupakan saja cerita itu, aku ingin melupakannya”, bantah ku. “Tring… tring…”, aku segera berlari menuju pintu gerbang. Terlihat pak satpam segera menutup pintu gerbang, “Tunggu, tunggu pak!”, teriakku. “Akhirnya !sampai juga di sekolah, mari melakukan hal-hal yang menyenangkan”. “Nia.. Nia.., sini-sini, cepetan”. “Ada apa sih?”, tanya ku. “Untung aja kamu gak terlambat, mana papan namamu, hari ini kan kita mos?”, tanya temanku, Silvia Audrey. Aku berteriak, “Mampus gue, lupa bawa, sial banget gue hari ini, udah terlambat bangun, gak bawa papan nama lagi. Haizzz, temani gue bilang ke kakak osis, we, please”, gumam ku. “owwwhhh, baik lah”, kata Silvia.

Sampai di ruang osis aku mengatakan ke kakak osis, lalu meminta maaf ke kakak osis karena tidak membawa papan nama, tapi kakak osis itu malah menghukumku, haizzz. Kakak osis itu menyuruhku push-up 100 kali, tapi tidak apa-apa lah yang penting itu kan salahku, siapa suruh aku gak bawa ya, hahaha. Setelah kami semua mos dan minta tanda tangan dari para guru dan kakak-kakak kelas, kami semua pulang. Keesokannya, aku segera berlari ke sekolah supaya tidak terlambat lagi, mau tau kenapa? Kemarin ada pengumuman dari guru-guru, kalau terlambat masuk sekolah, harus memungut sampah, dan masuk ke buku pelanggaran. Aku sekolah karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Di Sd aku mendapat juara umum 1, sampai di kelas, aku termenung, tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkan ku dari belakang. “ohhh, hebat ya Mario, suka banget sih jahilin orang!”, teriakku di kuping Mario. Mario adalah teman lamaku dari SD. “Sorry”, katanya.

Aku dan Silvia sampai bolos dari sekolah karena mengikuti Daniel. Astaga saat kami sampai di halaman rumah Daniel, olala dia diberikan uang oleh kawan-kawannya, “Aktingmu sangat bagus, Raynald”, kata temannya sambil menepuk bahu Raynald. Aku terkejut ternyata ia membohongi kami satu kelas dengan senyum palsunya itu, “Ternyata nama Daniel yang sebenarnya itu adalah Raynald, jadi dia membohongi aku”. “Sabar ya Nia, memang laki-laki itu semua BUAYA DARAT”, ucap Silvia untuk menenangkanku. “maaf ya Sil, aku tuh bego banget sampe nggak tau kalau dia membohongiku”, kataku. “Tidak apa-apa, aku juga minta maaf Nia, sebenarnya waktu aku SD di Surabaya, aku tuh sebenarnya mantan si Raynald, tanpa kusadari esok harinya dia bilang kepadaku bahwa ia ingin putus denganku”, ucap Silvia. “Ooo jadi begitu ya, ceritanya, Sebaiknya besok aku duluan yang minta putus dengannya, biar dia tau betapa sedihnya perempuan yang sudah dikhianatinya”, teriakku.

The Ent

Oralda dan SisilianoOralda gadis yang sangat cantik, matanya berbinar binar, langkahnya begitu cepat dia segera mengambil gaun cantik bewarna putih yang tergeletak di atas ranjangnya, tiba-tiba matanya melihat ada sebuah surat yang sangat bersih dan tulisanya rapih. Dia sangat penasaran lalu

Page 49: cerpen 25 judul

dilihatnya surat itu dengan seksama namun tiba-tiba air matanya mengalir deras. Oralda gadis yang malang dia harus rela melepaskan kekasihnya yang bernama Sisiliano cinta pertamanya sampai saat ini jadi yang menghadiahkan gaun putih nan cantik itu adalah Sisiliano. Sisiliano pemuda malang itu harus menikah dengan seorang gadis kaya untuk melunasi utang ayahnnya dengan ayah gadis itu.

Perayaan ulang tahun Oralda begitu meriah seluruh keluarga dan juga teman-teman Oralda datang dan disaat itulah sang ayah dan ibu Oralda mengenalkan jodoh untuk Oralda…“Oralda sekarang kamu sudah berumur 25 tahun maka ayah ingin kamu cepat menikah. Maka ayah akan mengenalkan calon yang cocok untukmu. Ayo Ferdi”“Hai aku Ferdi”. Dia sangat ramah senyumnya begitu memukau“Oralda”. Jawab Oralda singkat“Nah sekarang kalian ngobrol-ngobrol dulu sana. Ibu yakin kalian berdua bisa cepat akrab”. Ibu Orlada begitu antusias

Terjadilah percakapan di antara mereka namun Oralda belum dapat melupakan Sisiliano. Hari berganti hari bulan berganti bulan mereka pun menikah namun entah mengapa Oralda belum dapat melupakan Sisiliano.

“Oralda, kamu sedang memikirkan apa?” Tanya Ferdi dia begitu lembut“Oh tidak apa apa” Jawab Oralda berbohong“Kalau ada masalah cerita saja. Jangan dipendam aku mau kok, dengar keluh kesahmu” Ferdi. ya Ferdi dia adalah suami yang baikOralda terdiam. Dia sudah berusaha untuk melupakan Sisiliano namun belum dapat. Ah, Sisiliano dimanakah kau sekarang?Hari berganti hari bulan berganti bulan tahun berganti tahun hari-hari Oralda begitu bahagia apalagi saat ini buah cinta mereka sudah lahir dan mereka memberi nama Erick. Apalagi saat ini Erick sedang lucu-lucunya hal itu membuat Oralda semakin melupakan Sisiliano.

Lain halnya dengan pemuda malang bernama Sisiliano. Hari-harinya diwarnai dengan pertengkaran bahkan Tina menceraikan Sisiliano karena ternyata Tina adalah l*sbian. Tina mempunyai teman l*sbi bernama Sonya. Pemuda itu begitu malang hatinya pedih tidak terkira. Ia kembali mengingat Oralda gadis cinta pertamanya. Oralda, dimanakah kau

Oralda dan Sisiliano sepasang kekasih yang telah berpisah dan saat ini Oralda sudah menjadi milik orang yaitu Ferdi suami yang sangat baik. Oralda dan Sisiliano mantan sepasang kekasih yang harus menerima kenyataan hidup yang berbeda.Oralda dan Sisiliano mantan sepasang kekasih yang harus menjalani kisah hidup yang berbeda…

Cerpen Karangan: Mudi

Love or FriendsHoaaaammm.. Aku terbangun seiring dengan bunyi alarm. Aku bangun dengan langkah sempoyongan dan bergegas berjalan ke kamar mandi. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah ke jenjang berikutnya, SMA, yang berarti menandakan sudah berlalunya proses MOS

Page 50: cerpen 25 judul

yang mengerikan itu. Horeee seruku dalam hati. Saking bersemangatnya, aku memakai baju secepat kilat hingga membuat kegaduhan. Tapi karena aku anak tunggal, tidak ada yang mengomeliku karena kegaduhan itu.

Sesampainya di depan gerbang sekolah baruku itu, aku masih tidak percaya kalau aku dapat bersekolah di sekolah yang terkenal elite ini. Ya tentu saja aku bersekolah di SMA Angkasa yang sangat populer dan elite. Dengan langkah perlahan-lahan, aku mulai memasuki area lapangan sekolah yang luas. Aku berjalan ke arah seorang guru yang tampaknya mengetahui denah kelas-kelas dan bertanya dimana ruangan kelasku dengan muka yang kuharap terlihat sopan. Dengan hati yang deg-degan aku melangkah menuju sebuah kelas yang ditunjuk guru itu. Dengan kepala yang ditundukkan, aku mulai melangkah memasuki kelas. Aku berharap tidak menabrak siapa pun dengan kepala ku yang sedang tertunduk ini. Tetapi, harapanku tidak terkabulkan. Aku menabrak tubuh seseorang, dan orang itu hampir terjatuh kalau dia tidak berpegangan dengan meja terdekat.“Maaf.. Maaf..”“Tenang aja. Tidak apa-apa kok,” Orang yang kutabrak itu pun terdiam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. “Ehmm.. Haloo nama gue Oci. Lo Ella kan?”, pertanyaannya membuatku melihat ke arahnya sambil menelengkan kepalaku ke kanan. Darimana dia tahu namaku?Seakan dia dapat mengetahui apa yang berputar di otakku dia menjawab, “Lo gak kenal gue? Gue yang duduk di belakang lo pas MOS kemarin..”Sesaat aku tertegun, Kenapa gue bisa lupa ya? Ckck, “Oh iya.. Maaf maaf. Saking buru-burunya otak gue jadi nge-blank. Hehe maap yak,” ucapku sambil tersenyum kikuk.“Udah enggak apa-apa,” Oci terdiam sesaat. “Emmm, lo nanti duduk sebangku sama siapa?”“Mmm gue belum tau. Gimana kalo kita duduk sebangku aja?” ucapku antusias.“Ooh oke.” ucapnya girang.

Sedangkan hubunganku dengan Giri…Kami sempat bertengkar karena perbedaan pendapat. Tapi kami balikkan lagi, karena kami berdua sama-sama tidak tahan untuk marahan lama. Setelah menyelesaikan S1 ku disini, aku pergi menyusul Giri yang sedang kuliah jurusan musik di Harvard.Dan pada akhirnya seperti inilah DOREMI, terpecah belah. Menurut kalian, apabila kalian mendapat kejadian yang sama dengan yang dialami sahabatku, kalian akan memilih yang mana? Cinta atau Persahabatan?

Cerpen Karangan: Yuka Erawati

Page 51: cerpen 25 judul