Cerita Rakyat Ratu Boko

5
CERITA RAKYAT RATU BOKO Bermula pada kisaran abad ke-17, H.J. DeGraff seorang warga negara Belanda memuat dalam catatannya bahwa orang-orang Eropa yang datang ke tanah Jawa telah melaporkan keberadaan tempat peninggalan sejarah purbakala, dan menerangkan telah ditemukan reruntuhan bangunan istana, yang konon istana Prabu Boko, seorang Raja yang berasal dari Bali. Sedangkan kisah Prabu Boko juga merupakan cerita rakyat kuno yang ada di tanah Jawa pada jaman masuknya agama Hindu. Banyak catatan yang dibuat berkaitan dengan sejarah keberadaan situs purbakala di bukit desa Bokoharjo ini. Dan tak kurang pula prasasti yang menjadi jejak untuk penelusuran atas riwayat berdirinya. Situs Istana Ratu Boko, meskipun sebagian besar berupa reruntuhan dan puing, tapi daya mistis akan kisah sejarahnya masih terasa hingga kini. Hingga masih banyak misteri di dalam reruntuhan bangunan yang didominasi batuan tersebut yang belum selesai dirangkai kisah sejarahnya. Alkisah pada suatu ketika, bertahtalah seorang Raja yang bernama Prabu Dewatasari di Kraton Prambanan, namun banyak diantara rakyatnya yang menyebut juga bahwa Raja Prambanan adalah Prabu Boko, seorang Raja yang ditakuti karena konon menurut cerita, Prabu Boko gemar makan daging manusia. Dan ternyata, sesungguhnya Prabu Boko adalah seorang perempuan, yaitu permaisuri Raja Prambanan yang bernama asli Prabu Prawatasari. Prabu Boko adalah perempuan titisan raksasa yang bernama Buto Nyai, meskipun begitu, kecantikannya tidak ada yang menandingi di wilayah Jawa Tengah kala itu. Dan karena postur badannya yang tinggi melebihi rata-rata tinggi orang dewasa di masa itu, maka dia juga mendapat nama alias atau julukan Roro Jonggrang. Setelah melahirkan putranya, Prabu Boko mempunyai

description

Ratu Boko

Transcript of Cerita Rakyat Ratu Boko

Page 1: Cerita Rakyat Ratu Boko

CERITA RAKYAT RATU BOKO

Bermula pada kisaran abad ke-17, H.J. DeGraff seorang warga negara Belanda memuat dalam

catatannya bahwa orang-orang Eropa yang datang ke tanah Jawa telah melaporkan keberadaan tempat

peninggalan sejarah purbakala, dan menerangkan telah ditemukan reruntuhan bangunan istana, yang

konon istana Prabu Boko, seorang Raja yang berasal dari Bali. Sedangkan kisah Prabu Boko juga

merupakan cerita rakyat kuno yang ada di tanah Jawa pada jaman masuknya agama Hindu. Banyak

catatan yang dibuat berkaitan dengan sejarah keberadaan situs purbakala di bukit desa Bokoharjo ini.

Dan tak kurang pula prasasti yang menjadi jejak untuk penelusuran atas riwayat berdirinya. Situs

Istana Ratu Boko, meskipun sebagian besar berupa reruntuhan dan puing, tapi daya mistis akan kisah

sejarahnya masih terasa hingga kini. Hingga masih banyak misteri di dalam reruntuhan bangunan

yang didominasi batuan tersebut yang belum selesai dirangkai kisah sejarahnya. 

Alkisah pada suatu ketika, bertahtalah seorang Raja yang bernama Prabu Dewatasari di

Kraton Prambanan, namun banyak diantara rakyatnya yang menyebut juga bahwa Raja Prambanan

adalah Prabu Boko, seorang Raja yang ditakuti karena konon menurut cerita, Prabu Boko gemar

makan daging manusia. Dan ternyata, sesungguhnya Prabu Boko adalah seorang perempuan, yaitu

permaisuri Raja Prambanan yang bernama asli Prabu Prawatasari. Prabu Boko adalah perempuan

titisan raksasa yang bernama Buto Nyai, meskipun begitu, kecantikannya tidak ada yang menandingi

di wilayah Jawa Tengah kala itu.   Dan karena postur badannya yang tinggi melebihi rata-rata tinggi

orang dewasa di masa itu, maka dia juga mendapat nama alias atau julukan Roro Jonggrang. Setelah

melahirkan putranya, Prabu Boko mempunyai kebiasaan memakan daging manusia. Dan karena

perbuatannya tersebut, sang Raja Prabu Dewatasari murka dan mengusir permaisurinya meninggalkan

istana. Kepergian sang permaisuri meninggalkan luka bagi Raja dan putranya yang masih bayi.

Akhirnya dibuatlah patung dari batu yang menyerupai istrinya yang kini dikenal dengan Roro

Jonggrang. Kisah yang seakan membawa kita masuk ke dalam era kejayaan cerita rakyat ini

merupakan kutipan dari cerita Mas Ngabehi Purbawidjaja dalam Serat Babad Kadhiri. Dan kaitan

kisah tersebut dengan keberadaan situs Istana Ratu Boko yang berlokasi di sebelah selatan candi

Prambanan makin menambah pesona mistis akan keberadaannya.

Sementara di perbukitan tempat berdirinya situs Istana Ratu Boko, menyisakan

sebuah legenda yang mengisahkan bahwa Ratu Boko adalah seorang Raja, dalam bahasa

Jawa berarti Raja Bangau. Dan Raja Bangau adalah ayah dari Roro Jonggrang atau Loro

Jonggrang, yang telah membuat seorang pemuda bernama Bandung Bondowoso jatuh hati

hingga tergila-gila untuk mempersuntingnya menjadi istri dengan persyaratan apapun. Dan

Page 2: Cerita Rakyat Ratu Boko

mungkin kisah Bandung Bondowoso yang jatuh hati dengan Roro Jonggrang ini lebih

populer hingga kini dibandingkan kisah sejarah berdirinya candi Prambanan maupun

keberadaan situs Istana Ratu Boko. Legenda pembuatan 1000 candi semalam suntuk oleh

Bandung Bondowoso hingga batas waktu saat ayam jantan berkokok, memberikan sensasi

romantisme kehidupan negeri dongeng dalam cerita rakyat yang seolah akan terus melekat

pada dinding batu-batu candi. 

Pada beberapa prasasti yang ditemukan berkaitan dengan penelusuran sejarah berdirinya

Istana Ratu Boko, sedikit membuka pintu untuk kembali ke masa lampau. Pada masa Mataram Kuno

atau Mataram Hindu para penguasa wilayah mempunyai gelar Rakai yang artinya ‘penguasa di’. Pada

jaman dulu bangunan Istana Ratu Boko dibuat untuk digunakan sebagai Vihara oleh Rakai

Panangkaran penguasa pada jaman dinasti Syailendra di abad ke-VIII. Dan awalnya situs ini bernama

Ambhayagiri, yang mempunyai arti ‘bukit kedamaian’, dan disinilah tempat ini awalnya berfungsi

sebagai tempat belajar tentang hidup dan menjadi manusia seutuhnya, yang membuat orang-orang

dari berbagai negeri datang untuk belajar. Hingga ilmunyapun akhirnya sampai ke Tibet dan masih

ada hingga sekarang. Pada era berikutnya, juga berdasarkan temuan prasasti, terjadi alih fungsi

bangunan yang kemudian digunakan sebagai istana atau tempat tinggal bagi Rakai Walaing Pu

Kombayoni dan berganti nama menjadi Kraton Walaing. Kemudian masa berikutnya terjadi

percampuran pengaruh Hindu dan Budha pada bangunan Istana Ratu Boko, yakni pada abad ke-IX.

Hal tersebut disebabkan adanya perkawinan antara Rakai Pikatan yang berasal dari dinasti Sanjaya

dengan Pramudawardani putri Samaratungga Raja terakhir dari dinasti Syailendra yang menganut

ajaran Budha. Dan pada masa kekuasaannya sebagai Raja tunggal di tanah Jawa Tengah, Rakai

Pikatan membangun candi Prambanan yang berlokasi tidak jauh dari Istana Ratu Boko. Pada temuan

prasasti era berikutnya, yakni abad ke X, penguasa penerus Rakai Pikatan adalah anak bungsunya

yang bernama Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. , dan di masa Rakai Kayuwangi ini konon Istana

Ratu Boko digunakan sebagai beteng perlindungan atau lokasi persembunyian. Kisah demi kisah dari

tiap generasi dan perubahan fungsi terus menyertai keberadaan Istana Ratu Boko pada masa lalu,

hingga masa kini. 

Melewati kurun waktu yang panjang, dari abad ke VIII hingga kini memasuki abad ke-XXI,

situs Istana Ratu Boko seakan mengalami ‘reinkarnasi’ atau kembali seperti fungsi awal mula

bangunan ini diciptakan. Suasana damai dari bukit yang letaknya tidak terlalu jauh dari kemajuan

kehidupan kota masih sangat bisa dirasakan hingga kini. Meskipun setiap jaman mempunyai gaya

hidup yang selalu berbeda, termasuk kondisi Istana Ratu Boko sekarang ini, tapi situs ini masih

mempunyai peran besar sebagai tempat untuk belajar, minimal bisa belajar menghargai kehebatan

bagaimana konstruksi material batuan yang besar ini bisa disusun rapi di puncak bukit di masa itu.

Fasilitas yang berkaitan dengan kekinian juga sudah mewarnai wajah situs purbakala ini. Mulai dari

Page 3: Cerita Rakyat Ratu Boko

restaurant dengan pemandangan dari ketinggian bukit ke arah candi Prambanan hingga aktifitas

hiking ataupun trekking bisa dilakukan di sini. Hal tersebut menjadi pelengkap atas ketersediaan paket

belajar bidang arkeologi dan sejarah di reruntuhan Istana yang di masa dulu pasti terlihat lebih megah

ini. Seakan keberadaannya akan selalu menyimpan misteri atas perubahan fungsi dari setiap

‘pergantian penguasa’ dari generasi ke generasi. 

Semua kisah legenda dan catatan sejarah lewat temuan prasasti, serta perubahan dari jaman ke

jaman tersebut kian mempertegas bahwa siapapun yang hidup di era sekarang ini sebenarnya sama

jauhnya dengan misteri sejarah dibalik keindahan situs Istana Ratu Boko yang terletak di wilayah

perbukitan desa Sumberwatu (Sambirejo) dan desa Bokoharjo (Dawung) kecamatan Prambanan

Kabupaten Sleman Yogyakarta. Perbukitan Boko yang merupakan bagian dari rangkaian perbukitan

Gunung Kidul yang didominasi batuan dan pasir ini seolah masih banyak menyembunyikan kisah

besar yang pernah hidup di dalamnya. Tapi setidaknya, keberadaan lokasi situs ini tidaklah jauh dari

kehidupan masa kini, jarak dari kota Yogyakarta sekitar 18 km dan dari kota Solo kurang lebih 50 km,

sementara dari candi Prambanan berjarak sekitar 3 km, tidaklah terlalu jauh untuk tetap bisa

menikmati misteri yang ada di balik reruntuhan batu-batu yang tampak masih kokoh dan menikmati

keleluasaan untuk berimajinasi atas kehidupan serta kejayaan masa emas generasi para leluhur dahulu

kala.