Cerita Khusus Di Hari Kartini

16
CERITA KHUSUS DI HARI KARTINI Destarata: "Hai Gendari isteriku, kau tidaklah buta. Yang buta hanyalah saya. Kau hanya menutup matamu saja. Kau tutup matamu karena kau takut melihat kenyataan yang memperlihatkan keunggulan para Pandawa atas anak-anak kita Kurawa". Gendari diam saja, tidak tahu apa yang akan diucapkan untuk meredam kemarahan sang suami. Destarata melanjutkan: "Seharusnya kau sebagai ibu dari keseratus anak kita, mendidik mereka dengan pandangan yang jelas, bukan dengan menutup matamu". Gendari memberanikan diri berucap: "Suamiku, saya menutup mata semata-mata untuk mengimbangi keadaan nyata suamiku. Lagian kan ada adik Sengkuni yang mendidik mereka". Destarata: "Saya tidak percaya kepada siapapun kecuali pada diriku sendiri". Gendari: "Termasuk dengan saya isterimu kakang?" Destarata: "Ya betul. Termasuk dirimu. Termasuk adikmu Sengkuni. Juga termasuk anak-anakku sebagai hasil didikan adikmu Sengkuni".

description

Ajaran yang tersirat dalam cerita pewayangan

Transcript of Cerita Khusus Di Hari Kartini

Page 1: Cerita Khusus Di Hari Kartini

CERITA KHUSUS DI HARI KARTINI

Destarata: "Hai Gendari isteriku, kau tidaklah buta. Yang buta hanyalah saya. Kau hanya menutup matamu saja. Kau tutup matamu karena kau takut melihat kenyataan yang memperlihatkan keunggulan para Pandawa atas anak-anak kita Kurawa". Gendari diam saja, tidak tahu apa yang akan diucapkan untuk meredam kemarahan sang suami.Destarata melanjutkan: "Seharusnya kau sebagai ibu dari keseratus anak kita, mendidik mereka dengan pandangan yang jelas, bukan dengan menutup matamu".Gendari memberanikan diri berucap: "Suamiku, saya menutup mata semata-mata untuk mengimbangi keadaan nyata suamiku. Lagian kan ada adik Sengkuni yang mendidik mereka".Destarata: "Saya tidak percaya kepada siapapun kecuali pada diriku sendiri".Gendari: "Termasuk dengan saya isterimu kakang?"Destarata: "Ya betul. Termasuk dirimu. Termasuk adikmu Sengkuni. Juga termasuk anak-anakku sebagai hasil didikan adikmu Sengkuni".

Page 2: Cerita Khusus Di Hari Kartini

MENGAPA TANGAN KANAN HARJUNA BERJARI 6 (SIWIL)?Persidangan yang dilaksanakan di pendopo padepokan Sokalima dihadiri oleh Aswatama, Harjuna, Dewi Anggraeni, dan suaminya Palgunadi/ Bambang Ekalaya.Durna: “Sekarang apa yang akan kau laporkan Dewi Anggraeni, silahkan”.Dewi Anggraeni: “Duh guru Durna, sebetulnya saya kurang enak menyampaikan hal ini, tapi apa boleh buat, dengan sangat terpaksa tetap akan saya sampaikan”.Durna: “Sampaikan saja dengan sejujurnya”.Dewi Anggraeni: “Selama dalam perjalanan saya tadi bersama rombongan untuk menyusul suami saya Bambang Ekalaya, saya diganggu terus oleh raden Harjuna, bahkan hampir di”gonjak”nya. Bahkan dia melamar saya untuk menjadi isterinya”.Harjuna: “Diajeng Dewi Anggraeni, bagaimana bisa aku berbuat begitu dengan wanita yang sangat saya cintai. Itu tadi hanya merupakan ungkapan rasa cinta saya kepada diajeng”.Durna: “Kau jangan membuat cerita bohong Dewi Anggraeni, cerita ini harus ada saksinya baru bisa saya proses”.Tiba-tiba Aswatama menyaut.Aswatama: “Romo, sayalah orang yang menjadi saksi atas ketidak sopanan Hartuna terhadap Dewi Anggraeni”. Ucapan Aswatama ini didasari rasa dendamnya terhadap Harjuna karena telah menggagalkan cintanya terhadap Banowati”.

Page 3: Cerita Khusus Di Hari Kartini

Mendengar laporan isterinya dan kesaksian Aswatama, Bambang Ekalaya marah besar, dan menantang Harjuna untuk bertanding. Sebelum pelaksanaan pertandingan antara Harjuna dan Bambang Ekalaya, Durna membisiki Harjuna.Durna: “Muridku cah bagus, perlu kau ketahui bahwa bambang Ekalaya punya cincin di jarinya dengan mengandung ajian Ampal, maka kau tarik cincin itu sehingga kekuatannya lenyap”.Dalam pertarungan ini, masing-masing tidak ada yang bisa saling mengalahkan. Waktu ada kesempatan, ditariknya cincin di jari Bambang Ekalaya. Tapi karena cincin itu sudah menyatu dengan jarinya, maka waktu ditarik, terlepas cincin itu bersamaan dengan jarinya, dan setelah ditangan Harjuna, jari itu menyatu dengan tangan Harjuna, sehingga ajian Ampal sekalian berpindah pada kekuatan Harjuna.

Page 4: Cerita Khusus Di Hari Kartini

TINGGALKAN KURSI (TAHTA) DEMI IDEALISMERapat terbatas di kerajaan Pancala dipimpin langsung oleh Prabu Gandabayu yang didampingi permaisuri Trilaksmi.Prabu Gandabayu: “Anakku yang gagah lagi perkasa, berhubung ayahandamu sudah tua, maka ananda harus sudah mulai belajar manajemen pemerintahan, karena kaulah satu-satunya putra mahkota yang akan menggantikan ayahandamu sebagai raja di Pancalaradya”.Raden Gandamana: “Duh rama prabu, saya tidak berkeinginan menjadi raja, karena saya ingin mengabdi kepada Prabu Pandu di Astina sebagai balas budi ananda karena banyak belajar tentang olah kaprajuritan maupun manajemen pemerintahan dari beliau”.Prabu Gandabayu: “Lho piye ta le anakku sing bagus, kalau kamu tidak bersedia, njur siapa yang akan menggantikan saya, sementara adikmu Gandawati seorang perempuan”.Raden gandamana: “Begini saja rama Prabu, kalau rama mengijinkan, saya akan membuat sayembara barang siapa yang bisa mengalahkanku, maka dia berhak menjadi suami adik Gandawati, sekaligus berhak atas tahta kerajaan Pancalaradya”.Singkat cerita, Prabu gandabayu sarujuk dengan usulan raden Gandamana, sayembarapun dilaksanakan. Namun sudah sekian banyak peserta yang masuk ke gelanggang, tak seorangpun mampu menandingi kesaktian raden Gandamana.

Page 5: Cerita Khusus Di Hari Kartini

Pada waktu itu Pandu dari Astina juga hadir tapi sebagai penonton didampingi oleh pengawal pribadinya raden Sucitro.Raden Pandu: “Sucitro, kau daftarkan dirimu sebagai peserta sayembara, soalnya kalau saya lihat kemampuan raden Gandamana masih dibawah kemampuanmu”. Akhirnya dalam peperangan antara Sucitro dan Gandamana, dimenangkan oleh raden Sucitro, dan Sucitro berhak menjadi suami dari Gandawati, sekaligus berhak atas tahta Pancalaradya dan bergelar Prabu Drupada. Selanjutnya raden Gandamana menggantikan posisi Sucitro sebagai pengawal pribadi Raden Pandu Dewanata sekaligus ingin belajar tentang segala hal dari beliau raden Pandu.

Page 6: Cerita Khusus Di Hari Kartini

BENIH KEBENCIAN KURAWA ATAS PENDAWAPisowanan di negara GandaradesaTrigantalpati: “Rama Prabu Gandararaja, hamba mohon ijin mau pergi ke Mandura untuk mengikuti sayembara memperebutkan putri Dewi Kunti”.Prabu Gandararaja: “Anakku cah bagus, rama tidak akan meragukan kemampuanmu, pasti bisa memenangkan sayembara ini. Rama sudah membayangkan, punya besan raja besar dari Mandura”.Prabu Gandararaja: “Dewi Gendari”.Dewi Gendari: “Dalem nyadhong dawuh bapa”.Prabu Gandararaja: “Derekno adimu Trigantalpati ke Mandura untuk mengikuti sayembara”.Dewi gendari: “Sendika dhawuh Rama, saya siap melaksanakan tugas”.Karena jarak antara Gandararaja dengan Mandura agak jauh, maka saat Trigantalpati sampai di Mandura, sayembara sudah selesai dan dimenangkan oleh Raden Pandudewanata. Bahkan Raden Pandudewanata juga sudah membawa Dewi Madrim adik Prabu Salyo, karena telah mengalahkan Prabu Salyo yang juga ikut sayembara. Trigantalpati protes, karena tidak ditunggu kedatangannya.

Page 7: Cerita Khusus Di Hari Kartini

Trigantalpati: “Hai Pandudewanata, kemenanganmu belum sah, karena belum bertanding dengan saya ayo kita bertanding, kalo kau kalah, maka Dewi Kunti menjadi milikku, tapi kalo saya yang kalah maka kakakku Dewi Gendari menjadi milikmu”.Akhirnya terjadi perang tanding yang cukup seru, tapi Trigantalpati tidak mampu menandingi kehebatan Raden Pandudewanata. Akhirnya Dewi Gendari resmi diserahkan kepada Pandudewanata sebagai hadiah sayembara. Selanjutnya Raden Pandudewanata pulang ke Astina membawa hadiah tiga putri sekaligus, yaitu Dewi Kunthi, Dewi Madrim, dan Dewi Gendari. Ketiga putri itu begitu berbunga-bunga karena mendapatkan suami yang gagah perkasa, tampan lagi.Rupanya Raden Pandudewanata bukanlah tipe lelaki yang egois. Karena setelah sampai di negri Hastina, dia tidak melupakan nasib kakaknya Raden Destarata yang memiliki cacat netra.Raden Pandudewanata: “Kakanda Destarata, Ini adikmu pulang dari sayembara, dan memboyong tiga putri sekaligus sebagai hadiah”.Destarata: “Selamat adikku yang gagah dan ganteng, selamat hidup bahagia dengan tiga isterimu”.Pandudewanata: “Tidak kakandaku yang hebat, saya tidak akan menikahi ketiga-tiganya, melainkan akan menghadiahkan salah satu dari ketiga putri ini kepada kakanda, silahkan kakanda memilih sendiri sesuai selera kakanda”.Tibalah saatnya Destarata yang cacat netra untuk memilih salah satu dari ketiga putri itu. Ternyata pilihan jatuh pada Dewi Gendari. Pilihan ini tidak secara kebetulan saja, karena menurut firasat Destarata putri ini akan memiliki turunan yang banyak. Alangkan kecewanya Dewi Gendari, karena memupuskan harapannya mempunyai suami yang sempurna. Dan kekecewaan ini terbawa sampai akhir perang Baratayuda.

Page 9: Cerita Khusus Di Hari Kartini

Sebuah teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya daratan yang terjadi di Asia

belahan selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke utara, yang bertabrakan dengan lempengan sebelah utara. Pergerakan lempeng bumi inilah yang kemudian melahirkan Gunung Himalaya.

Konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan sebagian terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang merupakan mata rantai gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang sebagian adalah Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. Dari bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu potongan bagiannya adalah pulau Jawa.Jawata artinya gurunya orang Jawa. Wong dari kata Wahong, dan Tiyang dari kata Ti Hyang, yang berarti keturunan atau berasal dari Dewata. Konon karena itulah pulau Bali sampai kini masih dikenal sebagai pulau Dewata, karena juga merupakan potongan dari benua Sweta Dwipa atau Jawata. Mengingat kalau dulunya anak benua India dan Sweta Dwipa atau Jawata itu satu daerah, maka tidak heran kalau ada budayanya yang hampir sama, atau mudah saling menerima pengaruh. Juga perkembagan agama di wilayah ini, khususnya Hindu dan Budha yang nyaris sama.

Versi mistis :

    Pulau terbesar dengan penduduknya paling banyak di seluruh Indonedia ini, tidak

menyangka, kalau dahulunya adalah pulau terkecil dan terpecah-belah oleh persilangan laut antara utara dan selatan.

Kisah dipersatukannya seluruh pulau yang terdapat di berbagai pulau Jawa, akibat dari kesaktian yang dimiliki oleh Brahmana Agung bernama Shang Hyang Dewa. Konon dengan kesaktian beliau, pulau itu ditarik satu persatu menjadi pulau terbesar dan dinamakan Bumi Ing Jowo Dwipo.

Semasa pulau ini belum terjamaah oleh manusia, para siluman dari bangsa seleman dan togog telah lebih dulu menduduki hingga ribuan tahun lamanya. Masa itu pulau Jawa disebut dengan nama Mokso Seleman (zaman para lelembut).Namun setelah keturunan dari Shang Hyang Nurasa

Page 10: Cerita Khusus Di Hari Kartini

menduduki bumi Jawa (Shang Hyang Dewa) pulau itu disebut dengan nama bumi pengurip (bumi yang dihidupkan). Shang Hyang Dewa akhirnya moksa di puncak Gunung Tidar, setelah beliau menyatukan berbagai bangsa lelembut untuk menuju jalan Adil (kebenaran), dan dari keturunannya.

Terlahir pula para Shanghyang Agung, seperti Shanghyang Citra Suma, Shanghyang Dinata Dewa, Shanghyang Panca Dria, yang akhirnya dari merekalah sebuah titisan atau wasilah turun-temurun menjadi kerajaan teragung yang absolut.

Baru diabad ke 12, pulau Jawa diperluas dengan tiga aliran yang berbeda, yaitu dengan adanya ajaran Hindu, mokso Jawi dan Islam. Akhir dari ketiga aliran tersebut nantinya menjadi suatu perlambang dari perwatakan penduduk pulau Jawa hingga sekarang ini.

Dalam perluasan arti ketiga diatas, mencerminkan sebuah kehidupan bermasyarakat gemah ripah loh jinawi. Konon ajaran ini hanya ada dipulau Jawa dan seterusnya menyebar ke seluruh pelosok yang ada di Indonesia, seperti ajaran Hindu misalnya, ilmu yang diajarkan oleh para Shanghyang Dewa, ilmu, sebagai aji rasa manunggaling agung.

Lewat bait sansekerta Yunani yang mengupas di dalamnya, kebenaran, keadilan, kejujuran dan memahami sifat alam. Ilmu ini akhirnya diturunkan oleh bapaknya para dewa. Raden Nurasa kepada Nabiyullah Khidir a.s. dan dizaman Wali Songo nanti, ilmu ini dipegang dan menjadi lambang dari sifat kependudukan masyarakat Jawa oleh tiga tokoh Waliyullah, yaitu Sunan Kalijaga, Mbah Cakra Buana dan Khanjeng Syekh Siti Jenar.

Moksa jawi sendiri, sebuah ilmu yang mengupas tentang kedigdayaan ilmu yang bersumber dari raja lelembut, bernama raja lautan. Ini sangat berperan dan menjadi salah satu perwatakan masyarakat Jawa. Konon ajaran yang tergabung di dalamnya mengajarkan arti tirakat, mencegah hawa nafsu dan memahami makna rohani, simbol dari ajaran ilmu ini digambarkan sebagai bentuk keris.

Keris menjadi suatu perlambang dari ajaran orang Jawa, bermula dari seorang Empu, bernama Ki Supo Mandragini. Beliau salah satu santri dari Khanjeng Sunan Ampel Denta yang diberi tugas untuk membuat sebilah keris. Namun rupanya, pemahaman dari sang guru dan murid ini saling berseberangan, disisi lain Sunan Ampel menginginkan sebuah pusaka berupa sebilah pedang sebagai perlambang dari makna Islam. Namun ketidaktahuan Ki Supo Mandragini sendiri, akhirnya beliau membuat sebilah keris berluk 9.

Keris tersebut menjadi penengah antara ajaran Islam dan Hindu bagi orang Jawa, dengan sebutan Islam Kejawen, dan keris pembuatan Ki Supo diberi nama Kyai Sengkelat. Dari kedua aliaran diatas, Islam telah ada di pulau Jawa sejak abad ke 9. Ajaran ini dibawa dari kota Misri oleh seorang Waliyullah Kamil Syekh Sanusi dan muridnya Muhammaad Al Bakhry, dan baru masyhur tentang ajaran Islam di pulau Jawa pada abad 13 dan 14 atau zamannya para Wali Songo.

Pembedaran lain dari keunikan yang terdapat di pulau Jawa pada masa itu, 300 tahun sebelum Wali Songo mendudukinya, para Shanghyang maupun bangsa lelembut seleman telah mengetahui lewat sasmita gaib yang mereka terima, bahwa sebentar lagi pulau Jawa akan dibanjiri para pemimpin makhluk dari berbagai negara.

Mereka dari seluruh alam berkumpul, berdiskusi di puncak Gunung Ciremai, pada masa itu mereka mufakat untuk mengabdi dan membantu, apabila para Waliyullah telah menduduki pulau

Page 11: Cerita Khusus Di Hari Kartini

Jawa. Namun tentunya tidak semua dari mereka setuju, sehingga perpecahan dari dua kubu yang berseberang jalan itu dinamakan Getas Kinatas (terpecahnya satu keluarga atau satu keturunan).

Nanti pada akhirnya tiba, dari Shanghyang Rowis Renggo Jenggala, akan menurunkan beberapa keturunan Saktineng Paku Jawa (orang-orang sakti yang menjdi penguasa pulau Jawa) diantaranya:

- "Arya Bengah" yang menurunkan para putera Majapahit dan keturunannya sampai putera Mataram.

- "Ciung Wanara" yang menurunkan Lutung Kasarung hingga sampai ke silsilah Prabu Agung Galuh atau yang dikenal dengan nama Prabu Munding Wangi atau Prabu Siliwangi.

- "Nyi Mas Ratu Ayu Maharaja Sakti" menurunkan beberapa keturunan berbagai alam diantaranya "Ratu Palaga Inggris, seorang puteri cantik dari bangsa manusia, yang akhirnya dikawin oleh Prabu Siliwangi.

- "Kerta Jasa" maharaja sakti.

- "Sang Kowelan" salah satu anak dari Ratu Palaga Inggris yang berjenis bangsa lelembut, dari beliau pula ucuk umun dan Ratu Kidul dihasilkan.

- Dari "Syekh Sanusi" melahirkan ratusan Waliyullah kondang, diantaranya para Wali Irak, Yaman, Mesir, Turky, dan para Wali Jawa.

Untuk yang berseberangan atau getas kinatas, sebagian dari mereka memilih ngahyang (raib) dan tak pernah muncul lagi dipermukaan bumi dan sebagian lagi mereka mengabdi dengan lewat menjaga semua alam di pulau Jawa.

Diantara yang mengabdi adalah :

- Sih Pohaci, beliau menjaga awan dan langit.- Sih Parjampi, beliau selalu menjaga bumi dan bertempat pada lapisan bumi nomor dua.- Sang Sontog, menjaga semua gunung pulau jawa.- Sang Waluhun, menjaga pantai utara dan selatan.- Sih Walakat, menjaga seluruh hutan dan pepohonan.- Sangkala Brahma, menjaga bumi Cirebon.- Sangkala Wisesa, menjaga bumi Mataram.- Janggala Putih, menjaga bumi Bogor.- Sang Lenggang Lumenggang Gajah, menjaga bumi Jakarta.- Sang Seda Hening, menjaga bumi Banten.

Dan pengguron atau perguruan para purwa, Wali Jawa, diantaranya;Perguruan, penatas angin Pekalongan.Perguruan, Agung Waliyullah Ki Bagus Santo Pekalongan.Perguruan, Pandarang Semarang.Perguruan, Jambu Karang Purwokerto.Perguruan, Daon Lumbung Cilacap, dan lain-lain.Begitulah sepenggal kisah Purwa Jawa.