cerebral palsy.doc

19
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmatNya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Secara keseluruhan, saya melaporkan hasil yang saya peroleh dari beberapa sumber jurnal dan buku terkait dengan Cerebral Palsy. Dan harapan saya nantinya tugas ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai materi pada blok neuropsikiatri ini. Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas saya selanjutnya. Mataram, 3 Mei 2015 Penyusun

Transcript of cerebral palsy.doc

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmatNya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Secara keseluruhan, saya melaporkan hasil yang saya peroleh dari beberapa sumber jurnal dan buku terkait dengan Cerebral Palsy. Dan harapan saya nantinya tugas ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai materi pada blok neuropsikiatri ini.

Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas saya selanjutnya.

Mataram, 3 Mei 2015

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Istilah cerebral palsy (CP) pada awalnya diciptakan lebih dari satu abad yang lalu dan diartikan sebagai "kelumpuhan otak." Namun, definisi yang tepat tetap sulit dipahami karena cerebral palsy bukanlah diagnosis tunggal. "Sekelompok gangguan perkembangan gerakan dan postur menyebabkan keterbatasan aktivitas yang dikaitkan dengan gangguan non-progresif yang terjadi di otak janin atau bayi. Gangguan motorik cerebral palsy sering disertai dengan gangguan sensasi, kognisi, komunikasi , persepsi, dan / atau perilaku dan / atau gangguan kejang. Cerebral palsy adalah penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi fungsi dan perkembangan otak. Lesi otak cerebral palsy terjadi dari periode janin atau neonatus untuk sampai usia 3 tahun (Hamid, H 2013).BAB II

ISI

DEFINISI

Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental (Arvin, B. 2003).Cerebral palsy (CP) adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Gangguan neurologik ini menyebabkan cacat menetap (Fairhurst, C. 2011).EPIDEMIOLOGI

Asosiasi CP dunia memperkirakan > 500.000 pendertia CP di Amerika. Disamping peningkatan dalam prevensi dan terapi penyakit penyebab CP, jumlah anak anak dan dewasa yang terkena CP tampaknya masih tidak banyak berubah atau mungkin lebih meningkat sedikit selam 30 tahun terakhir. Angka harapan hidup penderita CP tergantung dari tipe CP dan beratnya kecacatan motoric (Soedarmo, Sumarno et al. 1999).

ETIOLOGI

Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini dalam suatu keluarga, maka kemungkinan besar disebabkan faktor genetik. Waktu terjadinya kerusakan otak secara garis besar dapat dibagi pada masa pranatal, perinatal dan postnatal( Mardiani, 2006; Boosara, 2004; Hanifa, 2002) :

1. Pranatal Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan kromosom Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun Usia ayah < 20 tahun dan > 40 tahun Infeksi intrauterin : TORCH dan sifilis Radiasi sewaktu masih dalam kandungan Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan lain lain). Keracunan kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok dan alkohol. Induksi konsepsi. Riwayat obstetrik (riwayat kegugur an, riwayat lahir mati, riwayat melahirkan anak dengan berat badan < 2000 gram atau lahir dengan kelainan morotik, retardasi mental atau sensory deficit ). Toksemia gravidarum

Dalam bukubuku masih dipakai istilah toksemia gravidarum untuk kumpulan gejalagejala dalam kehamilan yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria dan Edema), yang kadangkadang bila keadaan lebih parah diikuti oleh KK (kejangkejang/konvulsi dan koma). Patogenetik hubungan antara toksemia pada kehamilan dengan kejadian CP masih belum jelas. Namun, hal ini mungkin terjadi karena toksemia menyebabkan kerusakan otak pada janin.

Inkompatibilitas Rh Disseminated Intravascular Coagulation oleh karena kematian pranatal pada salah satu bayi kembar Maternal thyroid disorder Siklus menstruasi yang panjang Maternal mental retardation Maternal seizure disorder

2. Perinatal

Anoksia / hipoksia

Perdarahan otak akibat trauma lahir

Prematuritas

Berat badan lahir rendah

Postmaturitas

Primipara

Antenatal care

Hiperbilirubinemia

Status gizi ibu saat hamil

Bayi kembar

Ikterus Meningitis purulenta

Kelahiran sungsang

Partus lama

Partus dengan induksi / alat

Polyhidramnion

Perdarahan pada trimester ketiga.

3. Postnatal

Anoksia otak : tenggelam, tercekik, post status epilepticus .

Trauma kepala : hematom subdural.

Infeksi : meningitis / ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan, septicaemia, influenza, measles dan pneumonia

Luka parut pada otak pasca operasi

Racun : logam berat, CO

Malnutrisi

Klasifikasi

Terdapat bermacammacam klasifikasi CP, tergantung berdasarkan apa klasifikasi itu dibuat.

1. Berdasarkan gejala dan tanda neurologis (Peter, R 2003).a. Spastik

Monoplegia

Pada monoplegia, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik. Umumnya hal ini terjadi pada lengan / ekstremitas atas.

Diplegia

Spastik diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas. Hal ini disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus kortikospinal bilateral atau lengan pada kedua sisi tubuh saja. Sedangkan sistemsistem lain normal.

Hemiplegia

Spastis yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya menyerang ekstremitas atas/lengan atau menyerang lengan pada salah satu sisi tubuh.

Triplegia

Spastik pada triplegia menyerang tiga buah ekstremitas. Umumnya menyerang lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah salah satu sisi tubuh.

Quadriplegia

Spastis yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas bawah dan juga terjadi keterbatasan ( paucity) pada tungkai.

b. Ataksia

Kondisi ini melibatkan cerebelum dan yang berhubungan dengannya. Pada CP tipe ini terjadi abnormalitas bentuk postur tubuh dan / atau disertai dengan abnormalitas gerakan. Otak mengalami kehilangan koordinasi muskular sehingga gerakangerakan yang dihasilkan mengalami kekuatan, irama dan akurasi yang abnormal.

c. Athetosis atau koreoathetosis

Kondisi ini melibatkan sistem ekstrapiramidal. Karakteristik yang ditampakkan adalah gerakangerakan yang involunter dengan ayunan yang melebar. Athetosis terbagi menjadi :

Distonik

Kondisi ini sangat jarang, sehingga penderita yang mengalami distonik dapat mengalami misdiagnosis. Gerakan distonia tidak seperti kondisi yang ditunjukkan oleh distonia lainnya. Umumnya menyerang otot kaki dan lengan sebelah proximal . Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulangulang, terutama pada leher dan kepala.

Diskinetik

Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakangerakan involunter, tidak terkontrol, berulangulang dan kadangkala melakukan gerakan stereotype.d. Atonik

Anakanak penderita CP tipe atonik mengalami hipotonisitas dan kelemahan pada kaki. Walaupun mengalami hipotonik namun lengan dapat menghasilkan gerakan yang mendekati kekuatan dan koordinasi normal.

e. Campuran

Cerebral palsy campuran menunjukkan manifestasi spastik dan ektrapiramidal, seringkali ditemukan adanya komponen ataksia.

PATOGENESIS

CP bukan merupakan satu penyakit dengan satu penyebab. CP merupakan grup penyakit dengan masalah mengatur gerakan, tetapi dapat mempunyai penyabab yang berbeda. Untuk menentukan penyebab CP, harus digali mengenai hal : bentuk CP, riwayat kesehatan ibu dan anak, dan onset penyakit (Soedarmo, Sumarno et al. 1999).

Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. CP digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi CP dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (struktural otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau luka-luka / kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler, toksin atau infeksi) (Arvin, B. 2003).MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya

jaringan otak yang mengalami kerusakan (Kurniadi, A. 2012) :

1) Paralisis

Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.

2) Gerakan involunter

Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.

3) Ataksia

Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.

4) Kejang

Dapat bersifat umum atau fokal.

5) Gangguan perkembangan mental

Retardalasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikem- bangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.

6) Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.

7) Problem emosional terutama pada saat remaja

DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti, gejalagejala klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya. Berikut adalah beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis CP (Mardiani, E. 2006) :

1. Elektroensefalogram (EEG)

EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan salah satu pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat. Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik di dalam otak, terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak yang tebal). Dengan pemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks yang fungsinya untuk kegiatan sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan lain-lain, dapat direkam.

2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)

Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan pada otot atau syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan digunakan untuk mengukur kecepatan saat dimana sarafsaraf mentransmisikan sinyal. Selama pemeriksaan NCV, elektroda ditempelkan pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik untuk suatu otot atau sekelompok otot.

3. Tes Laboratorium

a. Analisis kromosom

Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali genetik (contohnya Downs Syndrome) ketika anomali tersebut muncul pada sistem organ.

b. Tes fungsi tiroid

Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah yang dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat. Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah yang dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat.

c. Tes kadar ammonia dalam darah

Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah ( hyperammonemia) bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum tulang belakang). Defisiensi beberapa enzim menyebabkan kerusakan asam amino yang menimbulkan hyperammonemia. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan liver atau kelainan metabolisme bawaan.

4. Imaging test

Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa hidrosefalus, abnormalitas struktural dan tumor. Informasi yang diberikan dapat membantu dokter memeriksa prognosis jangka panjang seorang anak.

a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI

MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan gambar dari struktur internal otak. Studi ini dilakukan pada anakanak yang lebih tua. MRI dapat mendefinisikan abnormalitas dari white matter dan korteks motorik lebih jelas daripada metodemetode lainnya.

b. CT scan

Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer, menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara terinci termasuk tulang, otot, lemak dan organ-organ tubuh. Suatu computed tomography scan dapat menunjukkan malformasi bawaan, hemorrhage dan PVL pada bayi.

c. Ultrasound

Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang dipantulkan ke dalam tubuh untuk membentuk suatu gambar yang disebut sonogram. Alat ini seringkali digunakan pada bayi sebelum tulang tengkorak mengalami pengerasan dan menutup untuk mendeteksi kista dan struktur otak yang abnormal.

TATALAKSANA

Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerja sama yang baik dari pihak orang tua/keluarga penderita. Hal ini akan tercapai dengan baik jika diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus. Cerebral palsy yang dikelola tenaga tenaga dari pelbagai multidisipliner ( misal: dokter anak, neurologis, ahli bedah ortopedi, bedah saraf, THT, guru luar biasa) (Suharso, D. 2006; Kurniadi, A. 2012).

a. Obat obatan

1. Obat anti spastisitas

Biasanya indikasi pembarian obat obatan anti spastisitas pada penderita C.P. karena :

Spastisitas penderita sangat hebat yang disertai rasa nyeri sehingga mengganggu program rehabilitasi.

Keadaan hiperefleksi yang sangant mengganggu fungsi motorik (misalnya: ada klonus kaki yang hebat)

Kontraksi pleksi pada tungkai yang progresif.

Spasitisitas penderita yang mempersulit perawatan.

2. Obat psikotropik

3. Antikonvulsan

b. Tindakan ortopedi

Salah satu indikasi dilakukan tindakan ortopedi jika sudah terjadi deformitas

akibat proses spasme otot atau telah terjadi kontraktur pada otot dan tendon. Dalam hal ini harus dipertimbangkan secara matang beberapa factor sebelum melakukan tindakan bedah.

c. Fisioterapi

Fisioterapi merupakan salah satu terapi dasar bagi penderita C.P fisioterapi yang cepat dilaksanakan pada penderita yang masih muda pada tahap dini manfaatnya jauh lebih nyata jika dibandingkan dengan penderita yang lebih

lambat. Satu hal yang perlu ditekan kan pada orang tua didalam membantu

pelaksanaan fisioterpi sang anak berada dirumah.

PROGNOSIS

Di negara yang telah maju misalnya inggris dan skandinvia terdapat 20-25% penderita cerebral palsy sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di institute cerebral palsy. Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya, makin buruk prognosisnya (Suharso, D. 2006; Kurniadi, A. 2012).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental. Etiologi cerebral palsy masih belum diketahui dengan jelas, namun ada beberapa dugaan etiologi seperti adanya infeksi pada kehamilan, terjadinya ikterus neonatorum, kekurangan oksigen berat pada otak atau trauma kepala selama proses persalinan, serta stroke akibat kelainan koagulasi pada ibu.

Beberapa program dalam penatalaksanaan penderita cerebral palsy seperti kerjasama tim terapi medis dan fisioterapi, terapi pembedahan, serta pemberian medikamentosa dapat membantu penderita cerebral palsy dalam melakukan aktivitasnya sehari hari, dan pentingnya terapi psikologis untuk memberikan semangat dan dorongan kepada penderita serta keluarga untuk menghadapi permasalahan sosial yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKAArvin, Behrman Kliegman. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 3. Jakarta: EGC. 2000 : 2085-2086Fairhurst C. 2011. Cerebral Palsy : The ways and hows. In: Arch Dis Child Educ Pract. BMJ 97 : 122-131 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22868578

Hamid, H. 2013. Cerebral palsy. Medscape. http://emedicine.medscape.com/article/1179555-overview#aw2aab6b2b2Kurniadi A. 2012. Cerebral Palsy. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan

Mardiani E. 2006. Faktor-faktor Risiko Prenatal dan Perinatal Kejadian Cerebral Palsy. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Ratanawongsa Boosara, MD. 2004. Cerebral Palsy . eMedicine.com, Inc. Last update October 13, 2004Rosenbaum Peter. 2003. Cerebral Palsy : What parents and Doctors want to Know. BMJ;326:970 4. http://www.bmj.com/content/326/7396/970 Soedarmo, Sumarno dkk. Buku Ajar Neurologi Anak. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 1999 : 116Suharso D. 2006. Cerebral Palsy : Dianosis dan tatalaksana. Dalam : Buku Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. Universitas Airlangga. SurabayaWiknjosastro Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan . Editor Abdul Bari Syaifuddin, Trijatmo Rachimdani. Edisi ke-3, Cetakan ke-6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 193 201