cerebral iskemik

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iskemik serebral atau disebut juga sebagai iskemik otak merupakan suatu kondisi di mana aliran darah ke otak tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolik. Hal ini menyebabkan suplai oksigen ke otak menurun sehingga terjadi hipoksia otak yang dapat menimbulkan kematian sel otak atau infark serebral / stroke iskemik (Raichle, 1983; Thoren, 2006). Stroke adalah penyebab pertama dari kecacatan dan menjadi faktor kematian ketiga di dunia (Feigin et al, 2003). Di Amerika Serikat, stroke membunuh 283.000 penduduk dengan prevalensi 1 per 14 kematian pada tahun 2000 (Bramlet dan Dietrich, 2004). Menurut SEAMIC Health Statistic, penyakit serebrovaskuler seperti stroke, berada di urutan kedua sebagai penyakit yang mematikan tertinggi di dunia. Di Indonesia sendiri, stroke menjadi penyebab kematian utama, dengan prevalensi 500 per 100.000 penduduk pada tahun 1995 (Venketasubramanian, 1998). Insiden stroke timbul 1

description

medical

Transcript of cerebral iskemik

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIskemik serebral atau disebut juga sebagai iskemik otak merupakan suatu kondisi di mana aliran darah ke otak tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolik. Hal ini menyebabkan suplai oksigen ke otak menurun sehingga terjadi hipoksia otak yang dapat menimbulkan kematian sel otak atau infark serebral / stroke iskemik (Raichle, 1983; Thoren, 2006).Stroke adalah penyebab pertama dari kecacatan dan menjadi faktor kematian ketiga di dunia (Feigin et al, 2003). Di Amerika Serikat, stroke membunuh 283.000 penduduk dengan prevalensi 1 per 14 kematian pada tahun 2000 (Bramlet dan Dietrich, 2004). Menurut SEAMIC Health Statistic, penyakit serebrovaskuler seperti stroke, berada di urutan kedua sebagai penyakit yang mematikan tertinggi di dunia. Di Indonesia sendiri, stroke menjadi penyebab kematian utama, dengan prevalensi 500 per 100.000 penduduk pada tahun 1995 (Venketasubramanian, 1998). Insiden stroke timbul bervariasi, tergantung tempat atau negara, waktu, serta penderitanya. Di negara berkembang, angka penderita stroke masih tinggi sedangkan di negara maju cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena manajemen hipertensi, penyakit jantung dan penyakit metabolik di negara maju telah makin baik walaupun kasus stroke dapat dikatakan bukti kegagalan pengobatan hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit metabolik. Namun, insiden stroke dapat meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap dekadenya. (Surya dan Ridwan, 2004).Sekitar 80% dari stroke iskemik dan sebagian besar infark yang melibatkan wilayah arteri serebral tengah. Selama stroke iskemik, glukosa dan asupan oksigen ke otak berkurang sehingga terjadi kerusakan. Gangguan metabolisme otak merupakan elemen kunci dalam stroke. Glukosa diyakini sebagai satu-satunya substrat energi untuk neuron sampai ada penelitian yang menunjukkan bahwa laktat sebagai substrat energi tunggal, yang dilakukan terhadap fungsi sinaptik normal dalam irisan hippocampal tikus (Schurr, 2006; Schurr et al, 1997). Penelitian tersebut membuka peluang bahwa laktat yang dihasilkan selama iskemia mungkin tidak hanya menjadi produk akhir, tetapi dapat juga digunakan sebagai substrat untuk metabolisme energi. Beberapa tahun kemudian, Pellerin dan Magistretti (1994) mengusulkan sebuah hipotesis astrosit-neuron laktat shuttle yang menunjukkan bahwa laktat dapat digunakan oleh neuron (Berthet et al, 2009).Atas dasar hipotesis ini, beberapa studi telah menguji apakah laktat bermanfaat bagi neuron dalam kondisi patologis, seperti iskemia, eksitotositas glutamat, dan cedera otak traumatis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan laktat sebagai substrat energi oleh neuron masih merupakan kontroversi (Hertz, 2008). Secara in vitro, pada irisan hipokampus terdapat laktat, baik secara endogen yang dihasilkan selama hipoksia atau didapat dari eksogen yang digunakan setelah hipoksia, untuk menggantikan glukosa selama periode reoksigenasi (Cater et al, 2003; Schurr et al, 1997) dan pelindung terhadap eksitotoksitas glutamat (Schurr et al, 1999). Sedangkan secara in vivo, laktat diberikan kepada superfusate kortikal, baik selama atau setelah iskemia global dalam tikus yang menunjukkan pemulihan yang lebih baik pada electrocorticogram selama reperfusi berlangsung dan mengurangi pelepasan asam amino. Ketika diperfusi dalam kombinasi dengan glutamat, laktat terbukti dapat melindungi terhadap eksitotoksitas glutamat dan untuk mengurangi ukuran lesi . Studi lain yang menggunakan inhibitor transportasi laktat menunjukkan bahwa masuknya piruvat ke dalam mitokondria dapat bersifat neuroprotektif yang penting dari laktat endogen khususnya yang dihasilkan selama iskemia global (Schurr et al, 2001).Peranan asam laktat sebagai neuroprotektif dapat ditunjukkan melalui pengurangan lesi-lesi yang terbentuk selama iskemik. Hal ini dapat terjadi oleh karena laktat tersebut membentuk sumber energi sehingga sel-sel neuron dapat tercukupi kebutuhan energinya. Penelitian tentang peranan asam laktat, terutama sebagai neuroprotektif pada iskemik serebral juga sejalan dengan ajaran Islam yang membolehkan pemeluknya untuk mempelajari hal-hal baru demi pengkayaan khasanah ilmu pengetahuan karena sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Allah sendiri lewat Al Quran meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajat, seperti tertulis dalam firman Allah Surat Al-Mujaadilah ayat 11:

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujaadilah (58) : 11)

Berdasarkan hasil penelusuran di atas, penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut tentang peranan asam laktat sebagai neuroprotektif pada iskemik serebral yang ditinjau dari Kedokteran dan Islam.

1.2. Permasalahan1) Apakah asam laktat itu dan bagaimana metabolismenya sebagai sumber energi pada sel neuron?2) Bagaimana mekanisme hipotesis astrosit neuron laktat shuttle?3) Bagaimana peranan asam laktat sebagai neuroprotektif pada iskemik serebral?4) Bagaimana pandangan Islam terhadap peranan asam laktat sebagai neuroprotektif pada iskemik serebral?

1.3. Tujuan1.3.1. Tujuan UmumMenjelaskan dan membantu masyarakat untuk mengenal dan memahami tentang peranan asam laktat sebagai neuroprotektif pada iskemik serebral ditinjau dari Kedokteran dan Islam.

1.3.2. Tujuan Khusus1) Mendapatkan informasi mengenai asam laktat dan metabolismenya sebagai sumber energi pada sel neuron.2) Mendapatkan informasi mengenai hipotesis astrosit neuron laktat shuttle.3) Mendapatkan informasi mengenai peranan asam laktat sebagai neuroprotektif pada iskemik serebral.4) Mendapatkan informasi mengenai peranan asam laktat sebagai neuroprotektif pada iskemik serebral menurut Islam.

1.4. Manfaat1) Bagi penulisPenulis dapat lebih mengetahui mengenai cara penulisan ilmiah seperti skripsi yang baik dan tentang peranan asam laktat sebagai neuroprotektif pada iskemik serbral.

2) Bagi Universitas yarsiDiharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan masukan dan menambah pengetahuan bagi segenap Civitas Akademika Universitas Yarsi.

3) Bagi MasyarakatDiharapkan dari skripsi ini masyarakat mengetahui lebih luas lagi tentang peranan asam laktat sebagai neuroprotektif pada iskemik serebral ditinjau dari Kedokteran dan Islam.3